e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume I Tahun 2014 ) PENGARUH PELATIHAN QUICK LEAP DAN LOMPAT KATAK TERHADAP PENINGKATAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI I Wayan Lenu Jumata, I Gusti Lanang Agung Parwata, Gede Doddy Tisna MS Jurusan Ilmu Keolahragaan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: {[email protected], [email protected], [email protected] } @undiksha.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan quick leap dan lompat katak terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai pada siswa putra kelas XI SMP Negeri 2 Payangan. Jenis penelitian adalah eksperimen sungguhan dengan rancangan “ The randomized pretest-posttest control group design”. Sampel penelitian adalah siswa putra kelas XI SMP Negeri 2 Payangan tahun pelajaran 2013/2014. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini tes standing broad jump untuk mengukur daya ledak otot tungkai. Data dianalisis dengan uji anava satu jalur taraf signifikansi α = 0,05 bantuan komputer program SPSS 16,0. Hasil analisis data menggunakan uji anava satu jalur pada variabel daya ledak otot tungkai diperoleh nilai signifikansi lebih kecil dari nilai α = 0,05 sebesar 0,00 sehingga hipotesis terdapat perbedaan pengaruh antara pelatihan quick leap dan lompat katak terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai, diterima. Berdasarkan hasil uji LSD, pelatihan quick leap berpengaruh terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai dengan mean difference 13.80, pelatihan lompat katak berpengaruh terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai dengan mean difference 26.30, dan pelatihan lompat katak mempunyai pengaruh lebih baik dari pada quick leap terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai dengan mean difference 12.50. Dari hasil analisis data dan pembahasan disimpulkan bahwa; pelatihan quick leap dan lompat katak berpengaruh terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai, terdapat perbedaan pengaruh antara pelatihan quick leap dan lompat katak terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai, dan pelatihan lompat katak lebih baik pengaruhnya dibandingkan quick leap terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai. Kata kunci: Pelatihan quick leap, pelatihan lompat katak, daya ledak otot tungkai. Abstract This study is aimed at determining the effect of quick leap and leap frog in improving men’s leg muscle explosive power of the ninth grade students of SMP Negeri 2 Payangan. This experiment study used “The randomized pretest-posttest control group design”. The samples of the study were the ninth grade students of SMP Negeri 2 Payangan in the academic year 2012/2013. The instrument was test of standing broad jump to measure the leg muscle explosive power. The data was analyzed by one way ANAVA α = 0.05 through SPSS 16.0. The result of the analysis showed that in the variable of leg muscle explosive the significant value = 0.00 α = 0.05, the hypothesis of there is different between quick leap and frog leap in improving leg muscle explosive is accepted. (1) Based on the LSD test, quick leap and frog leap affect the leg muscle explosive with mean different 13.80. (2) Frog leap training improves the leg muscle explosive, mean difference 26.30. (3) Frog leap training is better than quick leap in improving leg muscle explosive, mean difference 12.50. Based on data analysis and the discussion, it can be concluded that (1) quick leap training and frog leap affect leg muscle explosive; (2) there is different between quick leap training and frog leap in the improvement of leg muscle explosive; (3) frog leap training is better than quick leap in improving leg muscle explosive. Keywords: quick leap training, frog leap training, leg muscle exlposive. e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume I Tahun 2014 ) PENDAHULUAN Dewasa ini, prestasi dalam bidang olahraga dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan pembangunan suatu bangsa. Dalam suatu aktivitas olahraga yang dilakukan oleh manusia untuk meraih sebuah prestasi diperlukan suatu teknik untuk peningkatan dari hasil suatu cabang olahraga, teknik yang dilakukan misalnya dengan melakukan pelatihan yang sesuai dengan cabang olahraga dan program pelatihan yang pasti dan berkesinambungan dengan set dan repetisi yang semakin meningkat. Sukses dalam arena kompetisi adalah hasil dari perencanaan, kerja keras, dan komitmen, serta tentunya dengan latihan. Sukses atlet adalah individu yang dilatih dalam aktivitas fisik yang dirancang dengan baik, program latihan yang berlangsung dalam jangka yang panjang (tidak dilakukan secara instan) sehingga dapat menampilkan prestasi yang istimewa (excellence). Pelatihan juga di upayakan secara teratur dan berkesinambungan guna memperoleh hasil yang di inginkan oleh pelatih atau sang atlet itu sendiri. Prestasi olahraga merupakan puncak penampilan atlet yang dicapai dalam suatu pertandingan atau perlombaan, setelah melalui berbagai macam latihan dan uji coba. Jadi sudah selayaknya kita berusaha untuk mengembangkan potensi-potensi pada diri kita yang nantinya akan berujung pada tujuan utama yaitu mencapai prestasi sesuai cabang olahraga yang kita geluti. Menurut Sajoto (1995: 11) faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan pencapaian suatu prestasi seseorang diantaranya: aspek biologis (potensi, fungsi organ tubuh, dan struktur tubuh), aspek psikologis (intelektual, motivasi, kepribadian, koordinasi kerja otot dan syaraf), aspek lingkungan (lingkungan sosial, sarana dan prasarana, cuaca dan keluarga), aspek penunjang (pelatih, program pelatihan, dana, dan penghargaaan). Sebagai seorang atlet, guna menunjang pencapaian prestasi yang setinggi- tingginya tersebut, maka diperlukan tingkat kesempurnaan fisik yang prima. Kesempurnaan fisik yang prima yaitu tingkat kebugaran jasmani yang diperlukan atlet baik dalam meningkatkan maupun mempertahankan prestasi. Peningkatan prestasi seorang atlet dipengaruhi oleh dua faktor diantaranya: 1) faktor internal, yaitu faktor yang ditentukan oleh keadaan yang ada pada diri sendiri seperti minat, semangat, 2) faktor eksternal yaitu faktor yang ditentukan oleh keadaan yang ada di luar diri kita seperti sarana dan prasarana penunjang. Dalam peningkatan prestasi seorang atlet harus ditunjang dengan adanya pelatihan yang dilakukan secara sistematik, terperinci, dan terprogram sesuai dengan prinsip-prinsip latihan yang akurat, dan berdasarkan atas IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) sebagai dasar acuan dalam membuat suatu program latihan yang sesuai dengan atlet sehingga pelatihan yang diberikan bersifat variatif sesuai tujuan dari peningkatan prestasi yang ingin dicapai. Dalam suatu cabang olahraga atletik cabang lompat dan loncat, sangat diperlukan pelatihan untuk peningkatan daya ledak otot tungkai yang maksimal dari atlet. Dalam gerakan melompat sasaran pelatihan pada organ tubuh adalah tungkai bagian bawah dan otot yang berperan dalamgerakan melompat, pelatihan yang diperlukan adalah pelatihan yang dapat meningkatkan daya ledak otot dari organ tubuh dalam melakukan gerakan melompat dan meloncat. Dari beberapa solusi latihan, pelatihan quick leap dan lompat katak dapat digunakan untuk pelatihan peningkatan daya ledak otot tungkai. Pelatihan quick leap termasuk kedalam pelatihan plaiometrik dengan gerakan tergolong dalam gerak leaping. Latihan ini memerlukan permukaan pendaratan yang agak lunak, seperti rumput, atau matras gulat dan bangku, tempat duduk tanpa sandaran, atau kotak dengan ketinggian kira-kira 12-24 inci. Kelompok otot utama yang dipengaruhi adalah fleksors pinggul, quadriceps, hamstrings, gluteals, punggung bagian bawah dan shoulder girdle. Latihan ini sangat bermanfaat untuk cabang olahraga voli, atletik, sepak bola, bola basket, loncat e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume I Tahun 2014 ) indah, dan angkat besi. Sedangkan pelatihan lompat katak merupakan suatu latihan yang memanfaatkan kedua kaki untuk melakukan gerakan melompat seperti katak yang di lakukan berulang kali. Dampak dari pelatihan akan terlihat saat latihan yang berkesinambungan dan terprogram dari pelatih tersebut. Peneliti memakai metode pelatihan quick leap dan lompat katak pada siswa putra kelas IX di SMP Negeri 2 Payangan dikarenakan prestasi atletik pada nomor lompat dan loncat pada sekolah ini dapat di bilang kurang, hal ini dapat dilihat dari raihan prestasi SMP Negeri 2 Payangan yang semakin menurun pada cabang atletik lompat dan loncat. Dari Porseni 2010 sampai dengan 2013 SMP Negeri 2 Payangan belum mampu berbicara banyak pada cabang ini, dari pengamatan peneliti hal ini disebabkan oleh dua faktor, faktor tersebut seperti : Metode latihan yang tidak sesuai dengan tujuan prestasi, serta pengambilan atlet hanya dengan seleksi siswa yang menurut terbaik pada salah satu cabang, dan sarana latihan yang kurang memadai untuk melakukan aktivitas latihan untuk siswa. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Graha (2010) yang menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari pelatihan double leg speed hop terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai (0,044 ≤ 0,05). Selain itu, Abraham (2011) juga menyatakan bahwa pelatihan knee tuck jump mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai (tobservasi = 8,913 > ttabel = 1,833). Dari beberapa penelitian tersebut di atas pada kesempatan ini peneliti tertarik untuk meneliti terkait dengan pelatihan quick leap dan lompat katak terhadap daya ledak otot tungkai pada siswa putra kelas IX SMP Negeri 2 Payangan. METODE Dalam penelitian ini rancangan yang digunakan adalah “The randomized pretest-posttest control group design” (Kanca,I Nyoman 2010:94). Sampel penelitian ini adalah siswa putra kelas XI SMP Negeri 2 Payangan, kemudian diberikan pre-test untuk mengukur daya ledak otot tungkai dengan menggunakan tes standing broad jump, berdasarkan hasil tes, sampel dibagi menjadi tiga kelompok dengan tehnik ordinal pairing yaitu kelompok pelatihan quick leap dan lompat katak serta kelompok kontrol. Setelah program pelatihan selesai, maka ketiga kelompok diberikan post-test yang sama dengan test awal (pre-test). Dalam penelitian ini, sampel penelitian yang diberikan pelatihan quick leap dan lompat katak adalah siswa putra kelas XI SMP Negeri 2 Payangan yang berjumlah 30 orang setelah dilakukan pembagian kelompok. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan Daya ledak otot tungkai adalah menggunakan test standing broad jump dengan validitas dan reliabilitas tes sebesar 0,99. Lamanya pelatihan yang diberikan dalam penelitian ini adalah selama 4 minggu atau selama 12 kali pelatihan, dengan frekuensi pelatihan 3 kali seminggu bertempat dilapangan umum SMP Negeri 2 Payangan. Sebelum melakukan analisis data beberapa persyaratan yang harus dipenuhi adalah uji normalitas data dan uji homogenitas data. Uji normalitas data dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa sampel penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan teknik Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan komputer program Statistic Program Service Solution (SPSS) 16,0 pada taraf signifikansi α = 0,05. Kriteria pengambilan keputusan jika nilai signifikansi yang diperoleh lebih besar dari α = 0,05 (sig > α), maka variasi data pada sampel penelitian berdistribusi normal, sedangkan nilai signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari α = 0,05 (sig < α), maka variasi data pada sampel penelitian tidak berdistribusi normal. Uji homogenitas data dalam penelitian ini menggunakan uji Levene dengan bantuan komputer program SPSS 16,0 taraf signifikansi α = 0,05. Kriteria pengambilan keputusan jika nilai signifikansi lebih besar dari α = 0,05 (sig > α), maka variasi data homogen, sedangkan jika signifikansi lebih kecil dari e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume I Tahun 2014 ) α = 0,05 (sig < α), maka variasi data tidak homogen. Uji hipotesis penelitian ini yaitu pelatihan quick leap dan lompat katakberpengaruh terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai menggunakan uji anava satu jalur dengan bantuan komputer program SPSS 16,0 pada taraf signifikansi (α) = 0,05 untuk mengetahui sejauh mana perbedaan pengaruh kedua pelatihan tersebut. Kriteria pengambilan keputusan jika nilai signifikansi F lebih kecil dari α = 0,05 (F < α), maka terdapat perbedaan yang bermakna dari masingmasing kelompok sedangkan jika nilai signifikansi F lebih besar dari α = 0,05 (F > α), maka tidak terdapat perbedaan yang bermakna dari masing-masing kelompok . Jika terdapat perbedaan yang bermakna dari masing-masing kelompok maka perlu dilakukan uji lanjut atau uji pembanding berganda untuk mengetahui pelatihan mana yang lebih baik antara quick leap dan lompat katak terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai. Dalam penelitian ini, jenis uji pembanding yang dipergunakan adalah Uji Least Significant Difference (LSD) dengan bantuan komputer program SPSS 16,0 pada taraf signifikansi α = 0,05. Kriteria pengambilan keputusan yaitu jika nilai Sumber Data Daya ledak otot tungkai 1. Quick leap 2. Lompat katak 3. Kontrol signifikansi lebih besar dari α = 0,05 (sig > α) maka hipotesis ditolak, sedangkan jika nilai signifikansi lebih kecil dari α = 0,05 (sig < α) maka hipotesis diterima. HASIL DAN PEMBAHASAN Peningkatan kondisi fisik pada kelompok perlakuan diakibatkan oleh pemberian pelatihan quick leap dan lompat katak selama 4 minggu dengan 12 kali pelatihan, sedangkan adanya peningkatan pada variabel daya ledak otot tungkai lebih diakibatkan oleh bentuk dan peningkatan aktivitas olahraga yang dilakukan oleh seluruh sampel penelitian selama kegiatan berlangsung. Pengujian terhadap normalitas data penelitian dilakukan pada data gain score dari data daya ledak otot tungkai pada kelompok perlakuan quick leap, lompat katak dan kelompok kontrol dengan instrumen uji Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan komputer program SPSS 16,0 pada taraf signifikansi α = 0,05. Data akan berdistribusi normal, jika nilai signifikansi hitung untuk data daya ledak otot tungkai yang diujikan lebih besar dari pada α = 0,05 (sig > 0,05). Rangkuman hasil uji normalitas data tersebut pada tabel 1. Tabel 1. Hasil Uji Normalitas Data Kolmogorov Smirnov Statistik Df Sig .132 10 .200* .200 10 .200* .136 10 .200* Dari hasil uji normalitas data dengan instrumen uji Kolmogorov-Smirnov program SPSS 16,0 diperoleh hasil statistik 0.132 dan signifikansi 0,200 pada kelompok perlakuan quick leap, statistik 0,200 dengan signifikansi 0,200 pada kelompok perlakuan lompat katak, dan statistik 0,136 dengan signifikansi 0,200 pada kelompok kontrol. Signifikansi hitung untuk data pada variabel daya ledak otot tungkai lebih besar dari pada α = 0,05 (sig Keterangan Normal Normal Normal > 0,05) sehingga data yang diuji merupakan data yang berdistribusi normal. Uji homogenitas data dilakukan terhadap data gain score daya ledak otot tungkai pada kelompok perlakuan pelatihan quick leap, lompat katak dan kelompok kontrol yang menggunakan instrumen uji Levene dengan bantuan komputer program SPSS 16,0 pada taraf signifikansi α = 0,05. Data yang diuji berasal dari data yang homogen. Kriteria e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume I Tahun 2014 ) otot tungkai lebih besar dari pada α = 0,05 (sig > 0,05) maka data yang diuji berasal dari data yang homogen. Tabel 2. Hasil Uji Homogenitas Data pengambilan keputusan jika nilai signifikansi Levene dari data daya ledak Sumber Data Levene Statistic df 1 .526 2 Daya ledak otot tungkai Based on Mean Based on Median .523 Dari hasil uji homogenitas menggunakan instrumen uji Levene dengan bantuan program SPSS 16,0 diperoleh nilai uji 0,526 dengan signifikansi 0,597. Nilai signifikansi Levene untuk variabel daya ledak otot tungkai lebih besar dari α = 0,05 (sig > 0,05) sehingga data yang diuji berasal dari data yang homogenya. Hipotesis pelatihan quick leap dan lompat katak berpengaruh terhadap df 2 Sig Keterangan Homogen Homogen 2 27 .598 peningkatan daya ledak otot tungkai, diuji menggunakan uji anava satu jalur dengan bantuan komputer program SPSS 16,0 pada taraf signifikansi α = 0,05. Hipotesis penelitian diterima apabila nilai uji anava satu jalur memiliki signifikansi lebih kecil dari α = 0,05 (sig < 0,05). Sedangkan apabila nilai signifikansi hitung lebih besar α (sig > 0,05), maka hipotesis ditolak. 27 .597 Tabel 3. Hasil Uji Anava Satu Jalur Daya ledak otot tungkai Between Groups Within Groups Total Sum of Square df Mean Square F Sig 3461.267 2 1730.633 11.918 .000 3920.600 27 145.207 29 7381.867 7381.867 Dari hasil uji anava satu jalur data gain score daya ledak otot tungkai diperoleh nilai F sebesar 11,918 dengan signifikansi 0,00 lebih kecil dari α = 0,05 (sig < 0,05), sehingga hipotesis penelitian terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan dari masing-masing kelompok. Karena terdapat perbedaan pengaruh antara pelatihan quick leap dan lompat katak terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai, maka diuji lanjut atau uji pembanding dengan instrumen uji Least Significant Difference (LSD) dengan bantuan komputer program SPSS 16,0 pada taraf signifikansi α = 0,05. Kriteria pengambilan keputusan apabila nilai signifikansi lebih kecil dari α = 0,05 (sig < 0,05), maka hipotesis diterima artinya terdapat perbedaan yang signifikan. Sedangkan apabila nilai signifikansi lebih besar α = 0,05 (sig > 0,05), maka hipotesis ditolak yang artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Untuk mengetahui pelatihan mana yang lebih baik pengaruhnya terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai dilakukan dengan cara membedakan nilai terbesar pada mean difference atau perbedaan rata-rata. Pelatihan yang mendapat nilai terbesar merupakan pelatihan yang lebih baik pengaruhnya terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai. Data yang diuji adalah data gain score kelompok pelatihan quick leap, pelatihan lompat katak dan kelompok kontrol untuk peningkatan daya ledak otot tungkai. Hasil uji dapat dilihat pada tabel 4. e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume I Tahun 2014 ) Tabel 4. Hasil Uji LSD Data Daya ledak otot tungkai Mean (J) Difference Std. Error Sig. Kelompok (I-J) Quick Leap Lompat -12.50000* 5.38901 .028 Katak (I) Kelompok Lompat Katak Kontrol 95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound -23.5573 -1.4427 Kontrol Quick Leap 13.80000* 5.38901 .016 2.7427 24.8573 12.50000* 5.38901 .028 1.4427 23.5573 Kontrol Quick Leap 26.30000* 5.38901 .000 15.2427 37.3573 -13.80000* 5.38901 .016 -24.8573 -2.7427 Lompat -26.30000* 5.38901 .000 -37.3573 -15.2427 Katak Dari hasil Mean Difference pada uji merupakan suatu gerakan fisik atau LSD daya ledak otot tungkai antara aktivitas mental yang dilakukan secara kelompok dapat disimpulkan: sistematis dan berulang-ulang (repetitif) dalam jangka waktu yang lama dengan a. Pelatihan lompat katak lebih baik pembebanan yang meningkat secara dibandingkan pelatihan quick leap progresif yang bertujuan untuk terhadap peningkatan daya ledak otot memperbaiki sistem fungsi fisiologi dan tungkai sebesar 12,50. psikologis tubuh pada waktu melakukan b. Pelatihan lompat katak lebih baik aktivitas olahraga agar dapat mencapai dibandingkan kelompok kontrol hasil yang maksimal (Kanca, 2004: 50). daya ledak (power) adalah kemampuan terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai sebesar 26,30. otot untuk mengatasi tahanan dengan c. Pelatihan quick leap lebih baik kontraksi yang sangat cepat (Yoda, dibandingkan kelompok kontrol sebesar 2006:27). Daya ledak menyangkut 13,80. kekuatan dan kecepatan kontraksi otot yang dinamis dan eksplosif serta Hal ini menunjukkan adanya melibatkan pengeluaran kekuatan otot pengaruh dari pelatihan yang diberikan yang maksimal dalam waktu yang terhadap peningkatan daya ledak otot secepat-cepatnya. Sehingga ada dua tungkai pada sampel penelitian. komponen yang sangat penting di dalam Peningkatan pada kelompok perlakuan daya ledak, yaitu kekuatan otot dan diakibatkan oleh pemberian pelatihan kecepatan otot, maka daya ledak dapat quick leap dan lompat katak selama 4 dimanipulasi atau ditingkatkan dengan minggu dengan 12 kali pelatihan, melalui meningkatkan kekuatan otot tanpa sedangkan adanya peningkatan pada mengabaikan kecepatan otot atau variabel daya ledak otot tungkai lebih sebaliknya dapat meningkatkan kecepatan diakibatkan oleh bentuk dan peningkatan otot tanpa mengabaikan kekuatan otot. aktivitas olahraga yang dilakukan oleh Jadi, daya ledak otot tungkai adalah seluruh sampel penelitian selama kegiatan kemampuan otot tungkai untuk berlangsung. mengerahkan kekuatan yang maksimal dengan kontraksi yang sangat cepat atau 1) Pelatihan Quick leap Berpengaruh singkat untuk dapat mengatasi beban Terhadap Peningkatan Daya ledak otot yang di dapat atau yang diberikan. tungkai Otot-otot tungkai dapat dibedakan Secara teoritik hasil penelitian ini atas otot pangkal paha, otot tungkai atas, dapat dijelaskan bahwa pelatihan otot tungkai bawah dan otot kaki. Otot-otot e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume I Tahun 2014 ) pangkal paha dan tungkai atas terdiri dari otot bagian depan antara lain m. sartorius, m. rectus femoris, m. vastus lateralis, m. vastus medialis, m. adductor longus. Sedangkan, pada bagian belakang terdapat m. gluteus maximus, m. adductor magnus, m. biceps femoris, m. semitendinosus dan m. semimembranosus. Beberapa otot tungkai bawah antara lain m.peroneus longus, m.tibialis anterior, m.gastrocnemius, m.soleus, m. extensor digitorum longus. Daya ledak sangat penting untuk cabang olahraga yang memerlukan gerakan eksplosif yang ditandai dengan gerakan atau perubahan tiba-tiba yang cepat, di mana tubuh terdorong ke atas (vertikal) baik itu melompat maupun meloncat ke depan (horisontal) dengan mengerahkan kekuatan otot maksimal seperti lari sprint, nomor-nomor lempar dalam atletik atau cabang-cabang olahraga yang gerakannya didominasi oleh meloncat. Sebagai salah satu komponen-komponen kondisi fisik, daya ledak otot tungkai dapat ditingkatkan melalui program-program pelatihan yang dirancang secara sistematis dan berkesinambungan dengan mengikuti prinsip-prinsip dasar pelatihan yang tepat. Latihan untuk semua lomba di cabang lompat dan loncat membutuhkan peningkatan daya ledak otot tungkai. Pada pelatihan quick leap predominan menggunakan sistem energi aerobik, dimana daya tahan aerobik dikontrol oleh kapasitas jantung, paru-paru, dan sistem pernapasan untuk menyediakan oksigen pada otot. Metode pelatihan quick leap dengan diberikannya penambahan beban secara bertahap dan progresif baik dari set atau repetisi setiap latihan per minggu. Sebagai bentuk pelatihan dengan sistem energi anaerob, metode ini memiliki pengaruh yang positif terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai yang merupakan faktor yang dominan dalam menunjukkan kemampuan tubuh seseorang serta kemampuan daya ledak otot tungkai akan memberikan gambaran terhadap besarnya kemampuan motorik (motoric power). Pelatihan quick leap ini merupakan suatu pelatihan yang menggunakan sistem energi predominan anaerob yang memiliki ciri khusus, yaitu kontraksi otot yang sangat kuat yang merupakan respon dari pembebanan dinamis yang cepat dari otot-otot yang terlibat. Dengan adanya pembebanan tersebut, akan mengakibatkan terjadinya hipertrofi otot. Efek yang ditimbulkan dari hipertrofi otot itu akan mengakibatkan terjadinya peningkatan kekuatan otot tungkai. Pernyataan ini diperkuat oleh hasil penelitian dari Graha (2010) yang menyatakan bahwa terjadinya peningkatan kekuatan otot disebabkan karena meningkatnya jumlah protein kontraktil, filamen aktin dan miosin serta meningkatkan kekuatan jaringan ikat dan ligamen. Selain peningkatan kekuatan otot tungkai, kecepatan otot tungkai juga akan meningkat dengan adanya gerakan meloncat yang dilakukan secara cepat dan berulang-ulang. Sehingga dengan adanya peningkatan kekuatan otot serta kecepatan otot tungkai ini, maka secara langsung akan berpengaruh terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai. Hal ini didasarkan atas dua unsur penting yang ada di dalam daya ledak, yaitu kekuatan otot dan kecepatan otot. Mekanisme gerakan pelatihan lompat katak dilakukan dengan cara posisi badan berdiri, kedua kaki diregangkan selebar bahu dan telapak tangan menghadap ke bawah setinggi dada, kemudian meloncat ke atas dengan cepat dan gerakkan lutut ke atas ke arah dada dan usahakan menyentuh telapak tangan dan selanjutnya mendarat dengan kedua kaki. Predominan sistem energi dalam pelatihan lompat katak adalah sistem energi anaerob. Rangkaian gerakan pelatihan lompat katak ini akan membuat otot rangka berkontraksi dengan sangat kuat. Kontraksi terjadi karena serabut otot menangkap suatu aksi dari pelatihan tersebut. Sehingga menimbulkan arus listrik yang selanjutnya menyebar ke dalam serabut otot dan akan menyebabkan ion-ion kalsium terlepas dari retikulum sarkoplasma. Dengan adanya kontraksi tersebut, otot-otot tungkai akan mendapatkan pembebanan yang akan mengakibatkan terjadinya peningkatan ukuran otot (hipertrofi otot). e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume I Tahun 2014 ) Ketika otot mengalami hipertrofi, serabutserabut miofibril aktin dan miosin yang berperan dalam proses kontraksi otot mengalami penambahan dalam setiap serabut otot. Dengan adanya peningkatan jumlah filamen aktin dan filamen miosin dalam setiap serat otot, maka akan meningkatkan kekuatan otot tungkai tersebut. Selain meningkatkan kekuatan otot tungkai, kecepatan otot tungkai juga akan meningkat dengan adanya gerakan meloncat yang dilakukan secara cepat dan berulang-ulang. Peningkatan kekuatan dan kecepatan otot tungkai ini secara langsung akan berpengaruh terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai. Berdasarkan uraian di atas, dengan melakukan pelatihan quick leap secara terprogram dan sistematis selama 12 kali pertemuan atau selama 4 minggu dengan frekuensi 3 kali dalam seminggu dapat menyebabkan terjadinya hipertrofi otot yang secara langsung akan berpengaruh terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai. 2) Pelatihan Lompat Katak Berpengaruh Terhadap Peningkatan daya Ledak Otot Tungkai Latihan fisik dapat memberikan perubahan pada semua fungsi sistem tubuh. Perubahan yang terjadi pada saat latihan berlangsung disebut respon. Sedangkan perubahan yang terjadi akibat latihan yang terus-menerus dan terprogram sesuai dengan prinsip-prinsip latihan disebut adaptasi. Semakin berat aktivitas fisik yang dilakukan saat berolahraga maka semakin besar kebutuhan oksigen di dalam tubuh, untuk mengimbangi hal tersebut jantung dan sistem peredaran darah harus bekerja lebih untuk memenuhi kebutuhan oksigen di jaringan tubuh. Pada pelatihan lompat katak predominan menggunakan sistem energi anaerobik, dimana daya tahan anaerobik dikontrol oleh kapasitas jantung, paruparu, dan sistem pernapasan untuk menyediakan oksigen pada otot. Metode pelatihan lompat katak dengan diberikannya penambahan beban secara bertahap dan progresif baik dari set atau repetisi setiap latihan per minggu. Sebagai bentuk pelatihan dengan sistem energi anaerob, metode ini memiliki pengaruh yang positif terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai yang merupakan faktor yang dominan dalam menunjukkan kemampuan tubuh seseorang serta kemampuan daya ledak otot tungkai akan memberikan gambaran terhadap besarnya kemampuan motorik (motoric power). Daya ledak otot tungkai sangat besar pengaruhnya terhadap fisik seseorang yaitu dalam melakukan gerakan melompat atau meloncat. Mekanisme gerakan pelatihan lompat katak dilakukan dengan cara posisi lutut sedikit di tekuk, kedua kaki rapat dan tangan berada di samping badan lurus, kemudian meloncat ke atas dengan cepat menirukan gerakan katak dengan tumit menyentuh pantat dan selanjutnya mendarat dengan kedua kaki. Predominan sistem energi dalam pelatihan lompat katak adalah sistem energi anaerob. Rangkaian gerakan pelatihan lompat kata ini akan membuat otot berkontraksi dengan sangat kuat. Kontraksi terjadi karena serabut otot menangkap suatu aksi dari pelatihan tersebut. Sehingga menimbulkan arus listrik yang selanjutnya menyebar ke dalam serabut otot dan akan menyebabkan ion-ion kalsium terlepas dari retikulum sarkoplasma. Dengan adanya kontraksi tersebut, otot-otot tungkai akan mendapatkan pembebanan yang akan mengakibatkan terjadinya peningkatan ukuran otot (hipertrofi otot). Ketika otot mengalami hipertrofi, serabutserabut miofibril aktin dan miosin yang berperan dalam proses kontraksi otot mengalami penambahan dalam setiap serabut otot. Dengan adanya peningkatan jumlah filamen aktin dan filamen miosin dalam setiap serat otot, maka akan meningkatkan kekuatan otot tungkai tersebut. Selain meningkatkan kekuatan otot tungkai, kecepatan otot tungkai juga akan meningkat dengan adanya gerakan melompat yang dilakukan secara cepat dan berulang-ulang. Peningkatan kekuatan dan kecepatan otot tungkai ini secara langsung akan berpengaruh terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai. e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume I Tahun 2014 ) Dari uraian di atas menunjukkan bahwa dengan melakukan pelatihan lompat katak secara terprogram dan sistematis selama 12 kali pertemuan atau selama 4 minggu dengan frekuensi 3 kali dalam seminggu dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan ukuran otot yang secara langsung akan berpengaruh terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai. 3) Pelatihan Lompat Katak Lebih Baik Pengaruhnya Dibandingkan Pelatihan Quick Leap Terhadap Peningkatan Daya Ledak Otot Tungkai Pelatihan quick leap dan lompat katak merupakan pelatihan yang sangat baik untuk meningkatkan daya ledak otot tungkai. Pelatihan quick leap dan lompat katak memiliki mekanisme pelatihan yang berbeda. Perbedaan terbesarnya adalah bahwa latihan lompat katak lebih banyak frekuensi gerak yang akan menuntut lebih banyak melibatkan kerja otot-otot tungkai, serta menuntut otot untuk lebih keras untuk bekerja. Maka dari itu, untuk meningkatkan kemampuan daya ledak otot tungkai, pemberian pelatihan lompat katak lebih baik pengaruhnya dibandingkan pelatihan quick leap. Dengan pelatihan quick leap dan lompat katak ini akan membawa manfaat positif bagi fisiologis dan anatomi tubuh, tidak hanya dalam peningkatan daya ledak otot tungkai tetapi juga peningkatan sirkulasi dan sistem pembentukan energi sehingga dapat berlatih lebih lama dan lebih keras tanpa melelahkan diri. Pengaruh lainnya yaitu memperbesar kapasitas pengisi jantung dan daya kontraksi yang bertambah berarti lebih banyak darah yang terpompa pada setiap denyutan, menambah vaskularisasi jantung artinya meningkatkan masukan sel darah merah ke otot-otot jantung, menambah kadar darah dan sel darah merah yang berarti meningkatkan kapasitas pengangkutan oksigen, serabut otot lebih membesar. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pelatihan quick leap dan pelatihan lompat katak berpengaruh terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai, terdapat perbedaan pengaruh antara pelatihan quick leap dan lompat katak terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai, dan pelatihan lompat katak lebih baik pengaruhnya dibandingkan pelatihan quick leap terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai pada siswa putra ekstrakurikuler atletik SMA Negeri 3 Singaraja tahun pelajaran 2013/2014. Hal-hal yang dapat disarankan, yaitu bagi pembina olahraga, pelatih olahraga, guru penjasorkes dan atlet serta pelaku olahraga lainnya dapat menggunakan pelatihan quick leap dan lompat katak yang terprogram dengan baik sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan unsur-unsur kesegaran jasmani dan bagi peneliti lain, jika ingin melakukan penelitian sejenis, agar menggunakan variabel dan sampel atau sampel penelitian yang berbeda, dengan memperhatikan kelemahan-kelemahan yang ada pada penelitian ini sebagai bahan perbandingan. DAFTAR PUSTAKA Graha, Ali Satia. 2010. “Pengaruh Latihan Pliometrik Single Leg Hop Dan Double Leg Hop Terhadap Daya Ledak Otot Tungkai Dan Waktu Tempuh Pelari 110 Meter Gawang”. Tersedia pada http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pene litian/CukupPahalawidi,M.Or./research.pdf (diakses tanggal 5 november 2013) Furqon H, M dan Muchsin Doewes. 2002. Plaiometrik: Untuk Meningkatkan Power. Surakarta: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Kanca, I Nyoman. 2004. Pengaruh Pelatihan Fisik Aerobik Dan Anaerobik Terhadap Absorpsi Karbohidrat Dan Protein Diusus Halus Rattus Norvegicus Strain Wistar. Disertasi (Tidak Diterbitkan). Program Pascasarjana, Universitas Airlangga Surabaya. e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume I Tahun 2014 ) -------. 2010. Metode Penelitian Pengajaran Pendidikan Jasmani Dan Olahraga. (Tidak Diterbitkan). Fakultas Olahraga Dan Kesehatan, Universitas Ganesha. Sajoto. 1995. Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Jakarta : Dahara Prize. Widiastuti. 2011. Tes dan Pengukuran Olahraga. Jakarta. PT Bumi Timur Jaya. Yoda, I Ketut. 2006. Buku ajar peningkatan kondisi fisik(tidak di terbitkan). Singaraja: IKIP Negeri Singaraja.