PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam suatu komunitas terdapat berbagai bentuk interaksi. Interaksi terjadi di antara makhluk hidup yang satu dan yang lainnya dan menciptakan suatu simbiosis. Simbiosis secara luas diartikan sebagai interaksi antara dua individu yang berlainan spesies. Bentuk simbiosis yaitu simbiosis mutualisme, simbiosis komensalisme dan simbiosis parasitisme. Simbiosis mutualisme merupakan interaksi antara dua individu yang saling menguntungkan. Simbiosis komensalisme adalah bentuk interaksi di antara dua individu yang tidak saling menguntungkan maupun merugikan. Simbiosis parasitisme adalah interaksi yang merugikan karena satu spesies beruntung karena mendapat makanan dari spesies yang ditumpanginya dan spesies tersebut akan menderita kerugian karenanya (Brotowidjoyo, 1987). Simbiosis mutualisme dan parasitisme merupakan faktor penting dalam fungsi ekologi dan proses evolusi. Simbiosis parasitisme tercipta antara kelompok herpetofauna dan parasitnya. Herpetofauna merupakan semua jenis hewan yang tergolong dalam kelas Amphibia dan Reptilia. Kura-kura adalah jenis reptilia (Goin & Zug 1993, Iskandar 2000). Secara popular Ernst & Barbour (1989) membedakan bangsa kura-kura menjadi empat kelompok berdasarkan habitat dan morfologinya, yaitu penyu merupakan kura-kura yang hidup dilaut (sea turtle), tortoise adalah kurakura yang hidup di darat, terrapin adalah kura-kura air tawar dan labi-labi atau bulus adalah kura-kura yang berperisai lunak (soft shelled turtle). Kehidupan kura-kura air tawar juga di pengaruhi oleh adanya parasit. Synder & Clopton (2005) melaporkan bahwa kura-kura merupakan inang bagi beberapa spesies parasit, diantaranya, Apicomplexa, Acanthocephala, Nematoda, Platyhelminthes dan beberapa jenis Arthropoda. Beberapa laporan mengenai keberadaan parasit pada C. amboinensis telah dipublikasikan. Primiati (2000) melaporkan C. amboinensis di penangkaran Banten terinfestasi oleh cacing ektoparasit yang tergolong ke dalam super famili Gyrodactiloidea, Tetraoncoidea, Acanthocotyloidea dan Dactylogroidea dengan nilai prevalensi mencapai 100% dan intensitas 4.21. Menurut cara hidupnya, parasit dapat dibedakan menjadi ektoparasit dan endoparasit (Sains & Hartini, 1999). Ektoparasit adalah parasit yang hidup di permukaan luar tubuh inang dan umumnya berasal dari anggota Filum Platyhelminthes, Nemathelminthes dan Arthropoda. Sedangkan endoparasit adalah parasit yang hidup di dalam tubuh inang yang umumnya termasuk ke dalam Filum Platyheminthes, Nemathelminthes dan Protozoa. Endoparasit dalam tubuh inang mungkin terdapat dalam macam-macam sistem peralatan tubuh yaitu sistem pencernaan, sistem sirkulasi dan sistem respirasi. Berdasarkan habitat parasit dalam tubuh inang maka analisis endoparasit dapat dilakukan melalui feses. Marquard & Petersen (2007) menyatakan bahwa feses dapat digunakan untuk mengetahui parasit yang hidup di saluran pencernaan. Infestasi parasit pada inangnya memberikan dampak yang tidak menguntungkan bagi inang. Pada tingkatan yang lebih ringan parasit menganggu ketersediaan dan dinamika sumberdaya daripada inang. Parasit menjadi salah satu faktor pengendali pertumbuhan populasi inang (Newey et al. 2005). Informasi tentang prevalensi dan pola spesifitas parasit yang menyerang kura-kura merupakan database biologi yang penting dan dapat memperkaya informasi ilmiah terutama terhadap hubungan antara inang-parasit. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi jenis parasit yang terdapat di feses Cuora amboinensis, mengkaji nilai prevalensi dan intensitas endoparasit feses Cuora amboinensis, serta mengkaji pola spesifitas parasit terhadap inang.