BAB I PENDAHULUAN

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Derasnya arus informasi yang disebabkan oleh kemajuan teknologi dan
transportasi mengakibatkan semua aktivitas tidak dapat berdiri atau berjalan
sendiri-sendiri, baik itu aktivitas ekonomi maupun disiplin ilmu. Manajemen
Sumber Daya Manusia sebagai salah satu disiplin ilmu yang mempelajari Sumber
Daya Manusia dalam organisasi saat ini mengalami pergeseran peranan dari yang
bersifat taktis menuju yang bersifat strategis yaitu pemberitahuan nasihat-nasihat
kepada manajer senior dalam memahami implikasi dari keputusan usaha yang
telah diambilnya. Demikian pula halnya dengan disiplin ilmu akutansi, yang
tadinya hanya memberikan informasi mengenai kekayaan perusahaan berupa
Sumber Daya Alam dan modal saja, sekarang dirasa kurang memadai karena
masih ada kekayaan perusahaan yang belum disajikan, yaitu kekayaan Sumber
Daya Manusia. Akuntansi Sumber Daya Manusia adalah paradigma yang
mencoba menjawab permasalahan tersebut yang berguna untuk memberikan
informasi yang diperlukan untuk memperoleh, mengembangkan, mengalokasikan,
menghemat, menggunakan, dan menilai Sumber Daya Manusia dari suatu
perusahaan (Ikhsan, 2003).
Akuntansi Sumber Daya Manusia muncul karena kegagalan prinsip-prinsip
akuntansi dalam memberikan informasi yang relevan kepada pihak manajemen
1
2
dan inverstor, karena biaya-biaya Sumber Daya Manusia diperlakukan sebagai
beban (expense) pada saat terjadinya. Akuntansi Sumber Daya Manusia dapat
membantu para manajer dalam memanfaatkan Sumber Daya Manusia seara efektif
dan efisien dengan memberikan suatu paradigma atau kerangka kerja konseptual
bagi pemanfaatan Sumber Daya Manusia. Teori ekonomi dari modal manusia
didasarkan pada konsep bahwa manusia memiliki keterampilan, pengalaman, dan
pengetahuan yang merupakan bentuk dari modal, yang disebut dengan “modal
manusia”. Akuntansi Sumber Daya Manusia juga telah mengembangkan dari
tradisi yang pararel dalam manajemen karyawan yang dikenal sebagai “aliran
sumber daya manusia”, yang didasarkan pada pemikiran bahwa manusia adalah
sumber daya organisasional yang berharga dan oleh karena itu harus dikelola
sebagai sumber daya yang berharga. Ikhsan (2003), peran perkembangan
informasi yang begitu cepat juga telah memaksa perusahaan meningkatkan
Sumber Daya Manusianya. Untuk mampu bersaing, perusahaan harus berupaya
untuk mengoptimalkan peran informasi ini dalam mencapai tujuannya. Informasi
yang diperlukan oleh manajemen harus memiliki karakteristik seperti akurat dan
tepat waktu. Tersedianya informasi secara cepat, relevan dan lengkap lebih
dikarenakan adanya kebutuhan yang sangat dirasakan oleh masing-masing unit
bisnis untuk mendapatkan posisi keunggulan kompetitif.
Menurut Ellitan, 2002 (dalam Widodo, 2014) Sumber Daya Manusia
merupakan salah satu sumber daya yang tidak dapat dilepaskan dari pengelolaan
suatu bisnis, selain itu Sumber Daya Manusia sebagai salah satu aset kritis dalam
menentukan keberhasilan kegiatan perusahaan. Keberadaan Sumber Daya
3
Manusia yang berbeda dalam mengelola aset perusahaan yang sama dapat
menghasilkan nilai tambah yang berbeda dan nilai bagi perusahaan itu sendiri
(Sari, 2004). Tujuan Akuntansi Sumber Daya Manusia adalah memberikan
informasi tentang Sumber Daya Manusia dalam suatu perusahaan yang berguna
bagi pengambil keputusan. Pelaporan keuangan Akuntansi Sumber Daya Manusia
dapat memberikan peranan penting untuk memfasilitasi pemanfaatan yang tepat
SDM organisasi (Mamun, 2009). Asumsi unit monoter akuntansi tidak
memungkinkan untuk melaporkan nilai karyawan perusahaan dalam lapoan
keuangan perusahaan karena nilai Sumber Daya Manusia sulit untuk diukur dalam
satuan monoter. Oleh karena itu, para pemangku kepentingan tidak mendapatkan
informasi penting tentang Sumber Daya Manusia organisasi mereka (Hossain,
Khan & Yasmin, 2004).
Dalam Desi&Iwan (2014), Hutagaol (2009) menjelaskan tentang
Akuntansi Sumber Daya Manusia layak untuk digunakan oleh perusahaan karena
informasi mengenai Sumber Daya Manusia dapat didefinisikan, terukur relevan
dan nilainya dapat diandalkan. Akuntansi Sumber Daya Manusia memberikan
informasi kuantitatif maupun kualitatif kepada manajemen mengenai pemenuhan
pengembangan, pengalokasian, kapitalisasi, evaluasi, dan penghargaan atas
Sumber Daya Manusia. Selain itu, pada penelitian Hutagaol (2009) Sumber Daya
Manusia tidak selamanya hanya beban bagi perusahaan dengan cara
mengkonversinya sebagai amortisasi seperti penyusunan terhadap aktiva tetap.
Hal ini menimbulkan tantangan bagi para akuntan untuk mengidentifikasi
dan mengukur Sumber Daya Manusia dan mengkomunikasikan kepada pihak
4
yang berkepentingan (Mamun, 2009). Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya
Manusia belum diatur dalam peraturan Bapepam-LK. Penelitian terkait Akuntansi
Sumber Daya Manusia dapat membantu Bapepam dan Ikatan Akuntansi Indonesia
dalam membuat standar pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia. PSAK
No. 19 menyebutkan bahwa aktiva tidak berwujud adalah aktiva nonmonoter yang
dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk
digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang dan jasa, disewakan
kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administratif (Ikatan Akuntan Indonesia,
2009).
Aspek pelaporan Akuntansi Sumber Daya Manusia di negara berkembang
seperti Indonesia adalah konsep yang sangat baru. Penelitian terkait Akuntansi
Sumber Daya Manusia mengacu pada Mamun (2009) yang meniliti terkait praktik
pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia serta pengaruh karakteristik
perusahaan terhadap praktik pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia.
Sampel pada penelitan tersebut dilakukan di perusahaan keuangan dan non
keuangan di Bangladesh. Sedangkan pada penelitian Widodo (2014) dimana
menguji proksi ukuran perusahaan, profitabilitas, umur perusahaan, dan
diversifikasi produk terhadap pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia
dengan mengambil sampel pada perusahaan perbankan di Indonesia. Penelitian
Widodo (2014) memilih perusahaan perbankan karena perusahaan perbankan
cenderung mengungkapkan informasi Sumber Daya Manusia lebih banyak
daripada perusahaan non keuangan (Enyi dan Akindehinde, 2014).
5
Pada penelitian yang dilakukan oleh Christy (2015) karakteristik
perusahaan dengan proksi variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, umur
perusahaan, dan diversifikasi produk terhadap pengungkapan Akuntansi Sumber
Daya Manusia merupakan replikasi dari penelitian Widodo (2014) dengan sampel
dan periode pengamatan yang berbeda. Dengan mengambil sampel seluruh
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011-2013. Pada penelitian
Christy (2015) memilih perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI karena
didasarkan asumsi bahwa perusahaan manufaktur yang selama ini senantiasa
dikaitkan dengan permesinan dan hanya sedikit sentuhan Sumber Daya Manusia
yang ada, padahal masalah-masalah manajerial perusahaan dan pengoperasian
mesin juga membutuhkan skill dari Sumber Daya Manusia didalamnya, sehingga
penelitian ini diharapkan bisa mengubah mindset yang selama ini ada,
kerbehasilan perusahaan bukan hanya karena tangible assets yang mereka punyai
namun juga tangible assets yang berada dibelakangnya.
Menurut Widodo (2014) dan Maria (2016), ukuran perusahaan
berpengaruh terhadap pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia.
Sementara menurut Nia (2015), ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap
pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia. Pada penelitian Widodo (2014),
Nia (2015) dan Maria (2016) membuktikan bahwa profitabilitas tidak
berpengaruh terhadap pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia,
sementara Mamun (2009) menemukan adanya pengaruh antara profitabilitas
dengan pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia. Umur perusahaan
berpengaruh terhadap pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia (Widodo,
6
2014) dan (Nia, 2015). Sedangkan dalam penelitian Mamun (2009) umur tidak
berpengaruh terhadap pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia. Pada
penelitian Widodo (2014) dan Nia (2015) menemukan bahwa diversifikasi produk
berpengaruh terhadap pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia sedangkan
menurut Amran et, al (2009) tidak terdapat pengaruh antara diversifikasi produk
dengan pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia.
Sedangkan pada penelitian ini, peneliti mengembangkan variabel leverage
sebagai proksi karakteristik perusahaan. Karena penelitian ini ingin meneliti
adakah hubungan antara leverage dengan pengungkapan Akuntansi Sumber Daya
Manusia di seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian
ini menambahkan variabel leverage karena sebagai proksi tambahan karena
leverage dalam penggunaan assets dan sumber dana (sources of found) oleh
perusahaan yang memiliki biaya tetap (beban tetap) dengan maksud agar
meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham. Dengan mengambil sampel
seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI pada tahun 2013 sampai 2015.
Penelitian ini mengacu pada penelitian Nia C (2015) dengan sampel dan periode
berbeda.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan
Akuntansi Sumber Daya Manusia pada Seluruh Perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2013-2015”.
7
1.2.
Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang dikemukakan, dan tidak kekonsistenan
hasil penelitian Nia (2015), maka pada penelitian ini peneliti tertarik untuk
mengetahui Karakteristik Perusahaan terhadap Pengungkapan Akuntansi Sumber
Daya Manusia. Diantaranya ukuran perusahaan, profitabilitas, umur perusahaan,
diversifikasi produk, dan leverage, maka masalah-masalah tersebut dirumusakan
sebagai berikut :
1.
Apakah terdapat pengaruh ukuran perusahaan terhadap pengungkapan
Akuntansi Sumber Daya Manusia ?
2.
Apakah terdapat pengaruh profitabilitas terhadap pengungkapan
Akuntansi Sumber Daya Manusia ?
3.
Apakah terdapat pengaruh umur perusahaan terhadap pengungkapan
Akuntansi Sumber Daya Manusia ?
4.
Apakah
terdapat
pengaruh
diversifikasi
produk
terhadap
pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia ?
5.
Apakah
terdapat
pengaruh
leverage
Akuntansi Sumber Daya Manusia ?
terhadap
pengungkapan
8
1.3.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dirumuskan
sebelumnya maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1.
Memberikan bukti empiris dan menganalisis mengenai pengaruh
antara ukuran perusahaan dengan pengungkapan Akuntansi Sumber
Daya Manusia.
2.
Memberikan bukti empiris dan menganalisis mengenai pengaruh
antara profitablitas dengan pengungkapan Akuntansi Sumber Daya
Manusia.
3.
Memberikan bukti empiris dan menganalisis mengenai pengaruh
antara umur perusahaan dengan pengungkapan Akuntansi Sumber
Daya Manusia.
4.
Memberikan bukti empiris dan menganalisis mengenai pengaruh
antara diversifikasi produk dengan pengungkapan Akuntansi
Sumber Daya Manusia.
5.
Memberikan bukti empiris dan menganalisis mengenai pengaruh
antara leverage dengan pengungkapan Akuntansi Sumber Daya
Manusia.
9
1.3.2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara
lain :
1.
Bagi peneliti, dapat memberikan tambahan pengetahuan dari
bidang yang diteliti dan hasil penelitian.
2.
Bagi perusahaan, dapat memberikan tambahan pengetahuan
kepada pihak manajemen perusahaan bagaimana Pengaruh
Karakteristik Perusahaan terhadap Pengungkapan Akuntansi
Sumber Daya Manusia pada perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
3.
Bagi pembaca dan pihak-pihak lainnya, dapat sebagai bahan
referensi dan memberikan informasi untuk melakukan
penelitian selanjutnya, dan diharapkan dapat memperluas dan
memperkaya pengetahuan dibidang keuangan khususnya yang
menyangkut
tentang
Karakteristik
Perusahaan
Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia.
terhadap
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
3.1.1.
Variabel Dependen
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pengungkapan
Akuntansi Sumber Daya Manusia. Pengukuran Akuntansi Sumber Daya
Manusia mengacu pada penelitian Widodo (2014). Dalam studi tersebut indeks
variabel pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia terdiri atas 16 item
pelaporan dengan meninjau literatur yang relevan.
Dalam memeriksa setiap item Akuntansi Sumber Daya Manusia ini,
prosedur di kotomis diikuti dimana masing-masing perusahaan diberikan skor
“1” jika perusahaan telah mengungkapkan variabel pelaporan yang
bersangkutan dan “0” untuk sebaliknya. Rata-rata perusahaan kemudian
dijumlah untuk menemukan nilai bersih setiap perusahaan.
Pemilihan item pengukuran Widodo (2014) mengacu pada penelitian
Enofe et al (2013), Sharma dan Kumar (2014). Pengungkapan Akuntansi
Sumber Daya Manusia dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
ASDM = Total Score of Individual Company x 100
Maximum Possible Score Obtsinable
29
30
Berikut adalah indeks variabel Pengungkapan Akuntansi Sumber
Daya Manusia terdiri dari 16 item pelaporan mengacu pada penelitian
Widodo (2014) sebagai berikut :
Tabel 3.1
Pengukuran Akuntansi Sumber Daya Manusia
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
3.1.2.
Disclosure Items
Separate HRA Statment
Total Value of Human Resource
Number of Employee
Human Resource Policy
Training and development
Management Succession plan
Employement Report
Employees’ value addition
Human resource development fund
Employess/workers fund
Employess catagories
Managerial remuneration
Retirement benefits
Performance recognition
Superannuation fund
Other employes benefits
Variabel Independen
3.1.2.1. Ukuran Perusahaan (X1)
Menurut Widodo (2014) dalam penelitiannya, ukuran yang biasa
digunakan untuk mewakili ukuran perusahaan diantaranya yaitu total
penjualan, total aset, dan kapitalisasi pasar. Semakin besar nilai total
penjualan, total aset, dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula
ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan yang didasarkan pada total aset
yang dimiliki oleh perusahaan diatur dengan ketentuan BAPEPAM No.
31
11/PM/1997, yang menyatakan bahwa perusahaan menengah atau kecil
adalah badan hukum yang didirikan di Indonesia yang memiliki jumlah
kekayaan (total assets) tidak lebih dari seratus milyar rupiah.
Ukuran perusahaan yang diukur dengan total aset akan di
transformasikan dalam logaritma natural untuk menyamakan nilai dengan
variabel lain karena total aset perusahaan lainnya lebih besar dibandingkan
dengan variabel-variabel lain dalam penelitian ini. Dalam ukuran
perusahaan dinilai dengan log of total assets. Log of total assets ini
digunakan untuk mengurangi perbedaan signifikan antara ukuran
perusahaan yang terlalu besar dengan ukuran perusahaan yang terlalu
kecil, maka nilai total assets dibentuk menjadi logaritma natural, konversi
kebentuk logaritma natural ini bertujuan untuk membuat data total assets
terdistribusi normal.
Menurut penelitian Nia (2015) untuk menghitung ukuran
perusahaan adalah sebagai berikut :
Sz it = logn∑Asset it
Dimana :
Sz it
= Ukuran perusahaan i pada periode t
Logn∑Assetit
= Nilai logaritma natural total asset perusahaan i pada
periode t
32
3.1.2.2. Profitabilitas (X2)
Tingkat profitabilitas merupakan indikator keberhasilan perusahaan
terutama kemampuan dalam menghasilkan laba dengan memanfaatkan
sumber-sumber yang dimiliki sepeprti aset dan ekuitas. Laba yang
dihasilkan perusahaan berasal penjualan dan investasi yang dilakukan oleh
perusahaan. Banyak ukuran yang digunakan sebagai proksi dari tingkat
profitabilitas, diantaranya yaitu ROA (Return On Assets), ROE (Return On
Equity), EPS (Earning Per Share), dan NPM (Net Profit Margin). Tingkat
profitabilitas dalam penelitian ini mengacu pada penelitian Widodo (2014),
yaitu dengan menggunakan Net Proft Margin. Net Profit Margin adalah
ukuran efesiensi perusahaan dalam menggunakan sumber daya perusahaan.
Berikut adalah cara menghitung profitabilitas menurut Widodo (2014) :
NPM = Laba bersih
Penjualan Bersih
3.1.2.3. Umur Perusahaan (X3)
Perusahaan yang terdaftar di pasar modal lebih lama memiliki
banyak
pengalaman
untuk
pengungkapan
informasi
dengan
mempertimbangkan reaksi pasar terhadap pengungkapan yang sesuai.
Perusahaan cenderung untuk memberikan pengungkapan secara sukarela
ketika mereka berncana untuk menerbitkan utang publik atau ekuitas atau
mengakuisis perusahaan lain dalam rangka memberikan informasi eksplisit
33
investor. Semakin lama perusahaan terdaftar asumsinya perusahaan akan
lebih berpengalaman untuk melakukan pengungkapan (Nia, 2015).
Umur perusahaan adalah jumlah usia perusahaan sejak dari mulai
berdiri sampai dengan tahun pengamatan. Mengacu pada penelitian Widodo
(2014), umur diukur dengan tahun perusahaan terdaftar sebagai perusahaan
publik yang listing di Bursa Efek Indonesia.
Berikut adalah cara menghitung umur perusahaan berdasarkan
penelitian Nia (2015) :
Umur Perusahaan =
Tahun Perusahaan Listing di BEI sampai
tahun pengamatan
3.1.2.4. Diversifikasi Produk (X4)
Berdasarkan PSAK No. 5 (Revisi 2009) mengenai pelaporan
Segmen, segmen usaha adalah komponen perusahaan yang dapat dibedakan
dalam menghasilkan produk atau jasa (Ikatan Akuntan Indonesia, 2009).
Strategi diversifikasi yang dilakukan perusahaan pada umumnya mendorong
pengungkapan informasi tambahan dalam laporan tahunan. Hal ini
dikarenakan informasi diversifikasi penting untuk memperoleh dukungan
dari stakeholder mengenai rencana diversifikasi yang akan dilakukan
perusahaan (Widodo, 2014; dalam Amran et al, 2009)
Pada
penelitian
ini,
diversifikasi
produk
diukur
dengan
menggunakan jumlah jenis produk yang diproduksi oleh perusahaan
(Widodo, 2014).
34
Berikut adalah cara menghitung diversifikasi produk menurut Nia
(2015) :
Diversifikasi Produk =
Jumlah jenis produk yang di produksi
oleh perusahaan
Dimana :
Diversifikasi produk dapat diperoleh dari “Segmen Operasi” yang
dilaporkan perusahaan dalam Laporan Keuangan.
3.1.2.5. Leverage (X5)
Menurut penelitian NL Wakid (2013), Leverage merupakan ukuran
kemapuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang.
Perusahaan yang tidak solvabel adalah perusahaan yang total utangnya lebih
besar dibanding dengan total asetnya. Rasio leverage yang diukur Debt to
Equity Ratio (DER) merupakan proporsi total utang terhadap ekuitas
pemegang saham. DER juga menggambarkan keseimbangan utang yang
dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Informasi DER akan dapat
digunakan oleh pihak eksternal, khusunya kreditur dan investor dalam
mengukur kinerja perusahaan. Selain itu rasio tersebut dapat memberikan
gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan sehingga
dapat dilihat tingkat risiko tak tertagih suatu utang.
Berikut adalah cara menghitung leverage menurut NL Wakid
(2013) :
DER =
Total Utang
Ekuitas Akhir Periode
35
3.1.2.6. Definisi Operasional
Dalam
penelitian
ini,
Karakteristik
Perusahaan
terhadap
Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia terdapat beberapa variabel
independen yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas, umur perusahaan,
diversifikasi produk dan leverage dengan variabel dependen yaitu
Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia.
Menurut Widodo (2014), Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya
Manusia adalah proses mengidentifikasi dan mengukur data tentang Sumber
Daya Manusia serta mengkomunikasikan informasi tersebut kepada pihak
yang berkepentingan. Cara untuk menghitung Pengungkapan Akuntansi
Sumber Daya Manusia adalah dengan rata-rata perusahaan dijumlah untuk
menemukan nilai bersih setiap perusahaan.
Sedangkan untuk variabel ukuran perusahaan, menurut Widodo
(2014) dalam penelitiannya, ukuran yang biasa digunakan untuk mewakili
ukuran perusahaan diantaranya yaitu total penjualan, total aset, dan
kapitalisasi pasar. Semakin besar nilai total penjualan, total aset, dan
kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ukuran perusahaan. Cara
menghitung ukuran perusahaan adalah dengan melogaritma natural total
assets perusahaan i pada periode t (Nia, 2015).
Proksi profitabilitas dalam penelitian ini mengacu pada penelitian
Widodo (2014), yaitu dengan menggunakan Net Proft Margin. Net Profit
Margin adalah ukuran efesiensi perusahaan dalam menggunakan sumber
36
daya perusahaan. Cara mengukur profitabilitas adalah dengan laba bersih
dibagi dengan penjualan bersih (Nia, 2015)
Yang dimaksud dengan umur perusahaan adalah jumlah usia
perusahaan sejak dari mulai berdiri sampai dengan tahun pengamatan.
Mengacu pada penelitian Widodo (2014), umur diukur dengan tahun
perusahaan terdaftar sebagai perusahaan publik yang listing di Bursa Efek
Indonesia.
Sedangkan untuk variabel diversifikasi produk, berdasarkan PSAK
No. 5 (Revisi 2009) mengenai pelaporan Segmen, segmen usaha adalah
komponen perusahaan yang dapat dibedakan dalam menghasilkan produk
atau jasa (Ikatan Akuntan Indonesia, 2009). Cara untuk mengukur
diversifikasi produk adalah dengan melihat jumlah jenis produk yang di
produksi oleh perusahaan.
Menurut penelitian NL Wakid (2013), Leverage merupakan
ukuran kemapuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang.
Perusahaan yang tidak solvabel adalah perusahaan yang total utangnya lebih
besar dibanding dengan total asetnya. Cara mengukur leverage adalah
dengan membagi total utang terhadap ekuitas akhir periode
Berikut adalah definisi operasional variabel yang digunakan dalam
peneliti untuk mengukur Pengsruh Akuntansi Sumber Daya Manusia yaitu :
37
Tabel 3.2
Definisi Operasional Variabel
No
Nama Variabel
1
Pengungkapan
Akuntansi
Sumber Daya
Manusia
2
Ukuran
Perusahaan
3
Profitabilitas
4
Umur
Perusahaan
5
Diversifikasi
Produk
6
Leverage
Definisi Variabel
Proses
mengidentifikasi
dan mengukur data tentang
Sumber Daya Manusia
serta mengkomunikasikan
informasi tersebut kepada
pihak
yang
berkepentingan.
Nilai yang menunjukkan
besar kecilnya perusahaan.
Rumus
Rata-rata perusahaan
dijumlah
untuk
menemukan
nilai
bersih
setiap
perusahaan.
Nilai
logaritma
natural total assets
perusahaan i pada
periode t
Laba yang dihasilkan Laba bersih dibagi
perusahaan berasal dari dengan
penjualan
penjualan dan investasi bersih.
yang
dilakukan
oleh
perusahaan.
Jumlah usia perusahaan Tahun perusahaan
sejak dari mulai berdiri lisiting
di
BEI
sampai dengan tahun sampai
tahun
pengamatan.
pengamatan.
Komponen
perusahaan Jumlah jenis produk
yang dibedakan dalam yang di produksi
menghasilkan produk dan oleh perusahaan.
jasa.
Ukuran
kemapuan Total utang dibagi
perusahaan
dalam ekuitas akhir periode
memenuhi
kewajiban
jangka panjang
Sumber
Widodo
(2014)
Nia
(2015)
Widodo
(2014)
Nia
(2015)
Nia
(2015)
NL Wakid
(2013)
38
3.2.
Obyek Penelitian dan Unit Sampel
Obyek Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013 sampai
2015. Unit sampelnya berupa annual report dan laporan keuangan perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2015.
3.3.
Populasi dan Penentuan Sampel
Populasi adalah kumpulan dari keseluruhan elemen yang menjadi pusat
obyek penelitian. Elemen yang dimaksud tersebut biasanya berupa orang, barang,
unit organisasi dan perusahaan. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2013 sampai tahun
2015.
Sampel pada penelitian ini menggunakan Metode Purposive Sampling.
Kriteria pengambilan sampel adalah :
1. Merupakan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2013-2015
2. Laporan tahunan perusahaan dan laporan keuangan perusahaan tersebut
di publikasikan di IDX selama tiga tahun berturut-turut
3. Perusahaan yang tidak mengalami kerugian
4. Perusahaan yang masuk dalam pengambilan sampel menggunakan mata
uang Rupiah
39
5. Merupakan perusahaan yang nilai ekuitasnya lebih kecil dari
liabilitasnya
3.4.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder. Data
yang diperoleh di Pojok Bursa BEI dan mendownload di www.idx.co.id.
3.5.
Metode Pengumpulan Data
Sesuai dengan jenis data yang diperlukan yaitu data sekunder, maka
metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
metode dokumentasi.
3.6.
Metode Analisis
3.6.1.
Analisis Statistik Deskriptif
Analisis Statistik Deskriptif memberikan gambaran umum terkait data
dengan menyajikan nilai minimum, maksimum, mean, dan standar deviasi dari
masing-masing variabel dalam penelitian.
3.6.1.1. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
variabel bebas yang memiliki kemiripan dengan varibel bebas lainnya dalam
suatu model regresi, atau untuk mengetahui ada tidaknya korelasi diantara
sesama variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
40
korelasi diantara variabel bebas. Jika variabel bebas saling berkorelasi,
maka variabel-variabel tersebut tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah
variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas sama dengan
nol. Ada tidaknya korelasi antar variabel tersebut dapat dideteksi dengan
melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF).
Menurut Widodo (2014), cara umum yang dipakai untuk
menunjukkan multikolonieritas adalah jika nilai tolerence 0,10 atau sama
dengan VIF > 10 maka terjadi multikolonieritas dalam penelitian ini.
3.6.1.2. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi linier berganda ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika
terjadi korelasi, maka dinamakan ada masalah autokorelasi. Autokorelasi
muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu
sama lainnya. Masalah ini timbul karena risidual (kesalahan pengganggu)
tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Pengujian Autokorelasi
pada penelitian ini menggunakan statistik Durbin Watson. Apabila D-W
dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif, apabila D-W berada diantara -2
sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi, dan apabila D-W berada dibawah
+2 ini berarti autokorelasi negatif.
41
Tabel 3.3
Keputusan DW
Hipotesis Nol
Tidak ada autokorelasi
positif
Tidak ada autokorelasi
positif
Tidak ada korelasi negatif
Tidak ada korelasi negatif
Tidak ada autokorelasi
positif atau negatif
Keputusan
Jika
Tolak
0 < d < dL
No Decision
d L ≤ d ≤ dU
Tolak
No Decision
4 – dL < d < 4
4 – dU ≤ d ≤ 4 - dL
Tidak di tolak
dU < d < 4 - dU
3.6.1.3. Uji Heteroskedasitas
Uji Heteroskedasitas digunakan untuk melihat apakah dalam
sebuah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari
residual pada suatu pengamatan ke pengamatan yang lainnya. Jika varians
dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
Homokedastisitas. Jika varians berbeda akan disebut Heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi
Heteroskedastisitas.
Selain diukur dengan grafik Scatterplot antara SRESID dan
ZPERD dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X
adalah residual (Y diprediksi –Y sesungguhnya), Heteroskedastisitas dapat
diukur secara sistematis dengan uji Glejser. Jika variabel bebas signifikan
secara statistik mempengaruhi variabel terkait, maka ada indikasi terjadi
Heteroskedastisitas. Jika probabilitas signifikan diatas 0,05 maka dapat
disimpulkan tidak terjadi Heteroskedastisitas (Imam Ghozali, 2012).
42
3.6.2.
Uji Asumsi Klasik
Untuk mengetahui apakah model yang digunakan dalam regresi benar-
benar menunjukkan hubungan yang signifikan dan representatif, maka model
yang digunakan tersebut harus memenuhi uji asumsi klasik regresi. Dengan
pengujian
ini
diharapkan
agar
model
regresi
yang
diperoleh
bisa
dipertanggungjawabkan.
3.5.2.1
Uji Normalitas
Uji Normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi, variabel independen, dan variabel dependen atau keduanya
mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik jika
distribusi datanya mengikuti distribusi normal atau mendekati normal, caranya
adalah dengan melihat probability plot yang menggunakan distibusi kumulatif
dari data sesungguhnya dengan distibusi kumulatif dari distibusi normal.
Dengan menggunakan P-P Plot data yang ditunjukkan menyebar di sekitar
garis diagonal, maka model regresi dapat dikatakan memenuhi asumsi
normalitas (Nia, 2015; dalam Santoso, 2004). Jika distribusi data adalah
normal, maka garis yang menggambarkan sesungguhnya akan mengikuti garis
diagonal atau dengan melihat garis miring dari grafik histogram. Model regresi
dikatakan mengikuti distribusi normal apabila grafik histogram tidak miring ke
kiri atau dan ke kanan.
43
Selain dengan probability plot, normalitas suatu data dapat juga
diuji deng uji Kolmogorov-Smirnov. Dari tabel One-Sampel KolmogorovSmirnov Test diperoleh angka probabilitas atau Asym Sig. (2-tailed). Uji
statistik tersebut apabila nilai signifikannya > α (0,05), maka dikatakan bahwa
data memenuhi syarat normalitas.
3.6.3.
Uji Koefisien Determinasi
Nilai R2 digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan model dalam
menerangkan variasi variabel independen. Nilai koefisien determinasi adalah
antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai
yang mendekati (1) berarti variabel-variabel independen memberikan hampir
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
dependen (Ghozali, 2011).
Kelemahan mendasar penggunaan Koefisien Determinasi adalah bias
terhadap jumlah variabel bebas yang dimasukkan ke dalam model. Setiap
tambahan satu variabel bebas, maka R2 pasti meningkat tidak peduli apakah
variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat. Oleh
karena itu, banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai adjusted R2
pada saat mengevaluasi model regresi terbaik. Kenyataanya nilai adjusted R2
dapat bernilai negatif, walaupun yang dikehendaki harus bernilai positif.
Menurut Imam Ghozali (2012), jika dalam uji empiris didapat nilai adjusted R2
negatif, maka nilai adjusted R2 dianggap bernilai nol (0).
44
3.6.4.
Uji Analisis Berganda
Dalam penelitian ini, hipotesis diuji dengan menggunakan model
regresi berganda untuk memperoleh gambaran mengenai ukuran perusahaan,
profitabilitas, umur perusahaan, diversifikasi produk, dan leverage terhadap
Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia yang dilakukan dengan
bantuan SPSS versi 20.0 for windows. Data statistik olahan data SPSS versi
20.0 untuk pengujian secara parsial (uji t).
Metode analisi data digunakan adalah analisis regresi linier berganda
yang dilakukan dengan bantuan SPSS 20.0 for windows. Model persamaan
regresi mengacu pada penelitian Widodo (2014) dirumuskan sebagai berikut :
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + ε
Keterangan :
α
: Konstanta
Y
: Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia
β1β2β3β4β5
: Koefisien Regresi
X1
: Ukuran Perusahaan
X2
: Profitabilitas
X3
: Umur Perusahaan
X4
: Diversifikasi Produk
X5
: Leverage
ε
: Error
Download