10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi pemasaran 2.1.1. Defenisi komunikasi pemasaran Komunikasi pemasaran dapat dipahami dengan menguraikan dua unsur pokoknya, yaitu “komunikasi” dan “pemasaran”. Komunikasi adalah proses dimana pemikiran dan pemahaman disampaikan antar individu, atau antara organisasi dengan individu. Pemasaran adalah sekumpulan kegiatan dimana perusahaan dan organisasi lainnya mentransfer nilai-nilai (pertukaran) antara mereka dengan pelanggannya. Jika digabungkan, “komunikasi pemasaran merepresentasikan gabungan semua unsur dalam bauran pemasaran merek, yang memfasilitasi terjadinya pertukaran dengan menciptakan suatu arti yang disebarluaskan kepada pelanggan atau kliennya” 1 Pemasaran dimulai dengan pemenuhan kebutuhan manusia yang kemudian bertumbuh menjadi keinginan manusia.Contohnya, seorang manusia membutuhkan air dalam memenuhi kebutuhan dahaganya. Jika ada segelas air maka kebutuhan dahaganya akan terpenuhi. Namun manusia tidak hanya ingin memenuhi kebutuhannya namun juga ingin memenuhi keinginannya yaitu misalnya segelas air merek Aqua yang bersih dan mudah dibawa. Maka manusia ini memilih Aqua botolyang sesuai dengan kebutuhan dalam dahaga dan sesuai dengan keinginannya yang juga mudah dibawa. 1 Terrance A Shimp, Periklanan dan promosi edisi 5 jilid 1, Jakarta Erlangga 2003, hlm. 4 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 11 Proses dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan manusia inilah yang menjadi konsep pemasaran. Mulai dari pemenuhan produk (product), penetapan harga (price), pengiriman barang (place), dan mempromosikan barang (promotion). Seseorang yang bekerja dibidang pemasaran disebut pemasar. Pemasar ini sebaiknya memiliki pengetahuan dalam konsep dan prinsip pemasaran agar kegiatan pemasaran dapat tercapai sesuai dengan kebutuhan dan keinginan manusia terutama pihak konsumen yang dituju. 2.1.2. Tujuan Komunikasi Pemasaran Menurdut Kennedy dan Soemanegara, tujuan komunikasi pemasaran adalah untuk mencapai tiga tahap perubahan yaitu : 1. Perubahan pengetahuan Dalam tahap ini perusahaan memberikan pengetahuan kepada konsumen tentang keberadaan produk, bentuk produk, untuk apa produk itu diciptakan dan ditujukan kepada siapa. 2. Perubahan sikap Perubahan sikap tentunya mengarah kepada keinginan untuk mencoba produk. Pada tahap ini ditentukan oleh tiga komponen yaitu : a. Efek kognitif yaitu membentuk kesadaran informasi tertentu, yang mengakibatkan perubahan pada aspek pengetahuan, kepercayaan atau keyakinan. b. Efek afeksi yaitu memberikan pengaruh untuk melakukan sesuatu. Yang diharapkan adalah realisasi pembelian. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 12 c. Efek konatif yaitu membentuk pola khalayak menjadi prilaku selanjutnya. Yang diharapkan adalah pembelian ulang. 3. Perubahan prilaku Perubahan prilaku dimaksudkan agar konsumen tidak beralih pada produk lain dan terbiasa menggunakannya. Penerapan strategi dan teknik komunikasi pemasaran harus tepat, karena harus disesuaikan dengan karakteristik produk, segmen pasar yang dituju, tujuan pemasaran yang ingin dicapai serta karakter dan kondisi perusahaan. Program komunikasi yang efektif pasti memerlukan perencanaan yang baik.Perencanaan komunikasi adalah penggunaan secara terencana dan terkoordinasi dari berbagai metode komunikasi dalam upaya atau tujuan untuk memecahkan suatu problem tertentu.Metode atau alat komunikasi dalam komunikasi pemasaran mengacu pada media atau saluran komunikasi yang efektif untuk kegiatan promosi. 2.2. Merek/Brand 2.2.1. Defenisi Merek/Brand Merek nama atau simbol yang diasosiasikan dengan produk atau jasa dan menimbulkan arti psikologis atau asosiasi.Merek merupakan sarana bagi perusahaan untuk mengembangkan dan memelihar loyalitas pelanggan. Merek yang kuat akan menghasilkan harga yang menarik dan menjadi penghalang bagi masuknya pesaing.2 2 A B Susanto, Himawan Wijanarko, Power Brand Membangun merek unggul dan organisasi pendukungnya, QBM 10, 2004, hlm. 14. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 13 2.2.2. Manajemen Merek Manajemen merek (Inggris:brand management) adalah proses pengelolaan merek sebuah organisasi yang bertujuan untuk meningkatkan ekuitas merek (brand equity) dalam jangka panjang. Manajemen juga dapat berarti bagian tertentu dalam perusahaan yang memiliki tanggung jawab diantaranya merancang identitas merek dan mengelolanya untuk mendapatkan efektivitas maksimal dan memastikan bahwa merek tidak terganggu oleh tindakan taktis pesaing. Manajemen merek pertama kali diterapkan di Procter & Gamble PLC sebagai hasil dari sebuah memo yang ditulis oleh Neil H. McElroy. 2.2.3. Fungsi Merek Bilson Simamora dalam bukunya “Merek, 7 langkah membangun merek yang kuat” menyatakan bahwa merek bermanfaat bagi pembeli, perantara, produsen maupun publik. Bagi pembeli, merek bermanfaat untuk menceritakan mutu dan membantu memberi perhatian terhadap produk-produk baru yang mungkin bermanfaat bagi mereka. Bagi mayarakat, merek bermanfaat dalam tiga hal: 1. Pemberian merek memungkinkan mutu produk lebih terjamin dan lebih konsisten. 2. Meningkatkan efisiensi pembeli karena merek dapat menyediakan informasi tentang produk dan tempat membelinya. 3. Meningkatkan inovasi-inovasi produk baru, karena produsen terdorong menciptakan keunikan-keunikan baru guna mencegah peniruan dari pesaing. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 14 Bagi penjuan, merek bermanfaat dalam 4 hal, antara lain: 1. Memudahkan penjual mengolah pesanan dan menelusuri masalahmasalah yang timbul. 2. Memberikan perlindungan hokum atas keistimewaan atau ciri khas produk. 3. Memungkinkan untuk menarik sekelompok pembeli yang setia dan menguntungkan. 4. Membantu penjual melakukan segmentasi pasar. 3 Menurut Kotler, keberadaan merek bermanfaat bagi pembeli, perantara, produsen maupun public. Bagi pembeli, merek bermanfaat untuk menceritakan mutu dan membantu memberi perhatian terhadap produk – produk baru yang mungkin bermanfaat bagi mereka. Bagi masyarakat, merek bermanfaat dalam tiga hal.Pertama, pemberian merek memungkinkan mutu produk lebih terjamin dan lebih konsisten. Kedua, meningkatkan efisiensi pembeli karena merek dapat menyediakan informasi tentang produk dan tempat membelinya. Ketiga, meningkatkan inovasi – inovasi produk baru, karena produsen terdorong untuk menciptakan keunikan – keunikan baru guna mencegah peniruan dan pesaing. Bagi penjual, merek bermanfaat dalam empat hal. Pertama, memudahkan penjual mengolah pesanan dan menelusuri masalah – masalah yang timbul. Kedua, memberikan perlindungan hukum atas keistimewaan atau ciri khas 3 Bilson Simamora, Aura Merek 7 langkah membangun merek yang kuat, PT. Gramedia Pustaka Utama 2003, hlm. 4. Bilson Simamora, Aura Merek 7 langkah membangun merek yang kuat, PT. Gramedia Pustaka Utama 2003, hlm.3 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 produk.Ketiga, memungkinkan untuk menarik sekelompok pembeli yang setia dan menguntungkan.Keempat, membantu penjual melakukan segmentasi pasar. 4 2.3. Rebranding 2.3.1. Defenisi Rebranding Rebranding secara definisi berarti proses pemberian nama brand baru atau identitas baru pada produk atau jasa yang sudah ada dan sebelumnya sudah memiliki brand sendiri. Bias dikarenakan pengembangan produk itu sendiri atau karena berafiliasi dengan brand produk lain. Ada dua tipe rebranding, yang pertama adalah apabila sama sekali ganti merek (misalnya dari Bell Atlantic menjadi Verizon; Cellular One menjadi Cingular Wireless). Yang kedua, rebranding sebagai hasil modifikasi dari merek yang sudah mapan (produk sereal Coco Krispies menjadiCoco Pops, produk pembersih Jif menjadi Cif, produk minuman Nestle Quik menjadi Nesquik). 5 Rebranding has been sometimes referred to as repositioning revitalizing,or rejuvenating of a brand and some cases as even having a brand being totally “reborn”. Muzellec at al presented their paper as “a first attempt to explore the marketing issues of relevance to the rebranding phenomenon. They defined rebranding as”the practice of building anew a name representative of a differentiated position i the mind frame of stakeholders and a distinctive identity 5 Made Lamadiarta, Extreme facebook marketing for giant profit, PT Elex Media Komputindo, 2010, hlm. 189. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 16 from competitors”. So in general, rebranding represent updating or changing the image of a brand in the minds of a different stakeholders involved.6 Alexander7 mengatakan : Corporate rebranding adalah proses berkelanjutan dimana sebuah organisasi merespon dinamika lingkungan bisnis dengan mengubah identitas diri agar dapat bertahan hidup dan berkembang. “Corporate rebranding is a continuing process wherby an organization responds to the dynamics in its business environment by changing its self identity in order to survive and thrive”. 2.3.2. Faktor Pendorong Rebranding Faktor yang umumnya mendasari rebranding berkisar pada tekanan eksternal seperti regulasi, konsekuensi penjualan/pembelian merek, merger antar perusahaan, proses harmonisasi merek di tingkat global, dll. Contoh popular adalah rebranding yang dialami oleh salah satu produk P&G. Pada tahun 1999, diputuskan untuk menyatukan nama brand produk pelembab yang dikenal dengan beberapa nama : Oil of Ulan, Oil of Ulay, Oil of Olaz menjadi Olay. Di tingkat global, nama Olay lah yang sekarang dipromosikan secara terintegrasi, kecuali di Jerman, Austria dan Swiss dimana masih dipasarkan dengan nama Oil of Olaz, dan di Belanda dengan nama Olaz. Menurut Prayudi dan Juanita dalam sebuah jurnal ilmu komunikasi, mengatakan bahwa factor penyebab rebranding terdiri dari 4 yaitu8 : 6 Abdulaziz Alshebil, Consumer perception of rebranding. The case of logo changes, The University of Texas at Arlington, 2007. Hlm 13 7 Alexander C. Tevi & Olutayo Otubanju, “understandig corporate rebranding; an evolution theory perspective”. International ournal of marketing studies, vol 5. 15 April 2013. Hal 92 8 Prayudi& Jana Juanita. “Strategic Corporate Communication dalam proses repositioning dan Rebranding.” JurnalIlmuKomunikasi, vol 2 No. 2, 2 Desember 2005:159-176 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 17 1. Pergantianpimpinan 2. Krisis image 3. Kejenuhanpasar 4. Visibaruperusahaan 2.4. Strategy Rebranding Skup nyata rebranding dalam publikasi industri dan perdagangan meliputi banyak aspek termasuk pembaharuan merek, reposisi, makeover dan menciptakan kembali (reinvention) 9.Makalah akademis awal rebranding adalah ringkasan Berry dari Ogilvy & Ibu Program revitalitations merek.Sebuah pemicu umum untuk revitalisasi berada di bawah kinerja 10. Mengganti nama kadang-kadang digolongkan sebagai rebranding, tetapi mengubah nama tanpa mengubah komponen assence merek asosiasi merek, adalah benar-benar hanya itu, perubahan nama. Rebranding perusahaan berlawanan dengan branding perusahaan, yang mengacu pada artikulasi koheren awal merek perusahaan dan dapat terjadi kapan saja. Rebranding perusahaan mengacu pada pemisahan atau mengubah antara rumusan awal merek perusahaann dan formulasi yang baru. Karenanya ruang lingkup rebranding perusahaan berpotensi memberi efek terhadap semua aspek stategi dan kegiatan organisasi. 9 Merrilees dan Miller, 2008, hal. 357 Kapferer, “Strategic Corporate Communication dalam proses repositioning dan Rebranding.” JurnalIlmuKomunikasi, vol 2 No. 2, 2 Desember 2005:159-176 1997 10 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 18 Merrilees dan Miller menyajikan11 artikulasi terintegrasi teori rebranding perusahaan dengan tiga tahap, yang mereka perpanjang dengan konseptualisasi dari enam prinsip rebranding perusahaan.Mereka menemukan kasus reserch mendukung prinsip-prinsip. Ketiga fase tersebut adalah: 1. Re-Visioning merek perusahaan Proses Revisioning dapat menjadi kompleks dan tergantung pada faktor-faktor pencetus revisioning tersebut.beberapa faktor dapat pindah ke lokasi baru, merger dan akuisisi, atau perubahan besar dalam arah strategi.Faktor ini bisa diartikan sebagai driver atau pemicu 12. Mungkin ada beberapa konsep merek laten bahwa merevisi merek akan membawa dampak nyata. Mengartikulasikan keaslian, tanggung jawab sosial perusahaan atau warisan merek mungkin penting dalam merek revisi. Proses aktual akan tergantung pada skala organisasi. Sebagai contoh, sebuah organisasi masyarakat setempat yang relatif kecil mungkin bisa berkonsultasi langsung dengan staf, pelanggan, dewan direksi, dan pemerintah daerah, dalam serangkaian lokakarya dan konsultasi sedangkan, perusahaan geografis yang lebih besar mungkin perlu untuk mengembangkan lebih luas peluang kreatif untuk input interaktif untuk Revisioning 2. Meraih kepentingan buy-in stakeholder untuk merek perusahaan yang direvisi 11 Ronald J Burke, Graeme Martin and Cary L. Cooper, Corporate reputation, 2011, Gower publishing limited, hal. 282. 12 Lomax dan Mador, Periklanan dan Promosi edisi 5 Jilid, Jakarta: Erlangga 2004 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 Dalam literatur merek perusahaan, sebagian besar diskusi tentang stakeholder berada pada stakeholder internal, terutama karyawan.Fokus ini, sementara sangat penting, meremehkan tingkat stakeholder di rebranding perusahaan.Pemasok dan pelanggan adalah kelompok stakeholder yang signifikan, baik dalam konteks bisnis ke bisnis (B2B) atau bisnis kepada pelanggan (B2C).Tergantung pada jenis organisasi, kelompok masyarakat mungkin merupakan stakeholder yang signifikan.Selama fase ini, perusahaan mencoba untuk mengembangkan komitmen stakeholder untuk merevisi merek.Dengan stakeholder internal, dimasukkannya staf asli dalam perencanaan mengusulkan perubahan, dan pelatihan karyawan untuk arah. Memang keterlibatan sukses dari stakeholder internal dapat memposisikan mereka secara konstruktif seperti disebut sebagai "merek wariors" 3. Implementasi strategi rebranding perusahaan Seperti halnyaberbagai ide strategy, persipan yang terencana dan implementasi eksekusi yang baik sangat penting untuk sampai kepada kesuksesan.Pada tahap implementasi, mengelola komunikasi internal dan eksternal sangat penting.Inti dari tahap ini adalah untuk menyelaraskan merek perusahaan yang direvisi dan komponen pengalaman dan fungsional merek. Misalnya, dalam konteks rebranding perusahaan ritel, merek Revisioned akan tercermin dalam komponen seperti desain toko (prasarana, tata letak, tata ruang barang dan visual merchandising), dalam http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 promosi eksternal dan di toko, harga, bermacam-macam produk dan kemampuan intangible. Untuk dapat mengubah citra yang berhasil, organisasi harus pertama sepenuhnya menyadari dan memahami nilai-nilai intimerek, kemampuan dan keunggulan kompetitif.Namun retensi nilai perlengkapan sebagai bagian dari penawaran umum mungkin kurang penting. 13 2.5. Hotel Hotel berasal dari kata hostel, konon diambil dari bahasa Perancis kuno.Bangunan publik ini sudah disebut-sebut sejak akhir abad ke-17.Maknanya kira-kira, "tempat penampungan buat pendatang" atau bisa juga "bangunan penyedia pondokan dan makanan untuk umum".Jadi, pada mulanya hotel memang diciptakan untuk meladeni masyarakat. Tidak aneh kalau di Inggris dan Amerika, yang namanya pegawai hotel dulunya mirip pegawai negeri alias abdi masyarakat.Tapi, seiring perkembangan zaman dan bertambahnya pemakai jasa, layanan inap-makan ini mulai meninggalkan misi sosialnya.Tamu pun dipungut bayaran.Sementara bangunan dan kamar-kamarnya mulai ditata sedemikian rupa agar membuat tamu betah.Meskipun demikian, bertahun-tahun standar layanan hotel tak banyak berubah. Sampai pada tahun 1793, saat City Hotel dibangun di cikal bakal wilayah kota New York. City Hotel itulah pelopor pembangunan penginapan gaya baru yang lebih fashionable. Sebab, dasar pembangunannya tak hanya mementingkan 13 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 letak yang strategis.Tapi juga pemikiran bahwa hotel juga tempat istirahat yang mumpuni. Jadi, tak ada salahnya didirikan di pinggir kota. Setelah itu, muncul hotel-hotel legendaris seperti Tremont House (Boston, 1829) yang selama puluhan tahun dianggap sebagai salah satu tempat paling top di Amerika Serikat (AS). Tremont bersaing ketat dengan Astor House, yang dibangun di New York, 1836.Saat itu, hotel modern identik dengan perkembangan lalu lintas dan tempat beristirahat. Saat pembangunan jaringan kereta api sedang gencar-gencarnya, hampir di tiap perhentian (stasiun) ada hotel.14 Maksudnya jelas, untuk mengakomodasi orang-orang yang baru saja bepergian dengan kereta api. Karena masa itu naik kereta api sangat melelahkan, hotel-hotel 14 Agustinus Darsono, Tata Graha Hotel, PT. gramedia Widiasarana Indonesia, 1995, hlm. 37. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 pun "dipersenjatai" berbagai hiburan pelepas penat. Hotel jenis ini, diembeliembeli dengan kata "transit", karena memang ditujukan buat para musafir. Seiring dengan berkembangnya teknologi dan makin luasnya jangkauan angkutan darat (terlebih setelah ditemukannya kendaraan bermotor), kawasan sekitar rel kereta api tak lagi menarik minat para investor. Orang kemudian lebih suka jalan-jalan pakai mobil ketimbang kereta.Kepopuleran hotel transit pun tersaingi oleh kehadiran "motel", gabungan kata "motor hotel" yang sama dengan tempat istirahat para pengendara kendaraan bermotor. Hotel kapsul di Osaka, Jepang. Kejayaan motel tak berlangsung lama. Seiring makin pesatnya perkembangan kota, berakhir pula era motel. Terutama karena letaknya yang agak di pinggir kota dan fasilitasnya yang kalah bagus dengan hotel di pusat kota. Kalaupun terpaksa bermalam di kawasan pinggiran, motel harus bersaing dengan hotel resort, yang banyak tumbuh di tempat-tempat peristirahatan. Selain hotel, resort, anak-anak kandung hotel yang lahir di era 1990-an tak kalah hebatnya. Sebut saja berbagai extended-stay hotel, khusus buat tamu yang http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 membutuhkan tempat menginap minimal lima malam. Sedangkan pelaku bisnis yang harus bernegosiasi di kampung atau negeri orang, bisa mencari hotel apartment. Di Amerika, dua jenis hotel ini berkembang sangat pesat. Di Indonesia, kata hotel selalu dikonotasikan sebagai bangunan penginapan yang cukup mahal. Umumnya di Indonesia dikenal hotel berbintang, hotel melati yang tarifnya cukup terjangkau namun hanya menyediakan tempat menginap dan sarapan pagi, serta guest house baik yang dikelola sebagai usaha swasta (seperti halnya hotel melati) ataupun mess yang dikelola oleh perusahaanperusahaan sebagai tempat menginap bagi para tamu yang ada kaitannya dengan kegiatan atau urusan perusahaan. http://digilib.mercubuana.ac.id/