PENDAHULUAN Latar Belakang Andaliman merupakan rempah liar

advertisement
12
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Andaliman merupakan rempah liar yang tumbuh di kawasan Danau Toba
Provinsi Sumatera Utara. Andaliman banyak digunakan masyarakat suku Batak
Toba sebagai bumbu masakan yang khas Sumatera Utara , seperti naniarsik,
naniura, natinombur. Umumnya masakan-masakan khas Sumatera Utara yang
menggunakan andaliman memilki daya simpan yang cukup lama. Daya awet
andaliman diduga karena adanya antimikroba yang terkandung di dalamnya
(Parhusip et al., 2009).
Saat ini andaliman diperhitungkan menjadi sumber senyawa aromatik dan
minyak esensial. Buahnya mengandung senyawa aromatik dengan rasa pedas dan
getir yang khas. Jika dimakan meninggalkan efek menggetarkan alat pengecap
dan menyebabkan lidah terasa kebal. Beberapa penelitian membuktikan bahwa
kandungan terpenoidnya mempunyai aktivitas antioksidan dan antimikrob
(Tarigan 1999, Wijaya 1999), juga mempunyai efek imunostimulan (Wijaya
1999). Hal ini memberi peluang bagi andaliman sebagai bahan baku senyawa
antioksidan atau antimikrob bagi industri pangan dan industri farmasi
(Siregar, 2003).
Pemanfaatan andaliman masih sebatas penggunaanya sebagai bumbu
masakan tetapi saat ini juga telah berkembang penelitian yang mencoba menggali
potensi andaliman sebagai obat sakit perut, perangsang nafsu makan, dan tonik
(Hasairin, 2004). Ekstrak kasar buah andaliman memiliki aktivitas sebagai
antioksidan dan antimikroba yang potensial (Wijaya, 2000; Siregar, 2003).
Manfaat lain buah andaliman berdasarkan hasil penelitian adalah sebagai
13
insektisida untuk menghambat pertumbuhan Sitophilus zeamais (Andayanie,
2000). Senyawa metabolit yang terdapat pada tanaman andaliman hanya bisa
dimanfaatkan jika dilakukan pengekstraksian bagian dari tanaman tersebut.
Pemanfaatan metabolit secara langsung dari tanamannya dibutuhkan banyak
biomassa atau bagian tanaman sehingga mengganggu kelangsungan hidup dan
keberadaan tanaman ini. Hingga kini usaha budidaya tanaman ini sulit dilakukan.
Pada umumnya penyebaran tanaman ini dilakukan oleh burung, hal ini terbukti
tidak ada ditemukannya anakan andaliman di sekitar tanaman induknya
(Siregar, 2003).
Populasi andaliman masih sangat terbatas, kira-kira 1000-2000 pohon,
dengan produksi 7-10 kg per pohon/tahun pada tanaman dewasa. Bibit yang
diperoleh petani berasal dari hutan, karena benih andaliman tidak mau
berkecambah walaupun kondisi tempat tumbuhnya sudah optimal . dibudidayakan
dengan sistem pekarangan. Rata-rata petani yang menanam andaliman 1-5 batang
(Napitupulu, et al, 2004).
Keanekaragaman genetik dapat terjadi karena adanya perubahan
nukleotida penyusun DNA. Perubahan ini mungkin dapat mempengaruhi fenotipe
suatu organisme yang dapat dilihat secara langsung atau mempengaruhi reaksi
individu terhadap lingkungan tertentu. Secara umum keanekaragaman genetik dari
suatu populasi dapat terjadi karena adanya mutasi, rekombinasi, atau migrasi gen
dari satu tempat ke tempat lain (Suryanto, 2003).
Penanda molekuler banyak digunakan dalam analisis keragaman genetik
tumbuhan, salah satunya adalah Random Amplified Polymorphic DNA (RAPD).
Teknik ini digunakan untuk mengidentifikasi genotipe tumbuhan, karena memiliki
14
kelebihan dalam pelaksanaan dan analisisnya. Dibandingkan dengan penanda
DNA yang lain, seperti Restriction Fragment Length Polymorphisms (RFLP) dan
Simple Sequence Repeats (SSR). Teknik RAPD lebih murah, mudah dilakukan,
cepat memberikan hasil, menghasilkan polimorfisme pita DNA dalam jumlah
banyak, tidak memerlukan pengetahuan tentang latar belakang genom yang
dianalisis dan mudah memperoleh primer acak yang diperlukan untuk
menganalisis genom semua jenis organisme. Walaupun metode ini kurang
sempurna dan memiliki kelemahan dalam konsistensi produk amplifikasi (Jones et
al., 1997), tetapi kelemahan ini dapat diatasi dengan mengoptimalkan ekstraksi,
kondisi PCR dan pemilihan primer yang tepat.
Teknik RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA) merupakan salah
satu dari beberapa teknik pembuatan penanda berbasis DNA dengan melibatkan
penggunaan mesin PCR (Polymerase Chain Reaction). Teknik PCR-RAPD dapat
digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan genotip normal dan abnormal,
berdasarkan perbedaan pada pita DNA yang dapat teramplifikasi dengan random
primer. Pita DNA yang berbeda akan dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui
perbedaan urutan basa DNA antara genotip normal dan abnormal (Azizah, 2009).
Dalam
pemuliaan
tanaman,
keragaman
dalam
populasi
tanaman
mempunyai arti yang sangat penting untuk pengembangan sumber genetik yang
diperlukan dalam pemuliaan tanaman (Karsinah, 2002). Tingkat keragaman
individu dalam populasi menggambarkan status keberadaan spesies tersebut di
alam. Populasi dengan keragaman genetic yang tinggi mempunyai peluang hidup
yang lebih baik karena mempunyai kemampuan yang lebih baik untuk beradaptasi
dengan lingkungannya (Anwar, 1985).
15
Andaliman merupakan rempah yang sangat bermanfaat bagi kesehatan
manusia maupun sebagai bahan pengawet makanan dan minuman. Namun pada
saat ini budidaya andaliman sangat sedikit dilakukan, disamping tempat tumbuh
yang terbatas. Untuk mengembangkan tanaman ini maka diperlukan suatu
informasi penting tentang tanaman tersebut . oleh karena itu penulis tertarik untuk
mengetahui keanekaragaman genetik dari tanaman andaliman Sumatera Utara
dengan menggunakan teknik Random Amplified Polymorphic DNA (RAPD),
sebagai langkah awal dari pemuliaan tanaman.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pita DNA pada andaliman
Sumatera Utara berdasarkan marka Random Amplifield Polymorphic DNA
(RAPD) dengan primer OPD-13, OPI-20, OPH-09, OPM-01, OPN-10.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dengan mengidentifikasi keragaman genetik
andaliman tersebut antara lain :
1. Tersedianya informasi mengenai keragaman genetik andaliman di
Sumatera Utara
2. Inventarisasi plasma nutfah andaliman. Informasi ini bermanfaat dalam
usaha program pemuliaan tanaman
Download