18 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Bali merupakan salah satu provinsi yang memiliki peran penting dalam perekonomian Indonesia, dengan sumbangan terhadap PDB nasional sebesar 8,47 persen (BPS, 2008). Kontribusi ini terutama berasal dari sektor pariwisata, sebagaimana diketahui bersama bahwa pariwisata di Bali mernupakan unggulan pariwisata nasional. Oleh karenanya pengembangan pariwisata di Bali tidak hanya menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah, namun juga perlu mendapat perhatian utama dari Pemerintah Pusat. Disamping sektor pariwisata, sektor pertanian juga memainkan peranan penting dalam perekonomian Provinsi Bali. Berdasarkan data Provinsi Bali Dalam Angka tahun 2011 dapat diungkapkan bahwa kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Provinsi Bali pada tahun 2010 sebesar 19 persen, menurun 1 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sektor pariwisata memberikan kontribusi 33 persen terhadap PDRB Provinsi Bali pada tahun 2010, meningkat 1 persen dibandingkan sektor lainnya. Kontribusi sektor lainnya, merupakan gabungan dari berbagai sektor, cukup tinggi, yakni sebesar 48 persen selama 3 tahun terakhir (periode 2008-2010). Lebih jelasnya kontribusi sektor pertanian, 19 sektor pariwisata dan sektor lainnya terhadap PDRB Provinsi Bali dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini. kontribusi sektor pertanian dalam menyerap tenaga kerja sebesar 36 persen, terus mengalami pernurunan dari tahun ke tahun, yakni menjadi sebesar 25 persen pada tahun 2010 100% 90% 80% 48% 48% 48% 32% 32% 33% 20% 20% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 19% 0% 2008 2009 2010 Pertanian Pariwisata Lainnya Sumber: BPS Provinsi Bali (2011) Gambar 1.1. Perkembangan Kontribusi Sektor Pertanian, Pariwisata dan Sektor Lainnya Terhadap PDRB di Provinsi Bali, Periode 2008-2010 Sebaliknya kontribusi sektor pariwisata dan sektor lainnya cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008, kontrubusi sektor pariwisata tarhadap PDRB Provinsi Bali sebesar 24 persen, secara persisten mengalami peningkatan, yakni menjadi 27 persen pada tahun 2011. Selanjutnya, kontribusi sektor lainnya terhadap PDRB Provinsi Bali pada tahun 2008 sebesar 40 persen, terus mengalami peningkatan sehingga pada tahun 2011 kontribusinya 20 menjadi 48%. Lebih jelasnya kontribusi sektor pertanian, sektor pariwisata dan sektor lainnya terhadap penyerapan tenaga kerja Provinsi Bali dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini. Perkembangan ekonomi Provinsi Bali yang didominasi oleh sektor pariwisata dari aspek pembentukan PDRB, tidak terlepas dari statusnya seba gai tujuan wisata dunia bahwa Bali merupakan destinasi utama, yang memiliki keindahan alam yang termasyur di dunia serta diimbangi dengan agama dan budayanya, disamping letaknya yang cukup strategis. 100% 90% 80% 40% 42% 43% 24% 24% 26% 48% 70% 60% 50% 27% 40% 30% 36% 20% 34% 31% 25% 10% 0% 2008 2009 2010 2011 Pertanian Pariwisata Lainnya Sumber: BPS Provinsi Bali (2011) Gambar 1.2. Perkembangan Kontribusi Sektor Pertanian, Pariwisata dan Sektor Lainnya Terhadap Kesempatan kerja di Provinsi Bali, Periode 2008-2011 Hal ini dapat dilihat dari jumlah wisatawan mancanegara (wisman) dan wisatawan domestik (wisdom) cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2004 kunjungan wisman ke Bali mencapai 1,460,420 orang, sedangkan tahun 2010 mencapai 2,576,142 orang atau meningkat 8.01 persen dari tahun 2009 yang mencapai 2,385,122 orang, (BPS Provinsi Bali, 2010). 21 Bali memiliki pos isi cukup strategis dalam membangun perekonomian nasional melalui pertanian dan pariwisata serta didukung oleh letak geografis yang terdiri dari pulau besar yaitu pulau Bali, dan pulau-pulau kecil yang ada di sekitarnya antara lain, Pulau Nusa Penida, Pulau Nusa Ceningan, Pulau Nusa Lembongan, Pulau Serangan, dan Pulau Menjangan dengan keindahan alam yang menjadi daya tarik untuk tempat berwisata. Dengan luas wilayah secara keseluruhan sebesar 5.636,66 km2 atau sebesar 0,29 persen dari luas kepulauan Indo nesia (BPS-Bali, 2008). Kepemerintahan Provinsi Bali saat ini terbagi menjadi delapan kabupaten, yakni Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar, Klungkung, Bangli, Buleleng, Karangasem, dan Kota Denpasar yang juga merupakan Ibu Kota Provinsi. Masing- masing kabupaten mempunyai keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif untuk menarik wisatawan. Sementara itu, sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar terhadap pereko nomian Bali karena Bali dianugerahka n tanah yang subur dan pertanian merupaka n way of life masyarakat Bali. Masyarakt Bali sejak jaman dahulu telah menjadikan pertanian sebagai sumber mata pencaharian utama. Segala sendi kehidupan termasuk budaya dan upacara keagamaan pada prinsipnya terkait dengan aktivtitas pertanian. Sampai saat ini, pertanian masih tetap dipertahankan di Provinsi Bali dan memberikan kontribusi yang besar terhadap perekonomian. Tata cara pengelolaan usaha pertanian masih tetap memegang teguh prinsip-pr insip yang telah berlaku sejak jaman da hulu. Seba gai contoh, dalam pengelolaan air, para petani di Bali mempunyai organisasi desa yang dikenal dengan SUBAK, sehingga masalah air dalam pertanian telah dibagi berdasarkan luas areal. Prinsip-prinsip pengelolaan yang memegang teguh 22 kearifan lokal ini yang menjadikan sektor pertanian tetap tumbuh dan berkembang sampai saat ini. Berdasarka n uraian yang telah dijelaska n, terliha t ba hwa struktur perekonomian Bali mempunyai ka rakteristik yang unik dibandingkan dengan provinsi lainnya di Indonesia. Perekonomian Bali dibangun dengan mengandalkan industri pariwisata sebagai leading sector dari aspek PDRB (pertumbuhan ekonomi) dan sektor pertanian merupakan sektor yang dapat menyerap jumlah Tenaga tenaga kerja yang cukup besar dan secara langsung dapat mendukung industri pariwisata tersebut. Mencermati besarnya kontribusi sektor pertanian dan sektor pariwisata terhadap perumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja di Provinsi Bali, maka sudah selayaknya Pemerintah Provinsi Bali memberikan proporsi yang lebih besar terhadap investasi pada kedua sektor tersebut, termasuk mendorong masuknya investasi swasta (investasi swasta domestik dan luar negeri). Berdasarkan Data Provinsi Bali Dalam Angka (BPS Provinsi Bali, 2011), pada tahun 2004 investasi domestik di Provinsi Bali sebesar Rp 952.12 miliar, meningkat menjadi Rp 4,210.16 miliar pada tahun 2010. Demikian juga dengan investasi luar negeri meningkat dari Rp 66.14 miliar pada tahun 2004, menjadi Rp 1,787.12 pada tahun 2010. Hal menarik lain dari uraian sebelumnya adalah telah terjadi perubahan struktural dalam perekonomian Bali, khus usnya dilihat dari kontribusi sektor pertanian dan sektor pariwisata dari aspek kesempatan kerja. Pada tahun 2011, dominasi sektor pertanian dari aspek kesempatan kerja pada tahun-tahun sebelumnya telah digantikan oleh sektor pariwisata. Sementara itu, dari aspek 23 kontribusi terhadap PDRB, kontribusi sektor pariwisata cenderung memperkokoh dominasinya yang diperlihatkan oleh kontribusi terhadap sektor ini yang cenderung mengalami peningkatan, sedangkan kontribusi sektor pertanian yang cenderung mengalami penurunan. Djojohadikusumo (1994) struktur pereko nomian suatu negara atau wilayah terjadi apabila terjadi perubahan mendasar dari kontribusi sektoral baik dari aspek kesempatan kerja maupun pertumbuhan eko nomi. Adanya perubahan ekonomi tersebut akan memberikan dampak terhadap struktur perekonomian lainnya yang meliputi struktur permintaan barang dan jasa, struktur ekspor dan impor, struktur ketenagakerjaan, baik manurut sektor maupun lapangan usaha. Aspek penting lainnya yang perlu dipertimbangkan dalam pembangunan ekonomi adalah pemerataan pendapatan. Para pemikir aliran Strukturalis menyatakan bahwa pemerataan pe ndapatan ya ng lebih adil di negara- negara sedang berkembang tidak dapat dinomorduakan, karena hal tersebut merupakan syarat yang harus dipenuhi guna menunjang pertumbuhan ekonomi. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa (Todaro, 2000): Pertama, kesenjangan yang besar dan kemiskinan yang meluas telah menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga masyarakat miskin tidak memiliki akses terhadap kredit, tidak mampu membiayai pendidikan anak-anaknya dan memperoleh pelayanan kesehatan yang baik. Kedua, masyarakat yang berpendapatan tinggi di negara-negara sedang berkembang tidak dapat sepenuhnya diharapkan untuk menabung dan menanamkan modalnya dalam perekonomian domestik. Seringkali banyak tuan tanah, pengusaha, politisi korup dan golongan elit kaya lainnya melakukan pemborosan dengan membelanjakan pendapatannya untuk membeli barang- 24 barang impor yang serba mewah dan berpesiar ke luar negeri. Di samping itu karena alasan-alasan keamanan mereka lebih suka menabung dan menginvestasikan uang atau hartanya di luar negeri. Ketiga, rendahnya pendapatan dan taraf hidup masyarakat miskin yang terwujud berupa kondisi kesehatan yang buruk, kurang gizi dan pendidikan yang rendah, justru menurunkan produktivitas mereka sehingga mengakibatkan rendahnya pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Keempat, upa ya-upa ya untuk menaikkan tingkat pendapatan penduduk miskin akan merangsang permintaan terhadap produk-produk domestik daripada golongan masyarakat kaya yang cenderung membelanjakan pendapatannya pada barang-barang impor yang serba mewah. Dan kelima, terciptanya distribusi pendapatan yang lebih adil melalui upaya- upaya pengentasan kemiskinan akan memberikan banyak insentif materil dan psikologis sehingga mempercepat kemajuan ekonomi. Distribusi pendapatan yang tidak merata akan membuat frustrasi dan sikap antipati terhadap upa ya- upaya pembangunan, yang merupakan sebuah bom waktu yang siap meledak setiap saat. 1.2. Rumusan mas alah Besaran kontribusi sektor pertanian dan sektor pariwisata di Bali berdasarkan perhitungan pangsa PDRB dan pangsa kesempatan kerja yang telah dijelaskan di atas belum secara penuh dapat memberikan rekomendasi bahwa kedua sektor tersebut merupakan sektor prioritas dalam pembangunan ekonomi Bali. Secara teoretis, perhitungan kontribusi berdasarkan pangsa sektoral hanya menggambarkan efek langsung (direct effect) dari pengembangan suatu sektor. Dalam kerangka pemikiran ekonomi regional suatu sektor dinyatakan sebagai 25 sektor prioritas (sektor andalan) diukur oleh total effect (efek total). Total efek merupakan penjumlahan dari nilai direct effect dan indirect effect (efek tidak langsung). Sektor prioritas perlu ditetapkan dalam pembangunan ekonomi suatu wilayah dalam rangka untuk menetapkan besarnya sumberdaya yang harus dialokasikan (stimulus ekonomi oleh pemerintah) didasarkan pada pertimbangan adanya constraint (keterbatasan) sumberdaya yang dimiliki. Untuk memahami konsep ini, pendekatan teori unbalanced growth theory (teori pertumbuhan tidak seimbang) yang dikemukakan oleh Hirschman digunakan. Teori pertumbuhan tidak seimbang merupakan suatu strategi yang mengemba ngka n sektor yang memiliki keterkaitan kuat, baik keterkaitan ke belakang (backward linkage) maupun keterkaitan ke depan (forward linkage). Menurut Hirscman dalam Jhingan (2003) da n Arief (1998) investasi pada industri atau sektor-sektor perekonomian yang strategis dan berhubungan satu dengan yang lain melalui keterkaitan (linkage) akan menghasilkan kesempatan investasi baru dan membuka jalan bagi pembangunan ekonomi lebih lanjut. Berdasarkan penjelasan ini dapat dinyatakan bahwa sektor pertanian dan sektor pariwisata merupakan sektor andalah di Provinsi Bali masih merupakan sebuah hipotesis. Oleh karenanya dalam penelitian ini perlu dipertanyakan apakah benar sektor pertanian dan sektor pariwisata merupakan sektor andalan di Provinsi Bali berdasarkan konsep unbalance growth theory? Hal ini dapat dibuktikan dengan menghitung kontribusi sektor pertanian dan pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja di Bali dengan menghitung nilai total multiplier (total efek), efek langsung dan efek tidak langsung. 26 Sektor pertanian merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang perkembangannya juga didorong oleh sektor pariwisata dan sebaliknya, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Hubungan langsung maupun tidak langsung antara kedua sektor dapat dipandang sebagai hubungan yang bersinergi, karena masing- masing sektor mempunyai keterkaitan ke depan dan keterkaitan ke belakang terhadap pasar output dan pasar input. Di lain pihak kedua sektor juga bisa berkompetisi, misalnya sehubungan dengan kompetisi penggunaan lahan. Awalnya lahan diperuntukkan bagi lahan pertanian, namun letak lahan yang strategis menyebabka n terjadi alih fungs i lahan menjadi restoran atau hotel. Walaupun Pemerintah Provinsi Bali tidak mengizinkan terjadinya konversi lahan yang subur menjadi sarana dan prasarana pariwisata, namun permasalahan tersebut tetap saja terjadi. Oleh karenanya dalam penelitian ini perlu dipertanyakan berapa besar tingkat keterkaitan antara sektor pertanian dan sektor pariwisata? Mengacu pada pemikiran Aliran Strukturalis yang telah dikemukan sebelumnya bahwa pembangunan ekonomi tidak hanya menekankan pada aspek pertumbuhan semata, namun aspek distribusi pendapatan juga perlu mendapat perhatian. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi yang dicapai hendaknya sejalan dengan pemerataan pendapatan berbagai golongan masyarakat. Oleh karenanya dalam penelitian ini perlu dipertanyakan bagaimana kontribusi pembangunan sektor pertanian dan sektor pariwisata di Provinsi Bali terhadap distribusi pendapatan masyarakat? Untuk mempercepat pembanguna n ekonomi suatu wilayah maka intervensi pemerintah merupakan suatu keniscayaan. Dengan adanya intervensi pemerintah dapat mendorong pembangunan ekonomi sektoral lebih tinggi dan lebih cepat. 27 Intervensi pemerintah yang bersifat ekspansif dalam bentuk memberikan stimulus ekonomi, khususnya pada sektor pertanian dan sektor pariwisata, diyakini akan mampu meningkatkan kontribusi kedua sektor ini lebih besar daripada sektor- sektor lainnya dari aspek pertumbuhan ekonomi dan penciptaan kesempatan kerja. Disamping itu, kedua sektor ini diyakini memberikan kontribusi terhadap pendapatan seluruh golongan masyarakat. Oleh karenanya dalam penelitian ini perlu dipertanyakan bagaimana dampak stimulus ekonomi (investasi) pemerintah pada sektor pertanian dan sektor pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja dan distribusi pendapatan masyarakat di Provinsi Bali? 1.3. Tujuan dan Manfaat Pe nelitian Secara umum tujuan dari studi ini adalah untuk menganalisis peranan sektor pertanian dan sektor pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja, dan distribusi pendapatan di Provinsi Bali. Secara spesifik tujuan dari pe nelitian ini adalah untuk: 1. Menganalisis peranan sektor pertanian dan pariwisata dalam pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja di Provinsi Bali. 2. Menganalisis keterkaitan antarsektor dalam perekonomian provinsi Bali, terutama sektor pertanian dan pariwisata. 3. Menganalisis peranan sektor pertanian dan pariwisata dalam distribusi pendapatan masyarakat di Provinsi Bali. 4. Menganalisis dampak stimulus ekonomi (investasi) oleh pemerintah pada sektor pertanian dan pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja dan distribusi pendapatan di Provinsi Bali. 28 5. Merumuskan implikasi kebijakan pembangunan sektor pertanian dan sektor pariwisata yang mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja yang tinggi serta distribusi pendapatan yang merata. Manfaat hasil penelitia n ini adalah pema haman yang lebih me ndala m bagi masyarakat mengenai peran sektor pertanian dan sektor pariwisata dalam perekonomian Bali. Bagi pemerintah Daerah Bali, manfaat hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan dalam menentukan prioritas kebijakan pengembangan sektor pertanian dan sektor pariwisata yang lebih efektif dalam mendorong perekono mia n Ba li itu send ir i. 1.4. Ruang Lingk up dan Keterbatas an Penelitian Analisis dampak pengembangan sektor pertanian dan sektor pariwisata dalam penelitian ini diarahkan pada pengembangan infrastruktur untuk ke dua sektor tersebut, dengan menggunakan model Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) atau Social Accounting Matrix (SAM). Model ini digunakan untuk menganalisis peranan sektor pertanian dan sektor pariwisata dalam pembentukan output, kese mpatan kerja dan distr ibusi pendapatan serta perannya dala m meningkatkan pendapatan sektor-sektor lain dalam perekonomian Bali. Sektor pertanian didisagrgasi menjadi subsektor Tanaman Bahan Makanan, subsektor Perkebunan, subsektor Kehutanan, sub sektor Peternakan dan subsektor Perikanan, sedangkan sektor pariwisata didisagregasi ke dalam subsektor Industri Makanan, Minuman dan Tembakau, subsektor Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Alas Kaki dan Barang dari Kulit, sub sektor Industri Kerajinan dari Bahan Galian, subsektor Industri Barang 29 Perhiasan, subsektor Restoran, Rumah Makan dan Warung, subsektor Hotel Bintang, subsektor Travel Biro dan subsektor Atraksi Budaya. Disagregasi sektor pariwisata dilandasi oleh besar dan ragamnya konsumsi yang paling dominan dilakukan oleh wisatawan di Bali. Sela in itu dengan me ngko mbinasikan model SNSE denga n data SUSENAS penelitian ini juga menganalisis dampak kebijakan ekonomi di sektor pertanian dan sektor pariwisata terhadap output, tenaga kerja dan distribusi pendapatan. Kebijakan ekonomi yang dimaksud secara umum meliputi kebijakan: (1) peningkatan investasi di sektor pertanian, (2) peningkatan investasi di sektor pariwisata, (3) redistribusi pendapatan dari rumah tangga go lo nga n atas ke ruma h tangga golongan rendah. Ana lis is juga d ilakuka n untuk mengetahui arah stimulus pada sektor pertanian dan sektor pariwisata yang d itransmisikan ke rumah tangga. Keterbatasan utama dari studi ini terutama berkaitan dengan ketersediaan data untuk pe ndisagregasian sektor pertanian dan sektor pariwisata serta keterbatasan dala m me lak ukan skenar io kebijaka n yang terkait dengan keterbatasan mode l SAM/SNSE.