BAB IV ANALISIS TOLERANSI ATAR UMAT BERAGAMA DI KALANGAN SISWA DI SMA NEGERI 3 PEKALONGAN Setelah penulis mengumpulkan data penelitian di lapangan tentang toleransi antar umat beragama di kalanga siswa SMA Negeri 3 Pekalongan dengan berbagai metode yang antara lain Observasi, wawancara, dan dokumentasi, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data. Analisis data adalah proses menyederhanakan sesuatu dalam bentuk lebih mudah untuk dibaca dan diinterpretasikan. Setelah menganalisis data, penulis membuat kesimpulan. Adapun analisi data mengenai Fenomena toleransi antar umat beragama di kalangan siswa di SMA Negeri 3 Pekalongan adalah sebagai berikut : A. Gambaran Toleransi antar umat beragama di SMA Negeri 3 Pekalongan Manusia adalah makhluk sosial yang sudah tentu perlu menjalin hubungan dengan orang lain. Demikian pula dengan peserta didik yang perlu menjalin hubungan secara baik dengan teman-temannya di sekolah, dengan guru, atau bahkan dengan saudara-saudaranya ketika berada di lingkungan keluarga.1 Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang majemuk, dilihat dari suku, ras, bahasa dan agama yang dipeluk. Begitu juga dengan siswa di SMA Negeri 3 Pekalongan yang memiliki keberagaman Agama, suku dan ras harus menjalin hubungan yang baik terhadap teman-temannya di sekolah. 1 Akhmad Muhaimin Azzet, Menjadi Guru Favorit (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hlm.15. 55 56 Meskipun berbeda-beda latar belakang daalam setiap indivudu yaitu agama, suku dan ras tetapi mereka terhimpun dalam suatu kelompok masyarakat sekolah yang harus saling menjaga hubungan baik diantara anggota kelompoknya. Dalam hal keyakinan agama, Siswa di SMA Negeri 3 Pekalongan tidak hanya menganut satu agama yang sama saja, tetapi keyakinan agama mereka berbeda-beda. Mayoritas di SMA Negeri 3 Pekalongan menganut Agama Islam, selain itu agama Kristen, Katholik dan Konghucu juga ada. Sehingga keadaan siswa SMA Negeri 3 Pekalongan termasuk dalam komunitas yang heterogen dalam segi agama. Tetapi siswa SMA Negeri 3 Pekalongan dapat hidup berdampingan dengan baik dan juga tidak pilih-pilih teman, mereka yang menganut agama Kristen, Katholik dan Konghucu sebagai kelompok minoritas mampu menyesuaikan dan bergaul dengan kelompok mayoritas yang beragama Islam. Dalam suatu komunitas heterogen rawan sekali terjadi konflik/gesekan sosial. Karena satu sama lain menganggap kelompoknya lah yang paling benar dan menyalahkan. Konflik dalam kelompok majemuk dapat berlangsung terus menerus disetiap tempat dan waktu. Konflik bersumber pada perbedaan-perbedaan, dan setiap perbedaan pasti mempertahankan eksistensinya.2 Siswa di SMA Negeri 3 Pekalongan mengakui akan adanya perbedaan keyakinan diantara mereka, tetapi walaupun berbeda keyakinan tidak ada 2 Th. Sumartana, dkk, Pluralisme, Konflik dan Pendidikan Agama di Indonesia (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 251. 57 diskrimninasi diantara mereka. Mereka yang mayoritas beragama Islam menghargai agama minoritas, begitu juga bagi pemeluk agama Kristen, Khatolik dan Konghucu sebagai agama minoritas di SMA Negeri 3 Pekalongan tetap bisa membaur dengan baik. Mereka tidak ada yang saling memaksakan kehendak keyakinannya masing-masing dan mampu hidup harmonis. Dalam Al-qur’an juga dijelaskan mengenai keberagaman memang telah ditakdirkan ole Allah SWT. Firman Allah dalam surat an-Nahl ayat 93 : Artinya: ”Dan kalau Allah menghendaki, niscaya dia menjadikan kamu satu umat (saja), tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang Telah kamu kerjakan.”(QS. AnNahl:93) Allah SWT tidak menghendaki menjadikan manusia semua sejak dalu hingga sekarang satu Ummat saja, yakni satu pendapat, satu kecenderungan, bahkan satu agama dalam segala prinsip dan rinciannya.3 3 M. Quraish shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Vol. 7 (Jakarta: Lentera Hati, 2000), hlm. 334. 58 Agar tercipta kerukunan dalam keberagaman dan perbedaan yang ada maka dibutuhkan sikap toleransi yang tinggi terhadap perbedaan-perbedaan dengan yang lain. Di SMA Negeri 3 Pekalongan suasana toleransi diantara siswanya kental sekali. Dari hasil pengamatan penulis terlihat keakraban diantara mereka yang berbeda-beda keyakinan. Berdasarkan Interview dan observasi di lapangan penulis mendapatkan informasi tentang Toleransi antar umat beragama di kalangan siswa SMA Negeri 3 Pekalongan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu dalam bentuk sebagai berikut : 1. Saling Menghargai/saling menghormati Toleransi antar umat beragama adalah saling menghargai dan saling menghormati penganut agama lain, baik dalam tindakan, perkataan maupun bertentangga dan saling mengunjungi.4 Berdasarkan interview dan Observasi dilapangan bahwa walaupun di SMA Negeri 3 Pekalongan memiliki siswa yang beragam dari segi agamanya tetapi mereka saling menghargai antara kepentingan temannya yang berbeda agama, misalkan dalam hal ibadah mereka saling memberi kesempatan ketika teman yang berbeda keyakinan dengan dirinya akan melakukan ibadahnya. Dalam hal ibadah dengan Tuhannya mereka tidak terlalu mempermasalahkannya, mereka lebih cenderung pada urusan sosial 4 Syahrin Harahap, Teologi Kerukunan (Jakarta: Prenada, 2011), hlm. 22. 59 mereka agar selalu tercipta hubungan yang baik antara pemeluk agama yang berbeda diantara mereka. 2. Saling menolong Sikap saling menolong antar siswa yang berbeda keyakinan juga mereka tanamkan dalam kehidupan sehari-hari di sekolah, mereka tidak mempermasalahkan agama apa yang dianutnya mereka tetap saling menolong. 3. Berteman dengan semua penganut Agama Dalam memilih teman sekolah di SMA Negeri 3 Pekalongan tidak ada yang mengelompok dengan agam tertentu saja, tetapi mereka mampu membaur dengan teman lain yang berbeda keyakinan dengan dirinya. Sama halnya dengan sikap saling menolong, dalam hal memilih teman pun mereka tidak mempermasalahkan agama apa yang menjadi teman mereka, asalkan mereka baik. Mereka mebuat kelompok-kelompok teman sepermainan bukan berdasarkan kesamaan agama ataupun etnis, bila kebetulan agama atau etnisnya sama dalam suatu kelompok itu hanyalah kebetulan saja karena mereka tidak mau mengelompokkan teman berdasarkan agama atau etnis tertentu. Bahkan mereka kurang setuju ketika ada teman yang hanya mengelompok pada agama tertentu saja, menurut mereka sikap seperti itu tidak sesuai dengan dasar hukum Pancasila yaitu “Bhineka Tunggal Ika” yang artinya walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu. Mereka 60 berpendapat bahwa kalau hidup di lingkungan yang berbeda-beda harus mau menerima perbedaan yang ada di lilngkungan tersebut. Salah satu pandangan yang muncul adalah dalam berteman dengan siapapun orangnya, suku dan agama yang dianutnya adalah boleh-boleh saja. Sebab semua manusia adalah ciptaan Tuhan YME. Masing-masing manusia dihadapan Tuhan adalah makhluk yang diciptakan sebaik-baik ciptaan-Nya, sehingga berteman dengan siapapun boleh, selama teman tersebut tidak mengajak dalam perbuatan yang melanggar ketentuan agama. B. Interaksi sosial siswa Dari bentuk sikap toleransi antar umat beragama yang diterapkan di SMA Negeri 3 Pekalongan tersebut menjadikan mereka bisa hidup berdampingan dengan baik dalam suatu kelompok yang heterogen. Hubungan yang baik diantara mereka tercermin dalam interaksi diantara mereka dalam kesehariannya di lingkungan sekolah. Dalam lembaga pendidikan terdiri dari berbagai manusia, baik dilihat dari sisi usia, jenis kelamin, suku, ras, adat istiadat, bahasa, budaya dan agama, dengan demikian, kehidupan sosial bagsa Indonesia dapat dilihat melalui lembaga pendidikan sekolah yang dapat dijadikan miniatur kehidupan bangsa. Melalui pendidikan, masyarakat sekolah berinteraksi dan saling melakukan kontak sosial. Oleh karena itu seluruh masyarakat sekolah 61 dapat dipelajari suatu realitas sosial yang menggambarkan keragaman yang menjadi keragaman yang menjadi ciri bangsa Indonesia.5 Interaksi sosial siswa beda agama di SMA Negeri 3 Pekalongan sudah baik, hal ini dibuktikan dalam diskusi pelajaran yang mereka buat ketika ada tugas, mereka mampu mengelompok dengan baik tanpa mempermasalahkan agama apa yang mereka yakini. Mereka hanya membahas apa yang seharusnya dibahas tanpa harus membeda-bedakan latar belakang mereka masing-masing. Walaupun terkadang masih ada saling ejek diantara pemeluk agama yang berbeda namun hal itu tidak dianggap serius bagi mereka, hanya dianggap sebagai bercanda dan setelah itu hubungan diantara mereka tetap baik seperti biasanya. Tetapi walaupun tidak sampai terjadi konflik yang besar sebaikmya bisa untuk bisa dihindarkan. Allah SWT melarang umat Islam untuk mengejek/menghina sesembahan selain Allah. Seperti dalam Firman Allah QS. Al-An’am:108 : 5 Kepala balitbang agama, Penamas “Agama dan Multikultur” Vol. XXI, (Jakarta: Balitbang Agama, 2008), hlm. 2. 62 Artinya: “Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, Karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan.(QS. AlAn’am:108)” Bahwa ayat ini melarang memaki kepercayaan kaum musyrik, karena makian tidak menghasilkan sesuatu yang menyangkut kemaslahatan agama. Larangan memaki tuhan-tuhan dan kepercayaan pihak lain merupakan tuntunan agama, guna memelihara kesucian agama-agama dan guna menciptakan rasa aman serta hubungan harmonis antar umat beragama. Karena tabiat manusia sangat mudah tepancing emosinya bila agama dan kepercayaannya disinggung. 6 6 M. Quraish shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Vol. 4 (Jakarta: Lentera Hati, 2005), hlm.40-41.