55 BAB IV ANALISIS TOLERANSI ATAR UMAT BERAGAMA DI

advertisement
BAB IV
ANALISIS TOLERANSI ATAR UMAT BERAGAMA
DI KALANGAN SISWA DI SMA NEGERI 3 PEKALONGAN
Setelah penulis mengumpulkan data penelitian di lapangan tentang
toleransi antar umat beragama di kalanga siswa SMA Negeri 3 Pekalongan
dengan berbagai metode yang antara lain Observasi, wawancara, dan
dokumentasi, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data. Analisis data
adalah proses menyederhanakan sesuatu dalam bentuk lebih mudah untuk dibaca
dan diinterpretasikan. Setelah menganalisis data, penulis membuat kesimpulan.
Adapun analisi data mengenai Fenomena toleransi antar umat beragama di
kalangan siswa di SMA Negeri 3 Pekalongan adalah sebagai berikut :
A. Gambaran Toleransi antar umat beragama di SMA Negeri 3
Pekalongan
Manusia adalah makhluk sosial yang sudah tentu perlu menjalin
hubungan dengan orang lain. Demikian pula dengan peserta didik yang perlu
menjalin hubungan secara baik dengan teman-temannya di sekolah, dengan
guru, atau bahkan dengan saudara-saudaranya ketika berada di lingkungan
keluarga.1
Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang majemuk, dilihat
dari suku, ras, bahasa dan agama yang dipeluk. Begitu juga dengan siswa di
SMA Negeri 3 Pekalongan yang memiliki keberagaman Agama, suku dan ras
harus menjalin hubungan yang baik terhadap teman-temannya di sekolah.
1
Akhmad Muhaimin Azzet, Menjadi Guru Favorit (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013),
hlm.15.
55
56
Meskipun berbeda-beda latar belakang daalam setiap indivudu yaitu agama,
suku dan ras tetapi mereka terhimpun dalam suatu kelompok masyarakat
sekolah yang harus saling menjaga hubungan baik diantara anggota
kelompoknya.
Dalam hal keyakinan agama, Siswa di SMA Negeri 3 Pekalongan
tidak hanya menganut satu agama yang sama saja, tetapi keyakinan agama
mereka berbeda-beda. Mayoritas di SMA Negeri 3 Pekalongan menganut
Agama Islam, selain itu agama Kristen, Katholik dan Konghucu juga ada.
Sehingga keadaan siswa SMA Negeri 3 Pekalongan termasuk dalam
komunitas yang heterogen dalam segi agama.
Tetapi siswa SMA Negeri 3 Pekalongan dapat hidup berdampingan
dengan baik dan juga tidak pilih-pilih teman, mereka yang menganut agama
Kristen, Katholik dan Konghucu sebagai kelompok minoritas mampu
menyesuaikan dan bergaul dengan kelompok mayoritas yang beragama Islam.
Dalam
suatu
komunitas
heterogen
rawan
sekali
terjadi
konflik/gesekan sosial. Karena satu sama lain menganggap kelompoknya lah
yang paling benar dan menyalahkan. Konflik dalam kelompok majemuk
dapat berlangsung terus menerus disetiap tempat dan waktu. Konflik
bersumber
pada
perbedaan-perbedaan,
dan
setiap
perbedaan
pasti
mempertahankan eksistensinya.2
Siswa di SMA Negeri 3 Pekalongan mengakui akan adanya perbedaan
keyakinan diantara mereka, tetapi walaupun berbeda keyakinan tidak ada
2
Th. Sumartana, dkk, Pluralisme, Konflik dan Pendidikan Agama di Indonesia
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 251.
57
diskrimninasi diantara mereka. Mereka yang mayoritas beragama Islam
menghargai agama minoritas, begitu juga bagi pemeluk agama Kristen,
Khatolik dan Konghucu sebagai agama minoritas di SMA Negeri 3
Pekalongan tetap bisa membaur dengan baik. Mereka tidak ada yang saling
memaksakan kehendak keyakinannya masing-masing dan mampu hidup
harmonis.
Dalam Al-qur’an juga dijelaskan mengenai keberagaman memang
telah ditakdirkan ole Allah SWT. Firman Allah dalam surat an-Nahl ayat 93 :
             
    
Artinya: ”Dan kalau Allah menghendaki, niscaya dia menjadikan kamu satu
umat (saja), tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan
memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Sesungguhnya
kamu akan ditanya tentang apa yang Telah kamu kerjakan.”(QS. AnNahl:93)
Allah SWT tidak menghendaki menjadikan manusia semua sejak
dalu hingga sekarang satu Ummat saja, yakni satu pendapat, satu
kecenderungan, bahkan satu agama dalam segala prinsip dan rinciannya.3
3
M. Quraish shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Vol. 7
(Jakarta: Lentera Hati, 2000), hlm. 334.
58
Agar tercipta kerukunan dalam keberagaman dan perbedaan yang ada
maka dibutuhkan sikap toleransi yang tinggi terhadap perbedaan-perbedaan
dengan yang lain. Di SMA Negeri 3 Pekalongan suasana toleransi diantara
siswanya kental sekali. Dari hasil pengamatan penulis terlihat keakraban
diantara mereka yang berbeda-beda keyakinan.
Berdasarkan
Interview
dan
observasi
di
lapangan
penulis
mendapatkan informasi tentang Toleransi antar umat beragama di kalangan
siswa SMA Negeri 3 Pekalongan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu dalam
bentuk sebagai berikut :
1. Saling Menghargai/saling menghormati
Toleransi antar umat beragama adalah saling menghargai dan
saling menghormati penganut agama lain, baik dalam tindakan, perkataan
maupun bertentangga dan saling mengunjungi.4
Berdasarkan interview dan Observasi dilapangan bahwa walaupun
di SMA Negeri 3 Pekalongan memiliki siswa yang beragam dari segi
agamanya tetapi mereka saling menghargai antara kepentingan temannya
yang berbeda agama, misalkan dalam hal ibadah mereka saling memberi
kesempatan ketika teman yang berbeda keyakinan dengan dirinya akan
melakukan ibadahnya.
Dalam hal ibadah dengan Tuhannya mereka tidak terlalu
mempermasalahkannya, mereka lebih cenderung pada urusan sosial
4
Syahrin Harahap, Teologi Kerukunan (Jakarta: Prenada, 2011), hlm. 22.
59
mereka agar selalu tercipta hubungan yang baik antara pemeluk agama
yang berbeda diantara mereka.
2. Saling menolong
Sikap saling menolong antar siswa yang berbeda keyakinan juga
mereka tanamkan dalam kehidupan sehari-hari di sekolah, mereka tidak
mempermasalahkan agama apa yang dianutnya mereka tetap saling
menolong.
3. Berteman dengan semua penganut Agama
Dalam memilih teman sekolah di SMA Negeri 3 Pekalongan tidak
ada yang mengelompok dengan agam tertentu saja, tetapi mereka mampu
membaur dengan teman lain yang berbeda keyakinan dengan dirinya.
Sama halnya dengan sikap saling menolong, dalam hal memilih teman
pun mereka tidak mempermasalahkan agama apa yang menjadi teman
mereka, asalkan mereka baik.
Mereka mebuat kelompok-kelompok teman sepermainan bukan
berdasarkan kesamaan agama ataupun etnis, bila kebetulan agama atau
etnisnya sama dalam suatu kelompok itu hanyalah kebetulan saja karena
mereka tidak mau mengelompokkan teman berdasarkan agama atau etnis
tertentu.
Bahkan mereka kurang setuju ketika ada teman yang hanya
mengelompok pada agama tertentu saja, menurut mereka sikap seperti itu
tidak sesuai dengan dasar hukum Pancasila yaitu “Bhineka Tunggal Ika”
yang artinya walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu. Mereka
60
berpendapat bahwa kalau hidup di lingkungan yang berbeda-beda harus
mau menerima perbedaan yang ada di lilngkungan tersebut.
Salah satu pandangan yang muncul adalah dalam berteman dengan
siapapun orangnya, suku dan agama yang dianutnya adalah boleh-boleh
saja. Sebab semua manusia adalah ciptaan Tuhan YME. Masing-masing
manusia dihadapan Tuhan adalah makhluk yang diciptakan sebaik-baik
ciptaan-Nya, sehingga berteman dengan siapapun boleh, selama teman
tersebut tidak mengajak dalam perbuatan yang melanggar ketentuan
agama.
B. Interaksi sosial siswa
Dari bentuk sikap toleransi antar umat beragama yang diterapkan di
SMA Negeri 3 Pekalongan tersebut menjadikan mereka bisa hidup
berdampingan dengan baik dalam suatu kelompok yang heterogen.
Hubungan yang baik diantara mereka tercermin dalam interaksi diantara
mereka dalam kesehariannya di lingkungan sekolah.
Dalam lembaga pendidikan terdiri dari berbagai manusia, baik
dilihat dari sisi usia, jenis kelamin, suku, ras, adat istiadat, bahasa, budaya
dan agama, dengan demikian, kehidupan sosial bagsa Indonesia dapat
dilihat melalui lembaga pendidikan sekolah yang dapat dijadikan miniatur
kehidupan bangsa.
Melalui pendidikan, masyarakat sekolah berinteraksi dan saling
melakukan kontak sosial. Oleh karena itu seluruh masyarakat sekolah
61
dapat dipelajari suatu realitas sosial yang menggambarkan keragaman
yang menjadi keragaman yang menjadi ciri bangsa Indonesia.5
Interaksi sosial siswa beda agama di SMA Negeri 3 Pekalongan
sudah baik, hal ini dibuktikan dalam diskusi pelajaran yang mereka buat
ketika ada tugas, mereka mampu mengelompok dengan baik tanpa
mempermasalahkan agama apa yang mereka yakini. Mereka hanya
membahas apa yang seharusnya dibahas tanpa harus membeda-bedakan
latar belakang mereka masing-masing.
Walaupun terkadang masih ada saling ejek diantara pemeluk agama
yang berbeda namun hal itu tidak dianggap serius bagi mereka, hanya
dianggap sebagai bercanda dan setelah itu hubungan diantara mereka tetap
baik seperti biasanya. Tetapi walaupun tidak sampai terjadi konflik yang
besar sebaikmya bisa untuk bisa dihindarkan.
Allah SWT melarang umat Islam untuk mengejek/menghina
sesembahan selain Allah. Seperti dalam Firman Allah QS. Al-An’am:108 :
            
           
 
5
Kepala balitbang agama, Penamas “Agama dan Multikultur” Vol. XXI, (Jakarta: Balitbang
Agama, 2008), hlm. 2.
62
Artinya: “Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang
mereka sembah selain Allah, Karena mereka nanti akan memaki Allah
dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah kami
jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian
kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu dia memberitakan
kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan.(QS. AlAn’am:108)”
Bahwa
ayat ini melarang memaki kepercayaan kaum
musyrik, karena makian tidak menghasilkan sesuatu yang menyangkut
kemaslahatan agama. Larangan memaki tuhan-tuhan dan kepercayaan
pihak lain merupakan tuntunan agama, guna memelihara kesucian
agama-agama dan guna menciptakan rasa aman serta hubungan
harmonis antar umat beragama. Karena tabiat manusia sangat mudah
tepancing emosinya bila agama dan kepercayaannya disinggung. 6
6
M. Quraish shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Vol. 4
(Jakarta: Lentera Hati, 2005), hlm.40-41.
Download