508 E-Jurnal Prodi Teknologi Pendidikan Vol. VI Nomor 6 Tahun 2017 PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN FAMILY DEVELOPMENT SESSION DI BBPPKS YOGYAKARTA IMPLEMENTATION EDUCATION AND TRAINING OF FAMILY DEVELOPMENT SESSION IN BBPPKS YOGYAKARTA Oleh: Piksa Dewi Ekantiningsih, Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, email: [email protected] ABSTRAK Penelitian ini mendeskripsikan mengenai perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, faktor pendukung dan penghambat diklat FDS di BBPPKS Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Perencanaan diklat FDS meliputi analisis kebutuhan diklat yang telah disusun oleh Pusdiklat Kesejahteraan Sosial dan BBPPKS Yogyakarta sebagai penyelenggara, 2) Pelaksanaan diklat meliputi registrasi peserta, pengarahan teknis dari panitia, pra test, acara pembukaan, penyampaian materi, praktik belajar lapangan, purna test dan evaluasi penyelenggaraan, 3) Proses evaluasi diklat terdiri dari dua tahap, yaitu evaluasi yang dilaksanakan ketika diklat berlangsung dan evaluasi dampak diklat, 4) Faktor pendukung yaitu: sarana prasarana diklat dan media pembelajaran lengkap, fasilitator yang berkompeten, serta kinerja panitia yang cukup baik. Faktor penghambat yaitu: pendistribusian media pembelajaran kurang lancar, kurang disiplinnya peserta, adanya peserta yang hamil, modul dan alat peraga materi disabilitas dan lansia kurang lengkap serta waktu istirahat yang kurang. Kata Kunci: BBPPKS, FDS, Pendidikan dan Pelatihan ABSTRACT This study describe on planning, implementation, evaluation, supporting factors and inhibitors Family Development Session (FDS) in BBPPKS Yogyakarta. This study is descriptive research with qualitative approach. Data accumulation used observation, interview, and documentation method. The result of study showed: 1) Planning programs of FDS are training need analysis has created Education and Training Centre and BBPPKS Yogyakarta only as organizer, 2) Implementation of education and training is registration trainee, technical meeting, pre-test, opening ceremony, instructional process, study practice, post-test, and evaluation programs, 3) Evaluation programs consist of 2 (two) steps, that is evaluations when learning on going and impact evaluation, 4) Supporting factors are complete infrastructure and instructional media, competent facilitators, and good committee performance. Inhibitors factors are distribution of instructional media less smoothly, there are pregnant participants, modules and toolkits of disability and elderly material less complete, and less break time. Keywords: BBPPKS, Education and Training, FDS. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki PENDAHULUAN Pendidikan adalah proses menurut sepanjang Siswoyo kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta perwujudan pembentukan diri secara utuh dalam keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, arti dalam bangsa, dan negara. Berdasarkan kedua pengertian pemenuhan semua komitmen manusia sebagai tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan individu, sebagai makhluk sosial, dan sebagai adalah suatu proses yang secara sadar dan terencana makhluk Tuhan. Pendidikan dalam Undang-Undang untuk mengembangkan potensi diri serta sebagai No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan upaya perwujudan pembentukan diri. segenap dan kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, upaya pengembangan hayat (2013:49) potensi Nasional (Sisdiknas) adalah usaha sadar dan Pelatihan menurut Hamalik (2007:10) yaitu terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan suatu proses yang meliputi serangkaian tindakan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif (upaya) yang dilaksanakan dengan sengaja dalam Pelaksanan Pendidikan dan Pelatihan... (Piksa Dewi Ekantiningsih) 509 bentuk pemberian bantuan kepada tenaga kerja yang pendidikan dan pelatihan. Pengembangan potensi dilakukan oleh tenaga profesional kepelatihan peserta didik disebut juga pengembangan Sumber dalam untuk Daya Manusia (SDM). Pendidikan dan pelatihan meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam turut memberikan andil dalam pengembangan SDM bidang pekerjaan tertentu guna meningkatkan dikarenakan efektivitas meningkatkan kualitas manusia. satuan waktu dan yang bertujuan produktivitas dalam suatu organisasi. Menurut Dugan Laird yang dikutip oleh mempunyai tujuan untuk Guna meningkatkan kualitas SDM yang ada Sugiyono (2002:1) pelatihan adalah semua kegiatan maka yang kinerja pendidikan dan pelatihan yang didalamnya terdapat pegawai pada pekerjaan yang sedang atau akan pelatih profesional, program pelatihan, kurikulum segera dihadapi. Berdasarkan kedua pengertian pelatihan, dan lain sebagainya yang mendukung tersebut dapat disimpulkan bahwa pelatihan adalah untuk suatu kegiatan yang dilaksanakan dalam kurun terkecuali Kementerian Sosial Republik Indonesia. waktu tertentu untuk meningkatkan kinerja peserta Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Sosial RI dalam suatu pekerjaan yang sedang atau akan Nomor: 53/HUK/2003 tanggal 23 Juli 2003 Tentang dikerjakan agar efektif dan efisien. Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Pendidikan dirancang untuk meningkatkan diperlukan meningkatkan pusat/badan/lembaga/unit kualitas SDM. Tidak Dari pengertian di atas, fokus dari pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial, Balai Besar yaitu untuk pengembangan diri sedangkan pelatihan Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial untuk atau (BBPPKS) adalah Unit Pelaksana Teknis di bidang keterampilan kerja (hard skill). Oleh karena itu, pendidikan dan pelatihan kesejahteraan sosial di pendidikan dan pelatihan merupakan suatu proses lingkungan Departemen Sosial yang berada di yang sama, yaitu untuk meningkatkan pengetahuan, bawah dan bertanggungjawab langsung kepada keterampilan dan mengembangkan sikap tetapi Kepala Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial. dengan proporsi yang tidak sama di masing-masing BBPPKS bertugas melaksanakan pendidikan dan komponen. pelatihan meningkatkan Tujuan kemampuan pelatihan dapat kerja kesejahteraan sosial bagi Tenaga dirumuskan Kesejahteraan Sosial Pemerintah (TKSP) dan berdasarkan tujuan Pendidikan Nasional yang Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat (TKSM), tercantum dalam Undang-Undang No. 20 Tahun pengkajian, penyiapan standarisasi pendidikan, 2003 tentang Sisdiknas pada bab II Pasal 3 berbunyi pelatihan, pemberian informasi serta koordinasi “…bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta dengan instansi terkait dengan peraturan perundang- didik agar menjadi manusia yang beriman dan undangan yang berlaku. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak BBPPKS Regional III Yogyakarta atau sering mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan disebut BBPPKS Yogyakarta pada tahun 2017 menjadi warga negara yang demokratis serta menyelenggarakan beberapa diklat. Salah satu bertanggung jawab”. Salah satu cara untuk diklat yang dilaksanakan adalah Diklat Pertemuan mengembangkan potensi peserta didik yaitu dengan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2)/Family 510 E-Jurnal Prodi Teknologi Pendidikan Vol. VI Nomor 6 Tahun 2017 Development Session (FDS) bagi pendamping berperan Program Keluarga Harapan atau sering disebut dilakukan oleh pendamping dalam program FDS Diklat FDS PKH. Diklat FDS PKH merupakan yaitu dengan memberikan materi dari materi-materi salah satu program diklat dari BBPPKS Yogyakarta FDS yang terangkum dalam suatu modul. Karena yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pendamping harus memberikan materi-materi FDS, pendamping PKH sebagai instruktur/pelatih dalam maka pendamping dituntut untuk dapat mengetahui mendampingi peserta PKH guna mengentaskan dan memahami materi-materi yang ada dalam kemisikinan dari peserta PKH tersebut. Peserta yang program FDS. Selain itu, pendamping juga harus mengikuti diklat ini adalah para pendamping PKH dapat yang berada di wilayah kerja BBPPKS Yogyakarta. pembelajaran FDS. Wilayah kerja BBPPKS Yogyakarta, sebagai berperan fasilitator. sebagai Fasilitasi fasilitator upaya peningkatan sebagai fasilitator yang dalam yaitu Dalam kapasitas Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa pendamping Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. instruktur/pelatih yang memadai untuk melatih diperlukan FDS merupakan sebuah intervensi perubahan pendamping agar mampu menjadi fasilitator FDS perilaku yang diberikan bagi peserta PKH dan PKH yang mampu mempercepat pencapaian tujuan merupakan salah satu program penunjang PKH. PKH. Oleh karena itu, untuk memfasilitasi hal Program ini hadir untuk mengisi kekosongan ketika tersebut Kementerian Sosial melalui lembaga proses diklatnya, pendampingan kepada peserta PKH. dalam hal ini adalah BBPPKS Sebelum program ini dicanangkan oleh Kementrian mengadakan Diklat FDS PKH bagi pendamping Sosial, proses pendampingan peserta PKH hanya PKH. sebatas pemberian materi semampunya pendamping Diklat FDS PKH merupakan diklat lanjutan sehinga pendampingan tidak maksimal dan tujuan bagi pendamping PKH. Proses setelah direkrut PKH tidak tercapai dengan maksimal juga. menjadi pendamping PKH, yaitu mengikuti diklat Menurut Buku Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016, FDS merupakan proses belajar pendamping PKH. Pada diklat pendamping PKH diberikan materi-materi dasar terkait PKH. terstruktur untuk meningkatkan keterampilan hidup Diklat pendamping PKH dan diklat FDS PKH masyarakat miskin di bidang ekonomi, pendidikan merupakan program diklat dari Pusat Pendidikan anak, kesehatan dan perlindungan anak. Materi FDS dan Pelatihan (Pusdiklat) Kesejahteraan Sosial. disampaikan melalui pertemuan kelompok bulanan Pada dasarnya melalui proses perencanaan yang yang disampaikan oleh pendamping PKH terhadap sama, kelompok-kelompok Masing-masing pelaksanaannya yang berbeda. Diklat pendamping materi terangkum dalam suatu modul dengan PKH berlangsung selama 10 hari dengan 1 (satu) berbagai sesi yang berurutan. kali praktik lapangan, sedangkan diklat FDS PKH Pendamping binaanya. PKH dalam pelaksanaan program FDS tidak hanya berperan sebagai petugas yang memonitor kepatuhan peserta PKH tetapi juga hanya saja kurikulum dan waktu berlangsung selama 17 hari dengan 4 (empat) kali praktik lapangan. Pelaksanan Pendidikan dan Pelatihan... (Piksa Dewi Ekantiningsih) 511 Kegiatan diklat yang dilakukan oleh BBPPKS Proses pemanggilan peserta yaitu dengan surat Yogyakarta, baik diklat pendamping PKH, diklat yang dikirimkan melalui email. Surat pemanggilan FDS PKH, maupun diklat lainnya secara garis besar peserta dikirimkan kepada Dinas Sosial di tiap terdiri dari tiga tahapan, yaitu tahap persiapan, kabupaten/kota yang menjadi peserta saat itu. pelaksanaan dan evaluasi. Semua tahapan ini Setelah pemanggilan peserta dengan surat, peserta merupakan fungsi dari manajemen. Sebuah diklat datang ke lokasi diklat untuk mendaftarkan diri perlu proses dengan membawa berbagai berkas yang sudah penyelenggaraan dapat berjalan secara optimal ditentukan sebelumnya. Proses pendaftaran diklat sehingga tujuan program diklat dapat tercapai yang dilaksanakan oleh balai diklat masih manual secara efektif dan efisien. sehingga masih kurang efektif dan efisien apabila dimanajemen agar dalam Di BBPPKS Yogyakarta penyelenggaraan peserta yang datang cukup banyak. Meski sudah diklat merupakan tugas dari Bidang Penyelenggara komputerisasi, namun proses memasukkan data Diklat khusus peserta belum menggunakan aplikasi atau sistem penyelenggaraan diklat FDS PKH dilaksanakan online. Begitu pun untuk diklat FDS putaran I dan oleh Seksi Diklat Tenaga Kesejahteraan Sosial II, pendaftaran masih manual dan peserta membawa Masyarakat (TKSM). Dalam penelitian ini, diklat berkas-berkas untuk dikumpulkan kepada petugas FDS PKH yang akan diteliti adalah diklat FDS PKH administrasi. dan Kerjasama. Secara putaran III khususnya angkatan IX. Proses pelaksanaan pembelajaran diklat FDS Selanjutnya untuk dapat merancang program menggunakan metode pembelajaran andragogi, diklat yang efektif dan efisien diperlukan langkah yaitu menggunakan pendekatan pembelajaran orang sebagai penjabaran dari manajemen diklat, yaitu dewasa dengan prinsip pembelajaran orang dewasa. pengkajian kebutuhan pelatihan, perumusan tujuan Pembelajaran pelatihan, pelatihan, berorientasi pada pokok permasalahan dan yang pelaksanaan program pelatihan, dan evaluasi mempunyai makna dalam hidupnya, serta yang program pelatihan. hasilnya segera dapat diaplikasikan. Oleh karena merancang program Selama proses perencanaan diklat, tidak hanya pengkajian kebutuhan pelatihan saja orang dewasa pada umumnya itu, diperlukan keaktifan dari pebelajar atau warga yang belajar (istilah dalam andragogi) selama proses dilaksanakan oleh Bidang Penyelenggara Diklat dan pembelajaran. Akan tetapi, berdasarkan observasi Kerjasama BBPPKS Yogyakarta. Akan tetapi, juga peneliti peserta diklat BBPPKS Yogyakarta masih melaksanakan pemanggilan peserta diklat yang ada yang pasif selama proses pembelajaran. bekerja sama dengan Bagian Tata Usaha karena Penggunaan media juga penting selama pemanggilan peserta diklat merupakan salah satu pembelajaran karena dapat memudahkan fasilitator fungsi dari tugas Bidang Penyelenggara Diklat. dalam menjelaskan materi. Selama diklat di Selain itu juga mempersiapkan kebutuhan untuk BBPPKS Yogyakarta berlangsung, berdasarkan penyelenggaraan pengamatan selama observasi, materi-materi yang prasarana diklat. diklat, seperti sarana dan disampaikan oleh fasilitator selama proses 512 E-Jurnal Prodi Teknologi Pendidikan Vol. VI Nomor 6 Tahun 2017 pembelajaran sudah menggunakan media pembelajaran berupa LCD Proyektor, modul, dan yang dikaitkan dengan keilmuan Teknologi Pendidikan. poster namun belum optimal. Hal ini disebabkan karena masih ada fasilitator yang belum luwes METODE PENELITIAN dalam A. Pendekatan Penelitian menggunakan media pembelajaran, khususnya laptop dan LCD proyektor. Penelitian ini menggunakan pendekatan Selama pelaksanaan diklat sarana-prasarana di kualitatif bersifat deskriptif. Penelitian kualitatif BBPPKS Yogyakarta sudah cukup baik, namun merupakan penelitian yang menggunakan latar berdasarkan hasil observasi masih ada beberapa alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena sarana-prasarana yang tidak berfungsi dengan baik, yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan seperti microphone yang mati, sound system yang berbagai metode yang ada (Denzin dan Lincoln tidak berfungsi dengan maksimal dan LCD dalam Moleong, 2007:5). Penelitian ini bersifat Proyektor yang terkadang hidup terkadang mati deskriptif karena data yang dikumpulkan umumnya sehingga proses pembelajaran agak terhambat. berbentuk kata-kata, gambar-gambar, dan Tahapan terakhir adalah evaluasi, BBPPKS kebanyakan bukan angka-angka. Kalaupun ada Yogyakarta melaksanakan dua tahap evaluasi, yaitu angka-angka, sifatnya hanya sebagai penunjang. evaluasi diklat Data yang dimaksud meliputi transkrip wawancara, berlangsung yang terdiri dari evaluasi pra purna tes, catatan lapangan, foto-foto, dokumen, dan catatan evaluasi fasilitator, evaluasi penyelenggara diklat, lainnya. evaluasi ujian dan pemantauan. Sedangkan evaluasi mengungkapkan bahwa penelitian kualitatif adalah manfaat diklat dilaksanakan setelah diklat selesai penelitian yang bermaksud untuk memahami dan biasanya berjarak lebih dari 3 bulan dari fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek berakhirnya evaluasi penelitian misalnya, perilaku, persepsi, motivasi, fasilitator kepada peserta disediakan oleh pusat tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara sehingga belum ada formulasi data yang tepat untuk deskripsi dalam bentuk kata-kata dan Bahasa, pada merekapitulasi data evaluasi tersebut. Hal itu juga suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan menjadi kendala bagi staff Seksi Monitoring dan memanfaatkan berbagai metode alamiah. yang dilaksanakan proses diklat. ketika Lembar Evaluasi untuk merekapitulasi hasil evaluasi. Lebih Penelitian lanjut, ini Moleong menggunakan (2005:6) pendekatan Berdasarkan dari penjabaran pelaksanaan kualitatif yang bersifat deskriptif karena penelitian diklat putaran sebelumnya yang diselenggarakan ini bermaksud mendeskripsikan, menguraikan, dan oleh BBPPKS Yogyakrta, peneliti tertarik untuk menggambarkan penyelenggaraan pendidikan dan meneliti mengenai pelaksanaan diklat FDS PKH pelatihan putaran III angkatan IX di BBPPKS Yogyakarta. Yogyakarta, Penelitian pelaksanaan maupun evaluasi. Selain itu, juga untuk yang dilaksanakan mencakup (diklat) baik FDS PKH dari segi hambatan-hambatan di BBPPKS perencanaan, perencanaan diklat, pelaksanaan diklat, evaluasi mengetahui dan diklat dan hambatan selama penyelenggaraan diklat pendukung selama penyelenggaraan diklat. faktor Pelaksanan Pendidikan dan Pelatihan... (Piksa Dewi Ekantiningsih) 513 B. Setting Penelitian nonpartisipan Penelitian ini dilaksanakan di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Yogyakarta kampus I (non participant observation), selanjutnya dijelaskan sebagai berikut: a. Observasi yang berpartisipasi (participant observation) beralamatkan di Purwomartani, Kalasan, Sleman, Dalam penelitian, peneliti terlibat dengan Yogyakarta dan di kampus II yang beralamatkan di kegiatan sehari-hari orang yang sedang Jl. Veteran No. 8, Yogyakarta . Penelitian ini diamati atau yang digunakan sebagai sumber dilakukan di angkatan IX diklat FDS PKH Tahun data penelitian. 2017. Alasan peneliti memilih BBPPKS b. Observasi Nonpartisipan (non participant Yogyakarta sebagai tempat penelitian karena observation) lembaga ini merupakan penyelenggara diklat FDS Dalam penelitian, peneliti tidak terlibat bagi pendamping PKH di regional 6 dan merupakan langsung dengan aktivitas orang-orang yang tempat uji coba pertama kali untuk diklat FDS pada sedang diamati dan hanya sebagai pengamat tahun 2005. independen. C. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif observasi nonpartisipan karena peneliti tidak ikut sehingga pengumpulan data dilakukan pada natural berpartisipasi secara langsung dalam pelaksanaan setting (kondisi alamiah), sumber data primer, dan diklat FDS PKH di BBPPKS Yogyakarta. Akan teknik tetapi, pengumpulan (observation), data wawancara berupa observasi (interview) dan dokumentasi. peneliti melakukan observasi tentang pelaksanaan diklat FDS PKH dari pradiklat sampai dengan pascadiklat. Manfaat data yang diperoleh Observasi menurut Hadi (Sugiyono. 2014:145) dari pengamatan atau observasi ini adalah untuk merupakan suatu proses yang kompleks, suatu mengecek kebenaran data dari kemungkinan data proses yang tersusun dari berbagai proses biologis yang dicari menyimpang karena adanya keraguan dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah dari peneliti. Selain itu, peneliti dapat menemukan proses-proses pengamatan dan ingatan. Lebih hal-hal yang tidak terungkap oleh responden dalam lanjut, Nasution dalam Sugiyono (2014:226) wawancara karena bersifat sensitif atau ingin menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua ditutup-tutupi. Observasi dilakukan terhadap tempat ilmu pengetahuan. Melalui observasi peneliti dapat pelaksanaan diklat, pelaku, baik panitia, peserta belajar tentang perilaku dan makna dari perilaku maupun fasilitaor, dan kegiatan yang dilakukan. tersebut seperti yang dikatakan oleh Marshall dalam Sugiyono (2014:226). Wawancara dilakukan sebagai studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang Menurut Sugiyono (2014:145) observasi akan diteliti. Selain itu, wawancara juga dilakukan dapat dibedakan menjadi observasi berpartisipasi ketika penelitian sedang berlangsung. Wawancara (participant ini dilakukan untuk memperoleh data yang lebih observation) dan observasi 514 E-Jurnal Prodi Teknologi Pendidikan Vol. VI Nomor 6 Tahun 2017 akurat apabila ada hal atau data yang tidak muncul dilengkapi dengan dokumen-dokumen pendukung. selama proses observasi. Bentuk dokumentasi yang akan diambil peneliti Wawancara merupakan salah satu teknik dalam memperkuat hasil penelitian berupa laporan pengumpulan data dalam penelitian kualitatif yang pertanggung jawaban pelaksanaan diklat, foto penting kegiatan, dan dokumen-dokumen administrasi. dalam penerapannya karena dapat mengetahui hal-hal yang bersifat mendalam selama D. Sumber Data proses penelitian. Menurut Esterberg (Sugiyono, Dalam penelitian kualitatif penentuan sumber 2014:231) wawancara adalah pertemuan dua orang data dilakukan berdasarkan pada situasi sosial. untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya Situasi sosial tersebut dapat dinyatakan sebagai jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam objek penelitian yang ingin diketahui “apa yang suatu topik tertentu. Dua orang tersebut adalah terjadi” di dalamnya. Pada objek penelitian ini pewawancara (interviewer), yaitu orang yang peneliti dapat mengamati secara mendalam aktivitas mengajukan (activity), pelaku (actors) pada suatu tempat tertentu pertanyaan dan terwawancara (interviewee), yaitu orang yang memberikan jawaban atas pertanyaan yang diberikan oleh pewawancara. (place) (Sugiyono, 2014:215). Penentun sumber data dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan dua teknik sampling, Pada penelitian ini wawancara dilakukan kepada yaitu Probability Sampling dan Non Probability pengelola lembaga (pimpinan lembaga), panitia Sampling penyelenggara, peserta dijelaskan sebagai berikut: (widyaiswara) untuk diklat dan fasilitator memperoleh data-data (Sugiyono, 2014:217), selanjutnya a. Probability Sampling mengenai pelaksanaan diklat FDS PKH di BBPPKS Probability Yogyakarta. pengambilan sampel yang memberikan Teknik pengumpulan data dengan dokumen merupakan teknik pengumpulan data Sampling adalah teknik peluang yang sama bagi setiap unsur yang (anggota) populasi untuk dipilih menjadi diperoleh dari catatan, transkrip, laporan, majalah, anggota sampel. Teknik ini meliputi, simple surat kabar, notulen, dan lain sebagainya. Dalam random sampling, proportionate stratified penelitian kualitatif dokumen historis merupakan random bahan penting seperti yang dituliskan Schatzman stratified random, sampling area (cluster) dan Straus dalam Mulyana (2004:195). Dokumen sampling (sampling menurut daerah). merupakan bahan penting karena dapat mendukung hasil penelitian. sampling, disproportionate b. Non Probability Sampling Non Probability Sampling adalah teknik Teknik pengumpulan data dengan dokumen pengambilan sampel yang tidak memberi merupakan pelengkap dari teknik pengumpulan data peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur dengan observasi dan wawancara dalam penelitian atau anggota populasi untuk dipilih menjadi kualitatif. Data yang diperoleh dari observasi dan sampel. wawancara akan lebih akurat dan kredibel jika Teknik sampel ini meliputi, Pelaksanan Pendidikan dan Pelatihan... (Piksa Dewi Ekantiningsih) 515 sampling sistematis, kuota, aksidental, wawancara terhadap objek penelitian. Triangulasi purposive, jenuh, snowball. ini selain digunakan untuk mengecek kebenaran Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah data juga dilakukan untuk memperkaya data. Lebih penyelenggara diklat, widyaiswara, peserta diklat, lanjut, dan pendamping kelas. Penyelenggara diklat (2014:273) meliputi Bidang Tata Usaha Umum, Bidang dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai Penyelenggara Diklat, dan Bidang Pemantauan dan pengecekan data dari berbagai sumber dengan Evaluasi. Objek penelitian yang diteliti adalah berbagai cara dan berbagai waktu. pelaksanaan diklat FDS PKH di BBPPKS William Wiersma dalam Sugiyono mengemukakan bahwa triangulasi Teknik triangulasi menurut Sugiyono ada 3 tipe, Yogyakarta, meliputi perencanaan, pelaksanaan, yaitu triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan evaluasi pembelajaran. triangulasi waktu. Pada penilitian ini untuk menguji E. Instrumen Penelitian kredibilitas data menggunakan triangulasi sumber Penelitian ini yang berperan sebagai instrumen dan teknik. Triangulasi sumber dilakukan dengan kunci adalah peneliti itu sendiri. Selama proses cara mengecek data yang telah diperoleh melalui pengambilan data, peneliti dibantu dengan pedoman beberapa sumber dan triangulasi teknik dilakukan observasi, dokumentasi. dengan cara mengecek data kepada sumber yang Selanjutnya peneliti akan terjun ke lapangan untuk sama dengan teknik yang berbeda. (Sugiyono, melakukan pengumpulan data, analisis data dan 2014:274). wawancara dan membuat kesimpulan. F. Analisis Data HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Teknik analisis yang digunakan pada penelitian A. Perencanaan Diklat FDS ini adalah teknik analisis data di lapangan model Perencanaan suatu diklat ditentukan Miles dan Huberman, interactive model. Menurut berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya Miles dan Huberman (Sugiyono, 2014: 246), agar dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan Faktor-faktor tersebut diperoleh setelah melakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus sebuah analisis kebutuhan. Faktor-faktor tersebut menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah merupakan jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data menyelenggarakan suatu diklat. reduction, data display, dan conclusion drawing hal-hal yang mendasari untuk Analisis kebutuhan merupakan suatu langkah verification. awal G. Pemeriksaan Keabsahan Data kebutuhan ini bertujuan untuk menganalisis atau Dalam penelitian ini, peneliti dalam merencanakan diklat. Analisis menguji memilah kebutuhan-kebutuhan pelatihan guna kredibilitas data dengan triangulasi. Menurut meningkatkan kompetensi sumber daya manusia Moloeng (2004:330) triangulasi adalah teknik dan pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan diselenggarakan secara efektif dan efisien. Selain sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil itu, juga untuk menentukan tujuan pelatihan. merencanakan pelatihan agar dapat 516 E-Jurnal Prodi Teknologi Pendidikan Vol. VI Nomor 6 Tahun 2017 Dikatakan juga oleh Roesminingsih dalam BBPPKS juga dilakukan oleh widyaiswara. Apriliana (2015:114) perencanaan diklat meliputi : Widyaiswara memiliki peran dalam menyampaikan 1) menetapkan tujuan pelatihan, 2) menyusun materi yang ada dalam kurikulum yang telah strategi pelatihan, 3) menentukan metode, 4) disusun. menentukan materi, 5) membuat struktur dan widyaiswara dari segi pembelajaran. Persiapan yang prosedur dari diklat (session plan) dilakukan widyaiswara yaitu, membuat Rencana Berdasarkan hasil penelitian diklat Persiapan yang dilakukan oleh FDS Pembelajaran Mata Diklat (RPMD) dan Rancang diperoleh informasi bahwa perencanaan diklat yang Bangun Pembelajaran Mata Diklat (RBPMD) meliputi analisis kebutuhan diklat baik dari berdasarkan kurikulum yang sudah ada dari perencanaan kurikulum, modul pembelajaran, dan Pusdiklat Kesejahteraan Sosial. Dalam proses metode pembelejaran telah disusun oleh pihak pusat pembelajaran di sekolah RPMD sama dengan yaitu Pusdiklat Kesejahteraan Sosial. Perencanaan silabus kurikulum, metode, dan media pembelajaran yang Program Pembelajaran (RPP). Jadi, RBPMD ini dilakukan oleh pusat dikeluarkan dalam bentuk adalah pedoman widyaiswara dalam mengajar Pedoman Penyelenggaraan Diklat FDS PKH. Oleh diklat agar tujuan yang sudah ditetapkan dapat karena itu, secara keseluruhan perencanaan diklat tercapai. FDS PKH di BBPPKS Yogyakarta sudah sesuai B. Pelaksanaan Diklat FDS PKH dengan pedoman tersebut. Namun, tidak menutup kemungkinan masih ada kekurangan sedangkan RBPMD adalah Rencana Pelaksanaan diklat FDS PKH dilaksanakan dalam setelah semua perencanaan dan persiapan telah penyelenggaraannya dan hal itu adalah wajar karena selesai dilakukan. Pelaksanaan diklat meliputi terkadang ada hal-hal yang tidak terduga. registrasi peserta, pengarahan teknis dari panitia, Jika perencanaan kurikulum, metode, dan media pembelajaran disiapkan maka praktik belajar lapangan, purna test dan evaluasi wewenang BBPPKS Yogyakarta adalah sebagau penyelenggaraan. Kegiatan tersebut terangkum penyelenggara yang tugasnya yaitu menyiapkan dalam jadwal pelatihan yang dibuat oleh Bidang jadwal harian dan jadwal pelaksanaan, tempat, Penyelenggara Diklat. Dalam pelaksanaan diklat ini penentuan akan terlihat hasilnya serta tujuannya akan tercapai panitia dan oleh pusat, pra test, acara pembukaan, penyampaian materi, narasumber/fasilitator, pemanggilan peserta serta pelaporan kegiatan atau tidak. diklat. Terkait pemanggilan peserta yang dilakukan Berdasarkan hasil penelitian pelaksanaan diklat oleh BBPPKS Yogyakarta bahwasannya daftar FDS PKH berlangsung di 2 kampus BBPPKS peserta berdasarkan data yang dikirimkan oleh Yogyakarta, yaitu Kampus 1 di Jl. Purwomartani, Direktorat Jaminan Sosial Keluarga (Dirjamsoskel) Kalasan, Sleman yang merupakan kantor pusat dan yang mempunyai data semua pendamping di Kampus 2 di Jl. Veteran No. 8, Yogyakarta. Diklat seluruh Indonesia. FDS juga melaksanakan praktik belajar lapangan Persiapan Diklat selain yang dilakukan oleh yang dilaksanakan 4 kali selama pelaksanaan diklat bidang penyelenggara Diklat yang berada di di Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Pelaksanan Pendidikan dan Pelatihan... (Piksa Dewi Ekantiningsih) 517 Jawa Tengah. Diklat FDS PKH berlangsung selama Sejalan dengan fungsi media pendidikan, media 17 hari. Diklat FDS PKH putaran III berlangsung pendidikan yang digunakan dalam diklat FDS PKH dari tanggal 29 Maret s.d 14 April 2017. memudahkan baik peserta maupun widyaiswara Proses pembelajaran diklat FDS PKH selama proses pembelajaran. Proses pembelajaran menggunakan pendekatan pembelajaran andragogi menjadi hidup dan terjalin komunikasi yang karena peserta didiknya merupakan orang-orang interaktif antara peserta dengan widyaiswara. Selain dewasa dan disebut warga belajar. Pembelajaran itu, peserta menjadi lebih mudah dalam memahami orang dewasa menekankan pada partisipasi aktif materi. Hal ini terlihat ketika peserta mempraktikan dan pemanfaatan pengalaman peserta. Seperti yang dalam kelas kecil dan praktik lapangan. Mereka dikatakan Sugiyono (2002:39) pada umumnya dapat mempraktikan materi diklat dengan baik. orang dewasa kalau belajar lebih berorientasi pada Peserta diklat tidak hanya mendapatkan materi pokok permasalahan dan mempunyai makna dalam di kelas tetapi juga materi di lapangan atau Praktik hidupnya serta hasilnya dapat segera diaplikasikan. Belajar Lapangan (PBL). Peserta diklat akan Metode pembelajaran yang digunakan yaitu mempraktikan materi-materi diklat kepada para curah pendapat (brainstorming), ceramah dan tanya KPM. PBL dilaksanakan sebanyak 4 kali selama jawab, diskusi serta role play. Selama pembelajaran diklat berlangsung. PBL putaran III dilaksanakan di berlangsung peserta dituntut untuk lebih aktif dan Kecamatan Baki, Sukoharjo, Jawa Tengah. PBL widyaiswara berusaha untuk menyesuaikan dengan dilaksanakan di setiap akhir pematerian modul karakteristik peserta dalam menyampaikan materi. kecuali modul perlindungan anak, penyandanga Selama pembelajaran widyaiswara menggunakan disabilitas, metode mengajar student centered learning yaitu dilaksanakan bersamaan di hari yang sama. pembelajaran berpusat pada siswa/peserta didik/warga belajar. Selama dan kesejahteraan lanjut usia Menurut Rosyid (Apriliana, 2015:116) diklat dikatakan ideal bila 20% dilakukan di dalam kelas proses pembelajaran diklat, atau teori, dan 80% dilakukan di luar kelas atau juga memanfaatkan media praktik. Buku pedoman penyelenggaraan diklat juga pembelajaran agar mudah dalam menyampaikan sejalan dengan pendapat Anwar Rosyid bahwa materi. Sebaik apapun metode yang digunakan kurikulum diklat FDS PKH dikemas dengan lebih apabila tidak memanfaatkan media tidak akan mengedepankan praktik 80% dan teori 20%. Dalam optimal dan pembelajaran akan bersifat verbalitas pelaksanaannya, diklat FDS PKH sudah sesuai (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka). dengan pedoman penyelenggaraan diklat. Hal ini Hal itu akan membuat warga belajar bosan selama terlihat saat pematerian awal di setiap presentasi pembelajaran. Oleh karena itu, untuk mengurangi modul oleh widyaiswara hanya berjumlah 1 JP verbalitas hendaknya selanjutnya di setiap sesi baik simulasi kelas besar menggunakan media pendidikan yang disesuaikan maupun praktik kelas kecil berjumlah 3-4 JP dan dengan materi pembelajaran. untuk praktik belajar lapangan berjumlah 10 JP. widyaiswara proses pembelajaran 518 E-Jurnal Prodi Teknologi Pendidikan Vol. VI Nomor 6 Tahun 2017 Oleh karena itu, pelaksanaan diklat FDS PKH dapat kesejahteraan sosial melalui pertemuan bulanan dikatakan sudah ideal. FDS PKH. Berdasarkan kajian teori, dalam pelaksanaan diklat terdapat berbagai unsur yang saling Widyaiswara di BBPPKS Yogyakarta juga sudah memenuhi kriteria. Selama proses berhubungan satu sama lain sehingga terjadi proses pembelajaran widyaiswara mengajar dengan ciri pembelajaran. Unsur-unsur pembelajaran dalam khas masing-masing namun masih dalam koridor diklat menurut Fauzi (2011:20) yaitu peserta sebagai fasilitator. Peserta diklat menikmaati proses pelatihan, narasumber/fasilitator, penyelenggara, belajar jika widyaiswara komunikatif dengan kurikulum, media, metode, sarana prasarana, proses peserta. Komunikasi aktif inilah yang menjadikan pelatihan, dan dampak pelatihan. Berdasarkan kelas menjadi hidup dan peserta turut aktif dalam penelitian yang dilakukan, unsur-unsur yang setiap dijelaskan dalam teori tersebut sudah terpenuhi pemahaman peserta tentang materi diklat meningkat dalam pelaksanaan diklat FDS PKH. karena peserta menikmati prosesnya. Apapun diskusi. Hal ini berdampak tingkat Diklat FDS PKH yang dilaksanakan BBPPKS materi yang disampaikan jika dinikmati proses Yogyakarta, proses pemberian materi sudah sesuai pembelajarannya maka materi tersebut akan mudah dengan kebutuhan peserta. Peserta yang merupakan untuk dipahami. pendamping PKH dapat memahami bagaimana C. Evaluasi Diklat FDS PKH melaksanakan pertemuan FDS PKH dan cara Setelah semua komponen diklat direncanakan memberikan materi kepada peserta PKH. Metode dan dilaksanakan sesuai rencana yang sudah dibuat, dan strategi yang digunakan disesuaikan dengan maka selanjutnya adalah mengevaluasi diklat. karakteristik peserta diklat dimana peserta diklat Evaluasi menurut Buku Pedoman Pemantauan dan adalah orang dewasa sehingga metode dan strategi Evaluasi dari BBPPKS Yogyakarta merupakan pembelajaran menggunakan pendekatan andragogi. suatu Strategi pembelajaran orang dewasa ini mampu pendidikan dan pelatihan, karena evaluasi dapat menunjukkan mencerminkan sejauhmana perkembangan dan kebermanfaatan materi baik tahapan penting peserta dimaksudkan untuk memberikan data dan informasi peserta mengetahui dalam karena itu dapat dikatakan pelaksanaan diklat FDS meningkatkan mutu penyelenggaraan diklat yang PKH sudah tergolong baik walaupun ada beberapa sekaligus meningkatkan mutu lulusan diklat, karena kekurangan pendidikan dan pelatihan apapun jenis dan terjadi, peserta merasa memperbaiki Evaluasi pentingnya mempelajari materi tersebut. Oleh yang rangka diklat. sistem kemajuan sehingga hasil setiap pengetahuan dan ketrampilan yang dipelajari oleh diklat kualitas dalam tingkatannya, pelaksanaan dapat perubahan perilaku yang mencakup peningkatan memberikan motivasi kepada peserta PKH untuk kemampuan di bidang kognitif, afektif, dan meningkatkan ekonomi, pendidikan, kesehatan dan psikomotor. PKH dan akhirnya betujuan dan mendapatkan ilmu yang dapat digunakan dalam pendampingan pada program pada Pelaksanan Pendidikan dan Pelatihan... (Piksa Dewi Ekantiningsih) 519 Proses evaluasi diklat dapat dilakukan sejak awal perencanaan program diklat, ketika diklat adalah diklat dari pusat dan BBPPKS Yogyakarta hanya sebagai penyelenggara. berlangsung, setelah diklat selesai dilaksanakan Prinsip dari pelaksanaan kegiatan evaluasi diklat atau setelah jangka waktu tertentu sejak peserta adalah melakukan evaluasi terhadap keseluruhan kembali ke tempat tugas masing-masing. Proses proses kegiatan diklat dari awal sampai pada evaluasi program diklat tidak dapat berdiri sendiri, akhirnya. proses evaluasi diklat merupakan sebuah proses dilaksanakan oleh BBPPKS Yogyakarta dalam berkesinambungan mulai dari perencanaan diklat mengevaluasi diklat FDS PKH. Prinsip evaluasi (penyusunan diklat oleh BBPPKS Yogyakarta terangkum dalam kurikulum), persiapan diklat Prinsip pada dasarnya Buku widyaiswara, serta media pembelajaran diklat), Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial. itu sendiri. Pemantauan dan juga (menetapkan peserta, jadwal diklat, fasilitas diklat, pelaksanaan diklat sampai dengan kegiatan evaluasi Pedoman ini Evaluasi Model evaluasi diklat menurut Kirkpatrick (Sugiyono, 2002:111-112) dikelompokkan menjadi Kirkpatrick (Daryanto, 2014:144) mengatakan bahwa proses evaluasi diklat adalah empat tingkat, yaitu: a. Evaluasi tingkat reaksi (reaction) satu kesatuan proses mulai dari perencanaan sampai Diukur berdasarkan bagaimana reaksi peserta pada pelaksanaan program diklat yang terdiri dari terhadap program pelatihan. Dalam hal ini 10 (sepuluh) tahapan proses, yaitu: peserta diklat dapat memberikan reaksi dalam a. Menentukan kebutuhan pelaksanaan b. Menetapkan tujuan pendapat dan sikap tentang pelatih, cara c. Menentukan isi materi menyajikan, kegunaan dan perhatian atas materi d. Memilih peserta pelatihan pelajaran, kesungguhan, dan keterlibatan peserta e. Menentukan jadwal pelatihan diklat dalam pembelajaran. Dalam diklat FDS f. Memilih fasilitas/sarana pelatihan yang paling sesuai diklat melalui penyampaian PKH, evaluasi ini disebut evaluasi terhadap penyelenggaraan diklat. g. Memilih pelatih yang sesuai b. Evaluasi tingkat belajar (learning) h. Memilih dan menyiapkan alat bantu audio visual Tujuannya untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan, ketrampilan, dan perubahan sikap i. Koordinasi program pelatihan yang terjadi pada peserta diklat setelah mengikuti j. Evaluasi program pelatihan diklat. Dalam diklat FDS PKH ditunjukkan Berdasarkan pengamatan peneliti, kesepuluh dalam bentuk pra dan purna tes. proses yang dikemukakan oleh Kirkpatrikck juga dilakukan oleh BBPPKS Yogyakarta c. Evaluasi tingkat perilaku (behavior) dalam Tujuannya untuk mengetahui seberapa jauh menyelenggarakan diklat FDS PKH. Akan tetapi, pengetahuan, ketrampilan, dan perubahan sikap untuk proses nomor 1 sampai dengan nomor 3 yang diperoleh dari mengikuti diklat itu setelah dilaksanakan oleh Pusdiklat mengingat diklat ini diterapkan dalam pekerjaan. Evaluasi ini 520 E-Jurnal Prodi Teknologi Pendidikan Vol. VI Nomor 6 Tahun 2017 dilakukan oleh panitia diklat FDS PKH minimal diklat bertujuan untuk memberikan masukan kepada 3 bulan setelah serangkaian diklat berlangsung. lembaga agar dapat berubah ke yang lebih baik. d. Evaluasi tingkat dampak (result) D. Faktor Pendukung dan Penghambat Diklat FDS Tujuannya untuk mengetahui dampak diklat terhadap produktivitas lembaga PKH setelah Secara keseluruhan pelaksanaan diklat FDS mengirimkan pegawai untuk mengikuti diklat. PKH putaran III khususnya angkatan IX berjalan Evaluasi ini juga dilakukan oleh panitia diklat FDS dengan lancar. Tidak ada hambatan yang berarti PKH setelah minimal 3 bulan serangkaian diklat selama pelaksanaan diklat. Berdasarkan hasil berlangsung. evaluasi Proses evaluasi diklat di BBPPKS Yogyakarta dilaksanakan oleh Pemantauan purna tes peserta mengalami peningkatan dalam pemahaman materi. Semoga hal dan ini berdampak baik kepada peserta setelah mereka Evaluasi. Proses evaluasi diklat terdiri dari dua kembali ke daerah masing-masing dan pelaksanaan tahap, yaitu evaluasi yang dilaksanakan ketika pertemuan FDS dengan peserta PKH dampingannya diklat berlangsung yang terdiri dari evaluasi sesuai dengan materi yang sudah mereka dapatkan terhadap peserta, evaluasi terhadap fasilitator, dan ketika mengikuti diklat. Hasil evaluasi baik evaluasi diklat. fasilitator dan penyelenggaraan diklat yang sudah Sedangkan evaluasi dampak diklat dilaksanakan dikumpulkan dapat dijadikan bahan perbaikan bagi setelah diklat selesai, biasanya dilaksanakan 3 bulan pelaksanaan diklat selanjutnya. terhadap Bidang pra penyelenggaraan setelah serangkaian diklat selesai diselenggarakan. Keberhasilan penyelenggaraan program diklat Evaluasi terhadap peserta meliputi evaluasi pra FDS PKH antara lain karena sarana dan prasarana tes dan purna tes. Pra tes (pretest) bertujuan untuk diklat yang lengkap, media pembelajaran yang mengetahui kemampuan dan pengetahuan awal cukup lengkap mendukung proses pembelajaran, yang dimiliki peserta tentang diklat yang akan fasilitator yang berkompeten serta kriteria peserta dilaksanakan. Purna tes (post test) bertujuan untuk yang sudah memenuhi standar. Namun, selain mengetahui kemampuan dan pengetahuan yang terdapat faktor pendukung juga terdapat faktor dimiliki peserta setelah mengikuti diklat. Khusus penghambat yang membuat pelaksanaan diklat untuk diklat FDS PKH evaluasi terhadap peserta kurang optimal. Faktor penghambat yang dirasakan ditambah satu form lagi, yaitu form penilaian saat oleh penyelenggara program diklat yaitu distribusi pelaksanaan microteaching yang dinilai oleh toolkit pembelajaran atau media pembelajaran widyaiswara. Penilaian ini bertujuan untuk melihat kurang lancar karena macam dan jenisnya yang bagaimana peserta memberikan pelayanan kepada banyak serta adanya peserta yang hamil sehingga KPM. Evaluasi terhadapat fasilitator bertujuan menimbulkan kekhawatiran dari panitia jika terjadi untuk melihat penilaian peserta terhadap fasilitator sesuatu yang tidak diinginkan. Selain itu, modul dan juga berfungsi sebagai feedback terhadap disabilitas widyaiswara. Evaluasi terhadap penyelenggaraan sempurna bentuk cetakannya dimana ada beberapa dan kesejahteraan sosial kurang bagian modul yang tidak sesuai dengan rancangan Pelaksanan Pendidikan dan Pelatihan... (Piksa Dewi Ekantiningsih) 521 awal modul. Hal lain yang menjadi penghambat 3. Proses evaluasi diklat terdiri dari dua tahap, yaitu, alat peraga pada modul disabilitas dan yaitu evaluasi yang dilaksanakan ketika diklat kesejahteraan sosial harus dipersiapkan sendiri berlangsung yang terdiri dari evaluasi terhadap sedangkan empat modul lain sudah lengkap alat peserta, evaluasi terhadap fasilitator, dan peraganya serta jeda waktu istirahat sholat yang evaluasi terhadap penyelenggaraan diklat. sebentar bahkan terkadang tidak ada waktu istirahat. Sedangkan evaluasi dampak diklat dilaksanakan setelah diklat selesai, biasanya KESIMPULAN DAN SARAN dilaksanakan 3 bulan setelah serangkaian diklat A. Kesimpulan selesai diselenggarakan. Evaluasi terhadap 1. Perencanaan diklat FDS PKH meliputi analisis peserta meliputi pra tes dan purna tes. Khusus kebutuhan perencanaan untuk diklat FDS PKH evaluasi terhadap kurikulum, modul pembelajaran, dan metode peserta ditambah satu form lagi, yaitu form pembelejaran telah disusun oleh pihak pusat penilaian saat pelaksanaan microteaching yang yaitu Pusdiklat Kesejahteraan Sosial sehingga dinilai dari hanya bertujuan untuk melihat bagaimana peserta jadwal memberikan pelayanan kepada KPM. diklat pihak menyiapkan baik dari BBPPKS jadwal Yogyakarta harian dan pelaksanaan, tempat, penentuan panitia dan 2. 4. oleh widyaiswara. Penilaian ini Faktor pendukung dan penghambat diklat FDS narasumber / fasilitator, pemanggilan peserta PKH yaitu: serta pelaporan kegiatan diklat. a. Faktor Pendukung Pelaksanaan diklat meliputi registrasi peserta, 1) Sarana dan prasarana diklat yang lengkap pengarahan teknis dari panitia, pra test, acara 2) Media pembelajaran yang lengkap pembukaan, penyampaian materi, praktik 3) Fasilitator yang berkompeten belajar lapangan, purna test dan evaluasi 4) Kinerja panitia yang cukup baik penyelenggaraan. Kegiatan tersebut terangkum dalam jadwal pelatihan yang dibuat oleh Bidang Penyelenggara Diklat. Proses pembelajaran yang dilaksanakan menggunakan pendekatan andragogi dimana pendekatan ini menekankan pada partisipasi pemanfaatan pengalaman aktif 1) Media pembelajaran yang banyak jenis dan macamnya sehingga pendistribusiannya kurang lancar. 2) Kurang disiplinnya peserta sehingga telat masuk kelas. Dalam 3) Adanya peserta yang hamil sehingga metode andragogi, seorang widyaiswara hanya menimbulkan kekhawatiran dari panitia sebagai fasilitator dan mendampingi selama jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. proses pembelajaran. peserta. dan b. Faktor Penghambat Selain itu, proses 4) Modul disabilitas dan kesejahteraan pembelajarannya lebih ditekankan pada 80% sosial kurang sempurna bentuk praktik dan 20% teori. cetakannya dimana ada beberapa bagian 522 E-Jurnal Prodi Teknologi Pendidikan Vol. VI Nomor 6 Tahun 2017 modul yang tidak sesuai dengan rancangan awal modul. 5. Sistem pendaftaran dan administrasi hendaknya sudah 5) Alat peraga pada modul disabilitas dan kesejahteraan sosial harus dipersiapkan sendiri sedangkan alat peraga dari empat modul lain sudah disiapkan dari pusat. 6) Jeda waktu istirahat sholat yang sebentar bahkan terkadang tidak ada waktu istirahat menggunakan sistem online agar mempermudah pekerjaan panitia, khususnya bidang administrasi. 6. Lokasi PBL hendaknya tidak terlalu jauh agar tidak terlalu lama di perjalanan sehingga peserta tidak kelelahan. 7. Perlu dilibatkan staff bidang Pemantauan dan Evaluasi dalam proses pembelajaran sehingga B. Saran mereka dapat melakukan analisis laporan sesuai 1. Sebaiknya pihak mengkonfirmasi BBPPKS pihak Yogyakarta pusat terkait pendistribusian media, baik modul maupun alat dengan kondisi lapangan tidak hanya berdasarkan laporan tertulis yang terkadang tidak sesuai dengan kondisi lapangan. peraga agar pendistribusiannya lancar dan modul yang akan dibagikan ke peserta sudah DAFTAR PUSTAKA lengkap sehingga proses pembelajarannya dapat Apriliana, A. (2015). “Penyelenggaraan Program berjalan dengan optimal. Pendidikan dan Pelatihan Pemantapan 2. Sebelum modul dicetak harus dicek terlebih Pendamping Kelompok Usaha Bersama dahulu agar tidak terjadi misscommunication (KUBE) di Balai Besar Pendidikan dan dalam proses cetak modul. Pelatihan 3. Jika memang alat peraga untuk Kesejahteraan Yogyakarta”. Skripsi, tidak dipublikasikan. modul disabilitas dan kesejahteraan sosial belum ada, Fakultas maka pihak penyelenggara diharapkan tetap Negeri Yogyakarta. membimbing dan memberikan saran kepada Ilmu Pendidikan Universitas Daryanto & Bintoro. (2014). Manajemen Diklat. peserta terkait pengadaan alat peraga yang akan dibuat oleh peserta sendiri agar alat peraganya Sosial Yogyakarta: Gava Media. Depdikbud. (2003). Undang-Undang No. 20 Tahun sesuai dengan kriteria yang diharapkan. 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional 4. Perlu diperhatikan lagi untuk jadwal diklat Direktorat Jaminan Sosial Keluarga. (2016). khususnya jeda waktu istirahat untuk sholat. Pedoman Pelaksanaan Program Keluarga Karena di setiap kelas ada pendamping kelas, Harapan (PKH). Jakarta: Kementerian maka Sosial RI. diharapkan pendamping kelas mengingatkan ke widyaiswara atau fasilitator yang sedang memberikan materi untuk jeda sebentar sesuai jadwal, khususnya jadwal sholat mengingat waktu istirahat sholat merupakan hak peserta muslim. Fauzi, I.K.A. (2011). Mengelola Pelatihan Partisipatif. Bandung: Alfabeta. Hamalik, O. (2007). Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu: Pelaksanan Pendidikan dan Pelatihan... (Piksa Dewi Ekantiningsih) 523 Pengembangan Sumber Daya Manusia. Kepramukaan Kwartir Cabang Sleman dan menjadi Jakarta: PT. Bumi Aksara. pengurus di Dewan Kerja Cabang Sleman. Moloeng, L.J. (2004). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyana, D. (2004). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Siswoyo, D. dkk. (2013). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. Sugiyono. (2002). Manajemen Diklat. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. BIODATA PENULIS Nama lengkap penulis adalah Piksa Dewi Ekantiningsih. Penulis lahir di Sleman, 7 Juni 1993. Penulis merupakan anak sulung dari dua bersaudara pasangan Bapak Kamtana (Alm) dan Ibu Sriningsih. Saat ini penulis beralamat di Pundong V, RT 01 RW 10, Tirtoadi, Mlati, Sleman, D.I. Yogyakarta. Penulis mulai menempuh pendidikan formal di SD N Tirtoadi dan lulus pada tahun 2005, pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 1 Mlati dan lulus pada tahun 2008, di tahun yang sama juga penulis melanjutkan pendidikan ke SMK N 2 Yogyakarta Jurusan Teknik Komputer dan Jaringan dan lulus pada tahun 2011. Dua tahun setelah kelulusan SMK, penulis berkesempatan melanjutkan pendidikan Sarjana di Universitas Negeri Yogyakarta Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan. Penulis pernah aktif di kegiatan UKM Pramuka Universitas Negeri Yogyakarta sebagai anggota bidang Humas dan sebagai mahasiswa magang di Departemen Komunikasi dan Informasi BEM KM UNY. Saat ini penulis aktif di kegiatan