Analisis Perbandingan Kinerja Manajemen

advertisement
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1 Pengertian Manajemen
Pengertian Manajemen dapat merujuk kepada orang/sekelompok orang
atau bisa kepada proses. Dalam hal pengertian manajemen ini menunjuk kepada
proses,
maka
manajemen
dapat
diberi
batasan
sebagai
perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian upaya anggota organisasi dan
proses penggunaan lain-lain sumberdaya organisasi untuk tercapainya tujuan
organisasi yang telah ditetapkan. Keempat fungsi tersebut merupakan kunci bagi
keberhasilan suatu manajemen. 14
Manajemen sebagaimana di definisikan oleh (Stoner) adalah proses
perencanaan, pengorganisasian dan penggunakan sumberdaya organisasi lainnya
agar mencapai tujuan organisasi tang telah ditetapkan. 15
Pemahaman terhadap konsep manajemen tidak dapat dipisahkan dari
konsep organisasi. Secara sederhana organisasi adalah tempat orang-orang yang
bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu sebagai elemen mendasar. Masalah
pokok manajemen organisasi tidak lain adalah bagaimana mengelola dan
mengalokasikan sumber daya (manusia, modal, fisik, uang, dll) untuk mencapai
sasaran atau tujuannya.
Stoner, dkk. (1996 dalam Burhanuddin) mendefinisikan manajemen
adalah kebiasaan yang dilakukan secara sadar dan terus menerus dalam
membentuk dan menjalankan organisasi. Semua
organisasi
mempunyai
penanggung jawab terhadap organisasi untuk mencapai sasarannya, orang tersebut
adalah manajer. Memperkuat pendapat Stoner itu, Gibson, (1996 dalam
Burhanuddin) mendefinisikan manajemen adalah suatu proses yang dilakukan
oleh satu individu atau lebih untuk mengkordinasikan berbagai aktivitas untuk
mencapai hasil lebih baik yang tidak dapat dicapai apabila individu bertindak
sendiri sendiri.
14
15
Baga, Lukman M, dkk. Koperasi dan Kelembagaan Agribisnis, 2009, h.135
www.revolsirait.com, 2010
19
3.1.2 Fungsi dan Proses Manajemen
Para pakar manajemen sejak akhir abad ke-XIX, mendefinisikan
manajemen dalam empat fungsi spesifik, yaitu Planning, Organizing, Directing,
dan Controlling. Perkembangan terkini, para pakar manajemen Amerika
cenderung hanya menganut tiga fungsi utama yaitu Planning, Organizing, dan
Controlling sebab dianggap bahwa Directing sebenarnya termasuk dalam fungsi
perencanaan (Gibson, et. al., 1996:174 dalam Burhanuddin). Proses manajemen
adalah cara sistematik yang sudah ditetapkan dalam melakukan kegiatan yang
menekankan manajer terlibat dalam aktivitas yang saling terkait dalam fungsifungsi manajemen untuk mencapai suatu tujuan organisasi yang diinginkan.
Dalam praktek, penerapan fungsi pengendalian dalam manajemen modern
dikaitkan dengan orientasi peningkatan kualitas secara menyeluruh. Konsep ini
dikenal sebagai Total Quality Management (TQM) dan istilah total mengandung
makna every process, every job and every person (Lewis and Smith, 1994 dalam
Burhanuddin).
Pengertian TQM dibedakan dalam dua aspek (Goetsch and Davis, 1994
dalam Burhanuddin). Aspek pertama menguraikan pengertian TQM yaitu
pendekatan dalam menjalankan bisnis/usaha yang berupaya memaksimalkan daya
saing melalui penyempurnaan terus-menerus atas produk, jasa, manusia, proses
dan li
ngkungan organisasi. Aspek kedua adalah cara mencapainya dan berkaitan
dengan 10 karakteristik TQM. Creech (1996 dalam Burhanuddin) di sisi lain
mengemukakan terdapat lima pilar untuk berhasil menerapkan TQM, yaitu
produk, proses, organisasi, pemimpin dan komitmen.
1. Perencanaan
Perencanaan dapat didefinisikan sebagai penentuan terlebih dahulu apa yang
harus dikerjakan, kapan harus di kerjakan dan siapa yang mengerjakan.
Dalam perencanaan ini terlibat unsur penentuan, yang berarti bahwa
perencanaan tersebut tersirat pengambilan keputusan.
20
2. Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah proses menejerial yang berkelanjutan. Tujuan dari
pengorganisasian adalah untuk mengelompokann kegiatan, sumberdaya
manusia dan sumberdaya lainnya yang di miliki organisasi agar pelaksanaan
dari suatu rencana dapat dicapai secara efektif dan efisien. Langkah pertama
dalam pengorganisasian ini yang umumnya harus dilakukan sesudah
perencanaan adalah proses mendesain organisasi yaitu penentuan struktur
organisasi yang paling memadai untuk strategi, orang, teknologi dan tugas
organisasi.
3. Kepemimpinan
Menurut (Stogdill dalam Baga et al), kepemimpinan adalah suatu proses
mempengaruhi aktivitas kelompok untuk tujuan tertentu. (Stoner dalam
Baga et al) memberikan definisi kepemimpinan manajerial sebagai suatu
proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari
sekelompok anggota yang saling berhubungan tugasnya.
4. Pengendalian
Menurut (Mockler dalam Baga et al), pengendalian adalah suatu upaya yang
sistematis untuk menetapkan standar prestasi dengan sasaran perencanaan,
merancang sistem umpan balik informasi dengan membandingkan prestasi
sesungguhnya dengan standar yang terlebih dahulu ditetapkan, menentukan
apakah ada penyimpangan dan mengukur signifikasi penyimpangan yang di
perlukan untuk menjamin bahwa penggunaan sumberdaya sedapat mungkin
dengan cara yang paling efektif dan efisien guna tercapainya sasaran
perusahaan.16
3.1.3 Sistem Penggajian (Renumerasi)
Para peneliti dan praktisi manajemen telah berusaha mengembangkan
pemahaman terhadap hubungan antara struktur organisasi dengan kinerja, sikap
karyawan, kepuasan kerja dan berbagai variabel lain yang dianggap penting.
Namun usaha pemahaman tersebut terhambat oleh kerumitan hubungan diantara
16
Baga, Lukman M, dkk. Koperasi dan Kelembagaan Agribisnis, 2009, h.135-138
21
variabel-variabel tersebut dan kesulitan dalam mengukur dan menentukan konsep
struktur organisasi itu (Gibson, et. al., 1996: 235 dalam Burhanuddin).
Oleh sebab itu, dimensi sistem penggajian dan sistem karir dimasukkan
dalam ranah struktur organisasi untuk kemudian menjadi variabel sendiri dalam
ranah manajemen sumberdaya manusia sebagai cabang ilmu manajemen yang
mendalami masalah tersebut. Sistem penggajian (renumerasi) atau sistem
kompensasi merupakan hal yang paling mendasar dari manajemen sumberdaya
manusia sebab adanya tenaga dan pikiran yang dicurahkan untuk mendapatkan
kompensasi. Kompensasi dapat mencakup insentif untuk meningkatkan motivasi
karyawan
yang
pada
gilirannya
meningkatkan
produktivitas
karyawan.
Kompensasi didefinisikan sebagai what employees receive in exchange for their
work, including pay and benefits. (Werther, 1994 dalam Burhanuddin).
Definisi lain menyebutkan Compensation refers to all forms of financial
returns, tangible services, and benefits employees recieve as part of an
employment relationship. (Milkovich, 1988 dalam Burhanuddin) Pengertian ini
menjelaskan bahwa kompensasi merupakan hal penting karena pendapatan dan
benefit lainnya pada dasarnya merupakan sesuatu untuk memenuhi banyak
kebutuhan karyawan. Selain itu juga pendapatan dan benefit lain merupakan
simbol prestise, kekuasaan, prestasi dan status karyawan dalam masyarakat.
Setiap orang yang menukarkan jasanya kepada organisasi dengan harapan akan
memperoleh imbalan. Penentuan besarnya kompensasi memerlukan banyak
pertimbangan.
Milcovich (1988 dalam Burhanuddin) menciptakan suatu model yang
menggambarkan faktor-faktor yang terlibat dalam pengambilan keputusan dalam
hal kompensasi bagi karyawan. Pada model tersebut dapat dilihat bahwa faktorfaktor yang berada di luar teknik kompensasi sebenarnya bertujuan untuk
menciptakan efisiensi serta equity bagi karyawan dan perusahaan.
Model ini memperlihatkan secara garis besar faktor-faktor yang
mempengaruhi kepuasan maupun ketidakpuasan karyawan dalam hal kompensasi.
Hal ini dibandingkan dengan beban pekerjaan serupa yang ditangani karyawan
setingkat di organisasi lain, misalnya tentang karakteristik pekerjaan, hasil yang
didapat dari sisi non finansial, pendapatan yang pernah diperoleh karyawan
22
sebelumnya, pendapatan yang diperoleh karyawan setingkat di organisasi lain
serta pendapatan yang diperolehnya di organisasi. Kompensasi langsung berupa
upah/gaji dan insentif, sedangkan kompensasi tidak langsung dapat berupa
tunjangan-tunjangan.
Dalam hal ini (Flippo dalam Burhanuddin) membedakan tiga jenis
kompensasi, yaitu kompensasi dasar, kompensasi variabel, dan kompensasi
tambahan tunjangan. Kompensasi dasar berupa upah/gaji biasanya didasarkan
pada hasil evaluasi pekerjaan. Evaluasi pekerjaan jika dikaji bersamaan dengan
survey atas dasar tarif-tarif yang dibayar oleh perusahaan pesaing, akan membantu
perumusan kebijakan upah dan gaji yang memadai. Ini berarti penyusunan
kebijakan upah atau gaji harus konsisten dengan kondisi internal dan kondisi
eksternal organisasi.
3.1.4 Sistem Karir
Dalam
manajemen
sumberdaya
manusia,
sistem
karir
karyawan
merupakan bagian dari program pengembangan, penghargaan dan pemeliharaan
(maintaining) karyawan. Dalam kondisi kompetisi perusahaan industri terdapat
suatu kendala yang dirasakan setiap perusahaan, yaitu keterbatasan tersedianya
sumberdaya manusia yang handal agar perusahaan mampu bertahan. Untuk
mengatasi masalah tersebut sering perusahaan mengambil jalan pintas dengan
membajak atau memberi tawaran karir dan penghargaan yang lebih menarik
dibandingkan dengan perusahaan asal.
Khusus mengenai sistem karir, rotasi dan penghargaan diakui oleh para
ahli dan kalangan praktisi manajemen bisnis dapat menunjang produktivitas kerja
para karyawan, sebab faktor tersebut berpengaruh terhadap motivasi kerja. Kaitan
antara sistem karir dan rotasi kerja dengan motivasi kerja diungkapkan oleh
Mondy dkk (1999 dalam Burhanuddin) bahwa transfer karyawan dari satu bidang
ke bidang kerja lainnya diantaranya adalah untuk menumbuhkan kepuasan kerja
dalam diri karyawan.
Sementara itu kepuasan kerja amat berpengaruh terhadap motivasi kerja
para karyawan suatu perusahaan. Hal senada dikemukakan oleh Robert Kreitner
dkk (1998 dalam Burhanuddin) bahwa rotasi kerja adalah bagian dari sistem
karier karyawan yang bertujuan untuk menciptakan variasi pekerjaan bagi
23
karyawan, sebab firms often find it necessary to reorganize, to make positions
available in the primary promotion channels. Another reason is to satisfy
employees personal desires and is an effective dealing with personality clashes.
3.1.5 Efisiensi Usaha
Efisiensi usaha merupakan ukuran keberhasilan manajemen dalam
mengelola sumberdaya perusahaan yang dikenal dengan istilah the six M’s, yaitu
Man, Material, Machines, Methods, Money and Market. Efisiensi merupakan
ukuran produktivitas dari managerial skill suatu organisasi/ perusahaan. Hanya
perusahaan yang efisien yang akan mampu bertahan dalam pasar yang kompetitif.
Boediono (1986 dalam Burhanuddin), mengemukakan bahwa efisiensi
manajemen pada koperasi dapat diukur dengan cooperative effect yaitu seberapa
banyak anggota koperasi yang bisa diangkat dari bawah garis kemiskinan.
Pendapat Boediono lebih menekankan efisiensi koperasi pada efisiensi
pengembangan dan efisiensi pemenuhan kebutuhan anggotanya.
Konsep efisiensi dalam kajian ini lebih menekankan pada efisiensi usaha
koperasi dan manfaat yang diberikan koperasi kepada anggotanya. Pengukuran
efisiensi usaha menggunakan rasio keuangan yang umum digunakan dalam
perusahaan seperti rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio pengungkit (leverage
ratio) dan rasio provitabilitas Riyanto (1995 dalam Burhanuddin). Sedangkan
pengukuran efisiensi di tingkat anggota akan menggunakan konsep Hanel dan
Boediono.
3.1.6 Kinerja Keuangan
Dalam mengukur efisiensi modal kerja suatu koperasi dapat diukur dengan
menggunakan beberapa rasio diantaranya rasio likuiditas, aktivitas, solvabilitas
dan profitabilitas. Hasil dari perhitungan rasio tersebut dapat memberikan
gambaran tentang efisien dan tidak efisien keadaan suatu koperasi apabila
dibandingkan dengan angka rasio standar.
24
Rasio keuangan dapat dibagi kedalam tiga bentuk umum yang sering
dipergunakan yaitu : Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas ( Leverage ), dan Rasio
Rentabilitas. 17
1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajian financial jangka
pendek yang berupa hutang–hutang jangka pendek (short time debt) Menurut
Horne ”Sistem pembelanjaan yang baik Current Ratio harus berada pada batas
200% dan Quick Ratio berada pada 100%”. Adapun yang tergabung dalam rasio
ini adalah :
Current Ratio ( Rasio Lancar)
Merupakan Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva
lancar yang dimiliki.
Quick Ratio ( Rasio Cepat )
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva
yang lebih likuid .
2. Ratio Solvabilitas disebut juga ratio leverage yaitu mengukur perbandingan
dana yang disediakan oleh pemiliknya dengan dana yang dipinjam dari kreditur
perusahaan tersebut. Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa
jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang rasio ini menunjukkan indikasi
tingkat keamanan dari para pemberi pinjaman (bank). Adapun Rasio yang
tergabung dalam Ratio Leverage adalah :
Total Debt to Equity Ratio (Rasio Hutang terhadap Ekuitas)
Merupakan Perbandingan antara hutang–hutang dan ekuitas dalam pendanaan
perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri, perusahaan untuk
memenuhi seluruh kewajibanya.
17
www.shelmi-wordpress.com
25
Total Debt to Total Asset Ratio ( Rasio Hutang terhadap Total Aktiva)
Rasio ini merupakan perbandingan antara hutang lancar dan hutang jangka
panjang dan jumlah seluruh aktiva yang diketahui. Rasio ini menunjukkan
berapa bagian dari keseluruhan aktiva yang dibelanjai oleh hutang.
3. Rasio Rentabilitas disebut juga sebagai Rasio Profitabilitas yaitu rasio yang
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau
keuntungan, profitabilitas suatu perusahaan mewujudkan perbandingan antara
laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Yang termasuk
dalam ratio ini adalah :
Gross Profit Margin ( Margin Laba Kotor).
Merupakan perandingan antar penjualan bersih dikurangi dengan Harga Pokok
penjualan dengan tingkat penjualan, rasio ini menggambarkan laba kotor yang
dapat dicapai dari jumlah penjualan.
Net Profit Margin (Margin Laba Bersih).
Merupakan rasio yang digunaka nuntuk mengukur laba bersih sesudah pajak
lalu dibandingkan dengan volume penjualan.
Earning Power of Total investment
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal
yang
diinvestasikan
dalam
keseluruhan
aktiva
untuk
menghasilkan
keuntungan netto.
Return on Equity (Pengembalian atas Ekuitas)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal
sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi seluruh pemegang saham, baik
saham biasa maupun saham preferen.
3.1.7 Analisis RADAR
Metode analisis rasio RADAR merupakan penyempurnaan analisis rasio
keuangan. Tujuannya untuk memberikan gambaran yang menyeluruh tentang
perusahaan dan kemungkinan perkembangannya. Analisis RADAR memberikan
wawasan jangka menengah dan jangka panjang, hal ini berbeda dengan analisis
rasio tradisional (Du-pont) yang bersifat jangka pendek. Analisis keuangan
metode
RADAR
dalam
perbankan
yang
umum
dilakukan
penelitian
26
mengelompokkan rasio dalam lima kelompok besar yaitu: analisis likuiditas untuk
segi liquidity, analisis solvabilitas untuk segi capital adequacy, analisis
productivity, analisis profitabilitas untuk segi profitabillity, analisa pertumbuhan
untuk segi growth possibility.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
Dewasa ini koperasi konvensional mengalami keterpurukan. Banyak
kalangan yang memiliki pandangan bahwa masalah tersebut terjadi karena
kinerja manajemen yang kurang baik. Seiring berkembangnya paham
ekonomi syariah, muncul koperasi syariah yang saat ini mulai berkembang
dan jumlahnya meningkat.
Analisis Perbandingan
Kinerja Manajemen
Koperasi Syariah dan
Koperasi Konvesional
Deskriptif Analisis Manajerial
Fungsi dan Proses Manajemen
Sistem Penggajian
Sistem Karir
Efisiensi Usaha
Potensi Perkembangan
Koperasi Jasa Keuangan
Syariah BMT Bina Ummat
Sejahtera
Kondisi Kinerja
Manajemen Koperasi
Syariah dan Koperasi
Konvensional
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian
27
Download