BIOMEKANIK MOLEKULER DIFERENSIASI JENIS KELAMIN

advertisement
BIOMEKANIK MOLEKULER DIFERENSIASI JENIS KELAMIN
Fatchiyah
Abstrak: Inti pertanyaan dari perkembangan Biologi adalah bagaimana organ primordial yang
tidak terdiferensiasi dapat ditransformasi menjadi organ kompleks, terutama pada jaringan
tertentu. Proses proliferasi, diferensiasi, migrasi dan kematian sel diregulasi secara tepat oleh
jaringan sinyal yang kompleks selama proses diferensiasi. Diferensiasi pada gonad mamalia
terdiri dari berbagai bagian dan fungsi tertentu yang dapat digunakan untuk mempelajari
mekanisme dari cell signaling selama perkembangan organ. The gonadal anlage adalah suatu
organ primordial yang unik dan perkembangannya diikuti dengan satu atau dua jalur
perkembangan yaitu berkembang menjadi testis atau ovarium. Bipotensial dari gonad membuat
gonadal anlage memiliki sistem yang dapat digunakan untuk mempelajari mekanisme takdir sel
secara langsung dan peluang untuk menggunakannya sebagai pendekatan komprehensif dari
mekanisme lain yang tidak dapat dipelajari secara langsung. Determinasi kelamin pada manusia
adalah penentuan perkembangan kelamin menjadi laki-laki atau perempuan. Determinasi
kelamin terjadi pada saat bipotential embryonic gonad berkembang menjadi testis atau ovarium.
Proses tersebut dikontrol langsung oleh gen yang ditemukan dari hasil analisis genetik dari
pasien sex-reversed dan dikonfirmasi menggunakan penelitian knockout pada mencit. Gen yang
memicu rangkaian penentuan testis yaitu SRY (Sex-Determining Region dari kromosom Y)
diisolasi dari Yp setelah diteliti selama 25 tahun. Sry memicu rangkaian molekuler dan seluler
yang menyebabkan unisex gonad terdiferensiasi menjadi testis. Mutasi pada SRY telah
teridentifikasi sekitar 15-20 % dari 46 kasus XY pada wanita dengan disgenesis gonad secara
lengkap ataupun bagian. Pada SRY telah ditemukan lebih dari 30 mutasi dan hampir semuanya
tidak seperti yang ada dalam kotak HMG, hal tersebut mengindikasikan fungsi penting dari
penelitian ini. Pasien dengan disgenesis gonad XY lengkap maupun murni memiliki fenotip
lengkap dari wanita dengan bilateral streak gonad yang terdiri dari residu-residu embrio seperti
disgenetik rete testis, primary seex cord, isolated tubule maupun struktur yang menyerupai
tubula. Kadar gen menjadi hal yang penting dalam penentuan kelamin pada laki-laki. Beberapa
gen dapat muncul karena adanya kadar tertentu dari haploinsufficiency (seperti WTI, SOX9, atau
SF1i) atau oleh duplikasi (seperti SOX9, DAX1, or Wnt4). Saat ini, counterpart wanita dari gen
Sry masih sulit dideteksi. Tidak ada bukti genetis yang membuktikan bahwa kehilangan atau tidak
teraktifkannya gen tertentu dapat mentransformasi ovarium menjadi testis pada individu XX.
Rangkaian sinyal Wnt4 dan follistatin sangat penting untuk perkembangan awal ovarium. Wnt4
dan follistatin mensekresikan molekul yang terekspresikan secara khusus pada gonad XX saat
penentuan jenis kelamin. Pada saat Wnt4 atau follistatin tidak teraktifkan, maka striking
phenotype akan muncul bersamaan dengan terbentuknya pembuluh darah khusus pada testis di
permukaan ovarium embrio. Hal menarik yang terjadi adalah XY male-to-female sex reversal
pada sindrom Frasier dapat terjadi dikarenakan mutasi dari pencegahan produksi +KTS isoforms,
hal tersebut menyebabkan perubahan rasio isoform pada heterozigot dan mempengaruhi pasien.
Tipe mutasi dari “Frasier” yang sama ditanamkan pada mencit dengan target yang diganggu
menjadi tidak dapat menjadi sex reversal pada tikus heterozigot. Hal tersebut memunculkan
dugaan bahwa jalur penentuan jenis kelamin pada manusia adalah lebih sensitive terhadap kadar
gen dibandingkan pada mencit.
EFEK PENGGUNAAN STREPTOZOTOCIN DENGAN DOSIS RENDAH BERULANG (MLDSTZ) TERHADAP KERUSAKAN SEL BETA PANKREAS TIKUS PUTIH (RATTUS
NORVEGICUS) UNTUK PEMBUATAN DIABETES MELLITUS TIPE 1.
Moch. Sasmito Djati
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek terapi pengtuanaan Streptozotocin dosis
rendah berulang 5x20 mg/kg BB (MLD-STZ)terhadap kerusakan sel beta pankreas tikus putih
DMT1 (Rattus norvegicus). Tikus yang telah dipapar MLD-STZ adalah model DMT1 . Model tikus
DMT1 menunjukkan manifestasi dari DMT1 yakni hiperglikemia, insulitis yang disertai kerusakan
sel beta pankreas. Manifestasi ini disertai dengan meningkatnya kadar radikal bebas nitrit oksida
(NO), enzim iNOS, sitokin proinflamasi IL-1β, TNF-α dan IFN-γ pada jaringan pankreas. Setelah
inkubasi 4-8 minggu diamati kadar glukosa darah, kadar radikal bebas NO, insulitis yang disertai
kerusakan sel beta pankreas, distribusi sitokin proinflamasi IL-1β, TNF-α dan IFN-γ serta enzim
iNOS. Kadar glukosa darah diukur menggunakan glukometer sedangkan kadar NO diukur
menggunakan nitric oxide assay kit melalui pengukuran kadar nitrit dan nitrat. Keberadaan sitokin
inflamasi, enzim iNOS diamati melalui metode imunohistokimia dan insulitis yang disertai
kerusakan sel beta pankreas diamati melalui pewarnaan hematoxylen-eosin. Dari hasil penelitian
didapatkan terjadi penurunan kadar glukosa darah (p<0.05) kelompok tikus DMT1 (405 mg/dl)
sedangkan kadar glukosa kelompok kontrol 120 mg/dl. Demikian halnya pada pengukuran kadar
NO terjadi penurunan kadar nitrat sebesar 44.162 µmol/L, kadar nitrit 92.762 µmol/L. Sedangkan
pada kelompok kontrol kadar nitrat dan nitritnya adalah 7.656µmol/L, 5.213µmol/L. Pengamatan
histologis jaringan pankreas pada menunjukkan penurunan distribusi sitokin proinflamasi dan
enzim iNOS demikian halnya dengan insulitis. Hal ini Ditunjukkan oleh penurunan derajat
kerusakan sel beta pankreas dari derajat 3 dan 2 (Kematian sel beta pankreas 25-50%),
sedangkan pada kelompok tikus yang tidak diterapi derajat kerusakannya pada derajat 4 dan
kelompok kontrol pada derajat 0
Download