Memahami Radikalisme Islam

advertisement
Memahami Radikalisme Islam
Noorhaidi Hasan
Definisi Radikalisme
• Radikalisme merupakan faham, wacana dan
aktivisme yang berupaya mengubah sistem—
politik, ekonomi, sosial dan budaya—yang ada
secara radikal
• Radikalisme memiliki 2 dimensi terpenting: (1)
Kekerasan, dalam pengertian menerima
kekerasan sebagai cara yang sah untuk mengubah
sistem tersebut dan (2) Usaha aktif melakukan
perubahan di dalam masyarakat secara radikal,
yang tidak selalu menggunakan kekerasan
Radikalisasi
• Sebuah proses bertahap di mana seseorang
semakin menerima perlunya penggunaan
kekerasan, termasuk terorisme, dalam upaya
mencapai tujuan politik dan atau ideologis
tertentu
• Orang disebut radikal ketika ia terlibat secara aktif
atau mendorong orang lain atau setidaknya
mendukung terjadinya perubahan yang radikal
dalam masyarakat, yang akan mengancam
tatanan hukum demokratis
Radikalisme dan Terorisme
• Radikalisme tidak secara otomatis berhubungan
dengan terorisme. Tetapi radikalisme merupakan
fondasi terjadinya terorisme
• Terorisme merupakan perbuatan yang dilakukan
secara sengaja untuk menimbulkan ketakutan di
kalangan masyarakat atau memaksa pemerintah
melakukan atau tidak melakukan sesuatu atau
merusak struktur politik, ekonomi dan sosial yang
ada
Radikalisme Islam
(Islamist Radicalism)
• Radikalisme yang berhubungan dengan
Islamisme, yaitu faham, wacana dan aktivisme
yang bertujuan mengubah sistem politik,
ekonomi, sosial dan budaya yang ada menjadi
sistem Islami.
• Bagi kaum Islamist, Islam dipahami tidak sekadar
agama, tetapi juga ideologi politik, yang berdiri
sejajar dengan ideologi politik besar lainnya
semacam demokrasi, sosialisme dan kapitalisme
Matrik Islamisme
Trajektori politik
(global/lokal)
Ideologi
Problematika
struktural
Trajektori Politik
•
•
•
•
•
Kolonialisme
Munculnya negara-bangsa sekular
Pergulatan geo-strategik
Hubungan agama-negara
Perjuangan mendapatkan ruang dan akses ekonomipolitik (power struggle)
• Momentum perkembangan Islamisme terjadi pascakekalahan dunia Arab dalam Perang 1967 melawan
Israel yang menyadarkan banyak orang tentang
kerapuhan rezim-rezim yang berkuasa dan kegagalan
mereka memenuhi janji pembangunan
Evolusi Salafisme
• Ikhwan al-Muslimin dan Jama’at-i Islami dengan
tokoh pendiri Hasan al-Banna dan Mawdudi
meletakkan dasar-dasar gerakan Islamis
• Sayyid Qutb membawa visi tentang pengambilan
kontrol negara ke titiknya yang ekstrem: takfir
dan revolusi melalui jalan kekerasan
• Lahir beberapa kelompok sempalan, semisal Hizb
ut-Tahrir, Jihad Islam, Jamaah Islamiyah, dan
Jamaah al-Takfir (yang bertanggungjawab
terhadap pembunuhan Anar Sadat pada 1981).
Faktor Geo-strategi
• Ideologi jihad yang berkembang di kalangan
Ikhwan setelah eksekusi terhadap Qutb pada
1966 menyebar ke berbagai belahan dunia
sebagai by-product kampanye Saudi Arabia yang
berambisi mengukuhkan posisi geo-strategiknya
sebagai pusat dunia Islam dengan menyebarkan
Wahabisme
• Varian Salafisme sunyi a-politis berkembang
sebagai konsekuensi dinamika internal di Saudi
dan meletusnya Revolusi Iran
Pertumbuhan Gerakan Islamis di
Indonesia
•
•
•
•
Kampanye anti-komunis Orde Baru
Isu Kristenisasi
Wacana kebangkitan Islam
Represi terhadap aktivisme Islam, termasuk dakwah di
kalangan mahasiswa
• Revolusi Iran
• Di bawah bendera tarbiya, gerakan Islam transnasional
bermunculan, termasuk Ikhwan al-Muslimin, Hizb utTahrir, Salafi, mengakselerasi pertumbuhan gerakan
Islamis radikal produk dalam negeri, NII.
Jamaah Islamiyah
• NII merupakan permutasi dari DI/TII yang meletus di Jawa Barat
pada 1949.
• Setelah bersentuhan dengan ide-ide Ikhwan al-Muslimin, kegiatankegiatan NII berkembang mengikuti pola Ikhwan al-Muslimin.
• Salah satu simpul terpenting gerakan NII adalah Pesantren Ngruki
yang didirikan Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Ba’asyir, yang gigih
menyerukan semangat melawan pemerintahan sekular, dengan
terlebih dahulu membentuk jamaah islamiyah
• Menyusul penangkapan Sungkar dan Baasyir pada 1978, berbagai
aksi kekerasan yang dilakukan unsur-unsur NII meletus, di antaranya
yang dikenal dengan Teror Warman.
• Pada pertengahan 1990-an, Sungkar dan Baasyir mendirikan
Jamaah Islamiyah (JI), yang sejumlah unsurnya dipercayai
bertanggungjawab terhadap serangkaian aksi pengemboman di
Indonesia dalam satu dasawarsa terakhir.
Perang Afghanistan
 Dikoordinasi oleh jaringan Ikhwan al-Muslimin
yang bekerja dengan agen-agen inteligen Saudi,
Pakistan dan Amerika, mobilisasi ribuan
sukarelawan jihad dalam Perang Afghan
berfungsi sebagai saluran diseminasi semangat
radikalisme dan jihad di dunia Islam
 Memfasilitasi pergerakan ribuan jihadis (5,00050,000) dari seluruh dunia, termasuk Indonesia,
untuk menyalurkan hasrat radikalisme dan jihad
mereka di bumi Afghanistan.
Ideologi Radikalisme
• Dari perspektif ideasional, radikalisme Islam yang
merupakan anak sah Islamisme berakar di dalam
ideologi Salafi (seruan kembali kepada Qur’an
dan Sunnah) yang mengalami proses evolusi
menuju visi jihadisme total melawan US, Barat
dan Zionist melalui Banna, Mawdudi, Qutb, Faraj,
Azzam dan al-Zawahiri.
• Ideologi radikalisme Islamis berpusat pada tiga
hal (1) Tauhid dan jahiliyahisme (2) Al-Wala wa-l
Bara (3) Takfir.
Tauhid dan Jahiliyahisme
• Tauhid, yang terbagi menjadi ‘ubudiyyah (kesatuan ibadah);
rububiyyah (kesatuan ketuhanan), dan al-asma wa’l-sifat
(kesatuan nama dan sifat Allah) diletakkan sebagai fakta
dasar dan komponen utama kredo Islam. Penyerahan total
kepada Allah ditekankan sebagai makna sesungguhnya dari
pernyataan keberimanan dan keberIslaman seseorang
• Jahiliyahisme, sebagai manifestasi ketidakbertauhidan
seseorang, memandang tatanan dunia sekarang didominasi
oleh para penyembah berhala yang bodoh karena diatur
oleh rezim dan sistem buatan manusia, tidak menghargai
apa yang telah difirmankan oleh Tuhan
• Dari jahiliyahisme diturunkan konsep dar al-Islam, dar alharb dan hijrah
Al-wala wa’l’bara
• Doktrin tentang pentingnya mengembangkan
rasa cinta dan solidaritas terhadap sesama
Muslim dan membangun permusuhan terhadap
non-Muslim
• Menyediakan landasan untuk menarik diri dari
masyarakat sekitar dan membangun dinding
eksklusivitas yang berguna dalam proses
pembentukan identitas sosial (dalam wadah
jamaah).
• Melegitimasi pergeseran visi Islamisme menuju
aktivisme radikal dan kekerasan atas nama jihad.
Hakimiyya dan Takfir
• Konsep kunci yang dikembangkan Qutb dan
Maududi, bahwa kedaulatan mutlak milik Allah,
dan satu-satunya syari‘ah adalah syari‘ah Allah.
• Faham hakimiyya mendorong takfir, keyakinan
bahwa penguasa—atau bahkan seluruh
masyarakat—yang tidak mengikuti syari‘ah,
dipandang sebagai kafir dan karena itu harus
dilawan dan digantikan dengan pemimpin Islam
sejati, kalau perlu melalui kekerasan.
Visi Baru Gerakan Jihad
• Memunculkan sebuah arus Salafi baru, Salafi
jihadists, yang memiliki banyak garis perbedaan
dengan Salafi Islamist dan Salafi sunyi-apolitis.
• Pentingnya jihad opensif yang melibatkan setiap
Muslim (fard ‘ayn) melawan orang-orang kafir di
sumbernya sendiri: Amerika, dan sekutu-sekutu
Baratnya serta Zionist.
• Fokus gerakan jihad melawan ‘far enemy’
mendasari ekspansi al-Qaeda yang pada 1998
membentuk Front Jihad Dunia Islam.
Sosiologi Jihad
• Berhubungan dengan ekspansi modernisasi dan
globalisasi yang memicu terjadi krisis identitas
• Di latar sosiologi jihad adalah problem-problem
struktural yang berhubungan dengan
ketidaktersediaan lapangan kerja, kemiskinan,
dan keterbelakangan, plus korupsi, kolusi dan
nepotisme yang tak kunjung berkurang
• Komposisi sosial jihadis terdiri dari mereka yang
masih tergolong muda (15-35 tahun).
Pengangguran
 Angka pertumbuhan pencari kerja mencapai 2 juta orang
tiap tahun.
 Pada 1997, lebih 60% angkatan kerja berusia antara 15
dan 19 tahun dengan pendidikan SMA dan 600,000 lagi
merupakan lulusan universitas mencari pekerjaan
 Pada tahun yang sama, kaum muda secara keseluruhan
menempati 72.5 % dari total pengangguran, tertinggi
dalam daftar pengangguran global
 Meski usaha keras pemerintah memperbaiki situasi
ekonomi nasional, kaum muda masih merupakan 70%
dari angka pengangguran pada 2007.
Deprivasi dan Identitas
• Deprivasi dan kekecewaan terhadap situasi
struktural mendorong mereka yang terpinggir
untuk mengonsolidasikan identitas
• Gerakan fundamentalisme menawarkan
alternatif mengatasi kebuntuan dengan
menarik diri dari masyarakat sekitar dan
bergabung ke dalam enclave.
Eksklusivitas
• Ingroup love dan outgroup hate berkembang di dalam
enclave culture sebagai sentimen yang secara
fungsional saling berkaitan.
• Perasaan-perasaan individual (individual feelings) yang
berkembang di dalam mekanisme ingroup loveoutgroup hate ini jalin menjalin dengan persepsi dan
pemahaman mereka dengan lingkungan sosial yang
kompleks dan berada di luar diri mereka.
• Enclave memungkinkan kaum radikal “mengusir orangorang yang telah mengusir mereka dari kehidupan
bersama”
Model Identitas Sosial
Social Identity
Group
Individual
Social Representation
(of Us and Them)
Socially Projected
Images (of Us and
Them)
Mental
Representation
(of Us and Them)
We’s
Me;s
Threat and Appraisal
Material
Primary
Symbolic Secondary
Link to other group
Destructive Coping: Intergroup HarmDoing
Violence
Physical
Psychological
Systematization
Download