JIM - Jurnal Ilmiah Mahasiswa

advertisement
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM)
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah
Vol.1 No.2 November 2016: 429-437
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
DI NEGARA MISKIN ASIA DAN AFRIKA
Nurul Vildzah1*, Said Muhammad2
1) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh,
e-mail: [email protected]
2) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh,
e-mail: [email protected]
Abstract
This research analyzes the effects of General government final consumption expenditure, GDP
Per Capita, Final consumption expenditure on Human Development Index . The data used in this
research is the annual data for the period from 2013 to 2014. The data was analyzed by means
of multiple linear regression analysis techniques or Ordinary Least Squares (OLS). The General
government final consumption expenditure, GDP Per Capita, and Final consumption
expenditure were used as independent variables, while the Human Development Index acted as
the dependent variable. The results showed that the variables of GDP Per Capita and Final
consumption expenditure had a positive and significant effect on Human Development Index
(HDI) to Asia and Africa. Meanwhile the variables General government final consumption
expenditure had a negative and significant effect on Human Development Index (HDI) to Asia
and Afrika. The government of Asia and Africa should creates the continued’s policy and
maintain to increas the Human Development Index (HDI) with stability.
Keywords: General government final consumption expenditure, GDP Per Capita, Final
consumption expenditure, Human Development Index (HDI)
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pengeluaran
pemerintah, GDP per-kapita, pengeluaran konsumsi masyarakat terhadap indeks pembangunan
manusia di negara-negara Asia dan Afrika. Data yang digunakan dalam peneltian ini yaitu data
tahunan selama periode 2013 hingga 2014. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis
regresi linier berganda atau Ordinary Least Square (OLS). Variabel Pengeluaran Pemerintah,
GDP Per Kapita, dan Pengeluaran Konsumsi digunakan sebagai variabel independen dan Indeks
pembangunan Manusia (IPM) sebagai variabel dependen. Hasil penelitian menunjukkan GDP
Per Kapita, dan Pengeluaran Konsumsi berpengaruh positif dan signifikan teehadap Indeks
pembangunan Manusia (IPM) di negara-negara Asia dan Afrika.sedangkan variabel pengeluaran
pemerintah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap indeks pengeluaran pemerintah (IPM).
Pemerintah di Asia dan Afrika seharusnya menciptakan kebijakan yang berkesinambungan agar
indeks pembangunan manusia (IPM) dapat meningkat dengan stabil.
Kata kunci : Pengeluaran Pemerintah, GDP Per Kapita, Pengeluaran Konsumsi, Indeks
pembangunan Manusia (IPM)
429
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM)
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah
Vol.1 No.2 November 2016: 429-437
PENDAHULUAN
Pembangunan adalah suatu upaya sistemetik untuk melepaskan diri dari keterbelakangan.
Secara umum, sebelum tahun 1970-an, pembangunan dilakukan pada dasarnya untuk
meningkatkan perekonomian dimana tinggi rendahnya pembangunan di suatu negara hanya
diukur melalui tingkat pertumbuhan GNI (Gross Nasional Income) (Todaro, 2006:20).
Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama pembangunan adalah
menciptakan lingkungan yang memungkinkan rakyat menikmati umur panjang, sehat, dan
menjalankan kehidupan yang produktif. Hal ini nampaknya sederhana. Tetapi seringkali
terlupakan oleh kesibukan jangka pendek untuk mengumpulkan harta dan uang. (UNDP:
Humant Development Report)
Pembangunan manusia didefinisikan sebagai suatu proses untuk perluasan pilihan yang
lebih banyak kepada penduduk melalui upaya-upaya pemberdayaan yang mengutamakan
peningkatan kemampuan dasar manusia agar dapat sepenuhnya berpartisipasi di segala bidang
pembangunan (United Nation Development Programme, UNDP). Arti penting manusia dalam
pembangunan adalah manusia dipandang sebagai subyek pembangunan yang artinya
pembangunan dilakukan memang bertujuan untuk kepentingan manusia atau masyarakat.
Indeks ini pertama kali dikembangkan oleh pemenang nobel India Amartya Sen dan Mahbub ul
Haq seorang ekonom Pakistan dibantu oleh Gustav Ranis dari Yale University dan Lord
Meghnad Desai dari London School of Economics. United Nation Development Programme
(UNDP) dalam model pembangunannya, menempatkan manusia sebagai titik sentral dalam
semua proses dan kegiatan pembangunan.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) / Human Development Index (HDI) adalah
pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk
semua negara seluruh dunia. IPM digunakan untuk menunjukkan apakah sebuah negara adalah
negara maju, negara berkembang, atau negara terbelakangan dan juga untuk mengukur pengaruh
dari kebijakan ekonomi terhadap kualitas hidup.
Dari lima benua besar di dunia yakni Amerika, Eropa, Asia, Afrika dan Australia penulis
memilih untuk meneliti negara dunia ketiga yang terdapat di benua Asia dan Afrika. Karena di
benua Asia dan Afrika masih terdapat banyak negara yang berkembang dan bahkan ada beberapa
negara di Afrika yang masih termasuk negara miskin. Hal tersebut dapat dilihat dari tingkat
kemiskinan dan kelaparan serta IPM negara tersebut. Maka oleh karena hal tersebut penulis
memilih meneliti beberapa negaraa di Asia dan Afrika yang IPM masih rendah. Berikut ini
merupakan negara di Asia yang Indeks Pembangunan Manusia (IPM) rendah dari 188 negara
yang di data oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
80
60
40
20
2013
0
2014
Sumber: hdr.undp.org
Gambar 1. Indek Pembangunan Manusia Di Beberapa
Negara Dunia Ke Tiga di Asia (2013-2014)
430
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM)
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah
Vol.1 No.2 November 2016: 429-437
Berdasarkan Gambar 1. diatas menunjukkan bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
negara Asia dan afrika mengalami peningkatan tiap tahunnya. Semua Negara Asia Afrika
mengalami peninkatan IPM biarpun peningkatannya sangat kecil. Dari kelima negara Asia
Afrika Indonesia merupakan negara yang tingkat IPM paling tinggi yakni 68,4 pada tahun 2014
dan berada di peringkat ke 110 dari 188 negara yang didata tingkat IPM oleh Perserikatan
Bangsa Bangsa (PBB).
Central African Republic yaitu sebesar 35,0 pada tahun 2014 dan berada pada peringkat ke
187 dari 188 negara yang didata tingkat IPM oleh PBB (United Nation Development
Programme) (2015).
Perbedaan tingkat IPM dapat disebabkan dari konsunsi per kapital suatu daerah (Kusharjoto
dan Kim, 2011). Selain itu perbedaan tingkat IPM juga dapat disebabkan oleh letak geografis.
Perbedaan tingkat IPM juga dapat disebabkan oleh kondisi infratruktur yang kurang memadai
hal ini di dibuktikan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Maurizal dkk, (2013).
TINJAUAN PUSTAKA
Indeks Pembagunan Manusia
Pembangunan manusia didefinisikan sebagai suatu proses untuk perluasan pilihan yang
lebih banyak kepada penduduk melalui upaya-upaya pemberdayaan yang mengutamakan
peningkatan kemampuan dasar manusia agar dapat sepenuhnya berpartisipasi di segala bidang
pembangunan (United Nation Development Programme, UNDP). Arti penting manusia dalam
pembangunan adalah manusia dipandang sebagai subyek pembangunan yang artinya
pembangunan dilakukan memang bertujuan untuk kepentingan manusia atau masyarakat.
Indeks ini pertama kali dikembangkan oleh pemenang nobel India Amartya
Sen dan Mahbub ul Haq seorang ekonom Pakistan dibantu oleh Gustav Ranis dari Yale
University dan Lord Meghnad Desai dari London School of Economics. United Nation
Development Programme (UNDP) dalam model pembangunannya, menempatkan manusia
sebagai titik sentral dalam semua proses dan kegiatan pembangunan.
Menurut UNDP paradigma pembangunan manusia terdiri dari 4 komponen utama, yaitu :
1. Produktivitas
2. Ekuitas
3. Kesinambungan
4. Pemberdayaan
Menurut United Nations Development Programme (UNDP), dalam indeks pembangunan
manusia (IPM) terdapat 3 dimensi dasar pembangunan manusia Untuk mengukur IPM rata-rata
sebuah negara:
1. Hidup yang sehat dan panjang umur yang diukutr dengan harapan hidup saat kelahiran.
2. Pengetahuan yang diukur dengan angka tingkat baca tulis pada orang dewasa (bobot dua
per tiga) dan kombinasi pendidikan dasar menengah atas gross enrollment rasio (bobot
satu per tiga)
3. Standar kehidupan yang layak diukur dengan logaritma natural dari produk domestik
bruto per-kapital dalam persentase daya beli.
Teori Pengeluaran Pemerintah
Mangkoesubroto (2001 : 169) membedakan teori pengeluaran pemerintah menjadi dua
bagian yaitu teori makro dan teori mikro. Teori pengeluaran pemerintah secara makro
dikemukakan oleh tiga tokoh ahli ekonomi yang berbeda yaitu Rostow dan Musgrave, Adolf
Wgner, dan Peacock dan Wiseman.
431
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM)
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah
Vol.1 No.2 November 2016: 429-437
Rostow dan Musgrave menghubungkan perkembangan pengeluaran pemerintah dengan
tahap-tahap pembangunan ekonomi yaitu tahap awal, tahap menengah dan tahap lanjut.
Perkembangan pengeluaran pemerintah oleh Adolf Wagner menjelaskan bahwa semakin
meningkatnya pendapatan per kapita dalam suatu perekonomian maka secara relatif pengeluaran
pemerintah akan meningkat. Sehingga kurva peningkatan pengeluaran pemerintah berbentuk
eksponensial. Hukum Wagner yang terkenal yaitu “The Law of Expanding State Expenditure”
dimana pengeluaran pemerintah terus meningkat disebabkan oleh peranan pemerintah yang
semakin besar dalam mengurus segala aktivitas yang berhubungan dengan masyarakat, hukum,
pendidikan, rekreasi dan kebudayaan.
Pengeluaran Konsumsi
Pengeluaran konsumsi (final consumption expenditure) meliputi segala pengeluaran
rumah tangga keluarga dan perseorangan serta lembaga-lembaga swasta bukan perusahaan untuk
membeli barang dan jasa yang langsung bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Dalam teori
konsumsi Keynes menyatakan bahwa besar kecilnya pengeluaran konsunsi (C) di dasarkan atas
besar kecilnya pendapatan (Y) masyarakat. Pertama dan terpenting, Keynes keynes menduga
bahwa kecenderungan konsumsi marjinak (marginal propensity to comsume) adalah jumlah yang
dikonsumsi dari setiap dolar tambahan adalah antara nol dan satu. Keduaa, Keynes menyatakan
bahwa rasio konsumsi terhaadap pendapaatan, yang disebut kecenderungan mengonsumsi ratarata (average propensity to comsume), turun ketika pendapatan naik. Ketiga, Keynes
berpendapat bahwa pendapatan merupakan determinan konsumsi yang penting dan tingkat bunga
tidak memiliki peran penting.
Teori Kemiskinan
Berdasarkan Undang-Undang No. 13 Tahun 2011, kemiskinan adalah kondisi sosial
ekonomi seseorang atau sekelompok orang yang tidak terpenuhinya hak-hak dasarnya untuk
mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Kebutuhan dasar yang
menjadi hak seseorang atau sekelompok orang meliputi kebutuhan pangan, kesehatan,
pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumber daya alam, lingkungan hidup,
rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan, dan hak untuk berpartisipasi dalam
penyelenggaraan kehidupan sosial dan politik. Mardimin (1996:24) dalam membicarakan
masalah kemiskinan, kita akan menemui beberapa jenis-jenis kemiskinan yaitu:
1. Kemiskinan absolute
2. Kemiskinan relatif
3. Kemiskinan Struktural.
4. Kemiskinan Situsional atau kemiskinan natural.
5. Kemiskinan kultural.
Kerangka Pemikiran
Pemikiran sebagai mana yang tergambarkan berikut ini:
Pengeluaran Pemerintah
GDP Per
-
Kapita
IndeksPembangunan
Manusia
Pengeluaran Konsumsi Masyarakat
Gambar 2. Kerangka Pikiran
432
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM)
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah
Vol.1 No.2 November 2016: 429-437
METODE PENELITIAN
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup pada penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel dependen dan
variabel independen, dimana belanja pemerintah, GDP per-kapital, dan pengeluaran konsunsi
menjadi variabel independen terhadap IPM. Sedangkan variabel indeks pembangunan manusia
menjadi variabel dependen.
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri dari data
tahunan yang dimulai dari tahun 2013 hingga 2014. Keseluruhan data diperoleh dari World
Bank, Human Development Report dan literatur lainnya yang berhubungan dengan topik
penelitian ini.
Metode Analisis Data
Pada penelitian ini metode analisis yang digunakan yaitu menggunakan metode regresi
linear berganda dengan menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square). Variabel dependen
Indeks Pembangunan Manusia, sedangkan variabel independen adalah pengeluaran pemerintah,
GDP Per-Kapita dan pengeluaran konsumsi. Maka dapat ditulis bahwa:
IPM = f (PP,GDP,PK, 𝜀).............................................…………………………………….. (1)
Sehingga model ini dapat menjadi bentuk linier sebagai berikut:
(IPMit) = α + β1 log(PPit) + β2 log(GDPit) + β3 log(PKit) + 𝜀 i
Untuk mempermudah analisis, penulisan intensep α diganti dengan β0 sehingga regrasi
umum data panel dari persamaan (3.2) menjadi
(IPMit) = β0 + β1 log(PPit) + β2 log(GDPit) + β3 log(PKit) + 𝜀 it ............................................(3)
Dengan Penjelasan :
IPM = Indeks Pembangunan Manusia
PP
= Pengeluaran pemerintah
GDP = GDP Per-Kapita
PK
= Pengeluaran Konsumsi
β0
= intersep
βk
= Variabel ke-k, dengan k=1,2,3
i
= Negara ke-i (1,2,3,....,15)
t
= Tahun Pengamatan (2010,2011,....,2014)
𝜀
= Kesalahan Pengganggu ( term of error)
433
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM)
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah
Vol.1 No.2 November 2016: 429-437
Regresi data panel
Penentu Model Estiminasi
Common Effect Model
Fixed Effect Model
Random Effect Model
Penentu Model Estiminasi
Lagrenge
Multiplier
Chow Test
Hausman Test
Pengujian Asumsi dan Kesesuaaian Model
Normalitas
Multikolinearitas
Heteroskedastisitas
Autokorelasi
Interprestasi
Adjusted R Square
Uji F
Uji T
Gambar 3. Alur Regresi Data Panel
Definisi Operasional Variabel
Definisioperasionalvariabel yang digunakandalampenelitianini, terdiridari:
1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) / Human Development Index (HDI) adalah
pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf,pendidikan dan standar hidup
untuk semua negara seluruh dunia yang diukur dalam persen.
2. Pengeluaran pemerintah adalah belanja pemerintah yang dialokasikan untuk sektor
pembangunan yang di ukur dalam US$.
3. GDP Per-Kapita adalah pendapatan rata-rata penduduk di negara dunia ketiga yang
diukur dalam US$.
4. Pengeluaran konsumsi (final consumption expenditure) adalah pengeluaran rumah tangga
keluarga dan perseorangan serta lembaga-lembaga swasta bukan perusahaan untuk
membeli barang dan jasa yang langsung bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhanyang
di ukur dalam US$.
.
HASIL DANPEMBAHASAN
Tabel 1. Hasil Estimasi Model OLS
Variabel
Koefisien estimasi
Standar error
T-Hitung
P-Value
Hub
Kesimpulan
LPP
LGDP
LPK
Constant
-2,2173
2,1610
3,9677
-2,7869
0,6074
0,5012
0,6801
9,355
-2,004
4.312
5,834
-0,2979
0,050*
0,000*
0,000*
0,767**
+
+
Signifikan
Signifikan
Signifikan
434
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM)
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah
Vol.1 No.2 November 2016: 429-437
Sumber: Hasil pengololahan data menggunakan software Shazam (2016). **signifikansi pada level 0,10
*signifikansi pada level 0,05
Hasil pembahasan tabel 1. menunjukkan variabel peneluaran pemerintah berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap indeks pembangunan manusia. Sedangkan GDP per kapita, dan
pengeluaran konsumsi berpengaruh signifikan dan positif terhadap indeks pemnbangunan
manusia.
Uji Asumsi Klasik
Uji Asumsi klasik yang dilakukan pada metode OLS digunakan berdasarkan pada
sejumlah asumsi klasik tertentu.
Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk melihat apakah variabel bebas dan terikat terdistribusi
normal atau tidak. Uji normalitas dapat diketahui dengan menggunakan uji Jarque-Berra (JB)
lebih besar dari probabilitas 5 persen (0,05) maka residual data terdistribusi secara normal.
Tabel 2. Hasil Estimasi Uji Normalitas
Jarque-Berra
P-Value
PDRB
0,9721
0,615
Sumber: Hasil pengololahan data menggunakan software Shazam (2016)
Hasil uji normalitas pada Tabel 2. diperoleh p-value Jarque Berra (JB) sebesar 0,615.
Nilai ini lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa data penelitian ini terdistribusi
secaranormal.
Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk melihat ada atau tidaknya hubungan antara
variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi.
Tabel 3. Matriks Korelasi Variabel Bebas
Variabel
LPP
LGDP
LPK
Constant
INF
PUN
PMA
Constant
1,000
0,3734
-0,55795
-0,26996
1,000
0,2709E-01
-0,41653
1,000
-,41653
1,000
Sumber: Hasil pengololahan data menggunakan software Shazam (2016)
Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 3. diketahui masing-masing variabel memiliki
hubungan yang rendah dibawah 0,8, menunjukkan bahwa tidak terdapat masalah
multikolinieritas dalam persamaan regresi linier berganda.
Uji Heteroskedastisitas.
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk melihat apakah dalam model regresi terdapat
ketidaksamaan varians dari residual (error terms) satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas pada model yaitu dengan melakukan uji
White. Dari hasil uji, p-value white test adalah sebesar 0,24332, artinya p-value white test lebih
besar dari 0,05 maka tidak terdapat heteroskedastisitas.
Tabel 5. Hasil Estimasi Uji Heteroskedastisitas
p-value white test
435
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM)
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah
Vol.1 No.2 November 2016: 429-437
IPM
0,24332
Sumber: Hasil pengololahan data menggunakan software Shazam (2016)
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi adalah pengujian untuk melihat apakah terjadi korelasi antara residual
(kesalahan pengganggu) pada periode t dengan periode sebelumnya (t-1). Dalam pengujian yang
menggunakan jumlah observasi sebanyak 62 (n=62) Asia dan 44(n=44) dan jumlah variabel
bebas (independent) sebanyak 3 (k=3) serta dengan tingkat signifikansi 0.05 (α=0.05), maka
diperoleh nilai dL=0.6844 dan dU=1.666. Dari hasil pengolahan data menggunakan Shazam
2008, diperoleh nilai statistik Durbin Watson (d) pada model regresi sebesar 0,29334 sehingga
nilai d yang dihasilkan berada dibawah du dan 4-du (1.666<0,29334<2,344) artinya hipotesis
berhasil ditolak sehingga dapat disimpulkan terdapat autokorelasi dalam model regresi.
Analisis Regresi
Berdasarkan hasil estimasi OLS pada Tabel 2 diperoleh bahwa:
1. Pengeluaran pemerintah memiliki pengaruh tanda negatif, artinya ketika Pengeluaran
Pemerintah meningkat maka IPM sebagai alat ukur kesejahteraan penduduk akan
mengalami penurunan koefisien Pengeluaran Pemerintah menunjukkan angka -1,2173.
Tanda koefisien negatif ini berlawan dari teori ini diperlukan tindakan lebih lanjut oleh
pemerintah.
2. GDP Per-Kapita berpengaruh signifikan terhadap IPM Asia. Hasil ini menunjukkan tanda
positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Artinya ketika GDP Per-Kapita
meningkat maka IPM sebagai alat ukur kesejahteraan penduduk akan mengalami
peningkatan. Koefisien GDP Per-Kapita menunjukkan angka 2,1610 berarti apabila GDP
Per-Kapita meningkat 1 persen maka IPM akan menurun sebesar 2,1610 persen, dengan
asumsi variabel lain konstan.
3. Pengeluaran Konsumsi berpengaruh signifikan terhadap IPM di Asia. Hasil ini
menunjukkan tanda positif, artinya ketika Pengeluaran Konsumsi meningkat maka IPM
sebagai alat ukur kesejahteraan penduduk akan mengalami peningkatan. Koefisien
Pengeluaran Konsumsi menunjukkan angka 3,9679 berarti apabila Pengeluaran
Konsumsi meningkat 1persen maka IPM akan meningkat sebesar 3,9679 persen, dengan
asumsi variabel lain konstan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa variabel peneluaran pemerintah berpengaruh
negatif dan signifikan pada koefisien -2,2173 terhadap indeks pembangunan manusia.
Sedangkan GDP per kapita, dan pengeluaran konsumsi berpengaruh signifikan dan positif terhadap
indeks pemnbangunan manusia. GDP per kapita berpengaruh positif dan signifikan pada koefisien 2,1610
terhadap indeks pembangunan manusia. Pengeluaran pemerintah berpengaruh positif dan signifikan pada
koefisien 3,9678 terhadap indeks pembangunan manusia.
Saran
1. Agar indeks pembangunan manusia dapat ditingkatkan maka peranpemerintah penting
untuk mengarahkan agar GDP per kapita dari tahun ke tahun harus meningkat.
436
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM)
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah
Vol.1 No.2 November 2016: 429-437
2. Keterkaitan yang positif antara pengeluaran konsumsi dengan indeks pembangunan
manusia dapat dimaknai bahwa perlu ada usaha-usaha untuk meningkatkan indeks
pembangunan manusia lewat penepatan penelualan konsumsi.
DAFTAR PUSTAKA
Algifari. (2014). Hubungan Antara Pendapatan Per Kapita Dan Indeks Pembangunan Manusia
(Ipm). 8 Mei 2014.
Mangkoesoebroto, Guritno. 2001. Ekonomi Publik, BPFE UGM, Yogyakarta
Mardimin, Yohanes. (1996). Kritis Proses Pembangunan di Indonesia. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
Todaro, Michael P dan Stephen C. Smith.(2006). Pembangunan Ekonomi.Edisi 9 Jilid 2.Jakarta :
Erlangga.
Prawoto, Nur Isa. (2012). Analisis Faktor-faktor Yang Berpengaruh Terhadap Indeks
Pembangunan Manusia.Jurnal Sudi Ekonomi Indonesia.Vol. 1 No. 1, September 2012.
United National Development Program.(2015). Human Development Report 2015.New York.
http://www.id.undp.org/ diakses 14 April 2016
437
Download