BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Sistem Informasi merupakan sekumpulan komponen yang saling bekerja sama untuk mengumpulkan, mengolah, menyimpan dan menyebarkan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan, koordinasi, pengendalian, analisis masalah, dan visualisasi dalam sebuah organisasi (Laudon & Laudon, 2010, pp. 46). Peppard dan Ward (2004, pp. 3) menyatakan bahwa sistem informasi adalah sarana yang digunakan oleh orang dan organisasi dengan memanfaatkan teknologi untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan, menggunakan dan menyebarkan informasi. Menurut O’Brien dan Marakas (2008, pp.4), sistem informasi merupakan sebuah kombinasi teratur yang terdiri dari orang-orang, jaringan komunikasi, hardware, software, dan sumber daya data yang mengumpulkan, menyimpan, mengubah dan menyebarkan informasi dalam suatu organisasi. 2.2 Enterprise Resource Planning (ERP) Secara umum ERP diartikan sebagai sistem informasi enterprise-wide yang terintegrasi dan mengontrol semua proses bisnis di seluruh organisasi. 7 8 Menurut Al-Fawaz, Al-Salti dan Eldabi (2008), sebuah sistem ERP memungkinkan organisasi untuk mengintegrasikan semua proses bisnis utama dalam rangka meningkatkan efisiensi dan mempertahankan posisi kompetitif. Namun, tanpa keberhasilan implementasi sistem, manfaat proyeksi peningkatan produktivitas dan keunggulan kompetitif tidak akan datang. Menurut Kumar dan Keshan (2009), sistem ERP adalah sebuah paket sistem software bisnis yang memungkinkan perusahaan untuk mengotomatisasi dan mengintegrasi sebagian besar proses bisnisnya, serta menghasilkan akses informasi secara real-time dan tersebar di seluruh perusahaan. 2.2.1. Sejarah Enterprise Resource Planning ERP awalnya bermula dari pengembangan sistem Material Requirement Planning (MRP) pada tahun 1960an yang berfokus pada sistem fabrikasi untuk pengendalian persediaan. Sistem ERP banyak mengalami evolusi pergeseran dari pengendalian menjadi pengelolaan sumber daya. (Darudianto dan Wijaya, 2009: 15-22) Tujuan pengembangan sistem ERP adalah untuk memenangkan persaingan sehingga organisasi dituntut memberikan informasi yang akurat, up-to-date, dan informatif, yang dapat memberikan alternative keputusan atau solusi bisnis yang diperlukan bagi level managerial. 9 2.2.2 Infrastruktur Sistem ERP Menurut Darudianto dan Wijaya (2009:22-26), sebelum suatu perusahaan menerapkan sistem ERP, maka perlu dibangun suatu pondasi yang kuat seperti: 1. People Orang-orang yang terlibat dalam penerapan sistem ERP merupakan faktor yang sangat penting, terutama dalam hal komitmen waktu, dukungan manajemen tingkat atas, rasa memiliki, keterlibatan, semangat dan rasa perlawanan yang minimum. Hal ini dimulai dari saat pemilihan sistem ERP, pelaksanaan, penyelesaian dan pemeliharaan. 2. Process Berkaitan dengan proses bisnis berjalan dan proses bisnis ke depan dengan penerapan sistem ERP. Dalam proses implementasi, harus ada pengendalian dari tiap bagian. Hal terpenting adalah perusahaan harus memiliki prosedur bisnis yang baik yang akan diterapkan dalam implementasi sistem ERP. 3. Technology Teknologi yang dibutuhkan dalam penerapan sistem ERP meliputi infrastruktur jaringan, hardware, dan software. Jaringan yang dibangun meliputi jaringan internal dan eksternal. Pemilihan hardware hendaknya melihat karakteristik kompatibel software. Sedangkan database yang digunakan untuk sistem ERP umumnya memakai relational database. 10 2.2.3 Konsep Dan Arsitektur ERP Menurut Darudianto dan Wijaya (2009:26-28), Enterprise Resource Planning mencerminkan sebuah konsep yang berujung pada kata Planning, sehingga ERP lebih menekankan pada aspek perencanaan. Enterprise menggambarkan situasi bisnis secara umum dalam satu entitas korporat. Secara konsep, enterprise dapat digambarkan sebagai sekelompok orang dengan tujuan tertentu yang memiliki sumber daya untuk mencapai tujuan tertentu. Enterprise dianggap sebagai suatu sistem dan masing-masing fungsi seperti fungsi keuangan, penjualan dan inventory adalah subsistem. Resource merupakan sumber daya yang berupa aset perusahaan, seperti aset keuangan, sumber daya manusia, teknologi dan strategi. Resource dapat meliputi hal-hal yang menjadi tanggung jawab dan tantangan manajemen untuk dikelola agar menghasilkan benefit. Jadi ERP merupakan konsep untuk merencanakan dan mengelola sumber daya perusahaan, berupa paket aplikasi program terintegrasi dan multi modul untuk melayani dan mendukung berbagai fungsi sehingga pekerjaan menjadi lebih efisien dan dapat memberikan keuntungan maksimal bagi perusahaan. 11 2.3 Teknik Pengumpulan Data Menurut Sugiyono (2008:194-202), teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview (wawancara), kuesioner, dan observasi (pengamatan). 2.3.1 Interview (Wawancara) Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemuka permasalahan yang harus diteliti, dan bila peneliti ingin mengetahui halhal dari responden lebih mendalam dengan jumlah respondennya sedikit. Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur. Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bagi peneliti atau pengumpul data yang telah mengetahui dengan pasti tentang informasi yang ingin diperoleh. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan dinyatakan. 2.3.2 Kuesioner Angket/kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada 12 orang lain yang dijadikan responden untuk dijawabnya. Meskipun terlihat mudah, teknik pengumpulan data melalui angket cukup sulit dilakukan jika respondennya cukup besar dan tersebar di berbagai wilayah. 2.3.3 Observasi Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cirri spesifik disbanding dengan teknik lain. Wawancara dan kuisioner berkomunikasi dengan orang, sedangkan observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga objek alam lain. Observasi terbagi menjadi observasi terstruktur, yaitu observasi yang dirancang secara sistematis tentang apa yang akan diamati dan dimana tempatnya, serta observasi tidak terstruktur, yaitu observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. 2.4 Analisis Faktor Analisis faktor merupakan salah satu metode multivariate yang digunakan untuk menganalisis variabel-variabel yang diduga memiliki keterkaitan satu sama lain sehingga keterkaitan tersebut dapat dijelaskan dan dipetakan atau dikelompokkan pada faktor yang tepat (Rummel, 1967). Tujuan dari analisis faktor adalah untuk menggambarkan hubunganhubungan kovarian antara beberapa variabel yang mendasari tetapi tidak teramati, kuantitas random yang disebut faktor (Johnson &Wichern, 2007). 13 Menurut Sharma (1996), tujuan analisis faktor adalah menggunakan matriks korelasi hitungan untuk: 1. Mengidentifikasi jumlah terkecil dari faktor umum (yaitu model faktor yang paling parsimoni) yang mempunyai penjelasan terbaik atau menghubungkan korelasi diantara variabel indikator. 2. Mengidentifikasi, melalui faktor rotasi, solusi faktor yang paling masuk akal. 3. Estimasi bentuk dan struktur loading, komunality dan varian unik dari indikator. 4. Intrepretasi dari faktor umum. 5. Estimasi faktor skor. 2.4.1 Kaiser Meyer Oikin (KMO) Pengujian KMO dilakukan untuk mengetahui apakah semua data yang telah dikumpulkan telah cukup untuk difaktorkan. Jika nilai KMO lebih dari 0.5 dan nilai signifikansi di bawah 0.05, maka variabel dapat diterima sebagai instrumen penelitian. Semakin tinggi nilai KMO maka semakin valid pernyataan yang diujikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sharma (1996), nilai KMO di atas 0.90 bernilai baik sekali sedangkan nilai KMO dibawah 0.50 ditolak untuk dilanjutkan sebagai instrument penelitian. Tabel 2.1 menunjukkan tabel nilai KMO. 14 Tabel 2.1 Rekomendasi Nilai KMO Nilai KMO Pernyataan ≥ 0.90 Baik Sekali ≥ 0.80 Baik ≥ 0.70 Sedang ≥ 0.60 Cukup ≥ 0.50 Kurang < 0.50 Ditolak Sumber: Rekomendasi Sharma (1996) 2.5 Faktor Keberhasilan Implementasi ERP Menurut Rotchanakitumnuai (2010:605-606), banyak penelitian yang melaporkan bahwa banyak proyek ERP yang tidak berhasil. Sistem ERP merupakan sistem yang besar dan mahal, yang membutuhkan upaya besar dalam implementasi dengan biaya besar dan waktu yang lama. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi ERP adalah sebagai berikut: 1. Dukungan top management Dukungan dan komitmen top management memegang peranan penting dalam menyediakan sumber daya dan motivasi yang mencukupi untuk dilaksanakan dengan berhasil. Top management harus secara terbuka mengkomunikasikan proyek ERP sebagai prioritas utama dan mengalokasikan sumber daya berharga untuk memenuhi tujuan dari implementasi ERP. 2. Kemampuan project management Implementasi sistem ERP melibatkan kemampuan manajemen proyek organisasi. Perusahaan harus memiliki manajemen proyek yang efektif 15 untuk mengendalikan dan memantau proses implementasi ERP. Manajemen proyek yang efektif mencakup rencana pelaksanaan yang mendefinisikan kegiatan proyek, personil dan tim proyek berkomitmen untuk mendukung pelaksanaan kegiatan. Potensi tim merupakan pendahuluan pentingnya manajemen proyek perangkat lunak. 3. Business Process Re-engineering (BPR) Salah satu faktor utama kegagalan pengembangan proyek ERP adalah kegagalan untuk merancang ulang proses bisnis agar sesuai perangkat lunak. Banyak organisasi biasanya meremehkan sejauh mana mereka harus mendesain ulang proses bisnis yang ada. BPR dapat didefinisikan oleh beberapa dimensi, misalnya, kesediaan perusahaan untuk merancang ulang proses, kesiapan perusahaan akan perubahan, kemampuan perusahaan untuk merancang ulang proses. Banyak penelitian menunjukkan bahwa BPR adalah salah satu faktor paling penting bagi keberhasilan implementasi ERP. 4. Keterlibatan user Partisipasi pengguna dalam pengembangan sistem dapat meningkatkan pemahaman dan komitmen untuk kesuksesan implementasi ERP. Keterlibatan pengguna dalam menentukan kebutuhan sistem ERP menciptakan sikap positif dari pelanggan internal terhadap sistem ERP karena mereka peserta aktif dalam proses pembangunan dan perubahan. Pengembangan sistem ERP dikaitkan dengan persyaratan dari sistem aplikasi ERP. Masalah yang berkaitan dengan implementasi software ERP adalah ketidakcocokan fitur proses dengan kebutuhan informasi organisasi. 16 5. Knowledge sharing Berbagi pengetahuan digambarkan sebagai faktor kunci dari manajemen pengetahuan yang sukses. Berbagi pengetahuan mentransmisikan pengetahuan kepada penerima pengetahuan potensial. Implementasi ERP tim dapat berbagi pengetahuan di seluruh fungsi bisnis yang beragam selama pelaksanaan ERP. Berbagi pengetahuan merupakan salah satu faktor penting, terutama berbagi pengetahuan di antara para pemain kunci dari manajemen proyek ERP seperti ERP vendor, konsultan, spesialis TI, dan pengguna bisnis fungsi. Berbagi pengetahuan tidak hanya membutuhkan pengetahuan eksplisit, tetapi juga berbagi pengetahuan tacit. 6. Kesiapan organisasi Karakteristik unik dari setiap perusahaan dapat menyebabkan berbagai perkiraan nilai potensial untuk investasi yang sama. Penelitian menemukan bahwa hambatan organisasi merupakan suatu batasan penting untuk implementasi sistem informasi. Jenis penghalang terdiri dari sumber daya dan masalah pengetahuan. Intensitas aplikasi perangkat lunak perusahaan saat ini dan tingkat ketersediaan hardware di dalam perusahaan dapat mengukur tingkat teknologi informasi yang digunakan oleh perusahaan. Intensitas penggunaan teknologi informasi perusahaan membantu mereka beradaptasi dengan menggunakan teknologi baru lebih dari yang kurang berpengalaman. Elemen kunci kedua dari kesiapan organisasi berkaitan dengan isu-isu pengetahuan. Pelaksanaan yang efektif dari teknologi web memerlukan adaptasi yang luas dari proses saat ini 17 pelanggan bisnis untuk dapat sepenuhnya memanfaatkan kemampuan teknologi baru. 7. Kualitas sistem ERP Biasanya, untuk mendukung keberhasilan implementasi ERP, tim proyek harus menilai kemampuan sistem dan sistem informasi yang perusahaan ingin menerapkan. Perusahaan harus menganalisis persyaratan sistem pertama untuk memastikan apa tujuan atau masalah yang perlu dipecahkan dan memilih sistem ERP yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Dengan kata lain, mengembangkan fungsi dan sistem user-friendly yang salah dapat menciptakan risiko kegagalan sistem. Akibatnya, sistem ERP yang tidak tepat dengan kesalahan dapat berkontribusi ke peningkatan waktu dan biaya, yang dapat menyebabkan kegagalan proyek. 8. Pemahaman Sebuah pemahaman yang jelas tentang tujuan dan pentingnya implementasi ERP harus dikomunikasikan ke seluruh organisasi, terutama untuk pengguna yang akan menggunakan sistem ERP. Komunikasi membantu karyawan mengenali bagaimana ERP mempengaruhi operasional berjalan. Komunikasi organisasi terdiri dari pengumuman resmi top management dan manajer proyek ERP. Kemajuan implementasi ERP perlu diberitahukan ke semua tingkat dan fungsi organisasi. 2.6 Kesiapan Implementasi Menurut Haug et al (2011), beberapa penelitian telah mendokumentasikan bahwa proyek implementasi IT sering tidak berhasil mencapai tujuan sebagaimana 18 yang sering dikaitkan mengenai waktu, anggaran dan fungsi. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor penting, salah satunya adalah sejauh mana perusahaan tersebut melakukan persiapan implementasi. Penilaian kesiapan implementasi berguna untuk menilai kesiapan perusahaan dan proyek dalam menjalankan implementasi IT serta mendukung pengelolaan proyek. Menurut Kwahk dan Lee (2008), faktor kesiapan memegang peranan penting dalam mengurangi resistansi terhadap penolakan pengguna dalam menghadapi perubahan. Hasil dari penelitian Kwakh dan Lee membuktikan bahwa kesiapan memiliki efek tidak langsung terhadap perilaku niat untuk menggunakan sistem ERP. 2.7 Penilaian Kesiapan Implementasi Berdasarkan tulisan yang diterbitkan oleh Gartner (2011), tujuan dilakukannya penilaian kesiapan implementasi ERP adalah untuk mengevaluasi tingkat persiapan perusahaan dalam mengimplementasi ERP. Penilaian kesiapan implementasi ERP mencakup beberapa area yaitu: 1. Kesiapan proyek (Project readiness) Kesiapan proyek merupakan keadaan kesiapan proyek untuk memastikan bahwa proyek tersebut siap untuk pengembangan dan implementasi seperti yang direncanakan. Hal ini didasarkan pada ketelitian kecukupan proses perencanaan, dan pelatihan personil proyek, serta ketersediaan dan cadangan sumber daya proyek, layanan dukungan dan sistem. 19 2. Kesiapan fungsional (Functional readiness) Suatu tahapan untuk memastikan bahwa kebutuhan fungsional dalam implementasi sudah terpenuhi. Hal ini didasarkan pada pencakupan sisi fungsional dari implementasi, persiapan dokumen yang mengambarkan kebutuhan dari bisnis, ketentuan dan peraturan penggunaan, dan fungsi dari sistem yang diimplementasi. Kesiapan fungsional juga dianggap sebagai cara untuk menggambarkan status dalam konteks pemenuhan fungsional. 3. Kesiapan teknikal (Technical readiness) Kesiapan teknikal merupakan kesiapan untuk memastikan bahwa sisi teknik sudah dipersiapkan untuk memenuhi jalannya pengembangan dan implementasi seperti yang direncanakan. Hal ini mencakup dari segi infrastruktur, pengembangan aplikasi dan pengetesan aplikasi. 4. Kesiapan kultural (Cultural readiness) Kesiapan kultural merupakan keadaan kesiapan lingkungan dan budaya perusahaan dalam menerima perubahan yang disebabkan oleh implementasi. Menurut Agnew dan ValBalkom (2009), budaya organisasi adalah keyakinan, pengalaman, dan harapan bersama dari orang-orang dalam suatu organisasi. Budaya organisasi yang mencakup non-hukuman, lingkungan saling mendukung diperlukan untuk mendorong inisiatif peningkatan kualitas. Anggota yang berbagi visi yang sama dengan organisasi lebih bersedia untuk beradaptasi dengan perubahan. 5. Kesadaran sumber daya dan upaya (Resource and effort awareness) 20 Kesadaran sumber daya dan upaya merupakan suatu keadaan atau kemampuan untuk melihat, merasakan, atau menyadari apakah sumber daya yang dimiliki sudah memenuhi kebutuhan dan upaya yang dilakukan untuk mencapai pemenuhan tersebut apakah sudah maksimal. Menurut Morris et al (2010), kesadaran akan sumber daya yang mencakupi sumber daya finansial dan sumber daya manusia mempengaruhi kinerja perusahaan. 2.8 Penelitian Terdahulu Dari berbagai literatur yang berhubungan dengan evaluasi kesiapan implementasi ERP, dapat disimpulkan hasil penelitian terdahulu sesuai dengan tabel 2.2 Penilaian Kesiapan, yaitu sebagai berikut: 1. Jurnal The Role and Impact of Project Management in ERP Project Implementation Life Cycle yang dipublikasi oleh Ara dan Al-Mudimigh pada tahun 2011 membahas dampak dari manajemen proyek dalam siklus hidup proyek ERP dengan mempelajari metodologi manajemen proyek yang beragam, serta peran dan kegiatan penting dari manajer proyek, tim proyek dan karenanya manajemen proyek dieksplorasi dalam pelaksanaan proyek ERP dalam organisasi dengan ukuran yang berbeda dan budaya. 2. Jurnal Empirical Assessment of Factors Influencing Success of Enterprise Resource Planning Implementation yang dipublikasi oleh Nah, Islam dan dan Tan pada 2007 menyatakan bahwa komunikasi dan program manajemen proyek adalah faktor kunci yang mempengaruhi keberhasilan implementasi ERP, sedangkan faktor lain seperti dukungan manajemen 21 puncak serta kerjasama tim tidak terlalu penting untuk hasil implementasi. Budaya organisasi adalah moderator dari hubungan antara komunikasi, program manajemen proyek, dan keberhasilan implementasi ERP. 3. Jurnal Investigating Factors Affecting ERP Selection in made-to-order SME Sector yang dipublikasi oleh Deep, Guttridge, Dani, dan Burns pada tahun 2008 memberikan pemahaman yang berharga tentang rincian seleksi ERP, focus pada kekhususan sektor UKM. 4. Jurnal A Study of Issues Affecting ERP Implementation in SMEs yang dipublikasi oleh Dixit, A.K. dan Prakash, O. pada tahun 2011 menekankan isu-isu spesifik dimana faktor yang berbeda perlu ditangani sewaktu menerapkan sistem ERP seperti implementasi sistem dengan tepat, prosedur pelaksanaan dengan ruang lingkup yang jelas, perencanaan proyek yang tepat dan kustomisasi yang minimal dari sistem dipilih untuk implementasi, merupakan isu yang terbukti penting untuk UKM. 5. Jurnal ERP in Indian SME's: A Post Implementation Study of the Underlying Critical Success Factors yang dipublikasi oleh Upadhyay, P., dan Dan, P.K. pada tahun 2009 mengemukakan bahwa infrastruktur, kustomisasi aplikasi, dukungan dan komitmen pelaksana merupakan faktor keberhasilan implementasi ERP. 6. Jurnal The Effect of Critical Success Factors On IT Governance Performance yang dipublikasi oleh Nfuka, E.N. dan Rusu, L. pada tahun 2011 menyatakan bahwa kinerja tata kelola TI memiliki dampak yang signifikan pada faktor keberhasilan implementasi ERP. 22 7. Jurnal Factors of Successful Implementation Of ERP Systems yang dipublikasi oleh Pabedinskaite pada tahun 2010 menyatakan bahwa keberhasilan implementasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu faktor tersebut adalah pelatihan yang diberikan kepada karyawan. 8. Jurnal The Effect of ERP System Implementation on Business Performance: An Exploratory Case Study yang dipublikasi oleh Elragal dan Al-Serafi pada tahun 2011 menunjukkan bahwa dalam banyak manfaat umum dalam kinerja bisnis yang dicapai setelah menerapkan ERP seperti dilansir pengguna bisnis, tetapi juga menunjukkan bahwa beberapa manfaat sebelumnya dikaitkan dengan ERP tidak sepenuhnya tercapai. Untuk memperoleh efek implementasi sistem ERP yang maksimal, penjadwalan implementasi proyek memiliki peranan penting. 9. Jurnal Interactions Between Contingency, Organizational IT factors, and ERP Success yang dipublikasi oleh Ifinedo dan Nahar pada tahun 2009 menyatakan bahwa ketersediaan sumber daya meningkatkan keberhasilan sistem ERP. 23 Tabel 2.2 Penilaian Kesiapan EVALUASI KESIAPAN IMPLEMENTASI ERP Faktor Kesiapan Proyek Indikator Disiplin Manajemen Proyek(Project Management Discipline) Journal Ara, A., & AlMudimigh, A.S. (2011). The Role and Impact of Project Management in ERP Project Implementation Life Cycle. Global Journal of Computer Science and Technology, Vol.11, Iss 5, pp 6-10. Ara, A., & AlPengaturan dan Mudimigh, A.S. (2011). Peringanan The Role and Impact of Resiko (Risk Mitigation & Project Management in Management) ERP Project Implementation Life Cycle. Global Journal of Computer Science and Technology, Vol.11, Iss 5, pp 6-10. Komunikasi Nah, F. F. H., Islam, Z., (Communication) Tan, M. (2007). Empirical Assessment of Factors Influencing Success of Enterprise Resource Planning Implementation.Journal of Database Management, Vol. 18, Issue 4, pp. 26-50. Deep, A., Guttridge, P., Kesiapan Dokumentasi Dani, S., & Burns, N. Fungsional Proses Bisnis (2008). Investigating (Business Process Factors Affecting ERP Documentation) Selection in made-toorder SME Sector. Journal of Manufacturing Technology Management, Vol. 19, No. 4, pp. 430-446. Question Implementasi ERP sudah diawali dengan penentuan ruang lingkup, waktu, kualitas dan budget Strategi mitigasi risiko sudah disiapkan dengan membentuk dewan yang berfokus untuk menuntun jalannya proyek Perencanaan dan perkembangan proyek sudah dikomunikasikan kepada seluruh user Bisnis proses dalam ruang lingkup ERP sudah terdokumentasi dengan baik 24 EVALUASI KESIAPAN IMPLEMENTASI ERP Faktor Kesiapan Teknikal Indikator Kebutuhan akan Proses Bisnis Unik (Requirement for Unique Business Process) Jurnal Dixit, A.K., Prakash, O. (2011). A Study of Issues Affecting ERP Implementation in SMEs. Journal of Arts, Science and Commerce, Vol. 2, Issue 2, pp. 7785 Infrastruktur (Infrastructure) Upadhyay, P., Dan, P.K. (2009). ERP in Indian SME's: A Post Implementation Study of the Underlying Critical Success Factors. International Journal of Management Innovation System, Vol. 1, No. 2, pp. 1-10 Upadhyay, P., Dan, P.K. (2009). ERP in Indian SME's: A Post Implementation Study of the Underlying Critical Success Factors. International Journal of Management Innovation System, Vol. 1, No. 2, pp. 1-10 Nfuka, E.N., Rusu, L. (2011). The Effect of Critical Success Factors On IT Governance Performance. Industrial Management & Data Systems, Vol. 111, No. 9, pp. 1418-1448. Kustomisasi Aplikasi (Application Customization) Kesiapan Kultural Program and Project Governance Pernyataan Perusahaan membutuhkan beberapa proses bisnis unik untuk mendukung pengontrolan jalannya operasional perusahaan Komputer, jaringan, server, aplikasi dan pendukung lainnya sudah tersedia dan berjalan dengan baik Kustomisasi aplikasi dilakukan untuk mendukung proses bisnis perusahaan yang unik Konsolidasi, komunikasi serta penegakan kebijakan dan pedoman untuk penggunaan IT di seluruh organisasi dilakukan untuk meningkatkan kinerja proyek 25 Jurnal Pernyataan Upadhyay, P., Dan, Pihak manajemen P.K. (2009). ERP in mendukung implementasi Indian SME's: A Post ERP dan Implementation Study berkomitmen of the Underlying dalam Critical Success Factors. International pengalokasian Journal of Management sumber daya Innovation System, Vol. 1, No. 2, pp. 1-10 Pelatihan akan Training Pabedinskaite, A. sistem ERP yang (2010). Factors of diimplementasi Successful Implementation Of ERP sudah Systems. Economics disampaikan and Management, Vol. kepada para user 15, pp. 691-697. Kesadaran Jadwal Elragal, A.A., AlJadwal Sumber (Schedule) Serafi, A.M. (2011). implementasi Daya dan ERP sampai The Effect of ERP Upaya System Implementation selesai sudah dijadwalkan dan on Business disepakati Performance: An bersama Exploratory Case Study. Communication of the IBIMA, Vol. 2011, pp.1-20. Sumber daya IT Ketersediaan Ifinedo, P. Nahar, N. tersedia untuk Sumber Daya IT (2009). Interactions mendukung (IT Resource Between Contingency, implementasi Availability) Organizational IT ERP selama factors, and ERP jalannya proyek Success. Industrial Management and Data Systems, Vol. 109, No. 1, pp. 118-137. Sumber: ERP Readiness Assessment – Gartner (telah diolah kembali - 2013) EVALUASI KESIAPAN IMPLEMENTASI ERP Faktor Indikator Dukungan dan Komitmen Pelaksana (Executive Support and Commitment) 26