e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha

advertisement
e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume I Tahun 2014 )
PENGARUH PELATIHAN QUICK LEAP DAN LOMPAT KATAK TERHADAP
PENINGKATAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI
I Wayan Lenu Jumata, I Gusti Lanang Agung Parwata, Gede Doddy Tisna MS
Jurusan Ilmu Keolahragaan
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: {[email protected], [email protected],
[email protected] } @undiksha.ac.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan quick leap dan lompat katak
terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai pada siswa putra kelas XI SMP Negeri 2
Payangan. Jenis penelitian adalah eksperimen sungguhan dengan rancangan “ The
randomized pretest-posttest control group design”. Sampel penelitian adalah siswa putra kelas
XI SMP Negeri 2 Payangan tahun pelajaran 2013/2014. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini tes standing broad jump untuk mengukur daya ledak otot tungkai. Data
dianalisis dengan uji anava satu jalur taraf signifikansi α = 0,05 bantuan komputer program
SPSS 16,0.
Hasil analisis data menggunakan uji anava satu jalur pada variabel daya ledak otot tungkai
diperoleh nilai signifikansi lebih kecil dari nilai α = 0,05 sebesar 0,00 sehingga hipotesis
terdapat perbedaan pengaruh antara pelatihan quick leap dan lompat katak terhadap
peningkatan daya ledak otot tungkai, diterima. Berdasarkan hasil uji LSD, pelatihan quick leap
berpengaruh terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai dengan mean difference 13.80,
pelatihan lompat katak berpengaruh terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai dengan
mean difference 26.30, dan pelatihan lompat katak mempunyai pengaruh lebih baik dari pada
quick leap terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai dengan mean difference 12.50.
Dari hasil analisis data dan pembahasan disimpulkan bahwa; pelatihan quick leap dan lompat
katak berpengaruh terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai, terdapat perbedaan
pengaruh antara pelatihan quick leap dan lompat katak terhadap peningkatan daya ledak otot
tungkai, dan pelatihan lompat katak lebih baik pengaruhnya dibandingkan quick leap terhadap
peningkatan daya ledak otot tungkai.
Kata kunci: Pelatihan quick leap, pelatihan lompat katak, daya ledak otot tungkai.
Abstract
This study is aimed at determining the effect of quick leap and leap frog in improving men’s leg
muscle explosive power of the ninth grade students of SMP Negeri 2 Payangan. This
experiment study used “The randomized pretest-posttest control group design”. The samples
of the study were the ninth grade students of SMP Negeri 2 Payangan in the academic year
2012/2013. The instrument was test of standing broad jump to measure the leg muscle
explosive power. The data was analyzed by one way ANAVA α = 0.05 through SPSS 16.0.
The result of the analysis showed that in the variable of leg muscle explosive the significant
value = 0.00 α = 0.05, the hypothesis of there is different between quick leap and frog leap in
improving leg muscle explosive is accepted. (1) Based on the LSD test, quick leap and frog
leap affect the leg muscle explosive with mean different 13.80. (2) Frog leap training improves
the leg muscle explosive, mean difference 26.30. (3) Frog leap training is better than quick
leap in improving leg muscle explosive, mean difference 12.50.
Based on data analysis and the discussion, it can be concluded that (1) quick leap training and
frog leap affect leg muscle explosive; (2) there is different between quick leap training and frog
leap in the improvement of leg muscle explosive; (3) frog leap training is better than quick leap
in improving leg muscle explosive.
Keywords: quick leap training, frog leap training, leg muscle exlposive.
e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume I Tahun 2014 )
PENDAHULUAN
Dewasa ini, prestasi dalam bidang
olahraga dapat dijadikan tolak ukur
keberhasilan pembangunan suatu bangsa.
Dalam suatu aktivitas olahraga yang
dilakukan oleh manusia untuk meraih
sebuah prestasi diperlukan suatu teknik
untuk peningkatan dari hasil suatu cabang
olahraga, teknik yang dilakukan misalnya
dengan melakukan pelatihan yang sesuai
dengan cabang olahraga dan program
pelatihan yang pasti dan berkesinambungan dengan set dan repetisi yang semakin
meningkat. Sukses dalam arena kompetisi
adalah hasil dari perencanaan, kerja
keras, dan komitmen, serta tentunya
dengan latihan. Sukses atlet adalah
individu yang dilatih dalam aktivitas fisik
yang dirancang dengan baik, program
latihan yang berlangsung dalam jangka
yang panjang (tidak dilakukan secara
instan) sehingga dapat menampilkan
prestasi yang istimewa (excellence). Pelatihan juga di upayakan secara teratur dan
berkesinambungan guna memperoleh
hasil yang di inginkan oleh pelatih atau
sang atlet itu sendiri. Prestasi olahraga
merupakan puncak penampilan atlet yang
dicapai dalam suatu pertandingan atau
perlombaan, setelah melalui berbagai
macam latihan dan uji coba. Jadi sudah
selayaknya
kita
berusaha
untuk
mengembangkan potensi-potensi pada
diri kita yang nantinya akan berujung pada
tujuan utama yaitu mencapai prestasi
sesuai cabang olahraga yang kita geluti.
Menurut Sajoto (1995: 11) faktor yang
berpengaruh
terhadap
peningkatan
pencapaian suatu prestasi seseorang
diantaranya: aspek biologis (potensi,
fungsi organ tubuh, dan struktur tubuh),
aspek psikologis (intelektual, motivasi, kepribadian, koordinasi kerja otot dan
syaraf), aspek lingkungan (lingkungan
sosial, sarana dan prasarana, cuaca dan
keluarga), aspek penunjang (pelatih,
program
pelatihan,
dana,
dan
penghargaaan). Sebagai seorang atlet,
guna menunjang pencapaian prestasi
yang setinggi- tingginya tersebut, maka
diperlukan tingkat kesempurnaan fisik
yang prima. Kesempurnaan fisik yang
prima yaitu tingkat kebugaran jasmani
yang diperlukan atlet baik dalam
meningkatkan maupun mempertahankan
prestasi.
Peningkatan prestasi seorang atlet
dipengaruhi oleh dua faktor diantaranya:
1) faktor internal, yaitu faktor yang
ditentukan oleh keadaan yang ada pada
diri sendiri seperti minat, semangat, 2)
faktor eksternal yaitu faktor yang
ditentukan oleh keadaan yang ada di luar
diri kita seperti sarana dan prasarana
penunjang. Dalam peningkatan prestasi
seorang atlet harus ditunjang dengan
adanya pelatihan yang dilakukan secara
sistematik, terperinci, dan terprogram
sesuai dengan prinsip-prinsip latihan yang
akurat, dan berdasarkan atas IPTEK (Ilmu
Pengetahuan
dan Teknologi) sebagai
dasar acuan dalam membuat suatu
program latihan yang sesuai dengan atlet
sehingga pelatihan yang diberikan bersifat
variatif sesuai tujuan dari peningkatan
prestasi yang ingin dicapai. Dalam suatu
cabang olahraga atletik cabang lompat
dan loncat, sangat diperlukan pelatihan
untuk peningkatan daya ledak otot tungkai
yang maksimal dari atlet. Dalam gerakan
melompat sasaran pelatihan pada organ
tubuh adalah tungkai bagian bawah dan
otot
yang
berperan
dalamgerakan
melompat, pelatihan yang diperlukan
adalah
pelatihan
yang
dapat
meningkatkan daya ledak otot dari organ
tubuh
dalam
melakukan
gerakan
melompat dan meloncat. Dari beberapa
solusi latihan, pelatihan quick leap dan
lompat katak dapat digunakan untuk
pelatihan peningkatan daya ledak otot
tungkai. Pelatihan quick leap termasuk
kedalam pelatihan plaiometrik dengan
gerakan tergolong dalam gerak leaping.
Latihan ini memerlukan permukaan
pendaratan yang agak lunak, seperti
rumput, atau matras gulat dan bangku,
tempat duduk tanpa sandaran, atau kotak
dengan ketinggian kira-kira 12-24 inci.
Kelompok otot utama yang dipengaruhi
adalah fleksors pinggul, quadriceps,
hamstrings, gluteals, punggung bagian
bawah dan shoulder girdle. Latihan ini
sangat bermanfaat untuk cabang olahraga
voli, atletik, sepak bola, bola basket, loncat
e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume I Tahun 2014 )
indah, dan angkat besi. Sedangkan
pelatihan lompat katak merupakan suatu
latihan yang memanfaatkan kedua kaki
untuk melakukan gerakan melompat
seperti katak yang di lakukan berulang
kali. Dampak dari pelatihan akan terlihat
saat latihan yang berkesinambungan dan
terprogram dari pelatih tersebut.
Peneliti memakai metode pelatihan
quick leap dan lompat katak pada siswa
putra kelas IX di SMP Negeri 2 Payangan
dikarenakan prestasi atletik pada nomor
lompat dan loncat pada sekolah ini dapat
di bilang kurang, hal ini dapat dilihat dari
raihan prestasi SMP Negeri 2 Payangan
yang semakin menurun pada cabang
atletik lompat dan loncat. Dari Porseni
2010 sampai dengan 2013 SMP Negeri 2
Payangan belum mampu berbicara
banyak pada cabang ini, dari pengamatan
peneliti hal ini disebabkan oleh dua faktor,
faktor tersebut seperti : Metode latihan
yang tidak sesuai dengan tujuan prestasi,
serta pengambilan atlet hanya dengan
seleksi siswa yang menurut terbaik pada
salah satu cabang, dan sarana latihan
yang kurang memadai untuk melakukan
aktivitas latihan untuk siswa. Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
Graha (2010) yang menyatakan bahwa
ada pengaruh yang signifikan dari
pelatihan double leg speed hop terhadap
peningkatan daya ledak otot tungkai
(0,044 ≤ 0,05). Selain itu, Abraham (2011)
juga menyatakan bahwa pelatihan knee
tuck jump mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap peningkatan daya
ledak otot tungkai (tobservasi = 8,913 > ttabel =
1,833). Dari beberapa penelitian tersebut
di atas pada kesempatan ini peneliti
tertarik untuk meneliti terkait dengan
pelatihan quick leap dan lompat katak
terhadap daya ledak otot tungkai pada
siswa putra kelas IX SMP Negeri 2
Payangan.
METODE
Dalam penelitian ini rancangan
yang digunakan adalah “The randomized
pretest-posttest control group design”
(Kanca,I Nyoman 2010:94). Sampel
penelitian ini adalah siswa putra kelas XI
SMP Negeri 2 Payangan, kemudian
diberikan pre-test untuk mengukur daya
ledak otot tungkai dengan menggunakan
tes standing broad jump, berdasarkan
hasil tes, sampel dibagi menjadi tiga
kelompok dengan tehnik ordinal pairing
yaitu kelompok pelatihan quick leap dan
lompat katak serta kelompok kontrol.
Setelah program pelatihan selesai, maka
ketiga kelompok diberikan post-test yang
sama dengan test awal (pre-test).
Dalam penelitian ini, sampel
penelitian yang diberikan pelatihan quick
leap dan lompat katak adalah siswa putra
kelas XI SMP Negeri 2 Payangan yang
berjumlah 30 orang setelah dilakukan
pembagian kelompok. Instrumen yang
digunakan untuk mengukur kemampuan
Daya
ledak
otot
tungkai
adalah
menggunakan test standing broad jump
dengan validitas dan reliabilitas tes
sebesar 0,99. Lamanya pelatihan yang
diberikan dalam penelitian ini adalah
selama 4 minggu atau selama 12 kali
pelatihan, dengan frekuensi pelatihan 3
kali seminggu bertempat dilapangan
umum SMP Negeri 2 Payangan.
Sebelum melakukan analisis data
beberapa
persyaratan
yang
harus
dipenuhi adalah uji normalitas data dan uji
homogenitas data. Uji normalitas data
dimaksudkan
untuk
memperlihatkan
bahwa sampel penelitian berasal dari
populasi yang berdistribusi normal. Uji
normalitas data dalam penelitian ini
menggunakan teknik Kolmogorov-Smirnov
dengan bantuan komputer program
Statistic Program Service Solution (SPSS)
16,0 pada taraf signifikansi α = 0,05.
Kriteria pengambilan keputusan jika nilai
signifikansi yang diperoleh lebih besar dari
α = 0,05 (sig > α), maka variasi data pada
sampel penelitian berdistribusi normal,
sedangkan nilai signifikansi yang diperoleh
lebih kecil dari α = 0,05 (sig < α), maka
variasi data pada sampel penelitian tidak
berdistribusi normal.
Uji
homogenitas
data
dalam
penelitian ini menggunakan uji Levene
dengan bantuan komputer program SPSS
16,0 taraf signifikansi α = 0,05. Kriteria
pengambilan
keputusan
jika
nilai
signifikansi lebih besar dari α = 0,05 (sig >
α),
maka
variasi data
homogen,
sedangkan jika signifikansi lebih kecil dari
e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume I Tahun 2014 )
α = 0,05 (sig < α), maka variasi data tidak
homogen.
Uji hipotesis penelitian ini yaitu
pelatihan
quick leap dan
lompat
katakberpengaruh terhadap peningkatan
daya ledak otot tungkai menggunakan uji
anava satu jalur dengan bantuan
komputer program SPSS 16,0 pada taraf
signifikansi (α) = 0,05 untuk mengetahui
sejauh mana perbedaan pengaruh kedua
pelatihan tersebut. Kriteria pengambilan
keputusan jika nilai signifikansi F lebih
kecil dari α = 0,05 (F < α), maka terdapat
perbedaan yang bermakna dari masingmasing kelompok sedangkan jika nilai
signifikansi F lebih besar dari α = 0,05 (F >
α), maka tidak terdapat perbedaan yang
bermakna dari masing-masing kelompok .
Jika terdapat perbedaan yang
bermakna dari masing-masing kelompok
maka perlu dilakukan uji lanjut atau uji
pembanding berganda untuk mengetahui
pelatihan mana yang lebih baik antara
quick leap dan lompat katak terhadap
peningkatan daya ledak otot tungkai.
Dalam penelitian ini, jenis uji pembanding
yang dipergunakan adalah Uji Least
Significant Difference (LSD) dengan
bantuan komputer program SPSS 16,0
pada taraf signifikansi α = 0,05. Kriteria
pengambilan keputusan yaitu jika nilai
Sumber Data
Daya ledak otot
tungkai
1. Quick leap
2. Lompat
katak
3. Kontrol
signifikansi lebih besar dari α = 0,05 (sig
> α) maka hipotesis ditolak, sedangkan
jika nilai signifikansi lebih kecil dari α =
0,05 (sig < α) maka hipotesis diterima.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Peningkatan kondisi fisik pada
kelompok perlakuan diakibatkan oleh
pemberian pelatihan quick leap dan
lompat katak selama 4 minggu dengan 12
kali
pelatihan,
sedangkan
adanya
peningkatan pada variabel daya ledak otot
tungkai lebih diakibatkan oleh bentuk dan
peningkatan aktivitas olahraga yang
dilakukan oleh seluruh sampel penelitian
selama kegiatan berlangsung.
Pengujian terhadap normalitas data
penelitian dilakukan pada data gain score
dari data daya ledak otot tungkai pada
kelompok perlakuan quick leap, lompat
katak dan kelompok kontrol dengan
instrumen uji Kolmogorov-Smirnov dengan
bantuan komputer program SPSS 16,0
pada taraf signifikansi α = 0,05. Data akan
berdistribusi normal, jika nilai signifikansi
hitung untuk data daya ledak otot tungkai
yang diujikan lebih besar dari pada α =
0,05 (sig > 0,05). Rangkuman hasil uji
normalitas data tersebut pada tabel 1.
Tabel 1. Hasil Uji Normalitas Data
Kolmogorov Smirnov
Statistik
Df
Sig
.132
10
.200*
.200
10
.200*
.136
10
.200*
Dari hasil uji normalitas data
dengan instrumen uji Kolmogorov-Smirnov
program SPSS 16,0 diperoleh hasil
statistik 0.132 dan signifikansi 0,200 pada
kelompok perlakuan quick leap, statistik
0,200 dengan signifikansi 0,200 pada
kelompok perlakuan lompat katak, dan
statistik 0,136 dengan signifikansi 0,200
pada kelompok kontrol. Signifikansi hitung
untuk data pada variabel daya ledak otot
tungkai lebih besar dari pada α = 0,05 (sig
Keterangan
Normal
Normal
Normal
> 0,05) sehingga data yang diuji
merupakan data yang berdistribusi normal.
Uji homogenitas data dilakukan
terhadap data gain score daya ledak otot
tungkai
pada
kelompok
perlakuan
pelatihan quick leap, lompat katak dan
kelompok kontrol yang
menggunakan
instrumen uji Levene dengan bantuan
komputer program SPSS 16,0 pada taraf
signifikansi α = 0,05. Data yang diuji
berasal dari data yang homogen. Kriteria
e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume I Tahun 2014 )
otot tungkai lebih besar dari pada α = 0,05
(sig > 0,05) maka data yang diuji berasal
dari data yang homogen.
Tabel 2. Hasil Uji Homogenitas Data
pengambilan
keputusan
jika
nilai
signifikansi Levene dari data daya ledak
Sumber Data
Levene
Statistic
df 1
.526
2
Daya ledak otot
tungkai
Based on Mean
Based on Median
.523
Dari
hasil
uji
homogenitas
menggunakan instrumen uji Levene
dengan bantuan program SPSS 16,0
diperoleh
nilai
uji
0,526
dengan
signifikansi 0,597. Nilai signifikansi Levene
untuk variabel daya ledak otot tungkai
lebih besar dari α = 0,05 (sig > 0,05)
sehingga data yang diuji berasal dari data
yang homogenya.
Hipotesis pelatihan quick leap dan
lompat katak berpengaruh terhadap
df 2
Sig
Keterangan
Homogen
Homogen
2
27
.598
peningkatan daya ledak otot tungkai, diuji
menggunakan uji anava satu jalur dengan
bantuan komputer program SPSS 16,0
pada taraf signifikansi α = 0,05. Hipotesis
penelitian diterima apabila nilai uji anava
satu jalur memiliki signifikansi lebih kecil
dari α = 0,05 (sig < 0,05). Sedangkan
apabila nilai signifikansi hitung lebih besar
α (sig > 0,05), maka hipotesis ditolak.
27
.597
Tabel 3. Hasil Uji Anava Satu Jalur
Daya ledak
otot tungkai
Between
Groups
Within
Groups
Total
Sum of
Square
df
Mean
Square
F
Sig
3461.267
2
1730.633
11.918
.000
3920.600
27
145.207
29
7381.867
7381.867
Dari hasil uji anava satu jalur data
gain score daya ledak otot tungkai
diperoleh nilai F sebesar 11,918 dengan
signifikansi 0,00 lebih kecil dari α = 0,05
(sig < 0,05), sehingga hipotesis penelitian
terdapat perbedaan pengaruh yang
signifikan dari masing-masing kelompok.
Karena terdapat perbedaan pengaruh
antara pelatihan quick leap dan lompat
katak terhadap peningkatan daya ledak
otot tungkai, maka diuji lanjut atau uji
pembanding dengan instrumen uji Least
Significant Difference (LSD) dengan
bantuan komputer program SPSS 16,0
pada taraf signifikansi α = 0,05. Kriteria
pengambilan keputusan apabila nilai
signifikansi lebih kecil dari α = 0,05 (sig <
0,05), maka hipotesis diterima artinya
terdapat perbedaan yang signifikan.
Sedangkan apabila nilai signifikansi lebih
besar α = 0,05 (sig > 0,05), maka hipotesis
ditolak yang artinya tidak terdapat
perbedaan yang signifikan.
Untuk mengetahui pelatihan mana
yang lebih baik pengaruhnya terhadap
peningkatan daya ledak otot tungkai
dilakukan dengan cara membedakan nilai
terbesar pada mean difference atau
perbedaan rata-rata. Pelatihan yang mendapat nilai terbesar merupakan pelatihan
yang lebih baik pengaruhnya terhadap
peningkatan daya ledak otot tungkai. Data
yang diuji adalah data gain score
kelompok pelatihan quick leap, pelatihan
lompat katak dan kelompok kontrol untuk
peningkatan daya ledak otot tungkai. Hasil
uji dapat dilihat pada tabel 4.
e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume I Tahun 2014 )
Tabel 4. Hasil Uji LSD Data Daya ledak otot tungkai
Mean
(J)
Difference Std. Error Sig.
Kelompok
(I-J)
Quick Leap Lompat
-12.50000* 5.38901 .028
Katak
(I)
Kelompok
Lompat
Katak
Kontrol
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
-23.5573
-1.4427
Kontrol
Quick
Leap
13.80000* 5.38901
.016
2.7427
24.8573
12.50000* 5.38901
.028
1.4427
23.5573
Kontrol
Quick
Leap
26.30000* 5.38901
.000
15.2427
37.3573
-13.80000* 5.38901
.016
-24.8573
-2.7427
Lompat
-26.30000* 5.38901 .000
-37.3573
-15.2427
Katak
Dari hasil Mean Difference pada uji
merupakan suatu gerakan fisik atau
LSD daya ledak otot tungkai antara
aktivitas mental yang dilakukan secara
kelompok dapat disimpulkan:
sistematis dan berulang-ulang (repetitif)
dalam jangka waktu yang lama dengan
a. Pelatihan lompat katak lebih baik
pembebanan yang meningkat secara
dibandingkan pelatihan quick leap
progresif
yang
bertujuan
untuk
terhadap peningkatan daya ledak otot
memperbaiki sistem fungsi fisiologi dan
tungkai sebesar 12,50.
psikologis tubuh pada waktu melakukan
b. Pelatihan lompat katak lebih baik
aktivitas olahraga agar dapat mencapai
dibandingkan
kelompok
kontrol
hasil yang maksimal (Kanca, 2004: 50).
daya ledak (power) adalah kemampuan
terhadap peningkatan daya ledak otot
tungkai sebesar 26,30.
otot untuk mengatasi tahanan dengan
c. Pelatihan quick leap lebih baik
kontraksi yang sangat cepat (Yoda,
dibandingkan kelompok kontrol sebesar
2006:27).
Daya
ledak
menyangkut
13,80.
kekuatan dan kecepatan kontraksi otot
yang dinamis dan eksplosif serta
Hal ini menunjukkan adanya
melibatkan pengeluaran kekuatan otot
pengaruh dari pelatihan yang diberikan
yang maksimal dalam waktu yang
terhadap peningkatan daya ledak otot
secepat-cepatnya. Sehingga ada dua
tungkai
pada
sampel
penelitian.
komponen yang sangat penting di dalam
Peningkatan pada kelompok perlakuan
daya ledak, yaitu kekuatan otot dan
diakibatkan oleh pemberian pelatihan
kecepatan otot, maka daya ledak dapat
quick leap dan lompat katak selama 4
dimanipulasi atau ditingkatkan dengan
minggu dengan 12 kali pelatihan,
melalui meningkatkan kekuatan otot tanpa
sedangkan adanya peningkatan pada
mengabaikan
kecepatan
otot
atau
variabel daya ledak otot tungkai lebih
sebaliknya dapat meningkatkan kecepatan
diakibatkan oleh bentuk dan peningkatan
otot tanpa mengabaikan kekuatan otot.
aktivitas olahraga yang dilakukan oleh
Jadi, daya ledak otot tungkai adalah
seluruh sampel penelitian selama kegiatan
kemampuan
otot
tungkai
untuk
berlangsung.
mengerahkan kekuatan yang maksimal
dengan kontraksi yang sangat cepat atau
1) Pelatihan Quick leap Berpengaruh
singkat untuk dapat mengatasi beban
Terhadap Peningkatan Daya ledak otot
yang di dapat atau yang diberikan.
tungkai
Otot-otot tungkai dapat dibedakan
Secara teoritik hasil penelitian ini
atas otot pangkal paha, otot tungkai atas,
dapat
dijelaskan
bahwa
pelatihan
otot tungkai bawah dan otot kaki. Otot-otot
e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume I Tahun 2014 )
pangkal paha dan tungkai atas terdiri dari
otot bagian depan antara lain m. sartorius,
m. rectus femoris, m. vastus lateralis, m.
vastus medialis, m. adductor longus.
Sedangkan, pada bagian belakang
terdapat m. gluteus maximus, m. adductor
magnus,
m.
biceps
femoris,
m.
semitendinosus
dan
m.
semimembranosus. Beberapa otot tungkai
bawah antara lain m.peroneus longus,
m.tibialis
anterior,
m.gastrocnemius,
m.soleus, m. extensor digitorum longus.
Daya ledak sangat penting untuk
cabang olahraga yang memerlukan
gerakan eksplosif yang ditandai dengan
gerakan atau perubahan tiba-tiba yang
cepat, di mana tubuh terdorong ke atas
(vertikal) baik itu melompat maupun
meloncat ke depan (horisontal) dengan
mengerahkan kekuatan otot maksimal
seperti lari sprint, nomor-nomor lempar
dalam
atletik
atau
cabang-cabang
olahraga yang gerakannya didominasi
oleh meloncat. Sebagai salah satu
komponen-komponen kondisi fisik, daya
ledak otot tungkai dapat ditingkatkan
melalui program-program pelatihan yang
dirancang
secara
sistematis
dan
berkesinambungan dengan mengikuti
prinsip-prinsip dasar pelatihan yang tepat.
Latihan untuk semua lomba di cabang
lompat
dan
loncat
membutuhkan
peningkatan daya ledak otot tungkai. Pada
pelatihan
quick
leap
predominan
menggunakan sistem energi aerobik,
dimana daya tahan aerobik dikontrol oleh
kapasitas jantung, paru-paru, dan sistem
pernapasan untuk menyediakan oksigen
pada otot. Metode pelatihan quick leap
dengan diberikannya penambahan beban
secara bertahap dan progresif baik dari
set atau repetisi setiap latihan per minggu.
Sebagai bentuk pelatihan dengan sistem
energi anaerob, metode ini memiliki
pengaruh
yang
positif
terhadap
peningkatan daya ledak otot tungkai yang
merupakan faktor yang dominan dalam
menunjukkan
kemampuan
tubuh
seseorang serta kemampuan daya ledak
otot tungkai akan memberikan gambaran
terhadap besarnya kemampuan motorik
(motoric power). Pelatihan quick leap ini
merupakan
suatu
pelatihan
yang
menggunakan sistem energi predominan
anaerob yang memiliki ciri khusus, yaitu
kontraksi otot yang sangat kuat yang
merupakan respon dari pembebanan
dinamis yang cepat dari otot-otot yang
terlibat. Dengan adanya pembebanan
tersebut, akan mengakibatkan terjadinya
hipertrofi otot. Efek yang ditimbulkan dari
hipertrofi otot itu akan mengakibatkan
terjadinya peningkatan kekuatan otot
tungkai. Pernyataan ini diperkuat oleh
hasil penelitian dari Graha (2010) yang
menyatakan
bahwa
terjadinya
peningkatan kekuatan otot disebabkan
karena meningkatnya jumlah protein
kontraktil, filamen aktin dan miosin serta
meningkatkan kekuatan jaringan ikat dan
ligamen. Selain peningkatan kekuatan otot
tungkai, kecepatan otot tungkai juga akan
meningkat dengan adanya gerakan
meloncat yang dilakukan secara cepat dan
berulang-ulang. Sehingga dengan adanya
peningkatan
kekuatan
otot
serta
kecepatan otot tungkai ini, maka secara
langsung akan berpengaruh terhadap
peningkatan daya ledak otot tungkai. Hal
ini didasarkan atas dua unsur penting
yang ada di dalam daya ledak, yaitu
kekuatan otot dan kecepatan otot.
Mekanisme gerakan pelatihan
lompat katak dilakukan dengan cara posisi
badan berdiri, kedua kaki diregangkan
selebar bahu dan telapak tangan
menghadap ke bawah setinggi dada,
kemudian meloncat ke atas dengan cepat
dan gerakkan lutut ke atas ke arah dada
dan usahakan menyentuh telapak tangan
dan selanjutnya mendarat dengan kedua
kaki. Predominan sistem energi dalam
pelatihan lompat katak adalah sistem
energi anaerob.
Rangkaian
gerakan
pelatihan
lompat katak ini akan membuat otot
rangka berkontraksi dengan sangat kuat.
Kontraksi terjadi karena serabut otot
menangkap suatu aksi dari pelatihan
tersebut. Sehingga menimbulkan arus
listrik yang selanjutnya menyebar ke
dalam
serabut
otot
dan
akan
menyebabkan ion-ion kalsium terlepas
dari retikulum sarkoplasma. Dengan
adanya kontraksi tersebut, otot-otot
tungkai akan mendapatkan pembebanan
yang akan mengakibatkan terjadinya
peningkatan ukuran otot (hipertrofi otot).
e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume I Tahun 2014 )
Ketika otot mengalami hipertrofi, serabutserabut miofibril aktin dan miosin yang
berperan dalam proses kontraksi otot
mengalami penambahan dalam setiap
serabut otot. Dengan adanya peningkatan
jumlah filamen aktin dan filamen miosin
dalam setiap serat otot, maka akan
meningkatkan kekuatan otot tungkai
tersebut. Selain meningkatkan kekuatan
otot tungkai, kecepatan otot tungkai juga
akan meningkat dengan adanya gerakan
meloncat yang dilakukan secara cepat dan
berulang-ulang. Peningkatan kekuatan
dan kecepatan otot tungkai ini secara
langsung akan berpengaruh terhadap
peningkatan daya ledak otot tungkai.
Berdasarkan uraian di atas,
dengan melakukan pelatihan quick leap
secara terprogram dan sistematis selama
12 kali pertemuan atau selama 4 minggu
dengan frekuensi 3 kali dalam seminggu
dapat menyebabkan terjadinya hipertrofi
otot yang secara langsung akan
berpengaruh terhadap peningkatan daya
ledak otot tungkai.
2) Pelatihan Lompat Katak Berpengaruh
Terhadap Peningkatan daya Ledak
Otot Tungkai
Latihan fisik dapat memberikan
perubahan pada semua fungsi sistem
tubuh. Perubahan yang terjadi pada saat
latihan berlangsung disebut respon.
Sedangkan perubahan yang terjadi akibat
latihan
yang
terus-menerus
dan
terprogram sesuai dengan prinsip-prinsip
latihan disebut adaptasi. Semakin berat
aktivitas fisik yang dilakukan saat
berolahraga
maka
semakin
besar
kebutuhan oksigen di dalam tubuh, untuk
mengimbangi hal tersebut jantung dan
sistem peredaran darah harus bekerja
lebih untuk memenuhi kebutuhan oksigen
di jaringan tubuh.
Pada pelatihan lompat katak
predominan menggunakan sistem energi
anaerobik, dimana daya tahan anaerobik
dikontrol oleh kapasitas jantung, paruparu, dan sistem pernapasan untuk
menyediakan oksigen pada otot. Metode
pelatihan
lompat
katak
dengan
diberikannya penambahan beban secara
bertahap dan progresif baik dari set atau
repetisi setiap latihan per minggu. Sebagai
bentuk pelatihan dengan sistem energi
anaerob, metode ini memiliki pengaruh
yang positif terhadap peningkatan daya
ledak otot tungkai yang merupakan faktor
yang dominan dalam menunjukkan
kemampuan tubuh seseorang serta
kemampuan daya ledak otot tungkai akan
memberikan gambaran terhadap besarnya
kemampuan motorik (motoric power).
Daya ledak otot tungkai sangat besar
pengaruhnya terhadap fisik seseorang
yaitu dalam melakukan gerakan melompat
atau meloncat. Mekanisme gerakan
pelatihan lompat katak dilakukan dengan
cara posisi lutut sedikit di tekuk, kedua
kaki rapat dan tangan berada di samping
badan lurus, kemudian meloncat ke atas
dengan cepat menirukan gerakan katak
dengan tumit menyentuh pantat dan
selanjutnya mendarat dengan kedua kaki.
Predominan sistem energi dalam pelatihan
lompat katak adalah sistem energi
anaerob.
Rangkaian
gerakan
pelatihan
lompat kata ini akan membuat otot
berkontraksi
dengan
sangat
kuat.
Kontraksi terjadi karena serabut otot
menangkap suatu aksi dari pelatihan
tersebut. Sehingga menimbulkan arus
listrik yang selanjutnya menyebar ke
dalam
serabut
otot
dan
akan
menyebabkan ion-ion kalsium terlepas
dari retikulum sarkoplasma. Dengan
adanya kontraksi tersebut, otot-otot
tungkai akan mendapatkan pembebanan
yang akan mengakibatkan terjadinya
peningkatan ukuran otot (hipertrofi otot).
Ketika otot mengalami hipertrofi, serabutserabut miofibril aktin dan miosin yang
berperan dalam proses kontraksi otot
mengalami penambahan dalam setiap
serabut otot. Dengan adanya peningkatan
jumlah filamen aktin dan filamen miosin
dalam setiap serat otot, maka akan
meningkatkan kekuatan otot tungkai
tersebut. Selain meningkatkan kekuatan
otot tungkai, kecepatan otot tungkai juga
akan meningkat dengan adanya gerakan
melompat yang dilakukan secara cepat
dan berulang-ulang. Peningkatan kekuatan dan kecepatan otot tungkai ini secara
langsung akan berpengaruh terhadap
peningkatan daya ledak otot tungkai.
e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume I Tahun 2014 )
Dari uraian di atas menunjukkan
bahwa dengan melakukan pelatihan
lompat katak secara terprogram dan
sistematis selama 12 kali pertemuan atau
selama 4 minggu dengan frekuensi 3 kali
dalam seminggu dapat mengakibatkan
terjadinya peningkatan ukuran otot yang
secara langsung akan berpengaruh
terhadap peningkatan daya ledak otot
tungkai.
3) Pelatihan Lompat Katak Lebih Baik
Pengaruhnya Dibandingkan Pelatihan
Quick Leap Terhadap Peningkatan
Daya Ledak Otot Tungkai
Pelatihan quick leap dan lompat
katak merupakan pelatihan yang sangat
baik untuk meningkatkan daya ledak otot
tungkai. Pelatihan quick leap dan lompat
katak memiliki mekanisme pelatihan yang
berbeda. Perbedaan terbesarnya adalah
bahwa latihan lompat katak lebih banyak
frekuensi gerak yang akan menuntut lebih
banyak melibatkan kerja otot-otot tungkai,
serta menuntut otot untuk lebih keras
untuk bekerja. Maka dari itu, untuk meningkatkan kemampuan daya ledak otot
tungkai, pemberian pelatihan lompat katak
lebih baik pengaruhnya dibandingkan
pelatihan quick leap.
Dengan pelatihan quick leap dan
lompat katak ini akan membawa manfaat
positif bagi fisiologis dan anatomi tubuh,
tidak hanya dalam peningkatan daya ledak
otot tungkai tetapi juga peningkatan
sirkulasi dan sistem pembentukan energi
sehingga dapat berlatih lebih lama dan
lebih keras tanpa melelahkan diri.
Pengaruh lainnya yaitu memperbesar
kapasitas pengisi jantung dan daya
kontraksi yang bertambah berarti lebih
banyak darah yang terpompa pada setiap
denyutan,
menambah
vaskularisasi
jantung artinya meningkatkan masukan sel
darah merah ke otot-otot jantung,
menambah kadar darah dan sel darah
merah
yang
berarti
meningkatkan
kapasitas pengangkutan oksigen, serabut
otot lebih membesar.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis data dan
pembahasan, maka dalam penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa pelatihan quick
leap dan pelatihan
lompat katak
berpengaruh terhadap peningkatan daya
ledak otot tungkai, terdapat perbedaan
pengaruh antara pelatihan quick leap dan
lompat katak terhadap peningkatan daya
ledak otot tungkai, dan pelatihan lompat
katak
lebih
baik
pengaruhnya
dibandingkan
pelatihan
quick
leap
terhadap peningkatan daya ledak otot
tungkai pada siswa putra ekstrakurikuler
atletik SMA Negeri 3 Singaraja tahun
pelajaran 2013/2014.
Hal-hal yang dapat disarankan, yaitu
bagi pembina olahraga, pelatih olahraga,
guru penjasorkes dan atlet serta pelaku
olahraga lainnya dapat menggunakan
pelatihan quick leap dan lompat katak
yang terprogram dengan baik sebagai
salah satu alternatif untuk meningkatkan
unsur-unsur kesegaran jasmani dan bagi
peneliti lain, jika ingin melakukan
penelitian sejenis, agar menggunakan
variabel dan sampel atau sampel
penelitian
yang
berbeda,
dengan
memperhatikan
kelemahan-kelemahan
yang ada pada penelitian ini sebagai
bahan perbandingan.
DAFTAR PUSTAKA
Graha, Ali Satia. 2010. “Pengaruh Latihan
Pliometrik Single Leg Hop Dan Double
Leg Hop Terhadap Daya Ledak Otot
Tungkai Dan Waktu Tempuh Pelari 110
Meter
Gawang”.
Tersedia
pada
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pene
litian/CukupPahalawidi,M.Or./research.pdf
(diakses tanggal 5 november 2013)
Furqon H, M dan Muchsin Doewes. 2002.
Plaiometrik: Untuk Meningkatkan Power.
Surakarta:
Program
Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret.
Kanca, I Nyoman. 2004. Pengaruh
Pelatihan Fisik Aerobik Dan Anaerobik
Terhadap Absorpsi Karbohidrat Dan
Protein Diusus Halus Rattus Norvegicus
Strain Wistar. Disertasi (Tidak Diterbitkan).
Program
Pascasarjana,
Universitas
Airlangga Surabaya.
e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume I Tahun 2014 )
-------.
2010.
Metode
Penelitian
Pengajaran Pendidikan Jasmani Dan
Olahraga. (Tidak Diterbitkan). Fakultas
Olahraga Dan Kesehatan, Universitas
Ganesha.
Sajoto.
1995.
Peningkatan
dan
Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik dalam
Olahraga. Jakarta : Dahara Prize.
Widiastuti. 2011. Tes dan Pengukuran
Olahraga. Jakarta. PT Bumi Timur Jaya.
Yoda, I Ketut. 2006. Buku ajar
peningkatan
kondisi
fisik(tidak
di
terbitkan).
Singaraja:
IKIP
Negeri
Singaraja.
Download