pengaruh current ratio, debt to equity ratio, rentabilitas ekonomi, dan

advertisement
PENGARUH CURRENT RATIO, DEBT TO
EQUITY RATIO, RENTABILITAS EKONOMI,
DAN RETURN ON EQUITY TERHADAP
DIVIDEND PER SHARE PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAPAT DI BURSA
EFEK INDONESIA PERIODE 2010 – 2012
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1)
Pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Dian Nuswantoro
Disusun oleh :
UNIK AGUSTINA
B11.2010.01914
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO
SEMARANG
2014
PENGARUH CURRENT RATIO, DEBT TO
EQUITY RATIO, RENTABILITAS EKONOMI,
DAN RETURN ON EQUITY TERHADAP
DIVIDEND PER SHARE PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAPAT DI BURSA
EFEK INDONESIA PERIODE 2010 – 2012
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1)
Pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Dian Nuswantoro
Disusun oleh :
UNIK AGUSTINA
B11.2010.01914
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO
SEMARANG
2014
ii
PERSETUJUAN USULAN SKRIPSI
Nama
: Unik Agustina
NIM
: B11.2010.01914
Fakultas
: Ekonomi dan Bisnis
Program Studi
: Manajemen S-1
Judul Skripsi
: PENGARUH CURRENT RATIO, DEBT TO EQUITY
RATIO, RENTABILITAS EKONOMI, DAN RETURN ON
EQUITY TERHADAP DIVIDEND PER SHARE PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAPAT DI
BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2010 – 2012
Dosen Pembimbing
: Mahmud, SE.,MM
Semarang, 11 Februari 2014
Dosen Pembimbing
(
iii
)
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama
: Unik Agustina
NIM
: B11.2010.01914
Fakultas
: Ekonomi dan Bisnis
Program Studi
: S-1 Manajemen
Judul Skripsi
: PENGARUH CURRENT RATIO, DEBT TO EQUITY
RATIO, RENTABILITAS EKONOMI, DAN RETURN ON
EQUITY TERHADAP DIVIDEND PER SHARE PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAPAT DI
BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2010 – 2012
Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri, apabila di kemudian hari
ditemukan adanya bukti plagiasi, manipulasi dan / atau pemalsuan data maupun
bentuk-bentuk kecurangan lain, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas
Ekonomi Universitas Dian Nuswantoro Semarang.
Semarang, 11 Februari 2014
( Unik Agustina)
iv
PENGESAHAN SKRIPSI
Nama
:
Unik Agustina
NIM
:
B11.2010.01914
Fakultas
:
Ekonomi dan Bisnis
Program Studi
:
S-1 Manajemen
Judul Skripsi
:
PENGARUH CURRENT RATIO, DEBT TO EQUITY
RATIO, RENTABILITAS EKONOMI, DAN RETURN
ON EQUITY TERHADAP DIVIDEND PER SHARE
PADA
PERUSAHAAN
MANUFAKTUR
YANG
TERDAPAT DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE
2010 – 2012
Dosen Pembimbing
: Mahmud,SE.,MM
Semarang, 11 Februari 2014
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi
Dosen Pembimbing
( Dr. Agus Prayitno )
(Mahmud, SE, MM)
v
PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN SKRIPSI
Nama
:
Unik Agustina
NIM
:
B11.2010.01914
Fakultas
:
Ekonomi dan Bisnis
Program Studi
:
S-1 Manajemen
Judul Skripsi
:
PENGARUH CURRENT RATIO, DEBT TO EQUITY
RATIO, RENTABILITAS EKONOMI, DAN RETURN
ON EQUITY TERHADAP DIVIDEND PER SHARE
PADA
PERUSAHAAN
MANUFAKTUR
YANG
TERDAPAT DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE
2010 – 2012
Telah dinyatakan lulus ujian pada tanggal Januari 2014
Tim Penguji *)
:
1. Mahmud, SE, MM
( …………………… )
2. GuruhTaufan Hariyadi, SE, M.Kom
( …………………… )
3. Hertiana Ikasari, SE, M.si
( …………………… )
vi
MOTTO
1. Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok adalah harapan.
2. Harga kebaikan manusia diukur menurut apa yang telah dilakukannya atau
diperbuatnya.
3. Berusahalah jangan sampai terlengah walau sedetik saja, karena atas
kelengahan kita tak akan bias dikembalikkan seperti semula.
4. Manusia tak selamanya benar dan tak selamanya salah, kecuali ia yang selalu
mengoreksi diri dan membenarkan kebenaran orang lain atas kekeliruan diri
sendiri.
5. Jadilah seperti karang di lautan yang kuat dihantam ombak dan kerjakanlah
hal yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain, karena hidup hanyalah
sekali. Ingat hanya pada Allah apapun dan di manapun kita berada kepada
Dia-lah tempat meminta dan memohon.
6. Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari
betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah.
(Thomas Alva Edison)
vii
ABSTRAKSI
Dividen adalah suatu bentuk pembayaran yang dilakukan oleh perusahaan
baik dalam bentuk kas maupun saham kepada para pemegang saham suatu
perusahaan sebagai proporsi dari jumlah saham yang dimiliki oleh pemilik.
DividenPer Share merupakan total semua dividen yang dibagikan pada tahun buku
sebelumnya, baik dividen intern, dividen total atau dividen saham. Dividend Per
Share yang tinggi mencerminkan perusahaan memiliki prospek yang baik karena
dapat membayarkan Dividend Per Share dalam jumlah yang tinggi. Hal ini akan
menarik investor untuk membeli saham perusahaan. Dividend Per Shar esebagai
variabel dependennya karena ingin mengukur besarnya dividen tunai per lembar
saham yang diterima oleh pemegang saham. Selain itu pembagian dividen dalam
bentuk saham mempunyai kelebihan yaitu sering digunakan oleh emiten untuk
membagikan labanya karena perusahaan karena tidak perlu menggunakan dana
eksternal untuk membagikan dividen bagi pemegang saham.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan
manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2010 sampai
dengan 2012 yang mempublikasikan laporan keuangannya dalam Indonesian Capital
Market Directory (ICMD) tahun 2010 - 2012. Jumlah perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010 - 2012 adalah sebanyak 146
perusahaan. Sedangkan sampel yang memenuhi syarat yang digunakan dalam
penelitian ini sejumlah 24 perusahaan manufaktur. Model yang digunakan adalah
Regresi Linear Berganda.
Hasil analisis menunjukkan secara simultan variabel Current Ratio, Debt to
Equity Ratio, Rentabilitas Ekonomi dan Return On Equity berpengaruh signifikan
terhadap Dividend Per Share. Variabel Debt to Equity Ratio dan Rentabilitas
Ekonomi berpengaruh signifikan terhadap Dividend Per Share. Sedangkan secara
parsial variabel Current Ratio dan Return On Equity tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen.
Kata Kunci : Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Rentabilitas Ekonomi, Return On
Equity dan Dividend Per Share
viii
ABSTRACT
Dividend is a form of payments made by company either in cash money and
shares to the shareholders an enterprise as a proportion of the number of shares
owned by owner. Dividenper share is the total of all dividends on previous
accounting year, both dividends internal matters, total dividends or dividends share.
Dividend per share reflects high the company has a fine prospect because it can pay
dividend per share amounts of high. This will attract investor to buy company shares.
Dividend per shar esebagai variable dependennya for want of measure the
magnitude of cash dividend a share earned by shareholders. Besides dividend in the
form of shares have excess which is often used by issuers to allot his earnings
because the company for not need to use the external to pay a dividend for the
shareholders.
Population used in this research is all manufacturing companies listed on the
indonesia stock exchange (BEI) of 2010 until 2012 publish financial report in
international capital markets directory (ICMD) in 2010 - 2012. The manufacturing
companies listed on the indonesia stock exchange (BEI) period of 2010 - 2012 is as
many as 146 company. The samples qualified used in this research several
manufacturing companies 24. Model used multiple is linear regression.
The analysis showed the variables simultaneously Current Ratio, Debt to
Equity Ratio, Economic Profitability and Return on Equity significant effect on the
Dividend Per Share. Debt to Equity Ratio Variables and Economic Profitability
significant effect on the Dividend Per Share. While partially variable current ratio
and return on equity no significant effect on the dependent variable.
Keywords : Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Rentabilitas Ekonomi, Return On
Equity dan Dividend Per Share
ix
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat, karunia dan hidayahNya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “PENGARUH CURRENT RATIO,
DEBT TO EQUITY RATIO, RENTABILITAS EKONOMI, DAN RETURN ON
EQUITY TERHADAP DIVIDEND PER SHARE PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAPAT DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE
2010 - 2012”.
Skripsi ini penulis susun, guna memenuhi salah satu syarat dalam mencapai
gelar Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Manajemen
Universitas Dian Nuswantoro Semarang.
Peran serta berbagai pihak turut menentukan terselesaikannya penulisan skripsi
ini, untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Edi Noersasongko, M. Kom., selaku Rektor Universitas Dian
Nuswantoro Semarang.
2. Bapak Dr. Agus Prayitno selaku Dekan Universitas Dian Nuswantoro Semarang.
3. Bapak Mahmud, SE, MM, selaku Dosen Pembimbing Fakultas Ekonomi
Universitas Dian Nuswantoro Semarang
4. Bapak Guruh Taufan Hariyadi, SE, M.Kom dan Ibu Hertiana Ikasari, SE, M.Si
selaku Dosen Penguji.
5. Seluruh Dosen dan Karyawan pada Universitas Dian Nuswantoro Semarang.
6. Kedua orang tua saya Bapak dan ibu yang saya sangat saya cinta dan hormati.
x
7. Teman - teman dan sahabat saya yang selalu mendukung saya hingga skripsi ini
selesai.
8. Semua Angkatan 2010 Manajemen Universitas Dian Nuswantoro Semarang yang
tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan segala kritik dan saran yang lebih baik. Akhirnya
penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca khususnya
Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro.
Semarang, 11 Februari 2014
Penulis,
(Unik Agustina)
xi
DAFTAR ISI
Halaman Judul....................................................................................................... i
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi .................................................................. ii
Halaman Pengesahan Skripsi ................................................................................ iii
Halaman Pengesahan Kelulusan Ujian ................................................................. iv
Abstraksi ............................................................................................................... v
Kata Pengantar .................................................................................................... vi
Daftar Tabel ........................................................................................................ xi
Daftar Gambar ..................................................................................................... xii
DaftarLampiran ................................................................................................... xiii
BAB I :
BAB II :
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
1.2
Perumusan Masalah ................................................................ 8
1.3
Tujuan Penelitian .................................................................... 8
1.4
Manfaat Penelitian .................................................................. 9
1.5
Sistematika Penulisan ............................................................. 10
LANDASAN TEORI
2.1
Landasan Teori ........................................................................ 11
2.1.1
Kebijakan Dividen ...................................................... 11
2.1.2
Macam - Macam Kebijakan Dividen ......................... 12
2.1.3
Teori - Teori Kebijakan Dividen ................................. 12
2.1.3.1
Teori Ketidakrelevanan Dividen .................. 12
2.1.3.2
Teori Pendukung Kerelevanan Dividen ....... 12
xii
2.1.4
BAB III :
2.1.3.2.1
Teori Bird-in-the-hand .............................. 12
2.1.2.2.2
Teori Preferensi Pajak .............................. 13
2.1.2.2.3
Teori Signaling Hyphothesis .................... 13
2.1.2.2.3
Teori Clientele Effect ............................... 13
2.1.2.2.4
Teori Keagenan ........................................ 14
Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen ....... 14
2.2
Dividend Per Share ................................................................. 16
2.3
Current Ratio ........................................................................... 16
2.4
Debt to Equity Ratio ............................................................... 17
2.5
Rentabilitas Ekonomi .............................................................. 17
2.6
Return On Equity .................................................................... 18
2.7
Penelitian Terdahulu ............................................................... 19
2.8
Kerangka Teoritis .................................................................... 23
2.9
Hipotesis.................................................................................. 26
METODE PENELITIAN
3.1
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .......................... 27
3.2
Penentuan Populasi dan Sampel ............................................... 32
3.3
Jenis dan Sumber Data ............................................................. 33
3.4
Metode Pengumpulan Data ...................................................... 33
3.5
Analisis Deskriptif .................................................................... 34
3.6
Uji Asumsi Klasik .................................................................... 34
3.6.1
Uji Normalitas ............................................................. 34
3.6.2
Uji Multikolinearitas ................................................... 35
3.6.3
Uji Heteroskedastisitas ................................................ 36
xiii
3.6.4
BAB IV :
3.7
Regresi Linier Berganda ........................................................... 38
3.8
Pengujian Hipotesis .................................................................. 39
3.8.1
Koefisien Determinasi (R2) ......................................... 39
3.8.2
Uji – F ......................................................................... 40
3.8.3
Uji – t .......................................................................... 40
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................ 43
4.2
Hasil Analisis Data .................................................................. 44
4.3
BAB V :
Uji Autokorelasi .......................................................... 37
4.2.1
Deskripsi Hasil Penelitian ........................................... 45
4.2.2
Analisis Data ............................................................... 53
Pembahasan ............................................................................. 57
PENUTUP
5.1
Kesimpulan ............................................................................. 64
5.2
Saran ........................................................................................ 65
Daftar Pustaka
Daftar Lampiran
xiv
DAFTAR TABEL
2.1
Penelitian Terdahulu ................................................................................... 21
3.1
Definisi Operasional..................................................................................... 31
3.2
Tabel Uji D-W.............................................................................................. 38
4.1
Daftar Sampel Perusahaan .......................................................................... 44
4.2
Deskriptif Statistik ...................................................................................... 45
4.3
Kolmogorov-Smirnov Test ......................................................................... 47
4.4
Data Outlayer .............................................................................................. 48
4.5
Uji Kolmogorov yang Sudah Dioutlayer .................................................... 48
4.6
Hasil Uji Multikolinearitas .......................................................................... 49
4.7
Hasil Uji Park .............................................................................................. 51
4.8
Tabel Ketentuan Durbin - Watson .............................................................. 51
4.9
Hasil Uji Durbin – Watson.......................................................................... 52
4.10 Koefisien Determinasi ................................................................................. 52
4.11 Hasil Uji F ................................................................................................... 53
4.12 Hasil Uji t ..................................................................................................... 54
xv
DAFTAR GAMBAR
2.1
Kerangka Teoritis ....................................................................................... 26
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I
Data Perusahaan Manufaktur di BEI periode tahun 2010-2012
Lampiran II
Data Variabel Dependen dan Variabel Ndependen
Lampiran III
Olahan Data dan Output SPSS
Lampiran IV
Hasil Output SPSS
xvii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pasar modal (capital market) merupakan suatu sistem keuangan yang
terorganisasi. Sesuai fungsinya pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian
suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, fungsi ekonomi
dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar
menyediakan fasilitas yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang
memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer).
Dengan adanya pasar modal maka pihak yang memiliki kelebihan dana dapat
menginvestasikan dana tersebut dengan harapan memperoleh imbalan (return)
sedangkan pihak issuer (pihak perusahaan) dapat memanfaatkan dana tersebut untuk
kepentingan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana opersi perusahaan.
Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena pasar modal memberikan
kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana
(Darmadji, 2006).
Salah
satu
tujuan
perusahaan
dalam
manajemen
keuangan
adalah
meningkatkan kemakmuran pemegang saham melalui peningkatan nilai perusahaan.
Sedangkan nilai perusahaan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila
perusahaan tersebut dijual. Nilai perusahaan tercermin dari harga saham perusahaan,
dimana nilai perusahaan tersebut tidak lepas dari tiga keputusan dalam manajemen
keuangan yaitu : keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan dividen.
Keputusan Investasi adalah keputusan yang berkaitan dengan pengalokasian untuk
2
mendanai pembelian asset sedangkan keputusan pendanaan berhubungan dengan
bagaimana mendapatkan dana untuk investasi. Kebijakan dividen menyangkut
tentang masalah pengembalian laba yang diperoleh dari hasil operasi perusahaan.
Laba yang diperoleh perusahaan dapat dibagi sebagai dividen atau ditahan
perusahaan untuk diinvestasikan kembali (Riyanto, 2008).
Dividen adalah suatu bentuk pembayaran yang dilakukan oleh perusahaan baik
dalam bentuk kas maupun saham kepada para pemegang saham suatu perusahaan
sebagai proporsi dari jumlah saham yang dimiliki oleh pemilik. Dividen Per Share
merupakan total semua dividen yang dibagikan pada tahun buku sebelumnya, baik
dividen intern, dividen total atau dividen saham. Dividend Per Share yang tinggi
mencerminkan perusahaan memiliki prospek yang baik karena dapat membayarkan
Dividend Per Share dalam jumlah yang tinggi. Hal ini akan menarik investor untuk
membeli saham perusahaan tersebut (Brigham, 2003).
Ada beberapa jenis-jenis dividen menurut (Nirwanasari, 2007) yaitu dividen
kas, dividen aktiva selain kas (property dividend), dividen hutang (script dividend),
dividen likuidasi, dan dividen saham. Pada pembayaran dividen, bentuk pembayaran
yang paling banyak digunakan adalah dividen tunai dan dividen saham. Pada
penelitian ini yang digunakan yaitu Dividend Per Share sebagai variabel
dependennya karena ingin mengukur besarnya dividen tunai per lembar saham yang
diterima oleh pemegang saham. Selain itu pembagian dividen dalam bentuk saham
mempunyai kelebihan yaitu sering digunakan oleh emiten untuk membagikan
labanya karena perusahaan karena tidak perlu menggunakan dana eksternal untuk
membagikan dividen bagi pemegang saham (Intan, 2009).
3
Pembayaran dividen pada hakikatnya merupakan komunikasi secara tidak
langsung kepada para pemegang saham tentang tingkat profitabilitas yang dicapai
perusahaan. Pembayaran ini diambil dari sebagian keuntungan yang diperoleh
perusahaan dalam kegiatan operasinya. Sedangkan sebagian lagi akan diinvestasikan
untuk hal yang lebih menguntungkan. Terkait hal ini manajer keuangan sebagai
orang dalam perusahaan yang mempunyai jalur informasi monopolistik tentang cash
flow perusahaan. Sedangkan sebagian lagi akan diinvestasikan untuk hal yang lebih
menguntungkan dan sebaiknya memilih untuk menciptakan isyarat komunikasi yang
jelas mengenai masa depan perusahaan apabila mereka mempunyai dorongan yang
tepat untuk melakukannya. Salah satu isyarat komunikasi yang baik yaitu melalui
pembayaran dividen (Darmadji, 2006).
Sumber pendanaan internal perusahaan adalah arus kas dari laba ditahan.
Pendanaan internal untuk membiayai investasi, terkait dengan kebijakan dividen.
Kebijakan dividen adalah keputusan manajemen tentang besar kecilnya jumlah
dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham. Hal ini merupakan trade off
antara jumlah keuntungan yang akan dibayarkan sebagai dividen dan jumlah
keuntungan yang akan ditahan perusahaan sebagai komponen internal financing.
Laba ditahan (retained earnings) merupakan salah satu sumber dana yang paling
penting dalam pertumbuhan perusahaan, karena dapat digunakan untu membiayai
operasi perusahaan selanjutnya. Dalam keputusan pembagian dividen perlu
dipertimbangkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan. Dengan
demikian laba tidak seluruhnya dibagikan ke dalam bentuk dividen namun perlu
disisihkan untuk diinvestasikan kembali (Riyanto, 2008).
4
Disamping dividen, pemegang saham juga mendapatkan capital gain. Pada
kebijakan dividen juga berkaitan dengan besar atau kecilnya jumlah pembayaran
dividen. Maka pembagian dividen yang dilakukan oleh manejemen harus bijak,
karena ini menyangkut dengan kondisi perusahaan yang akan datang. Apabila
manajemen membagikan dividen kepada pemegang saham secara keseluruhannya,
ini berarti perusahaan tidak memiliki dana yang akan diinvestasikan kembali ke
perusahaan yang akan digunakan untuk pengembangan perusahaan kedepan. Begitu
juga sebaliknya, apabila manajemen menahan dana (laba ditahan) digunakan
sepenuhnya untuk pengembangan perusahaan, maka pihak pemegang saham akan
menuntut bagian dari keuntungan perusahaan sasuai dengan porsi saham yang
dimilikinya, sedangkan bagi kreditur, keuntungan tersebut seharusnya digunakan
untuk membayar kewajiban perusahaan, baik kewajiban jangka pendek maupun
jangka panjang. Hal ini terjadi karena masing-masing pihak menanggung risiko yang
mempunyai pengaruh tersendiri. Oleh karena itu, dalam hal pembagian dividen ini
sering menimbulkan konflik yang disebut Agency Problem (Yulia Efni, 2009).
Penelitian ini merupakan penelitian replikasi dari penelitian yang dilakukan
oleh Yulia Efni dan Sri Restuti adapun judul penelitian ini adalah “PENGARUH
CURRENT RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO, RENTABILITAS EKONOMI, DAN
RETURN ON EQUITY
TERHADAP DIVIDEND PER SHARE PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAPAT DI BURSA EFEK
INDONESIA (BEI)”. Hasil pengujian simultan pada penelitian terdapat pengaruh
yang signifikan dari Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Rentabilitas Ekonomi, dan
Return On Equity terhadap Dividend Per Share. Pengujian secara parsial variabel
Current Ratio, Debt to Equity
Ratio, Rentabilitas Ekonomi tidak mempunyai
5
pengaruh yang signifikan dari variabel Debt to Equity Ratio terhadap Dividend Per
Share pada perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia.
Sedangkan Return On Equity mempunyai pengaruh yang signifikan dari Return On
Equity terhadap Dividend Per Share pada perusahaan manufaktur yang terdapat di
Bursa Efek Indonesia (BEI).
Industri manufaktur adalah suatu cabang industri yang mengaplikasikan mesin,
peralatan dan tenaga
kerja dan
suatu medium
proses untuk
mengubah
bahan
mentah menjadi barang jadi untuk dijual. Istilah ini bisa digunakan untuk aktivitas
manusia, dari kerajinan tangan sampai ke produksi dengan teknologi tinggi, namun
demikian, istilah ini lebih sering digunakan untuk dunia industri, dimana bahan
baku diubah menjadi barang jadi dalam skala yang besar. Manufaktur ada dalam
segala bidang sistim ekonomi. Dalam ekonomi pasar bebas, manufacturing biasanya
selalu berarti produksi secara massal untuk dijual ke pelanggan untuk mendapatkan
keuntungan. Menurut data dari BEI, selain sektor manufaktur, sektor lainnya yaitu
sektor utama yang terdiri dari sektor pertanian dan pertambangan, lalu sektor jasa
yang terdiri dari sektor properti dan real estate, transportasi, keuangan, perdagangan
serta investasi. Namun, penelitian ini fokus terhadap perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Perusahaan manufaktur termasuk perusahaan yang banyak diminati oleh
investor, karena perusahaan - perusahaan tersebut sering membagikan dividen dari
tahun ketahun dari pada perusahaan - perusahaan lain yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) berdasarkan laporan keuangan perusahaan Go Public. Hal ini
tentunya memberikan informasi positif bagi investor bahwa kondisi perusahaan -
6
perusahaan manufaktur cukup baik. Hal ini terlihat dari laporan keuangan perusahaan
- perusahaan tersebut. Pembagian dividen yang stabil oleh perusahaan ditangkap oleh
investor sebagai sinyal yang positif, karena hal ini memberikan kesan bahwa tingkat
profitabilitas perusahaan cukup baik. Oleh karena itu, manajemen biasanya tetap
mempertahankan pembagian dividen tersebut untuk meyakinkan investor yang akan
berinvestasi. Hal ini akan membuat harga saham semakin tinggi yang merupakan
harapan pemegang saham (Yulia, 2009).
Pada penelitian ini faktor - faktor yang diduga mempengaruhi Dividend Per
Share adalah Likuiditas Perusahaan, Struktur Modal Perusahaan, Tingkat
Pengembalian
Investasi,
Kinerja
Operasi
Perusahaan,
Pemanfatan
Aktiva
Perusahaan, Ukuran Pasar, Dividend Per Share tahun sebelumnya, ukuran
perusahaan, dan faktor - faktor lainnya yang dapat mempengaruhi Dividend Per
Share.
Berdasarkan
penjelasan
yang
telah
dipaparkan
sebelumnya
telah
menginspirasi peneliti untuk membatasi faktor - faktor yang diduga berpengaruh
signifikan terhadap Dividend Per Share dengan menggunakan beberapa faktor, yaitu
Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Rentabilitas Ekonomi dan Return On Equity.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah terletak pada
populasi dan periode data yang diambil dari data perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu periode 2010 - 2012, sedangkan
penelitian terdahulu mengambil data - data dari perusahaan manufaktur yang listing
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2003 - 2005. Alasan
peneliti menggunakan perusahaan manufaktur yaitu karena pada kenyataannya
perusahaan manufaktur dari tahun ke tahun terus berkembang sehingga mampu
bersaing di pasar domestik maupun pasar internasional sehingga kemampuan
7
perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur ini jauh akan lebih baik dalam
pembagian dividen kepada para investor yang dapat terlihat dari laporan keuangan
yang ada di Bursa Efek Indonesia.
Variabel Debt to Equity Ratio yang merupakan indikator leverage perusahaan,
menurut (Jensen, 1986) dalam (Suharli, 2006) menyatakan bahwa penerbitan hutang
akan membuat dana yang tersedia untuk manajer bertambah untuk digunakan
sehingga pembayaran lain (termasuk dividen tunai) ditunda sampai hutang
diminimalisir atau bahkan dilunasi. Menurut (Made, 2011) menyatakan sedangkan
variabel Debt to Equity Ratio, dan Earning Per Share tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap Cash Dividend. Hal ini berbeda dengan penelitian (Yulia, 2009)
yang mengatakan berdasarkan pengujian simultan diperoleh bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan dari Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Rentabilitas
Ekonomi, dan Return On Equity terhadap Dividend Per Share. Pengujian secara
parsial yang pertama adalah Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Rentabilitas
Ekonomi yang tidak mempunyai pengaruh yang signifikan dari variabel Debt to
Equity Ratio terhadap Dividend Per Share pada perusahaan manufaktur yang
terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Penelitian (Lisa Marlina, 2009) menyatakan variabel Cash Position (CP), Debt
to Equity Ratio (DER) dan Return on Assets (ROA) berdasarkan hasil uji simultan
(uji statistik F) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Dividend Payout
Ratio (DPR). Variabel Cash Position (CP) dan Return on Assets (ROA) mempunyai
pengaruh positif dan signifikan terhadap Dividen Payout Ratio (DPR) sedangkan
variabel bebas yang lain, yaitu Debt to Equity Ratio (DER) tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap Dividen Payout Ratio (DPR) berdasarkan hasil uji
8
parsial (Uji Statistik t). Dari permasalahan adanya perbedaan hasil penelitian
terhadap Debt to Equty Ratio di atas, maka penelitian ini semakin menarik untuk
dilakukan. Dari rangkuman research gap yang telah dipaparkan di atas.
1.2 Rumusan Masalah
Dari perumusan masalah di atas, dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh Current Ratio terhadap Dividend Per Share pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010 - 2012 ?
2. Bagaimana pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Dividend Per Share pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode
2010 -2012 ?
3. Bagaimana pengaruh Rentabilitas Ekonomi terhadap Dividend Per Share pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode
2010 - 2012 ?
4. Bagaimana pengaruh Return On Equity
terhadap Dividend Per Share pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode
2010 - 2012 ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan jawaban atas pertanyaan
penelitian yang telah dipaparkan di atas, yang menjadi tujuan dari penelitian ini
adalah untuk:
9
1. Menganalisis pengaruh Current Ratio terhadap Dividend Per Share pada
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada sektor manufaktur
periode 2010 - 2012.
2. Menganalisis pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Dividend Per Share pada
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada sektor manufaktur
pada periode 2010 - 2012.
3. Menganalisis pengaruh Rentabilitas Ekonomi terhadap Dividend Per Share pada
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada sektor manufaktur
periode 2010 - 2012.
4. Menganalisis pengaruh Return On Equity terhadap Dividend Per Share pada
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada sektor manufaktur
pada periode 2010 - 2012.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat menjadi bukti empiris dan memberikan kontribusi dalam memperkaya
penelitian - penelitian sebelumnya.
2. Bagi para investor, calon investor, analis, dan pemerhati investasi, hasil penelitian
ini dapat memberikan bahan pertimbangan keputusan investasi terkait dengan
tingkat pengembalian yang berupa dividen perusahaan.
3. Bagi pihak manajemen perusahaan, penelitian ini dapat menjadi salah satu bahan
pertimbangan pengambilan keputusan dividen.
4. Bagi akademisi dan peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan
pengembangan ilmu keuangan mengenai kajian Dividend Per Share.
10
5. Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai
referensi
perluasan
penelitian
dan
penambahan
wawasan
untuk
pengembangannya.
1.5 Sistematika Penulisan
Bab I : Pendahuluan
Bab ini menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan
kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan.
Bab II : Landasan Teori
Bagian ini menguraikan landasan teori, penelitian terdahulu, pengembangan
kerangka pemikiran teoritis dan hipotesis.
Bab III : Metode Penelitian
Bab ini menguraikan variabel penelitian, definisi operasional, penentuan sample,
jenis dan sumber data, metode pengumpulan data dan metode analisis.
Bab IV : Hasil dan Pembahasan
Bab ini menjabarkan deskripsi obyek penelitian, analisis data, dan pembahasan.
Bab V : Penutup
Bab ini berisi kesimpulan dan saran.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Kebijakan Dividen
Dividen adalah sebuah pembayaran yang dilakukan perusahaan kepada
pemegang saham yang berasal dari pendapatan atau earnings dalam bentuk kas atau
saham (Ambarwati, 2010). Sedangkan menurut (Ross, 1977) dalam (Suharli, 2006)
mendefinisikan dividen sebagai pembayaran kepada pemilik perusahaan yang
diambil dari keuntungan perusahaan, baik dalam bentuk saham atau tunai. Artinya
hanya perusahaan yang membukukan keuntungan dapat membagikan dividen karena
dividen diambil dari keuntugan perusahaan.
Kebijakan pembayaran dividen mempunyai pengaruh bagi pemegang saham
dan perusahaan yang membayar dividen. Para pemegang saham umumnya
menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil karena hal tersebut akan
mengurangi ketidakpastian akan hasil yang diharapkan dari investasi yang mereka
lakukan dan juga dapat meningkatkan kepercayaan pemegang saham terhadap
perusahaan sehingga nilai saham juga dapat meningkat. Bagi perusahaan, pilihan
untuk membagikan laba dalam bentuk dividen akan mengurangi sumber dana
internalnya, sebaliknya jika perusahaan menahan labanya dalam bentuk laba ditahan
maka kemampuan pembentukan dana internalnya akan semakin besar yang dapat
digunakan
untuk
membiayai
aktivitas
perusahaan
sehingga
mengurangi
ketergantungan perusahaan terhadap dana eksternal dan sekaligus akan memperkecil
risiko perusahaan.
12
2.1.2 Macam Kebijakan Dividen menurut Riyanto (2008) :
1. Dividen konstan : Perusahaan menetapkan Dividend Payout Ratio yang konstan
atau tetap. Ini berarti bahwa jumlah dividen per lembar saham yang dibayarkan
setiap tahunnya akan berfluktuasi sesuai dengan perkembangan keuntungan netto
yang diperoleh setiap tahunnya.
2. Dividen stabil : Jumlah dividen per lembar yang dibayarkan setiap tahunnya relatif
tetap selama jangka waktu tertentu meskipun pendapan per lembar saham per
tahunnya berfluktuasi.
3. Dividen berfluktuasi : Besarnya dividen setiap tahunnya disesuaikan dengan posisi
finansial dan kebijakan finansial dari perusahaan bersangkutan.
2.1.3 Teori-Teori Tentang Kebijakan Dividen
2.1.3.1 Teori Ketidak relevanan Dividen (Dividend Irrelevance Theory)
Pendapat ini dikemukakan oleh Modigliani dan Miller. MM memberikan
argumentasi bahwa pembagian laba dalam bentuk dividen tidak relevan. MM
menyatakan bahwa, dividen hanya merupakan bagian kecil dari keputusan
pendanaan perusahaan. MM berargumentasi bahwa nilai perusahaan ditentukan
secara tersendiri oleh kemampuan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba, dan
hal ini terjadi pada pasar persaingan sempuma (Martono dan Harjito, 2004).
2.1.3.2 Teori yang mendukung Kerelevan Dividen
2.1.3.2.1 Teori Bird-in-the-Hand
Pembayaran dividen mengurangi ketidakpastian yang berarti mengurangi risiko
yang pada gilirannya mengurangi tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh
13
pemegang saham (biaya modal = kas). Pembayaran dividen yang tinggi akan
membantu ketidakpastian. Biaya modal akan naik apabila pembagian dividen
dikurangi, karena para investor lebih yakin terhadap penerimaan dari pembagian
dividen daripada kenaikan nilai modal (capital gains) yang akan dihasilkan dari laba
ditahan.
2.1.3.2.2 Teori Preferensi Pajak
Ada beberapa alasan yang berkaitan dengan pajak untuk beranggapan bahwa
investor lebih menghargai pembagian dividen yang rendah.
2.1.3.2.3 Teori Signaling Hyphothesis
Ada bukti empiris bahwa jika ada kenaikan dividen, sering diikuti kenaikan
harga saham. Sebaliknya, penurunan dividen pada umumnya menyebabkan turunnya
harga saham. Fenomena ini dianggap sebagai bukti bahwa investor lebih suka
dividen dari pada capital gains. Tetapi Modigliani dan Miller berpendapat bahwa
suatu kenaikan dividen diatas biasanya merupakan suatu sinyal kepada investor
bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik dimasa
mendatang (Martono dan Harjito, 2004).
2.1.3.2.4 Teori Clientele Effect
Menyatakan bahwa:
1) Teori ini menyatakan bahwa kelompok pemegang saham yang berbeda akan
memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan.
2) Kelompok pemegang saham yang membutuhkan penghasilan pada saat ini lebih
menyukai suatu Dividend Payout Ratio yang tinggi. Sebaliknya kelompok
pemegang saham yang tidak begitu membutuhkan uang pada saat ini lebih senang
jika perusahaan menahan sebagian besar laba bersih perusahaan.
14
3) Jika ada perbedaan pajak bagi individu, maka kelompok pemegang saham yang
dikenai pajak tinggi lebih menyukai capital gains karena dapat menunda
pembayaran pajak.
2.1.3.2.5 Teori Keagenan.
Pembayaran dividen yang tinggi bisa merugikan pemegang hutang, karena
pembayaran dividen yang tinggi. Pembayaran dividen yang tinggi dapat dianggap
sebagai transfer kekayaan dari pemegang hutang ke pemegang saham. Pada
umunmya perusahaan cenderung menjamin dan mempertahankan tingkat dividen
pada setiap tahunnya untuk menjaga kepercayaan pemegang saham tentang
kemampuan perusahaan dalam meningkatkan profitabilitasnya.
2.1.4
Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen
Berikut ini adalah faktor yang dianalisis oleh perusahaan ketika membuat kebijakan
dividen menurut (Ambarwati, 2010) :
a. Aturan – aturan hukum
Hukum badan perusahaan memutuskan legalitas distribusi apapun kepada para
pemegang saham biasa perusahaan. Berbagai aturan hukum yang dibahas dalam
membuat batasan hukum yang memungkinkan di bawah ini penting kebijakan
dividen akhir perusahaan dapat berjalan. Kebutuhan pendanaan perusahaan intinya
adalah menentukan arus kas dan posisi kas perusahaan yang akan terjadi di tengah
ketiadaan perubahan kebijakan dividen. Kemungkinan kemampuan perusahaan untuk
mempertahankan dividen harus dianalisis dalam kaitannya dengan distribusi
probabilitas kemungkinan arus kas masa depan dan juga saldo kas.
15
b. Likuiditas
Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak
keputusan dividen, karena dividen menunjukkan arus kas keluar, semakin besar
posisi kas dan keseluruhan likuiditas perusahaan maka semakin besar kemampuan
perusahaan untuk membayar dividen. Oleh karena pihak manajemen ingin
mempertahankan likuiditas untuk menghindari risiko ketidakpastian, maka
manajemen tidak akan membayar dividen dalam jumlah besar.
c. Kemampuan untuk meminjam
Apabila perusahaan memiliki kemampuan untuk meminjam dalam jangka
waktu relatif singkat, maka dapat dikatakan perusahaan tersebut fleksibel secara
keuangan. Kemampuan meminjam ini dapat dalam bentuk batas kredit bergulir dari
bank atau lembaga keuangan. Semakin besar kemampuan perusahaan untuk
meminjam, maka semakin besar pula fleksibilitas untuk meminjam, sehingga
perusahaan tidak perlu khawatir dengan pengaruh pembayaran dividen kas terhadap
likuiditasnya.
e. Batasan – batasan dalam kontrak utang
Syarat perjanjian utang adalah perjanjian pinjaman, meliputi batasan untuk
pembayaran dividen yang dinyatakan dalam persentase maksimum laba ditahan
kumulatif dalam perusahaan. Larangan ini otomatis mempengaruhi pembayaran
dividen perusahaan.
f. Pengendalian
Perusahaan yang terancam akan diakuisisi akan membayar dividen dalam
jumlah besar untuk menenangkan para pemegang saham.
16
2.2 Dividend Per Share
Dividend Per Share adalah besarnya dividen untuk tiap-tiap lembar saham.
Selain dalam bentuk tunai, dividen dapat juga dibayarkan dalam bentuk saham.
Artinya dividen menjadi hak pemegang saham digantikan dengan saham. Walaupun
jumlah saham akhirnya berubah tapi proporsinya masih tetap dan tidak berubah. Hal
ini disebabkan karena pemegang saham lain menerima saham sebagai pengganti
dividen sesuai dengan proporsi kepemilikan sahamnya (Riyanto, 2008). Sehingga
kebijakan ini diambil karena perusahaan mempunyai peluang investasi yang
menguntungkan, sementara perusahaan tidak ingin menggunakan dana eksternal oleh
beberapa sebab. Dengan pemberian dividen saham ini makan perusahaan dapat
menahan kas lebih banyak untuk membiayai investasi sehingga tidak perlu menarik
dana dari luar perusahaan. Dividend Per Share dapat dirumuskan sebagai berikut:
Ket: ss = total semua saham yang diterbitkan.
2.3 Current Ratio
Current Ratio adalah perbandingan antara aktiva lancar dan utang lancar.
Current Ratio menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar utangnya
yang harus segera dipenuhi dengan menggunakan aktiva lancar yang dimilikinya.
Semakin besar Current Ratio menunjukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Tingginya Current Ratio
17
menunjukkan
keyakinan
investor
terhadap
kemampuan
perusahaan
untuk
membayarkan dividen yang dijanjikan (Handayani dalam Marlina dan Danica, 2010).
Current Ratio dapat dirumuskan sebagai berikut:
2.4 Debt to Equity Ratio
Debt to Equity Ratio merupakan perbandingan total hutang perusahaan dengan
modal pemegang saham. Apabila perusahaan menggunakan hutang yang terlalu
besar maka manajemen mempunyai kewajiban untuk membayarnya dan tentunya
akan mengurangi laba yang diperoleh perusahaan dan berdampak pada jumlah
dividen yang akan dibayarkan pada pemegang saham. Hal ini tentunya akan
mengancam kesejahteraan pemegang saham. Karena pembayaran hutang yang
dilakukan oleh perusahaan merupakan kewajiban yang tetap selama waktu yang telah
ditentukan (Riyanto, 2008). Jadi, Debt to Equity Ratio memiliki pengaruh terhadap
pembagian dividen untuk pemegang saham. Menurut (Riyanto, 2008) Debt to Equity
Ratio dapat dirumuskan sebagai berikut:
2.5 Rentabilitas Ekonomi
Rentabilitas ekonomi adalah perbandingan antara laba usaha dengan modal
sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan
dinyatakan dalam prosentase (Riyanto, 2008). Oleh karena pengertian rentabilitas
sering digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal dalam suatu
18
perusahaan, maka rentabilitas ekonomi sering pula dimaksudkan sebagai kemampuan
suatu perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja didalamnya dalam
menghasilkan laba. Rentabilitas ekonomi atau sering disebut earning power
mempunyai arti penting dalam perusahaan, maka perlu diusahakan agar rentabilitas
meningkat. Menurut Riyanto (2008) tinggi rendahnya rentabilitas dipengaruhi oleh
dua faktor yaitu profit margin yang merupakan perbandingan antara laba usaha
dengan penjualan usaha yang dinyatakan dalam persentase. Turnover of Operating
Asset (tingkat perputaran aktiva usaha) yang merupakan kecepatan berputarnya
operating asset dalam suatu periode tertentu. Perputaran tersebut dapat ditentukan
dengan membagi penjualan bersih dengan modal usaha. Rentabilitas Ekonomi dapat
dirumuskan sebagai berikut:
2.6 Return On Equity (ROE)
Profitabilitas modal sendiri atau sering dinamakan rentabilitas usaha
atau Return On Equity (ROE) adalah perbandingan antara jumlah laba yang tersedia
bagi pemilik modal sendiri di satu pihak dengan jumlah modal sendiri yang
menghasilkan laba tersebut di lain pihak atau dengan kata lain profitabilitas modal
sendiri adalah kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja di
dalamnya
untuk
menghasilkan
keuntungan
(Riyanto,
2008).
Laba
yang
diperhitungkan untuk menghitung profitabilitas modal sendiri adalah laba usaha
setelah dikurangi dengan modal asing dan pajak perseorangan. Sedangkan modal
yang diperhitungkan hanyalah modal sendiri yang bekerja dalam perusahaan. Return
19
On Equity (ROE) merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang
tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun saham
preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan. Secara umum
tentu saja semakin tinggi return atau penghasilan yang diperoleh semakin baik
kedudukan pemilik perusahaan. Return On Equity dapat dirumuskan sebagai berikut:
2.7 Penelitian Terdahulu
Penelitian – penelitian terdahulu yang digunakan sebagai bahan perbandingan dan
referensi dari penelitian ini adalah :
1. Penelitian yang dilakukan oleh (Yulia Efni dan Sri Restuti, 2009) yang
menganalisis pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Rentabilitas
Ekonomi, dan Return On Equity terhadap Dividend Per Share pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian ini
menyatakan semua variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap Dividend Per Share sedangkan secara parsial Return On Equity yang
berpengaruh signifikan.
2. Penelitian yang dilakukan oleh (Made Ayu Lisna Dewanti, 2011) yang
menganalisis pengaruh Cash Ratio, Debt to Equity Ratio dan Earning Per Share
terhadap Cash Dividend pada perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2005 - 2010. Hasil penelitian ini menyatakan Cash
20
Ratio berpengaruh signifikan sedangkan Debt to Equity Ratio dan Earning Per
Share berpengaruh tidak signifikan terhadap Cash Dividend.
3. Penelitian yang dilakukan oleh (Bambang Sugeng, 2009) yang menganalisis
pengaruh struktur kepemilikan dan struktur modal terhadap kebijakan inisiasi
dividen di Indonesia. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa struktur kepemilikan
berpengaruh tidak signifikan sedangkan struktur modal berpengaruh signifikan
terhadap kebijakan inisiasi dividen.
4. Penelitian yang dilakukan oleh (Haryeti dan Elida Ilyas, 2011) yang menganalisis
pengaruh Finansial Leverage, Investasi, Likuiditas, serta risiko perusahaan
terhadap Dividend Payout Ratio. Hasil penelitian ini menyatakan semua variabel
independen berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.
5. Penelitian yang dilakukan oleh (Atika Jauhari Hatta, 2002) yang menganalisis
faktor - faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen, investigasi Pengaruh teori
stakeholder. Variabel independen yang digunakan FS, LTA, LCSHR, INS, FCF,
dan GROW. Hasil penelitian ini menyatakan variabel FS dan LTA berpengaruh
signifikan terhadap kebijakan dividen sedangkan variabel LCSHR, INS, FCF, dan
GROW berpengaruh tidak signifikan terhadap kebijakan dividen.
6. Penelitian yang dilakukan oleh (Michell Suharli, 2007) yang menganalisi
pengaruh Profitability dan Investment Opportunity Set terhadap kebijakan dividen
tunai dengan Likuiditas sebagai variabel penguat. Hasil penelitian ini menyatakan
semua variabel independen berpengruh signifikan terhadap kebijakan dividen
tunai.
7. Penelitian yang dilakukan oleh (Lisa Marlina dan Clara Danica, 2009) yang
menganalisis pengaruh Cash Position, Debt to Equity Ratio dan Return On Assets
21
terhadap Dividend Payout Ratio. Hasil penelitian ini menyatakan semua variabel
independen berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.
8. Penelitian yang dilakukan oleh (Anjar Wibisono, 2010) yang menganalisis
pengaruh rasio Likuiditas, Leverage dan Profitabilitas terhadap Dividend Payout
Ratio pada perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian ini
menyatakan bahwa Likuiditas, Leverage dan Profitabilitas berpengaruh signifikan
terhadap Dividend Payout Ratio.
Penelitian-penelitian yang menjadi referensi penelitian dapat dilihat secara
ringkas pada Tabel 2.1 dibawah ini:
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No.
Peneliti
Variabel X
Variabel Y
Metode
Analisis
1.
Yulia Efni
dan Sri
Restuti
(2009)
Current Ratio, Debt to Dividend
Equity Ratio,
Per Share
Rentabilitas Ekonomi,
Return On Equity
Asumsi
Klasik
Regresi
Linear
2.
Made Ayu
Lisna
Dewanti
(2011)
Cash Ratio, Debt to
Equity Ratio, Earning
Per Share
Cash
Dividend
Regresi
Berganda
3.
Bambang
Sugeng
(2009)
Struktur Kepemilikan,
Struktur Modal
Kebijakan
Inisiasi
Dividen
SEM
(Structural
Equation
Model)
Hasil Penelitian
Variabel CR, DER,
dan RE berpengaruh
tidak signifikan,
sedangkan ROE
signifikan terhadap
Dividend Per Share
Cash Ratio
berpengaruh
signifikan terhadap
Cash Dividend,
sedangkan Debt to
Equity Ratio dan
Earning Per Share
berpengaruh tidak
signifikan
Struktur kepemilikan
berpengaruh tidak
signifikan terhadap
kebijakan inisiasi
dividen sedangkan
struktur modal
22
4.
Haryeti dan
Elida Ilyas
(2011)
Finansial Leverage,
Investasi, Likuiditas,
Risiko Perusahaan
Dividend
Payout
Ratio
Regresi
Linear
Berganda
5.
Atika Jauhari
FS, LTA, LCSHR,
INS, FCF, Grow
Kebijakan
Deviden
Regresi
Berganda
Hatta (2002)
6.
Lisa Marlina
dan Clara
Danica
(2009)
Cash Position, Debt to Dividend
Equity Ratio, Return
Payout
On Assets
Ratio
Regresi
Linear
Berganda
7.
Michell
Suharli
(2007)
Profitability ,
Investment
Opportunity Set
Kebijakan
Deviden
Tunai
Analisis
VIF
8.
Anjar
Wibisono
(2010)
Likuiditas, Leverage,
Profitabilitas
Dividend
Payout
Ratio
Regresi
Linear
Berganda
berpengaruh
signifikan
Semua variabel
independen
berpengaruh
signifikan terhadap
Dividend Payout
Ratio
FS dan LTA
berpengaruh
signifikan terhadap
kebijakan dividen
sedangkan LCSHR,
INS, FCF, GROW
berpengaruh tidak
signifikan terhadap
kebijakan dividen
Semua variabel
independen
berpengaruh
signifikan terhadap
Dividend Payout
Ratio
Semua variabel
independen
berpengaruh
signifikan terhadap
kebijakan dividen
tunai
Semua variabel
independen
berpengaruh
signifikan terhadap
Dividend Payout
Ratio
Sumber: Berbagai penelitian terdahulu
Penelitian yang akan dilakukan ini menggunakan variabel dependen Dividend
Per Share dan variabel independen Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER),
Rentabilitas Ekonomi (RE) dan Return On Equity (ROE) pada
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010 -2012.
perusahaan
23
2.8 Kerangka Pemikiran Teoritis
Berdasarkan pada latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
penelitian serta telaah pustaka, dan juga penelitian - penelitian terdahulu, maka
variabel yang mempengaruhi Dividend Per Share (DPS) dapat dijelaskan sebagai
berikut:
2.8.1 Current Ratio (CR) terhadap Dividend Per Share (DPS)
Likuiditas perusahaan berhubungan dengan masalah kemampuan suatu
perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansiilnya yang segera harus dipenuhi.
Jumlah alat - alat pembayaran yang dimiliki oleh suatu perusahaan pada suatu saat
tertentu merupakan kekuatan membayar dari perusahaan yang bersangkutan.
(Riyanto, 2008).
Jadi semakin tinggi likuiditas akan meningkatkan Dividend Payout Ratio dan
sebaliknya semakin rendah likuiditas maka akan menurunkan Dividend Per Share
nya. Penelitian yang dilakukan oleh (Yulia Efni dan Sri Restuti, 2004) menyatakan
bahwa Current Ratio (CR) mempengaruhi secara positif dan signifikan terhadap
Dividend Per Share pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
2.8.2 Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Dividend Per Share (DPS)
Debt to Equity Ratio (DER) digunakan untuk mengukur tingkat penggunaan
hutang terhadap total shareholder’s equity yang dimiliki perusahaan. Rasio ini juga
menunjukkan pentingnya dari sumber modal pinjaman (relative importance of
borrowed fund) dan tingkat keamanan yang dimiliki kreditor.
(Atmaja, 2004) juga menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi
manajemen dalam menentukan kebijakan dividen, salah satunya adalah perjanjian
hutang dimana pada umumnya perjanjian hutang antara perusahaan dengan kreditor
24
membatasi dividen. Misalnya, dividen hanya dapat diberikan jika kewajiban hutang
telah dipenuhi perusahaan. (Suharli, 2006) dalam (Rozeff, 1982) menyatakan bahwa
perusahaan yang leverage operasi atau keuangannya tinggi akan memberikan dividen
yang rendah. Pernyataannya sesuai dengan pandangan bahwa bahwa perusahaan
yang berisiko akan membayar dividennya rendah, dengan maksud untuk mengurangi
ketergantungan akan pendanaan secara eksternal. Struktur permodalan perusahaan
akan membandingkan antara permodalan dari kreditor dan pemegang saham.
Struktur permodalan yang lebih tinggi dimiliki oleh hutang menyebabkan pihak
manajemen akan memprioritaskan pelunasan kewajiban terlebih dahulu sebelum
membagikan dividen.
Debt to Equity Ratio memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
Dividend Per Share didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh (Yulia Efni dan sri
Restuti, 2009). Begitu juga dengan (Lisa Marlina dan Clara Danica, 2009) yang
menyatakan bahwa Debt to Equity Ratio signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.
2.8.3 Rentabilitas Ekonomi (RE) terhadap Dividend Per Share (DPS)
Menurut Riyanto (2008) tinggi rendahnya rentabilitas dipengaruhi oleh dua
faktor yaitu profit margin yang merupakan perbandingan antara laba usaha dengan
penjualan usaha yang dinyatakan dalam porsentase. Turnover of Operating Asset
(tingkat perputaran aktiva usaha) yang merupakan kecepatan berputarnya operating
asset dalam suatu periode tertentu. Perputaran tersebut dapat ditentukan dengan
membagi penjualan bersih dengan modal usaha. Oleh karena itu, pengertian
Rentabilitas sering digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal dalam
suatu perusahaan, maka Rentabilitas Ekonomi sering pula dimaksudkan sebagai
25
kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja di dalamnya
dalam menghasilkan laba.
Rentabilitas Ekonomi (RE) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap Dividend Per Share (DPS) didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
(Yulia Efni dan sri Restuti, 2009).
2.8.4 Return On Equity (ROE) terhadap Dividend Per Share (DPS)
Profitabilitas merupakan salah satu pengukuran bagi kinerja suatu perusahaan,
profitabilitas suatu perusahaan menunjukan kemampuan suatu perusahaan dalam
menghasilkan laba selama pereode tertentu pada tingkat penjualan, asset dan modal
saham tertentu. Profitabilitas suatu perusahaan dapat dinilai melalui berbagai cara
tergantung pada laba dan aktiva atau modal yang akan diperbandingkan satu dengan
lainya.
Return On Equity (ROE) atau profitabilitas adalah Suatu pengukuran dari
penghasilan atau income yang tersedia bagi pemilik perusahaan atas modal yang
mereka investasikan di dalam perusahaan. Committee on terminology mendefinisikan
profitabilitas adalah jumlah yang berasal dari pengurangan harga pokok produksi,
biaya lain dan kerugian dari penghasilan atau penghasilan operasi.
Return On Equity (ROE) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap Dividend Per Share (DPS) didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
(Yulia Efni dan sri Restuti, 2009).
Maka kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini, dapat dilihat pada gambar 2.1
dibawah ini:
26
Current Ratio
(X1)
+
Debt to Equity
Ratio
(X2)
Rentabilitas
Ekonomi
(X3)
+
Dividend Per Share
(Y)
+
+
Return On Equity
(X4)
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Teoritis
Sumber : Yulia Efni dan Sri Restuti (2009), Lisa Marlina dan Clara Danica (2009),
dan Anjar Wibisono (2010), Haryeti dan Elida Ilyas (2011).
2.9 Hipotesis
Berdasarkan pada latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
penelitian, serta kerangka pemikiran teoritis seperti yang telah diuraikan di atas,
maka hipotesis alternatif yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Hipotesis 1: Current Ratio (CR) berpengaruh positif signifikan terhadap Dividend
Per Share (DPS).
Hipotesis 2: Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh positif signifikan terhadap
Dividend Per Share (DPS).
Hipotesis 3: Rentabilitas Ekonomi (RE) berpengaruh positif signifikan terhadap
Dividend Per Share (DPS).
Hipotesis 4: Return On Equity (ROE) berpengaruh positif signifikan terhadap
Dividend Per Share (DPS).
27
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.1.1 Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 variabel, yaitu :
1. Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel yang menjadi perhatian
utama peneliti, tujuannya untuk memahami dan membuat variabel terikat,
menjelaskan variabilitasnya atau memprediksinya. (Uma Sekaran, 2011).
Sebagai variabel Y dalam penelitian ini adalah Dividend Per Share (DPS).
2. Variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang mempengaruhi
variabel terikat, entah secara positif atau negatif. Yaitu jika terdapat variabel
bebas variabel terikat juga hadirdan setiap unit kenaikan dalam variabel bebas
terdapat pula kenaikan atau penurunan dalam variabel terikat. (Uma Sekaran,
2011). Sebagai variabel X dalam penelitian ini adalah Current Ratio (CR),
Debt to Equity Ratio (DER), Rentabilitas Ekonomi (RE), dan Return On
Equity (ROE).
3.1.2 Variabel Dependen
Dividend Per Share adalah besarnya dividen untuk tiap - tiap lembar saham.
Selain dalam bentuk tunai, dividen dapat juga dibayarkan dalam bentuk saham.
Artinya dividen menjadi hak pemegang saham digantikan dengan saham. Walaupun
jumlah saham akhirnya berubah tapi proporsinya masih tetap dan tidak berubah.
Dengan pemberian dividen saham ini makan perusahaan dapat menahan kas lebih
banyak untuk membiayai investasi sehingga tidak perlu menarik dana dari luar
28
perusahaan. Dividend Per Share yang tinggi mencerminkan perusahaan memiliki
prospek yang baik karena dapat membayarkan Dividend Per Share dalam jumlah
yang tinggi. Hal ini akan menarik investor untuk membeli saham perusahaan tersebut
Menurut (Weston dan Copeland, 2001) Dividend Per Share dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Rumus:
3.1.3 Variabel Independen
3.1.3.1 Current Ratio (CR)
Current Ratio termasuk rasio likuiditas yang dapat dihitung berdasarkan
perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Secara kasar dapat
dikatakan bahwa bagi perusahaan
- perusahaan yang bukan perusahaan kredit,
Current Ratio kurang dari 2:1 dianggap kurang baik sebab apabila aktiva lancar
turun misalnya sampai lebih dari 50%, maka jumlah aktiva lancarnya tidak akan
cukup lagi untuk menutup utang lancarnya. Apabila pedoman current ratio sudah
ditetapkan sebagai rasio minimum yang akan dipertahankan oleh suatu perusahaan,
maka perusahaan dalam penarikan kredit jangka pendeknya juga harus selalu
didasarkan pada pedoman tersebut. Setiap saat perusahaan harus mengetahui berapa
kredit jangka pendek maksimum yang boleh ditarik supaya pedoman current ratio
tersebut tidak dilanggar. Menurut (Riyanto, 2008) Current ratio dapat dirumuskan
sebagai berikut:
29
Rumus:
3.1.3.2 Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio leverage yang digunakan untuk
mengukur tingkat penggunaan utang terhadap total share holders equity yang
dimiliki perusahaan. Faktor ini mencerminkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal
sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Masalah financial leverage baru
timbul setelah perusahaan dalam operasinya mempunyai biaya tetap. Perusahaan
yang menggunakan dana dengan beban tetap dikatakan menghasilkan leverage yang
menguntungkan atau efek positif apabila pendapatan yang diterima dari penggunaan
dana tersebut lebih besar daripada beban tetap. Jadi, menurut (Riyanto, 2008) Debt to
Equity Ratio dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rumus:
3.1.3.3 Rentabilitas Ekonomi (RE)
Rentabilitas ekonomi termasuk rasio rentabilitas yaitu perbandingan antara
laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk
menghasilkan laba tersebut dan dinyatakan dalam prosentase. Rentabilitas ekonomi
sering pula dimaksudkan sebagai kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh
30
modal yang bekerja didalamnya dalam menghasilkan laba. Modal yang
diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas ekonomi hanyalah modal yang bekerja
di dalam perusahaan. Dengan demikian maka modal yang ditanamkan dalam
perusahaan lain atau modal yang ditanamkan dalam efek tidak diperhitungkan dalam
menghitung rentabilitas ekonomi. Jadi menurut (Riyanto, 2008) Rentabilitas
Ekonomi dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rumus:
3.1.3.4 Return On Equity (ROE)
Return On Equity (ROE) termasuk rasio profitabiltas yang merupakan
perbandingan antara laba bersih dengan total ekuitas. Profitabilitas suatu perusahaan
dapat dinilai melalui berbagai cara tergantung pada laba dan aktiva atau modal yang
akan diperbandingkan satu dengan lainnya. Kemampuan perusahaan dalam
memperoleh laba merupakan indikator utama dari kemampuan perusahaan untuk
membayar dividen, sehingga profitabilitas sebagai faktor penentu terpenting terhadap
dividen. Pada penelitian (Suharli, 2006) menyatakan bahwa “variabel independen
yang digunakan memberikan hasil yang signifikan yaitu ROE”. Meningkatnya
profitabilitas dapat tercermin pada meningkatnya Return On Equity. Menurut
(Riyanto, 2008) return on equity dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rumus:
31
3.1.4 Definisi Operasional
Masing-masing variabel penelitian secara operasional dapat didefinisikan dalam
tabel 3.1 sebagai berikut:
Tabel 3.1
Definisi Operasional
Variabel
Current Ratio
(CR)
Debt to Equity
Ratio (DER)
Rentabilitas
Ekonomi (RE)
Definisi
Rasio likuiditas ini
menunjukkan
kemampuan perusahaan
untuk membayar
utangnya yang harus
segera dipenuhi dengan
menggunakan aktiva
lancar yang
dimilikinya.
Rasio ini mecerminkan
Kemampuan
perusahaan dalam
memenuhi seluruh
kewajibannya yang
ditunjukkan oleh
beberapa bagian modal
sendiri yang digunakan
untuk membayar
hutang.
Dimana semakin tinggi
nilai rasio ini
menggambarkan gejala
yang kurang baik bagi
perusahaan (Ang,1997).
Rasio rentabilitas ini
untuk mengukur
perbandingan antara
laba usaha dengan
modal sendiri dan
modal asing yang
dipergunakan untuk
menghasilkan laba
tersebut dan dinyatakan
dalam prosentase
(Riyanto, 1997).
Pengukuran
Skala
Rasio
Rasio
Rasio
32
Return On
Equity (ROE)
Rasio profitabilitas ini
untuk mengukur
Kemampuan
perusahaan dalam
menghasilkan laba
dengan memanfaatkan
modal sendiri yang
dimilikinya.
Pengukuran ini diadopsi
dari penelitian
(Suharli,2006).
Rasio
Sumber : Penelitian yang dikembangkan
3.2 Penentuan Populasi dan Sampel
Populasi merupakan keseluruhan dari obyek yang diteliti. Populasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar
pada Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2010 sampai dengan 2012 yang
mempublikasikan laporan keuangannya dalam Indonesian Capital Market Directory
(ICMD) tahun 2010 - 2012. Pemilihan sampel dilakukan berdasarkan metode
Purposive Sampling, yaitu pemilihan sampel perusahaan manufaktur selama periode
penelitian berdasarkan kriteria tertentu. Adapun tujuan dari metode ini untuk
mendapatkan sampel yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Beberapa
kriteria yang ditetapkan untuk memperoleh sampel sebagai berikut:
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama
periode penelitian yaitu tahun 2010 sampai dengan 2012.
2. Perusahaan sampel yang telah menerbitkan laporan keuangan selama 3 (tiga)
tahun berturut-turut, yaitu tahun 2010 sampai dengan 2012.
3. Perusahaan sampel yang mempunyai data pembayaran dividen sekurang
kurangnya tiga tahun berturut-turut selama periode penelitian yaitu 2010 sampai
33
2012. Sehingga perusahaan yang tidak membayarkan dividen pada tahun tertentu
selama periode penelitian akan dikeluarkan dari sampel. Jumlah perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010 - 2012
adalah sebanyak 146 perusahaan.
3.3 Jenis dan Sumber Data
3.3.1 Jenis Data
Dalam melakukan penelitian ini, data yang digunakan adalah data sekunder
yaitu data tentang perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) periode 2010 – 2012 yang diperoleh dari Indonesia Capital Market Directory
(ICMD).
3.3.2 Sumber Data
Data yang dipergunakan merupakan data sekunder yang diperoleh melalui
laporan keuangan perusahaan yang diperoleh melalui Indonesian Capital Market
Directory (ICMD).
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan
studi pustaka dan dokumentasi.
1. Studi pustaka, yaitu dilakukan dengan cara membaca buku - buku atau jurnal di
dalam perpustakaan dimana terdapat referensi - referensi yang berhubungan
dengan penelitian.
34
2. Dokumentasi, yaitu mengumpulkan, mencatat, dan mengkaji dokumen - dokumen
tentang data keuangan perusahaan manufaktur periode 2010 - 2012 yang
diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan www.idx.co.id.
3.5 Analisis Deskriptif
Analisis data menggunakan software SPSS 16 sebagai alat untuk regresi
berganda. Untuk menghasilkan suatu model yang baik, hasil analisis regresi
berganda memerlukan pengujian asumsi klasik.
3.5.1 Pengujian Asumsi Klasik
Sebelum melakukan interpretasi terhadap hasil regresi, terlebih dahulu
dilakukan pengujian terhadap asumsi - asumsi klasik model OLS (Ordinary Least
Square) sehingga hasil tersebut layak digunakan. Pada prakteknya ada empat uji
asumsi klasik yang paling sering digunakan, yaitu pengujian normalitas,
multikolinearitas, heterokedastisitas, dan autokorelasi.
3.5.1.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
dependen dan variabel independen, keduanya mempunyai distribusi normal ataukah
tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau
mendekati normal. Untuk mendeteksi normalitas dapat dilakukan dengan melakukan
analisis grafik dan uji statistik. Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas
residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data
observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Namun demikian
hanya dengan histogram hal ini dapat menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel
yang kecil. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot
35
yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal
akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan
dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis
yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya
(Ghozali, 2006).
Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan apabila tidak hati-hati, karena
mungkin secara visual terlihat normal, padahal secara statistik bisa sebaliknya. Oleh
sebab itu, dalam penelitian ini selain menggunakan uji statistik. Salah satu uji
statistik yang bisa digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik
non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji K-S dilakukan dengan membuat
hipotesis:
H0 : Data residual berdistribusi normal
Ha: Data residual tidak berdistribusi normal
Pedoman pengambilan keputusan:
a. Nilai Sig atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05. Distribusi adalah
tidak normal.
b. Nilai Sig atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05. Distribusi adalah
normal.
3.5.1.2 Uji Multikolinearitas
Multicolinierity adalah situasi adanya korelasi atau hubungan yang sempurna
diantara variabel bebas. Cara yang paling sederhana adalah dengan melihat nilai Rsquarenya. Bila nilai R-squarenya tinggi (0,7 – 1,0) sedangkan secara parsial sedikit
yang signifikan dapat disimpulkan adanya Multicolinierity diantara variabel bebas.
Dapat juga dilihat dari nilai VIF (Variance Inflation Factor) jika lebih besar dari 10
36
maka dapat disimpulkan terjadi multicolinierity, selain itu juga bisa dilihat dari nilai
CI (Condition Index). Jika nilai CI ≥ 30 maka dalam model terdapat penyimpangan
Asumsi Klasik Multicolinierity.
3.5.1.3 Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas berarti bahwa variasi residual tidak sama untuk semua
pengamatan. Jika asumsi ini dilanggar maka estimasi dikatakan tidak akurat lagi. Uji
heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homoskesdastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang
baik adalah yang homoskesdastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Ada
beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas diantaranya
dengan menggunakan uji park (Ghozali, 2006).
Dalam penelitian ini, uji statistik yang digunakan untuk menguji ada atau
tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melakukan uji Park. Uji Park
mengemukakan metode bahwa variance (s2) merupakan fungsi dari variabel –
variabel independen yang dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:
σ2 = α Xiβ
Persamaan ini dijadikan linier dalam bentuk logaritma sehingga menjadi:
Lnσ2 = α + β LnXi + vi
Karena s2i umumnya tidak diketahui, maka dapat ditaksir dengan menggunakan
residual Ut sebagai proksi, sehingga persamaan menjadi:
LnU2i = α + β LnXi + vi
37
Dengan menggunakan uji Park, variabel LnU2i dijadikan sebagai variabel
dependen dan sebagai variabel independennya adalah Current Ratio (CR), Debt to
Equity Ratio (DER), Rentabilitas Ekonomi (RE) dan Return On Equity (ROE)
sehingga persamaannya menjadi:
LnU2i = b0 + b1 CR + b2 DER + b3 RE + b4 ROE
Dasar analisisnya adalah apabila koefisien parameter beta dari persamaan
regresi tersebut signifikan secara statistik, hal ini menunjukkan bahwa dalam data
model empiris yang diestimasi terdapat heteroskedastisistas, dan sebaliknya jika
parameter beta tidak signifikan secara statistik, maka asumsi homoskedastisistas
pada data model tersebut tidak dapat ditolak (Ghozali, 2006).
3.5.1.4 Uji Autokerelasi
Autokorelasi adalah keadaan dimana disturbance term pada periode / observasi
tertentu berkorelasi dengan disturbance term pada periode / observasi lain yang
berurutan, dengan kata lain disturbance term tidak random. Akibat dari autokorelasi
adalah parameter yang diamati menjadi bias dan variannya tidak minimum, sehingga
tidak efisien. Salah satu cara untuk menguji autokorelasi adalah dengan melakukan
uji Durbin-Watson (DW test) hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first
order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model
regresi dan tidak ada variabel lag di antara variabel independen (bebas).
Menurut (Ghozali, 2006) uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam
model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka
dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang
38
berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Model regresi yang baik
adalah yang bebas dari autokorelasi.
Untuk mengetahui ada atau tidaknya Autokorelasi dapat dilihat dari nilai uji D
- W dengan ketentuan sebagai berikut:
Tabel 3.2
Uji D-W
Hipotesis Nol
Keputusan
Jika
Tolak
0<d<dl
Tidak ada autokorelasi
Positif
Tidak ada korelasi negatif
No Decision
dl≤d≤du
Tolak
4-dl<d<4
Tidak ada korelasi negatif
No Decision
4-du≤d≤4-dl
Tidak ada autokorelasi,
positif atau negative
Tidak ditolak
du<d<4-du
Tidak ada autokorelasi
positif
3.5.2 Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan variabel
dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel independen (variabel bebas).
Analisis regresi juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan
variabel independen. Hasil analisis regresi berupa koefisien untuk masing- masing
variabel independen. Teknik estimasi variabel dependen yang melandasi analisis
regresi disebut Ordinary Least Squares (pangkat kuadrat terkecil biasa). Metode
OLS ini untuk mengestimasi suatu garis regresi dengan jalan meminimalkan jumlah
dari kuadrat kesalahan setiap observasi terhadap garis tersebut (Ghozali, 2006).
Y= b0 + b1X1+ b2X2 + b3X3 + b4X4 + e
39
Dimana :
Y= Dividend Per Share
b0 = konstanta
b1, b2, b3, b4 = koefisien regresi
X1 = Current Ratio
X2 = Debt to Equity Ratio
X3 = Rentabilitas Ekonomi
X4 = Return On Equity
ei = error
3.5.3 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan pengujian secara analisis koefisien
Determinasi (R2), parsial (uji statistik t) dan pengujian secara simultan (uji statistik
F). Pengujian hipotesis tersebut sebagai berikut :
3.5.3.1 Koefisien Determinasi ( R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel bebas (dependen). Nilai koefisien
determinasi adalah di antara nol dan satu. Satu hal yang perlu dicatat adalah masalah
regresi lancung (spurious regression). Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan
variabel-variabel bebas dalam menjelaskan variasi variabel terikat amat terbatas.
Nilai R2 yang mendekati sati berarti variabel-variabel bebas memberikan hampir
semua informasi yang ditubuhkan untuk memprediksi variasi variabel terikat
(Ghozali, 2006).
40
3.5.3.2 Uji F
Pengujian secara simultan menggunakan uji F (pengujian signifikansi secara
simultan). Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengujian adalah (Ghozali, 2006):
a.
Menyusun hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (H1).
Hipotesis nol (Ho) yang hendak diuji adalah : apakah semua parameter dalam
model sama dengan dengan nol, atau dinyatakan sebagai berikut:
Ho : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = 0
Artinya, apakah semua variabel independen bukan merupakan penjelas yang
signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (H1) adalah tidak
semua parameter secara simultan sama dengan nol, atau dinyatakan dalam bentuk
Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠b5 ≠0
Artinya semua variabel independen secara simultan merupakan penjelas yang
signifikan terhadap variabel dependen.
b.
Menentukan tingkat signifikansi yaitu sebesar 0.05 (α = 0,05).
c.
Berdasarkan Probabilitas
Dengan menggunakan nilai probabilitas, Ha akan diterima jika probabilitas
kurang dari 0,05.
3.5.3.3 Uji t
Uji t dilakukan pada pengujian hipotesis secara parsial, untuk mengetahui ada
tidaknya pengaruh variabel independen secara individual terhadap variabel
dependen. Adapun hipotesisnya sebagai berikut :
41
H0 : bi = 0 (tidak ada hubungan linier antara variabel independen dan variabel
dependen).
1. H1 : bi ≠ 0 (ada hubungan linier antara variabel independen dan variabel
dependen).
2. H1 : bi ≠ 0 (ada hubungan linier antara variabel independen dan variabel
dependen secara positif).
3. H1 : bi ≠ 0 (ada hubungan linier antara variabel independen dan variabel
dependen secara negatif).
Uji ini dikaitkan dengan dengan uji nyata dari garis regresi yang diperoleh dari
prediksi nilai pengamatan variabel dependen. Selain uji diatas, kita masih menguji
nilai koefisien dari nilai b hasil prediksi nilai  yang kita peroleh dari sampel.
Adapun hipotesisnya adalah:
H0 : b =  ( koefisien regresi tidak signifikan)
H1 : b =  ( koefisien regresi signifikan)
Pengambilan kesimpulan pada pengujian hipotesis dilakukan sebagai berikut :
1. Kalau thit < -tα/2 atau thit > tα/2 kesimpulannya H0 ditolak. Kalau -tα/2 ≤
thit ≤ tα/2 kesimpulannya H0 tidak ditolak. Nilai tα/2 dapat diperoleh dari
tabel t dengan nilai α/2 pada derajat bebas n-2 dimana α/2 adalah taraf
nyata.
2. Kalau thit > tα kesimpulannya H0 ditolak. Kalau thit ≤ tα kesimpulannya
H0 tidak ditolak. Nilai tα dapat diperoleh dari tabel t dengan nilai α pada
derajat bebas n-2 dimana α adalah taraf nyata.
3. Kalau thit < -tα kesimpulannya H0 ditolak. Kalau thit ≥ -tα kesimpulannya
H0 tidak ditolak.
42
Bila kita melakukan perhitungan menggunakan software SPSS (SPSS
menggunakan uji dua arah dengan hipotesis yang no. 1) maka pengambilan
kesimpulannya sebagai berikut:
Kalau : Nilai sig. < α → tolak H0
Nilai sig ≥ α → H0 tidak ditolak
43
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian
Dalam penelitian ini yang dijadikan obyek penelitian adalah perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang mempublikasikan
laporan keuangannya dalam Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun
2010 - 2012. Pemilihan sampel dilakukan berdasarkan metode Purposive Sampling,
yaitu pemilihan sampel perusahaan manufaktur selama periode penelitian
berdasarkan kriteria tertentu. Jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) periode 2010 - 2012 adalah sebanyak 146 perusahaan.
Sedangkan sampel yang memenuhi syarat yang digunakan dalam penelitian ini
sejumlah 24 perusahaan. Beberapa kriteria yang ditetapkan untuk memperoleh
sampel sebagai berikut:
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama
periode penelitian yaitu tahun 2010 sampai dengan 2012.
2. Perusahaan sampel yang telah menerbitkan laporan keuangan selama 3 (tiga)
tahun berturut - turut, yaitu tahun 2010 sampai dengan 2012.
3. Perusahaan sampel yang mempunyai data pembayaran dividen sekurang
kurangnya tiga tahun berturut - turut selama periode penelitian yaitu 2010 sampai
2012. Sehingga perusahaan yang tidak membayarkan dividen pada tahun tertentu
selama periode penelitian akan dikeluarkan dari sampel. Berikut daftar perusahaan
dapat dilihat pada Tabel 4.1:
44
Tabel 4.1
Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur
No.
Nama Perusahaan
1 PT AKR Corporindo Tbk
2 PT Alumindo Light Metal Industry Tbk
3 PT Asahimas Flat Glas Tbk
4 PT Astra Graphia Tbk
5 PT Astra International Tbk
6 PT Astra Otoparts Tbk
7 PT Sepatu Bata Tbk
8 PT Indo Kordsa Tbk
9 PT Berlina Tbk
10 PT Beton Jaya Manunggal Tbk
11 PT Budi Acid Jaya Tbk
12 PT Colorpak Indonesia Tbk
13 PT Citra Tubindo Tbk
14 PT Delta Djakarta Tbk
15 PT Darya Varia Laboratoria Tbk
16 PT Ekadharma International Tbk
17 PT Fast Food Indonesia Tbk
18 PT Gudang Garam Tbk
19 PT Gajah Tunggal Tbk
20 PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
21 PT Champion Pacific Indonesia Tbk
22 PT Indomobil Sukses Internasional Tbk
23 PT Holcim Indonesia Tbk
24 PT Unilever Indonesia Tbk
Sumber: Data sekunder ICMD tahun 2010-2012
KODE
AKRA
ALMI
AMFG
ASGR
ASII
AUTO
BATA
BRAM
BRNA
BTON
BUDI
CLPI
CTBN
DLTA
DVLA
EKAD
FAST
GGRM
GJTL
ICBP
IGAR
IMAS
SMCB
UNVR
4.2. Analisis Data
Bab ini akan membahas tentang semua data yang telah dikumpulkan beserta
analisanya dimana hasil dari pengolahan data tersebut dapat diketahui apakah
Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Rentabilitas Ekonomi dan Return On Equity
berpengaruh secara signifikan terhadap Dividend Per Share. Sesuai dengan
45
permasalahan dan perumusan model yang telah dikemukakan, serta kepentingan
pengujian hipotesis, maka teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi analisis deskriptif dan analisis statistik. Dimana analisis deskriptif
merupakan analisis yang menjelaskan gejala - gejala yang terjadi pada variabelvariabel penelitian untuk mendukung hasil analisis statistik. Sedangkan analisis
statistik merupakan analisis yang mengacu pada perhitungan data penelitian yang
merupakan angka-angka yang dianalisis dengan bantuan komputer menggunakan
program SPSS versi 16 (Ghozali, 2009).
4.2.1. Analisis Deskriptif
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui gambaran dari variabel - variabel
yang diteliti. Maka dapat dihitung rasio – rasio keuangan yang digunakan dalam
penelitian ini yang meliputi Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Rentabilitas
Ekonomi dan Return On Equity. Statistik deskriptif variabel - variabel yang
digunakan meliputi nilai minimum, maksimum, rata – rata (mean) dan standar
deviasi dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2
Sumber: data sekunder ICMD 2010-2012
46
Dari output deskriptif statistik di atas bahwa menunjukkan jumlah data yang
digunakan dalam penelitian ini sebanyak 66 sampel yang diteliti selama periode 2010
- 2012 di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode penelitian diperoleh Deviden
Per Share sebesar 0,06 dengan deviasi standar sebesar 0,146%. Hal ini menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam membayarkan dividen per lembar saham oleh
perusahaan kepada setiap pemegang saham rata-rata sebesar 0,06%.
Nilai Current Ratio diperoleh sebesar 0,003 dengan deviasi standar 497,3%.
Hal ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya melalui jumlah aktiva lancarnya sebesar 0,003 %.
Debt to Equity Ratio menunjukkan besarnya kemampuan perusahaan dalam
memenuhi seluruh kewajiban yang ditunjukkan oleh beberapa bagian dari modal
sendiri yang digunakan untuk ,membayar hutang. Besarnya nilai Debt to Equity
Ratio pada sample pengamatan yaitu sebesar 0,88 dengan deviasi standar 0,62%.
Rentabilitas Ekonomi diperoleh sebesar 0,02 dengan deviasi standar 14,5%.
Hal ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya melalui jumlah aktiva lancarnya sebesar 0,02%.
Return On Equity diperoleh sebesar 0,33 dengan deviasi standar 0,546%. Hal
ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya melalui jumlah aktiva lancarnya sebesar 0,33%.
4.2.2. Uji Asumsi Klasik
4.2.2.1. Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
independen dan variabel dependen keduanya mempunyai distribusi normal atau
47
tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data dimana tingkat
signifikansi harus di atas 0,05 (Ghozali, 2009) . Pengujian terhadap normalitas data
dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov menunjukkan pada uji Normalitas
data terdistribusi tidak normal, dapat dilihat dati Tabel 4.3 di bawah:
Tabel 4.3
Sumber: data sekunder ICMD tahun 2010-2012
Dari tampilan output di atas terlihat bahwa
besarnya nilai Kolmogrov-
Smimov dengan tingkat signifikansi pada 0.000 hal ini berarti H0 diterima yang
berarti data residual terdistribusi tidak normal karena > 0,05 maka model regresi
tidak memenuhi asumsi normal.
Sehingga peneliti melakukan penghapusan data dengan cara outlayer yaitu
data yang memilikin karakteristik unik yang sangat berbeda jauh dari data lainnya
dan muncul bentuk nilai ekstrim. Untuk mengetahui outlayer itu dengan cara mencari
nilai zcore. Nilai zcore adalah dengan membandingkan nilai rata-rata dengan nilai
standar deviasinya. Jika semakin tinggi maka data jauh dari rata-rata. Jika data < 80
48
maka standarcore dengan nilai kurang lebih 2.5 dinyatakan sebagai data outlayer.
Setelah data zcorenya telah ketemu outlayernya terdapat 6 data yang menjauh dari
rata-rata yaitu 27, 38, 63, 64, 70, 71. Data yang dihapus dapat dilihat pada Tabel 4.4
di bawah ini:
Tabel 4.4
Data Outlayer
No. data
Nilai zcore
27
2.77948
38
2.74604
63
2.28801
64
5.12832
70
4.66016
71
5.22120
Setelah data outlayer dihapus, tingkat signifikansinya menjadi 0.387, karena
> 0.05 maka dikatakan data terdistribusi secara normal, yang dapat dilihat pada Tabel
4.5 di bawah ini:
Tabel 4.5
Uji Kolmogorov
49
Dari tampilan output di atas terlihat bahwa besarnya nilai signifikansi 0.387
hal ini berarti H0 diterima yang berarti data residual terdistribusi secara normal yaitu
didapatkan karena > 0,05 maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
4.2.2.2 Uji Multikolonieritas
Multikolinearitas dapat juga dilihat dari nilai Tolerance dan lawannya
Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel
bebas manakah yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Tolerance mengukur
variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel
bebas lainnya. Jadi nilai tolerance rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF
= 1/tolerance) dan menunjukkan adanya kolinearitas yang tinggi. Nilai cutoff yang
umum dipakai adalah nilai tolerance di atas 0,10 atau sama dengan nilai VIF di
bawah 10 (Ghozali, 2009). Hasil uji Multikolinearitas dapat dilihat pada Tabel 4.6 di
bawah ini:
Tabel 4.6
Hasil Uji Multikolinearitas
Sumber: data sekunder ICMD 2010-2012
50
Hasil output uji multikolonieritas dengan menggunakan bantuan SPSS versi
16 hasilnya terlihat dalam tabel di atas. Keempat variabel independent Current Ratio,
Debt to Equity Ratio, Rentabilitas Ekonomi dan Return On Equity menunjukkan
angka VIF kurang dari 10 dan nilai tolerance di atas 0,10. Dengan demikian dapat
disimpulkan model regresi tersebut tidak terdapat masalah multikolinieritas. Maka
model regresi yang ada layak untuk dipakai.
4.2.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Jika varian dari residual satu pengamatan kepengamatan yang lain tetap, maka
disebut homoskedastisitas dan jika berbeda akan disebut heteroskedastisitas. Model
regresi yang baik adalah model yang tidak terjadi heteroskedastisitas (Imam Ghozali,
2009).
Uji Park agar lebih menyakinkan bahwa tidak ada terjadinya gejala
heterokedastisitas. Indikasi terjadi gejala heterokedastisitas adalah jika variabel
independen secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka terdapat indikasi
terjadi heterokedastisitas. Jika nilai signifikansi masing – masing variabel
independen lebih besar dari > 0,05 maka varriabel indepen bebas dari
heterokedastisitas. Hasil uji Park dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut ini :
51
Uji Park
Tabel 4.7
Sumber: data sekunder ICMD 2010-2012
Dari hasil tampilan output di atas memberikan koefisien parameter untuk
variabel independen besar signifikannya lebih dari 0,05, maka dapat disimpulkan
bahwa model regresi tidak terdapat heteroskedastisitas.
4.2.2.4 Uji Autokolerasi
Untuk mengetahui adanya autokorelasi dalam suatu model regresi dilakukan
melalui pengujian terhadap nilai uji Durbin Watson (Uji D-W), dengan ketentuan
sebagai berikut:
Tabel 4.8
Tabel D – W
Hipotesis Nol
Tidak ada autokorelasi
positif
Keputusan
Tolak
Jika
0<d<dl
Tidak ada autokorelasi
Positif
Tidak ada korelasi negatif
No Decision
dl≤d≤du
Tolak
4-dl<d<4
Tidak ada korelasi negatif
No Decision
4-du≤d≤4-dl
Tidak ada autokorelasi,
positif atau negative
Tidak ditolak
du<d<4-du
52
Tabel 4.9
Hasil Uji D – W
Sumber: data sekunder ICMD 2010-2012
Dari output di atas besarnya nilai D – W sebesar 1,836. Hasil perhitungan
dari tabel D – W dari jumlah variabel atau k=4 dan jumlah data atau n= 66, didapat
nilai dU= 1,731dan dL=1,471. Jadi, hasilnya tidak ada autokorelasi positif ataupun
negatif.
4.3 Koefisien Determinasi
Tabel 4.10
Koefisien Deteminasi
Sumber: data sekunder ICMD 2010-2012
Berdasarkan hasil statistik pada tabel 4.10 diatas diketahui bahwa korelasi ke
empat variabel bebas (independen) terhadap variabel Dividend Per Share dinyatakan
dengan nilai koefisien determinasi ( R2) yaitu sebesar 0,601 atau 60,1 %. Hal ini
53
berarti 60,1% variasi Dividend Per Share yang bisa dijelaskan oleh variasi dari ke
empat variabel independen yaitu Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Rentabilitas
Ekonomi, dan Return On Equity. Sedangkan sisanya sebesar 100% - 60,1% = 39,9%
di jelaskan oleh sebab - sebab lain di luar model atau variabel lain yang belum diteliti
dalam penelitian ini.
4.4 Uji Statistik
4.4.1 Uji F
Uji statistik F atau Analisis Of Variance (ANOVA) pada dasarnya
menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model
mempunyai pengaruh secara bersama - sama terhadap variabel dependennya. Nilai F
dalam tabel ANOVA juga untuk melihat apakah model yang digunakan sudah tepat
atau tidak. (Ghozali, 2009). Hasil perhitungan Uji F ini dengan menggunakan SPSS
versi 16 dapat dilihat pada Tabel 4.11 berikut:
Tabel 4.11
Uji F
Sumber: data sekunder ICMD 2010-2012
54
Dari hasil analisis regresi di atas, dapat diketahui bahwa secara simultan atau
bersama - sama variabel independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependen. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai Fhitung > Ftabel dan nilai
probabilitas 0,000 yang lebih kecil dari 0,05.
4.4.2 Uji t
Uji t bertujuan untuk menguji masing- masing variabel independen secara
individu apakah berpengaruh nyata terhadap variabel dependen (Dividend Per Share)
atau tidak, atau uji t digunakan untuk mengetahui tingginya derajat satu variabel X
terhadap variabel Y jika variabel X yang lain dianggap konstan. Hasil uji analisis
menggunakan SPSS versi 16 terlihat pada Tabel 4.12 di bawah ini:
Tabel 4.12
Uji t
Sumber: Data sekunder ICMD 2010-2012
Dari perhitungan regresi diatas maka dapat disusun persamaan regresi sebagai
berikut:
Y = -0,174 + 0,00002 X1 + 0,042 X2 + 0,008 X3 + 0,006 X4 + e
55
Keterangan:
Y : Dividend Per Share
A : konstanta
B1 , B2 : Koefisien Regresi
X1 : Current Ratio
X2 : Debt to Equity Ratio
X3 : Rentabilitas Ekonomi
X4 : Return On Equity
1. Berdasarkan uji t di atas menunjukan bahwa Nilai Konstanta besarnya -0.174 ,
maka dapat disimpulkan bahwa Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Rentabilitas
Ekonomi dan Return On Equity jika nilainya tidak berubah atau tetap Dividend
Per Share akan menurun.
2. Berdasarkan uji t diatas menunjukan bahwa Current Ratio (X1) mempunyai nilai
signifikan 0.358 > 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa Current Ratio tidak
mempunyai pengaruh terhadap Dividend Per Share. Dengan demikian hipotesis
pertama yang menunjukan Current Ratio mempengaruhi Dividend Per Share
ditolak. Koefisien regresi variabel Current Ratio sebesar 0.00002 yang artinya
jika variabel independen lain nilainya tetap dan Current Ratio mengalami
kenaikan satuan maka Dividend Per Share akan mengalami kenaikan sebesar
0.00002. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara Current
Ratio dengan Dividend Per Share, jadi semakin naik Current Ratio semakin naik
pula Dividend Per Share.
3. Berdasarkan uji t diatas menunjukan bahwa Debt Equity Ratio (X2) mempunyai
nilai signifikan 0.028 < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa Debt Equity Ratio
56
mempunyai pengaruh terhadap Dividend Per Share. Dengan demikian hipotesis
kedua yang menunjukan Debt Equity Ratio mempengaruhi Dividend Per Share
diterima. Koefisien regresi variabel Debt to Equity Ratio sebesar 0.042 yang
artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan Debt to Equity Ratio
mengalami kenaikan satuan maka Dividend Per Share akan mengalami kenaikan
sebesar 0.042. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara
Debt to Equity Ratio dengan Dividend Per Share, jadi semakin naik Debt to
Equity Ratio semakin naik pula Dividend Per Share.
4. Berdasarkan uji t diatas menunjukan bahwa Rentabilitas Ekonomi (X3)
mempunyai nilai signifikan 0.000 < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa
Rentabilitas Ekonomi mempunyai pengaruh terhadap Dividend Per Share.
Dengan demikian hipotesis
ketiga yang menunjukan Rentabilitas Ekonomi
mempengaruhi Dividend Per Share diterima. Koefisien regresi variabel
Rentabilitas Ekonomi sebesar 0.008 yang artinya jika variabel independen lain
nilainya tetap dan Rentabilitas Ekonomi mengalami kenaikan satuan maka
Dividend Per Share akan mengalami kenaikan sebesar 0.008. Koefisien bernilai
positif artinya terjadi hubungan positif antara Rentabilitas Ekonomi dengan
Dividend Per Share, jadi semakin naik Rentabilitas Ekonomi semakin naik pula
Dividend Per Share.
5. Berdasarkan uji t diatas menunjukan bahwa Return On Equity (X4) mempunyai
nilai signifikan 0.786 > 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa Return On Equity
(X4) mempunyai pengaruh terhadap Dividend Per Share. Dengan demikian
hipotesis
keempat yang menunjukan Return On Equity (X4) mempengaruhi
Dividend Per Share ditolak. Koefisien regresi variabel Return On Equity sebesar
57
0.006 yang artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan Return On
Equity mengalami kenaikan satuan maka Dividend Per Share akan mengalami
kenaikan sebesar 0.006. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif
antara Return On Equity dengan Dividend Per Share, jadi semakin naik Return
On Equity semakin naik pula Dividend Per Share.
4.5 PEMBAHASAN
4.5.1 Uji F (Simultan)
Berdasarkan hasil uji F Current Ratio (X1), Debt to Equity Ratio (X2),
Rentabilitas Ekonomi (X3) dan Return On Equity (X4) berpengaruh terhadap
Dividend Per Share (Y). hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian berdasarkan uji F
menunjukan hasil signifikan sebesar 0.000 < 0.05 yang berarti secara simultan atau
bersama-sama berpengaruh terhadap Dividend Per Share.
4.5.2 Uji t (Parsial)
1. Current Ratio
Berdasarkan uji t diatas menunjukan bahwa Current Ratio (X1) mempunyai
nilai signifikan 0.358 > 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa Current Ratio tidak
mempunyai pengaruh terhadap Dividend Per Share. Dengan demikian hipotesis
pertama yang menunjukan Current Ratio mempengaruhi Dividend Per Share
ditolak.
Current Ratio menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar
utangnya yang harus segera dipenuhi dengan menggunakan aktiva lancar yang
dimilikinya. Semakin besar Current Ratio menunjukkan semakin tinggi kemampuan
58
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Tingginya Current Ratio
menunjukkan
keyakinan
investor
terhadap
kemampuan
perusahaan
untuk
membayarkan dividen yang dijanjikan (Handayani dalam Marlina dan Danica, 2010).
Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak keputusan
dividen, karena dividen menunjukkan arus kas keluar, semakin besar posisi kas dan
keseluruhan likuiditas perusahaan maka semakin besar kemampuan perusahaan
untuk membayar dividen. Oleh karena pihak manajemen ingin mempertahankan
likuiditas untuk menghindari risiko ketidakpastian, maka manajemen tidak akan
membayar dividen dalam jumlah besar. merupakan arus kas keluar, oleh karena itu
perusahaan membayar dividen kepada pemegang saham harus tersedia uang kas yang
cukup banyak agar tidak menurunkan tingkat likuiditas perusahaan. Bagi perusahaan
yang kondisi likuiditasnya kurang baik biasanya membayar dividen yang kecil.
Terkadang sudah memuaskan bagi suatu perusahaan, tetapi jumlah modal kerja dan
besarnya rasio tergantung pada beberapa faktor, suatu standard atau rasio yang
umum tidak dapat ditentukan untuk seluruh perusahaan. Current Ratio hanya
merupakan kebiasaan dan akan digunakan sebagai titik tolak ukur likuidasi suatu
perusahaan.
Bagi perusahaan yang mempunyai hubungan baik dengan kreditur atau
posisinya kuat terhadap pemasok, mungkin perusahaan tidak perlu memiliki rasio
yang tinggi. Dengan kondisi demikian maka supermarket dapat membayar hutangnya
setelah 3 atau 4 bulan, sedangkan penjualan dilakukan secara tunai. Oleh karena itu
untuk mengukur tingginya likuiditas perusahaan lebih baik untuk mempergunakan
angka perputaran modal kerja daripada mempergunakan rasio lancar. Adapun
59
pertimbangannya ialah karena angka perputaran modal kerja tidak banyak
dipengaruhi oleh sifat musiman, relatif dibandingkan dengan rasio lancar.
Hal ini mendukung hasil penelitian (Yulia, 2009) dan (Sumani, 2012) bahwa Current
Ratio tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividend per share ini
dikarenakan Current Ratio biasanya digunakan untuk membayar kewajiban jangka
pendek perusahaan. Sehingga apabila likuiditas perusahaan semakin tinggi maka
pembagian dividen tidak akan berubah. Jadi likuiditas perusahaan yang tinggi tidak
akan memberi dampak tingginya pembagian dividen karena justru pengalokasian
dana untuk pertimbangan menjaga jumlah kas perusahaan, oleh karena itu
perusahaan membayar dividen kepada pemegang saham harus tersedia uang kas yang
cukup banyak agar tidak menurunkan tingkat likuiditas perusahaan.
Bagi perusahaan yang kondisi likuiditasnya kurang baik biasanya membayar
dividen yang kecil. Sebagai contoh pada perusahaan PT Barito Pacific Tbk (BRPT)
melakukan kuasi reorganisasi guna menutup defisit anggaran yang sudah mencapai
Rp 6 Triliun. Sehingga PT Barito Pasific Tbk tetap bias membayarkan kewajiban
jangka pendeknya dan kebutuhan likuid perusahaannya.
2. Debt to Equity Ratio
Berdasarkan uji t diatas menunjukan bahwa Debt Equity Ratio (X2)
mempunyai nilai signifikan 0.028 < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa Debt
Equity Ratio mempunyai pengaruh terhadap Dividend Per Share. Dengan demikian
hipotesis kedua yang menunjukan Debt Equity Ratio mempengaruhi Dividend Per
Share diterima.
60
Secara konseptual Debt to Equity Ratio menunjukkan bagian dari setiap rupiah
modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang. Semakin besar Debt
to Equity Ratio maka semakin besar modal pinjaman sehingga akan menyebabkan
semakin besar pula beban hutang (biaya bunga) yang harus ditanggung perusahaan.
Hasil analisis penelitian ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa Debt to
Equity Ratio tidak berpengaruh terhadap dividen. Semakin besarnya beban hutang
perusahaan, maka jumlah laba yang dibagikan sebagai dividen per lembar saham
akan berkurang. Dengan demikian Debt to Equity Ratio yang tinggi berdampak pada
semakin kecilnya kemampuan perusahaan untuk membagikan dividen atau
sebaliknya.
Hal ini bertolak belakang dengan hasil penelitian (Yulia, 2009) dan (Marlina,
2009) yang menyatakan bahwa variabel Debt to Equity Ratio tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap dividen. Namun, penelitian ini mendukung hasil
penelitian dari (Setiawati, 2012) dan (Marlina, 2009) yang menyatakan Debt to
Equity Ratio mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Per Share.
Komitmen perusahaan disektor manufaktur untuk melakukan pembayaran dividen
secara teratur menyebabkan kemampuan pembayaran dividen tidak dipengaruhi oleh
besar kecilnya hutang perusahaan bahkan kenaikan hutang dapat menigkatkan
kemampuan perusahaan membayar dividen selama penggunaan hutang harus selalu
diiringi dengan peningkatan laba perusahaan. Hal ini sesuai dengan teori keuangan
yang menyatakan jangan lakukan hutang baru jika tidak menghasilkan tambahan
laba.
61
3. Rentabilitas Ekonomi
Berdasarkan uji t diatas menunjukan bahwa Rentabilitas Ekonomi (X3)
mempunyai nilai signifikan 0.000 < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa
Rentabilitas Ekonomi mempunyai pengaruh terhadap Dividend Per Share. Dengan
demikian hipotesis ketiga yang menunjukan Rentabilitas Ekonomi mempengaruhi
Dividend Per Share diterima.
Menurut (Riyanto, 2008) tinggi rendahnya rentabilitas dipengaruhi oleh dua
faktor yaitu profit margin yang merupakan perbandingan antara laba usaha dengan
penjualan usaha yang dinyatakan dalam porsentase.Turnover of Operating Asset
(tingkat perputaran aktiva usaha) yang merupakan kecepatan berputarnya operating
asset dalam suatu periode tertentu. Perputaran tersebut dapat ditentukan dengan
membagi penjualan bersih dengan modal usaha. Oleh karena itu, pengertian
Rentabilitas sering digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal dalam
suatu perusahaan, maka Rentabilitas Ekonomi sering pula dimaksudkan sebagai
kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja di dalamnya
dalam menghasilkan laba.
Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian (Yulia, 2009) yang menyatakan
bahwa variabel Rentabilitas Ekonomi tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap
Dividend Per Share. Ini dikarenakan efisiensi penggunaan modal dalam suatu
perusahaan untuk membuat efisiensi modal perusahaan akan berpengaruh terhadap
tingginya dividen yang dibagikan.
62
4. Return On Equity
Berdasarkan uji t diatas menunjukan bahwa Return On Equity (X4) mempunyai
nilai signifikan 0.786 > 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa Return On Equity (X4)
mempunyai pengaruh terhadap Dividend Per Share. Dengan demikian hipotesis
keempat yang menunjukan Return On Equity (X4) mempengaruhi Dividend Per
Share ditolak.
Profitabilitas merupakan salah satu pengukuran bagi kinerja suatu perusahaan,
profitabilitas suatu perusahaan menunjukan kemampuan suatu perusahaan dalam
menghasilkan laba selama pereode tertentu pada tingkat penjualan, asset dan modal
saham tertentu. Profitabilitas suatu perusahaan dapat dinilai melalui berbagai cara
tergantung pada laba dan aktiva atau modal yang akan diperbandingkan satu dengan
lainya. Suatu pengukuran dari penghasilan atau income yang tersedia bagi pemilik
perusahaan atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan. Return On
Equity artinya profitabilitas yang meningkat. Padahal, profitabilitas ini meningkat
bisa jadi karena berbagai macam hal: kinerja operasi meningkat, pajak yang turun,
efisiensi, atau pendapatan lain-lain. Intinya, pemahaman yang baik mengenai Return
On Equity akan memberikan gambaran kepada investor mengenai bagaimana
perusahaan dikelola. Selanjutnya tentu ini akan membantu dalam melakukan
penilaian terhadap perusahaan dan mempengaruhi keputusan investasi, berarti kita
juga dapat mengetahui lebih lanjut kualitas penghasilan yang bisa didapatkan dari
perusahaan.
Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian (Yulia, 2009) yang menyatakan
bahwa variabel Return On Equity mempunyai pengaruh signifikan terhadap Dividend
Per Share. Namun mendukung hasil penelitian (Sumani, 2012) yang menyatakan
63
Return On Equity tidak berpengaruh signifikan. Ini dikarenakan, Return On Equity
suatu pengukuran dari penghasilan atau income yang tersedia bagi pemilik
perusahaan atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan.Committee on
terminology mendefinisikan profitabilitas adalah jumlah yang berasal dari
pengurangan harga pokok produksi, biaya lain dan kerugian dari penghasilan atau
penghasilan operasi. Selain itu tergantung kebijakan masing – masing perusahaan
ingin menggunakan keuntungan untuk dibagikan atau untuk laba ditahan dan
kebutuhan pengembangan perusahaan.
Contoh pada PT Barito Pacific Tbk sebagai holding company sangat tergantung
dari kinerja anak usaha. Kontribusi portofolio bisnis PT Barito Pacific Tbk masih
didominasi petrokimia, sehingga kinerja PT Chandra Asri Petrochemical Tbk akan
terefleksi ke kinerja PT Barito Pacific Tbk. Hingga Maret 2012 kinerja PT Chandra
Asri Petrochemical Tbk masih terkendala krisis di Eropa dan Amerika Serikat
sehingga menyebabkan harga produk petrokimia tertekan. Faktor pengetatan kredit
di China juga berpengaruh cukup besar terhadap menipisnya margin produk
petrokimia. Perseroan berharap kondisi tersebut bias segera pulih. Pendapatan
perseroan di Kuartal I-2012 tercatat naik 10,7% menjadi Rp 5,46 Triliun
dibandingkan periode yang sama tahun 2011 sebesar Rp 4,93 Triliun. Meskipun
kuasi reorganisasi telah dilakukan, PT Barito Pacific Tbk masih mencatatkan rugi
bersih pada tahun 2011 sebesar Rp 319,6 miliar menyusut 83,3% dibandingkan
dengan tahun sebelumnya Rp 558,63 miliar. Penurunan rugi bersih karena adanya
kenaikan pendapatan 14,2% menjadi Rp 19,38 Triliun dari Rp 16,97 Triliun. Secara
retained earnings sebenarnya perusahaan untung Rp 25,1 miliar karena ada
penjualan saham milik anak cabang.
64
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Setelah diadakan analisis data yang telah dikemukakan dalam data
sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan yang merupakan jawaban permasalahan
dan sekaligus dalam mencapai tujuan penelitian ini. Berdasarkan hasil analisis data
dan pembahasan yang telah dikemukakan pada Bab IV, dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 1 menunjukan bahwa secara parsial
variabel Current Ratio (X1) berpengaruh positif tidak signifikan terhadap variabel
Dividend Per Share.
2. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 2 menunjukan bahwa secara parsial
variabel Debt Equity Ratio (X2) berpengaruh positif signifikan terhadap variabel
Dividend Per Share.
3. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 3 menunjukan bahwa secara partial
variabel Rentabilitas Ekonomi (X3) berpengaruh positif signifikan terhadap
variabel Dividend Per Share.
4. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 4 menunjukan bahwa secara partial
variabelReturn On Equity (X4) berpengaruh positif tidak signifikan terhadap
variabel Dividend Per Share.
65
5.2 SARAN
1. Investor, perlu memperhatikan Debt to Equity Ratio dengan besarnya
Unstandardizae Coefficients Beta sebesar 0,042 dan signifikansinya sebesar
0,028, kemudian Rentabilitas Ekonomi dengan Unstandardizae Coefficients
Beta sebesar 0,008 dan signifikansinya sebesar 0,000.
2. Perusahaan perlu memberikan kesan yang baik kepada para investor bahwa
perusahaan mempunyai prospek yang bagus dimasa yang akan datang,
dengan cara mempertahankan besarnya dividen yang dibagikan. Hal ini dapat
menimbulkan kepercayaan pasar terhadap perusahaan yang bersangkutan
menjadi lebih besar, dibandingkan jika perusahaan menurunkan besarnya
dividen yang dibagikan ketika laba mengalami penurunan.
3. Bagi kreditur sebagai dasar pembuatan pertimbangan dan keputusan dalam
pengambilan keputusan sebelum memberikan kredit kepada perusahaan yang
bersangkutan. Kreditur harus menganalisis kondisi dan kinerja perusahaan
sehingga berguna untuk informasi kreditur dalam hal pengembalian pinjaman
pada saat jatuh tempo ataupun tidak.
4. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan penelitian selanjutnya
dengan menambah variabel independen dan jumlah perusahaan yang
mempengaruhi Dividend Per Share, misalnya memasukkan tingkat suku
bunga, jumlah uang beredar, inflasi, ukuran perusahaan dan lain – lain
sehingga dalam penelitian yang baru tersebut lebih mampu menjelaskan
variabel yang mempengaruhi Dividend Per Share.
DAFTAR PUSTAKA
Arimawati, Rizky. 2011. Analisis Pengaruh Cash Position, Return On Equity, Debt
to Equity Ratio, Company’s Growth, dan Collateralizable Assets Terhadap
Dividend Payout Ratio. SKRIPSI. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro
Semarang.
Atmaja, Lukas Setia. 2006. Manajemen Keuangan. Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi
Ayu, Made Lisna Dewanti. 2011. Analisis Pengaruh Cash Ratio, Debt to Equity
ratio dan Earning Per Share Terhadap Cash Dividend Pada Perusahaan Food
and Beverages yang Terdaftar di BEI Periode 2005-2010. Fakultas Ekonomi
Universitas Udayana.
Darmadji, Tjiptono. 2006. Pasar Modal di Indonesia: Pendekatan Tanya Jawab.
Edisi Kedua. Jakarta: Salemba Empat.
Efni, Yulia dan Sri Restuti. 2009. Analisis Pengaruh Current Ratio, Debt to
Equity Ratio, Rentabilitas Ekonomi dan Return On Equity Terhadap
dividend Per Share Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI..
Jurnal Manajemen Bisnis Vol.17 No.2 Agustus 2009.
Fajriyah, Nasim. 2011. Analisis Pengaruh ROE, DER, Management Ownership, Free
Cash Flow dan Size Terhadap Dividend Payout Ratio Pada PerusahaanPerusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 20062009. SKRIPSI. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Edisi Ketiga Universitas Diponegoro Semarang.
Haryeti dan Elida Ilyas. 2011. Analisis Pengaruh Financial Leverage, Investasi,
Likuiditas, Serta Resiko Perusahaan Terhadap Dividend Payout Ratio.
Jurnal Manajemen Bisnis Vol.19 No.3 September 2011.
Hatta, Atika Hauhari. 2002. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kebijakan Dividen: Investigasi Pengaruh Teori Stakeholder. Jurnal
Manajemen Bisnis Vol.6 No.2 Desember 2002.
Intan, Taranika. 2009. Pengaruh Dividend Per Share, Risiko Sistematis dan
Inflasi Terhadap Harga Saham Industri Tekstil di BEI. Tesis. Magister
Akuntansi Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.
Marlina, Lisa dan Clara Danica. 2009. Analisis Pengaruh Cash Position, Debt to
Equity Ratio dan Return On Assets Terhadap Dividend Payout Ratio.
Jurnal Manajemen Bisnis Vol.2 No.1 Januari 2009.
Martono dan Harjito. 2004. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Ekonisia.
Palino, Novianty. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dividen Tunai Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI. SKRIPSI. Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Hasanuddin Makassar.
Riyanto, Bambang. 2008. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi keempat.
Yogyakarta: BPFE.
Sekaran, Uma. 2011. Research Methods For Business. Jakarta: Salemba Empat.
Setiawati. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dividen Per Share
Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI Periode 2006-2010.
SKRIPSI. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin Makassar.
Sri, Sutari Rejeki. 2011. Analisis Pengaruh Debt to Equity Ratio, Net Profit Margin,
Assets Growth, Firm Size dan Current Ratio Terhadap Dividend Payout Ratio.
SKRIPSI. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang.
Sugeng, Bambang. 2009. Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Struktur
Modal Terhadap Kebijakan Inisiasi Dividen di Indonesia. Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Malang.
Suharli, Michell. 2007. Analisis Pengaruh Profitability dan Investment
Opportunity Set Terhadap Kebijakan Dividen Tunai dengan Likuiditas
Sebagai Variabel Intervening. Jurnal Ekonomi Akuntansi dan Keuangan
Vol.9 No.1 Mei 2007.
Sumani. 2012. Analisis Pengaruh Return On Equity, Current Ratio, Debt to
Total Assets dan Earning Per Share Terhadap Cash Dividend Pada
Perusahaan Non Jasa Keuangan Yang Go Public di Bursa Efek Indonesia.
Fakultas Ekonomi Universitas Jember.
Weston, J.Fred & Brigham. 2003. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Jakarta:
Erlangga
Wibisono, Anjar. 2010. Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage dan
Profitabilitas Terhadap Dividend Payout Ratio (Studi Pada Perusahaan
Go Public di Bursa Efek Indonesia). Fakultas Ekonomi Universitas
Balikpapan Kalimantan Timur.
WWW.google.com/#q = alasan + barito + pacific + Tbk + tidak + membagikan +
dividen diunduh tanggal 27 Februari 2014
WWW.indonesia finance today.com/read/6098/Barito-Pacific-Akan-Lakukan-KuasiReorganisasi diunduh tanggal 27 Februari 2014
LAMPIRAN 1
DATA PERUSAHAAN MANUFAKTUR di
BEI 2010-2012
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Nama Perusahaan
PT AKR Corporindo Tbk
PT Alumindo Light Metal Industry Tbk
PT Asahimas Flat Glas Tbk
PT Astra Graphia Tbk
PT Astra International Tbk
PT Astra Otoparts Tbk
PT Sepatu Bata Tbk
PT Indo Kordsa Tbk
PT Berlina Tbk
PT Beton Jaya Manunggal Tbk
PT Budi Acid Jaya Tbk
PT Colorpak Indonesia Tbk
PT Citra Tubindo Tbk
PT Delta Djakarta Tbk
PT Darya Varia Laboratoria Tbk
PT Ekadharma International Tbk
PT Fast Food Indonesia Tbk
PT Gudang Garam Tbk
PT Gajah Tunggal Tbk
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
PT Champion Pacific Indonesia Tbk
PT Indomobil Sukses Internasional Tbk
PT Holcim Indonesia Tbk
PT Unilever Indonesia Tbk
KODE
AKRA
ALMI
AMFG
ASGR
ASII
AUTO
BATA
BRAM
BRNA
BTON
BUDI
CLPI
CTBN
DLTA
DVLA
EKAD
FAST
GGRM
GJTL
ICBP
IGAR
IMAS
SMCB
UNVR
LAMPIRAN II
DATA VARIABEL DEPENDEN DAN
VARIABEL INDEPENDEN
DATA VARIABEL DEPENDEN
DPS
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Nama Perusahaan
AKRA
ALMI
AMFG
ASGR
ASII
AUTO
BATA
BRAM
BRNA
BTON
BUDI
CLPI
CTBN
DLTA
DVLA
EKAD
FAST
GGRM
GJTL
ICBP
IGAR
IMAS
SMCB
UNVR
2010
0.06
0.001
0.02
0.07
0.05
0.0001
0.003
0.0001
0.004
0.0001
0.06
0.0002
0.06
0.01
0.04
0.07
0.0005
0.04
0.003
0.04
0.0001
0.02
0.003
0.1
2011
0.06
0.09
0.03
0.0001
0.02
0.2
0.003
0.12
0.0003
0.0002
0.01
0.0001
0.02
0.01
0.04
0.04
0.0001
0.04
0.002
0.04
0.0003
0.02
0.01
0.14
2012
0.08
0.02
0.001
0.13
0.13
0.07
0.09
0.07
0.5
0.03
0.002
0.04
0.2
0.3
0.04
0.02
0.04
0.07
0.006
0.09
0.4
0.05
0.003
1.14
DATA VARIABEL INDEPENDEN
CURRENT RATIO
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Nama Perusahaan
AKRA
ALMI
AMFG
ASGR
ASII
AUTO
BATA
BRAM
BRNA
BTON
BUDI
CLPI
CTBN
DLTA
DVLA
EKAD
FAST
GGRM
GJTL
ICBP
IGAR
IMAS
SMCB
UNVR
2010
104.79
86.48
393.95
151.03
126.18
175.73
20.85
401.76
133.16
359.72
102.93
184.54
138.10
633.08
371.67
176.26
170.82
270.08
176.09
259.80
704.18
106.94
166.19
85.13
Current Ratio
2011
135.73
121.35
442.29
159.16
136.40
135.48
212.77
278.88
100.93
313.76
125.04
158.27
218.56
600.90
483.04
190.36
179.66
224.48
174.93
287.11
5773.28
136.78
146.58
68.67
2012
144.00
1292.04
3887.01
159.00
140.00
116.00
212.00
213.00
97.00
330.00
1131.63
160.00
179.00
526.00
431.00
241.00
177.00
217.00
172.00
276.00
436.00
123.00
140.46
66.00
DEBT TO EQUITY RATIO
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Nama Perusahaan
AKRA
ALMI
AMFG
ASGR
ASII
AUTO
BATA
BRAM
BRNA
BTON
BUDI
CLPI
CTBN
DLTA
DVLA
EKAD
FAST
GGRM
GJTL
ICBP
IGAR
IMAS
SMCB
UNVR
2010
2.01
1.97
0.29
1.10
1.10
0.38
0.46
0.26
1.62
0.23
1.53
1.05
1.43
0.20
0.33
0.74
0.54
0.44
1.94
0.45
0.23
4.99
0.52
1.15
Debt to Equity Ratio
2011
1.32
2.47
0.25
1.02
1.02
0.47
0.46
0.38
1.53
0.29
1.62
1.43
0.69
0.22
0.28
0.61
0.86
0.59
1.61
0.42
0.22
1.54
0.45
1.85
2012
1.8
2.2
0.26
0.95
1.02
0.61
0.48
0.35
1.55
0.28
1.69
1.21
0.88
0.24
0.27
0.42
0.79
0.56
1.34
0.48
0.29
2.07
0.45
2.02
RENTABILITAS EKONOMI
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Nama Perusahaan
AKRA
ALMI
AMFG
ASGR
ASII
AUTO
BATA
BRAM
BRNA
BTON
BUDI
CLPI
CTBN
DLTA
DVLA
EKAD
FAST
GGRM
GJTL
ICBP
IGAR
IMAS
SMCB
UNVR
Rentabilitas Ekonomi
2010
2011
0.17
0.2
0.11
0.08
0.23
0.2
0.33
0.32
0.42
0.33
0.36
0.26
0.25
0.22
0.19
0.1
0.23
0.22
0.15
0.26
0.09
0.11
0.28
0.24
0.23
0.57
0.33
0.35
0.24
0.22
0.31
0.23
0.32
0.35
0.26
0.26
0.31
0.19
0.28
0.25
0.28
0.24
1.97
4.27
0.16
0.2
1.12
1.51
2012
0.19
0.004
0.18
0.35
0.31
0.23
0.25
0.14
0.26
0.28
0.01
0.24
0.37
0.34
1.05
0.28
0.33
1.009
0.002
0.01
10.31
0.01
0.22
1.62
RETURN ON EQUITY
Nama Perusahaan
AKRA
ALMI
AMFG
ASGR
ASII
AUTO
BATA
BRAM
BRNA
BTON
BUDI
CLPI
CTBN
DLTA
DVLA
EKAD
FAST
GGRM
GJTL
ICBP
IGAR
IMAS
SMCB
UNVR
2010
17.60
11.86
23.82
33.94
42.65
36.11
25.51
19.94
23.48
15.52
9.42
28.19
23.18
33.40
24.02
31.61
32.63
26.57
31.77
28.24
28.69
50.57
16.83
112.19
Return On Equity
2011
20.70
8.77
20.82
32.70
33.98
26.57
22.18
10.24
22.86
26.58
11.11
24.77
57.44
35.76
22.85
23.85
35.96
26.94
19.31
25.63
24.70
23.37
20.37
151.45
2012
17
2
14
35.84
31.06
23.03
17
13
20
21
1
16
24
25
17
18.7
20
15
20
19
18.3
24.33
22.25
121
LAMPIRAN III
OLAHAN DATA INPUT SPSS
No.
Kode
1 AKRA
2 ALMI
3 AMFG
4 ASGR
5 ASII
6 AUTO
7 BATA
8 BRAM
9 BRNA
10 BTON
11 BUDI
12 CLPI
13 CTBN
Tahun
x1
2010 104.79
2011 135.73
2012 144.00
2010
86.48
2011 121.35
2012 1292.04
2010 393.95
2011 442.29
2012 3887.01
2010 151.03
2011 159.16
2012 159.00
2010 126.18
2011 136.40
2012 140.00
2010 175.73
2011 135.48
2012 116.00
2010
20.85
2011 212.77
2012 212.00
2010 401.76
2011 278.88
2012 213.00
2010 133.16
2011 100.93
2012
97.00
2010 359.72
2011 313.76
2012 330.00
2010 102.93
2011 125.04
2012 1131.63
2010 184.54
2011 158.27
2012 160.00
2010 138.10
2011 218.56
2012 179.00
x2
2.01
1.32
1.8
1.97
2.47
2.2
0.29
0.25
0.26
1.10
1.02
0.95
1.10
1.02
1.02
0.38
0.47
0.61
0.46
0.46
0.48
0.26
0.38
0.35
1.62
1.53
1.55
0.23
0.29
0.28
1.53
1.62
1.69
1.05
1.43
1.21
1.43
0.69
0.88
x3
17.60
20.70
0.17
11.86
8.77
0.02
23.82
20.82
0.14
33.94
32.70
35.84
42.65
33.98
31.06
36.11
26.57
23.03
25.51
22.18
0.17
19.94
10.24
0.13
23.48
22.86
0.20
15.52
26.58
0.21
9.42
11.11
0.01
28.19
24.77
0.16
23.18
57.44
0.24
x4
0.17
0.2
0.19
0.11
0.08
0.004
0.23
0.2
0.18
0.33
0.32
0.35
0.42
0.33
0.31
0.36
0.26
0.23
0.25
0.22
0.25
0.19
0.1
0.14
0.23
0.22
0.26
0.15
0.26
0.28
0.09
0.11
0.01
0.28
0.24
0.24
0.23
0.57
0.37
Y
0.06
0.06
0.08
0.001
0.09
0.02
0.02
0.03
0.001
0.07
0.0001
0.13
0.05
0.02
0.13
0.0001
0.2
0.07
0.003
0.003
0.09
0.0001
0.12
0.07
0.004
0.0003
0.5
0.0001
0.0002
0.03
0.06
0.01
0.002
0.0002
0.0001
0.04
0.06
0.02
0.2
14 DLTA
15 DVLA
16 EKAD
17 FAST
18 GGRM
19 GJTL
20 ICBP
21 IGAR
22 IMAS
23 SMCB
24 UNVR
2010 633.08
2011 600.90
2012 526.00
2010 371.67
2011 483.04
2012 431.00
2010 176.26
2011 190.36
2012 241.00
2010 170.82
2011 179.66
2012 177.00
2010 270.08
2011 224.48
2012 217.00
2010 176.09
2011 174.93
2012 172.00
2010 259.80
2011 287.11
2012 2676.00
2010 704.18
2011 5773.28
2012 436.00
2010 106.94
2011 136.78
2012 123.00
2010 166.19
2011 146.58
2012 140.46
2010
85.13
2011
68.67
2012
66.00
0.20
0.22
0.24
0.33
0.28
0.27
0.74
0.61
0.42
0.54
0.86
0.79
0.44
0.59
0.56
1.94
1.61
1.34
0.45
0.42
0.48
0.23
0.22
0.29
4.99
1.54
2.07
0.52
0.45
0.45
1.15
1.85
2.02
33.40
35.76
25
24.02
22.85
17
31.61
23.85
187.50
32.63
35.96
20
26.57
26.94
5
31.77
19.31
20
28.24
25.63
19
28.69
24.70
183.89
50.57
23.37
24.33
16.83
20.37
22.25
112.19
151.45
121
0.33
0.35
0.34
0.24
0.22
1.05
0.31
0.23
0.28
0.32
0.35
0.33
0.26
0.26
1.009
0.31
0.19
0.002
0.28
0.25
0.01
0.28
0.24
10.31
1.97
4.27
0.01
0.16
0.2
0.22
1.12
1.51
1.62
0.01
0.01
0.3
0.04
0.04
0.04
0.07
0.04
0.02
0.0005
0.0001
0.04
0.04
0.04
0.07
0.003
0.002
0.006
0.04
0.04
0.09
0.0001
0.0003
0.4
0.02
0.02
0.05
0.003
0.01
0.003
0.1
0.14
1.14
LAMPIRAN IV
HASIL OUTPUT SPSS
b
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
.865
4
.216
Residual
.518
61
.008
1.383
65
Total
F
Sig.
25.447
.000
a
a. Predictors: (Constant), x4, x1, x2, x3
b. Dependent Variable: Y
Coefficients
a
Standardized
Unstandardized
Coefficie
Coefficients
Collinearity
nts
Statistics
Toleranc
Model
1
B
(Constant)
Std. Error
-.174
.031
x1
2.204E-5
.000
x2
.042
x3
x4
Beta
t
Sig.
e
-5.697
.000
.075
.926
.358
.932
1.073
.019
.180
2.250
.028
.960
1.042
.008
.001
.771
9.221
.000
.879
1.138
.006
.022
.022
.272
.786
.900
1.112
a. Dependent Variable: Y
b
Model Summary
Adjusted R
Model
1
R
.791
R Square
a
.625
a. Predictors: (Constant), x4, x1, x2, x3
b. Dependent Variable: Y
VIF
Square
.601
Std. Error of the
Estimate
.092
Durbin-Watson
1.836
Descriptive Statistics
N
x1
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
3.204542E
66
66.0000
3.8870E3
66
.2000
2.4700
66
1.0000
121.0000
x4
66
0
4
.33
.546
Y
66
0
1
.06
.146
Valid N (listwise)
66
x2
x3
Coefficients
2
.882576
2.427667E
1
497.3425118
.6268071
14.5884083
a
Standardized
Coefficient
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Std. Error
-8.228
.849
x1
.000
.001
x2
.494
x3
x4
a. Dependent Variable: LnRes2.2
s
Collinearity Statistics
Beta
t
Sig.
Tolerance
VIF
-9.690
.000
.073
.577
.566
.932
1.073
.517
.119
.956
.343
.960
1.042
.041
.023
.229
1.758
.084
.879
1.138
.475
.613
.100
.775
.441
.900
1.112
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N
Normal Parameters
66
a
Mean
Std. Deviation
Most Extreme Differences
.0000000
.08929299
Absolute
.111
Positive
.111
Negative
-.040
Kolmogorov-Smirnov Z
.904
Asymp. Sig. (2-tailed)
.387
a. Test distribution is Normal.
Coefficients
a
Collinearity Statistics
Model
1
Tolerance
VIF
(Constant)
x1
.932
1.073
x2
.960
1.042
x3
.879
1.138
x4
.900
1.112
a. Dependent Variable: Y
Download