pelaksanaan pendidikan dan pelatihan family development session

advertisement
508 E-Jurnal Prodi Teknologi Pendidikan Vol. VI Nomor 6 Tahun 2017
PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN FAMILY DEVELOPMENT
SESSION DI BBPPKS YOGYAKARTA
IMPLEMENTATION EDUCATION AND TRAINING OF FAMILY DEVELOPMENT SESSION IN
BBPPKS YOGYAKARTA
Oleh: Piksa Dewi Ekantiningsih, Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, email:
[email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini mendeskripsikan mengenai perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, faktor pendukung dan penghambat
diklat FDS di BBPPKS Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa: 1) Perencanaan diklat FDS meliputi analisis kebutuhan diklat yang telah disusun oleh Pusdiklat Kesejahteraan
Sosial dan BBPPKS Yogyakarta sebagai penyelenggara, 2) Pelaksanaan diklat meliputi registrasi peserta, pengarahan
teknis dari panitia, pra test, acara pembukaan, penyampaian materi, praktik belajar lapangan, purna test dan evaluasi
penyelenggaraan, 3) Proses evaluasi diklat terdiri dari dua tahap, yaitu evaluasi yang dilaksanakan ketika diklat
berlangsung dan evaluasi dampak diklat, 4) Faktor pendukung yaitu: sarana prasarana diklat dan media pembelajaran
lengkap, fasilitator yang berkompeten, serta kinerja panitia yang cukup baik. Faktor penghambat yaitu: pendistribusian
media pembelajaran kurang lancar, kurang disiplinnya peserta, adanya peserta yang hamil, modul dan alat peraga materi
disabilitas dan lansia kurang lengkap serta waktu istirahat yang kurang.
Kata Kunci: BBPPKS, FDS, Pendidikan dan Pelatihan
ABSTRACT
This study describe on planning, implementation, evaluation, supporting factors and inhibitors Family
Development Session (FDS) in BBPPKS Yogyakarta. This study is descriptive research with qualitative approach. Data
accumulation used observation, interview, and documentation method. The result of study showed: 1) Planning
programs of FDS are training need analysis has created Education and Training Centre and BBPPKS Yogyakarta only
as organizer, 2) Implementation of education and training is registration trainee, technical meeting, pre-test, opening
ceremony, instructional process, study practice, post-test, and evaluation programs, 3) Evaluation programs consist of
2 (two) steps, that is evaluations when learning on going and impact evaluation, 4) Supporting factors are complete
infrastructure and instructional media, competent facilitators, and good committee performance. Inhibitors factors are
distribution of instructional media less smoothly, there are pregnant participants, modules and toolkits of disability and
elderly material less complete, and less break time.
Keywords: BBPPKS, Education and Training, FDS.
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
PENDAHULUAN
Pendidikan
adalah
proses
menurut
sepanjang
Siswoyo
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
perwujudan pembentukan diri secara utuh dalam
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
arti
dalam
bangsa, dan negara. Berdasarkan kedua pengertian
pemenuhan semua komitmen manusia sebagai
tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan
individu, sebagai makhluk sosial, dan sebagai
adalah suatu proses yang secara sadar dan terencana
makhluk Tuhan. Pendidikan dalam Undang-Undang
untuk mengembangkan potensi diri serta sebagai
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
upaya perwujudan pembentukan diri.
segenap
dan
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
upaya
pengembangan
hayat
(2013:49)
potensi
Nasional (Sisdiknas) adalah usaha sadar dan
Pelatihan menurut Hamalik (2007:10) yaitu
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
suatu proses yang meliputi serangkaian tindakan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
(upaya) yang dilaksanakan dengan sengaja dalam
Pelaksanan Pendidikan dan Pelatihan... (Piksa Dewi Ekantiningsih) 509
bentuk pemberian bantuan kepada tenaga kerja yang
pendidikan dan pelatihan. Pengembangan potensi
dilakukan oleh tenaga profesional kepelatihan
peserta didik disebut juga pengembangan Sumber
dalam
untuk
Daya Manusia (SDM). Pendidikan dan pelatihan
meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam
turut memberikan andil dalam pengembangan SDM
bidang pekerjaan tertentu guna meningkatkan
dikarenakan
efektivitas
meningkatkan kualitas manusia.
satuan
waktu
dan
yang
bertujuan
produktivitas
dalam
suatu
organisasi. Menurut Dugan Laird yang dikutip oleh
mempunyai
tujuan
untuk
Guna meningkatkan kualitas SDM yang ada
Sugiyono (2002:1) pelatihan adalah semua kegiatan
maka
yang
kinerja
pendidikan dan pelatihan yang didalamnya terdapat
pegawai pada pekerjaan yang sedang atau akan
pelatih profesional, program pelatihan, kurikulum
segera dihadapi. Berdasarkan kedua pengertian
pelatihan, dan lain sebagainya yang mendukung
tersebut dapat disimpulkan bahwa pelatihan adalah
untuk
suatu kegiatan yang dilaksanakan dalam kurun
terkecuali Kementerian Sosial Republik Indonesia.
waktu tertentu untuk meningkatkan kinerja peserta
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Sosial RI
dalam suatu pekerjaan yang sedang atau akan
Nomor: 53/HUK/2003 tanggal 23 Juli 2003 Tentang
dikerjakan agar efektif dan efisien.
Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Pendidikan
dirancang
untuk
meningkatkan
diperlukan
meningkatkan
pusat/badan/lembaga/unit
kualitas
SDM.
Tidak
Dari pengertian di atas, fokus dari pendidikan
dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial, Balai Besar
yaitu untuk pengembangan diri sedangkan pelatihan
Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial
untuk
atau
(BBPPKS) adalah Unit Pelaksana Teknis di bidang
keterampilan kerja (hard skill). Oleh karena itu,
pendidikan dan pelatihan kesejahteraan sosial di
pendidikan dan pelatihan merupakan suatu proses
lingkungan Departemen Sosial yang berada di
yang sama, yaitu untuk meningkatkan pengetahuan,
bawah dan bertanggungjawab langsung kepada
keterampilan dan mengembangkan sikap tetapi
Kepala Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial.
dengan proporsi yang tidak sama di masing-masing
BBPPKS bertugas melaksanakan pendidikan dan
komponen.
pelatihan
meningkatkan
Tujuan
kemampuan
pelatihan
dapat
kerja
kesejahteraan
sosial
bagi
Tenaga
dirumuskan
Kesejahteraan Sosial Pemerintah (TKSP) dan
berdasarkan tujuan Pendidikan Nasional yang
Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat (TKSM),
tercantum dalam Undang-Undang No. 20 Tahun
pengkajian, penyiapan standarisasi pendidikan,
2003 tentang Sisdiknas pada bab II Pasal 3 berbunyi
pelatihan, pemberian informasi serta koordinasi
“…bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
dengan instansi terkait dengan peraturan perundang-
didik agar menjadi manusia yang beriman dan
undangan yang berlaku.
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
BBPPKS Regional III Yogyakarta atau sering
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
disebut BBPPKS Yogyakarta pada tahun 2017
menjadi warga negara yang demokratis serta
menyelenggarakan beberapa diklat. Salah satu
bertanggung jawab”. Salah satu cara untuk
diklat yang dilaksanakan adalah Diklat Pertemuan
mengembangkan potensi peserta didik yaitu dengan
Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2)/Family
510 E-Jurnal Prodi Teknologi Pendidikan Vol. VI Nomor 6 Tahun 2017
Development Session (FDS) bagi pendamping
berperan
Program Keluarga Harapan atau sering disebut
dilakukan oleh pendamping dalam program FDS
Diklat FDS PKH. Diklat FDS PKH merupakan
yaitu dengan memberikan materi dari materi-materi
salah satu program diklat dari BBPPKS Yogyakarta
FDS yang terangkum dalam suatu modul. Karena
yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas
pendamping harus memberikan materi-materi FDS,
pendamping PKH sebagai instruktur/pelatih dalam
maka pendamping dituntut untuk dapat mengetahui
mendampingi peserta PKH guna mengentaskan
dan memahami materi-materi yang ada dalam
kemisikinan dari peserta PKH tersebut. Peserta yang
program FDS. Selain itu, pendamping juga harus
mengikuti diklat ini adalah para pendamping PKH
dapat
yang berada di wilayah kerja BBPPKS Yogyakarta.
pembelajaran FDS.
Wilayah
kerja
BBPPKS
Yogyakarta,
sebagai
berperan
fasilitator.
sebagai
Fasilitasi
fasilitator
upaya
peningkatan
sebagai
fasilitator
yang
dalam
yaitu
Dalam
kapasitas
Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa
pendamping
Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.
instruktur/pelatih yang memadai untuk melatih
diperlukan
FDS merupakan sebuah intervensi perubahan
pendamping agar mampu menjadi fasilitator FDS
perilaku yang diberikan bagi peserta PKH dan
PKH yang mampu mempercepat pencapaian tujuan
merupakan salah satu program penunjang PKH.
PKH. Oleh karena itu, untuk memfasilitasi hal
Program ini hadir untuk mengisi kekosongan ketika
tersebut Kementerian Sosial melalui lembaga
proses
diklatnya,
pendampingan
kepada
peserta
PKH.
dalam
hal
ini
adalah
BBPPKS
Sebelum program ini dicanangkan oleh Kementrian
mengadakan Diklat FDS PKH bagi pendamping
Sosial, proses pendampingan peserta PKH hanya
PKH.
sebatas pemberian materi semampunya pendamping
Diklat FDS PKH merupakan diklat lanjutan
sehinga pendampingan tidak maksimal dan tujuan
bagi pendamping PKH. Proses setelah direkrut
PKH tidak tercapai dengan maksimal juga.
menjadi pendamping PKH, yaitu mengikuti diklat
Menurut Buku Pedoman Pelaksanaan PKH
Tahun 2016, FDS merupakan proses belajar
pendamping PKH. Pada diklat pendamping PKH
diberikan materi-materi dasar terkait PKH.
terstruktur untuk meningkatkan keterampilan hidup
Diklat pendamping PKH dan diklat FDS PKH
masyarakat miskin di bidang ekonomi, pendidikan
merupakan program diklat dari Pusat Pendidikan
anak, kesehatan dan perlindungan anak. Materi FDS
dan Pelatihan (Pusdiklat) Kesejahteraan Sosial.
disampaikan melalui pertemuan kelompok bulanan
Pada dasarnya melalui proses perencanaan yang
yang disampaikan oleh pendamping PKH terhadap
sama,
kelompok-kelompok
Masing-masing
pelaksanaannya yang berbeda. Diklat pendamping
materi terangkum dalam suatu modul dengan
PKH berlangsung selama 10 hari dengan 1 (satu)
berbagai sesi yang berurutan.
kali praktik lapangan, sedangkan diklat FDS PKH
Pendamping
binaanya.
PKH
dalam
pelaksanaan
program FDS tidak hanya berperan sebagai petugas
yang memonitor kepatuhan peserta PKH tetapi juga
hanya
saja
kurikulum
dan
waktu
berlangsung selama 17 hari dengan 4 (empat) kali
praktik lapangan.
Pelaksanan Pendidikan dan Pelatihan... (Piksa Dewi Ekantiningsih) 511
Kegiatan diklat yang dilakukan oleh BBPPKS
Proses pemanggilan peserta yaitu dengan surat
Yogyakarta, baik diklat pendamping PKH, diklat
yang dikirimkan melalui email. Surat pemanggilan
FDS PKH, maupun diklat lainnya secara garis besar
peserta dikirimkan kepada Dinas Sosial di tiap
terdiri dari tiga tahapan, yaitu tahap persiapan,
kabupaten/kota yang menjadi peserta saat itu.
pelaksanaan dan evaluasi. Semua tahapan ini
Setelah pemanggilan peserta dengan surat, peserta
merupakan fungsi dari manajemen. Sebuah diklat
datang ke lokasi diklat untuk mendaftarkan diri
perlu
proses
dengan membawa berbagai berkas yang sudah
penyelenggaraan dapat berjalan secara optimal
ditentukan sebelumnya. Proses pendaftaran diklat
sehingga tujuan program diklat dapat tercapai
yang dilaksanakan oleh balai diklat masih manual
secara efektif dan efisien.
sehingga masih kurang efektif dan efisien apabila
dimanajemen
agar
dalam
Di BBPPKS Yogyakarta penyelenggaraan
peserta yang datang cukup banyak. Meski sudah
diklat merupakan tugas dari Bidang Penyelenggara
komputerisasi, namun proses memasukkan data
Diklat
khusus
peserta belum menggunakan aplikasi atau sistem
penyelenggaraan diklat FDS PKH dilaksanakan
online. Begitu pun untuk diklat FDS putaran I dan
oleh Seksi Diklat Tenaga Kesejahteraan Sosial
II, pendaftaran masih manual dan peserta membawa
Masyarakat (TKSM). Dalam penelitian ini, diklat
berkas-berkas untuk dikumpulkan kepada petugas
FDS PKH yang akan diteliti adalah diklat FDS PKH
administrasi.
dan
Kerjasama.
Secara
putaran III khususnya angkatan IX.
Proses pelaksanaan pembelajaran diklat FDS
Selanjutnya untuk dapat merancang program
menggunakan metode pembelajaran andragogi,
diklat yang efektif dan efisien diperlukan langkah
yaitu menggunakan pendekatan pembelajaran orang
sebagai penjabaran dari manajemen diklat, yaitu
dewasa dengan prinsip pembelajaran orang dewasa.
pengkajian kebutuhan pelatihan, perumusan tujuan
Pembelajaran
pelatihan,
pelatihan,
berorientasi pada pokok permasalahan dan yang
pelaksanaan program pelatihan, dan evaluasi
mempunyai makna dalam hidupnya, serta yang
program pelatihan.
hasilnya segera dapat diaplikasikan. Oleh karena
merancang
program
Selama proses perencanaan diklat, tidak hanya
pengkajian
kebutuhan
pelatihan
saja
orang
dewasa
pada
umumnya
itu, diperlukan keaktifan dari pebelajar atau warga
yang
belajar (istilah dalam andragogi) selama proses
dilaksanakan oleh Bidang Penyelenggara Diklat dan
pembelajaran. Akan tetapi, berdasarkan observasi
Kerjasama BBPPKS Yogyakarta. Akan tetapi, juga
peneliti peserta diklat BBPPKS Yogyakarta masih
melaksanakan pemanggilan peserta diklat yang
ada yang pasif selama proses pembelajaran.
bekerja sama dengan Bagian Tata Usaha karena
Penggunaan media juga penting selama
pemanggilan peserta diklat merupakan salah satu
pembelajaran karena dapat memudahkan fasilitator
fungsi dari tugas Bidang Penyelenggara Diklat.
dalam menjelaskan materi. Selama diklat di
Selain itu juga mempersiapkan kebutuhan untuk
BBPPKS Yogyakarta berlangsung, berdasarkan
penyelenggaraan
pengamatan selama observasi, materi-materi yang
prasarana diklat.
diklat,
seperti
sarana
dan
disampaikan
oleh
fasilitator
selama
proses
512 E-Jurnal Prodi Teknologi Pendidikan Vol. VI Nomor 6 Tahun 2017
pembelajaran
sudah
menggunakan
media
pembelajaran berupa LCD Proyektor, modul, dan
yang
dikaitkan
dengan
keilmuan
Teknologi
Pendidikan.
poster namun belum optimal. Hal ini disebabkan
karena masih ada fasilitator yang belum luwes
METODE PENELITIAN
dalam
A. Pendekatan Penelitian
menggunakan
media
pembelajaran,
khususnya laptop dan LCD proyektor.
Penelitian
ini
menggunakan
pendekatan
Selama pelaksanaan diklat sarana-prasarana di
kualitatif bersifat deskriptif. Penelitian kualitatif
BBPPKS Yogyakarta sudah cukup baik, namun
merupakan penelitian yang menggunakan latar
berdasarkan hasil observasi masih ada beberapa
alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena
sarana-prasarana yang tidak berfungsi dengan baik,
yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan
seperti microphone yang mati, sound system yang
berbagai metode yang ada (Denzin dan Lincoln
tidak berfungsi dengan maksimal dan LCD
dalam Moleong, 2007:5). Penelitian ini bersifat
Proyektor yang terkadang hidup terkadang mati
deskriptif karena data yang dikumpulkan umumnya
sehingga proses pembelajaran agak terhambat.
berbentuk
kata-kata,
gambar-gambar,
dan
Tahapan terakhir adalah evaluasi, BBPPKS
kebanyakan bukan angka-angka. Kalaupun ada
Yogyakarta melaksanakan dua tahap evaluasi, yaitu
angka-angka, sifatnya hanya sebagai penunjang.
evaluasi
diklat
Data yang dimaksud meliputi transkrip wawancara,
berlangsung yang terdiri dari evaluasi pra purna tes,
catatan lapangan, foto-foto, dokumen, dan catatan
evaluasi fasilitator, evaluasi penyelenggara diklat,
lainnya.
evaluasi ujian dan pemantauan. Sedangkan evaluasi
mengungkapkan bahwa penelitian kualitatif adalah
manfaat diklat dilaksanakan setelah diklat selesai
penelitian yang bermaksud untuk memahami
dan biasanya berjarak lebih dari 3 bulan dari
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
berakhirnya
evaluasi
penelitian misalnya, perilaku, persepsi, motivasi,
fasilitator kepada peserta disediakan oleh pusat
tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara
sehingga belum ada formulasi data yang tepat untuk
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan Bahasa, pada
merekapitulasi data evaluasi tersebut. Hal itu juga
suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
menjadi kendala bagi staff Seksi Monitoring dan
memanfaatkan berbagai metode alamiah.
yang
dilaksanakan
proses
diklat.
ketika
Lembar
Evaluasi untuk merekapitulasi hasil evaluasi.
Lebih
Penelitian
lanjut,
ini
Moleong
menggunakan
(2005:6)
pendekatan
Berdasarkan dari penjabaran pelaksanaan
kualitatif yang bersifat deskriptif karena penelitian
diklat putaran sebelumnya yang diselenggarakan
ini bermaksud mendeskripsikan, menguraikan, dan
oleh BBPPKS Yogyakrta, peneliti tertarik untuk
menggambarkan penyelenggaraan pendidikan dan
meneliti mengenai pelaksanaan diklat FDS PKH
pelatihan
putaran III angkatan IX di BBPPKS Yogyakarta.
Yogyakarta,
Penelitian
pelaksanaan maupun evaluasi. Selain itu, juga untuk
yang
dilaksanakan
mencakup
(diklat)
baik
FDS
PKH
dari
segi
hambatan-hambatan
di
BBPPKS
perencanaan,
perencanaan diklat, pelaksanaan diklat, evaluasi
mengetahui
dan
diklat dan hambatan selama penyelenggaraan diklat
pendukung selama penyelenggaraan diklat.
faktor
Pelaksanan Pendidikan dan Pelatihan... (Piksa Dewi Ekantiningsih) 513
B. Setting Penelitian
nonpartisipan
Penelitian ini dilaksanakan di Balai Besar
Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial
(BBPPKS)
Yogyakarta
kampus
I
(non
participant
observation),
selanjutnya dijelaskan sebagai berikut:
a. Observasi
yang
berpartisipasi
(participant
observation)
beralamatkan di Purwomartani, Kalasan, Sleman,
Dalam penelitian, peneliti terlibat dengan
Yogyakarta dan di kampus II yang beralamatkan di
kegiatan sehari-hari orang yang sedang
Jl. Veteran No. 8, Yogyakarta . Penelitian ini
diamati atau yang digunakan sebagai sumber
dilakukan di angkatan IX diklat FDS PKH Tahun
data penelitian.
2017.
Alasan
peneliti
memilih
BBPPKS
b. Observasi Nonpartisipan (non participant
Yogyakarta sebagai tempat penelitian karena
observation)
lembaga ini merupakan penyelenggara diklat FDS
Dalam penelitian, peneliti tidak terlibat
bagi pendamping PKH di regional 6 dan merupakan
langsung dengan aktivitas orang-orang yang
tempat uji coba pertama kali untuk diklat FDS pada
sedang diamati dan hanya sebagai pengamat
tahun 2005.
independen.
C. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif
observasi nonpartisipan karena peneliti tidak ikut
sehingga pengumpulan data dilakukan pada natural
berpartisipasi secara langsung dalam pelaksanaan
setting (kondisi alamiah), sumber data primer, dan
diklat FDS PKH di BBPPKS Yogyakarta. Akan
teknik
tetapi,
pengumpulan
(observation),
data
wawancara
berupa
observasi
(interview)
dan
dokumentasi.
peneliti
melakukan
observasi
tentang
pelaksanaan diklat FDS PKH dari pradiklat sampai
dengan pascadiklat. Manfaat data yang diperoleh
Observasi menurut Hadi (Sugiyono. 2014:145)
dari pengamatan atau observasi ini adalah untuk
merupakan suatu proses yang kompleks, suatu
mengecek kebenaran data dari kemungkinan data
proses yang tersusun dari berbagai proses biologis
yang dicari menyimpang karena adanya keraguan
dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah
dari peneliti. Selain itu, peneliti dapat menemukan
proses-proses pengamatan dan ingatan. Lebih
hal-hal yang tidak terungkap oleh responden dalam
lanjut, Nasution dalam Sugiyono (2014:226)
wawancara karena bersifat sensitif atau ingin
menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua
ditutup-tutupi. Observasi dilakukan terhadap tempat
ilmu pengetahuan. Melalui observasi peneliti dapat
pelaksanaan diklat, pelaku, baik panitia, peserta
belajar tentang perilaku dan makna dari perilaku
maupun fasilitaor, dan kegiatan yang dilakukan.
tersebut seperti yang dikatakan oleh Marshall dalam
Sugiyono (2014:226).
Wawancara
dilakukan
sebagai
studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang
Menurut Sugiyono (2014:145) observasi
akan diteliti. Selain itu, wawancara juga dilakukan
dapat dibedakan menjadi observasi berpartisipasi
ketika penelitian sedang berlangsung. Wawancara
(participant
ini dilakukan untuk memperoleh data yang lebih
observation)
dan
observasi
514 E-Jurnal Prodi Teknologi Pendidikan Vol. VI Nomor 6 Tahun 2017
akurat apabila ada hal atau data yang tidak muncul
dilengkapi dengan dokumen-dokumen pendukung.
selama proses observasi.
Bentuk dokumentasi yang akan diambil peneliti
Wawancara merupakan salah satu teknik
dalam memperkuat hasil penelitian berupa laporan
pengumpulan data dalam penelitian kualitatif yang
pertanggung jawaban pelaksanaan diklat, foto
penting
kegiatan, dan dokumen-dokumen administrasi.
dalam
penerapannya
karena
dapat
mengetahui hal-hal yang bersifat mendalam selama
D. Sumber Data
proses penelitian. Menurut Esterberg (Sugiyono,
Dalam penelitian kualitatif penentuan sumber
2014:231) wawancara adalah pertemuan dua orang
data dilakukan berdasarkan pada situasi sosial.
untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya
Situasi sosial tersebut dapat dinyatakan sebagai
jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam
objek penelitian yang ingin diketahui “apa yang
suatu topik tertentu. Dua orang tersebut adalah
terjadi” di dalamnya. Pada objek penelitian ini
pewawancara (interviewer), yaitu orang yang
peneliti dapat mengamati secara mendalam aktivitas
mengajukan
(activity), pelaku (actors) pada suatu tempat tertentu
pertanyaan
dan
terwawancara
(interviewee), yaitu orang yang memberikan
jawaban atas pertanyaan yang diberikan oleh
pewawancara.
(place) (Sugiyono, 2014:215).
Penentun sumber data dalam penelitian
kualitatif dilakukan dengan dua teknik sampling,
Pada penelitian ini wawancara dilakukan kepada
yaitu Probability Sampling dan Non Probability
pengelola lembaga (pimpinan lembaga), panitia
Sampling
penyelenggara,
peserta
dijelaskan sebagai berikut:
(widyaiswara)
untuk
diklat
dan
fasilitator
memperoleh
data-data
(Sugiyono,
2014:217),
selanjutnya
a. Probability Sampling
mengenai pelaksanaan diklat FDS PKH di BBPPKS
Probability
Yogyakarta.
pengambilan sampel yang memberikan
Teknik pengumpulan data dengan dokumen
merupakan
teknik
pengumpulan
data
Sampling
adalah
teknik
peluang yang sama bagi setiap unsur
yang
(anggota) populasi untuk dipilih menjadi
diperoleh dari catatan, transkrip, laporan, majalah,
anggota sampel. Teknik ini meliputi, simple
surat kabar, notulen, dan lain sebagainya. Dalam
random sampling, proportionate stratified
penelitian kualitatif dokumen historis merupakan
random
bahan penting seperti yang dituliskan Schatzman
stratified random, sampling area (cluster)
dan Straus dalam Mulyana (2004:195). Dokumen
sampling (sampling menurut daerah).
merupakan bahan penting karena dapat mendukung
hasil penelitian.
sampling,
disproportionate
b. Non Probability Sampling
Non Probability Sampling adalah teknik
Teknik pengumpulan data dengan dokumen
pengambilan sampel yang tidak memberi
merupakan pelengkap dari teknik pengumpulan data
peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur
dengan observasi dan wawancara dalam penelitian
atau anggota populasi untuk dipilih menjadi
kualitatif. Data yang diperoleh dari observasi dan
sampel.
wawancara akan lebih akurat dan kredibel jika
Teknik
sampel
ini
meliputi,
Pelaksanan Pendidikan dan Pelatihan... (Piksa Dewi Ekantiningsih) 515
sampling sistematis, kuota, aksidental,
wawancara terhadap objek penelitian. Triangulasi
purposive, jenuh, snowball.
ini selain digunakan untuk mengecek kebenaran
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah
data juga dilakukan untuk memperkaya data. Lebih
penyelenggara diklat, widyaiswara, peserta diklat,
lanjut,
dan pendamping kelas. Penyelenggara diklat
(2014:273)
meliputi Bidang Tata Usaha Umum, Bidang
dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai
Penyelenggara Diklat, dan Bidang Pemantauan dan
pengecekan data dari berbagai sumber dengan
Evaluasi. Objek penelitian yang diteliti adalah
berbagai cara dan berbagai waktu.
pelaksanaan
diklat
FDS
PKH
di
BBPPKS
William
Wiersma
dalam
Sugiyono
mengemukakan
bahwa
triangulasi
Teknik triangulasi menurut Sugiyono ada 3 tipe,
Yogyakarta, meliputi perencanaan, pelaksanaan,
yaitu
triangulasi
sumber,
triangulasi
teknik,
dan evaluasi pembelajaran.
triangulasi waktu. Pada penilitian ini untuk menguji
E. Instrumen Penelitian
kredibilitas data menggunakan triangulasi sumber
Penelitian ini yang berperan sebagai instrumen
dan teknik. Triangulasi sumber dilakukan dengan
kunci adalah peneliti itu sendiri. Selama proses
cara mengecek data yang telah diperoleh melalui
pengambilan data, peneliti dibantu dengan pedoman
beberapa sumber dan triangulasi teknik dilakukan
observasi,
dokumentasi.
dengan cara mengecek data kepada sumber yang
Selanjutnya peneliti akan terjun ke lapangan untuk
sama dengan teknik yang berbeda. (Sugiyono,
melakukan pengumpulan data, analisis data dan
2014:274).
wawancara
dan
membuat kesimpulan.
F. Analisis Data
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Teknik analisis yang digunakan pada penelitian
A. Perencanaan Diklat FDS
ini adalah teknik analisis data di lapangan model
Perencanaan
suatu
diklat
ditentukan
Miles dan Huberman, interactive model. Menurut
berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya
Miles dan Huberman (Sugiyono, 2014: 246),
agar dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan
Faktor-faktor tersebut diperoleh setelah melakukan
secara interaktif dan berlangsung secara terus
sebuah analisis kebutuhan. Faktor-faktor tersebut
menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah
merupakan
jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data
menyelenggarakan suatu diklat.
reduction, data display, dan conclusion drawing
hal-hal
yang
mendasari
untuk
Analisis kebutuhan merupakan suatu langkah
verification.
awal
G. Pemeriksaan Keabsahan Data
kebutuhan ini bertujuan untuk menganalisis atau
Dalam
penelitian
ini,
peneliti
dalam
merencanakan
diklat.
Analisis
menguji
memilah kebutuhan-kebutuhan pelatihan guna
kredibilitas data dengan triangulasi. Menurut
meningkatkan kompetensi sumber daya manusia
Moloeng (2004:330) triangulasi adalah teknik
dan
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
diselenggarakan secara efektif dan efisien. Selain
sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil
itu, juga untuk menentukan tujuan pelatihan.
merencanakan
pelatihan
agar
dapat
516 E-Jurnal Prodi Teknologi Pendidikan Vol. VI Nomor 6 Tahun 2017
Dikatakan
juga
oleh
Roesminingsih
dalam
BBPPKS
juga
dilakukan
oleh
widyaiswara.
Apriliana (2015:114) perencanaan diklat meliputi :
Widyaiswara memiliki peran dalam menyampaikan
1) menetapkan tujuan pelatihan, 2) menyusun
materi yang ada dalam kurikulum yang telah
strategi pelatihan, 3) menentukan metode, 4)
disusun.
menentukan materi, 5) membuat struktur dan
widyaiswara dari segi pembelajaran. Persiapan yang
prosedur dari diklat (session plan)
dilakukan widyaiswara yaitu, membuat Rencana
Berdasarkan
hasil
penelitian
diklat
Persiapan
yang
dilakukan
oleh
FDS
Pembelajaran Mata Diklat (RPMD) dan Rancang
diperoleh informasi bahwa perencanaan diklat yang
Bangun Pembelajaran Mata Diklat (RBPMD)
meliputi analisis kebutuhan diklat baik dari
berdasarkan kurikulum yang sudah ada dari
perencanaan kurikulum, modul pembelajaran, dan
Pusdiklat Kesejahteraan Sosial. Dalam proses
metode pembelejaran telah disusun oleh pihak pusat
pembelajaran di sekolah RPMD sama dengan
yaitu Pusdiklat Kesejahteraan Sosial. Perencanaan
silabus
kurikulum, metode, dan media pembelajaran yang
Program Pembelajaran (RPP). Jadi, RBPMD ini
dilakukan oleh pusat dikeluarkan dalam bentuk
adalah pedoman widyaiswara dalam mengajar
Pedoman Penyelenggaraan Diklat FDS PKH. Oleh
diklat agar tujuan yang sudah ditetapkan dapat
karena itu, secara keseluruhan perencanaan diklat
tercapai.
FDS PKH di BBPPKS Yogyakarta sudah sesuai
B. Pelaksanaan Diklat FDS PKH
dengan pedoman tersebut. Namun, tidak menutup
kemungkinan
masih
ada
kekurangan
sedangkan
RBPMD
adalah
Rencana
Pelaksanaan diklat FDS PKH dilaksanakan
dalam
setelah semua perencanaan dan persiapan telah
penyelenggaraannya dan hal itu adalah wajar karena
selesai dilakukan. Pelaksanaan diklat meliputi
terkadang ada hal-hal yang tidak terduga.
registrasi peserta, pengarahan teknis dari panitia,
Jika perencanaan kurikulum, metode, dan media
pembelajaran
disiapkan
maka
praktik belajar lapangan, purna test dan evaluasi
wewenang BBPPKS Yogyakarta adalah sebagau
penyelenggaraan. Kegiatan tersebut terangkum
penyelenggara yang tugasnya yaitu menyiapkan
dalam jadwal pelatihan yang dibuat oleh Bidang
jadwal harian dan jadwal pelaksanaan, tempat,
Penyelenggara Diklat. Dalam pelaksanaan diklat ini
penentuan
akan terlihat hasilnya serta tujuannya akan tercapai
panitia
dan
oleh
pusat,
pra test, acara pembukaan, penyampaian materi,
narasumber/fasilitator,
pemanggilan peserta serta pelaporan kegiatan
atau tidak.
diklat. Terkait pemanggilan peserta yang dilakukan
Berdasarkan hasil penelitian pelaksanaan diklat
oleh BBPPKS Yogyakarta bahwasannya daftar
FDS PKH berlangsung di 2 kampus BBPPKS
peserta berdasarkan data yang dikirimkan oleh
Yogyakarta, yaitu Kampus 1 di Jl. Purwomartani,
Direktorat Jaminan Sosial Keluarga (Dirjamsoskel)
Kalasan, Sleman yang merupakan kantor pusat dan
yang mempunyai data semua pendamping di
Kampus 2 di Jl. Veteran No. 8, Yogyakarta. Diklat
seluruh Indonesia.
FDS juga melaksanakan praktik belajar lapangan
Persiapan Diklat selain yang dilakukan oleh
yang dilaksanakan 4 kali selama pelaksanaan diklat
bidang penyelenggara Diklat yang berada di
di Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo, Provinsi
Pelaksanan Pendidikan dan Pelatihan... (Piksa Dewi Ekantiningsih) 517
Jawa Tengah. Diklat FDS PKH berlangsung selama
Sejalan dengan fungsi media pendidikan, media
17 hari. Diklat FDS PKH putaran III berlangsung
pendidikan yang digunakan dalam diklat FDS PKH
dari tanggal 29 Maret s.d 14 April 2017.
memudahkan baik peserta maupun widyaiswara
Proses
pembelajaran
diklat
FDS
PKH
selama proses pembelajaran. Proses pembelajaran
menggunakan pendekatan pembelajaran andragogi
menjadi hidup dan terjalin komunikasi yang
karena peserta didiknya merupakan orang-orang
interaktif antara peserta dengan widyaiswara. Selain
dewasa dan disebut warga belajar. Pembelajaran
itu, peserta menjadi lebih mudah dalam memahami
orang dewasa menekankan pada partisipasi aktif
materi. Hal ini terlihat ketika peserta mempraktikan
dan pemanfaatan pengalaman peserta. Seperti yang
dalam kelas kecil dan praktik lapangan. Mereka
dikatakan Sugiyono (2002:39) pada umumnya
dapat mempraktikan materi diklat dengan baik.
orang dewasa kalau belajar lebih berorientasi pada
Peserta diklat tidak hanya mendapatkan materi
pokok permasalahan dan mempunyai makna dalam
di kelas tetapi juga materi di lapangan atau Praktik
hidupnya serta hasilnya dapat segera diaplikasikan.
Belajar Lapangan (PBL). Peserta diklat akan
Metode pembelajaran yang digunakan yaitu
mempraktikan materi-materi diklat kepada para
curah pendapat (brainstorming), ceramah dan tanya
KPM. PBL dilaksanakan sebanyak 4 kali selama
jawab, diskusi serta role play. Selama pembelajaran
diklat berlangsung. PBL putaran III dilaksanakan di
berlangsung peserta dituntut untuk lebih aktif dan
Kecamatan Baki, Sukoharjo, Jawa Tengah. PBL
widyaiswara berusaha untuk menyesuaikan dengan
dilaksanakan di setiap akhir pematerian modul
karakteristik peserta dalam menyampaikan materi.
kecuali modul perlindungan anak, penyandanga
Selama pembelajaran widyaiswara menggunakan
disabilitas,
metode mengajar student centered learning yaitu
dilaksanakan bersamaan di hari yang sama.
pembelajaran
berpusat
pada
siswa/peserta
didik/warga belajar.
Selama
dan
kesejahteraan
lanjut
usia
Menurut Rosyid (Apriliana, 2015:116) diklat
dikatakan ideal bila 20% dilakukan di dalam kelas
proses
pembelajaran
diklat,
atau teori, dan 80% dilakukan di luar kelas atau
juga
memanfaatkan
media
praktik. Buku pedoman penyelenggaraan diklat juga
pembelajaran agar mudah dalam menyampaikan
sejalan dengan pendapat Anwar Rosyid bahwa
materi. Sebaik apapun metode yang digunakan
kurikulum diklat FDS PKH dikemas dengan lebih
apabila tidak memanfaatkan media tidak akan
mengedepankan praktik 80% dan teori 20%. Dalam
optimal dan pembelajaran akan bersifat verbalitas
pelaksanaannya, diklat FDS PKH sudah sesuai
(dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).
dengan pedoman penyelenggaraan diklat. Hal ini
Hal itu akan membuat warga belajar bosan selama
terlihat saat pematerian awal di setiap presentasi
pembelajaran. Oleh karena itu, untuk mengurangi
modul oleh widyaiswara hanya berjumlah 1 JP
verbalitas
hendaknya
selanjutnya di setiap sesi baik simulasi kelas besar
menggunakan media pendidikan yang disesuaikan
maupun praktik kelas kecil berjumlah 3-4 JP dan
dengan materi pembelajaran.
untuk praktik belajar lapangan berjumlah 10 JP.
widyaiswara
proses
pembelajaran
518 E-Jurnal Prodi Teknologi Pendidikan Vol. VI Nomor 6 Tahun 2017
Oleh karena itu, pelaksanaan diklat FDS PKH dapat
kesejahteraan sosial melalui pertemuan bulanan
dikatakan sudah ideal.
FDS PKH.
Berdasarkan kajian teori, dalam pelaksanaan
diklat
terdapat
berbagai
unsur
yang
saling
Widyaiswara di BBPPKS Yogyakarta juga
sudah
memenuhi
kriteria.
Selama
proses
berhubungan satu sama lain sehingga terjadi proses
pembelajaran widyaiswara mengajar dengan ciri
pembelajaran. Unsur-unsur pembelajaran dalam
khas masing-masing namun masih dalam koridor
diklat menurut Fauzi (2011:20) yaitu peserta
sebagai fasilitator. Peserta diklat menikmaati proses
pelatihan, narasumber/fasilitator, penyelenggara,
belajar jika widyaiswara komunikatif dengan
kurikulum, media, metode, sarana prasarana, proses
peserta. Komunikasi aktif inilah yang menjadikan
pelatihan, dan dampak pelatihan. Berdasarkan
kelas menjadi hidup dan peserta turut aktif dalam
penelitian yang dilakukan, unsur-unsur yang
setiap
dijelaskan dalam teori tersebut sudah terpenuhi
pemahaman peserta tentang materi diklat meningkat
dalam pelaksanaan diklat FDS PKH.
karena peserta menikmati prosesnya. Apapun
diskusi.
Hal
ini
berdampak
tingkat
Diklat FDS PKH yang dilaksanakan BBPPKS
materi yang disampaikan jika dinikmati proses
Yogyakarta, proses pemberian materi sudah sesuai
pembelajarannya maka materi tersebut akan mudah
dengan kebutuhan peserta. Peserta yang merupakan
untuk dipahami.
pendamping PKH dapat memahami bagaimana
C. Evaluasi Diklat FDS PKH
melaksanakan pertemuan FDS PKH dan cara
Setelah semua komponen diklat direncanakan
memberikan materi kepada peserta PKH. Metode
dan dilaksanakan sesuai rencana yang sudah dibuat,
dan strategi yang digunakan disesuaikan dengan
maka selanjutnya adalah mengevaluasi diklat.
karakteristik peserta diklat dimana peserta diklat
Evaluasi menurut Buku Pedoman Pemantauan dan
adalah orang dewasa sehingga metode dan strategi
Evaluasi dari BBPPKS Yogyakarta merupakan
pembelajaran menggunakan pendekatan andragogi.
suatu
Strategi pembelajaran orang dewasa ini mampu
pendidikan dan pelatihan, karena evaluasi dapat
menunjukkan
mencerminkan sejauhmana perkembangan dan
kebermanfaatan
materi
baik
tahapan
penting
peserta
dimaksudkan untuk memberikan data dan informasi
peserta
mengetahui
dalam
karena itu dapat dikatakan pelaksanaan diklat FDS
meningkatkan mutu penyelenggaraan diklat yang
PKH sudah tergolong baik walaupun ada beberapa
sekaligus meningkatkan mutu lulusan diklat, karena
kekurangan
pendidikan dan pelatihan apapun jenis dan
terjadi,
peserta
merasa
memperbaiki
Evaluasi
pentingnya mempelajari materi tersebut. Oleh
yang
rangka
diklat.
sistem
kemajuan
sehingga
hasil
setiap
pengetahuan dan ketrampilan yang dipelajari oleh
diklat
kualitas
dalam
tingkatannya,
pelaksanaan
dapat
perubahan perilaku yang mencakup peningkatan
memberikan motivasi kepada peserta PKH untuk
kemampuan di bidang kognitif, afektif, dan
meningkatkan ekonomi, pendidikan, kesehatan dan
psikomotor.
PKH
dan
akhirnya
betujuan
dan
mendapatkan ilmu yang dapat digunakan dalam
pendampingan
pada
program
pada
Pelaksanan Pendidikan dan Pelatihan... (Piksa Dewi Ekantiningsih) 519
Proses evaluasi diklat dapat dilakukan sejak
awal perencanaan program diklat, ketika diklat
adalah diklat dari pusat dan BBPPKS Yogyakarta
hanya sebagai penyelenggara.
berlangsung, setelah diklat selesai dilaksanakan
Prinsip dari pelaksanaan kegiatan evaluasi diklat
atau setelah jangka waktu tertentu sejak peserta
adalah melakukan evaluasi terhadap keseluruhan
kembali ke tempat tugas masing-masing. Proses
proses kegiatan diklat dari awal sampai pada
evaluasi program diklat tidak dapat berdiri sendiri,
akhirnya.
proses evaluasi diklat merupakan sebuah proses
dilaksanakan oleh BBPPKS Yogyakarta dalam
berkesinambungan mulai dari perencanaan diklat
mengevaluasi diklat FDS PKH. Prinsip evaluasi
(penyusunan
diklat oleh BBPPKS Yogyakarta terangkum dalam
kurikulum),
persiapan
diklat
Prinsip
pada
dasarnya
Buku
widyaiswara, serta media pembelajaran diklat),
Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial.
itu sendiri.
Pemantauan
dan
juga
(menetapkan peserta, jadwal diklat, fasilitas diklat,
pelaksanaan diklat sampai dengan kegiatan evaluasi
Pedoman
ini
Evaluasi
Model evaluasi diklat menurut Kirkpatrick
(Sugiyono, 2002:111-112) dikelompokkan menjadi
Kirkpatrick
(Daryanto,
2014:144)
mengatakan bahwa proses evaluasi diklat adalah
empat tingkat, yaitu:
a. Evaluasi tingkat reaksi (reaction)
satu kesatuan proses mulai dari perencanaan sampai
Diukur berdasarkan bagaimana reaksi peserta
pada pelaksanaan program diklat yang terdiri dari
terhadap program pelatihan. Dalam hal ini
10 (sepuluh) tahapan proses, yaitu:
peserta diklat dapat memberikan reaksi dalam
a. Menentukan kebutuhan
pelaksanaan
b. Menetapkan tujuan
pendapat dan sikap tentang pelatih, cara
c. Menentukan isi materi
menyajikan, kegunaan dan perhatian atas materi
d. Memilih peserta pelatihan
pelajaran, kesungguhan, dan keterlibatan peserta
e. Menentukan jadwal pelatihan
diklat dalam pembelajaran. Dalam diklat FDS
f. Memilih
fasilitas/sarana
pelatihan
yang
paling sesuai
diklat
melalui
penyampaian
PKH, evaluasi ini disebut evaluasi terhadap
penyelenggaraan diklat.
g. Memilih pelatih yang sesuai
b. Evaluasi tingkat belajar (learning)
h. Memilih dan menyiapkan alat bantu audio
visual
Tujuannya untuk mengetahui sejauh mana
pengetahuan, ketrampilan, dan perubahan sikap
i. Koordinasi program pelatihan
yang terjadi pada peserta diklat setelah mengikuti
j. Evaluasi program pelatihan
diklat. Dalam diklat FDS PKH ditunjukkan
Berdasarkan pengamatan peneliti, kesepuluh
dalam bentuk pra dan purna tes.
proses yang dikemukakan oleh Kirkpatrikck juga
dilakukan
oleh
BBPPKS
Yogyakarta
c. Evaluasi tingkat perilaku (behavior)
dalam
Tujuannya untuk mengetahui seberapa jauh
menyelenggarakan diklat FDS PKH. Akan tetapi,
pengetahuan, ketrampilan, dan perubahan sikap
untuk proses nomor 1 sampai dengan nomor 3
yang diperoleh dari mengikuti diklat itu setelah
dilaksanakan oleh Pusdiklat mengingat diklat ini
diterapkan
dalam
pekerjaan.
Evaluasi
ini
520 E-Jurnal Prodi Teknologi Pendidikan Vol. VI Nomor 6 Tahun 2017
dilakukan oleh panitia diklat FDS PKH minimal
diklat bertujuan untuk memberikan masukan kepada
3 bulan setelah serangkaian diklat berlangsung.
lembaga agar dapat berubah ke yang lebih baik.
d. Evaluasi tingkat dampak (result)
D. Faktor Pendukung dan Penghambat Diklat FDS
Tujuannya untuk mengetahui dampak diklat
terhadap
produktivitas
lembaga
PKH
setelah
Secara keseluruhan pelaksanaan diklat FDS
mengirimkan pegawai untuk mengikuti diklat.
PKH putaran III khususnya angkatan IX berjalan
Evaluasi ini juga dilakukan oleh panitia diklat FDS
dengan lancar. Tidak ada hambatan yang berarti
PKH setelah minimal 3 bulan serangkaian diklat
selama pelaksanaan diklat. Berdasarkan hasil
berlangsung.
evaluasi
Proses evaluasi diklat di BBPPKS Yogyakarta
dilaksanakan
oleh
Pemantauan
purna
tes
peserta
mengalami
peningkatan dalam pemahaman materi. Semoga hal
dan
ini berdampak baik kepada peserta setelah mereka
Evaluasi. Proses evaluasi diklat terdiri dari dua
kembali ke daerah masing-masing dan pelaksanaan
tahap, yaitu evaluasi yang dilaksanakan ketika
pertemuan FDS dengan peserta PKH dampingannya
diklat berlangsung yang terdiri dari evaluasi
sesuai dengan materi yang sudah mereka dapatkan
terhadap peserta, evaluasi terhadap fasilitator, dan
ketika mengikuti diklat. Hasil evaluasi baik
evaluasi
diklat.
fasilitator dan penyelenggaraan diklat yang sudah
Sedangkan evaluasi dampak diklat dilaksanakan
dikumpulkan dapat dijadikan bahan perbaikan bagi
setelah diklat selesai, biasanya dilaksanakan 3 bulan
pelaksanaan diklat selanjutnya.
terhadap
Bidang
pra
penyelenggaraan
setelah serangkaian diklat selesai diselenggarakan.
Keberhasilan penyelenggaraan program diklat
Evaluasi terhadap peserta meliputi evaluasi pra
FDS PKH antara lain karena sarana dan prasarana
tes dan purna tes. Pra tes (pretest) bertujuan untuk
diklat yang lengkap, media pembelajaran yang
mengetahui kemampuan dan pengetahuan awal
cukup lengkap mendukung proses pembelajaran,
yang dimiliki peserta tentang diklat yang akan
fasilitator yang berkompeten serta kriteria peserta
dilaksanakan. Purna tes (post test) bertujuan untuk
yang sudah memenuhi standar. Namun, selain
mengetahui kemampuan dan pengetahuan yang
terdapat faktor pendukung juga terdapat faktor
dimiliki peserta setelah mengikuti diklat. Khusus
penghambat yang membuat pelaksanaan diklat
untuk diklat FDS PKH evaluasi terhadap peserta
kurang optimal. Faktor penghambat yang dirasakan
ditambah satu form lagi, yaitu form penilaian saat
oleh penyelenggara program diklat yaitu distribusi
pelaksanaan microteaching yang dinilai oleh
toolkit pembelajaran atau media pembelajaran
widyaiswara. Penilaian ini bertujuan untuk melihat
kurang lancar karena macam dan jenisnya yang
bagaimana peserta memberikan pelayanan kepada
banyak serta adanya peserta yang hamil sehingga
KPM. Evaluasi terhadapat fasilitator bertujuan
menimbulkan kekhawatiran dari panitia jika terjadi
untuk melihat penilaian peserta terhadap fasilitator
sesuatu yang tidak diinginkan. Selain itu, modul
dan juga berfungsi sebagai feedback terhadap
disabilitas
widyaiswara. Evaluasi terhadap penyelenggaraan
sempurna bentuk cetakannya dimana ada beberapa
dan
kesejahteraan
sosial
kurang
bagian modul yang tidak sesuai dengan rancangan
Pelaksanan Pendidikan dan Pelatihan... (Piksa Dewi Ekantiningsih) 521
awal modul. Hal lain yang menjadi penghambat
3.
Proses evaluasi diklat terdiri dari dua tahap,
yaitu, alat peraga pada modul disabilitas dan
yaitu evaluasi yang dilaksanakan ketika diklat
kesejahteraan sosial harus dipersiapkan sendiri
berlangsung yang terdiri dari evaluasi terhadap
sedangkan empat modul lain sudah lengkap alat
peserta, evaluasi terhadap fasilitator, dan
peraganya serta jeda waktu istirahat sholat yang
evaluasi terhadap penyelenggaraan diklat.
sebentar bahkan terkadang tidak ada waktu istirahat.
Sedangkan
evaluasi
dampak
diklat
dilaksanakan setelah diklat selesai, biasanya
KESIMPULAN DAN SARAN
dilaksanakan 3 bulan setelah serangkaian diklat
A. Kesimpulan
selesai diselenggarakan. Evaluasi terhadap
1.
Perencanaan diklat FDS PKH meliputi analisis
peserta meliputi pra tes dan purna tes. Khusus
kebutuhan
perencanaan
untuk diklat FDS PKH evaluasi terhadap
kurikulum, modul pembelajaran, dan metode
peserta ditambah satu form lagi, yaitu form
pembelejaran telah disusun oleh pihak pusat
penilaian saat pelaksanaan microteaching yang
yaitu Pusdiklat Kesejahteraan Sosial sehingga
dinilai
dari
hanya
bertujuan untuk melihat bagaimana peserta
jadwal
memberikan pelayanan kepada KPM.
diklat
pihak
menyiapkan
baik
dari
BBPPKS
jadwal
Yogyakarta
harian
dan
pelaksanaan, tempat, penentuan panitia dan
2.
4.
oleh
widyaiswara.
Penilaian
ini
Faktor pendukung dan penghambat diklat FDS
narasumber / fasilitator, pemanggilan peserta
PKH yaitu:
serta pelaporan kegiatan diklat.
a. Faktor Pendukung
Pelaksanaan diklat meliputi registrasi peserta,
1) Sarana dan prasarana diklat yang lengkap
pengarahan teknis dari panitia, pra test, acara
2) Media pembelajaran yang lengkap
pembukaan, penyampaian materi, praktik
3) Fasilitator yang berkompeten
belajar lapangan, purna test dan evaluasi
4) Kinerja panitia yang cukup baik
penyelenggaraan. Kegiatan tersebut terangkum
dalam jadwal pelatihan yang dibuat oleh
Bidang
Penyelenggara
Diklat.
Proses
pembelajaran yang dilaksanakan menggunakan
pendekatan andragogi dimana pendekatan ini
menekankan
pada
partisipasi
pemanfaatan
pengalaman
aktif
1) Media pembelajaran yang banyak jenis
dan
macamnya
sehingga
pendistribusiannya kurang lancar.
2) Kurang disiplinnya peserta sehingga telat
masuk kelas.
Dalam
3) Adanya peserta yang hamil sehingga
metode andragogi, seorang widyaiswara hanya
menimbulkan kekhawatiran dari panitia
sebagai fasilitator dan mendampingi selama
jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
proses
pembelajaran.
peserta.
dan
b. Faktor Penghambat
Selain
itu,
proses
4) Modul disabilitas dan kesejahteraan
pembelajarannya lebih ditekankan pada 80%
sosial
kurang
sempurna
bentuk
praktik dan 20% teori.
cetakannya dimana ada beberapa bagian
522 E-Jurnal Prodi Teknologi Pendidikan Vol. VI Nomor 6 Tahun 2017
modul
yang
tidak
sesuai
dengan
rancangan awal modul.
5. Sistem pendaftaran dan administrasi hendaknya
sudah
5) Alat peraga pada modul disabilitas dan
kesejahteraan sosial harus dipersiapkan
sendiri sedangkan alat peraga dari empat
modul lain sudah disiapkan dari pusat.
6) Jeda waktu istirahat sholat yang sebentar
bahkan terkadang tidak ada waktu
istirahat
menggunakan
sistem
online
agar
mempermudah pekerjaan panitia, khususnya
bidang administrasi.
6. Lokasi PBL hendaknya tidak terlalu jauh agar
tidak terlalu lama di perjalanan sehingga peserta
tidak kelelahan.
7. Perlu dilibatkan staff bidang Pemantauan dan
Evaluasi dalam proses pembelajaran sehingga
B. Saran
mereka dapat melakukan analisis laporan sesuai
1. Sebaiknya
pihak
mengkonfirmasi
BBPPKS
pihak
Yogyakarta
pusat
terkait
pendistribusian media, baik modul maupun alat
dengan
kondisi
lapangan
tidak
hanya
berdasarkan laporan tertulis yang terkadang
tidak sesuai dengan kondisi lapangan.
peraga agar pendistribusiannya lancar dan
modul yang akan dibagikan ke peserta sudah
DAFTAR PUSTAKA
lengkap sehingga proses pembelajarannya dapat
Apriliana, A. (2015). “Penyelenggaraan Program
berjalan dengan optimal.
Pendidikan
dan
Pelatihan
Pemantapan
2. Sebelum modul dicetak harus dicek terlebih
Pendamping Kelompok Usaha Bersama
dahulu agar tidak terjadi misscommunication
(KUBE) di Balai Besar Pendidikan dan
dalam proses cetak modul.
Pelatihan
3. Jika
memang
alat
peraga
untuk
Kesejahteraan
Yogyakarta”. Skripsi, tidak dipublikasikan.
modul
disabilitas dan kesejahteraan sosial belum ada,
Fakultas
maka pihak penyelenggara diharapkan tetap
Negeri Yogyakarta.
membimbing dan memberikan saran kepada
Ilmu
Pendidikan
Universitas
Daryanto & Bintoro. (2014). Manajemen Diklat.
peserta terkait pengadaan alat peraga yang akan
dibuat oleh peserta sendiri agar alat peraganya
Sosial
Yogyakarta: Gava Media.
Depdikbud. (2003). Undang-Undang No. 20 Tahun
sesuai dengan kriteria yang diharapkan.
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
4. Perlu diperhatikan lagi untuk jadwal diklat
Direktorat Jaminan Sosial Keluarga. (2016).
khususnya jeda waktu istirahat untuk sholat.
Pedoman Pelaksanaan Program Keluarga
Karena di setiap kelas ada pendamping kelas,
Harapan (PKH). Jakarta: Kementerian
maka
Sosial RI.
diharapkan
pendamping
kelas
mengingatkan ke widyaiswara atau fasilitator
yang sedang memberikan materi untuk jeda
sebentar sesuai jadwal, khususnya jadwal sholat
mengingat waktu istirahat sholat merupakan hak
peserta muslim.
Fauzi,
I.K.A.
(2011).
Mengelola
Pelatihan
Partisipatif. Bandung: Alfabeta.
Hamalik,
O.
(2007).
Manajemen
Pelatihan
Ketenagakerjaan
Pendekatan
Terpadu:
Pelaksanan Pendidikan dan Pelatihan... (Piksa Dewi Ekantiningsih) 523
Pengembangan Sumber Daya Manusia.
Kepramukaan Kwartir Cabang Sleman dan menjadi
Jakarta: PT. Bumi Aksara.
pengurus di Dewan Kerja Cabang Sleman.
Moloeng, L.J. (2004). Metode Penelitian Kualitatif.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyana, D. (2004). Metode Penelitian Kualitatif.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Siswoyo, D. dkk. (2013). Ilmu Pendidikan.
Yogyakarta: UNY Press.
Sugiyono. (2002). Manajemen Diklat. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
BIODATA PENULIS
Nama lengkap penulis adalah Piksa Dewi
Ekantiningsih. Penulis lahir di Sleman, 7 Juni 1993.
Penulis merupakan anak sulung dari dua bersaudara
pasangan Bapak Kamtana (Alm) dan Ibu Sriningsih.
Saat ini penulis beralamat di Pundong V, RT 01 RW
10, Tirtoadi, Mlati, Sleman, D.I. Yogyakarta.
Penulis mulai menempuh pendidikan formal di
SD N Tirtoadi dan lulus pada tahun 2005, pada
tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke
SMP Negeri 1 Mlati dan lulus pada tahun 2008, di
tahun yang sama juga penulis melanjutkan
pendidikan ke SMK N 2 Yogyakarta Jurusan Teknik
Komputer dan Jaringan dan lulus pada tahun 2011.
Dua tahun setelah kelulusan SMK, penulis
berkesempatan melanjutkan pendidikan Sarjana di
Universitas Negeri Yogyakarta Jurusan Kurikulum
dan Teknologi Pendidikan.
Penulis pernah aktif di kegiatan UKM Pramuka
Universitas Negeri Yogyakarta sebagai anggota
bidang Humas dan sebagai mahasiswa magang di
Departemen Komunikasi dan Informasi BEM KM
UNY.
Saat
ini
penulis
aktif
di
kegiatan
Download