Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.1 No.2 November 2016: 429-437 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI NEGARA MISKIN ASIA DAN AFRIKA Nurul Vildzah1*, Said Muhammad2 1) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, e-mail: [email protected] 2) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, e-mail: [email protected] Abstract This research analyzes the effects of General government final consumption expenditure, GDP Per Capita, Final consumption expenditure on Human Development Index . The data used in this research is the annual data for the period from 2013 to 2014. The data was analyzed by means of multiple linear regression analysis techniques or Ordinary Least Squares (OLS). The General government final consumption expenditure, GDP Per Capita, and Final consumption expenditure were used as independent variables, while the Human Development Index acted as the dependent variable. The results showed that the variables of GDP Per Capita and Final consumption expenditure had a positive and significant effect on Human Development Index (HDI) to Asia and Africa. Meanwhile the variables General government final consumption expenditure had a negative and significant effect on Human Development Index (HDI) to Asia and Afrika. The government of Asia and Africa should creates the continued’s policy and maintain to increas the Human Development Index (HDI) with stability. Keywords: General government final consumption expenditure, GDP Per Capita, Final consumption expenditure, Human Development Index (HDI) Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah, GDP per-kapita, pengeluaran konsumsi masyarakat terhadap indeks pembangunan manusia di negara-negara Asia dan Afrika. Data yang digunakan dalam peneltian ini yaitu data tahunan selama periode 2013 hingga 2014. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linier berganda atau Ordinary Least Square (OLS). Variabel Pengeluaran Pemerintah, GDP Per Kapita, dan Pengeluaran Konsumsi digunakan sebagai variabel independen dan Indeks pembangunan Manusia (IPM) sebagai variabel dependen. Hasil penelitian menunjukkan GDP Per Kapita, dan Pengeluaran Konsumsi berpengaruh positif dan signifikan teehadap Indeks pembangunan Manusia (IPM) di negara-negara Asia dan Afrika.sedangkan variabel pengeluaran pemerintah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap indeks pengeluaran pemerintah (IPM). Pemerintah di Asia dan Afrika seharusnya menciptakan kebijakan yang berkesinambungan agar indeks pembangunan manusia (IPM) dapat meningkat dengan stabil. Kata kunci : Pengeluaran Pemerintah, GDP Per Kapita, Pengeluaran Konsumsi, Indeks pembangunan Manusia (IPM) 429 Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.1 No.2 November 2016: 429-437 PENDAHULUAN Pembangunan adalah suatu upaya sistemetik untuk melepaskan diri dari keterbelakangan. Secara umum, sebelum tahun 1970-an, pembangunan dilakukan pada dasarnya untuk meningkatkan perekonomian dimana tinggi rendahnya pembangunan di suatu negara hanya diukur melalui tingkat pertumbuhan GNI (Gross Nasional Income) (Todaro, 2006:20). Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan rakyat menikmati umur panjang, sehat, dan menjalankan kehidupan yang produktif. Hal ini nampaknya sederhana. Tetapi seringkali terlupakan oleh kesibukan jangka pendek untuk mengumpulkan harta dan uang. (UNDP: Humant Development Report) Pembangunan manusia didefinisikan sebagai suatu proses untuk perluasan pilihan yang lebih banyak kepada penduduk melalui upaya-upaya pemberdayaan yang mengutamakan peningkatan kemampuan dasar manusia agar dapat sepenuhnya berpartisipasi di segala bidang pembangunan (United Nation Development Programme, UNDP). Arti penting manusia dalam pembangunan adalah manusia dipandang sebagai subyek pembangunan yang artinya pembangunan dilakukan memang bertujuan untuk kepentingan manusia atau masyarakat. Indeks ini pertama kali dikembangkan oleh pemenang nobel India Amartya Sen dan Mahbub ul Haq seorang ekonom Pakistan dibantu oleh Gustav Ranis dari Yale University dan Lord Meghnad Desai dari London School of Economics. United Nation Development Programme (UNDP) dalam model pembangunannya, menempatkan manusia sebagai titik sentral dalam semua proses dan kegiatan pembangunan. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) / Human Development Index (HDI) adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua negara seluruh dunia. IPM digunakan untuk menunjukkan apakah sebuah negara adalah negara maju, negara berkembang, atau negara terbelakangan dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijakan ekonomi terhadap kualitas hidup. Dari lima benua besar di dunia yakni Amerika, Eropa, Asia, Afrika dan Australia penulis memilih untuk meneliti negara dunia ketiga yang terdapat di benua Asia dan Afrika. Karena di benua Asia dan Afrika masih terdapat banyak negara yang berkembang dan bahkan ada beberapa negara di Afrika yang masih termasuk negara miskin. Hal tersebut dapat dilihat dari tingkat kemiskinan dan kelaparan serta IPM negara tersebut. Maka oleh karena hal tersebut penulis memilih meneliti beberapa negaraa di Asia dan Afrika yang IPM masih rendah. Berikut ini merupakan negara di Asia yang Indeks Pembangunan Manusia (IPM) rendah dari 188 negara yang di data oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). 80 60 40 20 2013 0 2014 Sumber: hdr.undp.org Gambar 1. Indek Pembangunan Manusia Di Beberapa Negara Dunia Ke Tiga di Asia (2013-2014) 430 Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.1 No.2 November 2016: 429-437 Berdasarkan Gambar 1. diatas menunjukkan bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) negara Asia dan afrika mengalami peningkatan tiap tahunnya. Semua Negara Asia Afrika mengalami peninkatan IPM biarpun peningkatannya sangat kecil. Dari kelima negara Asia Afrika Indonesia merupakan negara yang tingkat IPM paling tinggi yakni 68,4 pada tahun 2014 dan berada di peringkat ke 110 dari 188 negara yang didata tingkat IPM oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Central African Republic yaitu sebesar 35,0 pada tahun 2014 dan berada pada peringkat ke 187 dari 188 negara yang didata tingkat IPM oleh PBB (United Nation Development Programme) (2015). Perbedaan tingkat IPM dapat disebabkan dari konsunsi per kapital suatu daerah (Kusharjoto dan Kim, 2011). Selain itu perbedaan tingkat IPM juga dapat disebabkan oleh letak geografis. Perbedaan tingkat IPM juga dapat disebabkan oleh kondisi infratruktur yang kurang memadai hal ini di dibuktikan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Maurizal dkk, (2013). TINJAUAN PUSTAKA Indeks Pembagunan Manusia Pembangunan manusia didefinisikan sebagai suatu proses untuk perluasan pilihan yang lebih banyak kepada penduduk melalui upaya-upaya pemberdayaan yang mengutamakan peningkatan kemampuan dasar manusia agar dapat sepenuhnya berpartisipasi di segala bidang pembangunan (United Nation Development Programme, UNDP). Arti penting manusia dalam pembangunan adalah manusia dipandang sebagai subyek pembangunan yang artinya pembangunan dilakukan memang bertujuan untuk kepentingan manusia atau masyarakat. Indeks ini pertama kali dikembangkan oleh pemenang nobel India Amartya Sen dan Mahbub ul Haq seorang ekonom Pakistan dibantu oleh Gustav Ranis dari Yale University dan Lord Meghnad Desai dari London School of Economics. United Nation Development Programme (UNDP) dalam model pembangunannya, menempatkan manusia sebagai titik sentral dalam semua proses dan kegiatan pembangunan. Menurut UNDP paradigma pembangunan manusia terdiri dari 4 komponen utama, yaitu : 1. Produktivitas 2. Ekuitas 3. Kesinambungan 4. Pemberdayaan Menurut United Nations Development Programme (UNDP), dalam indeks pembangunan manusia (IPM) terdapat 3 dimensi dasar pembangunan manusia Untuk mengukur IPM rata-rata sebuah negara: 1. Hidup yang sehat dan panjang umur yang diukutr dengan harapan hidup saat kelahiran. 2. Pengetahuan yang diukur dengan angka tingkat baca tulis pada orang dewasa (bobot dua per tiga) dan kombinasi pendidikan dasar menengah atas gross enrollment rasio (bobot satu per tiga) 3. Standar kehidupan yang layak diukur dengan logaritma natural dari produk domestik bruto per-kapital dalam persentase daya beli. Teori Pengeluaran Pemerintah Mangkoesubroto (2001 : 169) membedakan teori pengeluaran pemerintah menjadi dua bagian yaitu teori makro dan teori mikro. Teori pengeluaran pemerintah secara makro dikemukakan oleh tiga tokoh ahli ekonomi yang berbeda yaitu Rostow dan Musgrave, Adolf Wgner, dan Peacock dan Wiseman. 431 Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.1 No.2 November 2016: 429-437 Rostow dan Musgrave menghubungkan perkembangan pengeluaran pemerintah dengan tahap-tahap pembangunan ekonomi yaitu tahap awal, tahap menengah dan tahap lanjut. Perkembangan pengeluaran pemerintah oleh Adolf Wagner menjelaskan bahwa semakin meningkatnya pendapatan per kapita dalam suatu perekonomian maka secara relatif pengeluaran pemerintah akan meningkat. Sehingga kurva peningkatan pengeluaran pemerintah berbentuk eksponensial. Hukum Wagner yang terkenal yaitu “The Law of Expanding State Expenditure” dimana pengeluaran pemerintah terus meningkat disebabkan oleh peranan pemerintah yang semakin besar dalam mengurus segala aktivitas yang berhubungan dengan masyarakat, hukum, pendidikan, rekreasi dan kebudayaan. Pengeluaran Konsumsi Pengeluaran konsumsi (final consumption expenditure) meliputi segala pengeluaran rumah tangga keluarga dan perseorangan serta lembaga-lembaga swasta bukan perusahaan untuk membeli barang dan jasa yang langsung bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Dalam teori konsumsi Keynes menyatakan bahwa besar kecilnya pengeluaran konsunsi (C) di dasarkan atas besar kecilnya pendapatan (Y) masyarakat. Pertama dan terpenting, Keynes keynes menduga bahwa kecenderungan konsumsi marjinak (marginal propensity to comsume) adalah jumlah yang dikonsumsi dari setiap dolar tambahan adalah antara nol dan satu. Keduaa, Keynes menyatakan bahwa rasio konsumsi terhaadap pendapaatan, yang disebut kecenderungan mengonsumsi ratarata (average propensity to comsume), turun ketika pendapatan naik. Ketiga, Keynes berpendapat bahwa pendapatan merupakan determinan konsumsi yang penting dan tingkat bunga tidak memiliki peran penting. Teori Kemiskinan Berdasarkan Undang-Undang No. 13 Tahun 2011, kemiskinan adalah kondisi sosial ekonomi seseorang atau sekelompok orang yang tidak terpenuhinya hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Kebutuhan dasar yang menjadi hak seseorang atau sekelompok orang meliputi kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumber daya alam, lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan, dan hak untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan kehidupan sosial dan politik. Mardimin (1996:24) dalam membicarakan masalah kemiskinan, kita akan menemui beberapa jenis-jenis kemiskinan yaitu: 1. Kemiskinan absolute 2. Kemiskinan relatif 3. Kemiskinan Struktural. 4. Kemiskinan Situsional atau kemiskinan natural. 5. Kemiskinan kultural. Kerangka Pemikiran Pemikiran sebagai mana yang tergambarkan berikut ini: Pengeluaran Pemerintah GDP Per - Kapita IndeksPembangunan Manusia Pengeluaran Konsumsi Masyarakat Gambar 2. Kerangka Pikiran 432 Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.1 No.2 November 2016: 429-437 METODE PENELITIAN Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup pada penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel dependen dan variabel independen, dimana belanja pemerintah, GDP per-kapital, dan pengeluaran konsunsi menjadi variabel independen terhadap IPM. Sedangkan variabel indeks pembangunan manusia menjadi variabel dependen. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri dari data tahunan yang dimulai dari tahun 2013 hingga 2014. Keseluruhan data diperoleh dari World Bank, Human Development Report dan literatur lainnya yang berhubungan dengan topik penelitian ini. Metode Analisis Data Pada penelitian ini metode analisis yang digunakan yaitu menggunakan metode regresi linear berganda dengan menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square). Variabel dependen Indeks Pembangunan Manusia, sedangkan variabel independen adalah pengeluaran pemerintah, GDP Per-Kapita dan pengeluaran konsumsi. Maka dapat ditulis bahwa: IPM = f (PP,GDP,PK, 𝜀).............................................…………………………………….. (1) Sehingga model ini dapat menjadi bentuk linier sebagai berikut: (IPMit) = α + β1 log(PPit) + β2 log(GDPit) + β3 log(PKit) + 𝜀 i Untuk mempermudah analisis, penulisan intensep α diganti dengan β0 sehingga regrasi umum data panel dari persamaan (3.2) menjadi (IPMit) = β0 + β1 log(PPit) + β2 log(GDPit) + β3 log(PKit) + 𝜀 it ............................................(3) Dengan Penjelasan : IPM = Indeks Pembangunan Manusia PP = Pengeluaran pemerintah GDP = GDP Per-Kapita PK = Pengeluaran Konsumsi β0 = intersep βk = Variabel ke-k, dengan k=1,2,3 i = Negara ke-i (1,2,3,....,15) t = Tahun Pengamatan (2010,2011,....,2014) 𝜀 = Kesalahan Pengganggu ( term of error) 433 Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.1 No.2 November 2016: 429-437 Regresi data panel Penentu Model Estiminasi Common Effect Model Fixed Effect Model Random Effect Model Penentu Model Estiminasi Lagrenge Multiplier Chow Test Hausman Test Pengujian Asumsi dan Kesesuaaian Model Normalitas Multikolinearitas Heteroskedastisitas Autokorelasi Interprestasi Adjusted R Square Uji F Uji T Gambar 3. Alur Regresi Data Panel Definisi Operasional Variabel Definisioperasionalvariabel yang digunakandalampenelitianini, terdiridari: 1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) / Human Development Index (HDI) adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf,pendidikan dan standar hidup untuk semua negara seluruh dunia yang diukur dalam persen. 2. Pengeluaran pemerintah adalah belanja pemerintah yang dialokasikan untuk sektor pembangunan yang di ukur dalam US$. 3. GDP Per-Kapita adalah pendapatan rata-rata penduduk di negara dunia ketiga yang diukur dalam US$. 4. Pengeluaran konsumsi (final consumption expenditure) adalah pengeluaran rumah tangga keluarga dan perseorangan serta lembaga-lembaga swasta bukan perusahaan untuk membeli barang dan jasa yang langsung bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhanyang di ukur dalam US$. . HASIL DANPEMBAHASAN Tabel 1. Hasil Estimasi Model OLS Variabel Koefisien estimasi Standar error T-Hitung P-Value Hub Kesimpulan LPP LGDP LPK Constant -2,2173 2,1610 3,9677 -2,7869 0,6074 0,5012 0,6801 9,355 -2,004 4.312 5,834 -0,2979 0,050* 0,000* 0,000* 0,767** + + Signifikan Signifikan Signifikan 434 Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.1 No.2 November 2016: 429-437 Sumber: Hasil pengololahan data menggunakan software Shazam (2016). **signifikansi pada level 0,10 *signifikansi pada level 0,05 Hasil pembahasan tabel 1. menunjukkan variabel peneluaran pemerintah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap indeks pembangunan manusia. Sedangkan GDP per kapita, dan pengeluaran konsumsi berpengaruh signifikan dan positif terhadap indeks pemnbangunan manusia. Uji Asumsi Klasik Uji Asumsi klasik yang dilakukan pada metode OLS digunakan berdasarkan pada sejumlah asumsi klasik tertentu. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk melihat apakah variabel bebas dan terikat terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dapat diketahui dengan menggunakan uji Jarque-Berra (JB) lebih besar dari probabilitas 5 persen (0,05) maka residual data terdistribusi secara normal. Tabel 2. Hasil Estimasi Uji Normalitas Jarque-Berra P-Value PDRB 0,9721 0,615 Sumber: Hasil pengololahan data menggunakan software Shazam (2016) Hasil uji normalitas pada Tabel 2. diperoleh p-value Jarque Berra (JB) sebesar 0,615. Nilai ini lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa data penelitian ini terdistribusi secaranormal. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas digunakan untuk melihat ada atau tidaknya hubungan antara variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi. Tabel 3. Matriks Korelasi Variabel Bebas Variabel LPP LGDP LPK Constant INF PUN PMA Constant 1,000 0,3734 -0,55795 -0,26996 1,000 0,2709E-01 -0,41653 1,000 -,41653 1,000 Sumber: Hasil pengololahan data menggunakan software Shazam (2016) Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 3. diketahui masing-masing variabel memiliki hubungan yang rendah dibawah 0,8, menunjukkan bahwa tidak terdapat masalah multikolinieritas dalam persamaan regresi linier berganda. Uji Heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk melihat apakah dalam model regresi terdapat ketidaksamaan varians dari residual (error terms) satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas pada model yaitu dengan melakukan uji White. Dari hasil uji, p-value white test adalah sebesar 0,24332, artinya p-value white test lebih besar dari 0,05 maka tidak terdapat heteroskedastisitas. Tabel 5. Hasil Estimasi Uji Heteroskedastisitas p-value white test 435 Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.1 No.2 November 2016: 429-437 IPM 0,24332 Sumber: Hasil pengololahan data menggunakan software Shazam (2016) Uji Autokorelasi Uji autokorelasi adalah pengujian untuk melihat apakah terjadi korelasi antara residual (kesalahan pengganggu) pada periode t dengan periode sebelumnya (t-1). Dalam pengujian yang menggunakan jumlah observasi sebanyak 62 (n=62) Asia dan 44(n=44) dan jumlah variabel bebas (independent) sebanyak 3 (k=3) serta dengan tingkat signifikansi 0.05 (α=0.05), maka diperoleh nilai dL=0.6844 dan dU=1.666. Dari hasil pengolahan data menggunakan Shazam 2008, diperoleh nilai statistik Durbin Watson (d) pada model regresi sebesar 0,29334 sehingga nilai d yang dihasilkan berada dibawah du dan 4-du (1.666<0,29334<2,344) artinya hipotesis berhasil ditolak sehingga dapat disimpulkan terdapat autokorelasi dalam model regresi. Analisis Regresi Berdasarkan hasil estimasi OLS pada Tabel 2 diperoleh bahwa: 1. Pengeluaran pemerintah memiliki pengaruh tanda negatif, artinya ketika Pengeluaran Pemerintah meningkat maka IPM sebagai alat ukur kesejahteraan penduduk akan mengalami penurunan koefisien Pengeluaran Pemerintah menunjukkan angka -1,2173. Tanda koefisien negatif ini berlawan dari teori ini diperlukan tindakan lebih lanjut oleh pemerintah. 2. GDP Per-Kapita berpengaruh signifikan terhadap IPM Asia. Hasil ini menunjukkan tanda positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Artinya ketika GDP Per-Kapita meningkat maka IPM sebagai alat ukur kesejahteraan penduduk akan mengalami peningkatan. Koefisien GDP Per-Kapita menunjukkan angka 2,1610 berarti apabila GDP Per-Kapita meningkat 1 persen maka IPM akan menurun sebesar 2,1610 persen, dengan asumsi variabel lain konstan. 3. Pengeluaran Konsumsi berpengaruh signifikan terhadap IPM di Asia. Hasil ini menunjukkan tanda positif, artinya ketika Pengeluaran Konsumsi meningkat maka IPM sebagai alat ukur kesejahteraan penduduk akan mengalami peningkatan. Koefisien Pengeluaran Konsumsi menunjukkan angka 3,9679 berarti apabila Pengeluaran Konsumsi meningkat 1persen maka IPM akan meningkat sebesar 3,9679 persen, dengan asumsi variabel lain konstan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa variabel peneluaran pemerintah berpengaruh negatif dan signifikan pada koefisien -2,2173 terhadap indeks pembangunan manusia. Sedangkan GDP per kapita, dan pengeluaran konsumsi berpengaruh signifikan dan positif terhadap indeks pemnbangunan manusia. GDP per kapita berpengaruh positif dan signifikan pada koefisien 2,1610 terhadap indeks pembangunan manusia. Pengeluaran pemerintah berpengaruh positif dan signifikan pada koefisien 3,9678 terhadap indeks pembangunan manusia. Saran 1. Agar indeks pembangunan manusia dapat ditingkatkan maka peranpemerintah penting untuk mengarahkan agar GDP per kapita dari tahun ke tahun harus meningkat. 436 Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.1 No.2 November 2016: 429-437 2. Keterkaitan yang positif antara pengeluaran konsumsi dengan indeks pembangunan manusia dapat dimaknai bahwa perlu ada usaha-usaha untuk meningkatkan indeks pembangunan manusia lewat penepatan penelualan konsumsi. DAFTAR PUSTAKA Algifari. (2014). Hubungan Antara Pendapatan Per Kapita Dan Indeks Pembangunan Manusia (Ipm). 8 Mei 2014. Mangkoesoebroto, Guritno. 2001. Ekonomi Publik, BPFE UGM, Yogyakarta Mardimin, Yohanes. (1996). Kritis Proses Pembangunan di Indonesia. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Todaro, Michael P dan Stephen C. Smith.(2006). Pembangunan Ekonomi.Edisi 9 Jilid 2.Jakarta : Erlangga. Prawoto, Nur Isa. (2012). Analisis Faktor-faktor Yang Berpengaruh Terhadap Indeks Pembangunan Manusia.Jurnal Sudi Ekonomi Indonesia.Vol. 1 No. 1, September 2012. United National Development Program.(2015). Human Development Report 2015.New York. http://www.id.undp.org/ diakses 14 April 2016 437