1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beras

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beras merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang sangat
penting bagi Indonesia. Meskipun cukup banyak alternatif tanaman pangan
lain yang diproduksi di dalam negeri maupun diimpor dari negara lain, seperti
komoditas jagung, sagu dan gandum, namun beras tetap menjadi komoditas
vital. Hal ini disebabkan oleh konsumsi beras yang sudah dibiasakan sejak
turun temurun, kemudian komoditas beras yang berasal dari tanaman padi
sangat cocok dan produktif ditanam pada daerah tropis seperti Indonesia.
Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, yang
diproyeksikan akan mencapai 271,1 juta jiwa pada tahun 2021, isu ketahanan
pangan menjadi hal yang perlu untuk diperhatikan. Isu ketahanan pangan ini
sendiri menitikberatkan kepada pemenuhan pangan dalam jumlah dan mutu
yang memadai serta merata, aman dan terjangkau. Ruang lingkup dari
ketahanan pangan ini menyangkut masalah ketersediaan (availability),
keterjangkauan (accessibility), utilization, stability, otonomi (self-reliance)
dan sustainability (Simatupang & Fleming, 2001).
Tabel 1.1 Supply dan demand beras di Indonesia
Saat ini, persoalan yang dihadapi oleh Indonesia di bidang pertanian
cukup kompleks. Diantaranya adalah ketidakmampuan pemerintah dalam
memenuhi permintaan konsumsi beras di dalam negeri yang sangat besar.
1
Jumlah produksi beras tiap tahun yang menunjukan angka kenaikan setiap
tahunnya, namun masih belum mancukupi permintaan karena jumlah
penduduk yang juga meningkat, sehingga solusi yang diambil pemerintah
adalah dengan melakukan impor beras. Masalah lain yang dihadapi adalah
menyempitnya lahan pertanian, hal ini disebabkan oleh banyaknya konversi
lahan pertanian menjadi non-pertanian seperti perumahan, lahan industri dan
sebagainya.
Kebijakan-kebijakan dari pemerintah sendiri yang belum sepenuhnya
berpihak kepada kemajuan pertanian, diantaranya inovasi teknologi pertanian
yang mestinya harus didukung mulai dari tahap pembibitan, proses produksi,
panen dan pasca panen hingga inovasi teknologi yang digunakan pada sektor
hilir. Kenaikan harga komoditas pangan terutama beras, juga harus menjadi
perhatian utama pemerintah. Ketersediaan komoditas beras dengan harga
yang terjangkau oleh masyarakat tentu dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, tetapi disisi lain kesejahteraan petani juga harus diutamakan
dengan menetapkan harga pembelian gabah yang wajar.
Permasalahan lain yang dihadapi adalah sistem pengelolaan distribusi
pangan yang belum baik. Berdasarkan informasi yang terdapat pada RPJMN
Bappenas 2015 hingga 2019, sistem ditribusi pangan saat ini masih
terfragmentasi dan tersekat-sekat, dimana masing-masing pelaku pemasaran
bekerja sendiri-sendiri tanpa ada koordinasi yang baik dalam rantai pasok dari
hulu ke hilir yang umumnya cukup panjang. Kemudian fasilitas logistik
berupa gudang yang akan menampung komoditas pasca panen dan produk
hasil pengolahan juga masih terbatas, akibatnya dapat menurunkan mutu
produk yang dihasilkan.
Pengawasan terhadap fasilitas-fasilitas logistik, penyediaan fasilitas
angkutan barang yang representatif dan pemantauan terhadap fluktuasi harga
pangan yang belum maksimal menjadikan efek domino buruknya pengelolaan
komoditas tanaman pangan di Indonesia terutama komoditas beras.
Banyaknya masalah yang dihadapi, tentu membutuhkan sumber daya, waktu,
2
dan biaya yang tidak sedikit. Pemerintah juga harus menggandeng
stakeholder yang bersentuhan langsung dengan pemasalahan tersebut.
Untuk itu, diperlukan langkah-langkah strategis dalam menanggulangi
permasalahan-permasalahan yang muncul dalam pengelolaan komoditas
beras di Indonesia. Penulis dalam hal ini melihat bahwa memperbaiki kualitas
distribusi pangan merupakan salah satu strategi yang dapat memperbaiki
pengelolaan komoditas beras. Perbaikan kualitas distribusi pangan ini dapat
dilakukan dengan malakukan pemetaan komoditas beras pada setiap daerah.
Ruang lingkup wilayah yang akan menjadi sasaran dalam melakukan
pemetaan ini adalah di Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Pemetaan dilakukan
dari level paling dasar, yaitu petani sebagai produsen beras, kemudian
dilanjutkan dengan pengepul, penggilingan padi hingga penampungan akhir.
Pada sisi lain, penentuan alat ukur dari kinerja rantai pasok komoditas
beras di Kabupaten Bantul perlu dilakukan. Penentuan alat ukur dengan
menggunakan indikator yang berdasarkan pemetaan distribusi beras akan
menjadi sebuah bahan acuan dalam memperbaiki pengelolaan rantai pasok
komoditas beras.
Dengan adanya pemetaan dan penentuan alat ukur kinerja ini, aliran
rantai pasok komoditas beras mulai dari basis-basis produksi, pengolahan dan
penampungan dapat diawasi secara baik. Ditambah pula, dengan adanya
pemetaan dan penentuan indikator kinerja dapat menjadi guidance bagi
pemerintah dalam mengambil kebijakan yang lebih konstruktif di bidang
pengelolaan beras di Kabupaten Bantul.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang akan dibahas dalam
penelitian ini adalah menganalisis supply chain komoditas beras di Kabupaten
Bantul, mulai dari petani sebagai basis produksi, kemudian tempat
penggilingan padi, hingga pengepul beras atau pedagang besar. Informasi
tersebut nantinya digunakan untuk memetakan dan dilanjutkan dengan
3
penentuan alat ukur atau indikator kinerja supply chain komoditas beras di
Kabupaten Bantul.
1.3 Asumsi dan Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, terdapat asumsi dan batasan, diantaranya
1. Penelitian terbatas hanya dilakukan di wilayah Kabupaten Bantul,
Yogyakarta
2. Produk yang akan diteliti berkaitan dengan padi (gabah) dan beras.
1.4 Tujuan Penelitian
1. Menentukan basis produksi padi, pengolahan dan penampungan yang
nantinya digambarkan dalam bentuk pemetaan supply chain komoditas
beras di Kabupaten Bantul
2. Menentukan indikator kinerja rantai pasok komoditas beras di Kabupaten
Bantul berdasarkan pemetaan yang telah tersedia.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini dapat menunjukan daerah yang memiliki basis produksi
beras cukup besar dan berpengaruh pada tingkat kabupaten
2. Penelitian ini dapat digunakan untuk mengawasi aliran supply chain
komoditas beras yang ada di Kabupaten Bantul
3. Penelitian ini dapat digunakan dalam menetukan kebijakan pengelolaan
rantai pasok komoditas beras di Kabupaten Bantul
4. Penelitian ini dapat digunakan sebagai tolak ukur dalam perbaikan supply
chain komoditas beras di Kabupaten Bantul.
4
Download