BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Derasnya arus informasi yang disebabkan oleh kemajuan teknologi dan transportasi mengakibatkan semua aktivitas tidak dapat berdiri atau berjalan sendiri-sendiri, baik itu aktivitas ekonomi maupun disiplin ilmu. Manajemen Sumber Daya Manusia sebagai salah satu disiplin ilmu yang mempelajari Sumber Daya Manusia dalam organisasi saat ini mengalami pergeseran peranan dari yang bersifat taktis menuju yang bersifat strategis yaitu pemberitahuan nasihat-nasihat kepada manajer senior dalam memahami implikasi dari keputusan usaha yang telah diambilnya. Demikian pula halnya dengan disiplin ilmu akutansi, yang tadinya hanya memberikan informasi mengenai kekayaan perusahaan berupa Sumber Daya Alam dan modal saja, sekarang dirasa kurang memadai karena masih ada kekayaan perusahaan yang belum disajikan, yaitu kekayaan Sumber Daya Manusia. Akuntansi Sumber Daya Manusia adalah paradigma yang mencoba menjawab permasalahan tersebut yang berguna untuk memberikan informasi yang diperlukan untuk memperoleh, mengembangkan, mengalokasikan, menghemat, menggunakan, dan menilai Sumber Daya Manusia dari suatu perusahaan (Ikhsan, 2003). Akuntansi Sumber Daya Manusia muncul karena kegagalan prinsip-prinsip akuntansi dalam memberikan informasi yang relevan kepada pihak manajemen 1 2 dan inverstor, karena biaya-biaya Sumber Daya Manusia diperlakukan sebagai beban (expense) pada saat terjadinya. Akuntansi Sumber Daya Manusia dapat membantu para manajer dalam memanfaatkan Sumber Daya Manusia seara efektif dan efisien dengan memberikan suatu paradigma atau kerangka kerja konseptual bagi pemanfaatan Sumber Daya Manusia. Teori ekonomi dari modal manusia didasarkan pada konsep bahwa manusia memiliki keterampilan, pengalaman, dan pengetahuan yang merupakan bentuk dari modal, yang disebut dengan “modal manusia”. Akuntansi Sumber Daya Manusia juga telah mengembangkan dari tradisi yang pararel dalam manajemen karyawan yang dikenal sebagai “aliran sumber daya manusia”, yang didasarkan pada pemikiran bahwa manusia adalah sumber daya organisasional yang berharga dan oleh karena itu harus dikelola sebagai sumber daya yang berharga. Ikhsan (2003), peran perkembangan informasi yang begitu cepat juga telah memaksa perusahaan meningkatkan Sumber Daya Manusianya. Untuk mampu bersaing, perusahaan harus berupaya untuk mengoptimalkan peran informasi ini dalam mencapai tujuannya. Informasi yang diperlukan oleh manajemen harus memiliki karakteristik seperti akurat dan tepat waktu. Tersedianya informasi secara cepat, relevan dan lengkap lebih dikarenakan adanya kebutuhan yang sangat dirasakan oleh masing-masing unit bisnis untuk mendapatkan posisi keunggulan kompetitif. Menurut Ellitan, 2002 (dalam Widodo, 2014) Sumber Daya Manusia merupakan salah satu sumber daya yang tidak dapat dilepaskan dari pengelolaan suatu bisnis, selain itu Sumber Daya Manusia sebagai salah satu aset kritis dalam menentukan keberhasilan kegiatan perusahaan. Keberadaan Sumber Daya 3 Manusia yang berbeda dalam mengelola aset perusahaan yang sama dapat menghasilkan nilai tambah yang berbeda dan nilai bagi perusahaan itu sendiri (Sari, 2004). Tujuan Akuntansi Sumber Daya Manusia adalah memberikan informasi tentang Sumber Daya Manusia dalam suatu perusahaan yang berguna bagi pengambil keputusan. Pelaporan keuangan Akuntansi Sumber Daya Manusia dapat memberikan peranan penting untuk memfasilitasi pemanfaatan yang tepat SDM organisasi (Mamun, 2009). Asumsi unit monoter akuntansi tidak memungkinkan untuk melaporkan nilai karyawan perusahaan dalam lapoan keuangan perusahaan karena nilai Sumber Daya Manusia sulit untuk diukur dalam satuan monoter. Oleh karena itu, para pemangku kepentingan tidak mendapatkan informasi penting tentang Sumber Daya Manusia organisasi mereka (Hossain, Khan & Yasmin, 2004). Dalam Desi&Iwan (2014), Hutagaol (2009) menjelaskan tentang Akuntansi Sumber Daya Manusia layak untuk digunakan oleh perusahaan karena informasi mengenai Sumber Daya Manusia dapat didefinisikan, terukur relevan dan nilainya dapat diandalkan. Akuntansi Sumber Daya Manusia memberikan informasi kuantitatif maupun kualitatif kepada manajemen mengenai pemenuhan pengembangan, pengalokasian, kapitalisasi, evaluasi, dan penghargaan atas Sumber Daya Manusia. Selain itu, pada penelitian Hutagaol (2009) Sumber Daya Manusia tidak selamanya hanya beban bagi perusahaan dengan cara mengkonversinya sebagai amortisasi seperti penyusunan terhadap aktiva tetap. Hal ini menimbulkan tantangan bagi para akuntan untuk mengidentifikasi dan mengukur Sumber Daya Manusia dan mengkomunikasikan kepada pihak 4 yang berkepentingan (Mamun, 2009). Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia belum diatur dalam peraturan Bapepam-LK. Penelitian terkait Akuntansi Sumber Daya Manusia dapat membantu Bapepam dan Ikatan Akuntansi Indonesia dalam membuat standar pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia. PSAK No. 19 menyebutkan bahwa aktiva tidak berwujud adalah aktiva nonmonoter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang dan jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administratif (Ikatan Akuntan Indonesia, 2009). Aspek pelaporan Akuntansi Sumber Daya Manusia di negara berkembang seperti Indonesia adalah konsep yang sangat baru. Penelitian terkait Akuntansi Sumber Daya Manusia mengacu pada Mamun (2009) yang meniliti terkait praktik pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia serta pengaruh karakteristik perusahaan terhadap praktik pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia. Sampel pada penelitan tersebut dilakukan di perusahaan keuangan dan non keuangan di Bangladesh. Sedangkan pada penelitian Widodo (2014) dimana menguji proksi ukuran perusahaan, profitabilitas, umur perusahaan, dan diversifikasi produk terhadap pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia dengan mengambil sampel pada perusahaan perbankan di Indonesia. Penelitian Widodo (2014) memilih perusahaan perbankan karena perusahaan perbankan cenderung mengungkapkan informasi Sumber Daya Manusia lebih banyak daripada perusahaan non keuangan (Enyi dan Akindehinde, 2014). 5 Pada penelitian yang dilakukan oleh Christy (2015) karakteristik perusahaan dengan proksi variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, umur perusahaan, dan diversifikasi produk terhadap pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia merupakan replikasi dari penelitian Widodo (2014) dengan sampel dan periode pengamatan yang berbeda. Dengan mengambil sampel seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011-2013. Pada penelitian Christy (2015) memilih perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI karena didasarkan asumsi bahwa perusahaan manufaktur yang selama ini senantiasa dikaitkan dengan permesinan dan hanya sedikit sentuhan Sumber Daya Manusia yang ada, padahal masalah-masalah manajerial perusahaan dan pengoperasian mesin juga membutuhkan skill dari Sumber Daya Manusia didalamnya, sehingga penelitian ini diharapkan bisa mengubah mindset yang selama ini ada, kerbehasilan perusahaan bukan hanya karena tangible assets yang mereka punyai namun juga tangible assets yang berada dibelakangnya. Menurut Widodo (2014) dan Maria (2016), ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia. Sementara menurut Nia (2015), ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia. Pada penelitian Widodo (2014), Nia (2015) dan Maria (2016) membuktikan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia, sementara Mamun (2009) menemukan adanya pengaruh antara profitabilitas dengan pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia. Umur perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia (Widodo, 6 2014) dan (Nia, 2015). Sedangkan dalam penelitian Mamun (2009) umur tidak berpengaruh terhadap pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia. Pada penelitian Widodo (2014) dan Nia (2015) menemukan bahwa diversifikasi produk berpengaruh terhadap pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia sedangkan menurut Amran et, al (2009) tidak terdapat pengaruh antara diversifikasi produk dengan pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia. Sedangkan pada penelitian ini, peneliti mengembangkan variabel leverage sebagai proksi karakteristik perusahaan. Karena penelitian ini ingin meneliti adakah hubungan antara leverage dengan pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia di seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menambahkan variabel leverage karena sebagai proksi tambahan karena leverage dalam penggunaan assets dan sumber dana (sources of found) oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap (beban tetap) dengan maksud agar meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham. Dengan mengambil sampel seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI pada tahun 2013 sampai 2015. Penelitian ini mengacu pada penelitian Nia C (2015) dengan sampel dan periode berbeda. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia pada Seluruh Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2013-2015”. 7 1.2. Rumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang yang dikemukakan, dan tidak kekonsistenan hasil penelitian Nia (2015), maka pada penelitian ini peneliti tertarik untuk mengetahui Karakteristik Perusahaan terhadap Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia. Diantaranya ukuran perusahaan, profitabilitas, umur perusahaan, diversifikasi produk, dan leverage, maka masalah-masalah tersebut dirumusakan sebagai berikut : 1. Apakah terdapat pengaruh ukuran perusahaan terhadap pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia ? 2. Apakah terdapat pengaruh profitabilitas terhadap pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia ? 3. Apakah terdapat pengaruh umur perusahaan terhadap pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia ? 4. Apakah terdapat pengaruh diversifikasi produk terhadap pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia ? 5. Apakah terdapat pengaruh leverage Akuntansi Sumber Daya Manusia ? terhadap pengungkapan 8 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Memberikan bukti empiris dan menganalisis mengenai pengaruh antara ukuran perusahaan dengan pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia. 2. Memberikan bukti empiris dan menganalisis mengenai pengaruh antara profitablitas dengan pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia. 3. Memberikan bukti empiris dan menganalisis mengenai pengaruh antara umur perusahaan dengan pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia. 4. Memberikan bukti empiris dan menganalisis mengenai pengaruh antara diversifikasi produk dengan pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia. 5. Memberikan bukti empiris dan menganalisis mengenai pengaruh antara leverage dengan pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia. 9 1.3.2. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain : 1. Bagi peneliti, dapat memberikan tambahan pengetahuan dari bidang yang diteliti dan hasil penelitian. 2. Bagi perusahaan, dapat memberikan tambahan pengetahuan kepada pihak manajemen perusahaan bagaimana Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 3. Bagi pembaca dan pihak-pihak lainnya, dapat sebagai bahan referensi dan memberikan informasi untuk melakukan penelitian selanjutnya, dan diharapkan dapat memperluas dan memperkaya pengetahuan dibidang keuangan khususnya yang menyangkut tentang Karakteristik Perusahaan Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia. terhadap BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.1.1. Variabel Dependen Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia. Pengukuran Akuntansi Sumber Daya Manusia mengacu pada penelitian Widodo (2014). Dalam studi tersebut indeks variabel pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia terdiri atas 16 item pelaporan dengan meninjau literatur yang relevan. Dalam memeriksa setiap item Akuntansi Sumber Daya Manusia ini, prosedur di kotomis diikuti dimana masing-masing perusahaan diberikan skor “1” jika perusahaan telah mengungkapkan variabel pelaporan yang bersangkutan dan “0” untuk sebaliknya. Rata-rata perusahaan kemudian dijumlah untuk menemukan nilai bersih setiap perusahaan. Pemilihan item pengukuran Widodo (2014) mengacu pada penelitian Enofe et al (2013), Sharma dan Kumar (2014). Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : ASDM = Total Score of Individual Company x 100 Maximum Possible Score Obtsinable 29 30 Berikut adalah indeks variabel Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia terdiri dari 16 item pelaporan mengacu pada penelitian Widodo (2014) sebagai berikut : Tabel 3.1 Pengukuran Akuntansi Sumber Daya Manusia No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 3.1.2. Disclosure Items Separate HRA Statment Total Value of Human Resource Number of Employee Human Resource Policy Training and development Management Succession plan Employement Report Employees’ value addition Human resource development fund Employess/workers fund Employess catagories Managerial remuneration Retirement benefits Performance recognition Superannuation fund Other employes benefits Variabel Independen 3.1.2.1. Ukuran Perusahaan (X1) Menurut Widodo (2014) dalam penelitiannya, ukuran yang biasa digunakan untuk mewakili ukuran perusahaan diantaranya yaitu total penjualan, total aset, dan kapitalisasi pasar. Semakin besar nilai total penjualan, total aset, dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan yang didasarkan pada total aset yang dimiliki oleh perusahaan diatur dengan ketentuan BAPEPAM No. 31 11/PM/1997, yang menyatakan bahwa perusahaan menengah atau kecil adalah badan hukum yang didirikan di Indonesia yang memiliki jumlah kekayaan (total assets) tidak lebih dari seratus milyar rupiah. Ukuran perusahaan yang diukur dengan total aset akan di transformasikan dalam logaritma natural untuk menyamakan nilai dengan variabel lain karena total aset perusahaan lainnya lebih besar dibandingkan dengan variabel-variabel lain dalam penelitian ini. Dalam ukuran perusahaan dinilai dengan log of total assets. Log of total assets ini digunakan untuk mengurangi perbedaan signifikan antara ukuran perusahaan yang terlalu besar dengan ukuran perusahaan yang terlalu kecil, maka nilai total assets dibentuk menjadi logaritma natural, konversi kebentuk logaritma natural ini bertujuan untuk membuat data total assets terdistribusi normal. Menurut penelitian Nia (2015) untuk menghitung ukuran perusahaan adalah sebagai berikut : Sz it = logn∑Asset it Dimana : Sz it = Ukuran perusahaan i pada periode t Logn∑Assetit = Nilai logaritma natural total asset perusahaan i pada periode t 32 3.1.2.2. Profitabilitas (X2) Tingkat profitabilitas merupakan indikator keberhasilan perusahaan terutama kemampuan dalam menghasilkan laba dengan memanfaatkan sumber-sumber yang dimiliki sepeprti aset dan ekuitas. Laba yang dihasilkan perusahaan berasal penjualan dan investasi yang dilakukan oleh perusahaan. Banyak ukuran yang digunakan sebagai proksi dari tingkat profitabilitas, diantaranya yaitu ROA (Return On Assets), ROE (Return On Equity), EPS (Earning Per Share), dan NPM (Net Profit Margin). Tingkat profitabilitas dalam penelitian ini mengacu pada penelitian Widodo (2014), yaitu dengan menggunakan Net Proft Margin. Net Profit Margin adalah ukuran efesiensi perusahaan dalam menggunakan sumber daya perusahaan. Berikut adalah cara menghitung profitabilitas menurut Widodo (2014) : NPM = Laba bersih Penjualan Bersih 3.1.2.3. Umur Perusahaan (X3) Perusahaan yang terdaftar di pasar modal lebih lama memiliki banyak pengalaman untuk pengungkapan informasi dengan mempertimbangkan reaksi pasar terhadap pengungkapan yang sesuai. Perusahaan cenderung untuk memberikan pengungkapan secara sukarela ketika mereka berncana untuk menerbitkan utang publik atau ekuitas atau mengakuisis perusahaan lain dalam rangka memberikan informasi eksplisit 33 investor. Semakin lama perusahaan terdaftar asumsinya perusahaan akan lebih berpengalaman untuk melakukan pengungkapan (Nia, 2015). Umur perusahaan adalah jumlah usia perusahaan sejak dari mulai berdiri sampai dengan tahun pengamatan. Mengacu pada penelitian Widodo (2014), umur diukur dengan tahun perusahaan terdaftar sebagai perusahaan publik yang listing di Bursa Efek Indonesia. Berikut adalah cara menghitung umur perusahaan berdasarkan penelitian Nia (2015) : Umur Perusahaan = Tahun Perusahaan Listing di BEI sampai tahun pengamatan 3.1.2.4. Diversifikasi Produk (X4) Berdasarkan PSAK No. 5 (Revisi 2009) mengenai pelaporan Segmen, segmen usaha adalah komponen perusahaan yang dapat dibedakan dalam menghasilkan produk atau jasa (Ikatan Akuntan Indonesia, 2009). Strategi diversifikasi yang dilakukan perusahaan pada umumnya mendorong pengungkapan informasi tambahan dalam laporan tahunan. Hal ini dikarenakan informasi diversifikasi penting untuk memperoleh dukungan dari stakeholder mengenai rencana diversifikasi yang akan dilakukan perusahaan (Widodo, 2014; dalam Amran et al, 2009) Pada penelitian ini, diversifikasi produk diukur dengan menggunakan jumlah jenis produk yang diproduksi oleh perusahaan (Widodo, 2014). 34 Berikut adalah cara menghitung diversifikasi produk menurut Nia (2015) : Diversifikasi Produk = Jumlah jenis produk yang di produksi oleh perusahaan Dimana : Diversifikasi produk dapat diperoleh dari “Segmen Operasi” yang dilaporkan perusahaan dalam Laporan Keuangan. 3.1.2.5. Leverage (X5) Menurut penelitian NL Wakid (2013), Leverage merupakan ukuran kemapuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang. Perusahaan yang tidak solvabel adalah perusahaan yang total utangnya lebih besar dibanding dengan total asetnya. Rasio leverage yang diukur Debt to Equity Ratio (DER) merupakan proporsi total utang terhadap ekuitas pemegang saham. DER juga menggambarkan keseimbangan utang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Informasi DER akan dapat digunakan oleh pihak eksternal, khusunya kreditur dan investor dalam mengukur kinerja perusahaan. Selain itu rasio tersebut dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak tertagih suatu utang. Berikut adalah cara menghitung leverage menurut NL Wakid (2013) : DER = Total Utang Ekuitas Akhir Periode 35 3.1.2.6. Definisi Operasional Dalam penelitian ini, Karakteristik Perusahaan terhadap Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia terdapat beberapa variabel independen yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas, umur perusahaan, diversifikasi produk dan leverage dengan variabel dependen yaitu Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia. Menurut Widodo (2014), Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia adalah proses mengidentifikasi dan mengukur data tentang Sumber Daya Manusia serta mengkomunikasikan informasi tersebut kepada pihak yang berkepentingan. Cara untuk menghitung Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia adalah dengan rata-rata perusahaan dijumlah untuk menemukan nilai bersih setiap perusahaan. Sedangkan untuk variabel ukuran perusahaan, menurut Widodo (2014) dalam penelitiannya, ukuran yang biasa digunakan untuk mewakili ukuran perusahaan diantaranya yaitu total penjualan, total aset, dan kapitalisasi pasar. Semakin besar nilai total penjualan, total aset, dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ukuran perusahaan. Cara menghitung ukuran perusahaan adalah dengan melogaritma natural total assets perusahaan i pada periode t (Nia, 2015). Proksi profitabilitas dalam penelitian ini mengacu pada penelitian Widodo (2014), yaitu dengan menggunakan Net Proft Margin. Net Profit Margin adalah ukuran efesiensi perusahaan dalam menggunakan sumber 36 daya perusahaan. Cara mengukur profitabilitas adalah dengan laba bersih dibagi dengan penjualan bersih (Nia, 2015) Yang dimaksud dengan umur perusahaan adalah jumlah usia perusahaan sejak dari mulai berdiri sampai dengan tahun pengamatan. Mengacu pada penelitian Widodo (2014), umur diukur dengan tahun perusahaan terdaftar sebagai perusahaan publik yang listing di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan untuk variabel diversifikasi produk, berdasarkan PSAK No. 5 (Revisi 2009) mengenai pelaporan Segmen, segmen usaha adalah komponen perusahaan yang dapat dibedakan dalam menghasilkan produk atau jasa (Ikatan Akuntan Indonesia, 2009). Cara untuk mengukur diversifikasi produk adalah dengan melihat jumlah jenis produk yang di produksi oleh perusahaan. Menurut penelitian NL Wakid (2013), Leverage merupakan ukuran kemapuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang. Perusahaan yang tidak solvabel adalah perusahaan yang total utangnya lebih besar dibanding dengan total asetnya. Cara mengukur leverage adalah dengan membagi total utang terhadap ekuitas akhir periode Berikut adalah definisi operasional variabel yang digunakan dalam peneliti untuk mengukur Pengsruh Akuntansi Sumber Daya Manusia yaitu : 37 Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel No Nama Variabel 1 Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia 2 Ukuran Perusahaan 3 Profitabilitas 4 Umur Perusahaan 5 Diversifikasi Produk 6 Leverage Definisi Variabel Proses mengidentifikasi dan mengukur data tentang Sumber Daya Manusia serta mengkomunikasikan informasi tersebut kepada pihak yang berkepentingan. Nilai yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan. Rumus Rata-rata perusahaan dijumlah untuk menemukan nilai bersih setiap perusahaan. Nilai logaritma natural total assets perusahaan i pada periode t Laba yang dihasilkan Laba bersih dibagi perusahaan berasal dari dengan penjualan penjualan dan investasi bersih. yang dilakukan oleh perusahaan. Jumlah usia perusahaan Tahun perusahaan sejak dari mulai berdiri lisiting di BEI sampai dengan tahun sampai tahun pengamatan. pengamatan. Komponen perusahaan Jumlah jenis produk yang dibedakan dalam yang di produksi menghasilkan produk dan oleh perusahaan. jasa. Ukuran kemapuan Total utang dibagi perusahaan dalam ekuitas akhir periode memenuhi kewajiban jangka panjang Sumber Widodo (2014) Nia (2015) Widodo (2014) Nia (2015) Nia (2015) NL Wakid (2013) 38 3.2. Obyek Penelitian dan Unit Sampel Obyek Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013 sampai 2015. Unit sampelnya berupa annual report dan laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2015. 3.3. Populasi dan Penentuan Sampel Populasi adalah kumpulan dari keseluruhan elemen yang menjadi pusat obyek penelitian. Elemen yang dimaksud tersebut biasanya berupa orang, barang, unit organisasi dan perusahaan. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2013 sampai tahun 2015. Sampel pada penelitian ini menggunakan Metode Purposive Sampling. Kriteria pengambilan sampel adalah : 1. Merupakan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2015 2. Laporan tahunan perusahaan dan laporan keuangan perusahaan tersebut di publikasikan di IDX selama tiga tahun berturut-turut 3. Perusahaan yang tidak mengalami kerugian 4. Perusahaan yang masuk dalam pengambilan sampel menggunakan mata uang Rupiah 39 5. Merupakan perusahaan yang nilai ekuitasnya lebih kecil dari liabilitasnya 3.4. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder. Data yang diperoleh di Pojok Bursa BEI dan mendownload di www.idx.co.id. 3.5. Metode Pengumpulan Data Sesuai dengan jenis data yang diperlukan yaitu data sekunder, maka metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode dokumentasi. 3.6. Metode Analisis 3.6.1. Analisis Statistik Deskriptif Analisis Statistik Deskriptif memberikan gambaran umum terkait data dengan menyajikan nilai minimum, maksimum, mean, dan standar deviasi dari masing-masing variabel dalam penelitian. 3.6.1.1. Uji Multikolinearitas Uji Multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya variabel bebas yang memiliki kemiripan dengan varibel bebas lainnya dalam suatu model regresi, atau untuk mengetahui ada tidaknya korelasi diantara sesama variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi 40 korelasi diantara variabel bebas. Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka variabel-variabel tersebut tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas sama dengan nol. Ada tidaknya korelasi antar variabel tersebut dapat dideteksi dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF). Menurut Widodo (2014), cara umum yang dipakai untuk menunjukkan multikolonieritas adalah jika nilai tolerence 0,10 atau sama dengan VIF > 10 maka terjadi multikolonieritas dalam penelitian ini. 3.6.1.2. Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier berganda ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada masalah autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena risidual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Pengujian Autokorelasi pada penelitian ini menggunakan statistik Durbin Watson. Apabila D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif, apabila D-W berada diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi, dan apabila D-W berada dibawah +2 ini berarti autokorelasi negatif. 41 Tabel 3.3 Keputusan DW Hipotesis Nol Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada korelasi negatif Tidak ada korelasi negatif Tidak ada autokorelasi positif atau negatif Keputusan Jika Tolak 0 < d < dL No Decision d L ≤ d ≤ dU Tolak No Decision 4 – dL < d < 4 4 – dU ≤ d ≤ 4 - dL Tidak di tolak dU < d < 4 - dU 3.6.1.3. Uji Heteroskedasitas Uji Heteroskedasitas digunakan untuk melihat apakah dalam sebuah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual pada suatu pengamatan ke pengamatan yang lainnya. Jika varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homokedastisitas. Jika varians berbeda akan disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas. Selain diukur dengan grafik Scatterplot antara SRESID dan ZPERD dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y diprediksi –Y sesungguhnya), Heteroskedastisitas dapat diukur secara sistematis dengan uji Glejser. Jika variabel bebas signifikan secara statistik mempengaruhi variabel terkait, maka ada indikasi terjadi Heteroskedastisitas. Jika probabilitas signifikan diatas 0,05 maka dapat disimpulkan tidak terjadi Heteroskedastisitas (Imam Ghozali, 2012). 42 3.6.2. Uji Asumsi Klasik Untuk mengetahui apakah model yang digunakan dalam regresi benar- benar menunjukkan hubungan yang signifikan dan representatif, maka model yang digunakan tersebut harus memenuhi uji asumsi klasik regresi. Dengan pengujian ini diharapkan agar model regresi yang diperoleh bisa dipertanggungjawabkan. 3.5.2.1 Uji Normalitas Uji Normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel independen, dan variabel dependen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik jika distribusi datanya mengikuti distribusi normal atau mendekati normal, caranya adalah dengan melihat probability plot yang menggunakan distibusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distibusi kumulatif dari distibusi normal. Dengan menggunakan P-P Plot data yang ditunjukkan menyebar di sekitar garis diagonal, maka model regresi dapat dikatakan memenuhi asumsi normalitas (Nia, 2015; dalam Santoso, 2004). Jika distribusi data adalah normal, maka garis yang menggambarkan sesungguhnya akan mengikuti garis diagonal atau dengan melihat garis miring dari grafik histogram. Model regresi dikatakan mengikuti distribusi normal apabila grafik histogram tidak miring ke kiri atau dan ke kanan. 43 Selain dengan probability plot, normalitas suatu data dapat juga diuji deng uji Kolmogorov-Smirnov. Dari tabel One-Sampel KolmogorovSmirnov Test diperoleh angka probabilitas atau Asym Sig. (2-tailed). Uji statistik tersebut apabila nilai signifikannya > α (0,05), maka dikatakan bahwa data memenuhi syarat normalitas. 3.6.3. Uji Koefisien Determinasi Nilai R2 digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati (1) berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2011). Kelemahan mendasar penggunaan Koefisien Determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel bebas yang dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan satu variabel bebas, maka R2 pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat. Oleh karena itu, banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai adjusted R2 pada saat mengevaluasi model regresi terbaik. Kenyataanya nilai adjusted R2 dapat bernilai negatif, walaupun yang dikehendaki harus bernilai positif. Menurut Imam Ghozali (2012), jika dalam uji empiris didapat nilai adjusted R2 negatif, maka nilai adjusted R2 dianggap bernilai nol (0). 44 3.6.4. Uji Analisis Berganda Dalam penelitian ini, hipotesis diuji dengan menggunakan model regresi berganda untuk memperoleh gambaran mengenai ukuran perusahaan, profitabilitas, umur perusahaan, diversifikasi produk, dan leverage terhadap Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia yang dilakukan dengan bantuan SPSS versi 20.0 for windows. Data statistik olahan data SPSS versi 20.0 untuk pengujian secara parsial (uji t). Metode analisi data digunakan adalah analisis regresi linier berganda yang dilakukan dengan bantuan SPSS 20.0 for windows. Model persamaan regresi mengacu pada penelitian Widodo (2014) dirumuskan sebagai berikut : Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + ε Keterangan : α : Konstanta Y : Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia β1β2β3β4β5 : Koefisien Regresi X1 : Ukuran Perusahaan X2 : Profitabilitas X3 : Umur Perusahaan X4 : Diversifikasi Produk X5 : Leverage ε : Error