BAB 1

advertisement

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
PT Multi Makmur Indah Industri adalah perusahaan yang bergerak di bidang
manufaktur
anufaktur dengan produk berupa kaleng kemasan. Sehingga keberadaan warehouse
sangat penting. Sebagian besar biaya yang dikeluarkan untuk warehouse adalah pada
pekerjaan manual, yang sebagian besar dihabiskan untuk order-picking, yang dihabiskan
untuk perjalanan pengambilan.
Order-picking sudah lama diidentifikasi sebagai pekerjaan paling intensif dan
paling membutuhkan biaya untuk hampir semua warehouse; biaya untuk order-picking
diperkirakan sebanyak 55% dari total pengeluaran operasional warehouse. Karena banyak
perusahaan mencari cara untuk memangkas biaya dan meningkatkan produktivitas dalam
warehouse dan pusat distribusi, pengawasan terhadap order-picking meningkat. Beberapa
kecenderungan belakangan ini pada manufaktur maupun distribusi telah membuat
manajemen dan rancangan order-picking menjadi lebih penting dan kompleks. Dalam
manufaktur, ada pemindahan ke lot-size yang lebih kecil, pengiriman point-of-use,
point-of-use
pesanan dan produk sesuai permintaan, dan pengurangan cycle time. Dalam distribusi
logistik, dalam usahanya untuk melayani pelanggan, perusahaan cenderung menerima
pesanan terlambat sementara menyediakan pengiriman yang cepat dan tepat waktu.
Berdasarkan ELA / AT Kearney (2004), warehouse berkontribusi sekitar 20%
terhadap biaya logistik pada perusahaan yang disurvey pada tahun 2003 (aktivitas lain
yang ditunjukkan oleh layanan nilai tambah, biaya inventori, transportasi, dan transportasi
kemasan). Warehouse tampaknya membentuk bagian yang penting dalam sistem logistik
perusahaan. Warehouse umumnya digunakan untuk menyimpan atau buffering produk
(bahan baku, barang dalam proses, atau barang jadi) pada dan antara titik asal dan titik

1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2

pemakaian. Istilah 'warehouse' digunakan jika fungsi utamanya adalah sebagai buffer dan
penyimpanan. Jika tambahan distribusi adalah fungsi utmanya, istilah 'distribution centre'
yang digunakan, sementara pusat 'transhipment', 'crossdock', atau 'platform' sering
digunakan jika peran penyimpanan sangat jarang digunakan. Karena kita akan fokus pada
order-picking dari inventory maka yang akan gunakan adalah istilah 'warehouse'.
Lambert et al. (1998) menyebutkan terdapat lebih dari 750.000 fasilitas warehouse di
seluruh dunia. Warehouse sering berkaitan dengan investasi dan biaya operasi yang besar
(misalnya, biaya lahan, peralatan fasilitas, pekerja, dan sebagainya). Jadi kenapa
warehouse harus ada? Menurut Lambert et al. (1998) warehouse berkontribusi pada
banyak misi perusahaan, seperti:
•
Mencapai ekonomisasi transportasi.
•
Mencapai ekonomisasi produksi.
•
Mengambil keuntungan dari pembelian diskon dan forward buys.
•
Mendukung kebijakan pelayanan pelanggan perusahaan.
•
Menghadapi perubahan kondisi dan ketidakpastian pasar.
•
Mengatasi perbedaan waktu dan jarak yang ada pada produsen dan pelanggan.
•
Mencapai biaya total konsumsi logistik terkecil dengan tingkatan pelayanan
pelanggan yang diinginkan.
•
Mendukung program just-in-time dari pemasok dan pelanggan.
•
Menyediakan produk gabungan daripada produk tunggal bagi pelanggan pada
setiap pesanan.
•
Menyediakan tempat penyimpanan sementara untuk material yang akan
dimusnahkan atau didaur-ulang.
•
Penyediakan lokasi buffer untuk transhipment.
Pada beberapa situasi keadaan istimewa (misalnya: lean manufacturing, inventori
virtual, cross-docking), fungsi penyimpanan pada rantai pasokan dapat dikurangi. Tetapi,
dalam hampir semua rantai pasokan, bahan baku, suku cadang, dan inventori produk
masih perlu disimpan atau buffer, menunjukkan bahwa warehouse diperlukan dan
mempunyai peran kritikal pada kesuksesan logistik perusahaan.


http://digilib.mercubuana.ac.id/
3

Banyak warehouse yang lebih kecil digantikan dengan warehouse lebih besar yang
lebih banyak dengan alasan untuk mencapai skala ekonomis. Dalam warehouse besar ini,
pengambilan harian berjumlah besar dan rentang waktu yang tersedia singkat. Agar lebih
responsif pada pelanggan, banyak perusahaan telah mengadopsi strategi penundaan (Van
Hoek, 2001) yang menuntun pada berbagai aktivitas penambah nilai (value-adding
activity) yang terjadi pada pusat distribusi dan yang mana harus dijadwalkan dan
diintegrasikan pada proses order-picking. Warehouse juga berperan dalam perbaikan
produk, material, product-carriers, dari pelanggan untuk mendistribusikan lagi kepada
pelanggan lain, pendaur-ulang, dan pembuat perlengkapan asal (De Koster, et al., 2002).
Pentingnya keberadaan warehouse tidak bisa disangkal, namun besarnya biaya
yang terserap juga tidak bisa diabaikan. Untuk itu banyak penelitian yang dimaksudkan
untuk mengoptimalisasi kegiatan yang berjalan di. Walaupun beebrapa studi kasus
menunjukkan bahwa aktivitas lain selain perjalanaan bisa berkontribusi banyak pada
waktu order-picking (Dekker et al. 2004, De Kostner et al. 19990, perjalanan seringnya
adalah komponen utama. Berdasarkan Bartholdi and Hackman (2005) 'waktu perjalanan
adalah waste. Menghabiskan waktu kerja tapi tidak menambah nilai'. Sehingga
merupakan kandidat pertama dalam improvement.
Aktivitas utama warehouse meliputi: menerima, meneruskan dan menyimpan,
order-picking atau seleksi, akumulasi atau pemilihan, cross-docking, dan shipping.
warehouse.
Order-picking atau pemilihan adalah aktivitas terbesar dalam kebanyakan warehouse
Termasuk di dalamnya adalah proses mengambil jumlah dan produk yang tepat untuk
pesanan pelanggan. Order-picking melibatkan proses pengelompokkan dan penjadwalan
pesanan pelanggan, menentukan stock pada lokasi untuk order line, mengambil bahan
dari lokasi penyimpanan dan pembuangan dari bahan yang dipilih.
Tujuan yang paling umum dari sistem order-picking adalah untuk memaksimalkan
tingkatan pelayanan subyek hingga kendala sumber daya seperti pekerja, mesin, modal
(Goetschalckx and Ashayeri, 1989). Tingkat pelayanan terdiri dari beberapa faktor seperti
variasi dan rata-rata waktu pengiriman pesanan, keutuhan pesanan, dan akurasi.
Hubungan krusial antara order-picking and tingkat pelayanan adalah semakin cepat
pesanan didapatkan, semakin cepat pesanan tersebut tersedia untuk dikirimkan pada
pelanngan. Jika pesanan melewati batas waktu pengiriman, maka harus menunggu hingga
waktu pengiriman selanjutnya. Juga, waktu pengambilan yang singkat berarti fleksibilitas
yang tinggi untuk menangani perubahan pesanan yang terlambat. Meminimalisasi waktu
pengabilan order (atau picking time) perlu untuk order-picking.


http://digilib.mercubuana.ac.id/
4

Rancangan sistem order-picking yang sebenarnya sering kali rumit, dikarenakan
luasnya spektrum dari faktor internal dan eksternal dengan pengaruh pilihan rancangan.
Berdasarkan Goetschalckx dan Ashayeri (1989) faktor eksternal yang mempengaruhi
aliran pemasaran, pola permintaan pelanggan, serta keadaan ekonomi. Faktor internal
termasuk di dalamnya sistem karakteristik, organisasi, dan kebijakan operasional dalam
sistem picking-order. Sistem karakteristik terdiri atas tingkatan mekanisme, ketersediaan
informasi dan dimensi warehouse. Keputusan masalah yang berhubungan dengan faktorfaktor ini sering dipertimbangkan pada tingkatan perancangan. Organisasi dan kebijakan
operasional berisi terutama oleh lima faktor: routing, routing, batching, zoning, dan order
realease mode.
Pada sistem order-picking manual-pick, waktu perjalanan adalah peningkatan
fungsi dari jarak tempuh perjalanan (contohnya pada, Jarvis and McDowell 1991, Hall
1993, Petersen 1999, Roodbergen and De Kostner 2001, Petersen and Aasen 2004).
Akibatnya, jarak perjalan banyak digunakan dalam literatur order-picking: rata-rata jarak
perjalanan dari pengambilan order (atau average trour length) dan total jarak perjalanan.
Untuk muatan pengambilan (set pesanan), meminimalkan average tour length sama
dengan meminimalkan jarak tempuh perjalanan total. Agar order-picking dapat
beroperasi secara efisien, proses order-picking harus dirancang dengan kokoh dan
dikendalikan dengan optimal, salah satunya yaitu dengan menggunakan metode routing
yang optimal.
Tujuan dari kebijakan routing adalah untuk mengurutkan barang pesanan yang ada
pada pick list untuk memastikan rute yang baik melewati warehouse. Masalah pada rute
order picking adalah sebuah kasus khusus yang disebut Travelling Salesman Problem,
yang dideskripsikan dengan seituasi seperti berikut. Penjual, mulai dari kota asalnya,
harus mengunjungi beberapa kota masing-masing tepat satu kali, kemudian kembali pada
kota aslanya. Ia mengetahui jarak dari masing-masing kota dan ingin menentukan urutan
kota yang akan dikunjungi sehingga total jarak perjalanannya sekecil mungkin. Order
picker mulai dari depot (kota asal), dimana ia mendapatkan pick list, harus mengunjungi
semua lokasi, dan akhirnya kembali ke depot.
Pada prakteknya masalah rute order picking di warehouse umumnya diselesaikan
secara heuristis. Petersen (1997) membawa percobaan numeris untuk membandingkan
enam metode routing: S-shape, return, largest gap, mid-point, composite (combined) dan
optimal dalam situasi dengan penyimpanan acak. Ia menyimpulkan bahwa solusi heuristis
berada pada 5% di atas solusi optimal.


http://digilib.mercubuana.ac.id/
5

Penelitian ini akan lebih jauh menganalisis permasalahan rute order picking di
warehouse PT. Multi Makmur Indah Industri dengan judul Analisa Jarak Tempuh dengan
Metode Routing.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian singkat pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah
pada penelitian ini adalah membandingkan jarak atau waktu optimal yang ditempuh oleh
metode routing S-shape, return, dan optimal dari beberapa picking order.
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk memudahkan penulis dalam menyelesaikan penelitian ini, maka dalam hal
ersebut penulis membatasi pembahasan permasalahan pada poin-poin berikut :
tersebut
1. Data yang diambil mencakup data jarak yang diuji warehouse bahan baku dan
picking order. Penelitian dilakukan pada jarak tempuh yang dibutuhkan untuk
masing-masing picking order.
2. Kondisi alat, personil dan lingkungan untuk pengujian dalam keadaan baik.
3. Metode yang digunakan adalah metode routing S-shape, return, dan optimal.
1.4. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
a) Mendapatkan waktu atau jarak terpendek untuk order picking dengan
metode routing pada warehouse PT. Multi Makmur Indah Industri .
b) Untuk memantapkan pemahaman mahasiswa terhadap pengetahuan teori
yang diperoleh selama masa perkuliahan.
1.5
Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan untuk penelitian dan analisis menggunakan
beberapa cara yaitu :
a. Studi Lapangan.
Studi lapangan dilakukan untuk mendapatkan data-data dan informasi yang
diperlukan dalam penelitian ini dilakukan dengan meninjau langsung ke lokasi
penelitian.
b. Studi Pustaka.


http://digilib.mercubuana.ac.id/
6

Studi pustaka dilakukan dengan membaca dan mempelajari buku-buku referensi
yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas dan digunakan dalam
memecahkan masalah pada penelitian ini.
c. Wawancara
Merupakan suatu cara untuk mendapatkan data atau informasi dengan tanya
jawab secara langsung pada orang yang mengetahui tentang objek yang diteliti.
Dalam hal ini adalah dengan karyawan di warehouse bahan baku.
1.6
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan penelitian ini terdiri dari enam bab. Aspek-aspek
dari
ari laporan penelitian ini secara keseluruhan adalah:
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang masalah, pokok
permasalahan, tujuan penelitian, pembatasan masalah dan metodologi
penulisan serta sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab kedua berisi pembahasan teori yang mendukung pemahaman dan
penyelesaian akan data-data yang telah didapatkan lewat penelitian
yang akan disajikan pada bab tiga.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ketiga dalam laporan ini, penulis akan memberikan metode
pelaksanaan yang dilakukan dalam Analisa Jarak Tempuh dengan
Metode Routing di PT. Multi Makmur Indah Industri.
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Pada bab empat akan disajikan data yang telah dikumpulkan dan
dilakukan pengolahan dari data yang telah diperoleh.
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini menyajikan analisis dan pembahasan terhadap masalah yang
terjadi dan berisi tentang implementasi serta penyelesaian terhadap
masalah.


http://digilib.mercubuana.ac.id/
7

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan bab yang berisikan suatu kesimpulan dari hasil
analisis dan pembahasan yang telah diperoleh pada bab sebelumnya
disertai dengan saran-saran yang diusulkan penulis, baik untuk pihak
perusahaan maupun pengembangan penelitian selanjutnya.


http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download