Jurnal Luxnos Vol.1, No.1, Edisi Januari-Juli 2016

advertisement
Jurnal Luxnos Vol.1, No.1, Edisi Januari-Juli 2016
Jurnal Luxnos Vol.1, No.1, Edisi Januari-Juli 2016
SUSUNAN PENGURUS JURNAL LUXNOS
STT PELITA DUNIA
PEMBINA
Ketua STT PELITA DUNIA
Yunus Selan, M.Th.
PENANGGUNG JAWAB
Adi Putra, M.Th.
MITRA BESTARI
Dr. Djulius Th. Bilo, M.Th. (STT SETIA Jakarta)
Stenly Paparang, D.Th. (STT SETIA Jakarta)
Decky H.Y. Nggadas, M.Th. (STT GRACIA Batam)
James A. Lola, M.Th. (STAKN Toraja)
EDITOR DAN PENYUNTING AHLI
Adi Putra, M.Th.
KETUA DEWAN REDAKSI
Dr. Kembong Mallisa’, M.Th.
ANGGOTA DEWAN REDAKSI
Sri Dwi Harti, M.Th.
Abraham Tefbana, M.Pd.K.
REDAKSI PELAKSANA
Adi Putra, M.Th.
Alamat Redaksi :
JI. Kelapa Gading Selatan Blok AH 10 No. 24-26; Gading Serpong, Kabupaten
Tangerang Propinsi Banten 15810
Telp. 021-54203719
e-mail redaksi : [email protected]
Jurnal Luxnos Vol.1, No.1, Edisi Januari-Juli 2016
Mengapa λύχνος ?
K
ata λύχνος diartikan pelita. Berdasarkan kemunculannya dalam Alkitab, kata ini
digunakan atau dapat dipahami secara literal dan secara metafora. Dalam konteks
Perjanjian Lama, istilah pelita merupakan metafora yang digunakan secara umum
untuk menunjukkan: (1) kehidupan keturunan yang terpelihara (2 Sam. 21:17 - LXX); (2)
sumber bantuan ilahi (Ayb. 29: 3 - LXX), dan (3) Hukum (Mzm. 119:105 - LXX).
Sedangkan dalam Perjanjian Baru, Yesus menggunakan kiasan dari sebuah realitas:
untuk memberikan cahayanya, pelita harus diletakkan di atas kaki dian. Pada Matius 5:15
tampaknya menegaskan tentang para murid harus memberikan kesaksian di depan
umum, meskipun referensi untuk pelayanan Yesus sendiri tidak dikecualikan. Dalam
Lukas 11:34, Yesus menyebut “mata adalah pelita tubuh”. Mata harus terbuka bersama
terang Injil supaya dapat berdampak baik kepada semua anggota tubuh yang lain.
Nasihat dalam Lukas 12:35 menyajikan pelita menyala sebagai simbol kesiapan. Pada
Lukas 15: 8, wanita yang kehilangan sepuluh koin memerlukan pelita untuk mencarinya.
Dalam Yohanes 5:35, Yesus menghormati Yohanes Pembaptis dengan menyebutnya
“pelita yang menyala”; meskipun dia tidak bisa disebut cahaya itu sendiri (lih. 1: 8), tetapi
ia telah memberikan kesaksian tentang itu. Wahyu 11: 4 menjelaskan dua saksi kaki dian
(pelita) (lih. Zak 4:. 2, 11), sedangkan ketujuh jemaat, tujuh kaki dian (pelita) yang terbuat
dari emas di 1: 12-13 dll (lih. Zak 4 dan Gunung 5.: 15), dan Anak Domba sendiri adalah
pelita kota surgawi di 21:23. Di Ibrani 9: 2 mengacu pada kaki dian (pelita) dalam “Kemah
Suci”, dan 2 Petrus 1:19 menyebut kata profetik tentang pelita yang bersinar di tempat
gelap hingga fajar menyingsing.
Melihat penggunaan kata λύχνος dalam Alkitab, maka dapat kita mengerti bahwa
kata ini tidak hanya berarti pelita dalam pengertian harfiahnya. Akan tetapi secara
metafora juga dapat berarti Firman Tuhan, Kesaksian, dan hal-hal yang memiliki kaitan
dengan Penyataan Ilahi. Sehingga ketika nama λύχνος dipilih untuk JURNAL SEKOLAH
TINGGI TEOLOGI PELITA DUNIA, maka diharapkan bahwa setiap tulisan yang
termuat di dalam jurnal ini dapat menjadi kesaksian atau kabar baik bagi dunia, menjadi
peringatan untuk tetap waspada terhadap pengajaran serta ajaran sesat, menjadi hukum
yang akan terus membimbing setiap pembaca untuk berjalan di jalan yang benar dan
menjadi pelita yang senantiasa memancarkan cahayanya di dalam kegelapan, baik
kegelapan rohani maupun kegelapan pengetahuan. Seperti yang tertulis dalam Lukas 12:
35, “Hendaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala”.
Adi Putra
Jurnal Luxnos Vol.1, No.1, Edisi Januari-Juli 2016
DAFTAR ISI
Susunan Pengurus
Mengapa “Luxnos”?
Daftar Isi
i
ii
iii
Artikel-artikel:
Tafsiran Kitab Yoel
Dr. Sri Dwi Harti, M.Th.
1-4
“Tou.j avgge,louj” dalam 1 Korintus 11:10
Decky H.Y. Nggadas, M.Th.
5-28
Peran Pendidikan Agama Kristen bagi Pertumbuhan Gereja
Abraham Tefbana, M.Pd.K
20-59
Ecclesia via Contemplativa versus Ecclesia via Gratia
Dr. Daud Anfons Pandie, M.Th.
60-75
Berbagai Sistem, Fungsi, Peranan dan Tanggung Jawab Keluarga
Dr. Dyulius Thomas Bilo, M.Th.
76-93
Filsafat Trinitas
Dr. Stenly R. Paparang, M.Th.
94-120
Dekatnya Kedatangan Kristus yang Kedua
Adi Putra, M.Th.
121-133
Hubungan Antara Allah – Manusia – Tanah Berdasarkan Kejadian 2 : 4b-7
Yane Octavia Rismawati Wainarisi, M.Th (c).
135-149
Ulasan Buku
Para Kontributor
Aturan Penulisan
150-156
157-158
159-161
Jurnal Luxnos Vol.1, No.1, Edisi Januari-Juli 2016
SUMBANGSIH
PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
BAGI PERTUMBUHAN GEREJA
Abraham Tefbana
Abstraksi:
Dalam artikel ini penulis konsen membahas tentang sumbangsih Pendidikan Agama
Kristen bagi pertumbuhan gereja, karena mustahil gereja bertumbuh secara seimbang
antara kualitas dan kuantitas tanpa pengajaran firman Tuhan yang Alkitabiah oleh para
pemimpin gereja.
Kata kunci:
Pendidikan Agama Kristen, Peranan Pemimpin Gereja dan Pertumbuhan Gereja.
A. Pendahuluan
ereja yang bertumbuh secara seimbang antara kuliatas dan kuantitas merupakan
harapan setiap gembala jemaat. Bahkan Tuhan Yesus pun mengharapkan supaya
setiap gereja dapat bertumbuh secara kualitas dan kuantitas. Namun tidak semua
gembala jemaat memahami metodologi pertumbuhan gereja yang alkitabiah.
G
B. Pendidikan Agama Kristen
1. Legalitas Hukum Pendidikan Agama Kristen di Indonesia
Pendidikan Agama Kristen sangat penting untuk dipelajari di gereja-gereja
maupun lembaga-lembaga misi kristen non gereja, karena pelaksanaan Pendidikan
Agama Kristen dan kedudukannya di Indonesia diakui dan dilindungi. Sejak awal
berdirinnya Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, telah
mengakui adanya lima agama resmi di Indonesia sebagai agama negara yaitu Islam,
Kristen Katolik, Kristen Protestan, Hindu dan Budha. Kemudian sejak awal zaman
reformasi pada tahun 1998 yaitu masa pemerintahan presiden Abdurahman Wahid
(Gusdur) dan Megawati Sukarno Putri, mengakui dan meresmikan agama Kong Hu Cu
sebagai agama negara yang ke enam di Indonesia.
Pasal 28E ayat (2) UUD 1945 juga menyatakan bahwa setiap orang berhak atas
kebebasan meyakini kepercayaan. Selain itu dalam Pasal 28I ayat (1) UUD 1945 juga
diakui bahwa hak untuk beragama merupakan hak asasi manusia. Selanjutnya Pasal 29
ayat (2) UUD 1945 juga menyatakan bahwa Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
Jurnal Luxnos Vol.1, No.1, Edisi Januari-Juli 2016
penduduknya untuk memeluk agama1. Dalam pengertian bahwa keberadaan agama
kristen baik itu penganutnya, ajarannya, tempat ibadahnya dan berbagai jenis kegiatan
pelayanannya telah diakui dan dilindungi secara hukum di Indonesia. Karena itu,
Pendidikan Agama Kristen penting untuk dipelajari dan dipraktekan oleh setiap
penganutnya secara bebas di Indonesia.
Berdasarkan dasar hukum jaminan negara atas kemerdekaan tiap-tiap warga
negara untuk memeluk agama dan kepercayaannya, maka pemerintah melalui
kemetrian Pendidikan dalam hal ini Ditjen. Dikti. Mengeluarkan surat keputusan dalam
SK. Ditjen. Dikti No. 38/Dikti/Kep./2002 tanggal 18 Juli 2002 tentang Rambu-rambu
Pelaksanaan Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. 2 Dan
Keputusan Mentri Pendidikan Nasional RI No. 045/U/2002 tentang Kurikulum Inti
Pendidikan Tinggi.3 Melalui ke surat keputusan ini yang merujuk bahwa Pendidikan
Agama Kristen merupakan salah satu Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)
di tingkat perguruan tinggi baik negeri maupun swasta, di universitas, Sekolah Tinggi
maupun akademi-akademi. Tujuan diajarkannya Pendidikan Agama Kristen di
Perguruan Tinggi sebagai salah satu Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian yaitu
supaya mahasiswa/i mengalami perjumpaan pribadi dengan Tuhan dalam pengalaman
kesehariannya dan dengan demikian dapat mengalami transformasi nilai-nilai
kehidupan mahasiswa kristen yang hidup di masa kini yang berhadapan dengan
berbagai tawaran nilai-nilai kehidupan yang positif maupun negatif. Oleh karena itu,
para mahasiswa Kristen membutuhkan nilai-nilai Kristiani untuk jadikan landasan
dalam berpikir, berbicara dan bertindak.
Diharapkan seluruh subtansi kajian Pendidikan Agama Kristen di Perguruan tinggi
dapat memperlengkapi mahasiswa/i dalam proses penemuan diri dan pembentukan
karakter sebagai intelektual Kristen yang mampu mewujudkan nilai-nilai agama dan
imannya dalam seluruh kehidupan.4 Dengan belajar Pendidikan Agama Kristen,
mahasiswa kristen mempunyai pengetahuan dan pengalaman hidup secara pribadi
dengan Tuhan, sehingga dalam kehidupan bangsa yang mengalami krisis multi dimensi
yang berkepanjangan, mereka terpanggil untuk memberitakan Injil dan menjadi
pembawa damai sejahtera dimanapun mereka berada.
Pendidikan Agama Kristen kini merupakan pengajaran yang semakin dianggap
penting oleh gereja Kristen di seluruh dunia. Gereja-gereja tua bergumul dengan soal ini,
karena insaf bahwa surutnya pengaruh Pendidikan Agama Kristen dalam masyarakat
modern, berkurangnya semangat Kristen sejati dalam lingkungannya sendiri, antara lain
dibebaskan oleh kelemahan dalam mendidik jemaat dengan baik. Begitu pula gerejahttp://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl6556/ham-dan-kebebasan-beragama-diindonesia.
2 http://bpa.uad.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/KEP.Dirjen-DIKTI-No.-38.pdf.
3http://www.fti.itb.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/Kepmendiknas-045-Tahun-2002tentang-Kurikulum-Inti-PT.pdf.
4 Ibid., hlm. 2.
1
Jurnal Luxnos Vol.1, No.1, Edisi Januari-Juli 2016
gereja muda, yang berkembang daan berjuang di tengah-tengah masyarakat yang bukan
Kristen, tak kurang menghadapi masalah Pendidikan Agama Kristen itu. Anggotaanggotanya merupakan golongan kecil saja di antara masyarakat yang berideologi dan
beragama lain, perlu mempunyai pengetahuan dan pengertian yang luas dan mendalam
tentang Injil Yesus Kristus, agar mereka dapat mempertahankan kepercayaannya sendiri,
dan supaya mereka sanggup menyiarkan berita Injil itu dengan jelas kepada yang belum
mengenal Tuhan Yesus Kristus.5
Kalau kita memperhatikan masyarakat tradisional sekali, selalu ada usaha sadar
ataau tidak sadar untuk mewariskan indentitas kultural mereka dengan tujuan untuk
mempertahankan identitas kultural tersebut agar tetap terpelihara untuk generasigenerasi berikutnya. Nilai yang kita kenal dengan istilah umum (tranmisi) atau penerus.
Dalam ilmu antropologi kita mengenal istilah ‘enkultugsil’. Sesuai dengan perkembangan
masyarakat tugas pendidikan tidak hanya bertujuan untuk mempertahankan warisan
dan identitas kultural tersebut, namun juga berkaitan dengan pembaruan (transformasi)
diri identitas kultural agar generasi muda dari masyarakat itu berfungsi lebih baik dalam
konteks masyarakat yang berubah dan berkembang.
Demikian halnya dengan komunitas agama, selalu melekat dalam dirinya tugas
mendidik baik yang sifatnya ‘tranmisi’ maupun ‘transformatif. Sifat transmisi ini sangat
penting dalam komunitas apapun. Karena ada keyakinan bahwa ada ajaran yang
diyakini bersifat ilahi dan kebenarannya patut dipertahankan dan dilanggengkan
menyangkut identitas dari agamawi tersebut. Namun sejauh teologi dan ajaran moral itu
merupakan usaha manusia menangkap apa yang dipercayai sesuatu yang transendental,
maka teologi dan rumusan ajaran moral belum sepenuhnya menggambarkan kebenaran
ilahi tersebut. Respon manusia pun selalu mempunyai kekurangan dan keterbatasan
dalam setiap zaman perkembangan komunitas iman tersebut. Oleh karena itu dimensi
transformatif selalu dibutuhkan, karena pemahaman baru dan perkembangan pemikiran
teologis mau pun rumusan moral yang diyakini kebenarannya perlu dirumuskan lagi.
Dengan demikian, selalu ada hubungan ketegangan yang bersifat kreatif antara transmisi
dan transformasi, antara ‘reproduksi’ dan ‘rekonstruksi’. Intinya, pendidikan selalu
berkaitan dengan dua dimensi tersebut yaitu; tranmisi dan transformasi, antara
‘reproduksi’ dan ‘rekontruksi’. Demikianlah hal tugas Pendidikan Agama Kristen selalu
menyangkut ‘tranmisi’ dan ‘reproduksi’ maupun ‘transformasi’ atau ‘rekontruksi’. Tugas
kita adalah bagaimana menjaga hubungan yang kreatif antara keduanya demi
memajukan hubungan perkembangan individu maupun komunitas iman agar lebih
berfungsi dalam konteks masyarakat.6
Penjelasan ini menunjukkan bahwa Pendidikan Agama Kristen menjadi sesuatu
yang sangat penting dan mendesak untuk diajarkan dalam khidupan Kristen. Sangat
E.G. Hombrighousen dan I.H. Enklaar; Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta: BPK. Gunung Mulia,
2007), hlm. 7.
6 Daniel Nahumara, Pembimbing PAK (bandung: Jurnal Info Media, 2007), hlm. 1-2.
5
Jurnal Luxnos Vol.1, No.1, Edisi Januari-Juli 2016
jelas bahwa lemahnya pengaruh Pendidikan Agama Kristen dalam kehidupan
bermasyarakat itu disebabkan oleh lemahnya Pendidikan Agama Kristen bagi jemaat.
Pendidikan Agama Kristen bagi jemaat untuk menanamkan dan memperdalam
pemahaman dan nilai-nilai iman Kristen bagi jemaat, sehingga perlu adanya faktor
transmisi atau reproduksi dan transformasi atau rekontruksi.
2. Pengertian
a. Pengertian Pendidikan secara Umum
Istilah pendidikan secara umum diterjemahkan dari bahasa Inggris yaitu kata
‘education’. Kata ‘education’ berasal dari bahasa Latin yaitu kata ‘ducere’ yang
berarti membimbing ‘to lead’ ditambah awalan ‘e’ yang berarti ‘out’. Dapat
disimpulkan bahwa pengertian dasar dari kata ‘Pendidikan’ adalah suatu
tindakan untuk membimbing keluar. Lawrence Cremin dalam Daniel Nuhamara
yang mendefenisikan pendidikan sebagai usaha sadar, tersistematis dan
berkesinambungan untuk mewariskan, membangkitkan atau memperoleh baik
pengetahuan maupun sikap-sikap, nilai-nilai, ketrampilan-ketrampilan atau
kepekaan, maupun hasil apapun dari usaha tersebut.7
b. Pengertian Pendidikan Agama Kristen
Pengertian Pendidikan Agama Kristen menurut para tokoh, yaitu:
1. Paulus Lilik Kristianto menjejelaskan bahwa dalam bahasa Indonesia pendidikan
Kristen diterjemahkan sebagai “Pendidikan Agama Kristen” karena istilah
Pendidikan Agama Kristen mempunyai arti yang agak berbeda dengan istilah
”Pendidikan Kristen.”8
2. E.G.Homrighausen dan I.H. Enklaar, mengatakan bahwa; Istilah pendidikan
Kristen berasal dari bahasa Inggris ”christian education”. Oleh sebab itu, Gereja
Protestan Ortodok di Amerika lebih sering memakai istilah pendidikan Kristen,
atau pendidikan Agama Kristen.9 Pengertian pendidikan berasal dari kata “didik”
dan pendidikan itu adalah proses. Pengubahan sikap dan tata laku seorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
dan latihan proses perbuatan, cara mendidik.”10 Pendidikan Agama Kristen
merupakan istilah yang harus dipegang untuk membedakan dari nama-nama
lain, seperti pendidikan Kristen, pengajaran Kristen dan pendidikan agama yang
berbeda artinya.
Ibid, hlm. 16.
I, ilik Kristiano, Prinsip dan PraktikPAK, Penuntun Bagi Mahasiswa teologi dan PAK, Pelayan
Gereja, Guru Agama, dan Keluarga Kristen ( Yogyakarta: Andi Offset, 2006), 1
9E. G.Homrighausen dan I.H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2005), 20.
10Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), 204
7
8Paulus
Jurnal Luxnos Vol.1, No.1, Edisi Januari-Juli 2016
3. Hieronimus (345-426), Pendidikan Agama Kristen adalah Pendidikan yang
tujuannya mendidik jiwa sehingga menjadi Bait Tuhan (I Korintus 3 :16). Haruslah
kamu sempurna sama seperti Bapamu yang di Sorga sempurna11.
4. Agustinus (345-430), Pendidikan Agama Kristen adalah pendidikan yang
bertujuan mengajar orang supaya “melihat Allah’ dan ‘hidup bahagia’. Dalam
pendidikan ini para pelajar sudah diajar secara lengkap dari ayat pertama
Kejadian “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi” sampai “arti
penciptaan itu pada masa gereja sekarang ini”. Pelajaran Alkitab difokuskan pada
perbuatan Allah.12
3. Martin Luther (1483-1548), Pendidikan Agama Kristen adalah pendidikan yang
melibatkan warga jemaat untuk belajar teratur dan tertib agar semakin menyadari
dosa mereka serta bersukacita dalam firman Tuhan yang memerdekakan. Di samping
itu Pendidikan Agama Kristen memperlengkapi mereka dengan sumber iman,
khususnya yang berkaitan dengan pengalaman berdoa, firman tertulis (Alkitab) dan
rupa kebudayaan sehingga mereka mampu melayani sesamanya termasuk
masyarakat dan negara serta mengambil bagian dengan bertanggungjawab dalam
persekutuan kristen.13 Marthin Luther berkotbah dan sering menulis tentang
pentingnya pendidik. Dengan keras Luther menantang para orang tua agar mendidik
anak-anaknya, juga menantang pemerintah untuk mendukung program wajib
belajar. Luther mengatakan, seseorang jangan menikah sampai mereka mampu untuk
mengajar anak-anak mereka dalam keagamaan dan menjadikan mereka orang-orang
Kristen sejati. Untuk negara Luther berpendapat bahwa negara harus menjadi agen
pendidikan yang memajukan pengajaran-pengajaran gereja14.
4. Jhon Calvin (1509-1664), Pendidikan Agama Kristen adalah pendidikan yang
bertujuan mendidik semua putra-putri gereja (kaum muda) agar mereka:
a. Terlibat dalam penelaahan Alkitab secara cerdas, sesuai dengan bimbingan
Roh Kudus.
b. Mengambil bagian dalam kebaktian dalam puji-pujian dan memahami
keesaan gereja.
c. Diperlengkapi untuk memilih cara mengejawantahkan pengabdian diri
kepada Allah Bapa dan Yesus Kristus dalam pekerjaan sehari-hari serta hidup
bertanggung jawab di bawah kedaulatana Allah demi kemuliaan-Nya sebagai
Robert R. Boehlke, Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek PAK dari Plato sampai Ig. Loyola,
(Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2001), hlm. 111.
12 Ibid, hlm. 128.
13 Ibid, hm., 414.
14 Ibid, hm., 414.
11
Jurnal Luxnos Vol.1, No.1, Edisi Januari-Juli 2016
lambang ucapan syukur mereka yang dipilih dalam Yesus Kristus. 15
Pendidikan Agama Kristen merupakan pemupukan akal orang percaya
dengan firman Allah dibawa bimbingan roh Kudus melalui sejumlah
pengalaman belajar yang dilaksanakan di gereja, sehingga menghasilkan
pertumbuhan rohani yang berkesinambungan dan semakin mendalam
melalui pengabdian diri kepadda Allah Bapa di dalam Tuhan Yesus Kristus
berupa tindakan kasih terhadap sesama.
5. Campbell Wyckoff (1957), Pendidikan Agama Kristen adalah Pendidikan yang
menyadarkan setiap orang akan Allah dan kasih-Nya dalam Yesus Kristus, agar
mereka mengetahui diri mereka yang sebenarnya, keadaannya, berfungsi sebagai
anak Allah dalam persekutuan Kristen, memenuhi panggilan bersama sebagai
murid Yesus di dunia dan tetap percaya pada pengharapan Krsiten.16
6. E. G. Homrighausen, dalam konfrensi kajian Pendidikan Agama Kristen di
Sukabumi (1955) mengatakan bahwa Pendidikan Agama Kristen adalah yang
menerima pendidikan itu semua pelajar, muda dan tua memasuki persekutuan
iman dan oleh dia terhisap pula pada persekutuan jemaat yang mengakui dan
mempermuliakan nama-Nya di segala waktu dan tempat.17
7. Werner C. Graendorf (1976), Pendidikan Agama Kristen adalah proses pengajaran
dan pembelajaran yang berdasarkan Alkitab, berpusat pada Kristus, dan
bergantung pada kuasa Roh Kudus yang membimbing setiap pribadi pada tingkat
pertumbuhan, ke arah pengenalan dan pengalaman rencana dan kehendak Allah
melalui Kristus dalam setiap aspek kehidupan, dan memperlengkapi mereka bagi
pelayanan yang efektif yang berpusat pada Kristus sang guru Agung dan perintah
yang mendewasakan para murid.18
Paulus Lilik Kristianto, menyimpulkan defenisi Pendidikan Agama Kristen
menurut Werner C. Granedorf ke dalam tiga aspek utama Pendidikan Agama
Kristen, yaitu:
a. Aspek deskriptif, yaitu Pendidikan Agama Kristen merupakan pengajaran dan
pembelajaran berdasarkan Alkitab, berpusat pada kristus dan bergantug pada roh
Kudus. Pembelajaran berarti pembangunan pribadi menuju kedewasaan.
Sedangkan pengajaran berarti penyajian dan dorongan bagi pembelajaran efektif.
b. Aspek fungsional, yaitu Pendidikan Agama Kristen berusaha membimbing setiap
pribadi ke semua tingkat pertumbuhan melalui pengajaran Pendidikan Agama
Ibid, hlm., 314
Ibid hlm., 314.
17 Lop Cit. E.G. Homrighausen dan I.H. Enklaar, hlm. 26
18Werner C. Graendorf, Introduction to Biblical Christian Education (Chicago: Moody Pres, 1988), hlm.
15
16
16.
Jurnal Luxnos Vol.1, No.1, Edisi Januari-Juli 2016
Kristen masa kini. Proses Pendidikan Agama Kristen ditujukan kepada setiap
pelayanan seperti Kristus (Yohanes 1:43). Pendidikan Agama Kristenberfungsi
sebagai penyedia, pendorong dan fasilitatot seperti dalam pembimbingan.
c. Aspek Filosofi Pendidikan Agama Kristen, yaitu Pendidikan Agama Kristen
pembelajaran dan pengajaran yang berpusat pada Kristus, sang guru Agung dan
perintah untuk mendewasakan murid.
Jadi dapat dikatakan Pendidikan Agama Kristen yang Alkitabiah harus
berdasarkan diri pada Alkitab sebagai firman Allah dan menjadi Kristus sebagai
pusat beritanya, dan harus bermuara pada hasilnya yaitu mendewasakan murid.19
8. Menurut Werner C. Graendorf dalam Hardi Budiyana memberikan pengertian
bahwa; Pendidikan Agama Kristen adalah Panduan proses pengajaran dan
pembelajaran yang berdasarkan Alkitab, berpusat pada Kristus dan bergantung
pada kuasa Roh Kudus.20 Tujuan pelaksanaan Pendidikan Agama Kristen di gereja
untuk membimbing setiap pribadi pada tingkat pertumbuhan, melalui pengajaran
firman Tuhan ke arah pengenalan dan pengalaman akan Allah melalui Yesus
Kristus dalam setiap aspek kehidupan.
Pendidikan Agama Kristen merupakan pendidikan yang berorientasi kepada nilainilai Kristiani yang bersumber dari Alkitab. Pendidikan Agama Kristen ini merujuk
kepada kehidupan manusia untuk memfokuskan diri dan memiliki iman yang
teguh serta percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat Dunia.
Oleh sebab itu, Pendidikan Agama Kristen yang berorientasi pada Alkitab
menyadarkan manusia supaya memiliki hidup yang berkenan kepada Tuhan.
Karena, Pendidikan Agama Kristen merupakan salah satu tugas dari gereja dalam
membina anggota-anggota gereja agar hidup dengan berpegang teguh kepada
kebenaran Ilahi yang datangnya dari Allah.
9. Oditha R. Hutabarat dan Janse Belandina Non-Soerrano mengatakan bahwa
hakikat Pendidikan Agama Kristen seperti tercantum dalam hasil loka karya
Strategi Pendidikan Agama Kristen di Indonesia 1999 sebagai berikut: Usaha yang
dilakukan secara perencanaan dan terus-menerus dalam rangka mengembangkan
kemampuan pada siswa agar dengan pertolongan Roh Kudus dapat memahami
dan menghayati kasih Allah dalam Yesus Kristus yang dinyatakan dalam
kehidupan sehari-hari, terhadap sesama dan lingkungan hidupnya. 21 Pelaksanaan
Pendidikan Agama Kristen di gereja jemaat belajar untuk memahami dan
19
Paulus Lilik Kristianto, Prinsip dan Praktek Pendidikan Agama Kristen, (Yogyakarta: Andi, 2006),
20
Hardi Budiyana, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Kristen, (Yogyakarta: ANDI Offset, 2011), hlm. 6-
hlm. 5.
7.
21Oditha
R. Hutabarat dan Jense Belandina Non-Soerrano, Pedoman Untuk Guru PAK SD-SMA
Dalam Melakukan Kurikulum Baur, (Jakarta: BPK Gunung Mulia 2006),10.
Jurnal Luxnos Vol.1, No.1, Edisi Januari-Juli 2016
menghayati kasih Allah dan berupaya mempraktekannya di dalam persekutuan
jemaat agar tercipta hubungan yang harmonis sebagai kelaurga Allah. Dengan
demikian setiap orang yang terlibat dalam Pendidikan Agama Kristen di gereja
termasuk anak-anak dan remaja, emiliki panggilan untuk mewujudkan tandatanda Kerajaan Allah dalam kehidupan pribadinya maupun sebagai bagian dari
komunitas sebagai keluarga Allah agar menjadi garam dan terang dunia.
c. Pelaksanaan Pendidikan Agama Kristen
Pelaksanaan Pendidikan Agama Kristen untuk mengajarkan firman Tuhan kepada
umat Tuhan dapat diadakan di:
a.
Keluarga
Keluarga merupakan lembaga pertama di dunia yang diciptakan Allah untuk
memuliakan Allah. Selain untuk memuliakan Allah, kelurga juga sebagai tempat
pelaksanaan pendidikan pertama di dunia. Penting untuk menggunakan rumah sebagai
sarana untuk mempengaruhi orang-orang yang berpengaruh dalam hidup mereka.
Setiap orang setidaknya telah menghabiskan sebagian besar waktunya bersama
orangtua di rumah atau keluarga”.22 Oleh karena itu, pelaksanaan Pendidikan Agama
Kristen di keluarga akan lebih aman dan nyaman bagi anggota keluarga. Pelaksanaan
Pendidikan Agama Kristen dalam keluarga merupakan warisan pengajaran agama
dalam Perjanjian Lama (Ul. 6:4-9). Karena sebelum seorang anak memulai sekolah adalah
masa yang sangat penting untuk ia dididik oleh orangtuanya dirumah. Karena orangtua
hendaknya mempunyai pengaruh terbesar dalam menentukan jalan arah kehidupan
anak-anak mereka dan juga di dalam menolong membentuk watak dan kepribadian
mereka.23 Keluarga merupakan tempat pelaksanaan Pendidikan Agama Kristen bagi
anak-anak, karena itu Orangtua bertanggungjawab penuh terhadap pertumbuhan iman
anak-anaknya. Selain itu, orangtua juga sangat penting perannya dalam menentukan
masa depan anak-anaknya.
Keluarga mempunyai peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan atau
perkembangan pribadi seorang anak, sebab keluarga dalam lingkungan pertama dari
tempat kediamannya dan mempunyai fungsi untuk menerima, merawat, dan mendidik
seorang anak.24 Selain mengajarkan firman Tuhan, orangtua juga wajib untuk menerima
dan merawat anak-anaknya sebagai harta tak ternilai yang dititipkan Tuhan kepadanya
untuk mendidik agar hidup memuliakan Tuhan.
b. Sekolah
22John
O. Maxwill, Terobosan Menjadi orang Tua (Jakarta: Yayasan Pelayanan Tuaian Indonesia,
1997), 55.
23Lessin
Roy, Disiplin Keluarga, ( Malang: Gunung Mas, 1978), 130.
Mulyiono, Mengatasi Kenakalan Remaja (Yogyakarta: Yayasan Andi, 1986), 48
24Bambang
Jurnal Luxnos Vol.1, No.1, Edisi Januari-Juli 2016
Sekolah sebagai lembaga pendidikan sebenarnya juga sebagai unit social tersendiri,
yang untuk jangka waktu cukup lama terjadi proses saling mempengaruhi antara
berbagai pihak yang ada di lingkungan sekolah seperti antara anak yang satu dengan
yang lain, antara siswa sengan guru dengan kepala sekolah. 25 Sekolah selain sebagai
tempat pelaksanaan pendidikan, juga merupakan wadah untuk bersosialisasi antara
guru dengan peserta didik dan antar sesama peserta didik dalam berinteraksi dan saling
mempengaruhi dalam komunitas sekolah. Oleh karena itu, pelaksanaan Pendidikan
Agama Kristen di sekolah, bertujuan agar:
1. Peserta didik Kristen mampu mempengaruhi para peserta didik non-kristen dengan
karakter Kristus (buah roh – Gal. 5:22-23) melalui sikap hidupnya dalam
bersosialisasi di sekolah.
2. Peserta didik Kristen mampu mempertahankan imannya dari pengaruh pergaulan
dalam bersosialisasi di sekolah.
Guru merupakan orang yang berpengaruh kuat dalam kehidupan peserta didik 26.
Peranan guru dalam pelasksanaan pendidikan (Pendidikan Agama Kristen) di sekolah
sangat besar. Maka selain orangtua, guru juga sangat berpengaruh dalam kehidupan
para peserta didik dalam mengajarkan firman Tuhan sekolah. Karena sekolah
merupakan tempat untuk anak-anak belajar semua ilmu pengetahuan termasuk di
dalamnya Firman Tuhan melalui Pendidikan Agama Kristen.
Dalam mengajarkan Pendidikan Agama Kristen, guru wajib memperhatikan dan
menegur para peserta didiknya bila sikap atau prilakunya tidak sesuai firman Tuhan.
Orang yang paling bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas disekolah adalah
guru. Selain
mengajar dan mendidik, guru berperan dalam mengembangkan
kepribadian anak didiknya disamping orang tua. Guru dipandang serba tahu oleh
murid-murid, apa yang dikatakan guru dianggap pasti benar.27 Sebagai wujud dari
tanggungjawab dalam pembentukan sikap dan prilaku para peserta didik, maka guru
menegur dan mendisiplin agar peserta didik mentaati peraturan yang telah ditetapkan
oleh sekolah. Karena orang-orang yang sukses dalam hidupnya ialah orang-orang yang
hidup tertib dan disiplin dalam hidupnya sejak usia dini.
c. Gereja
Pelaksanaan Pendidikan Agama Kristen di gereja merupakan tindakan regenerasi
dari generasi tua ke generasi baru. Kesinambungan pengajaran Pendidikan Agama
Kristen kepada jemaat merupakan tanggung jawab pemimpin gereja dalam
25Singgih
D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (Jakarta BPK Gunung Mulia, 1986),
60
26John
C. Maxwill, Terobosan Menjadi Orang Tua (Jakarta: Yayasan Pelayanan Tuaian Iandonesia,
1997), 55
27Ibid,
109
Jurnal Luxnos Vol.1, No.1, Edisi Januari-Juli 2016
mengupayakan pertumbuhan gereja. Pendidikan Agama Kristen haruslah merupakan
salah satu kepedulian pokok dari setiap gereja di Indonesia. 28 Pendidikan Agama Kristen
tidak hanya diajarkan sebagai bidang studi atau mata pelajaran di sekolah, atau dijadikan
kegiatan persekutuan keluarga kristen di rumah, dan kegiatan pendalaman Alkitab
kepada jemaat pada setiap jenjang usia di gereja. Namun pelaksanaan Pendidikan
Agama Kristen merupakan kebutuhan umat Tuhan yang dapat diadakan disegala
tempat dan segala waktu untuk pengetahuan yang berdampak pada pertumbuhan iman
umat Tuhan.
Tujuan pelaksanaan Pendidikan Agama Kristen adalah untuk menanamkan citacita yang akan berkesan terhadap pikiran dan hati umat Tuhan dengan pengetahuan
akan Allah dan Yesus Kristus sebagai penebus. Pendidikan Agama Kristen yang
demikian akan memperbaharui pikiran serta membawa perubahan dalam tabiat. Akan
menguatkan dan meneguhkan pikiran melawan pikiran-pikiran tipu daya musuh jiwa,
serta membuat kita bisa mengerti suara Tuhan, yaitu akan menjadi seseorang atau orangorang yang terpelajar untuk menjadi teman sekerja Kristus. 29 Gereja sebagai tempat
persekutuan umat Kristen, merupakan lingkungan sosial
untuk pelaksanaan
Pendidikan Agama Kristen bagi semua kalangan usia di gereja. Pendidikan Agama
Kristen dapat diajarkan dalam lingkungan persekutuan kristen atau gereja melalui
Pendalaman Alkitab dan interaksi rohani antara anggota gereja yang sangat
mempengaruhi pertumbuhn iman jemaat.
Jemaat mula-mula disukai semua orang karena sikap hidup anggotanya yang sarat
pembaharuan karakter sebagai cerminan imannya karena pengajaran firman Allah. Oleh
karena itu, gereja harus mampu memberikan dampak yang positif terhadap pertumbuna
iman jemaat melalui pembelajaran Alkitab, agar mampu hidup lebih takut akan Tuhan
dalam menghadapi perkembangan zaman yang semakin modern. Jadi, pelaksanaan
Pendidikan Agama Kristen di rumah, di sekolah ataupun di gereja, merupakan proses
pembelajaran yang tetap dan bertujuan untuk saling mendukung dan saling melengkapi
dalam upaya mengajarkan firman Tuhan kepada umat Tuhan.
C. Peranan Pemimpin Gereja bagi Pertumbuhan Gereja
Pada bagian ini pembahasan difokuskan pada dua point utama yaitu (a). Pemimpin
Gereja dan (b). Peranan Pemimpin Gereja. Tujuan pembahsan untuk meletakan dasar
teologis bagi pemimpin gereja dan memperlengkapi jemaat.
1. Pemimpin Gereja
a. Panggilan Pemimpin Gereja
Setiap pemimpin gereja landasannya adalah karena panggilan Allah. Allah
berdaulat atas semua manusia, untuk menetapkan, memilih, memanggil, menguduskan
dan memperlengkapi setiap orang yang dikehendakiNya untuk memuliakan namaNya.
28Sairin
29Ellen
Weinata, Partisipasi Kristen dalam Pembangunan Pendidikan Di Indonesia, Jakarta,2000,27
White G. Amanat Kepada Orang Muda, (Bandung: Indonesia Publushing Hause), 156
Jurnal Luxnos Vol.1, No.1, Edisi Januari-Juli 2016
Pemimpin gereja adalah seseorang yang telah dipanggil sebagai pemimpin yang ditandai
oleh kapasitas memimpin, tanggung jawab pemberian Allah, untuk memimpin suatu
kelompok umat Allah (gereja) mencapai tujuan bagi, serta melalui kelompok ini.30
Seorang pemimpin gereja harus sadar bahwa dirinya ditebus dan dipanggil Allah untuk
tanggung jawab sebagai pemimpin dalam mengajar, mendidik dan memperlengkapi
umat Tuhan bagi pertumbuhan gereja Tuhan.
Pemimpin gereja harus menyadari bahwa dirinya dianugrahkan Allah kemampuan
untuk memimpin gereja Tuhan, baik secara organisasi maupun persekutuan orang-orang
percaya dalam persekutuan dengan Tuhan dan sesama. Seorang pemimpin gereja
berperan sebagai pelayan atau hamba Allah (Mrk. 10:42-45). Jadi tugas dan tanggung
jawab sebagai pemimpin gereja merupakan kepercayaan Allah untuk melayani Allah
dan jemaatNya. Motifasi dasar pelayanan seorang pemimpin gereja untuk membina
umat Tuhan agar hidup dalam persekutuan dengan Tuhan dan sesama umat Tuhan
sebagai pengabdian.
1. Pemimpin Umat Tuhan Dalam Perjanjian Lama
Pemimpin gereja bila ditinjau dari Alkitab Perjanjian Lama, maka ada dua sisi yaitu
pemimpin bangsa dan pemimpin umat. Sejarah pemimpin bangsa bagi bangsa Israel
mulai dari Musa, Yosua, para hakim dan para raja Israel dan Yehuda mulai dari raja Saul.
Raja-raja pada permulaan kerajaan Israel yang sangat terkenal yaitu dari raja Saul, raja
Daud dan Salomo. Saat itu kerajaan Israel sebagai kerajaan yang utuh dibawah
kepemimpinan seorang raja. Setelah kepemimpinan raja Salomo, kerajaan Israel
terpecah menjadi dua kerajaan yaitu kerajaan Israel dibagian selatan yang berpusat di
kota Yerusalem dan kerajaan Yehuda dibagian utara yang berpusat di kota Samaria.
Abdi Allah betapa berartinya nama itu! Ini menjelaskan seseorang yang datang dari
Allah, yang dipilih dan diutus;“31. Dalam pengertian bahwa para pemimpin umat Allah,
mulai dari Musa adalah pemimpin yang dipilih dan diutus oleh Allah, karena Musa
hidup dihadapan Allah dalam persekutuan dan hadiratNya. Musa hidup dalam
kehendak Allah dan dipimpin kemuliaan Allah untuk membawa umat Tuhan datang
kepada Allah, karena Allah menempati hatinya yang benar.
Setiap pemimpin gereja dituntut memilik motivasi untuk mengabdikan seluruh
hidupnya bagi pelayanan dan kemuliaan Allah. Karena pemimpin gereja yang mampu
mempengaruhi umat Tuhan untuk datang kepada Allah karena hidup dalam
persekutuan pribadinya dengan Allah. Musa, pemimpin umat Israel mampu
mempengaruhi Yosua, dan mempersiapkannya untuk menggantikannya sebagai
pemimpin bangsa Israel, karena karena Musa hidup dalam persekutuan pribadi dengan
Allah. Sebagai pemimpin umat-Nya, Musa tidak hanya diperlengkapi secara teknis
30
31
39.
Yakob Tomatala, Kepemimpinan Dinamis, Malang: Gandum Mas, 1997, hlm. 45.
Andrew Murray, Pembaharuan Hari demi Hari Bagi Orang Percaya, (Batam: Interaksara, 2011) hlm.
Jurnal Luxnos Vol.1, No.1, Edisi Januari-Juli 2016
dengan pertumbuhan dan pendidikannya di Mesir. Tapi dalam hal yang paling asasi. Ia
juga dibina menjadi pemimpin yang ulung berkat kesetiaannya mengikuti Allah oleh
imannya.32 Meskipun Musa dipersiapkan Allah secara khusus untuk memimpin umatNya Israel keluar dari Mesir tanah perbudakan, namun harus melewati proses yang
panjang, dan tidak terlepas dari berbagai kendala.
Pada saat keluar Yosua masih muda (Kel. 33:11). Musa memilih dia membantu
pribadinya, dan memberinya perintah membentuk pasukan terdiri dari suku-suku Israel
yang belum terorganisir, untuk memukul mundur bangsa Amalek yang datang
menyerang.33 Musa memilih dan mempersiapkan Yosua sejak keluar dari Mesir. Waktu
Musa menghadap Allah di gunung Sinai, Yosua siaga menanti di kemah pertemuan (Kel.
39:40; 40:2, 6, 7). Di dataran dekat sungai Yordan Yosua ditabiskan secara resmi sebagai
pengganti Musa. Selama empat puluh tahun Musa mempersiapkan Yosua sebagai
pemimpin yang untuk melanjutkan kepemimpinannya. Dalam kurun waktu empat
puluh tahun, Yosua harus belajar dari kepemimpinan Musa yang panjang sabar, lemah
lembut, melakukan perintah Tuhan dan belajar berhadapan dengan Allah. Pemimpin
yang berkualitas, dan sukses adalah pemimpin yang dapat mempersiapkan bawahannya
untuk pendelegasian tugas kepemimpinannya.
Musa tidak hanya mempersiapkan dan mendeligasikan tugas kepemimpinan
kepada Yosua. Namun atas nasehat Jitro mertuanya, Musa memilih pemimpin seribu
orang, seratus orang, lima puluh orang dan sepuluh orang dari orang-orang gagah
perkasa, yang terkenal bijaksana untuk membantu Musa dalam menangani seluruh
permasalahan kehidupan bangsa Israel, selama perjalanan di padang gurun (Kel. 18:2123).
Sedang pemimpin umat yang dimulai dari Harun dan anak-anaknya kemudian
imam-imam dan nabi-nabi Allah. Pada point ini pembahasan akan difokuskan pada
kepemimpinan umat Israel yaitu imam-imam dan nabi-nabi Allah. Para imam bertugas
untuk mengelola ibadah di Kemah suci atau Bait Allah, sedangkan para nabi adalah
penyambung lidah Allah yang bertugas untuk berbicara dan bertindak atas nama Allah.
Tidak semua pemimpin umat merasa layak dipakai untuk memimpin orang lain,
karena kesadaran pribadi akan kehidupannya yang tidak luput dari dosa, seperti nabi
Yeremia. Namun kesadaran dan perasaan berdosa tidak dapat membatasi panggilan
Tuhan bagi setiap orang pilihan-Nya. Nabi Yeremia adalah salah seorang dari nabi besar
dalam Alkitab, yang ketika dipanggil Tuhan merasa tidak layak menerima panggilan itu
karena kehidupan yang berdosa.
Tugas utama seorang nabi ialah memaklumkan Firman Allah kepada umatNya.
Reaksi awalnya adalah perasaan tidak memadai. Ia tidak merasa sanggup melaksanakan
32
Ensiklopedia Alkitab Masa Kini jilid II, (Jakarta: Yayasan Bina Komunikasi Bina Kasih, 1997) hlm.
33
Ibid., hlm. 227.
107.
Jurnal Luxnos Vol.1, No.1, Edisi Januari-Juli 2016
tugas tersebut”34. Setiap pemimpin umat Tuhan harus menyadari bahwa peranannya
sebagai pemimpin adalah panggilan Tuhan. Dalam panggilan pemimpin umat, peranan
Tuhan yang sangat dominan karena hidupnya ada dalam ketetapan Tuhan. Ketetapan,
pemilihan dan panggilan Allah bagi seorang pemimpin umat adalah kehendak dan
rencana Allah.
2. Pemimpin Umat Tuhan Dalam Perjanjian Baru
Panggilan pemimpin umat ditinjau menurut Alkitab Perjanjian Baru, tidak ada
perbedaan mendasar dalam proses panggilan pemimpin umat dalam Perjanjian Lama.
Pada zaman Perjanjian Baru para pemimpin gereja bukan lagi imam-imam dan nabinabi, tetapi diganti oleh oleh Tuhan Yesus, para rasul, penilik-penilik jemaat, penatuapenatua, para gembala jemaat dizaman ini. Pada masa hidup dan pelayanan Tuhan
Yesus ke dua belas rasul-Nya dipilih, dipanggil, dipersiapkan dan diutus untuk
melaksanakan tugas yang dideligasikan Tuhan Yesus yaitu Amanat Agung (Mat. 28:1820).
Setelah kembali ke Sorga Tuhan Yesus memilih, memanggil, dan mengutus Paulus
sebagai rasul terakhir-Nya. Tetapi firman Tuhan kepadanya: "Pergilah, sebab orang ini
adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain
serta raja-raja dan orang-orang Israel, (Kis. 9:15). Jadi, Rasul Paulus dikhususkan Tuhan
untuk melayani bangsa-bangsa bukan Yahudi.
Kepemimpin gereja pada zaman Perjanjian Baru bermuara pada pribadi Tuhan
Yesus kepala gereja. Sebab hidup, karakter, keteladanan, visi dan pelayanan-Nya yang
menjadi landasan pelayanan gereja sampai saat ini. Tokoh pemimpin yang paling
memperkaya orang lain termasuk memperkaya pemimpin dunia ialah “Yesus Kristus”.
Semua sifat dan sikap yang sempurna yang kita perlukan hanya ada di dalam pribadi
Yesus Kristus35. Oleh sebab itu kualifikasi seorang pemimpin rohani, yang terutama
adalah ketergantungan kepada kepribadian, kerohanian, mental dan siafat-sifat sosial
yang meneladani Yesus Kristus. Disusul dengan wibawa, intelektual, pengetahuan dan
kebijaksanaanNya. Pemimpin gereja harus memanifestasikan seluruh eksistensi
kehidupan Tuhan Yesus di dalam hidup dengan kekuatan kuasa Roh Kudus, di dalam
pelayanannya untuk menuntun orang lain datang kepada Tuhan Yesus.
Yesus meninggalkan suatu teladan dalam hal membimbing dan pemuridan.
PelayananNya diperagakan dihadapan dihadapan kedua belas muridNya. Mereka
mendengar Yesus mengajar, melihat Ia melakukan mujizat, mendengar Ia berdoa dan
mereka melihat Ia tergantung di kayu salib.36 Dalam pelayanan dan kepemimpinan
34
35
LeRoy Eims, Jadilah Pemimpin Sejati, (Batam: Gospel Press, 2001) hlm. 21.
Petrus Oktavianus, Manajemen dan Kepemimpinan Menurut Wahyu Allah, (Malang: YPPII, 1997)
hlm. 191.
36
hlm. 28.
Jerry C. Woffrod, Kepemimpinan Kristen Yang Mengubahkan, (Yogyakarta: Yayasan Andi, 2001)
Jurnal Luxnos Vol.1, No.1, Edisi Januari-Juli 2016
Tuhan Yesus, murid-murid-Nya dilatih, diberdayakan dan dikembangkan karuniakarunia rohani dan diperlengkapi Tuhan melanjutkan visi dan pelayanan-Nya. Tuhan
Yesus tidak hanya mentransfer pengetahuan, namun menjadi teladan dalam karakter
kepada para murid-Nya.
Pemimpin terbesar sepanjang masa yang pernah hidup sebagai manusia di dunia
ini ialah Tuhan Yesus, yang kepemimpinan dan kehidupan-Nya sanggup mengubah
dunia. Saat bersama para murid-Nya, Tuhan Yesus menunjukkan bahkan memberikan
semua unsure kepemimpinan gereja mengubahkan dalam kepenuhanNya. Alkitab
mencatat bahwa para murid belajar banyak tentang kehidupan, keteladanan, karakter,
pelayanan sampai kepemimpinan Tuhan Yesus. Semuanya itu dilakukan Tuhan Yesus
agar setiap pemimpin gereja mengekspresikan dalam pelayanan Tuhan Yesus agar visiNya dalam Amanat Agung tercapai.
Di saat seorang pemimpin gereja yang menyerahkan hati dan hidupnya kepada
Tuhan, ia hidup dibawah pengawasan Allah. Karena anugerah Allah seseorang dapat
melayani Allah, dan respons terhadap anugerah Allah adalah keterbukaan hidup
dihadapan Allah. Hal ini terjadi dalam kehidupan rasul Paulus, yang sebelum dipanggil
Tuhan adalah seorang penganiaya jemaat. Namun latar belakang hidupnya tidak hambat
Tuhan untuk memilihnya menjadi rasulNya. Rasul Paulus mengakui membuka
hidupnya dihadapan Tuhan dengan mengakui rencana dan tindakkannya untuk
menganiaya jemaat Tuhan (I Kor. 15:9).
Seandainya ada orang yang latar belakang yang seharusnya menjadikannya tak
terpakai oleh Allah, ialah rasul Paulus. Namun menjadi rasul terbesar bagi bangsa bukan
Yahudi dan digunakan oleh, dan untuk menulis sebagian besar kitab Perjanjian Baru37.
Dari latar belakang kisah hidup rasul Paulus, dapat dipelajari bahwa hak prerogative
Tuhan memanggil dan memilih seseorang, untuk melayani-Nya dan pekerjaanNya
tanpa melihat masa lalunya. Panggilan Tuhan adalah panggilan tertinggi untuk
menerima tugas mulia dari bagi kemuliaan nama-Nya.
Dengan anugerah kita dapat menjadi seorang abdi Allah! Orang yang mengetahui
dan membuktikan tiga hal; Allah adalah segala sesuatu, Allah menuntut segalanya dan
Allah mengerjakan semuanya38. Orang yang melihat Tuhan ditengah alam ciptaan-Nya
dan didalam diri sesamanya manusia, mengerti bahwa Tuhan menuntun untuk
memberikan kemuliaan hanya bagi Tuhan. Karena itu, manusia dituntut terus berusaha
agar menjadi seperti Anak Allah, untuk hidup di dalam ketergantungan yang tanpa
hentinya kepada Allah didalam Yesus Kristus yang berfirman dan mengerjakan
segalanya.
Kedewasaan rohani sangat diperlukan seorang pemimpin gereja. Sebab seorang
pemimpin gereja bukan seorang pemarah, seorang yang baik hati dan bertindak
37Op.
38
Cit, LeRoy Eims, Jadilah Pemimpin Sejati, hlm 25.
Andrew Murray, Perubahan Hari Demi Hari Bagi Orang Percaya, hlm. 42
Jurnal Luxnos Vol.1, No.1, Edisi Januari-Juli 2016
berdasarkan akal sehat; seorang pendamai yang selalu membawa damai, pelayan yang
didalam pelayanan itu diterima sebagai anugerah sebab pelayanan adalah kepercayaan
Tuhan untuk kerjakan bagi kemuliaan Tuhan.
Di samping kekayaan pengalamannya sendiri, ia diterangi dan diberi inspirasi oleh
Roh Kudus. Tiada ada satu sifatpun yang diperintahkan rasul Paulus merupakan sekedar
tambahan, melainkan keharusan yang sangat perlu39. Persyaratan kepemimpin dari rasul
Paulus kepada Timotius dan Titus adalah peraturan-peraturan baku yang dijadikan
standart untuk pemimpin gereja masa kini. Karena itu seorang pemimpin gereja tidak
cukup dengan teori akademis tapi harus disertai pengalaman terlebih hidup dalam
tuntunan Roh Kudus lewat persekutuan dan kualifikasi pribadi dengan Tuhan. Rasul
Paulus adalah pemimpin gereja yang benar-benar hidup meneladani dan mencerminkan
kepemimpinan Yesus Kristus. Karena keharmonisan hidupnya yang terpelihara dengan
Tuhan, maka kadang-kandang kelihatan sebagai manusia dan kadang-kadang wajahnya
seperti malaikat. Seharusnya para pemimpin gereja diakhir zaman ini dapat
mencerminkan kehidupan Yesus didalam hidupnya seperti rasul Paulus.
2. Peranan Pemimpin Gereja
Pembahasan tentang landasan teologis peranan pemimpin gereja memperlengkapi
jemaat bagi pembangunan pertumbuhan gereja maka penulis menyoroti dari dua sudut
pandang Alkitab, yaitu:
a. Dasar Teologi Perjanjian Lama
Dasar Alkitab Perjanjian Lama tentang peranan pemimpin umat dalam
memperlengkapi umat Tuhan adalah tujuan penciptaan oleh Allah. Sebelum
menciptakan manusia, Allah Tritunggal bermusyawarah dan bermufakat, untuk tujuan
penciptaan manusia. Tuhan Allah menjadikan makluk-makluk lain hanya berfirman saja;
‘jadilah ini’ dan ‘jadilah itu’. Tetapi ketika Tuhan menjadikan manusia, Ia
bermusyawarah. Hal ini menunjukkan bahwa terjadinya penciptaan manusia
direncanakan diantara Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus, “Baiklah Kita menjadikan
manusia” (Kej. 1:26). Rencana itu menyatakan bahwa pekerjaan menjadikan manusia itu
lebih penting dari pada menjadikan manusia 40. Lalu Allah yang menciptakan manusia
menurut gambar dan rupa-Nya baik laki-laki dan perempuan. Kemudian Allah
memberkati manusia untuk beranak cucu dan berkuasa atas ciptaan Allah yang lainnya
(Kej. 1:26-28). Tujuan Allah menciptakan manusia dijelaskan lagi dalam (Kej. 2:15; 20).
Manusia dijadikan Allah sebagai rekan sekerja-Nya.
Kesepakatan Allah Tri-tunggal dalam menciptakan manusia, menunjukkan bahwa
manusia itu sangat berharga dimata Tuhan, sehingga diciptakan pada hari terakhir
sebagai puncak penciptaan Allah. Waktu Allah menjadikan manusia tidak hanya
berfirman, tetapi dengan kasih Allah membentuk manusia dari tanah liat menurut
39
J.Oswald Sanderns, Kepemimpinan Rohani, (Bandung: Kalam Hidup, 1997) hlm. 32.
Jurnal Luxnos Vol.1, No.1, Edisi Januari-Juli 2016
rencana kasihNya, kemudian Allah menghembuskan nafas hidupNya kedalam tubuh
manusia.
Kata gambar dan rupa Allah secara etimologi dapat didefenisikan terpisah yaitu
kata ‘gambar’ berarti yang menjadi pokoknya, sedangkan ‘rupa’ berarti’ bahwa gambar
itu sudah mirip. Jadi kalimat gambar dan rupa Allah berarti secara khusus berarti pada
manusia ada pengetahuan, kebenaran dan kesucian Allah. Sedangkan secara umum
berarti segala sifat manusia yang membedakan manusia dengan makluk lain yaitu
pikiran, kemauan, jiwa, dan roh. Menjadi gambar atau dijadikan menurut gambar dan
rupa Allah berarti, bahwa manusia dipanggil untuk mencerminkan hidup ilahi di dalam
hidupnya. Dan penggilannya hanya mungkin dilaksanakan jikalau manusia mentaati
kehendak Allah, mengarahkan wajahnya kepada Allah. 41 Kejatuhan manusia ke dalam
dosa, tidak lagi mencerminkan kehidupan ilahi sebagai gambar dan rupa Allah di dalam
kehidupannya. Kerusakkan gambar dan rupa Allah di dalam pribadi manusia, karena
manusia lebih memilih untuk menjadi dirinya sendiri.
b. Dasar Teologi Perjanjian Baru
Dasar Alkitab upaya memperlengkapi manusia merupakan mandat karya
penebusan Allah dalam Tuhan Yesus Kristus bagi manusia. Sejak dari taman Firdaus
Tuhan telah beri janji kepada manusia yang telah jatuh kedalam dosa itu. Janji itu adalah
pemberitahuan tentang rencana penyelamatan oleh Tuhan. Janji itu disebut: Injil
pertama, janji induk yaitu seorang penolong akan datang kelak, dilahirkan dari si
perempuan dan Ia akan menginjak-injak kepala si ular.42 Seorang penebus yang
dilahirkan dari keturunan perempuan yaitu Tuhan Yesus Kristus, karena karunia Roh
Kudus yang mampu mengerjakan pekerjaan-pekerjaan Allah. Kristus adalah manusia
sejati, yang lahir dari seorang perempuan, seperti halnya dengan manusia yang lain,
yang selanjutnya mengalami perkembangan jasmanidan rohani seperti halnya dengan
segala mnusia, akan tetapi dilain pihak Alkitab juga menceritakan bahwa Kristus adalah
Allah sejati, yang bersama-sama dengan Allah dan Allah adanya, yang menjadikan
segala makluk serta menghidupinya yang membaharui segala yang telah dijadikanNya.43
Jadi Yesus Kristus adalah pribadi Allah yang menjadi manusia untuk menyelamatkan
manusia dari kuasa dosa, sesuai dengan janji Allah dalam Kejadian 3:15. Maka Rasul
Paulus mengatakan bahwa:
Tuhan Yesus Kristus adalah Allah, yang sudah
mengosongkan diri dan mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan
manusia (Flp. 2:6-8).
D. Pertumbuhan Gereja.
Harun Hadiwijono, Iman Kristen, Jakarta: BPK: Gunung Mulia, 1992, hlm. 204.
J.Verkuyl, Aku Percaya, Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 1995) hlm. 106.
43 Harun Hadiwijono, Iman Kristen, hal. 307-308.
41
42
Jurnal Luxnos Vol.1, No.1, Edisi Januari-Juli 2016
1.
Pengertian gereja
Pengertian gereja yang sesungguhnya, dari pandangan yang Alkitabiah. Gereja
adalah persekutuan orang-orang yang dipilih, dipanggil keluar dari kegelapan (dosa)
kepada terang yang ajaib (Yesus Kristus) dan ditempatkan di dunia ini untuk melayani
Allah dan manusia dengan memberitakan perbuatan-perbuatan Allah yang besar (I Ptr.
2:9-10). Dari ayat ini Rasul Petrus mendefenisikan gereja sebagai persekutuan orangorang percaya yang sudah ditebus Allah dengan darah Yesus Kristus untuk mengerjakan
Amanat Agung Yesus Kristus agar semua manusia diselamatkan bagi kemuliaan Allah.
Sedangkan pengertian gereja menurut tim penyusun Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah: 1. Gedung (rumah) tempat berdoa dan melakukan upacara orang
Kristen, 2. Badan (organisasi) umat Kristen yang sama kepercayaan, ajaran dan tata cara
ibadahnya.44 Maksudnya bahwa Gereja selalu dipandang dari bangunan fisik gedung
untuk tempat persekutuan atau ibadah orang-orang tebusan Kristus, dan juga organisasi
yang berfungsi member jaminan kepastian hukum serta mengelola atau memagement
petalayanan gereja Tuhan.
Sedang menuruta Christ Marantika, pengertian gereja adalah: Gereja adalah orangorang yang telah dipanggil keluar dari dunia oleh Injil Yesus Kristus disatukan oleh iman
dalam Yesus Kristus untuk melakukan kehendak Allah. 45 Pengertian dari pernyataan
diatas dapat dipahami bahwa menurut ajaran Alkitab, arti gereja tidak menunjuk kepada
gedung tempat ibadah, atau suatu aliran tertentu. Karena gereja yang sesungguhnya
adalah kumpulan orang-orang percaya yang telah ditebus oleh Allah dengan darah
Kristus. Dengan demikian gedung gereja boleh dihancurkan, organisasi gereja boleh
dibubarkan, gereja akan tetap ada sebab gereja itu organisme yang walau semakin
dihambat akan semakin merambat.
Untuk menegaskan bahwa fungsi gedung gereja juga penting manfaatnya dalam
pelaksanaan kegiatan gereja, maka Dr.J.Verkuyl mengatakan, Gereja adalah lahir dari
Allah. Buah tangan pekerjaan Roh Kudus. Yang terpenting dalam gereja ialah penyataan
Allah, pemilihan oleh Allah, kehendak Allah untuk mengumpulkan orang-orang
beriman.46 Dari pendapat kedua teolog tersebut dapat dipahami, bahwa gereja sebagai
persekutuan orang-orang percaya membutuhkan tempat dan organisasi untuk
beribadah sebagai wujud persekutuan denagan Allah dan sesame juga menata pelayanan
gereja kearah kesempurnaan yang dikendaki Kristus Yesus.
Gereja adalah suatu perkumpulan manusia biasa, yang mempunyai kesamaankesamaan tertentu dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan di dunia seperti Negara,
partai politik, perkumpulan social dan lain-lain. Tetapi kalau kita melihat dari sisi
hakekat, ia pada lain pihak adalah suatu persekutuan rohani dengan Yesus Kristus
44Tim
Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Marantika, Kepercayaan dan Kehidupan Kristen, (Jakarta, BPK. Gunung Mulia, 1984) hlm.
45Christ
183.
46Dr.J.Verkuyl,
Aku Percaya, (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 1995) hlm. 199.
Jurnal Luxnos Vol.1, No.1, Edisi Januari-Juli 2016
sebagai kepala. Sebagai persekutuan rohani, ia adalah “objek dari percaya ataui iman
Kristen”.47 Bila dipandang dari sisi hukum, maka gereja adalah organisasi yang
penatalayanannya tidak berbeda dengan organisasi pada umunya. Perbedaan hanya
pada objektivitas gereja yang berfokus pada pembinaan iman Kristen, untuk
mencerminkan kehidupan dan karakter Yesus Kristus agar menjadi kitab yang terbuka,
untuk dapat dibaca oleh semua orang.
Dari pandangan-pandang dan uraian tersebut diatas, dapat dipahami dan diberi
kesimpulan sementara bahwa ada tiga pengertian gereja, sebagai berikut:
1. Gereja dalam pengertian sebagai persekutuan orang-orang yang dipanggila keluar
dari kegelapan dosa kepada terang yang ajaib yaitu Tuhan Yesus Kristus.
2. Gereja dalam pengertian sebagai bangunan atau gedung tempat persekutuan orangorang tebusan Tuhan Yesus Kristus dengan Allah dan dengan sesama.
3. Gereja dalam pengertian organisasi yaitu badan hukum untuk mengatur pelayanan
gereja dalam mencapai fungsi gereja.
a. Pengertian gereja dalam Perjanjian Lama
Pembahasan tentang gereja tidak ditemukan di daalam Alkitab Perjanjian Lama.
Walaupun demikian, kegiatan gereja sudah ada dan berjalan dengan baik, meskipun
mungkin berbeda tata ibadah dan penatalayanannya dalam organisasinya. Kegiatan
gereja dalam Alkitab Perjanjian Lama terlihat dalam tempat peribadahan orang Yahudi
yaitu kemah suci atau Tabernakel pada zaman Musa, Kemah atau pondok Daud pada
zaman raja Daud dan Bait Allah di Yerusalem pada zaman raja Salomo.
1. Kemah Suci
Sebelum Allah Abraham, Ishak dan Yakub memerintahkan Musa membuat Kemah
Suci atau Tabernakel, para leluhur bangsa Israel mempersembahkan korban bakaran
kepada Allah diatas tugu berupa susunan batu yang disebut mesbah (Kej. 22:9). Kata
Tabernakel tidak terdapat dalam Alkitab bahasa Indonesia. Kata ini berasal dari kata
Tabernacle dalam Alkitab bahasa Inggris. Kata Tabernacle berasal dari dua kata bahasa
Ibrani yaitu kata Ohel yang berarti tanda/kemah dan kata Mishkan yang berarti tempat
kediaman. Dalam perjalanan bangsa Israel dari Mesir menuju ke negeri Kanaan, Allah
memerintahkan Musa untuk membangunkan Kemah Suci (Kel. 25:8). Perlunya Allah
berada ditengah-tengah bangsa Israel, ialah supaya ada persekutuan antara Allah
dengan umat-Nya.48
Kemah Suci atau Tabernakel adalah tempat kediaman Allah di antara umatNya,
yang merupakan upaya Allah untuk membangun persekutuan dengan umatNya. Inilah
rahasia kekuatan hidup bangsa Israel sebagai umat pilihan Allah. Karena tanpa
47J.L.Ch.
Abineno, Garis-garis Besar Hukum Gereja, (Jakarta, BPK. Gunung Mulia, 1994) hlm.2.
B.S., Kemah Suci, (Surabaya, n.p. 1994), hlm. 17-18
48Jusuf
Jurnal Luxnos Vol.1, No.1, Edisi Januari-Juli 2016
kehadiran dan persekutuan Allah dengan bangsa Israel tidak mungkin bangsa itu
bertahan hidup selama empat tahun di padang gurun. Jadi begitu pentingnya makna
dan kehadiran Kemah suci, untuk kegiatan persekutuan atau ibadah bagi bangsa Israel.
Karena di dalam Kemah Suci bangsa Israel bertemu dengan Allah, memperoleh petunjuk
Allah dan mendapatkan kekuatan baru dalam perjalanan menuju ke tanah Kanaan yang
telah dijanjikan Allah dengan sumpah kepada nenek moyangnya.
Sebelum Kemah suci didirikan, kita membaca tentang Kemah Pertemuan, yakni
suatu tempat perjumpaan sementara dari Allah dengan umatNya (Kel. 33:7-11). Sarana
‘Kemah Suci’ yang berarti tempat kudus, dapat dibawa-bawa, dan itulah tempat tinggal
Allah ditengah-tengah bangsa Israel di padang gurun. Sarana itu masih dipakai lama
sesudah bangsa Israel masuk tanah Kanaan. Pada zaman Hakim-hakim tempat kudus
itu ada di Silo (Yosua 18:1), pada pemerintah Saul di Nob (I Sam. 21:1-9; Mrk. 2:25-26),
dan kemudian hari di Gibeon (I Taw. 16:39). Akhirnya ditempatkan oleh Salomo di Bait
Suci (I Raj. 4:8).49
Kemah Suci dibangun karena tujuan Allah yaitu untuk Allah berjumpa dan
bersekutu dengan umatNya Israel. Karena itu Kemah suci terus ada bagi orang Israel
sampai pada zaman Salomo membangun rumah khusus sebagai pengganti Kemah Suci
yang dikenal sebagai Bait Allah. Kemah Suci yang kemudian menjadi Bait Allah tidak
hanya sebagai tempat persekutuan Allah dengan umat-Nya, tapi juga merupakan nillai
perlambangan bagi zamannya, karena Kemah Suci adalah gambaran dari Sorga (Ibr. 8:5;
9:9,24).
2. Bait Allah
Pada Zaman raja Salomo tempat ibadah bangsa Israel yang disebut Kemah suci
diganti dengan membangun rumah khusus untuk perjumpaan dan persekutuan bagi
Allah dan umat-Nya disebut Bait Allah yang didirikan oleh raja Salomo di Yerusalem,
maka dikenal sebagai Bait Allah Yerusalem. Namun pada masa bangsa Babel raja
Nebukadnezar menguasai bangsa Yehuda pada tahun 586 SM Bait Allah tersebut
dihancurkan oleh tentara-tentara Babel. Tetapi setelah bangsa Yehuda kembali dari
pembuangan, Bait Allah dibangun kembali dibawah pimpinan Zerubabel pada tahun 515
SM.
Pengertian Bait Allah menurut kamus Alkitab ialah: Bait Suci itu menjadi pusat
hidup keagamaan umat Yahudi, juga pada zaman Tuhan. Orang-orang Kristen pertama
masih turut beribadah disitu, tetapi karena kelamaan terjadi perpisahan antara mereka
dengan orang-orang Yahudi (bdk. Kis.). Bait Suci itu dimusnahkan pada tahun 70 SM.
Oleh tentara Romawi di bawah Jenderal Titus. 50 Bait Allah selain sebagai pusat berbagai
kegiatan keagamaan Yahudi, yang menjadi kebanggaan orang Israel setelah Tabut Allah,
49Tim
50Tim
Penyusun, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, (Jakarta, OMF, 2002), hlm.
penyusun Alkitab, Kamus Alkitab, (Bogor, LAI, 2007), hlm 424
539.
Jurnal Luxnos Vol.1, No.1, Edisi Januari-Juli 2016
karena merupakan tempat kehadiran Allah diantara umatNya. Namun perlu dipahami
bahwa kehancuran bangsa Yehuda bermula dari penyimpangan fungsi Bait Allah.
Sesudah Israel berkembang menjadi suatu bangsa dirasakanlah perlunya suatu
tempat ibadah pusat, dan merupakan keharusan sebagai tempat berkumpul bagi seluruh
umat itu, sebagai lambang kesatuan mereka beribadah kepada Allah mereka. Kebutuhan
dipenuhi oleh Kemah Suci selama pengembaraan di padang gurun, dan tempat-tempat
ibadah yang diakui selama zaman para hakim51.
Betapa pentingnya kebutuhan akan tempat persekutuan dengan Allah bagi bangsa
Israel, yang dilambangkan dengan Kemah Suci dan tempat-tempat ibadah yang diakui
selama zaman para hakim seperti di Silo. Hal ini tercermin dalam kehidupan Daud raja
Israel kedua.
Alpanya suatu tempat ibadah bagi Yahweh serasa menggelisahkan hati, tatkala
Daud sudah mempersatukan seluruh kekuasaannya dan sudah membangun baginya
sendiri istana besar dan menetap, Raja Daud berkata; Lihatlah, aku ini diam dalam
rumah kayu aras, padahal Tabut Allah diam dibawah tenda (II Sam. 2:7). Tapi ijin tidak
diberikan kepadanya untuk membangun Bait Suci sebab tangannya dinodai oleh darah
musuh-musuhnya, namun bahan-bahan dikumpulkannya, harta ditumpuknya dan
tanah untuk tempat Bait Allah dibelinya (I Taw. 22:8; II Sam. 24:18-25). Pembangunan
Bait Suci dimulai oleh raja Salomo. 52 Pernyataan ini menggambarkan bahwa walaupun
dosa berkuasa atas manusia, namun kerinduan manusia akan persekutuan dengan Allah
penciptanya tetap ada. Ini karena adanya kekosongan dihati manusia yang harus
dipenuhi dengan kuasa yang lebih tinggi dari dirinya.
Dalam hal ini, gereja sebagai lanjutan dari kemah suci dan bait Allah, harus mampu
memberi pemahaman yang Alkitabiah kepada orang-orang percaya agar memberi
kekosongan hatinya untuk diisi oleh Tuhan. Adanya penyembahan berhala dan agamaagama suku, merupakan gambaran dari gereja tidak mampu memberi pemahaman yang
alkitabiah juga gaya hidup yang tidak menjadi kesaksian bagi masyarakat di luar gereja.
b. Pengertian gereja dalam Perjanjian Baru
Dalam Alkitab Perjanjian Baru, Yesus Kristus menyebut para pengikutNya dengan
sebutan “Jemaat-Ku” (Mat. 16:18) dalam pengertian bahwa gereja adalah milik Yesus
Kristus. Karena itu gereja di dalam Perjanjian Baru diartikan sebagai tubuh Kristus, dan
Kristus adalah kepala gereja atau jemaat.
Di dalam kitab Kisah Para Rasul 2:41-47, dokter Lukas dengan jelas memaparkan
pilar-pilar kehidupan dan pelayanan gereja mula-mula yaitu hidup dalam kesaksian
(Marturia), hidup dalam persekutuan (Koinonia) dan hidup dalam kasih (Diakonia) dan
kehidupan dalam pengajaran (Didaskalia).
51
Tim Penyusun, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini jilid I, (Jakarta: OMF, 1994), hlm. 136.
hlm. 136.
52Ibid,
Jurnal Luxnos Vol.1, No.1, Edisi Januari-Juli 2016
Pendapat beberapa teolog tentang pengertian gereja secara universal dalam
Perjanjian Baru. Charles C Ryrei mengatakan: Gereja secara universal adalah semua
orang percaya di Surga dan di bumi.53 A. H. Strong mengatakan: Gereja secara universal
adalah semua kumpulan dari orang-orang percaya, disemua masa dan abad, di bumi dan
di Sorga.54 Menurut Henry Thiessen: Gereja secara universal sebagai mempelai
perempuan Kristus.55 Sedangkan Tom Jacobs mengatakan: semua orang percaya adalah
jemaat Allah.56 Dari pendapat para teolog mengenai gereja universal dapat dipahami
bahwa gereja adalah persekutuan semua orang yang percaya kepada Allah dalam Yesus
Kristus, yang ada pada segala waktu dan segala tempat yang digambarkan sebagai
mempelai perempuan yang menantikan kedatangan Yesus Kristus yang kedua kali
sebagai sang mempelai laki-laki Sorga untuk menjemput gereja ke Surga.
Gereja lokal adalah perhimpunan tertentu, tempat bersekutu terus-menerus57.
Gereja lokal adalah mereka selalu bersama secara sukarela berkenaan dengan hukumhukum Kristus dengan tujuan mendapatkan penegakan yang sempurna dari
kerajaanNya didalam diri mereka dan dunia 58. Gereja lokal adalah orang-orang percaya
di suatu tempat tertentu59. Jadi pengertian gereja lokal adalah persekutuan orang-orang
percaya, yang dilakukan dengan senang hati dalam kasih Kristus yang terkonsentrasi
disuatu tempat tertentu secara berkesinambungan.
2.
Pengertian Pertumbuhan Gereja
Pembahasaan tentang pertumbuhan gereja merupakan topik menarik yang sudah,
sedang akan terus dibahas sebagai upaya di dalam gereja Tuhan untuk menggenapi
Amanat Agung Yesus Kristus didalam gereja. Pengertian atau defenisi mengenai istilah
pertumbuhan gereja secara teologis yakni sebagai manifestasi atau perwujudan Amanat
Agung Yesus Kristus dalam (Matius 28:19-20; Markus 16:15; Lukas 24:47-48; Yohanes
20:21; Kisah Para Rasul 1:8) untuk membangun gereja (bukan gedung) dalam segala
jenis pertumbuhan.60 Maksudnya, pertumbuhan gereja merupakan kegerakan Allah
melalui gerejaNya untuk membawa keluar sebanyak mungkin orang yang masih berada
dalam kegelapan dosa kepada terangNya yang ajaib yaitu Yesus Kristus. Jadi essensi
kegerakan gereja adalah perintah Allah untuk; “ … pergilah menjadikan semua bangsa
muridKu dan …” (Mat. 28:19-20); …”pergilah keseluruh dunia beritakan Injil …” (Mrk.
16:15); “… berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan, …”
(Lukas 24:47-48); “… Sama seperti Bapa mengutus Aku, … Aku mengutus kamu.” (Yoh.
Charles C Ryei, Teologi Dasar II, (Yogjakarta: Yayasan Andi, 1992), hlm. 186.
A.H. Strong, Systimatic Theology, (Valley Forge PA. Judson Press, 1979), hlm. 891.
55 Henry Theissen, Teologi Sistematika, (Malang: Gamdum Mas, 1992), hlm. 477.
56 Tom Jacobs, Gereja Menurut Perjanjian Baru, (Yogjakarta: Kanisius, 1998), hlm. 45.
57 Lop. Cit. Charles C Ryei, Teologi Dasar II, hlm. 186.
58 Lop. Cit. A.H. Strong, Systimatic Theology, hlm. 890.
59 Lop. Cit. Tom Jacobs, Gereja Menurut Perjanjian Baru, hlm. 45
60 John Virgil, Kompleksitas Pengembangan Gereja, (Jakarta: Yayasan Kasih Imanuel, 2001), hlm. 6.
53
54
Jurnal Luxnos Vol.1, No.1, Edisi Januari-Juli 2016
20:21); “ … dan kamu akan menjadi saksiKu … sampai ke ujung bumi.” (Kis. 1:8).
Kondisi pertumbuhan gereja seperti inilah yang menyebabkan gereja dapat eksis secara
dinamis. Jadi pertumbuhan gereja harus dalam segala segi/jenis atau hal yang
memanifestasikan Amanat Agung Yesus Kristus.
Pertumbuhan gereja adalah segala sesuatu yang mencakup soal membawa orangorang yang tidak memiliki hubunggan dengan Yesus Kristus ke dalam persekutuan
dengan Dia dan membawa mereka menjadi anggota gereja yang bertanggung jawab 61.
Berhubungan dengan defenisi diatas, maka Ron Jenson dan Jim Steven, defenisikan
pertumbuhan gereja sebagai berikut: Pertumbuhan gereja adalah kenaikan yang
seimbang dalam kuantitas, kualitas dan kompleksitas organisasi sebuah gereja lokal 62.
Defenisi ini merupakan kunci untuk memahami proses penyebab pertumbuhan gereja.
Apabila ketiga komponen kenaikan dimaksud ini tidak terjadi secara seimbang, maka
sebuah gereja tidak akan mempertahankan kesehatan yang baik.
Pertumbuhan gereja ialah perkembangan dan perluasan tubuh Kristus (orang
Percaya), yang mencakup kuantitas, kualitas, maupun organik. 63 Pertumbuhan gereja
harus seimbang antara kuantitas, kualitas dan organik atau struktural organisasi, karena
pertumbuhan kuantitas merupakan dampak dari pertumbuhan kualitas yang secara
otomatis akan mempengaruhi pertumbuhan struktural dalam organisasi.
Mengenai essensi pertumbuhan gereja George W Peters mengatakan: Gereja juga
harus bertumbuh (Ef. 4:16) sehingga anggotanya berlibat ganda dari tiap-tiap suku dan
kaum dan bahasa dan bangsa (Why. 5:9).64 Maksudnya gereja merupakan alat Tuhan di
dunia ini untuk melaksanakan rencana dan maksud yang telah ditetapkan Allah yaitu
Amanat Agung Yesus Kristus umat menjangkau seluruh umat manusia menjadi
umatNya.
Bruce Milne mengatakan: seharusnya gereja lebih merupakan organisme dari pada
organisasi, karena gereja adalah sesuatu yang hidup dan bertumbuh dalam kualitas dan
kuantitas.65 Pengertian gereja sebagai organisme yang hidup dan sehat adalah gereja
yang terus mengikuti kegerakan Allah sesuai pola Alkitab.
Gereja sebagai organisme yang hidup dan bertumbuh sesuai kegerakan Allah akan
berpengaruh bagi dunia sesuai essensi gereja sebagai garam dan terang dunia.
Pola pertumbuhan gereja yang Alkitabiah adalah pola pelayanan dan pertumbuhan
gereja mula-mula (Kis. 2:41-47) sesuai kegerakan Allah yang selalu berkembang sesuai
perkembangan zaman.
B. Dasar Teologis Pertumbuhan Gereja
C.Peter Wagner, Strategi Perkembangan Gereja, (Malang: Gandum Mas), hlm. 24.
Ron Jenson dan Jim Steven, Dinamika Pertumbuhan Gereja, (Malang: Gandum Mas, 1996) hlm. 8.
63 John Virgil, Kompleksitas Pengembangan Gereja, hlm. 10.
64 George W. Peters, Strategi Pertumbuhan Gereja, (Malang: Gandum Mas, 2002). hlm.25.
65 Bruce Milne, Mengenali Kebenaran, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,1996) hlm. 316.
61
62
Jurnal Luxnos Vol.1, No.1, Edisi Januari-Juli 2016
Alkitab sebagai dasar pertumbuhan gereja yang sangat prinsip dan fundamental
karena merupakan program Allah. Sebab tujuan utama Allah menciptakan dunia serta
segala isinya adalah untuk kemuliaanNya melalui manusia. Namun rencana Allah
tertunda ketika manusia jatuh dalam dosa dan terpisah dari Allah. Tetapi saat itu juga,
Allah menjanjikan seorang penyelamat memulihkan hubungan manusia dengan Allah
(Kej. 3:15).
Kemudian janji pemulihan ini tergenapi di dalam Yesus Kristus, untuk mencari
dan menyelamatkan yang hilang (Luk. 19:10). Sebagai upaya untuk menyukseskan
program tersebut Allah membangun gereja-Nya dan melibatkan manusia melalui
Amanat Agung yang disampaikan Yesus Kristus saat sebelum terangkat kembali ke
Surga.
Mengenai Dasar pertumbuhan gereja John Virgil mengatakan: Gerakan
pertumbuhan gereja yang baik dan utuh harus berdasarkan dan menyatakan, bahwa
pertumbuhan gereja itu merupakan kehendak Allah yang Maha Tinggi. 66. Dari
pernyataan ini dapat dipahami bahwa Allah menginginkan agar domba-dombaNya
yang hilang ditemukan dan mempergandakan jumlahnya. Gereja merupakan wadah
Allah untuk mengembalikan manusia kepada tujuan Allah yang semula yaitu untuk
hidup bersama Allah, memuliakan Allah dan menjadi rekan sekerja Allah.
Sedangkan menurut Rick Warren mengatakan bahwa: “Pertumbuhan gereja tidak
dapat dihasilkan oleh manusia! Hanya Allah yang dapat membuat gereja bertumbuh.” 67
Pernyataan yang bertolak dari segudang pengalaman dan prestasi ini, bermula dari
pemahaman yang Alkitabiah tentang gereja sebagai milik Allah maka Allah yang
memberi pertumbuhan. Jadi pertumbuhan gereja sebagai organisme tubuh Yesus
Kristus yang hidup akan terus bergerak secara dinamis dan inovatif sesuai kegerakan
Allah dari zaman ke zaman kearah kesempurnaan Kristus harus tetap berpijak pada
Alkitab.
Berhubungan dengan dasar pertumbuhan gereja, maka sebutan gereja dalam
hubungannya dengan orang-orang Kristen dipergunakan pertama kali oleh Yesus
sendiri waktu Ia berkata kepada Petrus, “Di atas batu karang ini Aku akan mendirikan
jemaatKu….(Mat. 16:18).”68 Jadi Yesus Kristus sendiri yang mencetuskan dan
mendirikan gerejaNya diatas diriNya sebagai dasar yang teguh. Karena itu pertumbuhan
gereja harus sesuai dengan konsep dasar pertumbuhan gereja yang sudah diletak Tuhan
Yesus.
Pedoman pelayanan pertumbuhan berdasarkan Alkitab dapat ditinjau berdasarkan
kedua perjanjian dalam Alkitab, yaitu:
1. Konsep Pertumbuhan Gereja Menurut Perjanjian Lama
66John
Virgil, Kompleksitas Pengembangan Gereja, hlm. 5.
Rick Warren; The Purpose Driven Church, (Malang, Gandum Mas, 2005), hlm. 18.
68 Billy Graham, Damai Dengan Allah, (Jakarta: YKBK, 1988) hlm. 233.
67
Jurnal Luxnos Vol.1, No.1, Edisi Januari-Juli 2016
Konsep pertumbuhan gereja menurut Perjanjian Lama adalah:
a. Mandat Allah kepada Adam, “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhlah bumi
dan ..” (Kej. 1:28).
b. Panggilan Allah kepada Abraham, … “Pergilah dari negerimu … ke negeri yang akan
Kutunjukkan kepadamu; Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, …” (Kej.
12:1-3).
Berdasarkan kedua ayat Alkitab ini, maka Allah memandatkannya kepada
manusia yang diawali dengan ungkapan perjanjian Lama dalam Kejadian 1, Allah
menciptakan dunia serta isinya dan memberkatinya, serta memandatkannya kepada
manusia untuk mengelolah dan memeliharanya 69. Manusia diberikan tanggung jawab
untuk berkembang dan mengembangkan dunia. Inilah berkat Allah dan panggilan
fungsional kepada Adam untuk bertambah banyak dan memenuhi bumi. Kemudian
secara spesifik Allah memanggil Abraham untuk menjadi bangsa yang besar dan
menjadi berkat. Panggilan Allah kepada Abraham merupakan mandat bagi
pertumbuhan gereja. Jika Allah yang memandatkan pertumbuhan gereja, maka Allah
bertanggung jawab atasnya.
Berita Alkitab mengenai sejarah Israel dimulai dengan panggilan Allah kepada
Abraham untuk menjadi bapa dari suatu bangsa baru. 70 Karena gereja bermula dari
agama Yahudi yang adalah keturunan Abraham, maka dapat disimpulkan bahwa
Amanat Agung dan dasar Alkitab Perjanjian Lama pertumbuhan gereja dimulai dari
panggil Allah kepada Abraham. Karena itu Allah menetapkan bahwa dari keturunan
Abraham semua bangsa di bumi akan diberkati. yaitu diselamatkan dari perbudakan
dosa, dan nubuatan ini tergenapi didalam Tuhan Yesus Kristus (Kej. 12:1-3; Mat. 1:1-17;
Gal. 3:29).
2. Konsep Pertumbuhan Gereja Menurut Perjanjian Baru
Konsep dasar teologis pertumbuhan gereja menurut Perjanjian Baru adalah: Yesus
Kristus meninstruksikan murid-muridNya untuk pergi memberitakan Inji, (Mat. 28:1920; Mrk. 16:15; Luk. 24:47-48; Yoh. 20:21; Kis. 1:8). Yesus Kristus menginstruksikan
kepada murid-murid-Nya untuk pergi memberitakan Injil dan menjadi semua bangsa
muridNya. Allah menginjili Abraham dan memandatkan penginjilan kepada manusia.
Hal ini terungkap jelas dalam Mat. 28:19-20. Penginjilan ini dimulai di hati Allah. Oleh
karena itu penginjilan bukan sekedar kabar baik, melainkan perjanjian Allah dengan
manusia untuk membawa shalom.71 Allah memulai pertumbuhan gereja dengan
mengadakan penginjilan kepada Abraham (Kej. 12:1-3 dan Gal. 3:8) kemudian Allah
69John
Virgil, Kompleksitas Pengembangan Gereja, hlm. 13.
David F. Hinson, Sejarah Israel Pada zaman Alkitab, (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 1996), hlm. 30.
71John Virgil, Kompleksitas Pengembangan Gereja, hlm. 14
70
Jurnal Luxnos Vol.1, No.1, Edisi Januari-Juli 2016
menjadi manusia untuk menyelamatkan dan melibatkan manusia dalam proyek
penyelamatan. Jadi, Amanat Agung sebagai bukti Allah melibatkan manusia dalam
proyek penyelamatan itu. Karena itu pertumbuhan gereja hanya akan cocok, bila melihat
penduduk dunia di bawa kepada Kristus. Disinilah Allah ingin melihat hasil nyata dari
pelayanan umatNya.
Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus, dicatat dari perspektif yang berbeda-beda
oleh para penulis Injil, namun dalam satu kerangka tujuan sesuai maksud Tuhan Yesus
Kristus yaitu agar Injil diberitakan sampai ke ujung-ujung bumi dan semua bangsa
dijadikan muridNya.
C. Pertumbuhan Gereja Menurut Kisah para Rasul 2:41-47
Pertumbuhan Gereja dapat terjadi dalam dua jenis yakni: pertumbuhan
kualitative dan kuantitative. Kedua jenis pertumbuhan tersebut akan diuraikan sesuai
pertumbuhan gereja menurut kitab Kisah Para Rasul 2:41-47, sebagai berikut:
1. Pertumbuhan Gereja secara Kualitative
Pertumbuhan kualitative berhubungan dengan kedewasaan jemaat dalam Kristus.
Perhatikan jemaat mula-mula di Yerusalem yang bertumbuh secara kualitative melalui
empat pilar pelayanan para murid yang kemudian dikenal dengan istilah empat pilar
utama pelayanan gereja, sebagai berikut:
a. Pertumbuhan Gereja Melalui Pelayanan persekutuan (Koinonia)
Pelayanan pertumbuhan Gereja mula-mula dimulai dari pelayanan persekutuan
yang di dalam bahasa Yunani dikenal dengan istilah Koinonia. Jemaat mula-mula atau
jemaat Kristen pertama berdiri di Yerusalem. Jemaat ini terdiri dari orang-orang yang
sejak semula mengikut Tuhan Yesus (Kis. 1:12-26). Bersama para rasul orang-orang ini
bertekun, sehati dalam doa bersama-sama menantikan janji Bapa (Kis. 1:14).”72
Maksudnya gereja mula-mula dimulai oleh para rasul melalui pelayanan persekutuan
yang beranggotakan murid-murid bersama seratus dua puluh (120) orang pengikut
Yesus lainnya (Kis. 1:15).
Orang-orang pada masa itu menyukai persekutuan satu dengan yang lain.” 73
Selanjutnya “ … gambaran masyarakat Kristen pertama, berkumpul setiap hari di
rumah-rumah jemaat untuk belajar firman Tuhan, makan bersama (memecahkan roti)
dan berdoa bersama. “Mereka berkumpul secara umum di tempat-tempat tertentu di
kompleks Bait Allah (menurut 3:11 dan 5:12 di Serambi Salomo)”. 74 Persekutuan
merupakan warisan dari gereja mula-mula. Adapun tujuan persekutuan ialah untuk
Dr. Tom Jacobs SJ, Gereja Menurut Perjanjian Baru, (Yogyakarta: Kanasius, 1992), hlm. 83.
F. Pfeiffer dan Evertt F. Harrison, Tafsiran Alkitab Wycliffe Volume 3 Perjanjian Baru,
(Malang: Gandum Mas, 2008), hlm. 410
74 Tim penyusun, Tafsiran Alkitab Masa Kini 3 Matius – Wahyu (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina
Kasih, 2010) hlm.344.
72
73Charles
Jurnal Luxnos Vol.1, No.1, Edisi Januari-Juli 2016
belajar Firman Tuhan, makan bersama dan berdoa bersama secara teratur. Kehidupan
Kristen yang demikian menjadi kesaksian bagi semua orang disekitar komunitas Kristen
pertama tersebut. Dengan kehidupan demikian, maka disenangi orang-orang yang
menyaksikannya, sehingga “… tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan
orang yang diselamatkan” (Kis. 2:47).
b. Pertumbuhan Melalui Pelayanan pengajaran (Didaskalia)
Gereja mula-mula kuat dalam pengajaran Firman Tuhan oleh rasul-rasul.
Pengajaran Tuhan, bersama dengan pemberitaan tentang kehidupan, kematian dan
kebangkitan Yesus serta maknanya bagi keselamatan manusia. Pengajaran ini
merupakan tradisi resmi di gereja mula-mula dan kemudian dimasukkan dalam
Perjanjian Baru.”75 Kemudian dilaporakan bahwa “Mereka menuruti ajaran dan
persekutuan para rasul, setiap hari jumlah mereka bertambah, mereka memuji Allah dan
disukai semua orang.”76 Dalam ibadah Kristen mula-mula Alkitab dibacakan didepan
umum (Kol. 4:16; 1Tes. 5:27) dan diuraikan (Kis. 2:42-43; 6:2).77 Adapun Fokus
pengajaran para rasul adalah tentang kehidupan Yesus Kristus yaitu; kelahiran,
kematian, kebangkitan, kenaikanNya dan pencurahan Roh Kudus sebagai penggenapan
janjiNya serta maknanya bagi keselamatan manusia. Maka tiap-tiap hari Tuhan
menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan (2:47), karena orang-orang
dengan terus-menerus, satu per satu, menerima keselamatan dari pengajaran para rasul.
Jadi betapa pentingnya pengajaran Firman Tuhan bagi jemaat sebagai gereja Tuhan,
karena gereja tidak akan bertumbuh tanpa pengajaran firman Tuhan yang benar.
Dampak fokus pengajaran Firman Tuhan oleh para rasul adalah gereja mula-mula
bertumbuh secara kualitas karena ada pelayanan khusus tentang pengajaran firman
Tuhan secara fokus oleh para rasul. Supaya konsentrasi pelayanan firman Tuhan tidak
terganggu, maka para rasul memilih ketujuh orang diaken untuk pelayanan kasih atau
pelayanan meja (Kis. 6:1-4). Jadi pertumbuhan gereja secara kualitas merupakan dampak
pengajaran Firman Tuhan yang Alkitab oleh para pemimpin gereja.
c. Pertumbuhan Melalui Pelayanan kasih (Diakonia)
Selain pelayanan lewat persekutuan dan pengajaran para rasul, jemaat mula-mula
juga kuat dalam pelayanan kasih (Diakonia). “Persekutuan ditunjukkan dalam
memecahkan roti dan berdoa dan juga dalam memiliki harta bersama (2:45).” 78
Pelayanan kasih jemaat mula-mula merupakan aplikasi nyata dari betapa saling
mengasihinya orang-orang dalam persekutuan pertama sehingga orang percaya yang
kaya menjual harta milik mereka untuk membantu memenuhi kebutuhan orang percaya
75 Ibid. Charles F. Pfeiffer dan Evertt F. Harrison, Tafsiran Alkitab WYCLIFFE Volume 3 Perjanjian
Baru, hlm 410
76Tim penyusun, Tafsiran Alkitab Masa Kini 3 Matius – Wahyu, hlm.344.
77 Bruce Milne, Mengenal Kebenaran, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), hlm 307.
78 Tim penyusun, Tafsiran Alkitab Masa Kini 3 Matius – Wahyu, hlm.345.
Jurnal Luxnos Vol.1, No.1, Edisi Januari-Juli 2016
yang miskin.79 Jadi pelayanan kasih jemaat mula-mula dipraktekan lewat dukungan
keuangan bagi anggota jemaat yang kurang mampu dalam keuangan. Saling berbagi
kesulitan diantara orang jemaat mula-mula, merupakan gambaran kehidupan Kristen
yang disenangi semua orang, karena mampu membangun keharmonisan sesama orang
percaya sekalipun di masa sulit.
d. Pertumbuhan Melalui Pelayanan kesaksian (Marturia)
Dampak dari kehidupan jemaat mula-mula dalam persekutuan (Koinonia),
pengajaran (Didaskalia) para rasul, dan pelayanan kasih (Diakonia) adalah jemaat mulamula hidup dalam kesaksian (Marturia). Keberanian jemaat mula-mula bersaksi tentang
Yesus Kristus sebagai dampak dari pencurahan Roha Kudus. Hari kelahiran gereja ialah
hari keturunan Roh Kudus pada pesta Pentakosta. Murid-murid dipenuhi Roh Kristus,
sehingga mereka berani bersaksi tentang kelepasan yang dikaruniakan Tuhan kepada
dunia. Dimana orang menyambut Injil dengan percaya kepada Yesus Kristus.” 80 Gereja
lahir dan bertumbuh karena peranan Roh Kudus dalam orang-orang percaya untuk
bersaksi. Hal ini merupakan fenomena yang Alkitabiah dan berkesinambungan dalam
pertumbuhan gereja.
Tercerai-berainya para pengikut gereja ini, melahirkan pelbagai proyek misi;
beberapa diantaranya diceritakan dalam bagian berikutnya tentang masa transisi (8:411:8).”81 Pertumbuhan gereja melalui kesaksian, berdampak pada penganiayaan gereja
yang diijinkan Tuhan agar gereja pergi bersaksi, membuka ladang misi yang baru. Tugas
gereja bukan saja menjaga kebenaran Firman Tuhan, tetapi juga memberitakannya
keseluruh dunia selain juga diberitakan dalam persekutuan umat Allah supaya orang
berdosa bertobat dan orang kudus dididik dalam kebenarannya. Gereja mempunyai
tugas untuk memberitakan Injil di dunia ini.” 82 Tugas gereja di bumi adalah bersaksi
agar gereja bertumbuh atau bertambah jumlah bilangan orang percaya. Jadi bagi gereja
kesaksian merupakan pelaksanaan Amanat Agung Yesus Kristus yang wajib
dilaksanakan tanpa kompromi oleh gereja Tuhan.
Kewajiban untuk bersaksi ini, harus dimulai dari dalam persekutuan umat Tuhan
yaitu gereja itu sendiri, supaya ada pertobatan dan juga mempersiapkan generasi yang
mau bersaksi untuk pertumbuhan gereja. Kualitas orang Kristen mencakup kehidupan
Kristus yang diperolehnya. Oleh karena itu, ketaatan dari hasil penginjilan dan kesaksian
hidup orang Kristen harus dinyatakan dalam bilangan. 83
Pertumbuhan gereja yang
sehat diawali dengan pertumbuhan kualitas atau kedewasan rohani jemaat Tuhan
79 Ibid. Charles F. Pfeiffer dan Evertt F. Harrison, Tafsiran Alkitab WYCLIFFE Volume 3 Perjanjian
Baru, hlm 410.
80 Dr.H.Berkhof dan Dr.I.H.Enklaar, Sejarah Gereja (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010) hlm 7.
81 Merrill C. Tenney, Survei Perjanjian Baru, hlm 297.
82 Louis Berkhof, Teologi Sistimatika Volume 5 Doktrin Gereja, (Surabaya: Momentum, 2010) hlm. 83.
83John Virgil, Kompleksitas Pengembangan Gereja, hlm. 22
Jurnal Luxnos Vol.1, No.1, Edisi Januari-Juli 2016
dengan menerapkan pengajaran Firman Tuhan yang Alkitabiah. Karena bila dicermati
dengan seksama, maka Kisah Para Rasul 2:47 menunjukkan dampak pertumbuhan
kualitas jemaat mula-mula lewat ketekunan para rasul mengajarkan Firman Tuhan. Jadi
pertumbuhan gereja secara kualitative pasti akan berdampak bagi bertumbuh secara
kuantitative.
Gereja Tuhan harus berpegang teguh pada keempat pilar dasar pelayanan gereja
yaitu Pelayanan Koinonia, Pelayanan Didaskalia, Pelayanan Diakonia, dan Pelayanan
Maturia, agar gereja mengalami pertumbuhan yang sehat dan seimbang. Pelaksanaan
keempat pilar dasar pelayanan gereja tersebut merupakan tugas dan tanggungjawab
pimpin gereja agar gereja bertumbuh seimbang.
2. Pertumbuhan Gereja secara Kuantitative
Pertumbuhan gereja secara kuantitative adalah pertumbuhan secara jumlah
anggota jemaat. Gereja mula-mula berawal pada hari Pentakosta (Kis. 2:41-47) dengan
anggota jemaat sebanyak seratus dua puluh orang (Kis. 1:15). Pada hari Pentakosta
sebanyak tiga ribu orang mengambil keputusan untuk mengakui Yesus adalah Kristus
dan Tuhan, setelah mendengarkan khotbah rasul Petrus (Kis. 2:41). Selanjutnya tiap-tiap
hari Tuhan menambahkan jumlah orang yang diselamatkan (Kis. 2:41-47). Angka
pertumbuhan jemaat terus bertambah karena pengajaran Firman Tuhan, sehingga
bertambah menjadi kira-kira lima ribu laki-laki orang (Kis. 4:4). Bahkan bilangan orang
percaya semakin bertambah (Kis. 5:14) melalui kesaksian orang percaya, pengajaran
Firman Tuhan oleh para rasul.
Bilangan menunjukkan jumlah atau kuantitas adalah tanda dari kualitas. 84
Pertumbuhan gereja secara kuantitas merupakan dari pertumbuhan gereja secara
kualitas. Sebaliknya pertumbuhan gereja secara kuantitas merupakan barometer untuk
mengetahui pertumbuhan gereja secara kualitas.
Adapun faktor-faktor pertumbuhan gereja secara kuantitave sebagai dampak
pertumbuhan gereja secara kualitative adalah:
1. Pertumbuhan Gereja karena Pertobatan
Pengertian pertumbuhan gereja secara kuantitative karena pertobatan adalah
pertambahannya jumlah jemaat karena pertobatan orang-orang berdosa. Pertumbuhan
ini karena pelayanan marturia atau pemberitaan Injil, kepada orang-orang yang belum
mengenal dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya dan
menjadi anggota gereja (Yoh. 1:12; Rm. 10:9-10). Agar gereja anda sangat efektif dalam
penginjilan, anda harus menentukan suatu target.85 Karena itu, harus ketahui jenis orangorang yang tinggal di daerah pelayanan, dan putuskan kelompok-kelompok yang
84
85
Ibid, hlm. 21
Rick Warren, The Purpose Driven Church, hlm. 163.
Jurnal Luxnos Vol.1, No.1, Edisi Januari-Juli 2016
sanggup dijangkau oleh gereja. Kemudian temukan gaya penginjilan yang penting dan
tepat dengan target yang hendak dijangkau. Walaupun gereja tidak pernah menjangkau
semua orang, tetapi gereja khususnya cocok untuk menjangkau beberapa jenis orang
tertentu, karena itu harus mengetahui orang-orang yang hendak dijangkau agar lebih
mudah pelayanan penginjilan. Dengan kata lain bahwa dalam pelayanan penginjilan,
gereja harus mempunyai target, metode dan sasaran yang tepat. Karena itu gereja harus
mengetahui kebutuhan masyarakat dilingkungan gereja terlebih dahulu, agar gereja
dapat menentukan gaya penginjilan yang cocok untuk menjangkau dan memenangkan
sebanyak mungkin jiwa bagi Yesus Kristus. Hal ini merupakan tugas tanggung jawab
dari pemimpin gereja sebagai pribadi yang menerima visi Allah, yang kemudian
memperlengkapi anggota jemaat dan melibatkan seluruh komponen gereja dalam
pelayanan penginjilan.
Pertumbuhan gereja karena pertobatan melalui penginjilan, merupakan
pertumbuhan gereja yang sungguh sangat sehat sebab menggenapi Amanat Agung
Yesus Kristus, (Mat. 28:18-20; Mrk. 16:15-18; Luk. 24:47-48; Yoh. 20:21 dan Kis. 1:8).
Artinya pertumbuhan gereja yang demikian dimaksudkan Yesus Kristus dalam Amanat
Agung-Nya kepada para murid khususnya dan semua orang percaya pada umumnya.
2. Pertumbuhan Gereja Karena Biologis
Pengertian pertumbuhan gereja secara biologis terjadi karena anak-anak dari
keluarga-keluarga Kristen yang bertumbuh menjadi dewasa, dilayani oleh gereja, di
bawa kepada Kristus dan menjadi anggota gereja yang bertanggung jawab. Kemudian
berkeluarga lalu memilih untuk menjadi anggota jemaat tetap di gereja tersebut.
Sebagian besar gereja-gereja diseluruh dunia bertumbuh dalam pertumbuhan secara
biologis. Pertumbuhan gereja secara biologis merupakan pertumbuhan secara alami
yang juga pasti terjadi pada setiap gereja Tuhan dalam pertambahan jumlah bilangan
jemaat Tuhan atau pertumbuhan kuantitas.
John Virgil mengatakan: “Pertumbuhan biologis adalah pertumbuhan kuantitas
anggota gereja Tuhan melalui keturunan orang percaya. Pertumbuhan jenis ini penting
karena sesuai dengan mandat misi Allah.” 86 Jadi pertumbuhan gereja secara biologis
merupakan penggenapan mandat Allah kepada manusia melalui Adam dan Abraham
untuk beranak cucu (Kejadian 1:28; 12: 2 dan 17:6). Pertumbuhan gereja secara biologis
juga penting, karena merupakan mandat Allah dan pasti tergenapi dalam kehidupan
manusia. Namun pertumbuhan gereja secara biologis bukan pertumbuhan gereja yang
sehat.
3. Pertumbuhan Gereja Karena Perpindahan
86
John Virgil, Kompleksitas Pengembangan Gereja, hlm. 27.
Jurnal Luxnos Vol.1, No.1, Edisi Januari-Juli 2016
Pertumbuhan gereja karena perpindahan anggota gereja terjadi ketika orang-orang
percaya meninggalkan keanggotanya pada satu gereja dan pindah ke gereja lain dengan
alasan-alasan tertentu. Misalnya karena urbanisasi yaitu perpindahan anggota gereja
dari desa ke kota atau sebaliknya karena alasan pekerjaan dan alasan-alasannya.
Pertumbuhan gereja karena perpindahan anggota gereja juga terjadi karena
perpindahan anggota jemaat antar denominasi gereja. Contohnya perpindahan dari
denominasi gereja protestan ortodoks ke denominasi gereja protestan injil atau
karismatik, dengan berbagai alasan, diantaranya karena pertumbuhan iman atau karena
alasan-alasan lainnya. Pertumbuhan yang demikian pasti ada, namun bukan
pertumbuhan gereja yang sehat, karena tidak ada pelipatgandaan jiwa atau Amanat
Agung Yesus Kristus tidak berjalan sesuai rencana Allah.
Jurnal Luxnos Vol.1, No.1, Edisi Januari-Juli 2016
ULASAN BUKU
Hoekema, Anthony A. Diselamatkan Oleh Anugerah. Surabaya: Penerbit Momentum,
2010.
Berbicara tentang pokok keselamatan, maka dapat dipastikan bahwa hanya di
dalam kekristenan sebuah konsep yang berbeda bahkan unik. Mengapa? Oleh karena
mayoritas agama di dunia mempercayai bahwa keselamatan seseorang hanya
dimungkinkan melalui perbuatan baik manusia atau amal ibadah. Tentunya, hal ini tidak
sama dengan pandangan iman Kristen. Karena iman Kristen meyakini bahwa
keselamatan mutlak inisiatif Allah Tritunggal. Inisiatif yang dipahami berawal dari
pemilihan, pengutusan Yesus Kristus untuk mati di salib, dan pemateraian keselamatan
itu di dalam setiap hati orang pilihan oleh Roh Kudus. Apabila keselamatan merupakan
inisiatif Allah, maka keselamatan harus dipahami sebagai sebuah anugerah. Bahkan
manusia tidak memiliki kekuatan untuk menolak (irresistible grace) apabila keselamatan
tersebut dianugerahkan kepada-Nya. Itulah sebabnya setiap orang yang telah ditetapkan
untuk selamat, pasti akan selamat.
Dalam buku ini, Anthony A. Hoekema sebenarnya hendak mempertegas tentang
kehendak dan kedaulatan Allah dalam keselamatan manusia berdosa. Maksudnya,
semata-mata karena anugerah sajalah manusia dapat diselamatkan atau beroleh
keselamatan. Meskipun memang harus diakui bahwa posisi teologi yang ditawarkan
oleh Hoekema dalam buku ini adalah berdasarkan kekristenan Injili atau perspektif
Reformed atau Calvinis. Hoekema tidak membedakan pandangan Injili dengan
pandangan Reformed, meskipun pada penekanannya memiliki perbedaan pada
beberapa aspek, yakni:
1. Faktor utama yang menentukan siapa yang akan diselamatkan dari dosa bukanlah
keputusan orang yang bersangkutan, melainkan kedaulatan anugerah Allah –
walaupun keputusan manusia itu memainkan peranan yang signifikan dalam proses
tersebut.
2. Penerapan keselamatan kepada umat Allah berakar di dalam ketetapan kekal (eternal
decree) Allah, di mana berdasarkan hal tersebut Ia telah memilih umat-Nya untuk
memperoleh hidup yang kekal, bukan berdasarkan kebaikan manusia itu, tetapi
semata-mata berdasarkan kerelaan kehendak-Nya.
3. Walaupun semua manusia yang telah mendengar berita Injil diundang untuk
menerima Kristus dan keselamatan-Nya, dan dengan sungguh-sungguh dipanggil
untuk menerimanya, tetapi anugerah Allah yang menyelamatkan dalam arti yang
sebenarnya tidak bersifat universal, tetapi partikuler (tertentu), yaitu dikaruniakan
hanya kepada kaum pilihan Allah (mereka yang telah dipilih-Nya di dalam Kristus
untuk beroleh keselamatan).
Jurnal Luxnos Vol.1, No.1, Edisi Januari-Juli 2016
4. Karena itu, anugerah keselamatan Allah bersifat efektif dan tidak akan hilang. Akan
tetapi hal itu bukan berarti orang-orang percaya, jika dibiarkan bersandar pada
kemampuan mereka sendiri,tidak akan pernah menjauh dari Allah, tetapi apa yang
dimaksudkan adalah bahwa Allah tidak akan membiarkan kaum pilihan-Nya
kehilangan keselamatannya. Karena itu, jaminan rohani orang-orang percaya
tergantung terutama pada pegangan Allah terhadap mereka, dan bukannya atas
pegangan mereka pada Allah.
5. Walaupun penerapan keselamatan dalam diri umat Allah meliputi berbagai aspek
kehendak dan karya manusia – selain regenerasi dalam pengertian sempit – akan
tetapi penerapan ini terutama adalah karya Roh Kudus.
Dalam buku ini, Hoekema melihat dan menjelaskan doktrin keselamatan
berdasarkan perspektif biblika. Itulah sebabnya tidak terelakkan bahwa kita nantinya
akan diperhadapkan pada konsep yang paradoks. Bahkan Hoekema merasa seolah-olah
mustahil untuk menyelaraskan dua konsep yang paradoks ini. Akan tetapi kemudian dia
mengajak kita untuk meyakini bahwa kedua-duanya benar, oleh karena kedua-duanya
diajarkan dalam Alkitab. Alkitab mengajarkan mengenai kedaulatan Allah tentang
keselamatan. Namun di sisi yang lain, Alkitab juga dengan jelas mengajarkan mengenai
tanggung jawab manusia di dalamnya.
Bagi Hoekema, kedua konsep di atas benar. Bahkan menurutnya, apabila hendak
memahami Alkitab, kita harus menerima konsep paradoks ini, mempercayai bahwa apa
yang tidak dapat kita selaraskan dalam otak kita yang terbatas ini mendapatkan
keselarasannya di dalam pikiran Allah. Hoekema menambahkan,
Karenanya kita harus menegaskan baik kedaulatan Allah maupun tanggung jawab
manusia; baik anugerah Allah yang berdaulat maupun partisipasi aktif kita di
dalam proses keselamatan. Kita baru dapat dikatakan bersikap setia kepada ajaran
Alkitab jika kita dengan tegas berpegang kepada kedua sisi yang paradoks. Tetapi
karena Allah adalah Pencipta dan kita adalah ciptaan-Nya, maka Allah pasti lebih
utama. Karenanya kita harus mempertahankan bahwa faktor yang paling
menentukan di dalam proses keselamatan kita adalah anugerah Allah yang
berdaulat.
Itulah sebabnya dalam buku ini, Hoekema membahas tentang ordo keselamatan
tersebut secara gamblang, sistematis, biblis dan sangat baik. Diawali dengan menjelaskan
tentang ordo keselamatan itu sendiri. Dan kemudian secara berturut-turut membahasa
tentang: Peran Roh Kudus, Kesatuan dengan Kristus, Panggilan Injil, Panggilan Efektif,
Regenerasi, Konversi, Pertobatan, Iman, Pembenaran, Pengudusan, dan Ketekunan
Orang-orang Percaya Sejati.
Jurnal Luxnos Vol.1, No.1, Edisi Januari-Juli 2016
Menurut Hoekema, panggilan efektif adalah panggilan Injil yang dijadikan efektif di
dalam hati dan kehidupan umat Allah bagi keselamatan mereka. Atau dapat
didefinisikan sebagai tindakan Allah yang berdaulat melalui Roh Kudus-Nya, di mana
Dia memampukan pendengar panggilan Injil untuk menanggapi panggilan-Nya dengan
pertobatan, iman, dan ketaatan.
Sedangkan regenerasi dipahami oleh Hoekema dalam tiga komentar berikut ini: (1)
Regenerasi merupakan perubahan yang terjadi secara seketika; (2) Regenerasi
merupakan perubahan supranatural; (3) Regenerasi merupakan perubahan yang radikal.
Pada poin yang ketiga dipahami dalam dua hal, yakni: (a) Regenerasi berarti pemberian
atau ‘penanaman’ kehidupan rohani yang baru; (b) Regenerasi merupakan suatu
perubahan yang mempengaruhi keseluruhan pribadi.
Konversi mencakup sikap berbalik ganda: menjauhi dosa dan mengarahkan diri
kepada Allah dalam pelayanan. Di dalam pengertiannya yang paling penuh, konversi
seharusnya mencakup unsur-unsur berikut: (1) iluminasi pada pikiran, di mana dosa
dikenali dalam pengertian yang sesungguhnya, sebagai perilaku yang tidak dikenankan
oleh Allah; (2) penyesalan yang sungguh atas dosa, bukan sekadar kesedihan karena
akibat dosa yang pahit; (3) pengakuan yang rendah hati akan dosa, baik kepada Allah
maupun kepada sesama yang dilukai karena dosa kita; (4) membenci dosa, yang
mencakup keputusan yang tegas untuk meninggalkannya; (5) kembali kepada Allah
yang adalah Bapa yang penuh rahmat di dalam Kristus, dalam iman bahwa Dia dapat
dan akan mengampuni dosa; (6) sukacita yang penuh di dalam Allah melalui Kristus; (7)
kasih yang murni kepada Allah dan sesama beserta kesukaan di dalam di dalam
melayani Allah.
Pertobatan dapat didefinisikan sebagai tindakan yang secara sadar dilakukan oleh
seorang yang telah diregenerasikan untuk berbalik dari dosa kepada Allah di dalam
suatu perubahan kehidupan sepenuhnya, yang dinyatakan di dalam bentuk suatu cara
berpikir, merasa, dan berkehendak yang baru.
Iman adalah sarana yang dengannya kita diselamatkan, dan jalan menuju
pengharapan yang pasti. Sampai saat kebangkitan kita, kita dijaga oleh kuasa Allah
melalui iman. Paulus mengatakan, di dalam kehidupan Kristen satu-satunya hal yang
berharga adalah iman yang berkarya melalui kasih (Gal. 5:6). Lukas menggarisbawahi
arti penting dari iman dengan menggunakan satu kata untuk mendeskripsikan orangorang Kristen: “orang-orang percaya” (Kis.2:44).
Pembenaran harus dipahami dengan beberapa penjelasan berikut ini: (1)
Pembenaran mempresuposisikan adanya pengakuan atas realitas dari murka Allah; (2)
Pembenaran merupakan suatu tindakan deklaratif atau yudisial dari Allah dan bukan
merupakan suatu proses; (3) Pembenaran diterima hanya oleh iman, dan tidak pernah
merupakan pahala bagi perbuatan kita; (4) Pembenaran berakar dalam kesatuan dengan
Jurnal Luxnos Vol.1, No.1, Edisi Januari-Juli 2016
Kristus; (5) Pembenaran didasarkan kepada karya subtitusi Kristus bagi kita; (6)
Pembenaran meliputi pengimputasian kebenaran Kristus kepada kita; (7) Di dalam
pembenaran, kasih karunia dan keadilan Allah dinyatakan bersama-sama.
Pengudusan merupakan karya yang penuh anugerah diri Roh Kudus, yang
melibatkan tanggung jawab kita untuk berpartisipasi, yang dengannya Roh Kudus
melepaskan kita dari pencemaran dosa, perbarui keseluruhan natur kita menurut
gambar Allah, dan memampukan kita untuk menjalankan kehidupan yang diperkenan
oleh Allah.
Ketekunan Orang-orang Percaya Sejati adalah mereka yang memiliki iman sejati tidak
akan kehilangan iman itu secara total atau pada akhirnya. Orang-orang percaya sejati
bertekun bukan karena kekuatan mereka sendiri, melainkan karena kasih setia Allah
yang tidak berubah.
Pokok-pokok inilah yang saya jumpai ketika membaca buku ini, dan kemudian
saya laporkan sebagai tugas wajib untuk mengikuti mata kuliah ini. Buku ini sangat
bagus karena memberikan kepada kita pemahaman yang biblis tentang doktrin
keselamatan.
Ridolf R. Manggoa
Pratt, Richard L., Dirancang Bagi Kemuliaan (Designed For Dignity).
Surabaya: Momentum 2002. 235 halaman
Richard L. Pratt adalah seorang Profesor Perjanjian Lama dari Reformed Theological
Seminary di Orlando. Setelah membaca beberapa buku yang telah ditulis oleh Pratt,
maka disimpulkan bahwa penulis sangat baik dalam memaparkan setiap narasi dalam
Alkitab khususnya setiap narasi dalam Perjanjian Lama. Sehingga walaupun penulis
adalah seorang akademisi akan tetapi setiap tulisannya, termasuk buku ini disajikan
dengan bahasa yang relatif ‘ringan’ serta dengan contoh-contoh yang praktis. Hal ini
sangat jelas dijumpai dalam buku ini.
Pada bagian pertama buku ini, penulis menjelaskan tentang posisi kita dalam Kerajaan
Allah. Menurutnya, manusia diciptakan untuk menjadi sarana utama yang melaluinya
Kerajaan Allah akan dinyatakan di atas bumi. Manusia memiliki peran yang unik dalam
menghadirkan Kerajaan Allah dan manusia juga telah ditetapkan untuk berbagi di dalam
kemuliaan ini. Berdasarkan peran manusia untuk menghadirkan kemuliaan Allah di
dunia ini, maka Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya.
Menurutnya, kita adalah gambar Allah yang hina sekaligus yang mulia. Sebagai gambar
Allah yang hina mengindikasikan bahwa manusia bukanlah Allah serta manusia
hanyalah ciptaan yang memiliki keterbatasan. Namun manusia juga adalah ciptaan yang
mulia, oleh karena manusia menjadi representatif pemerintahan Allah di bumi. Bahkan
menurutnya, manusia merupakan simbol kehadiran Allah di bumi. Meskipun pada
Jurnal Luxnos Vol.1, No.1, Edisi Januari-Juli 2016
akhirnya, itu dirusak oleh dosa. Sehingga membuat gambar itu rusak total dan tidak lagi
dengan sempurna dapat mewakili Allah di dunia.
Dalam bagian kedua, penulis mendeskripsikan tugas manusia di bumi sebagai
gambar dan rupa Allah. Menurutnya, manusia memiliki tugas ganda, yakni: berlipat
ganda dan menguasai bumi. Berlipat ganda bukan hanya berkaitan dengan pelipat-gandaan
secara fisik, meskipun hal ini juga merupakan panggilan kita yang mulia. Oleh karena
pelipat-gandaan dalam hal ini juga menyangkut tentang pelipat-gandaan secara spiritual
– sehingga klimaksnya nanti adalah Amanat Agung. Sedangkan berkuasa berarti
menguasai dunia demi kemuliaan Allah. Manusia harus memiliki relasi yang baik
dengan alam sekitar, sesama, dan diri sendiri. Sehingga kemuliaan bagi Allah dapat
terwujud melalui penaklukan bumi dengan kehadiran gambar-gambar Allah yang baik.
Bagian ketiga penulis mendeskripsikan tentang kejatuhan manusia yang merupakan
gambar Allah ke dalam dosa. Menurut penulis, keputusan manusia untuk memberontak
melawan Allah didahului oleh sebuah proses muslihat yang licik dari Iblis. Dan strategi
Iblis adalah menyerang atau fokus kepada ‘kebanggaan manusia’. Namun meskipun
manusia telah jatuh dalam dosa sama sekali tidak merubah manusia menjadi binatang.
Manusia tetaplah menjadi gambar dan rupa Allah yang telah rusak. Sehingga gambar
yang rusak inilah nantinya akan dikonstruksi ulang oleh Yesus Kristus melalui
pengorbanan-Nya di salib.
Pada bagian keempat, penulis mendeskripsikan tentang situasi dunia pasca kejatuhan
manusia dalam dosa. Kejahatan menjadi sebuah ancaman bagi bumi ini. Mengapa? Oleh
karena seperti yang sudah dijelaskan di awal bahwa semua ciptaan Allah bertujuan
untuk mempermuliakan-Nya. Namun sekarang hal itu tidak kelihatan lagi oleh karena
kejahatan yang semakin merajalela di bumi. Dalam bab ini, penulis mengambil contoh
dari kisah Nuh untuk menjelaskan bahwa sebenarnya Allah sudah memberikan banyak
waktu kepada manusia untuk bertobat. Akan tetapi manusia tidak menggunakan
kesempatan itu, sehingga Allah harus menghukum manusia karena dosa.
Bagian kelima penulis mendeskripsikan tentang pokok-pokok yang harus
diperhatikan guna dapat kembali meraih tujuan hidup kita. Menurut penulis, dalam hal
ini kita harus memperhatikan tiga pokok, yakni: (1) beriman kepada kuasa Allah yang
sedang memimpin kita ke sana; (2) bersabar menantikan waktu Allah; dan (3) bertekun
dengan setia kepada Tuhan. Untuk menjelaskan ketiga pokok di atas, maka penulis
mengambil contoh dari kehidupan Abraham dalam pergumulan iman untuk meyakini
dan menantikan realisasi janji Allah.
Bagian keenam penulis membawa kita untuk melihat situasi pada zaman Musa guna
kita dapat menggali setiap berkat Tuhan yang ada di sana. Dahulu Tuhan mengutus
Musa dan umat-Nya untuk berperang agar bisa merebut tanah perjanjian. Akan tetapi
sekarang kita harus melakukan perang rohani dengan senjata Firman Allah, oleh karena
dalam Firman Allah dapat ditemukan kekuatan dan keteguhan untuk menghadapi
peperangan melawan Iblis. Semua ini harus kita lakukan guna membawa pemulihan
gambar dan rupa Allah dalam diri manusia supaya dapat masuk ke dalam Kerajaan
Sorga.
Jurnal Luxnos Vol.1, No.1, Edisi Januari-Juli 2016
Pada bagian ketujuh, penulis mendeskripsikan tentang gambar Allah yang telah jatuh
dan rusak total, diberikan oleh Allah kemuliaan yang lebih tinggi. Hal ini tampak dengan
jelas dalam kerajaan Daud. Penulis mendeskripsikan bahwa sama seperti Daud yang
diliputi oleh kegirangan dan syukur yang luar biasa kepada Allah atas berkat-berkatNya yang melimpah, maka demikian juga kita yang telah memperoleh berkat yang luar
biasa dalam Kristus harus lebih bersyukur lagi bahkan lebih dari pada syukur Daud.
Oleh karena melalui kebangkitan Kristus, memungkinkan kita untuk mengecap mahkota
kemuliaan bersama dengan Kristus.
Pada bagian kedelapan, penulis menjelaskan tentang dua efek dari berkat Allah. Di
mana menurutnya, apabila berkat tersebut digunakan seturut dengan maksud dan
rencana Allah maka hal itu akan berdampak positif bagi hidup kita. Namun apabila
dipergunakan dengan tidak benar maka hal itu akan berdampak secara negatif kepada
kita. Hal ini dijelaskan penulis berkaitan dengan Hukum Taurat. Hukum Taurat dapat
menolong kita untuk mengenal dosa sehingga kita merasa perlu seorang juruselamat.
Akan tetapi Hukum Taurat sendiri bukanlah juruselamat. Sehingga apabila kita sudah
mengenal dosa melalui Hukum Taurat, maka kita menghindari dosa. Namun justru
membuat kita semakin giat melakukannya. Bukankah hal ini menjadi lumrah dalam
kehidupan gereja Tuhan?
Dalam bagian sembilan dan sepuluh, penulis mendeskripsikan tentang peran sentral
dari Yesus Kristus sendiri dalam pemulihan gambar dan rupa Allah itu. Sehingga
pemulihan yang utuh terhadap gambar dan rupa Allah dalam diri manusia tergantung
pada upaya satu orang yang kepada-Nya kita menyandarkan segala harapan kita – Yesus
Kristus. Ia menjadi langkah terakhir menuju kemuliaan. Namun dalam menunggu
kondisi tersebut, terlebih dahulu kita dipanggil untuk menderita bagi-Nya. Setiap orang
percaya menanggung penderitaan dan kesukaran demi Kristus.
Kelebihan. Penulis mendeskripsikan buku ini dengan sangat sistematis, bahasa yang
mudah dipahami, meskipun nilai akademis dan alkitabiahnya tetap tinggi. Sehingga
menjadi kerugian besar bagi setiap orang Kristen yang tidak membaca buku ini. Oleh
karena buku ini dapat menghantar kita mengerti ‘siapakah kita?’, ‘apa yang seharusnya
kita perbuat?’, dan ‘mengapa kita harus eksis di dunia ini?’
Pekerjaan yang sulit adalah mencari kelemahan buku ini. Buku ini nyaris sempurna.
Meskipun sudah dua kali selesai membaca habis buku ini, akan tetapi kelemahan isi
nyaris tidak ada. Richard L. Pratt memang seorang ahli Perjanjian Lama yang extra
ordinary.
Buku ini sangat bagus, serta pesan yang disampaikan sangat urgen, sehingga menurut
saya buku ini dibaca semua kalangan orang percaya. Sangat disayangkan apabila dibaca
oleh kelompok mahasiswa teologi saja. Oleh karena bahasanya pun sangat mudah
dipahami.
Adi Putra
Jurnal Luxnos Vol.1, No.1, Edisi Januari-Juli 2016
PARA KONTRIBUTOR:
1. Dr. Sri Dwi Harti, M.Th., menyelesaikan Studi Doktoral pada bidang Teologi di
Sekolah Tinggi Agama Kriten Apollos Manado (STAKAM). Sekarang menjabat
sebagai Puket III Bidang Kemahasiswaan dan Pelayanan di STT Pelita Dunia, dan
sebagai dosen tetap pada Program Studi Teologi.
2. Abraham Tefbana, M.Pd.K., menyelesaikan Studi Magister Pendidikan Agama
Kristen (M.Pd.K) pada STT IKAT tahun 2012. Sekarang menjabat sebagai Puket 1
Bidang Akademik STT Pelita Dunia dan dosen Tetap pada Program Studi PAK.
3. Adi Putra, M.Th., menyelesaikan Studi Magister Teologi (M.Th.) keahlian Biblika
Perjanjian Baru di Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta pada tahun
2014. Sekarang menjadi dosen tetap pada STT Pelita Dunia.
4. Deky Hidnas Yan Nggadas, M.Th., Meraih gelar Sarjana Teologi dari SETIA Jakarta
(2003); gelar Magister Divinitas dari STT Amanat Agung Jakarta (2008); dan gelar
Master of Theology in Theological and Biblical Studies dari Institut Injil Indonesia
Batu, Malang, setelah mempertahankan tesis berjudul: “Dari ‘Mesir’ ke Mesir:
Analisis terhadap Penggunaan Hosea 11:1 dalam Matius 2:15 dengan Pendekatan
Kristotelik” (2013). Beliau adalah penulis buku-buku: Pengantar Praktis Studi Kitabkitab Injil (2011); Paradigma Eksegetis: Penting dan Harus (2013); dan Dari ‘Mesir’ ke
Mesir: Telaah Kristotelik Hosea 11:1 dalam Matius 2:15 (2015). Saat ini beliau bekarja
sebagai dosen Biblika PB di Gracia Theological Seminary dan anggota Komisi
Pengajaran di GBI Mandarin Service.
5. Dr. Dyulius Thomas Bilo, M.Th., lahir 15 Maret 1975 di Tala, Mamuju-Sulawesi
Barat. Menyelesaikan studi Sarjana Teologi konsentrasi PAK pada tahun 2003 dan
Magister Teologia konsentrasi PAK tahun 2006 di Sekolah Tinggi Theologia Injili
Arastamar (SETIA) Jakarta dan Doktor Teologi konsentrasi PAK pada tahun 2011 di
Sekolah Tinggi Theologia Baptis Indonesia (STBI) Semarang. Saat ini menjadi Dosen
Tetap di SETIA Jakarta. Ditabiskan menjadi Pendeta Sinode Gereja Kristen Setia
Indonesia (GKSI) Jakarta pada November 2013. Menikah dengan Lisna Novalia 8
Desember 2012 dan sekarang dikaruniai putra dan putri yang diberi nama Great
Heart dan Shine Heart Hephzibah Octaviani.
6. Stenly R. Paparang, D.Th., Ketua Departemen Literatur dan Media Arastamar
(DELIMA) STT Injili Arastamar Jakarta; Pendeta Sinode Gereja Kristen Setia
Indonesia (GKSI); Kepala Departemen Literatur dan Penerbitan BPS-GKSI periode
2011-2016; Ketua Tim Editor Jurnal Arastamar STT Injili Arastamar Jakarta; Sekretaris
Program Pascasarjana STT Injili Arastamar Jakarta; Dosen Tetap Pascasarjana STT
Injili Arastamar Jakarta; Menyelesaikan S-1 Teologi di STT Injili Arastamar Jakarta
tahun 2007; Menyelesaikan S-2 Teologi di STT Injili Arastamar Jakarta tahun 2012;
Menyelesaikan S-3 Teologi di STT Injili Arastamar Jakarta tahun 2015.
Jurnal Luxnos Vol.1, No.1, Edisi Januari-Juli 2016
7. Dr. Daud Alfons Pandie, M.Th. menyelesaikan S3 pada tahun 2011 di STAKN
Sulawesi Utara. Saat ini menjabat sebagai Ketua STT Apolos Jakarta dan sekaligus
menjadi dosen tamu di STT Pelita Dunia. Melayani di IECC gereja bagian mandiri
dari Gereja Protestan di Indonesia (GPI AM).
8. Yane Octavia Rismawati Wainarisi, M.Th.(c), Asisten Dosen di STT Pelita Dunia.
Sementara menyelesaikan studi Magister Teologi spesifikasi Perjanjian Lama di STT Cipanas.
Jurnal Luxnos Vol.1, No.1, Edisi Januari-Juli 2016
ATURAN PENULISAN
JURNAL LUXNOS STT PELITA DUNIA
A. Syarat Penulisan:
1. Penulis harus mengikuti format penulisan yang diberikan dari Tim Redaksi.
2. Untuk menjaga kualitas Jurnal, penulis harus mengikuti kaidah penulisan ilmiah:
sesuai antara judul dan isi tulisan; menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar serta mudah dipahami; menggunakan bahasa Inggris (bila ada) yang baik
dengan memperhatikan grammar dan spelling kata dengan cermat sebelum
memasukan tulisan ke meja redaksi.
3. Tulisan bukan duplikasi dan belum pernah dimuat atau dipublikasikan.
4. Referensi harus jelas (nama, tahun dan dicantumkan dalam daftar referensi) untuk
menghindari tuduhan plagiat (pencurian tulisan).
5. Redaksi Jurnal memiliki hak dan wewenang penuh untuk: mengoreksi;
mengembalikan untuk diperbaiki; dan menolak tulisan yang masuk meja redaksi
bila dirasa perlu. Penilaian akan dilakukan secara objektif.
6. Tulisan yang dikembalikan untuk diperbaiki kalau mau diterbitkan harus
diperbaiki terlebih dahulu sesuai dengan koreksi yang dilakukan oleh Redaksi.
7. Tulisan yang diterbitkan menjadi milik STT Pelita Dunia selaku penerbit Jurnal
Luxnos.
8. Tulisan dan gambar dibuat dalam hitam putih.
9. Tulisan yang dimasukkan untuk diseleksi oleh Redaksi dalam bentuk hard copy
dan bila tulisan terpilih untuk diterbitkan harus memberikan flashdisc yang berisi
tulisan tersebut.
10. Untuk dapat diterbitkan pada edisi terdekat, tulisan harus masuk paling lambat
dua bulan sebelumnya.
11. Penulis harus menuliskan biodata penulis secara singkat dan jelas.
B. Format Penulisan:
1. Judul (center, bold, Font 14, Book Antiqua, semua huruf capital)
2. Gunakan kertas A4 dengan margin sebagai berikut: Atas 2 cm dan Bawah 2 cm
Kiri 3 cm; dan Kanan 2 cm. Badan tulisan ditulis dalam satu kolom dan line spacing
adalah satu.
3. Penulis (center, Italic, Font 10, Book Antiqua, bukan huruf capital semua, dua spasi
di bawah judul).
4. Footnote menggunakan font Book Antiqua dengan ukuran 9.
5. Tulisan: maksimal 10 halaman per penulis dengan format dua kolom.
Jurnal Luxnos Vol.1, No.1, Edisi Januari-Juli 2016
6.
7.
8.
9.
Abstract (center, bold, font 10, Book Antiqua, tiga spasi di bawah penulis).
Abstract tulisan maksimum 100-250 kata (Justified, italic, font 10, Book Antiqua).
Untuk memenuhi aturan dari LIPI, abstrak ditulis dalam dua bahasa yaitu Inggris
dan Indonesia. Bila makalah ditulis dalam bahasa Indonesia, Abstract dalam
bahasa Inggris. Jika makalah dalam bahasa Inggris, Abstrac dalam bahasa
Indonesia.
Kata Kunci : Tulis kata kunci yang berhubungan dengan tulisan maksimum 5 kata
kunci (Justified, normal, font 10, Book Antiqua, tiga spasi dibawah abstract).
Isi Tulisan:
a. PENDAHULUAN (Semua judul Chapter/Bab ditulis dengan format seperti
ini, Justified, Bold, font 12, Book Antiqua, huruf kapital semua). Jumlah
Chapter/Bab disesuaikan dengan kebutuhan tulisan.
Isi tulisan ditulis dengan format Justified, normal, font 12, Book Antiqua, dan
dimulai satu spasi dibawah judul chapter/bab. Jika memungkinkan, judul
chapter/bab mempunyai urutan sebagai berikut:
1) Pendahuluan
2) Metode Penelitian
3) Isi
4) Pembahasan
5) Kesimpulan
a) Sub Chapter/Bab (Justified, Bold italic, font 12, Book Antiqua, dua spasi di
bawah akhir kalimat). Isi tulisan ditulis dengan format Justified, normal,
font 10, Book Antiqua, dan dimulai satu spasi di bawah judul sub
chapter/bab.
b) Sub Sub Chapter/Bab (Justified, italic, font 12, Book Antiqua, dua spasi di
bawah kalimat terkahir). Isi tulisan ditulis dengan format Justified,
normal, font 10, Book Antiqua, dan dimulai satu spasi dibawah judul
sub-sub chapter/bab.
b. GAMBAR DAN TABEL:
Jika Gambar atau Tabel cukup dalam format dua kolom, gambar atau tabel harus
diletakkan dekat dengan tulisan yang menjelaskan gambar atau tabel tersebut. Jika
gambar atau tabel yang akan ditampilkan cukup banyak, maka gambar atau tabel
sebaiknya diletakan di akhir tulisan secara terpisah. Keterangan gambar di letakan di
bawah gambar, sedangkan keterangan tabel diletakan di atas tabel.
Jurnal Luxnos Vol.1, No.1, Edisi Januari-Juli 2016
Jika gambar atau tabel tidak cukup dalam format dua kolom, gambar atau tabel
dapat dibuat dalam satu kolom dan diletakkan di bagian bawah halaman atau di bagian
atas halaman sehingga tidak mengganggu alur tulisan.
c. DAFTAR PUSTAKA / REFERENSI
1) Buku/Jurnal
Bardhan, P dan D. Mookeherjee, 2000. Capture and Government at Local and National Levels.
American Economic Review 90 (2): 135-139.
Booth, A, 2000. Survey of Recent Development. Buletin Kajian Ekonomi Indonesia, 35 (3): 3-39
Fabozzi, F., da I. Pollack, eds., 1987. The Handbook of Fixed Income Securities. 2d ed.
Homewood, IL: Dow Jones-Irwin.
Kahneman, D., P, Slovic, dan A. Tversky, eds., 1992, Judgment Under Uncertainty: Heuristic
and Biases. Cambridge, United Kingdom: Cambridge University Press.
2) Tulisan sebagai bagian dari sebuah buku (artikel dalam karya kolektif)
Damury, Y.R, 2003, Indonesia’s New Fiscal Relations: Issues and Problems in a More
Decentralized Fiscal System dalam: Legowo, T. A. dan M. Takahashi , Regional
autonomy and Socio-Economic Development in Indonesia-A Multidimentional Analysis
(Eds), Chiba, Japan: Institute of Developing Economies Japan External Trade
Organisation: 115-145
3) Majalah, media massa (koran)
Untuk majalah, koran, makalah tidak diterbitkan, disertasi/tesis/skripsi, makalah
seminar dan sebagainya, menyesuaikan dengan pedoman di atas.
4) Internet
Copykan alamat website secara lengkap di mana Anda mendapatkan karya acuan
tersebut untuk memudahkan penelusuran. Dan jangan lupa mencantumkan tanggal dan
waktu pengutipan.
http://akta.wordpress.com/2007/06/13/merealisasikan-agenda-mendaulatkan-islamdalam-masyarakat-majmuk/
Jurnal Luxnos Vol.1, No.1, Edisi Januari-Juli 2016
Download