PENGARUH CURRENT RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO, RENTABILITAS EKONOMI, DAN RETURN ON EQUITY TERHADAP DIVIDEND PER SHARE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAPAT DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2010 – 2012 SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro Disusun oleh : UNIK AGUSTINA B11.2010.01914 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG 2014 PENGARUH CURRENT RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO, RENTABILITAS EKONOMI, DAN RETURN ON EQUITY TERHADAP DIVIDEND PER SHARE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAPAT DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2010 – 2012 SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro Disusun oleh : UNIK AGUSTINA B11.2010.01914 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG 2014 ii PERSETUJUAN USULAN SKRIPSI Nama : Unik Agustina NIM : B11.2010.01914 Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Program Studi : Manajemen S-1 Judul Skripsi : PENGARUH CURRENT RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO, RENTABILITAS EKONOMI, DAN RETURN ON EQUITY TERHADAP DIVIDEND PER SHARE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAPAT DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2010 – 2012 Dosen Pembimbing : Mahmud, SE.,MM Semarang, 11 Februari 2014 Dosen Pembimbing ( iii ) PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Unik Agustina NIM : B11.2010.01914 Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Program Studi : S-1 Manajemen Judul Skripsi : PENGARUH CURRENT RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO, RENTABILITAS EKONOMI, DAN RETURN ON EQUITY TERHADAP DIVIDEND PER SHARE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAPAT DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2010 – 2012 Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri, apabila di kemudian hari ditemukan adanya bukti plagiasi, manipulasi dan / atau pemalsuan data maupun bentuk-bentuk kecurangan lain, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Ekonomi Universitas Dian Nuswantoro Semarang. Semarang, 11 Februari 2014 ( Unik Agustina) iv PENGESAHAN SKRIPSI Nama : Unik Agustina NIM : B11.2010.01914 Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Program Studi : S-1 Manajemen Judul Skripsi : PENGARUH CURRENT RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO, RENTABILITAS EKONOMI, DAN RETURN ON EQUITY TERHADAP DIVIDEND PER SHARE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAPAT DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2010 – 2012 Dosen Pembimbing : Mahmud,SE.,MM Semarang, 11 Februari 2014 Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi Dosen Pembimbing ( Dr. Agus Prayitno ) (Mahmud, SE, MM) v PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN SKRIPSI Nama : Unik Agustina NIM : B11.2010.01914 Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Program Studi : S-1 Manajemen Judul Skripsi : PENGARUH CURRENT RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO, RENTABILITAS EKONOMI, DAN RETURN ON EQUITY TERHADAP DIVIDEND PER SHARE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAPAT DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2010 – 2012 Telah dinyatakan lulus ujian pada tanggal Januari 2014 Tim Penguji *) : 1. Mahmud, SE, MM ( …………………… ) 2. GuruhTaufan Hariyadi, SE, M.Kom ( …………………… ) 3. Hertiana Ikasari, SE, M.si ( …………………… ) vi MOTTO 1. Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok adalah harapan. 2. Harga kebaikan manusia diukur menurut apa yang telah dilakukannya atau diperbuatnya. 3. Berusahalah jangan sampai terlengah walau sedetik saja, karena atas kelengahan kita tak akan bias dikembalikkan seperti semula. 4. Manusia tak selamanya benar dan tak selamanya salah, kecuali ia yang selalu mengoreksi diri dan membenarkan kebenaran orang lain atas kekeliruan diri sendiri. 5. Jadilah seperti karang di lautan yang kuat dihantam ombak dan kerjakanlah hal yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain, karena hidup hanyalah sekali. Ingat hanya pada Allah apapun dan di manapun kita berada kepada Dia-lah tempat meminta dan memohon. 6. Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah. (Thomas Alva Edison) vii ABSTRAKSI Dividen adalah suatu bentuk pembayaran yang dilakukan oleh perusahaan baik dalam bentuk kas maupun saham kepada para pemegang saham suatu perusahaan sebagai proporsi dari jumlah saham yang dimiliki oleh pemilik. DividenPer Share merupakan total semua dividen yang dibagikan pada tahun buku sebelumnya, baik dividen intern, dividen total atau dividen saham. Dividend Per Share yang tinggi mencerminkan perusahaan memiliki prospek yang baik karena dapat membayarkan Dividend Per Share dalam jumlah yang tinggi. Hal ini akan menarik investor untuk membeli saham perusahaan. Dividend Per Shar esebagai variabel dependennya karena ingin mengukur besarnya dividen tunai per lembar saham yang diterima oleh pemegang saham. Selain itu pembagian dividen dalam bentuk saham mempunyai kelebihan yaitu sering digunakan oleh emiten untuk membagikan labanya karena perusahaan karena tidak perlu menggunakan dana eksternal untuk membagikan dividen bagi pemegang saham. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2010 sampai dengan 2012 yang mempublikasikan laporan keuangannya dalam Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2010 - 2012. Jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010 - 2012 adalah sebanyak 146 perusahaan. Sedangkan sampel yang memenuhi syarat yang digunakan dalam penelitian ini sejumlah 24 perusahaan manufaktur. Model yang digunakan adalah Regresi Linear Berganda. Hasil analisis menunjukkan secara simultan variabel Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Rentabilitas Ekonomi dan Return On Equity berpengaruh signifikan terhadap Dividend Per Share. Variabel Debt to Equity Ratio dan Rentabilitas Ekonomi berpengaruh signifikan terhadap Dividend Per Share. Sedangkan secara parsial variabel Current Ratio dan Return On Equity tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Kata Kunci : Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Rentabilitas Ekonomi, Return On Equity dan Dividend Per Share viii ABSTRACT Dividend is a form of payments made by company either in cash money and shares to the shareholders an enterprise as a proportion of the number of shares owned by owner. Dividenper share is the total of all dividends on previous accounting year, both dividends internal matters, total dividends or dividends share. Dividend per share reflects high the company has a fine prospect because it can pay dividend per share amounts of high. This will attract investor to buy company shares. Dividend per shar esebagai variable dependennya for want of measure the magnitude of cash dividend a share earned by shareholders. Besides dividend in the form of shares have excess which is often used by issuers to allot his earnings because the company for not need to use the external to pay a dividend for the shareholders. Population used in this research is all manufacturing companies listed on the indonesia stock exchange (BEI) of 2010 until 2012 publish financial report in international capital markets directory (ICMD) in 2010 - 2012. The manufacturing companies listed on the indonesia stock exchange (BEI) period of 2010 - 2012 is as many as 146 company. The samples qualified used in this research several manufacturing companies 24. Model used multiple is linear regression. The analysis showed the variables simultaneously Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Economic Profitability and Return on Equity significant effect on the Dividend Per Share. Debt to Equity Ratio Variables and Economic Profitability significant effect on the Dividend Per Share. While partially variable current ratio and return on equity no significant effect on the dependent variable. Keywords : Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Rentabilitas Ekonomi, Return On Equity dan Dividend Per Share ix KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “PENGARUH CURRENT RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO, RENTABILITAS EKONOMI, DAN RETURN ON EQUITY TERHADAP DIVIDEND PER SHARE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAPAT DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2010 - 2012”. Skripsi ini penulis susun, guna memenuhi salah satu syarat dalam mencapai gelar Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Manajemen Universitas Dian Nuswantoro Semarang. Peran serta berbagai pihak turut menentukan terselesaikannya penulisan skripsi ini, untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Dr. Ir. Edi Noersasongko, M. Kom., selaku Rektor Universitas Dian Nuswantoro Semarang. 2. Bapak Dr. Agus Prayitno selaku Dekan Universitas Dian Nuswantoro Semarang. 3. Bapak Mahmud, SE, MM, selaku Dosen Pembimbing Fakultas Ekonomi Universitas Dian Nuswantoro Semarang 4. Bapak Guruh Taufan Hariyadi, SE, M.Kom dan Ibu Hertiana Ikasari, SE, M.Si selaku Dosen Penguji. 5. Seluruh Dosen dan Karyawan pada Universitas Dian Nuswantoro Semarang. 6. Kedua orang tua saya Bapak dan ibu yang saya sangat saya cinta dan hormati. x 7. Teman - teman dan sahabat saya yang selalu mendukung saya hingga skripsi ini selesai. 8. Semua Angkatan 2010 Manajemen Universitas Dian Nuswantoro Semarang yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan segala kritik dan saran yang lebih baik. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca khususnya Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro. Semarang, 11 Februari 2014 Penulis, (Unik Agustina) xi DAFTAR ISI Halaman Judul....................................................................................................... i Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi .................................................................. ii Halaman Pengesahan Skripsi ................................................................................ iii Halaman Pengesahan Kelulusan Ujian ................................................................. iv Abstraksi ............................................................................................................... v Kata Pengantar .................................................................................................... vi Daftar Tabel ........................................................................................................ xi Daftar Gambar ..................................................................................................... xii DaftarLampiran ................................................................................................... xiii BAB I : BAB II : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah ................................................................ 8 1.3 Tujuan Penelitian .................................................................... 8 1.4 Manfaat Penelitian .................................................................. 9 1.5 Sistematika Penulisan ............................................................. 10 LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori ........................................................................ 11 2.1.1 Kebijakan Dividen ...................................................... 11 2.1.2 Macam - Macam Kebijakan Dividen ......................... 12 2.1.3 Teori - Teori Kebijakan Dividen ................................. 12 2.1.3.1 Teori Ketidakrelevanan Dividen .................. 12 2.1.3.2 Teori Pendukung Kerelevanan Dividen ....... 12 xii 2.1.4 BAB III : 2.1.3.2.1 Teori Bird-in-the-hand .............................. 12 2.1.2.2.2 Teori Preferensi Pajak .............................. 13 2.1.2.2.3 Teori Signaling Hyphothesis .................... 13 2.1.2.2.3 Teori Clientele Effect ............................... 13 2.1.2.2.4 Teori Keagenan ........................................ 14 Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen ....... 14 2.2 Dividend Per Share ................................................................. 16 2.3 Current Ratio ........................................................................... 16 2.4 Debt to Equity Ratio ............................................................... 17 2.5 Rentabilitas Ekonomi .............................................................. 17 2.6 Return On Equity .................................................................... 18 2.7 Penelitian Terdahulu ............................................................... 19 2.8 Kerangka Teoritis .................................................................... 23 2.9 Hipotesis.................................................................................. 26 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .......................... 27 3.2 Penentuan Populasi dan Sampel ............................................... 32 3.3 Jenis dan Sumber Data ............................................................. 33 3.4 Metode Pengumpulan Data ...................................................... 33 3.5 Analisis Deskriptif .................................................................... 34 3.6 Uji Asumsi Klasik .................................................................... 34 3.6.1 Uji Normalitas ............................................................. 34 3.6.2 Uji Multikolinearitas ................................................... 35 3.6.3 Uji Heteroskedastisitas ................................................ 36 xiii 3.6.4 BAB IV : 3.7 Regresi Linier Berganda ........................................................... 38 3.8 Pengujian Hipotesis .................................................................. 39 3.8.1 Koefisien Determinasi (R2) ......................................... 39 3.8.2 Uji – F ......................................................................... 40 3.8.3 Uji – t .......................................................................... 40 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................ 43 4.2 Hasil Analisis Data .................................................................. 44 4.3 BAB V : Uji Autokorelasi .......................................................... 37 4.2.1 Deskripsi Hasil Penelitian ........................................... 45 4.2.2 Analisis Data ............................................................... 53 Pembahasan ............................................................................. 57 PENUTUP 5.1 Kesimpulan ............................................................................. 64 5.2 Saran ........................................................................................ 65 Daftar Pustaka Daftar Lampiran xiv DAFTAR TABEL 2.1 Penelitian Terdahulu ................................................................................... 21 3.1 Definisi Operasional..................................................................................... 31 3.2 Tabel Uji D-W.............................................................................................. 38 4.1 Daftar Sampel Perusahaan .......................................................................... 44 4.2 Deskriptif Statistik ...................................................................................... 45 4.3 Kolmogorov-Smirnov Test ......................................................................... 47 4.4 Data Outlayer .............................................................................................. 48 4.5 Uji Kolmogorov yang Sudah Dioutlayer .................................................... 48 4.6 Hasil Uji Multikolinearitas .......................................................................... 49 4.7 Hasil Uji Park .............................................................................................. 51 4.8 Tabel Ketentuan Durbin - Watson .............................................................. 51 4.9 Hasil Uji Durbin – Watson.......................................................................... 52 4.10 Koefisien Determinasi ................................................................................. 52 4.11 Hasil Uji F ................................................................................................... 53 4.12 Hasil Uji t ..................................................................................................... 54 xv DAFTAR GAMBAR 2.1 Kerangka Teoritis ....................................................................................... 26 xvi DAFTAR LAMPIRAN Lampiran I Data Perusahaan Manufaktur di BEI periode tahun 2010-2012 Lampiran II Data Variabel Dependen dan Variabel Ndependen Lampiran III Olahan Data dan Output SPSS Lampiran IV Hasil Output SPSS xvii 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal (capital market) merupakan suatu sistem keuangan yang terorganisasi. Sesuai fungsinya pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar menyediakan fasilitas yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer). Dengan adanya pasar modal maka pihak yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dana tersebut dengan harapan memperoleh imbalan (return) sedangkan pihak issuer (pihak perusahaan) dapat memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana opersi perusahaan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana (Darmadji, 2006). Salah satu tujuan perusahaan dalam manajemen keuangan adalah meningkatkan kemakmuran pemegang saham melalui peningkatan nilai perusahaan. Sedangkan nilai perusahaan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual. Nilai perusahaan tercermin dari harga saham perusahaan, dimana nilai perusahaan tersebut tidak lepas dari tiga keputusan dalam manajemen keuangan yaitu : keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan dividen. Keputusan Investasi adalah keputusan yang berkaitan dengan pengalokasian untuk 2 mendanai pembelian asset sedangkan keputusan pendanaan berhubungan dengan bagaimana mendapatkan dana untuk investasi. Kebijakan dividen menyangkut tentang masalah pengembalian laba yang diperoleh dari hasil operasi perusahaan. Laba yang diperoleh perusahaan dapat dibagi sebagai dividen atau ditahan perusahaan untuk diinvestasikan kembali (Riyanto, 2008). Dividen adalah suatu bentuk pembayaran yang dilakukan oleh perusahaan baik dalam bentuk kas maupun saham kepada para pemegang saham suatu perusahaan sebagai proporsi dari jumlah saham yang dimiliki oleh pemilik. Dividen Per Share merupakan total semua dividen yang dibagikan pada tahun buku sebelumnya, baik dividen intern, dividen total atau dividen saham. Dividend Per Share yang tinggi mencerminkan perusahaan memiliki prospek yang baik karena dapat membayarkan Dividend Per Share dalam jumlah yang tinggi. Hal ini akan menarik investor untuk membeli saham perusahaan tersebut (Brigham, 2003). Ada beberapa jenis-jenis dividen menurut (Nirwanasari, 2007) yaitu dividen kas, dividen aktiva selain kas (property dividend), dividen hutang (script dividend), dividen likuidasi, dan dividen saham. Pada pembayaran dividen, bentuk pembayaran yang paling banyak digunakan adalah dividen tunai dan dividen saham. Pada penelitian ini yang digunakan yaitu Dividend Per Share sebagai variabel dependennya karena ingin mengukur besarnya dividen tunai per lembar saham yang diterima oleh pemegang saham. Selain itu pembagian dividen dalam bentuk saham mempunyai kelebihan yaitu sering digunakan oleh emiten untuk membagikan labanya karena perusahaan karena tidak perlu menggunakan dana eksternal untuk membagikan dividen bagi pemegang saham (Intan, 2009). 3 Pembayaran dividen pada hakikatnya merupakan komunikasi secara tidak langsung kepada para pemegang saham tentang tingkat profitabilitas yang dicapai perusahaan. Pembayaran ini diambil dari sebagian keuntungan yang diperoleh perusahaan dalam kegiatan operasinya. Sedangkan sebagian lagi akan diinvestasikan untuk hal yang lebih menguntungkan. Terkait hal ini manajer keuangan sebagai orang dalam perusahaan yang mempunyai jalur informasi monopolistik tentang cash flow perusahaan. Sedangkan sebagian lagi akan diinvestasikan untuk hal yang lebih menguntungkan dan sebaiknya memilih untuk menciptakan isyarat komunikasi yang jelas mengenai masa depan perusahaan apabila mereka mempunyai dorongan yang tepat untuk melakukannya. Salah satu isyarat komunikasi yang baik yaitu melalui pembayaran dividen (Darmadji, 2006). Sumber pendanaan internal perusahaan adalah arus kas dari laba ditahan. Pendanaan internal untuk membiayai investasi, terkait dengan kebijakan dividen. Kebijakan dividen adalah keputusan manajemen tentang besar kecilnya jumlah dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham. Hal ini merupakan trade off antara jumlah keuntungan yang akan dibayarkan sebagai dividen dan jumlah keuntungan yang akan ditahan perusahaan sebagai komponen internal financing. Laba ditahan (retained earnings) merupakan salah satu sumber dana yang paling penting dalam pertumbuhan perusahaan, karena dapat digunakan untu membiayai operasi perusahaan selanjutnya. Dalam keputusan pembagian dividen perlu dipertimbangkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan. Dengan demikian laba tidak seluruhnya dibagikan ke dalam bentuk dividen namun perlu disisihkan untuk diinvestasikan kembali (Riyanto, 2008). 4 Disamping dividen, pemegang saham juga mendapatkan capital gain. Pada kebijakan dividen juga berkaitan dengan besar atau kecilnya jumlah pembayaran dividen. Maka pembagian dividen yang dilakukan oleh manejemen harus bijak, karena ini menyangkut dengan kondisi perusahaan yang akan datang. Apabila manajemen membagikan dividen kepada pemegang saham secara keseluruhannya, ini berarti perusahaan tidak memiliki dana yang akan diinvestasikan kembali ke perusahaan yang akan digunakan untuk pengembangan perusahaan kedepan. Begitu juga sebaliknya, apabila manajemen menahan dana (laba ditahan) digunakan sepenuhnya untuk pengembangan perusahaan, maka pihak pemegang saham akan menuntut bagian dari keuntungan perusahaan sasuai dengan porsi saham yang dimilikinya, sedangkan bagi kreditur, keuntungan tersebut seharusnya digunakan untuk membayar kewajiban perusahaan, baik kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang. Hal ini terjadi karena masing-masing pihak menanggung risiko yang mempunyai pengaruh tersendiri. Oleh karena itu, dalam hal pembagian dividen ini sering menimbulkan konflik yang disebut Agency Problem (Yulia Efni, 2009). Penelitian ini merupakan penelitian replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Yulia Efni dan Sri Restuti adapun judul penelitian ini adalah “PENGARUH CURRENT RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO, RENTABILITAS EKONOMI, DAN RETURN ON EQUITY TERHADAP DIVIDEND PER SHARE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAPAT DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)”. Hasil pengujian simultan pada penelitian terdapat pengaruh yang signifikan dari Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Rentabilitas Ekonomi, dan Return On Equity terhadap Dividend Per Share. Pengujian secara parsial variabel Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Rentabilitas Ekonomi tidak mempunyai 5 pengaruh yang signifikan dari variabel Debt to Equity Ratio terhadap Dividend Per Share pada perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan Return On Equity mempunyai pengaruh yang signifikan dari Return On Equity terhadap Dividend Per Share pada perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Industri manufaktur adalah suatu cabang industri yang mengaplikasikan mesin, peralatan dan tenaga kerja dan suatu medium proses untuk mengubah bahan mentah menjadi barang jadi untuk dijual. Istilah ini bisa digunakan untuk aktivitas manusia, dari kerajinan tangan sampai ke produksi dengan teknologi tinggi, namun demikian, istilah ini lebih sering digunakan untuk dunia industri, dimana bahan baku diubah menjadi barang jadi dalam skala yang besar. Manufaktur ada dalam segala bidang sistim ekonomi. Dalam ekonomi pasar bebas, manufacturing biasanya selalu berarti produksi secara massal untuk dijual ke pelanggan untuk mendapatkan keuntungan. Menurut data dari BEI, selain sektor manufaktur, sektor lainnya yaitu sektor utama yang terdiri dari sektor pertanian dan pertambangan, lalu sektor jasa yang terdiri dari sektor properti dan real estate, transportasi, keuangan, perdagangan serta investasi. Namun, penelitian ini fokus terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan manufaktur termasuk perusahaan yang banyak diminati oleh investor, karena perusahaan - perusahaan tersebut sering membagikan dividen dari tahun ketahun dari pada perusahaan - perusahaan lain yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) berdasarkan laporan keuangan perusahaan Go Public. Hal ini tentunya memberikan informasi positif bagi investor bahwa kondisi perusahaan - 6 perusahaan manufaktur cukup baik. Hal ini terlihat dari laporan keuangan perusahaan - perusahaan tersebut. Pembagian dividen yang stabil oleh perusahaan ditangkap oleh investor sebagai sinyal yang positif, karena hal ini memberikan kesan bahwa tingkat profitabilitas perusahaan cukup baik. Oleh karena itu, manajemen biasanya tetap mempertahankan pembagian dividen tersebut untuk meyakinkan investor yang akan berinvestasi. Hal ini akan membuat harga saham semakin tinggi yang merupakan harapan pemegang saham (Yulia, 2009). Pada penelitian ini faktor - faktor yang diduga mempengaruhi Dividend Per Share adalah Likuiditas Perusahaan, Struktur Modal Perusahaan, Tingkat Pengembalian Investasi, Kinerja Operasi Perusahaan, Pemanfatan Aktiva Perusahaan, Ukuran Pasar, Dividend Per Share tahun sebelumnya, ukuran perusahaan, dan faktor - faktor lainnya yang dapat mempengaruhi Dividend Per Share. Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan sebelumnya telah menginspirasi peneliti untuk membatasi faktor - faktor yang diduga berpengaruh signifikan terhadap Dividend Per Share dengan menggunakan beberapa faktor, yaitu Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Rentabilitas Ekonomi dan Return On Equity. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah terletak pada populasi dan periode data yang diambil dari data perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu periode 2010 - 2012, sedangkan penelitian terdahulu mengambil data - data dari perusahaan manufaktur yang listing yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2003 - 2005. Alasan peneliti menggunakan perusahaan manufaktur yaitu karena pada kenyataannya perusahaan manufaktur dari tahun ke tahun terus berkembang sehingga mampu bersaing di pasar domestik maupun pasar internasional sehingga kemampuan 7 perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur ini jauh akan lebih baik dalam pembagian dividen kepada para investor yang dapat terlihat dari laporan keuangan yang ada di Bursa Efek Indonesia. Variabel Debt to Equity Ratio yang merupakan indikator leverage perusahaan, menurut (Jensen, 1986) dalam (Suharli, 2006) menyatakan bahwa penerbitan hutang akan membuat dana yang tersedia untuk manajer bertambah untuk digunakan sehingga pembayaran lain (termasuk dividen tunai) ditunda sampai hutang diminimalisir atau bahkan dilunasi. Menurut (Made, 2011) menyatakan sedangkan variabel Debt to Equity Ratio, dan Earning Per Share tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Cash Dividend. Hal ini berbeda dengan penelitian (Yulia, 2009) yang mengatakan berdasarkan pengujian simultan diperoleh bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Rentabilitas Ekonomi, dan Return On Equity terhadap Dividend Per Share. Pengujian secara parsial yang pertama adalah Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Rentabilitas Ekonomi yang tidak mempunyai pengaruh yang signifikan dari variabel Debt to Equity Ratio terhadap Dividend Per Share pada perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian (Lisa Marlina, 2009) menyatakan variabel Cash Position (CP), Debt to Equity Ratio (DER) dan Return on Assets (ROA) berdasarkan hasil uji simultan (uji statistik F) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Dividend Payout Ratio (DPR). Variabel Cash Position (CP) dan Return on Assets (ROA) mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap Dividen Payout Ratio (DPR) sedangkan variabel bebas yang lain, yaitu Debt to Equity Ratio (DER) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Dividen Payout Ratio (DPR) berdasarkan hasil uji 8 parsial (Uji Statistik t). Dari permasalahan adanya perbedaan hasil penelitian terhadap Debt to Equty Ratio di atas, maka penelitian ini semakin menarik untuk dilakukan. Dari rangkuman research gap yang telah dipaparkan di atas. 1.2 Rumusan Masalah Dari perumusan masalah di atas, dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh Current Ratio terhadap Dividend Per Share pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010 - 2012 ? 2. Bagaimana pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Dividend Per Share pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010 -2012 ? 3. Bagaimana pengaruh Rentabilitas Ekonomi terhadap Dividend Per Share pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010 - 2012 ? 4. Bagaimana pengaruh Return On Equity terhadap Dividend Per Share pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010 - 2012 ? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan jawaban atas pertanyaan penelitian yang telah dipaparkan di atas, yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 9 1. Menganalisis pengaruh Current Ratio terhadap Dividend Per Share pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada sektor manufaktur periode 2010 - 2012. 2. Menganalisis pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Dividend Per Share pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada sektor manufaktur pada periode 2010 - 2012. 3. Menganalisis pengaruh Rentabilitas Ekonomi terhadap Dividend Per Share pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada sektor manufaktur periode 2010 - 2012. 4. Menganalisis pengaruh Return On Equity terhadap Dividend Per Share pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada sektor manufaktur pada periode 2010 - 2012. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Dapat menjadi bukti empiris dan memberikan kontribusi dalam memperkaya penelitian - penelitian sebelumnya. 2. Bagi para investor, calon investor, analis, dan pemerhati investasi, hasil penelitian ini dapat memberikan bahan pertimbangan keputusan investasi terkait dengan tingkat pengembalian yang berupa dividen perusahaan. 3. Bagi pihak manajemen perusahaan, penelitian ini dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan pengambilan keputusan dividen. 4. Bagi akademisi dan peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan pengembangan ilmu keuangan mengenai kajian Dividend Per Share. 10 5. Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi perluasan penelitian dan penambahan wawasan untuk pengembangannya. 1.5 Sistematika Penulisan Bab I : Pendahuluan Bab ini menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan. Bab II : Landasan Teori Bagian ini menguraikan landasan teori, penelitian terdahulu, pengembangan kerangka pemikiran teoritis dan hipotesis. Bab III : Metode Penelitian Bab ini menguraikan variabel penelitian, definisi operasional, penentuan sample, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data dan metode analisis. Bab IV : Hasil dan Pembahasan Bab ini menjabarkan deskripsi obyek penelitian, analisis data, dan pembahasan. Bab V : Penutup Bab ini berisi kesimpulan dan saran. 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kebijakan Dividen Dividen adalah sebuah pembayaran yang dilakukan perusahaan kepada pemegang saham yang berasal dari pendapatan atau earnings dalam bentuk kas atau saham (Ambarwati, 2010). Sedangkan menurut (Ross, 1977) dalam (Suharli, 2006) mendefinisikan dividen sebagai pembayaran kepada pemilik perusahaan yang diambil dari keuntungan perusahaan, baik dalam bentuk saham atau tunai. Artinya hanya perusahaan yang membukukan keuntungan dapat membagikan dividen karena dividen diambil dari keuntugan perusahaan. Kebijakan pembayaran dividen mempunyai pengaruh bagi pemegang saham dan perusahaan yang membayar dividen. Para pemegang saham umumnya menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil karena hal tersebut akan mengurangi ketidakpastian akan hasil yang diharapkan dari investasi yang mereka lakukan dan juga dapat meningkatkan kepercayaan pemegang saham terhadap perusahaan sehingga nilai saham juga dapat meningkat. Bagi perusahaan, pilihan untuk membagikan laba dalam bentuk dividen akan mengurangi sumber dana internalnya, sebaliknya jika perusahaan menahan labanya dalam bentuk laba ditahan maka kemampuan pembentukan dana internalnya akan semakin besar yang dapat digunakan untuk membiayai aktivitas perusahaan sehingga mengurangi ketergantungan perusahaan terhadap dana eksternal dan sekaligus akan memperkecil risiko perusahaan. 12 2.1.2 Macam Kebijakan Dividen menurut Riyanto (2008) : 1. Dividen konstan : Perusahaan menetapkan Dividend Payout Ratio yang konstan atau tetap. Ini berarti bahwa jumlah dividen per lembar saham yang dibayarkan setiap tahunnya akan berfluktuasi sesuai dengan perkembangan keuntungan netto yang diperoleh setiap tahunnya. 2. Dividen stabil : Jumlah dividen per lembar yang dibayarkan setiap tahunnya relatif tetap selama jangka waktu tertentu meskipun pendapan per lembar saham per tahunnya berfluktuasi. 3. Dividen berfluktuasi : Besarnya dividen setiap tahunnya disesuaikan dengan posisi finansial dan kebijakan finansial dari perusahaan bersangkutan. 2.1.3 Teori-Teori Tentang Kebijakan Dividen 2.1.3.1 Teori Ketidak relevanan Dividen (Dividend Irrelevance Theory) Pendapat ini dikemukakan oleh Modigliani dan Miller. MM memberikan argumentasi bahwa pembagian laba dalam bentuk dividen tidak relevan. MM menyatakan bahwa, dividen hanya merupakan bagian kecil dari keputusan pendanaan perusahaan. MM berargumentasi bahwa nilai perusahaan ditentukan secara tersendiri oleh kemampuan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba, dan hal ini terjadi pada pasar persaingan sempuma (Martono dan Harjito, 2004). 2.1.3.2 Teori yang mendukung Kerelevan Dividen 2.1.3.2.1 Teori Bird-in-the-Hand Pembayaran dividen mengurangi ketidakpastian yang berarti mengurangi risiko yang pada gilirannya mengurangi tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh 13 pemegang saham (biaya modal = kas). Pembayaran dividen yang tinggi akan membantu ketidakpastian. Biaya modal akan naik apabila pembagian dividen dikurangi, karena para investor lebih yakin terhadap penerimaan dari pembagian dividen daripada kenaikan nilai modal (capital gains) yang akan dihasilkan dari laba ditahan. 2.1.3.2.2 Teori Preferensi Pajak Ada beberapa alasan yang berkaitan dengan pajak untuk beranggapan bahwa investor lebih menghargai pembagian dividen yang rendah. 2.1.3.2.3 Teori Signaling Hyphothesis Ada bukti empiris bahwa jika ada kenaikan dividen, sering diikuti kenaikan harga saham. Sebaliknya, penurunan dividen pada umumnya menyebabkan turunnya harga saham. Fenomena ini dianggap sebagai bukti bahwa investor lebih suka dividen dari pada capital gains. Tetapi Modigliani dan Miller berpendapat bahwa suatu kenaikan dividen diatas biasanya merupakan suatu sinyal kepada investor bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik dimasa mendatang (Martono dan Harjito, 2004). 2.1.3.2.4 Teori Clientele Effect Menyatakan bahwa: 1) Teori ini menyatakan bahwa kelompok pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan. 2) Kelompok pemegang saham yang membutuhkan penghasilan pada saat ini lebih menyukai suatu Dividend Payout Ratio yang tinggi. Sebaliknya kelompok pemegang saham yang tidak begitu membutuhkan uang pada saat ini lebih senang jika perusahaan menahan sebagian besar laba bersih perusahaan. 14 3) Jika ada perbedaan pajak bagi individu, maka kelompok pemegang saham yang dikenai pajak tinggi lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak. 2.1.3.2.5 Teori Keagenan. Pembayaran dividen yang tinggi bisa merugikan pemegang hutang, karena pembayaran dividen yang tinggi. Pembayaran dividen yang tinggi dapat dianggap sebagai transfer kekayaan dari pemegang hutang ke pemegang saham. Pada umunmya perusahaan cenderung menjamin dan mempertahankan tingkat dividen pada setiap tahunnya untuk menjaga kepercayaan pemegang saham tentang kemampuan perusahaan dalam meningkatkan profitabilitasnya. 2.1.4 Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Berikut ini adalah faktor yang dianalisis oleh perusahaan ketika membuat kebijakan dividen menurut (Ambarwati, 2010) : a. Aturan – aturan hukum Hukum badan perusahaan memutuskan legalitas distribusi apapun kepada para pemegang saham biasa perusahaan. Berbagai aturan hukum yang dibahas dalam membuat batasan hukum yang memungkinkan di bawah ini penting kebijakan dividen akhir perusahaan dapat berjalan. Kebutuhan pendanaan perusahaan intinya adalah menentukan arus kas dan posisi kas perusahaan yang akan terjadi di tengah ketiadaan perubahan kebijakan dividen. Kemungkinan kemampuan perusahaan untuk mempertahankan dividen harus dianalisis dalam kaitannya dengan distribusi probabilitas kemungkinan arus kas masa depan dan juga saldo kas. 15 b. Likuiditas Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak keputusan dividen, karena dividen menunjukkan arus kas keluar, semakin besar posisi kas dan keseluruhan likuiditas perusahaan maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Oleh karena pihak manajemen ingin mempertahankan likuiditas untuk menghindari risiko ketidakpastian, maka manajemen tidak akan membayar dividen dalam jumlah besar. c. Kemampuan untuk meminjam Apabila perusahaan memiliki kemampuan untuk meminjam dalam jangka waktu relatif singkat, maka dapat dikatakan perusahaan tersebut fleksibel secara keuangan. Kemampuan meminjam ini dapat dalam bentuk batas kredit bergulir dari bank atau lembaga keuangan. Semakin besar kemampuan perusahaan untuk meminjam, maka semakin besar pula fleksibilitas untuk meminjam, sehingga perusahaan tidak perlu khawatir dengan pengaruh pembayaran dividen kas terhadap likuiditasnya. e. Batasan – batasan dalam kontrak utang Syarat perjanjian utang adalah perjanjian pinjaman, meliputi batasan untuk pembayaran dividen yang dinyatakan dalam persentase maksimum laba ditahan kumulatif dalam perusahaan. Larangan ini otomatis mempengaruhi pembayaran dividen perusahaan. f. Pengendalian Perusahaan yang terancam akan diakuisisi akan membayar dividen dalam jumlah besar untuk menenangkan para pemegang saham. 16 2.2 Dividend Per Share Dividend Per Share adalah besarnya dividen untuk tiap-tiap lembar saham. Selain dalam bentuk tunai, dividen dapat juga dibayarkan dalam bentuk saham. Artinya dividen menjadi hak pemegang saham digantikan dengan saham. Walaupun jumlah saham akhirnya berubah tapi proporsinya masih tetap dan tidak berubah. Hal ini disebabkan karena pemegang saham lain menerima saham sebagai pengganti dividen sesuai dengan proporsi kepemilikan sahamnya (Riyanto, 2008). Sehingga kebijakan ini diambil karena perusahaan mempunyai peluang investasi yang menguntungkan, sementara perusahaan tidak ingin menggunakan dana eksternal oleh beberapa sebab. Dengan pemberian dividen saham ini makan perusahaan dapat menahan kas lebih banyak untuk membiayai investasi sehingga tidak perlu menarik dana dari luar perusahaan. Dividend Per Share dapat dirumuskan sebagai berikut: Ket: ss = total semua saham yang diterbitkan. 2.3 Current Ratio Current Ratio adalah perbandingan antara aktiva lancar dan utang lancar. Current Ratio menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar utangnya yang harus segera dipenuhi dengan menggunakan aktiva lancar yang dimilikinya. Semakin besar Current Ratio menunjukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Tingginya Current Ratio 17 menunjukkan keyakinan investor terhadap kemampuan perusahaan untuk membayarkan dividen yang dijanjikan (Handayani dalam Marlina dan Danica, 2010). Current Ratio dapat dirumuskan sebagai berikut: 2.4 Debt to Equity Ratio Debt to Equity Ratio merupakan perbandingan total hutang perusahaan dengan modal pemegang saham. Apabila perusahaan menggunakan hutang yang terlalu besar maka manajemen mempunyai kewajiban untuk membayarnya dan tentunya akan mengurangi laba yang diperoleh perusahaan dan berdampak pada jumlah dividen yang akan dibayarkan pada pemegang saham. Hal ini tentunya akan mengancam kesejahteraan pemegang saham. Karena pembayaran hutang yang dilakukan oleh perusahaan merupakan kewajiban yang tetap selama waktu yang telah ditentukan (Riyanto, 2008). Jadi, Debt to Equity Ratio memiliki pengaruh terhadap pembagian dividen untuk pemegang saham. Menurut (Riyanto, 2008) Debt to Equity Ratio dapat dirumuskan sebagai berikut: 2.5 Rentabilitas Ekonomi Rentabilitas ekonomi adalah perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan dinyatakan dalam prosentase (Riyanto, 2008). Oleh karena pengertian rentabilitas sering digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal dalam suatu 18 perusahaan, maka rentabilitas ekonomi sering pula dimaksudkan sebagai kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja didalamnya dalam menghasilkan laba. Rentabilitas ekonomi atau sering disebut earning power mempunyai arti penting dalam perusahaan, maka perlu diusahakan agar rentabilitas meningkat. Menurut Riyanto (2008) tinggi rendahnya rentabilitas dipengaruhi oleh dua faktor yaitu profit margin yang merupakan perbandingan antara laba usaha dengan penjualan usaha yang dinyatakan dalam persentase. Turnover of Operating Asset (tingkat perputaran aktiva usaha) yang merupakan kecepatan berputarnya operating asset dalam suatu periode tertentu. Perputaran tersebut dapat ditentukan dengan membagi penjualan bersih dengan modal usaha. Rentabilitas Ekonomi dapat dirumuskan sebagai berikut: 2.6 Return On Equity (ROE) Profitabilitas modal sendiri atau sering dinamakan rentabilitas usaha atau Return On Equity (ROE) adalah perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri di satu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut di lain pihak atau dengan kata lain profitabilitas modal sendiri adalah kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan keuntungan (Riyanto, 2008). Laba yang diperhitungkan untuk menghitung profitabilitas modal sendiri adalah laba usaha setelah dikurangi dengan modal asing dan pajak perseorangan. Sedangkan modal yang diperhitungkan hanyalah modal sendiri yang bekerja dalam perusahaan. Return 19 On Equity (ROE) merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan. Secara umum tentu saja semakin tinggi return atau penghasilan yang diperoleh semakin baik kedudukan pemilik perusahaan. Return On Equity dapat dirumuskan sebagai berikut: 2.7 Penelitian Terdahulu Penelitian – penelitian terdahulu yang digunakan sebagai bahan perbandingan dan referensi dari penelitian ini adalah : 1. Penelitian yang dilakukan oleh (Yulia Efni dan Sri Restuti, 2009) yang menganalisis pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Rentabilitas Ekonomi, dan Return On Equity terhadap Dividend Per Share pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian ini menyatakan semua variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Dividend Per Share sedangkan secara parsial Return On Equity yang berpengaruh signifikan. 2. Penelitian yang dilakukan oleh (Made Ayu Lisna Dewanti, 2011) yang menganalisis pengaruh Cash Ratio, Debt to Equity Ratio dan Earning Per Share terhadap Cash Dividend pada perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005 - 2010. Hasil penelitian ini menyatakan Cash 20 Ratio berpengaruh signifikan sedangkan Debt to Equity Ratio dan Earning Per Share berpengaruh tidak signifikan terhadap Cash Dividend. 3. Penelitian yang dilakukan oleh (Bambang Sugeng, 2009) yang menganalisis pengaruh struktur kepemilikan dan struktur modal terhadap kebijakan inisiasi dividen di Indonesia. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa struktur kepemilikan berpengaruh tidak signifikan sedangkan struktur modal berpengaruh signifikan terhadap kebijakan inisiasi dividen. 4. Penelitian yang dilakukan oleh (Haryeti dan Elida Ilyas, 2011) yang menganalisis pengaruh Finansial Leverage, Investasi, Likuiditas, serta risiko perusahaan terhadap Dividend Payout Ratio. Hasil penelitian ini menyatakan semua variabel independen berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. 5. Penelitian yang dilakukan oleh (Atika Jauhari Hatta, 2002) yang menganalisis faktor - faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen, investigasi Pengaruh teori stakeholder. Variabel independen yang digunakan FS, LTA, LCSHR, INS, FCF, dan GROW. Hasil penelitian ini menyatakan variabel FS dan LTA berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen sedangkan variabel LCSHR, INS, FCF, dan GROW berpengaruh tidak signifikan terhadap kebijakan dividen. 6. Penelitian yang dilakukan oleh (Michell Suharli, 2007) yang menganalisi pengaruh Profitability dan Investment Opportunity Set terhadap kebijakan dividen tunai dengan Likuiditas sebagai variabel penguat. Hasil penelitian ini menyatakan semua variabel independen berpengruh signifikan terhadap kebijakan dividen tunai. 7. Penelitian yang dilakukan oleh (Lisa Marlina dan Clara Danica, 2009) yang menganalisis pengaruh Cash Position, Debt to Equity Ratio dan Return On Assets 21 terhadap Dividend Payout Ratio. Hasil penelitian ini menyatakan semua variabel independen berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. 8. Penelitian yang dilakukan oleh (Anjar Wibisono, 2010) yang menganalisis pengaruh rasio Likuiditas, Leverage dan Profitabilitas terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa Likuiditas, Leverage dan Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Penelitian-penelitian yang menjadi referensi penelitian dapat dilihat secara ringkas pada Tabel 2.1 dibawah ini: Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu No. Peneliti Variabel X Variabel Y Metode Analisis 1. Yulia Efni dan Sri Restuti (2009) Current Ratio, Debt to Dividend Equity Ratio, Per Share Rentabilitas Ekonomi, Return On Equity Asumsi Klasik Regresi Linear 2. Made Ayu Lisna Dewanti (2011) Cash Ratio, Debt to Equity Ratio, Earning Per Share Cash Dividend Regresi Berganda 3. Bambang Sugeng (2009) Struktur Kepemilikan, Struktur Modal Kebijakan Inisiasi Dividen SEM (Structural Equation Model) Hasil Penelitian Variabel CR, DER, dan RE berpengaruh tidak signifikan, sedangkan ROE signifikan terhadap Dividend Per Share Cash Ratio berpengaruh signifikan terhadap Cash Dividend, sedangkan Debt to Equity Ratio dan Earning Per Share berpengaruh tidak signifikan Struktur kepemilikan berpengaruh tidak signifikan terhadap kebijakan inisiasi dividen sedangkan struktur modal 22 4. Haryeti dan Elida Ilyas (2011) Finansial Leverage, Investasi, Likuiditas, Risiko Perusahaan Dividend Payout Ratio Regresi Linear Berganda 5. Atika Jauhari FS, LTA, LCSHR, INS, FCF, Grow Kebijakan Deviden Regresi Berganda Hatta (2002) 6. Lisa Marlina dan Clara Danica (2009) Cash Position, Debt to Dividend Equity Ratio, Return Payout On Assets Ratio Regresi Linear Berganda 7. Michell Suharli (2007) Profitability , Investment Opportunity Set Kebijakan Deviden Tunai Analisis VIF 8. Anjar Wibisono (2010) Likuiditas, Leverage, Profitabilitas Dividend Payout Ratio Regresi Linear Berganda berpengaruh signifikan Semua variabel independen berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio FS dan LTA berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen sedangkan LCSHR, INS, FCF, GROW berpengaruh tidak signifikan terhadap kebijakan dividen Semua variabel independen berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio Semua variabel independen berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen tunai Semua variabel independen berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio Sumber: Berbagai penelitian terdahulu Penelitian yang akan dilakukan ini menggunakan variabel dependen Dividend Per Share dan variabel independen Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Rentabilitas Ekonomi (RE) dan Return On Equity (ROE) pada manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010 -2012. perusahaan 23 2.8 Kerangka Pemikiran Teoritis Berdasarkan pada latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian serta telaah pustaka, dan juga penelitian - penelitian terdahulu, maka variabel yang mempengaruhi Dividend Per Share (DPS) dapat dijelaskan sebagai berikut: 2.8.1 Current Ratio (CR) terhadap Dividend Per Share (DPS) Likuiditas perusahaan berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansiilnya yang segera harus dipenuhi. Jumlah alat - alat pembayaran yang dimiliki oleh suatu perusahaan pada suatu saat tertentu merupakan kekuatan membayar dari perusahaan yang bersangkutan. (Riyanto, 2008). Jadi semakin tinggi likuiditas akan meningkatkan Dividend Payout Ratio dan sebaliknya semakin rendah likuiditas maka akan menurunkan Dividend Per Share nya. Penelitian yang dilakukan oleh (Yulia Efni dan Sri Restuti, 2004) menyatakan bahwa Current Ratio (CR) mempengaruhi secara positif dan signifikan terhadap Dividend Per Share pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. 2.8.2 Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Dividend Per Share (DPS) Debt to Equity Ratio (DER) digunakan untuk mengukur tingkat penggunaan hutang terhadap total shareholder’s equity yang dimiliki perusahaan. Rasio ini juga menunjukkan pentingnya dari sumber modal pinjaman (relative importance of borrowed fund) dan tingkat keamanan yang dimiliki kreditor. (Atmaja, 2004) juga menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi manajemen dalam menentukan kebijakan dividen, salah satunya adalah perjanjian hutang dimana pada umumnya perjanjian hutang antara perusahaan dengan kreditor 24 membatasi dividen. Misalnya, dividen hanya dapat diberikan jika kewajiban hutang telah dipenuhi perusahaan. (Suharli, 2006) dalam (Rozeff, 1982) menyatakan bahwa perusahaan yang leverage operasi atau keuangannya tinggi akan memberikan dividen yang rendah. Pernyataannya sesuai dengan pandangan bahwa bahwa perusahaan yang berisiko akan membayar dividennya rendah, dengan maksud untuk mengurangi ketergantungan akan pendanaan secara eksternal. Struktur permodalan perusahaan akan membandingkan antara permodalan dari kreditor dan pemegang saham. Struktur permodalan yang lebih tinggi dimiliki oleh hutang menyebabkan pihak manajemen akan memprioritaskan pelunasan kewajiban terlebih dahulu sebelum membagikan dividen. Debt to Equity Ratio memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Dividend Per Share didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh (Yulia Efni dan sri Restuti, 2009). Begitu juga dengan (Lisa Marlina dan Clara Danica, 2009) yang menyatakan bahwa Debt to Equity Ratio signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. 2.8.3 Rentabilitas Ekonomi (RE) terhadap Dividend Per Share (DPS) Menurut Riyanto (2008) tinggi rendahnya rentabilitas dipengaruhi oleh dua faktor yaitu profit margin yang merupakan perbandingan antara laba usaha dengan penjualan usaha yang dinyatakan dalam porsentase. Turnover of Operating Asset (tingkat perputaran aktiva usaha) yang merupakan kecepatan berputarnya operating asset dalam suatu periode tertentu. Perputaran tersebut dapat ditentukan dengan membagi penjualan bersih dengan modal usaha. Oleh karena itu, pengertian Rentabilitas sering digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal dalam suatu perusahaan, maka Rentabilitas Ekonomi sering pula dimaksudkan sebagai 25 kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja di dalamnya dalam menghasilkan laba. Rentabilitas Ekonomi (RE) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Dividend Per Share (DPS) didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh (Yulia Efni dan sri Restuti, 2009). 2.8.4 Return On Equity (ROE) terhadap Dividend Per Share (DPS) Profitabilitas merupakan salah satu pengukuran bagi kinerja suatu perusahaan, profitabilitas suatu perusahaan menunjukan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba selama pereode tertentu pada tingkat penjualan, asset dan modal saham tertentu. Profitabilitas suatu perusahaan dapat dinilai melalui berbagai cara tergantung pada laba dan aktiva atau modal yang akan diperbandingkan satu dengan lainya. Return On Equity (ROE) atau profitabilitas adalah Suatu pengukuran dari penghasilan atau income yang tersedia bagi pemilik perusahaan atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan. Committee on terminology mendefinisikan profitabilitas adalah jumlah yang berasal dari pengurangan harga pokok produksi, biaya lain dan kerugian dari penghasilan atau penghasilan operasi. Return On Equity (ROE) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Dividend Per Share (DPS) didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh (Yulia Efni dan sri Restuti, 2009). Maka kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini, dapat dilihat pada gambar 2.1 dibawah ini: 26 Current Ratio (X1) + Debt to Equity Ratio (X2) Rentabilitas Ekonomi (X3) + Dividend Per Share (Y) + + Return On Equity (X4) Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Sumber : Yulia Efni dan Sri Restuti (2009), Lisa Marlina dan Clara Danica (2009), dan Anjar Wibisono (2010), Haryeti dan Elida Ilyas (2011). 2.9 Hipotesis Berdasarkan pada latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, serta kerangka pemikiran teoritis seperti yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis alternatif yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Hipotesis 1: Current Ratio (CR) berpengaruh positif signifikan terhadap Dividend Per Share (DPS). Hipotesis 2: Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh positif signifikan terhadap Dividend Per Share (DPS). Hipotesis 3: Rentabilitas Ekonomi (RE) berpengaruh positif signifikan terhadap Dividend Per Share (DPS). Hipotesis 4: Return On Equity (ROE) berpengaruh positif signifikan terhadap Dividend Per Share (DPS). 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.1.1 Variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 variabel, yaitu : 1. Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel yang menjadi perhatian utama peneliti, tujuannya untuk memahami dan membuat variabel terikat, menjelaskan variabilitasnya atau memprediksinya. (Uma Sekaran, 2011). Sebagai variabel Y dalam penelitian ini adalah Dividend Per Share (DPS). 2. Variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat, entah secara positif atau negatif. Yaitu jika terdapat variabel bebas variabel terikat juga hadirdan setiap unit kenaikan dalam variabel bebas terdapat pula kenaikan atau penurunan dalam variabel terikat. (Uma Sekaran, 2011). Sebagai variabel X dalam penelitian ini adalah Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Rentabilitas Ekonomi (RE), dan Return On Equity (ROE). 3.1.2 Variabel Dependen Dividend Per Share adalah besarnya dividen untuk tiap - tiap lembar saham. Selain dalam bentuk tunai, dividen dapat juga dibayarkan dalam bentuk saham. Artinya dividen menjadi hak pemegang saham digantikan dengan saham. Walaupun jumlah saham akhirnya berubah tapi proporsinya masih tetap dan tidak berubah. Dengan pemberian dividen saham ini makan perusahaan dapat menahan kas lebih banyak untuk membiayai investasi sehingga tidak perlu menarik dana dari luar 28 perusahaan. Dividend Per Share yang tinggi mencerminkan perusahaan memiliki prospek yang baik karena dapat membayarkan Dividend Per Share dalam jumlah yang tinggi. Hal ini akan menarik investor untuk membeli saham perusahaan tersebut Menurut (Weston dan Copeland, 2001) Dividend Per Share dapat dirumuskan sebagai berikut: Rumus: 3.1.3 Variabel Independen 3.1.3.1 Current Ratio (CR) Current Ratio termasuk rasio likuiditas yang dapat dihitung berdasarkan perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Secara kasar dapat dikatakan bahwa bagi perusahaan - perusahaan yang bukan perusahaan kredit, Current Ratio kurang dari 2:1 dianggap kurang baik sebab apabila aktiva lancar turun misalnya sampai lebih dari 50%, maka jumlah aktiva lancarnya tidak akan cukup lagi untuk menutup utang lancarnya. Apabila pedoman current ratio sudah ditetapkan sebagai rasio minimum yang akan dipertahankan oleh suatu perusahaan, maka perusahaan dalam penarikan kredit jangka pendeknya juga harus selalu didasarkan pada pedoman tersebut. Setiap saat perusahaan harus mengetahui berapa kredit jangka pendek maksimum yang boleh ditarik supaya pedoman current ratio tersebut tidak dilanggar. Menurut (Riyanto, 2008) Current ratio dapat dirumuskan sebagai berikut: 29 Rumus: 3.1.3.2 Debt to Equity Ratio (DER) Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio leverage yang digunakan untuk mengukur tingkat penggunaan utang terhadap total share holders equity yang dimiliki perusahaan. Faktor ini mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Masalah financial leverage baru timbul setelah perusahaan dalam operasinya mempunyai biaya tetap. Perusahaan yang menggunakan dana dengan beban tetap dikatakan menghasilkan leverage yang menguntungkan atau efek positif apabila pendapatan yang diterima dari penggunaan dana tersebut lebih besar daripada beban tetap. Jadi, menurut (Riyanto, 2008) Debt to Equity Ratio dapat dirumuskan sebagai berikut: Rumus: 3.1.3.3 Rentabilitas Ekonomi (RE) Rentabilitas ekonomi termasuk rasio rentabilitas yaitu perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan dinyatakan dalam prosentase. Rentabilitas ekonomi sering pula dimaksudkan sebagai kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh 30 modal yang bekerja didalamnya dalam menghasilkan laba. Modal yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas ekonomi hanyalah modal yang bekerja di dalam perusahaan. Dengan demikian maka modal yang ditanamkan dalam perusahaan lain atau modal yang ditanamkan dalam efek tidak diperhitungkan dalam menghitung rentabilitas ekonomi. Jadi menurut (Riyanto, 2008) Rentabilitas Ekonomi dapat dirumuskan sebagai berikut: Rumus: 3.1.3.4 Return On Equity (ROE) Return On Equity (ROE) termasuk rasio profitabiltas yang merupakan perbandingan antara laba bersih dengan total ekuitas. Profitabilitas suatu perusahaan dapat dinilai melalui berbagai cara tergantung pada laba dan aktiva atau modal yang akan diperbandingkan satu dengan lainnya. Kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba merupakan indikator utama dari kemampuan perusahaan untuk membayar dividen, sehingga profitabilitas sebagai faktor penentu terpenting terhadap dividen. Pada penelitian (Suharli, 2006) menyatakan bahwa “variabel independen yang digunakan memberikan hasil yang signifikan yaitu ROE”. Meningkatnya profitabilitas dapat tercermin pada meningkatnya Return On Equity. Menurut (Riyanto, 2008) return on equity dapat dirumuskan sebagai berikut: Rumus: 31 3.1.4 Definisi Operasional Masing-masing variabel penelitian secara operasional dapat didefinisikan dalam tabel 3.1 sebagai berikut: Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Current Ratio (CR) Debt to Equity Ratio (DER) Rentabilitas Ekonomi (RE) Definisi Rasio likuiditas ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar utangnya yang harus segera dipenuhi dengan menggunakan aktiva lancar yang dimilikinya. Rasio ini mecerminkan Kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Dimana semakin tinggi nilai rasio ini menggambarkan gejala yang kurang baik bagi perusahaan (Ang,1997). Rasio rentabilitas ini untuk mengukur perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan dinyatakan dalam prosentase (Riyanto, 1997). Pengukuran Skala Rasio Rasio Rasio 32 Return On Equity (ROE) Rasio profitabilitas ini untuk mengukur Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan memanfaatkan modal sendiri yang dimilikinya. Pengukuran ini diadopsi dari penelitian (Suharli,2006). Rasio Sumber : Penelitian yang dikembangkan 3.2 Penentuan Populasi dan Sampel Populasi merupakan keseluruhan dari obyek yang diteliti. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2010 sampai dengan 2012 yang mempublikasikan laporan keuangannya dalam Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2010 - 2012. Pemilihan sampel dilakukan berdasarkan metode Purposive Sampling, yaitu pemilihan sampel perusahaan manufaktur selama periode penelitian berdasarkan kriteria tertentu. Adapun tujuan dari metode ini untuk mendapatkan sampel yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Beberapa kriteria yang ditetapkan untuk memperoleh sampel sebagai berikut: 1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode penelitian yaitu tahun 2010 sampai dengan 2012. 2. Perusahaan sampel yang telah menerbitkan laporan keuangan selama 3 (tiga) tahun berturut-turut, yaitu tahun 2010 sampai dengan 2012. 3. Perusahaan sampel yang mempunyai data pembayaran dividen sekurang kurangnya tiga tahun berturut-turut selama periode penelitian yaitu 2010 sampai 33 2012. Sehingga perusahaan yang tidak membayarkan dividen pada tahun tertentu selama periode penelitian akan dikeluarkan dari sampel. Jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010 - 2012 adalah sebanyak 146 perusahaan. 3.3 Jenis dan Sumber Data 3.3.1 Jenis Data Dalam melakukan penelitian ini, data yang digunakan adalah data sekunder yaitu data tentang perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010 – 2012 yang diperoleh dari Indonesia Capital Market Directory (ICMD). 3.3.2 Sumber Data Data yang dipergunakan merupakan data sekunder yang diperoleh melalui laporan keuangan perusahaan yang diperoleh melalui Indonesian Capital Market Directory (ICMD). 3.4 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan studi pustaka dan dokumentasi. 1. Studi pustaka, yaitu dilakukan dengan cara membaca buku - buku atau jurnal di dalam perpustakaan dimana terdapat referensi - referensi yang berhubungan dengan penelitian. 34 2. Dokumentasi, yaitu mengumpulkan, mencatat, dan mengkaji dokumen - dokumen tentang data keuangan perusahaan manufaktur periode 2010 - 2012 yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan www.idx.co.id. 3.5 Analisis Deskriptif Analisis data menggunakan software SPSS 16 sebagai alat untuk regresi berganda. Untuk menghasilkan suatu model yang baik, hasil analisis regresi berganda memerlukan pengujian asumsi klasik. 3.5.1 Pengujian Asumsi Klasik Sebelum melakukan interpretasi terhadap hasil regresi, terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap asumsi - asumsi klasik model OLS (Ordinary Least Square) sehingga hasil tersebut layak digunakan. Pada prakteknya ada empat uji asumsi klasik yang paling sering digunakan, yaitu pengujian normalitas, multikolinearitas, heterokedastisitas, dan autokorelasi. 3.5.1.1 Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan variabel independen, keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk mendeteksi normalitas dapat dilakukan dengan melakukan analisis grafik dan uji statistik. Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Namun demikian hanya dengan histogram hal ini dapat menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot 35 yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya (Ghozali, 2006). Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan apabila tidak hati-hati, karena mungkin secara visual terlihat normal, padahal secara statistik bisa sebaliknya. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini selain menggunakan uji statistik. Salah satu uji statistik yang bisa digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis: H0 : Data residual berdistribusi normal Ha: Data residual tidak berdistribusi normal Pedoman pengambilan keputusan: a. Nilai Sig atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05. Distribusi adalah tidak normal. b. Nilai Sig atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05. Distribusi adalah normal. 3.5.1.2 Uji Multikolinearitas Multicolinierity adalah situasi adanya korelasi atau hubungan yang sempurna diantara variabel bebas. Cara yang paling sederhana adalah dengan melihat nilai Rsquarenya. Bila nilai R-squarenya tinggi (0,7 – 1,0) sedangkan secara parsial sedikit yang signifikan dapat disimpulkan adanya Multicolinierity diantara variabel bebas. Dapat juga dilihat dari nilai VIF (Variance Inflation Factor) jika lebih besar dari 10 36 maka dapat disimpulkan terjadi multicolinierity, selain itu juga bisa dilihat dari nilai CI (Condition Index). Jika nilai CI ≥ 30 maka dalam model terdapat penyimpangan Asumsi Klasik Multicolinierity. 3.5.1.3 Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas berarti bahwa variasi residual tidak sama untuk semua pengamatan. Jika asumsi ini dilanggar maka estimasi dikatakan tidak akurat lagi. Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskesdastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskesdastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas diantaranya dengan menggunakan uji park (Ghozali, 2006). Dalam penelitian ini, uji statistik yang digunakan untuk menguji ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melakukan uji Park. Uji Park mengemukakan metode bahwa variance (s2) merupakan fungsi dari variabel – variabel independen yang dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut: σ2 = α Xiβ Persamaan ini dijadikan linier dalam bentuk logaritma sehingga menjadi: Lnσ2 = α + β LnXi + vi Karena s2i umumnya tidak diketahui, maka dapat ditaksir dengan menggunakan residual Ut sebagai proksi, sehingga persamaan menjadi: LnU2i = α + β LnXi + vi 37 Dengan menggunakan uji Park, variabel LnU2i dijadikan sebagai variabel dependen dan sebagai variabel independennya adalah Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Rentabilitas Ekonomi (RE) dan Return On Equity (ROE) sehingga persamaannya menjadi: LnU2i = b0 + b1 CR + b2 DER + b3 RE + b4 ROE Dasar analisisnya adalah apabila koefisien parameter beta dari persamaan regresi tersebut signifikan secara statistik, hal ini menunjukkan bahwa dalam data model empiris yang diestimasi terdapat heteroskedastisistas, dan sebaliknya jika parameter beta tidak signifikan secara statistik, maka asumsi homoskedastisistas pada data model tersebut tidak dapat ditolak (Ghozali, 2006). 3.5.1.4 Uji Autokerelasi Autokorelasi adalah keadaan dimana disturbance term pada periode / observasi tertentu berkorelasi dengan disturbance term pada periode / observasi lain yang berurutan, dengan kata lain disturbance term tidak random. Akibat dari autokorelasi adalah parameter yang diamati menjadi bias dan variannya tidak minimum, sehingga tidak efisien. Salah satu cara untuk menguji autokorelasi adalah dengan melakukan uji Durbin-Watson (DW test) hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lag di antara variabel independen (bebas). Menurut (Ghozali, 2006) uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang 38 berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi. Untuk mengetahui ada atau tidaknya Autokorelasi dapat dilihat dari nilai uji D - W dengan ketentuan sebagai berikut: Tabel 3.2 Uji D-W Hipotesis Nol Keputusan Jika Tolak 0<d<dl Tidak ada autokorelasi Positif Tidak ada korelasi negatif No Decision dl≤d≤du Tolak 4-dl<d<4 Tidak ada korelasi negatif No Decision 4-du≤d≤4-dl Tidak ada autokorelasi, positif atau negative Tidak ditolak du<d<4-du Tidak ada autokorelasi positif 3.5.2 Analisis Regresi Berganda Analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel independen (variabel bebas). Analisis regresi juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Hasil analisis regresi berupa koefisien untuk masing- masing variabel independen. Teknik estimasi variabel dependen yang melandasi analisis regresi disebut Ordinary Least Squares (pangkat kuadrat terkecil biasa). Metode OLS ini untuk mengestimasi suatu garis regresi dengan jalan meminimalkan jumlah dari kuadrat kesalahan setiap observasi terhadap garis tersebut (Ghozali, 2006). Y= b0 + b1X1+ b2X2 + b3X3 + b4X4 + e 39 Dimana : Y= Dividend Per Share b0 = konstanta b1, b2, b3, b4 = koefisien regresi X1 = Current Ratio X2 = Debt to Equity Ratio X3 = Rentabilitas Ekonomi X4 = Return On Equity ei = error 3.5.3 Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan pengujian secara analisis koefisien Determinasi (R2), parsial (uji statistik t) dan pengujian secara simultan (uji statistik F). Pengujian hipotesis tersebut sebagai berikut : 3.5.3.1 Koefisien Determinasi ( R2) Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel bebas (dependen). Nilai koefisien determinasi adalah di antara nol dan satu. Satu hal yang perlu dicatat adalah masalah regresi lancung (spurious regression). Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel bebas dalam menjelaskan variasi variabel terikat amat terbatas. Nilai R2 yang mendekati sati berarti variabel-variabel bebas memberikan hampir semua informasi yang ditubuhkan untuk memprediksi variasi variabel terikat (Ghozali, 2006). 40 3.5.3.2 Uji F Pengujian secara simultan menggunakan uji F (pengujian signifikansi secara simultan). Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengujian adalah (Ghozali, 2006): a. Menyusun hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (H1). Hipotesis nol (Ho) yang hendak diuji adalah : apakah semua parameter dalam model sama dengan dengan nol, atau dinyatakan sebagai berikut: Ho : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = 0 Artinya, apakah semua variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (H1) adalah tidak semua parameter secara simultan sama dengan nol, atau dinyatakan dalam bentuk Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠b5 ≠0 Artinya semua variabel independen secara simultan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. b. Menentukan tingkat signifikansi yaitu sebesar 0.05 (α = 0,05). c. Berdasarkan Probabilitas Dengan menggunakan nilai probabilitas, Ha akan diterima jika probabilitas kurang dari 0,05. 3.5.3.3 Uji t Uji t dilakukan pada pengujian hipotesis secara parsial, untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel independen secara individual terhadap variabel dependen. Adapun hipotesisnya sebagai berikut : 41 H0 : bi = 0 (tidak ada hubungan linier antara variabel independen dan variabel dependen). 1. H1 : bi ≠ 0 (ada hubungan linier antara variabel independen dan variabel dependen). 2. H1 : bi ≠ 0 (ada hubungan linier antara variabel independen dan variabel dependen secara positif). 3. H1 : bi ≠ 0 (ada hubungan linier antara variabel independen dan variabel dependen secara negatif). Uji ini dikaitkan dengan dengan uji nyata dari garis regresi yang diperoleh dari prediksi nilai pengamatan variabel dependen. Selain uji diatas, kita masih menguji nilai koefisien dari nilai b hasil prediksi nilai yang kita peroleh dari sampel. Adapun hipotesisnya adalah: H0 : b = ( koefisien regresi tidak signifikan) H1 : b = ( koefisien regresi signifikan) Pengambilan kesimpulan pada pengujian hipotesis dilakukan sebagai berikut : 1. Kalau thit < -tα/2 atau thit > tα/2 kesimpulannya H0 ditolak. Kalau -tα/2 ≤ thit ≤ tα/2 kesimpulannya H0 tidak ditolak. Nilai tα/2 dapat diperoleh dari tabel t dengan nilai α/2 pada derajat bebas n-2 dimana α/2 adalah taraf nyata. 2. Kalau thit > tα kesimpulannya H0 ditolak. Kalau thit ≤ tα kesimpulannya H0 tidak ditolak. Nilai tα dapat diperoleh dari tabel t dengan nilai α pada derajat bebas n-2 dimana α adalah taraf nyata. 3. Kalau thit < -tα kesimpulannya H0 ditolak. Kalau thit ≥ -tα kesimpulannya H0 tidak ditolak. 42 Bila kita melakukan perhitungan menggunakan software SPSS (SPSS menggunakan uji dua arah dengan hipotesis yang no. 1) maka pengambilan kesimpulannya sebagai berikut: Kalau : Nilai sig. < α → tolak H0 Nilai sig ≥ α → H0 tidak ditolak 43 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Dalam penelitian ini yang dijadikan obyek penelitian adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang mempublikasikan laporan keuangannya dalam Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2010 - 2012. Pemilihan sampel dilakukan berdasarkan metode Purposive Sampling, yaitu pemilihan sampel perusahaan manufaktur selama periode penelitian berdasarkan kriteria tertentu. Jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010 - 2012 adalah sebanyak 146 perusahaan. Sedangkan sampel yang memenuhi syarat yang digunakan dalam penelitian ini sejumlah 24 perusahaan. Beberapa kriteria yang ditetapkan untuk memperoleh sampel sebagai berikut: 1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode penelitian yaitu tahun 2010 sampai dengan 2012. 2. Perusahaan sampel yang telah menerbitkan laporan keuangan selama 3 (tiga) tahun berturut - turut, yaitu tahun 2010 sampai dengan 2012. 3. Perusahaan sampel yang mempunyai data pembayaran dividen sekurang kurangnya tiga tahun berturut - turut selama periode penelitian yaitu 2010 sampai 2012. Sehingga perusahaan yang tidak membayarkan dividen pada tahun tertentu selama periode penelitian akan dikeluarkan dari sampel. Berikut daftar perusahaan dapat dilihat pada Tabel 4.1: 44 Tabel 4.1 Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur No. Nama Perusahaan 1 PT AKR Corporindo Tbk 2 PT Alumindo Light Metal Industry Tbk 3 PT Asahimas Flat Glas Tbk 4 PT Astra Graphia Tbk 5 PT Astra International Tbk 6 PT Astra Otoparts Tbk 7 PT Sepatu Bata Tbk 8 PT Indo Kordsa Tbk 9 PT Berlina Tbk 10 PT Beton Jaya Manunggal Tbk 11 PT Budi Acid Jaya Tbk 12 PT Colorpak Indonesia Tbk 13 PT Citra Tubindo Tbk 14 PT Delta Djakarta Tbk 15 PT Darya Varia Laboratoria Tbk 16 PT Ekadharma International Tbk 17 PT Fast Food Indonesia Tbk 18 PT Gudang Garam Tbk 19 PT Gajah Tunggal Tbk 20 PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 21 PT Champion Pacific Indonesia Tbk 22 PT Indomobil Sukses Internasional Tbk 23 PT Holcim Indonesia Tbk 24 PT Unilever Indonesia Tbk Sumber: Data sekunder ICMD tahun 2010-2012 KODE AKRA ALMI AMFG ASGR ASII AUTO BATA BRAM BRNA BTON BUDI CLPI CTBN DLTA DVLA EKAD FAST GGRM GJTL ICBP IGAR IMAS SMCB UNVR 4.2. Analisis Data Bab ini akan membahas tentang semua data yang telah dikumpulkan beserta analisanya dimana hasil dari pengolahan data tersebut dapat diketahui apakah Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Rentabilitas Ekonomi dan Return On Equity berpengaruh secara signifikan terhadap Dividend Per Share. Sesuai dengan 45 permasalahan dan perumusan model yang telah dikemukakan, serta kepentingan pengujian hipotesis, maka teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis deskriptif dan analisis statistik. Dimana analisis deskriptif merupakan analisis yang menjelaskan gejala - gejala yang terjadi pada variabelvariabel penelitian untuk mendukung hasil analisis statistik. Sedangkan analisis statistik merupakan analisis yang mengacu pada perhitungan data penelitian yang merupakan angka-angka yang dianalisis dengan bantuan komputer menggunakan program SPSS versi 16 (Ghozali, 2009). 4.2.1. Analisis Deskriptif Analisis ini dilakukan untuk mengetahui gambaran dari variabel - variabel yang diteliti. Maka dapat dihitung rasio – rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini yang meliputi Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Rentabilitas Ekonomi dan Return On Equity. Statistik deskriptif variabel - variabel yang digunakan meliputi nilai minimum, maksimum, rata – rata (mean) dan standar deviasi dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 4.2 berikut: Tabel 4.2 Sumber: data sekunder ICMD 2010-2012 46 Dari output deskriptif statistik di atas bahwa menunjukkan jumlah data yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 66 sampel yang diteliti selama periode 2010 - 2012 di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode penelitian diperoleh Deviden Per Share sebesar 0,06 dengan deviasi standar sebesar 0,146%. Hal ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayarkan dividen per lembar saham oleh perusahaan kepada setiap pemegang saham rata-rata sebesar 0,06%. Nilai Current Ratio diperoleh sebesar 0,003 dengan deviasi standar 497,3%. Hal ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya melalui jumlah aktiva lancarnya sebesar 0,003 %. Debt to Equity Ratio menunjukkan besarnya kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajiban yang ditunjukkan oleh beberapa bagian dari modal sendiri yang digunakan untuk ,membayar hutang. Besarnya nilai Debt to Equity Ratio pada sample pengamatan yaitu sebesar 0,88 dengan deviasi standar 0,62%. Rentabilitas Ekonomi diperoleh sebesar 0,02 dengan deviasi standar 14,5%. Hal ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya melalui jumlah aktiva lancarnya sebesar 0,02%. Return On Equity diperoleh sebesar 0,33 dengan deviasi standar 0,546%. Hal ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya melalui jumlah aktiva lancarnya sebesar 0,33%. 4.2.2. Uji Asumsi Klasik 4.2.2.1. Uji Normalitas Data Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel independen dan variabel dependen keduanya mempunyai distribusi normal atau 47 tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data dimana tingkat signifikansi harus di atas 0,05 (Ghozali, 2009) . Pengujian terhadap normalitas data dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov menunjukkan pada uji Normalitas data terdistribusi tidak normal, dapat dilihat dati Tabel 4.3 di bawah: Tabel 4.3 Sumber: data sekunder ICMD tahun 2010-2012 Dari tampilan output di atas terlihat bahwa besarnya nilai Kolmogrov- Smimov dengan tingkat signifikansi pada 0.000 hal ini berarti H0 diterima yang berarti data residual terdistribusi tidak normal karena > 0,05 maka model regresi tidak memenuhi asumsi normal. Sehingga peneliti melakukan penghapusan data dengan cara outlayer yaitu data yang memilikin karakteristik unik yang sangat berbeda jauh dari data lainnya dan muncul bentuk nilai ekstrim. Untuk mengetahui outlayer itu dengan cara mencari nilai zcore. Nilai zcore adalah dengan membandingkan nilai rata-rata dengan nilai standar deviasinya. Jika semakin tinggi maka data jauh dari rata-rata. Jika data < 80 48 maka standarcore dengan nilai kurang lebih 2.5 dinyatakan sebagai data outlayer. Setelah data zcorenya telah ketemu outlayernya terdapat 6 data yang menjauh dari rata-rata yaitu 27, 38, 63, 64, 70, 71. Data yang dihapus dapat dilihat pada Tabel 4.4 di bawah ini: Tabel 4.4 Data Outlayer No. data Nilai zcore 27 2.77948 38 2.74604 63 2.28801 64 5.12832 70 4.66016 71 5.22120 Setelah data outlayer dihapus, tingkat signifikansinya menjadi 0.387, karena > 0.05 maka dikatakan data terdistribusi secara normal, yang dapat dilihat pada Tabel 4.5 di bawah ini: Tabel 4.5 Uji Kolmogorov 49 Dari tampilan output di atas terlihat bahwa besarnya nilai signifikansi 0.387 hal ini berarti H0 diterima yang berarti data residual terdistribusi secara normal yaitu didapatkan karena > 0,05 maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. 4.2.2.2 Uji Multikolonieritas Multikolinearitas dapat juga dilihat dari nilai Tolerance dan lawannya Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel bebas manakah yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi nilai tolerance rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/tolerance) dan menunjukkan adanya kolinearitas yang tinggi. Nilai cutoff yang umum dipakai adalah nilai tolerance di atas 0,10 atau sama dengan nilai VIF di bawah 10 (Ghozali, 2009). Hasil uji Multikolinearitas dapat dilihat pada Tabel 4.6 di bawah ini: Tabel 4.6 Hasil Uji Multikolinearitas Sumber: data sekunder ICMD 2010-2012 50 Hasil output uji multikolonieritas dengan menggunakan bantuan SPSS versi 16 hasilnya terlihat dalam tabel di atas. Keempat variabel independent Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Rentabilitas Ekonomi dan Return On Equity menunjukkan angka VIF kurang dari 10 dan nilai tolerance di atas 0,10. Dengan demikian dapat disimpulkan model regresi tersebut tidak terdapat masalah multikolinieritas. Maka model regresi yang ada layak untuk dipakai. 4.2.2.3 Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan kepengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda akan disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah model yang tidak terjadi heteroskedastisitas (Imam Ghozali, 2009). Uji Park agar lebih menyakinkan bahwa tidak ada terjadinya gejala heterokedastisitas. Indikasi terjadi gejala heterokedastisitas adalah jika variabel independen secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka terdapat indikasi terjadi heterokedastisitas. Jika nilai signifikansi masing – masing variabel independen lebih besar dari > 0,05 maka varriabel indepen bebas dari heterokedastisitas. Hasil uji Park dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut ini : 51 Uji Park Tabel 4.7 Sumber: data sekunder ICMD 2010-2012 Dari hasil tampilan output di atas memberikan koefisien parameter untuk variabel independen besar signifikannya lebih dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terdapat heteroskedastisitas. 4.2.2.4 Uji Autokolerasi Untuk mengetahui adanya autokorelasi dalam suatu model regresi dilakukan melalui pengujian terhadap nilai uji Durbin Watson (Uji D-W), dengan ketentuan sebagai berikut: Tabel 4.8 Tabel D – W Hipotesis Nol Tidak ada autokorelasi positif Keputusan Tolak Jika 0<d<dl Tidak ada autokorelasi Positif Tidak ada korelasi negatif No Decision dl≤d≤du Tolak 4-dl<d<4 Tidak ada korelasi negatif No Decision 4-du≤d≤4-dl Tidak ada autokorelasi, positif atau negative Tidak ditolak du<d<4-du 52 Tabel 4.9 Hasil Uji D – W Sumber: data sekunder ICMD 2010-2012 Dari output di atas besarnya nilai D – W sebesar 1,836. Hasil perhitungan dari tabel D – W dari jumlah variabel atau k=4 dan jumlah data atau n= 66, didapat nilai dU= 1,731dan dL=1,471. Jadi, hasilnya tidak ada autokorelasi positif ataupun negatif. 4.3 Koefisien Determinasi Tabel 4.10 Koefisien Deteminasi Sumber: data sekunder ICMD 2010-2012 Berdasarkan hasil statistik pada tabel 4.10 diatas diketahui bahwa korelasi ke empat variabel bebas (independen) terhadap variabel Dividend Per Share dinyatakan dengan nilai koefisien determinasi ( R2) yaitu sebesar 0,601 atau 60,1 %. Hal ini 53 berarti 60,1% variasi Dividend Per Share yang bisa dijelaskan oleh variasi dari ke empat variabel independen yaitu Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Rentabilitas Ekonomi, dan Return On Equity. Sedangkan sisanya sebesar 100% - 60,1% = 39,9% di jelaskan oleh sebab - sebab lain di luar model atau variabel lain yang belum diteliti dalam penelitian ini. 4.4 Uji Statistik 4.4.1 Uji F Uji statistik F atau Analisis Of Variance (ANOVA) pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama - sama terhadap variabel dependennya. Nilai F dalam tabel ANOVA juga untuk melihat apakah model yang digunakan sudah tepat atau tidak. (Ghozali, 2009). Hasil perhitungan Uji F ini dengan menggunakan SPSS versi 16 dapat dilihat pada Tabel 4.11 berikut: Tabel 4.11 Uji F Sumber: data sekunder ICMD 2010-2012 54 Dari hasil analisis regresi di atas, dapat diketahui bahwa secara simultan atau bersama - sama variabel independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai Fhitung > Ftabel dan nilai probabilitas 0,000 yang lebih kecil dari 0,05. 4.4.2 Uji t Uji t bertujuan untuk menguji masing- masing variabel independen secara individu apakah berpengaruh nyata terhadap variabel dependen (Dividend Per Share) atau tidak, atau uji t digunakan untuk mengetahui tingginya derajat satu variabel X terhadap variabel Y jika variabel X yang lain dianggap konstan. Hasil uji analisis menggunakan SPSS versi 16 terlihat pada Tabel 4.12 di bawah ini: Tabel 4.12 Uji t Sumber: Data sekunder ICMD 2010-2012 Dari perhitungan regresi diatas maka dapat disusun persamaan regresi sebagai berikut: Y = -0,174 + 0,00002 X1 + 0,042 X2 + 0,008 X3 + 0,006 X4 + e 55 Keterangan: Y : Dividend Per Share A : konstanta B1 , B2 : Koefisien Regresi X1 : Current Ratio X2 : Debt to Equity Ratio X3 : Rentabilitas Ekonomi X4 : Return On Equity 1. Berdasarkan uji t di atas menunjukan bahwa Nilai Konstanta besarnya -0.174 , maka dapat disimpulkan bahwa Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Rentabilitas Ekonomi dan Return On Equity jika nilainya tidak berubah atau tetap Dividend Per Share akan menurun. 2. Berdasarkan uji t diatas menunjukan bahwa Current Ratio (X1) mempunyai nilai signifikan 0.358 > 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa Current Ratio tidak mempunyai pengaruh terhadap Dividend Per Share. Dengan demikian hipotesis pertama yang menunjukan Current Ratio mempengaruhi Dividend Per Share ditolak. Koefisien regresi variabel Current Ratio sebesar 0.00002 yang artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan Current Ratio mengalami kenaikan satuan maka Dividend Per Share akan mengalami kenaikan sebesar 0.00002. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara Current Ratio dengan Dividend Per Share, jadi semakin naik Current Ratio semakin naik pula Dividend Per Share. 3. Berdasarkan uji t diatas menunjukan bahwa Debt Equity Ratio (X2) mempunyai nilai signifikan 0.028 < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa Debt Equity Ratio 56 mempunyai pengaruh terhadap Dividend Per Share. Dengan demikian hipotesis kedua yang menunjukan Debt Equity Ratio mempengaruhi Dividend Per Share diterima. Koefisien regresi variabel Debt to Equity Ratio sebesar 0.042 yang artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan Debt to Equity Ratio mengalami kenaikan satuan maka Dividend Per Share akan mengalami kenaikan sebesar 0.042. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara Debt to Equity Ratio dengan Dividend Per Share, jadi semakin naik Debt to Equity Ratio semakin naik pula Dividend Per Share. 4. Berdasarkan uji t diatas menunjukan bahwa Rentabilitas Ekonomi (X3) mempunyai nilai signifikan 0.000 < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa Rentabilitas Ekonomi mempunyai pengaruh terhadap Dividend Per Share. Dengan demikian hipotesis ketiga yang menunjukan Rentabilitas Ekonomi mempengaruhi Dividend Per Share diterima. Koefisien regresi variabel Rentabilitas Ekonomi sebesar 0.008 yang artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan Rentabilitas Ekonomi mengalami kenaikan satuan maka Dividend Per Share akan mengalami kenaikan sebesar 0.008. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara Rentabilitas Ekonomi dengan Dividend Per Share, jadi semakin naik Rentabilitas Ekonomi semakin naik pula Dividend Per Share. 5. Berdasarkan uji t diatas menunjukan bahwa Return On Equity (X4) mempunyai nilai signifikan 0.786 > 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa Return On Equity (X4) mempunyai pengaruh terhadap Dividend Per Share. Dengan demikian hipotesis keempat yang menunjukan Return On Equity (X4) mempengaruhi Dividend Per Share ditolak. Koefisien regresi variabel Return On Equity sebesar 57 0.006 yang artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan Return On Equity mengalami kenaikan satuan maka Dividend Per Share akan mengalami kenaikan sebesar 0.006. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara Return On Equity dengan Dividend Per Share, jadi semakin naik Return On Equity semakin naik pula Dividend Per Share. 4.5 PEMBAHASAN 4.5.1 Uji F (Simultan) Berdasarkan hasil uji F Current Ratio (X1), Debt to Equity Ratio (X2), Rentabilitas Ekonomi (X3) dan Return On Equity (X4) berpengaruh terhadap Dividend Per Share (Y). hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian berdasarkan uji F menunjukan hasil signifikan sebesar 0.000 < 0.05 yang berarti secara simultan atau bersama-sama berpengaruh terhadap Dividend Per Share. 4.5.2 Uji t (Parsial) 1. Current Ratio Berdasarkan uji t diatas menunjukan bahwa Current Ratio (X1) mempunyai nilai signifikan 0.358 > 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa Current Ratio tidak mempunyai pengaruh terhadap Dividend Per Share. Dengan demikian hipotesis pertama yang menunjukan Current Ratio mempengaruhi Dividend Per Share ditolak. Current Ratio menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar utangnya yang harus segera dipenuhi dengan menggunakan aktiva lancar yang dimilikinya. Semakin besar Current Ratio menunjukkan semakin tinggi kemampuan 58 perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Tingginya Current Ratio menunjukkan keyakinan investor terhadap kemampuan perusahaan untuk membayarkan dividen yang dijanjikan (Handayani dalam Marlina dan Danica, 2010). Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak keputusan dividen, karena dividen menunjukkan arus kas keluar, semakin besar posisi kas dan keseluruhan likuiditas perusahaan maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Oleh karena pihak manajemen ingin mempertahankan likuiditas untuk menghindari risiko ketidakpastian, maka manajemen tidak akan membayar dividen dalam jumlah besar. merupakan arus kas keluar, oleh karena itu perusahaan membayar dividen kepada pemegang saham harus tersedia uang kas yang cukup banyak agar tidak menurunkan tingkat likuiditas perusahaan. Bagi perusahaan yang kondisi likuiditasnya kurang baik biasanya membayar dividen yang kecil. Terkadang sudah memuaskan bagi suatu perusahaan, tetapi jumlah modal kerja dan besarnya rasio tergantung pada beberapa faktor, suatu standard atau rasio yang umum tidak dapat ditentukan untuk seluruh perusahaan. Current Ratio hanya merupakan kebiasaan dan akan digunakan sebagai titik tolak ukur likuidasi suatu perusahaan. Bagi perusahaan yang mempunyai hubungan baik dengan kreditur atau posisinya kuat terhadap pemasok, mungkin perusahaan tidak perlu memiliki rasio yang tinggi. Dengan kondisi demikian maka supermarket dapat membayar hutangnya setelah 3 atau 4 bulan, sedangkan penjualan dilakukan secara tunai. Oleh karena itu untuk mengukur tingginya likuiditas perusahaan lebih baik untuk mempergunakan angka perputaran modal kerja daripada mempergunakan rasio lancar. Adapun 59 pertimbangannya ialah karena angka perputaran modal kerja tidak banyak dipengaruhi oleh sifat musiman, relatif dibandingkan dengan rasio lancar. Hal ini mendukung hasil penelitian (Yulia, 2009) dan (Sumani, 2012) bahwa Current Ratio tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividend per share ini dikarenakan Current Ratio biasanya digunakan untuk membayar kewajiban jangka pendek perusahaan. Sehingga apabila likuiditas perusahaan semakin tinggi maka pembagian dividen tidak akan berubah. Jadi likuiditas perusahaan yang tinggi tidak akan memberi dampak tingginya pembagian dividen karena justru pengalokasian dana untuk pertimbangan menjaga jumlah kas perusahaan, oleh karena itu perusahaan membayar dividen kepada pemegang saham harus tersedia uang kas yang cukup banyak agar tidak menurunkan tingkat likuiditas perusahaan. Bagi perusahaan yang kondisi likuiditasnya kurang baik biasanya membayar dividen yang kecil. Sebagai contoh pada perusahaan PT Barito Pacific Tbk (BRPT) melakukan kuasi reorganisasi guna menutup defisit anggaran yang sudah mencapai Rp 6 Triliun. Sehingga PT Barito Pasific Tbk tetap bias membayarkan kewajiban jangka pendeknya dan kebutuhan likuid perusahaannya. 2. Debt to Equity Ratio Berdasarkan uji t diatas menunjukan bahwa Debt Equity Ratio (X2) mempunyai nilai signifikan 0.028 < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa Debt Equity Ratio mempunyai pengaruh terhadap Dividend Per Share. Dengan demikian hipotesis kedua yang menunjukan Debt Equity Ratio mempengaruhi Dividend Per Share diterima. 60 Secara konseptual Debt to Equity Ratio menunjukkan bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang. Semakin besar Debt to Equity Ratio maka semakin besar modal pinjaman sehingga akan menyebabkan semakin besar pula beban hutang (biaya bunga) yang harus ditanggung perusahaan. Hasil analisis penelitian ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh terhadap dividen. Semakin besarnya beban hutang perusahaan, maka jumlah laba yang dibagikan sebagai dividen per lembar saham akan berkurang. Dengan demikian Debt to Equity Ratio yang tinggi berdampak pada semakin kecilnya kemampuan perusahaan untuk membagikan dividen atau sebaliknya. Hal ini bertolak belakang dengan hasil penelitian (Yulia, 2009) dan (Marlina, 2009) yang menyatakan bahwa variabel Debt to Equity Ratio tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividen. Namun, penelitian ini mendukung hasil penelitian dari (Setiawati, 2012) dan (Marlina, 2009) yang menyatakan Debt to Equity Ratio mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Per Share. Komitmen perusahaan disektor manufaktur untuk melakukan pembayaran dividen secara teratur menyebabkan kemampuan pembayaran dividen tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya hutang perusahaan bahkan kenaikan hutang dapat menigkatkan kemampuan perusahaan membayar dividen selama penggunaan hutang harus selalu diiringi dengan peningkatan laba perusahaan. Hal ini sesuai dengan teori keuangan yang menyatakan jangan lakukan hutang baru jika tidak menghasilkan tambahan laba. 61 3. Rentabilitas Ekonomi Berdasarkan uji t diatas menunjukan bahwa Rentabilitas Ekonomi (X3) mempunyai nilai signifikan 0.000 < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa Rentabilitas Ekonomi mempunyai pengaruh terhadap Dividend Per Share. Dengan demikian hipotesis ketiga yang menunjukan Rentabilitas Ekonomi mempengaruhi Dividend Per Share diterima. Menurut (Riyanto, 2008) tinggi rendahnya rentabilitas dipengaruhi oleh dua faktor yaitu profit margin yang merupakan perbandingan antara laba usaha dengan penjualan usaha yang dinyatakan dalam porsentase.Turnover of Operating Asset (tingkat perputaran aktiva usaha) yang merupakan kecepatan berputarnya operating asset dalam suatu periode tertentu. Perputaran tersebut dapat ditentukan dengan membagi penjualan bersih dengan modal usaha. Oleh karena itu, pengertian Rentabilitas sering digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal dalam suatu perusahaan, maka Rentabilitas Ekonomi sering pula dimaksudkan sebagai kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja di dalamnya dalam menghasilkan laba. Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian (Yulia, 2009) yang menyatakan bahwa variabel Rentabilitas Ekonomi tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap Dividend Per Share. Ini dikarenakan efisiensi penggunaan modal dalam suatu perusahaan untuk membuat efisiensi modal perusahaan akan berpengaruh terhadap tingginya dividen yang dibagikan. 62 4. Return On Equity Berdasarkan uji t diatas menunjukan bahwa Return On Equity (X4) mempunyai nilai signifikan 0.786 > 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa Return On Equity (X4) mempunyai pengaruh terhadap Dividend Per Share. Dengan demikian hipotesis keempat yang menunjukan Return On Equity (X4) mempengaruhi Dividend Per Share ditolak. Profitabilitas merupakan salah satu pengukuran bagi kinerja suatu perusahaan, profitabilitas suatu perusahaan menunjukan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba selama pereode tertentu pada tingkat penjualan, asset dan modal saham tertentu. Profitabilitas suatu perusahaan dapat dinilai melalui berbagai cara tergantung pada laba dan aktiva atau modal yang akan diperbandingkan satu dengan lainya. Suatu pengukuran dari penghasilan atau income yang tersedia bagi pemilik perusahaan atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan. Return On Equity artinya profitabilitas yang meningkat. Padahal, profitabilitas ini meningkat bisa jadi karena berbagai macam hal: kinerja operasi meningkat, pajak yang turun, efisiensi, atau pendapatan lain-lain. Intinya, pemahaman yang baik mengenai Return On Equity akan memberikan gambaran kepada investor mengenai bagaimana perusahaan dikelola. Selanjutnya tentu ini akan membantu dalam melakukan penilaian terhadap perusahaan dan mempengaruhi keputusan investasi, berarti kita juga dapat mengetahui lebih lanjut kualitas penghasilan yang bisa didapatkan dari perusahaan. Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian (Yulia, 2009) yang menyatakan bahwa variabel Return On Equity mempunyai pengaruh signifikan terhadap Dividend Per Share. Namun mendukung hasil penelitian (Sumani, 2012) yang menyatakan 63 Return On Equity tidak berpengaruh signifikan. Ini dikarenakan, Return On Equity suatu pengukuran dari penghasilan atau income yang tersedia bagi pemilik perusahaan atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan.Committee on terminology mendefinisikan profitabilitas adalah jumlah yang berasal dari pengurangan harga pokok produksi, biaya lain dan kerugian dari penghasilan atau penghasilan operasi. Selain itu tergantung kebijakan masing – masing perusahaan ingin menggunakan keuntungan untuk dibagikan atau untuk laba ditahan dan kebutuhan pengembangan perusahaan. Contoh pada PT Barito Pacific Tbk sebagai holding company sangat tergantung dari kinerja anak usaha. Kontribusi portofolio bisnis PT Barito Pacific Tbk masih didominasi petrokimia, sehingga kinerja PT Chandra Asri Petrochemical Tbk akan terefleksi ke kinerja PT Barito Pacific Tbk. Hingga Maret 2012 kinerja PT Chandra Asri Petrochemical Tbk masih terkendala krisis di Eropa dan Amerika Serikat sehingga menyebabkan harga produk petrokimia tertekan. Faktor pengetatan kredit di China juga berpengaruh cukup besar terhadap menipisnya margin produk petrokimia. Perseroan berharap kondisi tersebut bias segera pulih. Pendapatan perseroan di Kuartal I-2012 tercatat naik 10,7% menjadi Rp 5,46 Triliun dibandingkan periode yang sama tahun 2011 sebesar Rp 4,93 Triliun. Meskipun kuasi reorganisasi telah dilakukan, PT Barito Pacific Tbk masih mencatatkan rugi bersih pada tahun 2011 sebesar Rp 319,6 miliar menyusut 83,3% dibandingkan dengan tahun sebelumnya Rp 558,63 miliar. Penurunan rugi bersih karena adanya kenaikan pendapatan 14,2% menjadi Rp 19,38 Triliun dari Rp 16,97 Triliun. Secara retained earnings sebenarnya perusahaan untung Rp 25,1 miliar karena ada penjualan saham milik anak cabang. 64 BAB V PENUTUP 5.1 KESIMPULAN Setelah diadakan analisis data yang telah dikemukakan dalam data sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan yang merupakan jawaban permasalahan dan sekaligus dalam mencapai tujuan penelitian ini. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan pada Bab IV, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 1 menunjukan bahwa secara parsial variabel Current Ratio (X1) berpengaruh positif tidak signifikan terhadap variabel Dividend Per Share. 2. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 2 menunjukan bahwa secara parsial variabel Debt Equity Ratio (X2) berpengaruh positif signifikan terhadap variabel Dividend Per Share. 3. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 3 menunjukan bahwa secara partial variabel Rentabilitas Ekonomi (X3) berpengaruh positif signifikan terhadap variabel Dividend Per Share. 4. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 4 menunjukan bahwa secara partial variabelReturn On Equity (X4) berpengaruh positif tidak signifikan terhadap variabel Dividend Per Share. 65 5.2 SARAN 1. Investor, perlu memperhatikan Debt to Equity Ratio dengan besarnya Unstandardizae Coefficients Beta sebesar 0,042 dan signifikansinya sebesar 0,028, kemudian Rentabilitas Ekonomi dengan Unstandardizae Coefficients Beta sebesar 0,008 dan signifikansinya sebesar 0,000. 2. Perusahaan perlu memberikan kesan yang baik kepada para investor bahwa perusahaan mempunyai prospek yang bagus dimasa yang akan datang, dengan cara mempertahankan besarnya dividen yang dibagikan. Hal ini dapat menimbulkan kepercayaan pasar terhadap perusahaan yang bersangkutan menjadi lebih besar, dibandingkan jika perusahaan menurunkan besarnya dividen yang dibagikan ketika laba mengalami penurunan. 3. Bagi kreditur sebagai dasar pembuatan pertimbangan dan keputusan dalam pengambilan keputusan sebelum memberikan kredit kepada perusahaan yang bersangkutan. Kreditur harus menganalisis kondisi dan kinerja perusahaan sehingga berguna untuk informasi kreditur dalam hal pengembalian pinjaman pada saat jatuh tempo ataupun tidak. 4. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan penelitian selanjutnya dengan menambah variabel independen dan jumlah perusahaan yang mempengaruhi Dividend Per Share, misalnya memasukkan tingkat suku bunga, jumlah uang beredar, inflasi, ukuran perusahaan dan lain – lain sehingga dalam penelitian yang baru tersebut lebih mampu menjelaskan variabel yang mempengaruhi Dividend Per Share. DAFTAR PUSTAKA Arimawati, Rizky. 2011. Analisis Pengaruh Cash Position, Return On Equity, Debt to Equity Ratio, Company’s Growth, dan Collateralizable Assets Terhadap Dividend Payout Ratio. SKRIPSI. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang. Atmaja, Lukas Setia. 2006. Manajemen Keuangan. Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi Ayu, Made Lisna Dewanti. 2011. Analisis Pengaruh Cash Ratio, Debt to Equity ratio dan Earning Per Share Terhadap Cash Dividend Pada Perusahaan Food and Beverages yang Terdaftar di BEI Periode 2005-2010. Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Darmadji, Tjiptono. 2006. Pasar Modal di Indonesia: Pendekatan Tanya Jawab. Edisi Kedua. Jakarta: Salemba Empat. Efni, Yulia dan Sri Restuti. 2009. Analisis Pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Rentabilitas Ekonomi dan Return On Equity Terhadap dividend Per Share Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI.. Jurnal Manajemen Bisnis Vol.17 No.2 Agustus 2009. Fajriyah, Nasim. 2011. Analisis Pengaruh ROE, DER, Management Ownership, Free Cash Flow dan Size Terhadap Dividend Payout Ratio Pada PerusahaanPerusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 20062009. SKRIPSI. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi Ketiga Universitas Diponegoro Semarang. Haryeti dan Elida Ilyas. 2011. Analisis Pengaruh Financial Leverage, Investasi, Likuiditas, Serta Resiko Perusahaan Terhadap Dividend Payout Ratio. Jurnal Manajemen Bisnis Vol.19 No.3 September 2011. Hatta, Atika Hauhari. 2002. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen: Investigasi Pengaruh Teori Stakeholder. Jurnal Manajemen Bisnis Vol.6 No.2 Desember 2002. Intan, Taranika. 2009. Pengaruh Dividend Per Share, Risiko Sistematis dan Inflasi Terhadap Harga Saham Industri Tekstil di BEI. Tesis. Magister Akuntansi Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara. Marlina, Lisa dan Clara Danica. 2009. Analisis Pengaruh Cash Position, Debt to Equity Ratio dan Return On Assets Terhadap Dividend Payout Ratio. Jurnal Manajemen Bisnis Vol.2 No.1 Januari 2009. Martono dan Harjito. 2004. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Ekonisia. Palino, Novianty. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dividen Tunai Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI. SKRIPSI. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin Makassar. Riyanto, Bambang. 2008. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi keempat. Yogyakarta: BPFE. Sekaran, Uma. 2011. Research Methods For Business. Jakarta: Salemba Empat. Setiawati. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dividen Per Share Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI Periode 2006-2010. SKRIPSI. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin Makassar. Sri, Sutari Rejeki. 2011. Analisis Pengaruh Debt to Equity Ratio, Net Profit Margin, Assets Growth, Firm Size dan Current Ratio Terhadap Dividend Payout Ratio. SKRIPSI. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang. Sugeng, Bambang. 2009. Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Struktur Modal Terhadap Kebijakan Inisiasi Dividen di Indonesia. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang. Suharli, Michell. 2007. Analisis Pengaruh Profitability dan Investment Opportunity Set Terhadap Kebijakan Dividen Tunai dengan Likuiditas Sebagai Variabel Intervening. Jurnal Ekonomi Akuntansi dan Keuangan Vol.9 No.1 Mei 2007. Sumani. 2012. Analisis Pengaruh Return On Equity, Current Ratio, Debt to Total Assets dan Earning Per Share Terhadap Cash Dividend Pada Perusahaan Non Jasa Keuangan Yang Go Public di Bursa Efek Indonesia. Fakultas Ekonomi Universitas Jember. Weston, J.Fred & Brigham. 2003. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Jakarta: Erlangga Wibisono, Anjar. 2010. Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage dan Profitabilitas Terhadap Dividend Payout Ratio (Studi Pada Perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia). Fakultas Ekonomi Universitas Balikpapan Kalimantan Timur. WWW.google.com/#q = alasan + barito + pacific + Tbk + tidak + membagikan + dividen diunduh tanggal 27 Februari 2014 WWW.indonesia finance today.com/read/6098/Barito-Pacific-Akan-Lakukan-KuasiReorganisasi diunduh tanggal 27 Februari 2014 LAMPIRAN 1 DATA PERUSAHAAN MANUFAKTUR di BEI 2010-2012 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Nama Perusahaan PT AKR Corporindo Tbk PT Alumindo Light Metal Industry Tbk PT Asahimas Flat Glas Tbk PT Astra Graphia Tbk PT Astra International Tbk PT Astra Otoparts Tbk PT Sepatu Bata Tbk PT Indo Kordsa Tbk PT Berlina Tbk PT Beton Jaya Manunggal Tbk PT Budi Acid Jaya Tbk PT Colorpak Indonesia Tbk PT Citra Tubindo Tbk PT Delta Djakarta Tbk PT Darya Varia Laboratoria Tbk PT Ekadharma International Tbk PT Fast Food Indonesia Tbk PT Gudang Garam Tbk PT Gajah Tunggal Tbk PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk PT Champion Pacific Indonesia Tbk PT Indomobil Sukses Internasional Tbk PT Holcim Indonesia Tbk PT Unilever Indonesia Tbk KODE AKRA ALMI AMFG ASGR ASII AUTO BATA BRAM BRNA BTON BUDI CLPI CTBN DLTA DVLA EKAD FAST GGRM GJTL ICBP IGAR IMAS SMCB UNVR LAMPIRAN II DATA VARIABEL DEPENDEN DAN VARIABEL INDEPENDEN DATA VARIABEL DEPENDEN DPS No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Nama Perusahaan AKRA ALMI AMFG ASGR ASII AUTO BATA BRAM BRNA BTON BUDI CLPI CTBN DLTA DVLA EKAD FAST GGRM GJTL ICBP IGAR IMAS SMCB UNVR 2010 0.06 0.001 0.02 0.07 0.05 0.0001 0.003 0.0001 0.004 0.0001 0.06 0.0002 0.06 0.01 0.04 0.07 0.0005 0.04 0.003 0.04 0.0001 0.02 0.003 0.1 2011 0.06 0.09 0.03 0.0001 0.02 0.2 0.003 0.12 0.0003 0.0002 0.01 0.0001 0.02 0.01 0.04 0.04 0.0001 0.04 0.002 0.04 0.0003 0.02 0.01 0.14 2012 0.08 0.02 0.001 0.13 0.13 0.07 0.09 0.07 0.5 0.03 0.002 0.04 0.2 0.3 0.04 0.02 0.04 0.07 0.006 0.09 0.4 0.05 0.003 1.14 DATA VARIABEL INDEPENDEN CURRENT RATIO No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Nama Perusahaan AKRA ALMI AMFG ASGR ASII AUTO BATA BRAM BRNA BTON BUDI CLPI CTBN DLTA DVLA EKAD FAST GGRM GJTL ICBP IGAR IMAS SMCB UNVR 2010 104.79 86.48 393.95 151.03 126.18 175.73 20.85 401.76 133.16 359.72 102.93 184.54 138.10 633.08 371.67 176.26 170.82 270.08 176.09 259.80 704.18 106.94 166.19 85.13 Current Ratio 2011 135.73 121.35 442.29 159.16 136.40 135.48 212.77 278.88 100.93 313.76 125.04 158.27 218.56 600.90 483.04 190.36 179.66 224.48 174.93 287.11 5773.28 136.78 146.58 68.67 2012 144.00 1292.04 3887.01 159.00 140.00 116.00 212.00 213.00 97.00 330.00 1131.63 160.00 179.00 526.00 431.00 241.00 177.00 217.00 172.00 276.00 436.00 123.00 140.46 66.00 DEBT TO EQUITY RATIO No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Nama Perusahaan AKRA ALMI AMFG ASGR ASII AUTO BATA BRAM BRNA BTON BUDI CLPI CTBN DLTA DVLA EKAD FAST GGRM GJTL ICBP IGAR IMAS SMCB UNVR 2010 2.01 1.97 0.29 1.10 1.10 0.38 0.46 0.26 1.62 0.23 1.53 1.05 1.43 0.20 0.33 0.74 0.54 0.44 1.94 0.45 0.23 4.99 0.52 1.15 Debt to Equity Ratio 2011 1.32 2.47 0.25 1.02 1.02 0.47 0.46 0.38 1.53 0.29 1.62 1.43 0.69 0.22 0.28 0.61 0.86 0.59 1.61 0.42 0.22 1.54 0.45 1.85 2012 1.8 2.2 0.26 0.95 1.02 0.61 0.48 0.35 1.55 0.28 1.69 1.21 0.88 0.24 0.27 0.42 0.79 0.56 1.34 0.48 0.29 2.07 0.45 2.02 RENTABILITAS EKONOMI No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Nama Perusahaan AKRA ALMI AMFG ASGR ASII AUTO BATA BRAM BRNA BTON BUDI CLPI CTBN DLTA DVLA EKAD FAST GGRM GJTL ICBP IGAR IMAS SMCB UNVR Rentabilitas Ekonomi 2010 2011 0.17 0.2 0.11 0.08 0.23 0.2 0.33 0.32 0.42 0.33 0.36 0.26 0.25 0.22 0.19 0.1 0.23 0.22 0.15 0.26 0.09 0.11 0.28 0.24 0.23 0.57 0.33 0.35 0.24 0.22 0.31 0.23 0.32 0.35 0.26 0.26 0.31 0.19 0.28 0.25 0.28 0.24 1.97 4.27 0.16 0.2 1.12 1.51 2012 0.19 0.004 0.18 0.35 0.31 0.23 0.25 0.14 0.26 0.28 0.01 0.24 0.37 0.34 1.05 0.28 0.33 1.009 0.002 0.01 10.31 0.01 0.22 1.62 RETURN ON EQUITY Nama Perusahaan AKRA ALMI AMFG ASGR ASII AUTO BATA BRAM BRNA BTON BUDI CLPI CTBN DLTA DVLA EKAD FAST GGRM GJTL ICBP IGAR IMAS SMCB UNVR 2010 17.60 11.86 23.82 33.94 42.65 36.11 25.51 19.94 23.48 15.52 9.42 28.19 23.18 33.40 24.02 31.61 32.63 26.57 31.77 28.24 28.69 50.57 16.83 112.19 Return On Equity 2011 20.70 8.77 20.82 32.70 33.98 26.57 22.18 10.24 22.86 26.58 11.11 24.77 57.44 35.76 22.85 23.85 35.96 26.94 19.31 25.63 24.70 23.37 20.37 151.45 2012 17 2 14 35.84 31.06 23.03 17 13 20 21 1 16 24 25 17 18.7 20 15 20 19 18.3 24.33 22.25 121 LAMPIRAN III OLAHAN DATA INPUT SPSS No. Kode 1 AKRA 2 ALMI 3 AMFG 4 ASGR 5 ASII 6 AUTO 7 BATA 8 BRAM 9 BRNA 10 BTON 11 BUDI 12 CLPI 13 CTBN Tahun x1 2010 104.79 2011 135.73 2012 144.00 2010 86.48 2011 121.35 2012 1292.04 2010 393.95 2011 442.29 2012 3887.01 2010 151.03 2011 159.16 2012 159.00 2010 126.18 2011 136.40 2012 140.00 2010 175.73 2011 135.48 2012 116.00 2010 20.85 2011 212.77 2012 212.00 2010 401.76 2011 278.88 2012 213.00 2010 133.16 2011 100.93 2012 97.00 2010 359.72 2011 313.76 2012 330.00 2010 102.93 2011 125.04 2012 1131.63 2010 184.54 2011 158.27 2012 160.00 2010 138.10 2011 218.56 2012 179.00 x2 2.01 1.32 1.8 1.97 2.47 2.2 0.29 0.25 0.26 1.10 1.02 0.95 1.10 1.02 1.02 0.38 0.47 0.61 0.46 0.46 0.48 0.26 0.38 0.35 1.62 1.53 1.55 0.23 0.29 0.28 1.53 1.62 1.69 1.05 1.43 1.21 1.43 0.69 0.88 x3 17.60 20.70 0.17 11.86 8.77 0.02 23.82 20.82 0.14 33.94 32.70 35.84 42.65 33.98 31.06 36.11 26.57 23.03 25.51 22.18 0.17 19.94 10.24 0.13 23.48 22.86 0.20 15.52 26.58 0.21 9.42 11.11 0.01 28.19 24.77 0.16 23.18 57.44 0.24 x4 0.17 0.2 0.19 0.11 0.08 0.004 0.23 0.2 0.18 0.33 0.32 0.35 0.42 0.33 0.31 0.36 0.26 0.23 0.25 0.22 0.25 0.19 0.1 0.14 0.23 0.22 0.26 0.15 0.26 0.28 0.09 0.11 0.01 0.28 0.24 0.24 0.23 0.57 0.37 Y 0.06 0.06 0.08 0.001 0.09 0.02 0.02 0.03 0.001 0.07 0.0001 0.13 0.05 0.02 0.13 0.0001 0.2 0.07 0.003 0.003 0.09 0.0001 0.12 0.07 0.004 0.0003 0.5 0.0001 0.0002 0.03 0.06 0.01 0.002 0.0002 0.0001 0.04 0.06 0.02 0.2 14 DLTA 15 DVLA 16 EKAD 17 FAST 18 GGRM 19 GJTL 20 ICBP 21 IGAR 22 IMAS 23 SMCB 24 UNVR 2010 633.08 2011 600.90 2012 526.00 2010 371.67 2011 483.04 2012 431.00 2010 176.26 2011 190.36 2012 241.00 2010 170.82 2011 179.66 2012 177.00 2010 270.08 2011 224.48 2012 217.00 2010 176.09 2011 174.93 2012 172.00 2010 259.80 2011 287.11 2012 2676.00 2010 704.18 2011 5773.28 2012 436.00 2010 106.94 2011 136.78 2012 123.00 2010 166.19 2011 146.58 2012 140.46 2010 85.13 2011 68.67 2012 66.00 0.20 0.22 0.24 0.33 0.28 0.27 0.74 0.61 0.42 0.54 0.86 0.79 0.44 0.59 0.56 1.94 1.61 1.34 0.45 0.42 0.48 0.23 0.22 0.29 4.99 1.54 2.07 0.52 0.45 0.45 1.15 1.85 2.02 33.40 35.76 25 24.02 22.85 17 31.61 23.85 187.50 32.63 35.96 20 26.57 26.94 5 31.77 19.31 20 28.24 25.63 19 28.69 24.70 183.89 50.57 23.37 24.33 16.83 20.37 22.25 112.19 151.45 121 0.33 0.35 0.34 0.24 0.22 1.05 0.31 0.23 0.28 0.32 0.35 0.33 0.26 0.26 1.009 0.31 0.19 0.002 0.28 0.25 0.01 0.28 0.24 10.31 1.97 4.27 0.01 0.16 0.2 0.22 1.12 1.51 1.62 0.01 0.01 0.3 0.04 0.04 0.04 0.07 0.04 0.02 0.0005 0.0001 0.04 0.04 0.04 0.07 0.003 0.002 0.006 0.04 0.04 0.09 0.0001 0.0003 0.4 0.02 0.02 0.05 0.003 0.01 0.003 0.1 0.14 1.14 LAMPIRAN IV HASIL OUTPUT SPSS b ANOVA Model 1 Sum of Squares df Mean Square Regression .865 4 .216 Residual .518 61 .008 1.383 65 Total F Sig. 25.447 .000 a a. Predictors: (Constant), x4, x1, x2, x3 b. Dependent Variable: Y Coefficients a Standardized Unstandardized Coefficie Coefficients Collinearity nts Statistics Toleranc Model 1 B (Constant) Std. Error -.174 .031 x1 2.204E-5 .000 x2 .042 x3 x4 Beta t Sig. e -5.697 .000 .075 .926 .358 .932 1.073 .019 .180 2.250 .028 .960 1.042 .008 .001 .771 9.221 .000 .879 1.138 .006 .022 .022 .272 .786 .900 1.112 a. Dependent Variable: Y b Model Summary Adjusted R Model 1 R .791 R Square a .625 a. Predictors: (Constant), x4, x1, x2, x3 b. Dependent Variable: Y VIF Square .601 Std. Error of the Estimate .092 Durbin-Watson 1.836 Descriptive Statistics N x1 Minimum Maximum Mean Std. Deviation 3.204542E 66 66.0000 3.8870E3 66 .2000 2.4700 66 1.0000 121.0000 x4 66 0 4 .33 .546 Y 66 0 1 .06 .146 Valid N (listwise) 66 x2 x3 Coefficients 2 .882576 2.427667E 1 497.3425118 .6268071 14.5884083 a Standardized Coefficient Unstandardized Coefficients Model 1 B (Constant) Std. Error -8.228 .849 x1 .000 .001 x2 .494 x3 x4 a. Dependent Variable: LnRes2.2 s Collinearity Statistics Beta t Sig. Tolerance VIF -9.690 .000 .073 .577 .566 .932 1.073 .517 .119 .956 .343 .960 1.042 .041 .023 .229 1.758 .084 .879 1.138 .475 .613 .100 .775 .441 .900 1.112 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parameters 66 a Mean Std. Deviation Most Extreme Differences .0000000 .08929299 Absolute .111 Positive .111 Negative -.040 Kolmogorov-Smirnov Z .904 Asymp. Sig. (2-tailed) .387 a. Test distribution is Normal. Coefficients a Collinearity Statistics Model 1 Tolerance VIF (Constant) x1 .932 1.073 x2 .960 1.042 x3 .879 1.138 x4 .900 1.112 a. Dependent Variable: Y