II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran Jasa

advertisement
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pemasaran Jasa
Menurut Kotler dan Amstrong (2008), pemasaran adalah proses di mana
perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang
kuat dengan tujuan untuk menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalannya.
Menurut American Marketing Association dalam Kotler dan Keller (2007),
pemasaran adalah satu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk
menciptakan, mengkomunikasikan, dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan
mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan
para pemilik sahamnya.
Dalam menciptakan nilai dan hubungan kepada pelanggan perusahaan
berusaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan pelanggan. Penyediaan kebutuhan yang
dilakukan perusahaan dapat berupa barang/produk maupun jasa. Produk adalah
semua hal yang ditawarkan kepada pasar untuk menarik perhatian, akuisisi,
penggunaan, atau konsumsi yang dapat memuaskan suatu keinginan atau
kebutuhan, sedangkan jasa adalah semua kegiatan atau manfaat yang ditawarkan
suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak
menghasilkan kepemilikan sesuatu. (Kotler dan Amstrong, 2008). Perbedaan
dasar antara barang dan jasa menurut Lovelock dan Wright (2005), antara lain:
a. Pelanggan tidak memperoleh kepemilikan atas jasa.
b. Produk jasa bersifat tidak berwujud.
c. Pelanggan lebih terlibat dalam proses produksi.
d. Orang lain dapat menjadi bagian dari produk.
e. Adanya keragaman yang lebih besar dalam input dan output operasional.
f. Banyak jasa sulit dievaluasi pelanggan.
g. Umumnya tidak mempunyai persediaan.
h. Faktor waktu relatif lebih penting.
i.
Sistem pemberian dapat menggunakan saluran fisik maupun elektronik.
7
Menurut Lovelock dan Wright (2005), jasa secara tradisional sulit
didefinisikan, namun terdapat dua pendekatan yang menangkap esensinya yaitu:
a. Jasa adalah tindakan atau kinerja yang ditawarkan suatu pihak kepada
pihak lainnya. Walaupun prosesnya mungkin terkait produk fisik,
kinerjanya pada dasarnya tidak nyata dan biasanya tidak menghasilkan
kepemilikan atas faktor-faktor produksi.
b. Jasa adalah kegiatan ekonomi yang menciptakan dan memberikan manfaat
bagi pelanggan pada waktu dan tempat tertentu, sebagai hasil dari tindakan
mewujudkan perubahan yang diinginkan dalam diri—atau atas nama—
penerima jasa tersebut.
2.1.1 Strategi Pemasaran
Menurut Kotler dan Amstrong (2008), strategi pemasaran adalah
logika pemasaran dimana unit bisnis berharap untuk mencapai tujuan
pemasarannya. Perusahaan memutuskan pelanggan mana yang akan
dilayani (segmentasi dan penetapan target) dan bagaimana cara perusahaan
melayaninya (diferensiasi dan positioning). Perusahaan tahu bahwa
mereka tidak dapat melayani semua konsumen dalam pasar dengan baik.
Oleh karena itu perlu proses perencanaan pemilihan dan pelayanan
konsumen tertentu. Proses ini melibatkan segmentasi pasar, penetapan
target pasar, diferensiasi dan positioning.
Segmentasi pasar adalah membagi pasar menjadi kelompok kecil
dengan kebutuhan, karakteristik atau perilaku berbeda yang mungkin
memerlukan produk atau bauran pemasaran tersendiri. Segmentasi dapat
dilakukan atas beberapa dasar. Kotler dan Amstrong (2008), menetapkan
empat variabel utama untuk mensegmentasi konsumen yang ada, yaitu
berdasarkan geografis, demogafris, psikografis dan perilaku. Sekarang ini
pasar jarang membatasi analisis segmentasi mereka menjadi hanya satu
atau beberapa variabel segmentasi. Tetapi mereka semakin menggunakan
dasar multisegmentasi dalam usahanya untuk mengidentifikasi kelompok
sasaran yang lebih kecil dan lebih terdefinisi.
8
Penetapan target pasar adalah proses mengevaluasi daya tarik
masing-masing segmen pasar dan memilih satu atau lebih segmen untuk
dimasuki.
Dalam
penetapan
pasar
sasaran
perusahaan
harus
memperhatikan sumber daya perusahaan, tingkat variabilitas prosuk, tahap
siklus hidup produk, variablitas pasar dan strategi pemasaran perusahaan
pesaing.
Diferensiasi adalah mediferensiasikan penawaran pasar perusahaan
yang sesungguhnya untuk menciptakan nilai pelanggan yang unggul.
Positioning adalah pengaturan produk untuk menduduki tempat yang jelas,
berbeda, dan diinginkan dibandingkan produk pesaing dalam pikiran
konsumen sasaran.
2.2.2 Bauran Pemasaran
Menurut Kotler dan Amstrong (2008), bauran pemasaran adalah
kumpulan alat pemasaran taktis terkendali yang dipadukan perusahaan
untuk menghasilkan respons yang diinginkannya di pasar sasaran. Elemenelemen alat pemasaran dapat dikelompokkan menjadi 4P, yaitu: product,
place, promotion, dan price. Untuk jasa bauran pemasaran terdiri atas 8P,
dengan tambahan people, physical evidence, process dan productivity.
(Lovelock dan Wright, 2005)
1. Product adalah kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan
perusahaan kepada pasar sasaran. Barang dan jasa dikombinasikan
sedemikian rupa agar pelanggan sasaran tertarik untuk membeli
karena produk yang ditawarkan dapat memnuhi kebutuhan mereka.
2. Place meliputi kegiatan perusahaan yang membuat produk tersedia
bagi pelanggan sasaran. Hal ini terkait dengan distribusi barang
atau penempatan ritel-ritel pada daerah tertentu untuk menggapai
pelanggan sasaran.
3. Promotion adalah aktivitas yang menyampaikan manfaat produk
dan membujuk pelanggan membelinya. Hal ini terkait dengan
integrated marketing communication yang tidak hanya membujuk
9
pelanggan namun juga membentuk opini publik dan citra suatu
produk ataupun perusahaan.
4. Price adalah jumlah uang yang harus dibayarkan pelanggan untuk
memperoleh
produk.
Harga
merupakan
kekuatan
otoritas
perusahaan untuk menaikkan atau menurunkan agar pelanggan
dating untuk membeli barang atau jasa yang ditawarkan.
5. People adalah semua partisipan yang memainkan sebagian
penyajian jasa, yaitu peran selama proses dan konsumsi jasa
berlangsung dalam waktu riil jasa, oleh karenanya dapat
mempengaruhi persepsi pembeli.
6. Physical evidence adalah suatu lingkungan fisik di mana jasa
disampaikan dan perusahaan dengan konsumennya berinteraksi,
dan setiap komponen tangible memfasilitasi penampilan atau
komunikasi jasa tersebut.
7. Process
mencerminkan
bagaimana
semua
elemen
bauran
pemasaran jasa dikoordinasikan untuk menjamin kualitas dan
konsistensi jasa yang diberikan.
8. Productivity
mencerminkan
bagaimana
pengelolaan
dan
pengubahan input menjadi output jasa yang menambahkan nilai
bagi pelanggan. Produktivitas juga terkait dengan kualitas jasa
yang akan dirasakan oleh pelanggan.
2.2 Merek
Menurut American Marketing Association dalam Rangkuti (2004), merek
adalah nama, istilah, tanda, simbol atau rancangan atau kombinasi dari hal-hal
tersebut. Tujuan pemberian merek adalah untuk mengidentifikasi produk atau jasa
yang dihasilkan sehingga berbeda dari produk atau jasa yang dihasilkan oleh
pesaing. Menurut UU Merek No. 15 Tahun 2001 pasal 1 ayat 1, merek adalah
“tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan
warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan
digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa”. Definisi ini memiliki
kesamaan dengan versi American Marketing Association yang menekankan
10
peranan merek sebagai identifier dan differentiator. Menurut Rangkuti (2004),
merek memiliki enam tingkat pengertian yaitu:
1. Atribut. Setiap merek memiliki atribut. Atribut ini perlu dikelola dan
diciptakan agar pelanggan dapat mengetahui dengan pasti atribut-atribut
apa saja yang terkandung dalam suatu merek.
2. Manfaat. Selain atribut, merek juga memiliki serangkaian manfaat.
Produsen harus dapat menerjemahkan atribut menjadi manfaat fungsional
maupun manfaat emosional. Selain itu atribut-atribut lain juga harus dapat
diterjemahkan menjadi manfaat yang dapat langsung dirasakan oleh
konsumen.
3. Nilai. Merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai bagi produsen. Merek
yang memiliki nilai tinggi akan dihargai oleh konsumen sebagai merek
yang berkelas sehingga dapat mencerminkan siapa pengguna merek
tersebut.
4. Budaya. Merek juga mewakili budaya tertentu. Misalnya suatu produk
diasosiasikan dengan budaya-budaya tertentu.
5. Kepribadian. Merek juga memiliki kepribadian, yaitu kepribadian bagi
penggunanya. Jadi diharapkan dengan menggunakan merek, kepribadian si
pengguna akan tercermin kebersamaan dengan merek yang ia gunakan.
6. Pemakai. Merek juga menunjukkan jenis konsumen pemakai merek
tersebut. Itulah sebabnya para pemasar selalu menggunakan analogi orangorang terkenal untuk penggunaan mereknya.
2.2.1 Brand Awareness, Brand Association, dan Brand Image
Brand awareness adalah kesanggupan seorang calon pembeli
untuk mengenali, mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari
suatu kategori produk tertentu. (Durianto, 2004). Tingkatan kesadaran
merek secara berurutan dapat digambarkan dalam suatu piramida seperti
pada Gambar 2.
11
Top of
mind
Brand Recall
Brand Recognition
Brand unaware
Gambar 2. Piramida brand awareness (Rangkuti, 2004)
Menurut Aaker dalam Rangkuti (2004), brand association adalah
segala hal yang berkaitan dengan ingatan mengenai merek. Asosiasi itu
tidak hanya eksis, namun juga memiliki suatu tingkat kekuatan.
Keterkaitan pada suatu merek akan lebih kuat apabila dilandasi pada
banyak pengalaman atau penampakan untuk mengkomunikasikannya.
Berbagai asosiasi yang diingat konsumen dapat dirangkai sehingga
membentuk citra tentang merek atau brand image di dalam benak
konsumen. Secara sederhana, pengertian brand image adalah sekumpulan
asosiasi merek yang terbentuk di benak konsumen. Konsumen yang
terbiasa menggunakan merek tertentu cenderung memliki konsistensi
terhadap brand image atau hal ini disebut juga dengan kepribadian merek.
Menurut Durianto (2001), brand association adalah segala kesan
yang muncul di benak yang terkait dengan ingatannya mengenai sauatu
merek. Asosiasi yang terkait dngan suatu merek umumnya dihubungkan
dengan berbagai hal, yaitu:
1. Atribut produk, mengasosiasikan atribut dengan karakteristik suatu
produk merupakan strategi positioning yang paling sering
digunakan.
2. Atribut tak berwujud, semua faktor tak berwujud merupakan
atribut umum.
3. Manfaat bagi pelanggan, manfaat bagi pelanggan dapat dibagi
menjadu dua, yaitu manfaat rasional dan manfaat psikologis.
12
4. Harga relatif, evaluasi terhadap suatu merek di sebagian kelas
produk akan diawali dengan penentuan posisi merek tersebut
dalam satu atau dua tingkat harga.
5. Penggunaan, dengan mengasosiasikan merek tersebut dengan suatu
penggunaan atau aplikasi tertentu.
6. Pengguna/pelanggan, mengasosiasika sebuah merek dengan sebuah
tipe pengguna atau pelanggan dari produk tersebut.
7. Orang terkenal/khalayak, mengaitkan orang terkenal dengan
sebuah merek dapat mentransfer asosiasi kuat yang dimiliki oleh
orang terkenal ke merek tersebut.
8. Gaya hidup/kepribadian, asosiasi merek dengan gaya hidup dengan
aneka kepribadian dan karakteristik gaya hidup pelanggan yang
hampir sama.
9. Kelas produk, mengasosiasikan sebuah merek menurut kelas
produknya.
10. Pesaing, mengetahui pesaing dan berusaha untuk menyamai atau
bahkan mengungguli pesaing.
11. Negara/wilayah geografis, suatu negara dapat menjadi simbol yang
kuat asalkan memiliki hubungan yang erat dengan produk, bahan
dan kemampuan.
2.3 Proses Keputusan Pembelian
Kotler dan Amstrong (2008), proses pengambilan keputusan pembelian
melewati lima tahap, yaitu: pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi
alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pascapembelian. Proses itu dapat
dilukiskan pada Gambar 3.
Pengenalan
kebutuhan
Pencarian
informasi
Evaluasi
alternatif
Keputusan
pembelian
Perilaku
pascapembelian
Gambar 3. Proses keputusan pembelian (Kotler dan Amstrong, 2008)
Proses keputusan pembelian diawali dengan tahap pengenalan kebutuhan.
Pada tahap ini pembeli menyadari suatu masalah atau kebutuhan. Kebutuhan ini
dapat dipicu dari rangsangan internal ketika salah satu kebutuhan normal
13
seseorang timbul pada tingkat yang cukup tinggi sehingga menjadi dorongan.
Kebutuhan juga bisa dipicu oleh rangsangan eksternal. Sebelum dapat dikenali
kebutuhan harus terlebih dahulu diaktifkan. Menurut Engel, Blackwell dan
Miniard dalam Sumarwan (2004), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
pengaktifan kebutuhan, yaitu:
1. Waktu. Berlalunya waktu akan menyebabkan teraktifkannya kebutuhan
fisiologis seseorang. Waktu juga akan mendorong pengenalan kebutuhan
lain yang diinginkan oleh seorang konsumen.
2. Perubahan situasi. Perubahan situasi akan mengaktifkan kebutuhan.
Dicontohkan ketika seseorang masih melajang mungkin pengeluaran
dalam hal hiburan akan cukup besar, namun ketika orang tersebut telah
menikah maka ia akan mengenali kebutuhan lain seperti pengeluaran
untuk persiapan kelahiran anak sehingga pengeluaran untuk hiburan akan
berkurang.
3. Pemilikan produk. Memiliki suatu produk seringkali mengaktifkan
kebutuhan yang lain. Misalnya seseorang yang memiliki mobil akan
memerlukan kebutuhan lain, seperti pengeluaran bensin, perawatan
bulanan ke bengkel bahkan jasa cuci mobil.
4. Konsumsi produk. Ketika seseorang telah habis mengkonsumsi produk
maka orang tersebut akan menyadari kebutuhannya untuk membeli
kembali produk tersebut agar ia dapat mengkonsumsi produk itu lagi.
5. Perbedaan individu. Ketika seseorang memiliki dan mengkonsumsi suatu
produk namun tidak puas, maka ia akan memiliki kebutuhan untuk
mencari produk yang baru. Namun orang lain mencari produk baru bukan
karena tidak puas akan produk yang dikonsumsinya tetapi karena gaya
hidupnya.
6. Pengaruh pemasaran. Produk baru muncul hampir setiap hari, dan
diiklankan atau dukomunikasikan melalui berbagai media oleh perusahaan
pembuatnya. Program pemasaran tersebut akan mempengaruhi konsumen
untuk menyadari akan kebutuhannya. Produk yang dikomunikasikan
dengan menarik akan memicu seorang konsumen untuk menyadari akan
14
kebutuhannya dan merasakan bahwa produk tersebutlah yang bisa
memenuhi kebutuhannya.
Tahap selanjutnya setelah pengenalan kebutuhan adalah tahap pencarian
informasi. Pada tahap ini konsumen mencari informasi lebih banyak atau
konsumen hanya memperbesar perhatian atau melakukan pencarian informasi
secara aktif. Pencarian informasi mulai dilakukan ketika konsumen memandang
bahwa kebutuhan tersebut bisa dipenuhi dengan membeli dan mengkonsumsi
suatu produk. Menurut Sumarwan (2004), pencarian dapat dilakukan melalui dua
cara yaitu pencarian internal dan eksternal. Pada pencarian internal terdapat dua
langkah dalam pencarian informasi. Langkah pertama konsumen akan berusaha
mengingat semua produk dan merek. Konsumen akan mendapatkan beberapa
produk dan merek yang sangat dikenalnya, namun konsumen juga akan mengingat
beberapa produk atau merek tetapi tidak dikenal secara baik. Langkah kedua
konsumen akan berfokus pada produk dan merek yang sangat dikenalnya. Gambar
4 memperlihatkan proses tersebut.
Pencarian eksternal adalah proses pencarian informasi mengenai berbagai
produk dan merek, pembelian maupun konsumsi kepada lingkungan konsumen.
Konsumen mungkin akan berhenti pada pencarian internal ketika apa yang
mereka ingin cari telah terpenuhi, namun jika tidak maka konsumen akan ke tahap
pencarian eksternal. Informasi yang dicari melalui pencarian eksternal meliputi:
1. Alternatif merek yang tersedia.
2. Kriteria evaluasi untuk membandingkan merek.
3. Tingkat kepentingan dari berbagai kriteria evaluasi.
Tahap ketiga adalah tahap evaluasi alternatif. Pada tahap ini konsumen
menggunakan informasi untuk mengevaluasi merek alternatif dalam sekelompok
pilihan. Konsumen tidak menggunakan proses evaluasi yang sederhana dan
tunggal dalam semua situasi pembelian sehingga memerlukan beberapa prosedur
agar sampai pada sikap terhadap suatu merek.
Menurut Mowen dan Minor dalam Sumarwan (2004), pada tahap ini
konsumen membentuk kepercayaan, sikap dan intensinya mengenai alternatif
produk yang dipertimbangkan. Proses evaluasi alternatif dan pembentukan
kepercayaan dan sikap adalah proses yang sangat terkait erat. Evaluasi alternatif
15
muncul karena banyaknya alternatif pilihan. Tahap keempat adalah tahap
keputusan pembelian.
Kumpulan produk
dan merek potensial
Kumpulan produk dan
merek yang dikenal
Kumpulan yang
dipertimbangkan:
produk dan merek
yang dipertimbangkan
Kumpulan produk dan
merek yang tidak dikenal
Kumpulan yang netral:
produk dan merek
dianggap tidak berbeda
Kumpulan yang tidak
diterima: produk dan
merek yang tidak
dipertimbangkan
diterima:netral: produk
dan merek dianggap
tidak berbeda
Gambar 4. Kategori merek yang diingat dari memori saat pencarian
internal (Mowen dan Minor dalam Sumarwan, 2004)
Pada umumnya, keputusan pembelian konsumen adalah membeli merek
yang paling disukai, tetapi dua faktor bisa berada antara niat pembelian dan
keputusan pembelian. Faktor pertama adalah sikap orang lain. Faktor kedua
adalah faktor situasional yang tidak diharapkan. Konsumen mungkin membentuk
niat pembelian berdasarkan faktor-faktor seperti pendapatan, harga dan manfaat
produk yang diharapkan. Namun kejadian tidak terduga dapat mengubah niat
pembelian. Gambar 5 memperlihatkan tahap-tahap tersebut.
Tahap kelima adalah tahap perilaku pascapembelian. Tahap ini adalah
tahap proses keputusan pembelian di mana konsumen mengambil tindakan
selanjutnya setelah pembelian, berdasarkan kepuasan atau ketidakpuasan mereka.
Hal yang menentukan kepuasan atau ketidakpuasan mereka adalah hubungan
antara tingkat ekspetasi konsumen dan kinerja anggapan produk.
16
Evaluasi alternatif
Niat pembelian
Sikap
orang lain
Faktor situasional yang
tidak terantisipasi
Keputusan pembelian
Gambar 5. Tahap-tahap antara evaluasi alternatif dan keputusan
pembelian (Kotler dan Keller, 2007)
2.3.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian
Dalam melakukan keputusan pembelian dipengaruhi berbagai
faktor, baik yang berasal dari internal dalam diri konsumen maupun
eksternal seperti rangsangan pemasaran, budaya dan hal-hal lain. Engel,
Blackwell dan Miniard (1994), menyatakan terdapat tiga faktor yang
mempengaruhi perilaku konsumen dalam keputusan pembelian. Tiga
faktor itu adalah pengaruh lingkungan, perbedaan individu, dan proses
psikologis. Pengaruh-pengaruh tersebut dapat dilukiskan pada Gambar 6.
Pengaruh lingkungan yang mempengaruhi keputusan pembelian
terdiri dari beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut adalah:
1. Budaya mengacu pada nilai, gagasan, artefak, dan simbol-simbol
lain yang bermakna yang membantu individu berkomunikasi,
melakukan penafsiran dan evaluasi sebagi anggota masyarakat.
Budaya adalah penyebab keinginan dan perilaku seseorang yang
paling dasar. Perilaku manusia dipelajari secara luas. Tumbuh di
dalam suatu masyarakat, seseorang mempelajari nilai-nilai dasar,
persepsi, keinginan, dan perilaku dari keluarga dan isntitusi penting
lainnya. Setiap kelompok atau masyarakat mempunyai budaya, dan
pengaruh budaya pada perilaku konsumen bisa sangat bervariasi
dari suatu negara ke negara lain. Pemasar selalu berusaha
menemukan perubahan budaya untuk menemukan produk baru
yang mungkin diinginkan orang.
17
Pengaruh Lingkungan
Budaya
Kelas sosial
Pengaruh pribadi
Keluarga
Situasi
Proses Keputusan
Penganalan kebutuhan
Perbedaan Individu
Sumber daya konsumen
Motivasi & keterlibatan
Pengetahuan
Sikap
Kepribadian, gaya
hidup, demografi
Pencarian informasi
Evaluasi alternatif
Proses Psikologis
Pengolahan informasi
Pembelajaran
Perubahan
sikap/perilaku
Keputusan pembelian
Hasil
Gambar 6. Pengaruh-pengaruh proses keputusan pembelian
konsumen (Engel, Blackwell, Miniard, 1994)
2. Kelas sosial adalah pembagian di dalam masyarakat yang terdiri
dari individu-individu yang berbagi nilai, minat dan perilaku yang
sama. Mereka dibedakan oleh perbedaan status sosioekonomi yang
berjajar dari yang rendah hingga yang tinggi. Kelas sosial tidak
ditentukan hanya oleh satu faktor, seperti pendapatan tetapi diukur
sebagai kombinasi dari pekerjaan, pendapatan, pendidikan,
kekayaan dan variabel lain. Pemasar tertarik pada kelas sosial
karena
orang
di
dalam
kelas
sosial
tertentu
cenderung
memperlihatkan perilaku yang sama. Kelas sosial memperlihatkan
selera produk dan merek yang berbeda.
3. Pengaruh pribadi,
perilaku seseorang dipengaruhi oleh orang-
orang lain di sekitarnya yang berhubungan erat dan mereka.
seseorang mungkin berespons terhadap tekanan yang dirasakan
untuk menyesuaikan diri dengan norma dan harapan yang
diberikan oleh orang lain. Seseorang pun menghargai orang-orang
di sekeliling kita untuk nasihat mereka mengenai pemilihan
pembelian. Ini dapat mengambil bentuk pengamatan atas apa yang
dilakukan oleh orang lain, dengan hasil bahwa mereka menjadi
kelompok acuan komparatif.
18
4. Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling
penting dalam masyarakat dan telah diteliti secara esktensif.
Konsumen merupakan unit pengambilan keputusan utama dengan
pola peranan dan fungsi yang kompleks dan bervariasi. Pemasar
tertarik pada peran dan pengaruh suami, istri, serta anak-anak
dalam pembelian barang dan jasa yang berbeda.
5. Situasi adalah jelas bahwa perilaku berubah ketika situasi berubah.
Kadang perubahan ini tak menentu dan tidak dapat diramalkan.
Faktor perbedaan individu terdiri dari aspek-aspek: sumber daya
konsumen,
motivasi
dan
keterlibatan,
pengetahuan,
sikap,
serta
kepribadian, gaya hidup dan demografi.
1. Sumber daya konsumen, setiap orang membawa tiga sumber daya ke
dalam situasi pengambilan keputusan. Sumber daya itu adalah waktu,
uang
dan
perhatian
(penerimaan
informasi
dan
kemampuan
pengolahan). Umumnya terdapat keterbatasan yang jelas pada
ketersediaan masing-masing sehingga memerlukan senacam alokasi
yang cermat.
2. Motivasi dan keterlibatan, motivasi adalah dorongan dari dalam diri
seseorang untuk memenuhi kebutuhannya dan memperoleh kepuasan
dari pemenuhan kebutuhan tersebut. Perilaku yang termotivasi
diprakarsai oleh pengaktifan kebutuhan. Kebutuhan atau motif
diaktifkan ketika ada ketidakcocokan yang memadai antara keadaan
aktual yang diinginkan atau disukai. Karena ketidakcocokan ini
meningkat, hasilnya adalah pengaktifan suatu kondisi kegairahan yang
diacu sebagai dorongan. Keterlibatan adalah tingkat kepentingan
pribadi yang dirasakan dan/atau minat yang dibangkitkan oleh stimulus
di dalam situasi spesifik. Hingga jangkauan kehadirannya, konsumen
bertindak
dengan
sengaja
untuk
meminimumkan
risiko
dan
memaksimumkan manfaat yang diperoleh dari pembelian dan
pemakaian. Dengan demikian, keterlibatan merupakan refleksi dari
motivasi yang kuat di dalam bentuk relevansi pribadi yang sangat
dirasakan dari suatu produk atau jasa di dalam konteks tertentu.
19
3. Pengetahuan secara sederhana dapat didefinisikan secara sederhana
sebagai informasi yang disimpan di dalam ingatan. Pengetahuan
mencakup
susunan
luas
informasi,
seperti
ketersediaan
dan
karakteristik produk dan jasa, di mana dan kapan untuk membeli, dan
bagaimana menggunakan produk.
4. Sikap
didefinisikan sebagai suatu evaluasi
menyeluruh yang
memungkinkan orang berespons dengan cara menguntungkan atau
tidak menguntungkan secara konsisten berkenaan dengan objek atau
alternatif yang diberikan. Bila semua yang lain sama, orang biasanya
berperilaku dengan cara yang konsisten dengan sikap dan maksud
mereka. Berdasarkan literatur dalam psikologi sosial dan bidang
terkait, sikap adalah variabel terpenting yang dimanfaatkan di dalam
studi perilaku manusia.
5. Kepribadian, gaya hidup dan demografi, kepribadian pada perilaku
konsumen didefinisikan sebagai respon yang konsisten terhadap
stimulasi lingkungan. Gaya hidup merupakan pola yang digerakan
orang untuk menghabiskan sumber daya yang dimilikinya. Demografi
mendeskipsikan pasar konsumen dalam usia, pendapatan, dan
pendidikan.
Proses psikologis memiliki tiga aspek yang mempengaruhi proses
pengambilan keputusan. Aspek-aspek tersebut antara lain:
1. Pengolahan informasi mengacu pada proses yang dengannya suatu
stimulus diterima, ditafsirkan, disimpan, dalam ingatan dan kemudian
diambil kembali. Penelitian pengolahan informasi menyampaikan caracara di mana informasi ditransformasikan, dikurangi, dirinci, disimpan,
didapatkan kembali, dan digunakan.
2. Pembelajaran menggambarkan perubahan dalam perilaku sesorang
yang timbul dari pengalaman. Pembelajaran terjadi melalui interaksi
dorongan, rangsangan, pertanda, respons dan penguatan.
3. Perubahan sikap/perilaku, perubahan dalam sikap dan perilaku sasaran
pemasaran yang lazim. Sikap menggambarkan evaluasi, perasaan, dan
tendensi yang relatif konsinsten dari seseorang terhadap sebuah objek
20
atau ide. Sikap menempatkan orang ke dalam suatu kerangka pikiran
untuk menyukai atau tidak menyukai sesuatu, untuk bergerak menuju
atau meninggalkan sesuatu.
2.4 Penelitian Terdahulu
Eriquina (2008) mengadakan penelitian tentang pengaruh brand image
Telkom Flexi terhadap perilaku pembelian simcard Flexi dengan studi kasus di
PT Telkom kancatel Kendal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis brand
image di benak konsumen, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku pembelian konsumen dan merumuskan strategi pemasaran yang sesuai
untuk meningkatkan pembelian konsumen terhadap simcard Flexi. Hasil analisis
brand image diperoleh hasil bahwa TelkomFlexi prabayar memiliki ketersediaan
dan kemudahan memperoleh kartu perdana dan voucher isi ulang, kualitas suara
yang jernih, fitur dan layanan yang lengkap, tarif yang murah, jaringan yang luas,
serta harga voucher yang murah. Hasil analisis logit untuk mengetahui pengaruh
brand image terhadap perilaku pembelian menunjukkan bahwa variabel yang
berpengaruh nyata terhadap perilaku pembelian simcard Flexi terdiri dari jenis
profesi, pendapatan, asosiasi terhadap luas jaringan, asosiasi terhadap fitur dan
layanan, asosiasi terhadap bonus dan hadiah, asosiasi terhadap harga kartu
perdana dan asosiasi terhadap tarif. Rekomendasi strategi pemasaran untuk PT
Telkom Kancatel Kendal antara lain: perusahaan perlu memperhatikan program
promosi TelkomFlexi yang akan diadakan selanjutnya.
Rahman (2007) melakukan penelitian mengenai citra merek dalam
pengambilan keputusan pembelian Fruit Tea di Sukabumi. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis citra merek Fruit Tea dibanding merek pesaing, menganalisis
variabel-variabel yang menjadi dasar konsumen dalam melakukan pembelian
Fruit Tea dan menganalisis hubungan citra merek dengan keputusan konsumen
dalam keputusan pembelia Fruit Tea. Hasil yang didapat dari perhitungan citra
merek bahwa Fresh Tea merupakan pesaing utama Fruit Tea. Urutan citra merek
yang dimiliki Fruit Tea dari yang terkuat adalah campuran teh yang bervariasi,
dan yang terlemah adalah atribut warna teh yang pekat. Hasil yang didapatkan
dari perhitungan proses keputusan pembelian Fruit Tea oleh konsumen dengan
21
metode disjunctive rule, bahwa merek Fruit Tea memiliki keunggulan pada atribut
rasa teh yang nikmat, kemudahan dalam mendapatkannya, variasi campuran teh
dan bentuk atau desain yang menarik. Berdasarkan bahasan mengenai citra merek
dan keputusan pembelian merek Fruit Tea dapat diketahui bahwa keempat atribut
yang dimiliki Fruit Tea ternyata menempati pula empat asosiasi tertingi pada
analisis citra merek Fruit Tea. Secara keseluruhan dapat diambil kesimpulan
bahwa citra merek yang dimiliki Fruit Tea mempengaruhi keputusan pembelian
produk Fruit Tea.
Yusnitha (2008), melakukan penelitian tentang pengaruh komunikasi
pemasaran terhadap keputusan pembelian simcard IM3 dengan studi kasus
mahasiswa strata satu IPB. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi atribut
produk apa yang mempengaruhi keputusan pembelian mahasiswa dalam
melakukan pembelian simcard IM3, menganalisis pengaruh komunikasi
pemasaran secara simultan dan parsial terhadap keputusan menggunakan simcard
IM3 dan mengidentifikasi variabel komunikasi pemasaran yang mempuyai
pengaruh dominan terhadap keputusan pembelian simcard IM3. Kesimpulan dari
penelitian ini adalah atribut produk yang berpengaruh dominan terhadap
keputusan pembelian IM3 adalah tarif SMS murah dengan total skor 788, terdapat
pengaruh yang signifikan dari komunikasi pemasaran terhadap keputusan
pembelian konsumen secara simultan, sedangkan secara parsial hanya publisitas,
promosi penjualan, dan point of purchase yang berpengaruh terhadap keputusan
pembelian simcard IM3, serta variabel komunikasi pemasaran yang paling
berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen yaitu point of purchase
dengan koefisien regresi sebesar 0,866. Hal ini berarti setiap kenaikan satu satuan
point of purchase akan meningkatkan skor keputusan pembelian sebesar 0,866
satuan.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu adalah
penelitian ini membahas mengenai analisis brand image yang dimiliki IM3,
perbandingan brand image IM3 dengan merek lain, serta melihat pengaruhnya
terhadap keputusan pembelian simcard IM3. Studi kasus yang digunakan pun
pada mahasiswa S1 yang membeli maupun tidak membeli simcard IM3.
Download