BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Definisi Manajemen Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu pokok terpenting dalam suatu roda kehidupan bisnis.Pemasaran pun berubah dan selalu bergerak dinamis dikarenakan adanya perubahan kebutuhan manusia yang disebabkan oleh perkembangan zaman.Pemasaran ada dimana-mana, secara formal atau informal orang dan organisasi terlibat dalam sejumlah besar aktivitas yang dapat kita sebut pemasaran.Pemasaran merupakan sebagai sesuatu yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain (Kotler dan Amstrong, 2015). Pemasaran tidak hanya sekedar melakukan pertukuran barang maupun jasa dari produsen kepada konsumen, namun pemasaran lebih dari hanya sekedar menjual. Manajemen Pemasaran adalah seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan meraih, mempertahankan, serta menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan, menghantarkan, dan mengomunikasikan nilai pelanggan yang unggul (Kotler dan keller, 2012). Dari definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa manajemen pemasaran adalah melakukan rangkaian proses untuk menciptakan suatu nilai guna membantu pencapaian tujuan organisasi atau perusahaan. Kegiatan 14 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 pemasaran pun tentunya menjalankan fungsi manajerial, tanpa fungsi manajerial yang baik maka tidak akan terwujud hasil yang baik pula dari kegiatan pemasaran tersebut. Manajemen pemasaran ialah suatu analisis, perencanaan, pelaksanaan serta kontrol program-program yang telah direncanakan dalam hubungannya dengan pertukaran-pertukaran yang dinginkan pada konsumen yang dituju untuk memperoleh keuuntungan pribadi maupun keuntungan bersama (Lupiyoadi, 2006). 2. Definisi Pemasaran Pariwisata Pemasaran pariwisata dapat dikatakan sebagai suatu aktivitas pemasar dalam melakukan kegiatan-kegiatan pemasaran, seperti promosi, menetukan segmen pasar, melakukan positioning, dsb, yang terkait dengan produk pariwisata baik objek wisata itu sendiri, fasilitas wisata, maupun jasa pariwisata lainnya.Produk pariwisata merupakan produk jasa.Kotler dan Amstrong (2012) menyatakan bahwa jasa adalah segala aktivitas dan berbagai kegiatan atau manfaat yang ditawarkan untuk dijual oleh suatu pihak kepada pihak lain yang secara esensial jasa ini tidak berwujud dan tidak menghasilkan perpindahan kepemilikan atas apapun. Menurut Ginting (2005), pemasaran pariwisata adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana wisatawan dan penyedia jasa wisata mendapatkan kebutuhan dan keinginannya melalui pertukaran. Penyedia jasa menciptakan, menawarkan jasa wisata dan bertukar jasa wisata yang berkualitas dengan uang wisatawan dan wisatawan dapat menikmati jasa http://digilib.mercubuana.ac.id/ 16 wisata yang berkualitas yang ditawarkan sehingga kedua belah pihak memperoleh kepuasan”.Dalam dunia pariwisata produk yang dihasilkan adalah layanan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan jasa, dimana jasa tersebut sangat diperlukan oleh wisatawan selama dalam perjalanannya. Menurut Yoeti (2002) industri pariwisata ialah semua jasa-jasa (services) yang dibutuhkan wisatawan semenjak ia berangkat meninggalkan tempat kediamannya, sampai ia kembali ke rumah dimana ia tinggal. Jasa-jasa yang dibutuhkan wisatawantersebut tidak hanya dihasilkan oleh satu perusahaan saja, tetapi oleh banyak dan macammacam perusahaan. Di dalam pemasaran pariwisata diperlukan adanya pemahaman yang mendalam terhadap produk yang dimiliki dan dijual. Demikian pula persepsi dan preferensi wisatawan, yang mana akan menimbulkan perilaku yang mendorong proses pembelian. Hal ini sejalan dengan definisi pemasaran pariwisata yang dikemukakan oleh Wahab, Crampon, dan Rothfield (1976), pemasaran pariwisata yaitu suatu proses manajemen yang dilakukan oleh organisasi pariwisata nasional atau perusahaanperusahaan termasuk dalam kelompok industri pariwisata untuuk melakukan identifikasi terhadap wisatawan yang sudah memiliki keinginan untuk melakukan perjalanan wisata dengan jalan melakukan komunikasi dengan mereka, mempengaruhi keinginan, kebutuhan, dan memotivasinya, terhadap apa yang disukai dan tidak disukai, pada tingkat http://digilib.mercubuana.ac.id/ 17 daerah-daerah lokal, regional, nasional, maupun internasional dengan menyediakan objek dan atraksi wisata agar wisatawan memperoleh kepuasan. Daya tarik atau atraksi wisata menurut Yoeti (2002) adalah segala sesuatu yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung pada suatu daerah tujuan wisata, seperti: a. Natural attraction: landscape, seascape, beaches, climate and other geographical features of the destinations. b. Cultural attraction: history and folklore, religion, art and special events, festivals. c. Social attractions: the way of life, the resident populations, languages, opportunities for social encounters. d. Built attraction: building, historic, and modern architecture, monument, parks, gardens,marina,etc. Dari definisi para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa pemasaran pariwisata merupakan serangkaian kegiatan penyampaian nilai-nilai konsumen pada produk pariwisata yang dimana kedua belah pihak baik konsumen maupun produsen saling memenuhi kebutuhan satu sama lain sehingga kedua belah pihak memperoleh kepuasan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 18 3. Bauran Pemasaran Strategi pemasaran merupakan alat fundamental yang direncanakan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan mengembangkan keunggulan bersaing yang berkesinambungan melalui pasar yang dimasuki dan program-program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran. Tujuan dari strategi pemasaran tidak hanya meniru produk, proses, dan metode pesaing, melainkan mengembangkan untuk menciptakan peluang masa yang akan datang dan mengeksploitasinya (Hammel & Prahalad, 2007). Strategi pemasaran dapat terpenuhi dengan penyediaan suatu sarana yang disebut dengan bauran pemasaran.Bauran pemasaran merupakan inti dari sistem pemasaran suatu bisnis.Bauran pemasaran merupakan unsur-unsur pemasaran yang saling terkait, dibaurkan, diorganisir, dan digunakan dengan tepat, sehingga perusahaan dapat mencapai tujuan pemasaran dengan efektif, sekaligus memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen (Hurriyati, 2008). Menurut Kotler dan Keller (2012), mendefinisikan bauran pemasaran sebagai seperangkat alat pemasaran, perusahaan mengunakan untuk mengejar tujuan pemasarannya di pasar sasaran. a. Produk (Product) Sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, agar produk yang dijual mau dibeli, digunakan atau dikonsumsi yang mana dapat memenuhi suatu keinginan atau kebutuhan dari kosumen. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 b. Harga (Price) Sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan manfaat dari memiliki atau menggunakan produk atau jasa yang nilainya ditetapkan oleh pembeli dan penjual melalui tawar menawar, atau ditetapkan oleh penjual untuk satu harga yang sama terhadap semua pembeli. c. Tempat (place) Tempat diasosiasikan sebagai saluran distribusi yang ditujukan untuk mencapai target konsumen. Sistem distribusi ini mencakup lokasi, transportasi, pergudangan, dan sebagainya. d. Promosi (promotion) Sebagai salah satu cara pemasaran untuk mengomunikasikan dan menjual suatu produk kepada konsumen yang berpotensi. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 Marketing Mix Place Product • Channels • Coverage • Assortment • Product Variety • Product Quality Price • List Price • Discount • Allowances Promotion • Sales Promotion • Advertising • Sales Force Gambar 2.1 Marketing Mix Sumber :Kotler dan Keller Dengan perkembangan zaman yang semakin pesat, industri jasa pun turut ikut tumbuh dan berkembang. Maka dari itu, untuk pemasaran jasa perlu bauran pemasaran yang diperluas dengan penambahan unsur bauran pemasaran non tradisional, yaitu people (orang), psycal evidence (fasilitas fisik), dan process (proses), sehingga menjadi tujuh unsur (7P). Bauran pemasaran merupakan elemen-elemen organisasi perusahaan yang dapat dikontrol dalam melakukan komunikasi dengan pelanggan guna memuaskan pelanggan (Zeithaml dan Bitner, 2008). http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 a. Process Merupakan serangkaian tindakan yang diperlukan untuk memberikan produk atau jasa dengan pelayanan yang terbaik kepada konsumen. Suatu proses bisa berisi tentang metode atau prosedur yang diberlakukan untuk memperoleh produk yang dibutuhkan konsumen. Proses pelayanan yang cepat, mudah, dan ramah memberikan nilai lebih konsumen terhadap suatu produk. b. People Keterlibatan manusia dalam kegiatan memproduksi produk serta memberikan pelayanan produk kepada konsumen merupakan hal yang sangat penting.Orang yang memproduksi dan memasarkan suatu produk juga memiliki penilaian dimata konsumen. c. Physical Evidence Physical Evidence merupakan perangkat-perangkat untuk mendukung penampilan suatu produk, memperlihatkan secara langsung kualitas sehingga produk serta pelayananyang diberikan kepada konsumen. Dari berbagai definisi para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa bauran pemasaran merupakan seperangkat alat yang diciptakan oleh perusahaan guna mencapai tujuan yang dinginkan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 4. Familiaritas Destinasi Familiaritas destinasi dianggap sebagai persepsi konsumen tentang seberapa jauh mereka mengetahui berbagai pilihan atribut-atribut yang dapat menjadi pertimbangan (Moorthy et al., 1997). Peneliti menemukan bahwa familairitas mempengaruhi perilaku wisatawan dalam pencarian informasi (Gursoy and McClearly, 2004; Fodness and Murray, 1999) dan membantu mereka dalam proses pengambilan keputusan (Bettman and Park, 1980). Jika wisatawan sangat akrab terhadap suatu destinasi, mereka mungkin tidak membutuhkan informasi tambahan dari sumber eksternal (Snepenger and Snepenger, 1993).Akan tetapi, seorang wisatawan dengan memiliki keakraban (familairity) yang rendah, sangat memungkinkan mereka untuk percaya dan mencari informasi dari sumber eksternal untuk membuat keputusan berwisata mereka lebih akrab (familiar) (Snepenger et al, 1993). Oleh sebab itu, familiaritas dapat mempengaruhi persepsi wisatawan dan ketertarikan pada suatu tempat (Reid and Reid; Hu and Ritchie, 1993). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Baloglu (2001), menyatakan bahwa familiaritas yang tinggi, akan berpengaruh positif pada citra. Keutamaan dalam penelitian ini telah menemukan hubungan yang positif antara familiaritas dengan citra destinasi.Milman and Pizan (1995) menemukan bahwa familiritas memiliki pengaruh positif terhadap ketertarikan pada suatu kunjungan. Laroche et al. (1996) mengemukakan bahwa familiaritas pada suatu merek (brand) dapat mempengaruhi http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 kepercayaan diri konsumen pada merek (brand),yang pada gilirannya mempengaruhiniatuntuk membelimerek yang sama.Proposisi akhir pada familiarity menyarankan bahwa beberapa segmen wisatawan adalah enggan untuk menanggung resiko, khususnya pada mereka yang meminimalkan resiko ketidakpuasan (Gitelson and Crompton, 1984). Kriteria mereka dalam pemilihan destinasi didasarkan atas keakraban (familiarity) mereka dengan tempat. Dengan demikian, wisatawan yang enggan atau menolak terhadap suatu resiko akan lebih nyaman pada destinasi yang sudah akrab (familiar), meskipun mereka sedikit tidak puas (Oppermann, 1998). Kesimpulannya, familiaritas destinasi secara positif berpengaruh pada persepsi terhadap destinasi atau produk/jasa yang disediakan pada destinasi tertentu. Berikut adalah tiga dimensi dan indikator-indikator dari variabel familiarity yang digunakan oleh Lee, Scott, & Kim (2008) dengan merujuk pada pendapat-pendapat para peneliti sebelumnya adalah sebagai berikut. Self-rated Familiarity Experiential Familiarity Informational Familiarity Familiarity Gambar 2.2 Dimensi-Dimensi Variabel Familiaritas Sumber Lee (2007), dan Lee, Scott, & Kim (2008) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 Tabel 2. Indikator-indikator Variabel Familiaritas Destinasi Variabel Familiarity Dimensi Informational Familiarity Self-rated familiarity Experiential Familiarity 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Indikator Iklan di majalah dan televisi Liputan televisi Artikel koran dan majalah Informasi dari kelompok referensi Internet Buku-buku Budaya setempat Kuliner khas 10. Pernah Melakukan Kunjungan 11. Seberapa banyak kunjungan yang dilakukan Sumber : Lee (2007), dan Lee, Scott, & Kim (2008) 5. Citra Destinasi Citra destinasiadalah salah satufaktor penentuyang paling penting daripra-wisata, pasca-keputusan berwisatadan perilakuberwisata.Menurut Gunn dan Mercer (2009), pembentukan citra sebelum terjadinya perjalanan adalah fase terpenting dalam proses pemilihan daerah tujuan wisata. Sedangkan citra yang dipersepsikan setelah terjadinya kunjungan wisata juga akan mempengaruhi kepuasan konsumen dan intensitas untuk melakukan kunjungan wisata kembali di masa mendatang, tergantung pada kemampuan daerah tujuan wisata dalam menyediakan pengalaman yang sesuai dengan kebutuhan dan citra yang wisatawan miliki tentang daerah wisata. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 Kotler dan Gertner (2004) mendefinisikan citra destinasi sebagai sejumlah keyakinan dan kesan orang-orang terhadap suatu tempat. Citra mewakili kesederhanaan dari sejumlah besar asosiasi dan porongan informasi yang terhubungan ke suatu tempat.Mereka adalah produk dari pikiran yang mencoba untuk memproses dan memilih informasi penting dari sejumlah besar data tentang tempat tersebut. Lopes (2011) juga menuliskan pedoman terbaru untuk pemasaran wisata mengakui bahwa pengembangan citra tujuan wisata didasarkan pada rasionalitas konsumen dan emosionalitas, dan sebagai hasil dari kombinasi dua komponen utama atau dimensi, yaitu citra kognitif dan citra afektif. Citra kognitif dianggap sebagai evaluasi terhadap atribut suatu destinasi. Citra afektif mengacu pada emosi individu dan perasaan terhadap suatu destinasi. Konsisten dengan definisi tersebut, studi tentang citra kognitif telah difokuskan pada evaluasi atribut fisik suatu tempat. Di sisi lain, citra afektif berfokus pada respon emosional terhadap tempatdan fitur lingkungan. a. Dimensi Citra Afektif dan Citra Kognitif. Seperti yang diutarakan oleh Chul (2009), beberapa studi telah mengadapatsikan pendekatan citra pada dua dimensi yang menunjukkan bahwa citra destinasi terdiri dari citra afektif (affective image) dan citra kognitif (cognitive image).Beberapa peneliti telah meneliti hubungan antara dua jenis citra tersebut dan menemukan bahwa citra afektif dikembangkan berdasarkan citra http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 kognitif (Baloglu, 1999; Baloglu &McCleary, 1999; Beerli & Martin, 2004). Dengan kata lain, citra afektif dibentuk sebagai fungsi dari citra kognitif suatu destinasi. Misalnya, individu yang mempunyai citra kognitif yang tinggi terhadap suatu destinasi dapat menunjukkan citra afektif positif yang tinggi pula dari suatu destinasi tersebut. Dalam penelitian ini dimensi yang digunakan untuk membangun citra kognitif dan afektif berasal dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lee (2007), yang diambil dan dimodifikasi dari penelitian terkait citra afektif dan citra kognitif yang dilakukan oleh Baloglu & McCleary (1999) dan Baloglu & Mangaloglu (2001). Dimana, dimensi pada citra afektif ditampilkan oleh satu dimensi yang terdiri dari salah satu empat karakteristik yang berlawanan, yaitu sleepy-arrousing, unpleasantpleasant, gloomy-exiciting, dan distressing-relaxing. sedangkan citra kognitif dibangun dari dua dimensi yaitu community amenities, dan natural cultural attraction. Atributatribut yang termasuk dalam community amenities adalah keselamatan pribadi (personal safety), akomodasi yang sesuai (suitable accommodation), kualitas transportasi yang baik (good quality of transportation), penampilan makanan atau masakan lokal (appealing local food cuisine), standar kehigenisan dan kebersihan (standar hygiene and cleanliness), nilai yang baik http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 untuk pengeluaran perjalanan (good value for travel expenditures), serta orang-orang yang ramah dan menarik (interesting and friendly people).Atribut-atribut yang termasuk dalam natural cultural attraction adalah obyek wisata budaya yang menarik (interesting cultural attractions), obyek wisata sejarah yang menarik (interesting historical attractions), hiburan malam yang menyenangkan (good nighttime entertainment), iklim yang bagus (good climate), dan lingkungan yang bebas polusi (unpolluted/unspoiled environtment).Berikut adalah empat dimensi dan indikator-indikator dari variabel citra afektif yang digunakan oleh Le, Scott, & Kim (2008) dengan merujuk pada pendapatpendapat para peneliti sebelumnya adalah sebagai berikut. Tabel 2.2 Indikator-indikator Dimensi Citra Afetif Dimensi Citra Afektif Indikator 1. Suram – Menarik (Gloomy – Exciting) 2. Menyedihkan – Menyenangkan (Distressing – Relaxing) 3. Tidak Nyaman – Nyaman (Unpleasant – Pleasant) 4. Sepi – Menggairahkan (sleepy – arousing) Sumber : Lee (2007), dan Lee, Scott, & Kim (2008) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 Tabel 2.3 Indikator-indikator Dimensi Citra Kognitif Dimensi Indikator 1. Kualitas akses transportasi Citra Kognitif 2. Tempat yang aman untuk dikunjungi 3. Kondosi koleksi 4. Kenyamanan dan kebersihan tempat Sumber : Lee (2007), dan Lee, Scott, & Kim (2008) 6. Minat Kunjungan Pada dasarnya minat berkunjung adalah perasaan ingin mengunjungi suatu tempat atau wilayah yang menarik untuk dikunjungi. Dalam hal ini teori minat berkunjung diambil dari teori minat beli terhadap suatu produk, sehingga dalam beberapa kategori minat berkunjung dapat diaplikasikan dari model minat beli. Menurut Schiffman dan Kanuk (2007) mengemukakan bahwa minat membeli atau berkunjung merupakan aktivitas psikis yang timbul karena adanya perasaan dan pikiran terhadap suatu barang atau jasa yang diinginkan. Minat dari suatu perilaku (behavioral intention) dapat diartikan sebagai kecenderungan untuk berperilaku, misalnya merekomendasikan suatu pembelian, perjalanan, kunjungan, ataupun kunjungan ulang. Beberapa studi sebelumnya menyatakan bahwa Minat dan perilaku aktual memilki kaitan yang erat, konsep ini digunakan sebagai alat untuk mengukur pengaruh dari suatu variabel tertentu, seperti http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 sikap, jarak budaya, paparan informasi, persepsi citra destinasi, persepsi personalitas brand dari destinasi atau kepuasan. Diantara minat perilaku yang sudah dijelaskan sebelumnya, minat kunjungan atau perjalanan (intention to visit) dianggap sebagai salah satu variabel dependen yang signifikan, karena dapat secara langsung menjelaskan kemungkinan bahwa wisatawan potensial dapat melakukan kunjungan.Minat kunjungan (intention to visit) dapat digunakan dalam konteks prakunjungan (pre-visit).Dengan demikian, dalam situasi prakunjungan , minat untuk mengunjungi dapat digunakan sebagai alat yang efektif untuk mengukur efek dari variabel tertentu, seperti keterlibatan waktu luang, familiaritas, citra destinasi (Chul, 2009). Berikut adalah indikator-indikator variabel minat kunjungan yang merupakan rujukan dari Lee (2007), Lee, Scott dan Kim (2008), Hahm (2004), Chul (2009). Tabel2.4 Indikator-indikator Variabel Minat Kunjungan Variabel Minat Kunjungan 1. 2. 3. 4. Indikator Memiliki ketertarikan mengunjungi suatu objek Suatu objek akan dikunjungi jika diberi pilihan untuk melakukan perjalanan wisata Merupakan keinginan bagi masyarakat local untuk berkunjung Memiliki niat mengunjungi suatu objek tersebut sebagai destinasi wisata liburan berikutnya. Sumber :Lee (2007), Lee, Scott dan Kim (2008), Hahm (2004), Chul (2009) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 30 B. Penelitian Terdahulu Tabel 2.5 Penelitian Terdahulu No Peneliti / Tahun Hadi, Kumadji, Yulianto (2015) Jurnal Pengaruh Service Marketing Mix (Bauran Pemasaran Jasa) Terhadap Citra Merek Dan Dampaknya Pada Keputusan Pembelian Falihah (2013) Pengaruh Strategi Bauran Pemasarn Kepada Pembentukan Brand Image dan Dampaknya Kepada Keputusan Pembelian Konsumen Hotel “X” Jakarta Investigating the Impact of Marketing Mix Elements on Tourists ‘Satisfaction: An Empirical Study on East Lake 1 2 Sarker, Aimin, Begum (2012) 3 Baloglu (2001) Image variations of Turkey by familiarity index: informational and experiential dimensions Prentice, Andersen (2000) Modeling Tourist Propensity. Annals of Tourism Research Ritchie (1993) The Measurment of Destinastion Image : An 4 5 6 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Hasil Hasil peneilitian ini adalah menunjukan bahwa bauran pemasaran jasa memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel keputusan pembelian Hasil penelitian ini menunjukan bahwa elemen harga dan bukti fisik pada bauran pemasaran memberikan pengaruh signifikan dalam keputusan pembelian Bauran pemasaran khususnya elemen harga berpengaruh signifikan terhadap kepuasana pengunjung dan minat berkunjung Hasil penelitian ini adalah menunjukan bahwa familiaritas berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan untuk melakukan perjalanan Hasil Penelitian ini menunjukan bahwa Familiaritas berpengaruh signifikan terhadap keputusan destinasi perjalanan Hasil penelitian ini menunjukan bahwa 31 Empirical Assessment Chun, Szu, Liu, PeiHuang (2014) The Relationship Among Corporate Social Responsibility, Service Quality, Corporate Image, and Purchase Attention. Mechinda, Serirat, Gulid, Anuwichanont (2010) An Examination of Tourist’ Loyality Towards Medical Tourism In Pattaya, Thailand Putra, Kunadji, Hidayat (2015) Pengaruh Citra Perusahaan Terhadap Minat Berkunjung Dan Keputusan Berkunjung (Survei Pada Pengunjung Taman Rekreasi PT. Selecta, Kota Batu, Jawa Timur) 7 8 9 Familiaritas berpengaruh terhadap citra yang mana turut mempengaruhi sesorang dalam pengambilan keputusan berwisata Hasil penelitian ini menunjukan bahwa CSR dan kualitas layanan berdampak pada citra perusahaan, yang berpengaruh signifikan pada minat pembelian Sikap loyalitas pada Medical Tourism In Pattaya, Thailand didorong atas pengaruh positif varibael Perceived Value, Kepuasan, Kepercayaan, Citra Destinasi, dan Familiaritas Destinasi Hasil penelitian ini adalah menunjukan citra perusahaan memunyai pengaruh signifikan terhadap minat berkunjung dan keputusan berkunjung C. Hubungan Antar Variabel 1. Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Minat Berkunjung Berdasarkan penelitian terdahulu yang menceritakan hubungan antara bauran pemasaran denganminat berkunjung dapat dilihat bawah hubungan antara dua varibel ini saling berkaitan. Service Marketing Mix http://digilib.mercubuana.ac.id/ 32 yang diterapkan oleh perusahaan jasa dapat digunakan untuk meningkatkan minat berkunjung calon wisatawan. Melalui penerapan Service Marketing Mix yang baik maka akan dapat meningkatkan minat seseorang atas suatu keputusan pembelian (Hadi, Kumadji, Yulianto, 2015). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sarker, Aimin, dan Begum (2012) bahwa seluruh elemen bauran pemasaran yang baik akan berdampak positif pada keputusan kunjungan ke suatu objek wisata. Penerapan service marketing mix yang bagus makan akan memberikan kesan yang positif terhadap konsumen, sehingga konsumen akan percaya dan dapat meningkatkan minat calon wisatawan atas keputusan berwisata. Penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Falihah (2013) yang menunjukan bahwa marketing mix memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan. H1 : Bauran pemasaran berpengaruh signifikan terhadap minat berkunjung 2. Pengaruh Familiaritas Destinasi Terhadap Minat Berkunjung Literatur sebelumnya menunjukan bahwa tingkat tinggi familiaritas dengan tujuan positif memengaruhi kecenderungan untuk melakukan perjalanan ke destinasi (Baloglu, 2001; Prentice dan Andersen, 2000). Hubungan ini mungkin ada karena “imbalan keamanan lebih besar daripada manfaat yang mungkin dibawa oleh tingginya biaya ketidakpastian” (Burch 1969: 132). Dari perspektif kognitif, wisatawan cenderung menumpuk pengetahuan khusus tentang tempat karena mereka http://digilib.mercubuana.ac.id/ 33 menjadi akrab dengan itu. Pengetahuan ditingkatkan ini dapat memberikan mereka rasa aman dan kenyamanan, yang menyebabkan peningkatan kepercayaan diri dalam pilihan tujuan mereka. Misalnya, keakraban dengan pemandangan dan destinasi penting dapat memberikan pengalaman liburan yang kurang mengancam dan lebih nyaman untuk pengunjung (Olsen, McAlexander dan Roberts 1986). Meskipun demikian, studi yang paling empiris masih mendukung peran familiaritas sebagai penentu positif dari kecenderungan untuk melakukan perjalanan (Baloglu 2001 Hu dan Ritchie 1993; Olsen et al 1986; Prentice 2004; Prentice dan Andersen 2000). Hal ini mungkin disebabkan oleh kenyataan bahwa tujuan pariwisata secara inheren pada tempat baru untuk para wisatawan yang tidak mungkin lebih familiar. H2 : familiaritas berpengaruh signifikan terhadap minat berkunjung 3. Pengaruh Citra Destinasi Terhadap Minat Berkunjung Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang menceritakan hubungan antara citra destinasi dengan minat berkunjung dapat dilihat bawah hubungan pengaruh citra destinasi berpengaruh signifikan terhadap minat berkunjung (Putra, Kumadji, Hidayat, 2015).Variabel citra perusahaan yang terdiri dari kemudahan akses, layanan yang ditawarkan, kontak pribadi, dan keamanan telah memberikan nilai pengaruh terhadap varibel minat berkunjung (Putra, Kumadji, Hidayat, 2015). Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat yang diungkap oleh Adona (2006) bahwa citra perusahaan merupakan gambaran yang dimiliki oleh individu http://digilib.mercubuana.ac.id/ 34 sehingga dalam pelaksanaannya, individu yang memiliki persepsi baik terhadap perusahaan pada akhirnya akan menumbuhkan minat dan kepercayaan terhadap perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Chun, Yen, Liu, Huang (2014) yang menunjukan bahwa citra perusahaan memunyai efek mediasi antara tanggungjawab sosial perusahaan dan minat pembelian, serta antara kualitas pelayanan dan minat pembelian. H3 : Citra destinasi berpengaruh signifikan terhadap minat berkunjung D. Rerangka Pemikiran Berdasarkan kajian pustaka dan penelitian terdahulu maka peneliti merumuskan rerangka pemikiran sebagai berikut : BAURAN Pemasaran Product Price Place Promotion People Process Physical Evidence 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. H1 Familiaritas Destinasi Informational Familiarity Self rated Familiarity Experiental Familiarity 1. 2. 3. H2 Minat Berkunjung H3 Citra Destinasi 1. 2. Citra Afektif Citra Kognitif Gambar 2.3 Rerangka Pemikiran http://digilib.mercubuana.ac.id/ 35 E. Hipotesis Berdasarkan hubungan antar variabel rerangka pemikiran maka peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut : a. H1 : Bauran pemasaran berpengaruh signifikan terhadap minat berkunjung b. H2 :Familiaritas destinasi berpengaruh signifikan terhadap minat berkunjung c. H3 : Citra destinasi berpengaruh signifikan terhadap minat berkunjung http://digilib.mercubuana.ac.id/