I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Ikan sidat (Anguilla sp). merupakan jenis ikan yang laku di pasar internasional (Jepang, Hongkong, Jerman, Italia, dan beberapa negara lain), dengan demikian ikan ini memiliki potensi sebagai komoditas ekspor. Ikan sidat (Anguilla sp.) merupakan salah satu komoditas budidaya perikanan yang memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan. Ikan ini memiliki pasar nasional dan internasional. Kebutuhan ikan sidat pada Negara Jepang pada tahun 2013 mencapai 33.000 ton (Shiraishi dan Crook, 2015). Produksi sidat dunia pada tahun 2000 mencapai 200.000 ton dengan nilai US$ 300.000.000 dan pada tahun 2010 mencapai 250.000 ton (FAO, 2015). Tidak seperti halnya di negara lain (Jepang, dan negara-negara Eropa), di Indonesia sumberdaya ikan sidat belum banyak dimanfaatkan. Hal ini terlihat dari tingkat pemanfaatan ikan sidat secara lokal masih sangat rendah, padahal jumlah ikan ini baik dalam ukuran benih maupun ukuran konsumsi cukup melimpah. Salah satu penyebabnya adalah ikan ini belum banyak dikenal, sehingga kebanyakan penduduk Indonesia belum familiar untuk mengkonsumsi ikan sidat, demikian pula pemanfaatan ikan untuk tujuan ekspor masih sangat terbatas (Affandi, 2005). Sidat yang dikenal dengan ’unagi’ di Jepang sangat mahal harganya karena memiliki kandungan protein dan vitamin A yang tinggi (Pratiwi, 1998). Meskipun demikian budidaya ikan sidat di Indonesia masih sangat terbatas dan kegiatannya hanya berupa pembesaran. Hal ini disebabkan teknik reproduksinya yang belum dikuasai karena sifat daur hidupnya yang unik. Pada ukuran anakan sampai dewasa mereka hidup di perairan tawar, tetapi pada saat memijah sidat beruaya menuju ke laut dalam. Selama bulan Januari hingga Agustus 2011, volume ekspor ikan sidat menurun 39,1 persen dari periode yang sama di tahun 2010 (Handoyo, 2011). Penurunan ekspor tersebut merupakan dampak dari kendala budidaya ikan sidat yaitu, pertumbuhan ikan yang cukup lama. Sasongko, et al (2007) menyatakan bahwa ikan sidat (Anguilla sp.) memiliki pertumbuhan lambat. Waktu yang dibutuhkan ikan sidat untuk mencapai ukuran konsumsi 120 gram adalah 8-9 bulan masa pemeliharaan. Peni dan Keni (1993) menyatakan bahwa pemeliharaan benih 1 sidat pada tahap awal merupakan masa yang paling sulit dengan tingkat kelangsungan hidup sebesar 30-50%. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi permasalahan budidaya tersebut salah satuya adalah dengan penggunaan probiotik selama masa pemeliharaan. Pemberian probiotik ke dalam suatu media pemeliharaan ikan mempunyai takaran tertentu tergantung pada kondisi perairan media pemeliharaan ikan. Pemberian probiotik merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas air, kesehatan ikan, kelangsungan hidup ikan dan pertumbuhan. Probiotik memiliki keunggulan dibandingkan cara–cara pengendalian yang lainnya, yaitu menekan pertumbuhan bakteri patogen, termasuk diantaranya bakteri vibrio dan mampu memperbaiki kualitas air (Moriarty, 1998). Bakteri yang termasuk probiotik antara lain Bacillus sp., Photobacterium sp., dan Lactobacillus sp. (Irianto, 2003). Daging ikan memiliki komposisi kimia yang tergantung dari jenis ikan, antar individu dalam spesies, dan antar bagian tubuh dari satu individu ikan. Variasi ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu umur, laju metabolisme, pergerakan ikan, makanan, serta masa memijah. Komposisi kimia daging juga dapat berbedabeda tergantung dari umur, habitat, dan kebiasaan makan (Okada, 1990). Pemberian probiotik selama pemeliharaan diharapkan dapat meningkatkan kandungan gizi daging ikan karena dengan pemberian probiotik dapat memperbaiki kondisi lingkungan perairan yang menjadi habitat ikan. Penurunan mutu ikan dapat dihambat dengan perlakuan suhu rendah. Penggunaan suhu rendah berupa pendingin dan pembeku dapat memperlambat proses-proses biokimia yang berlangsung dalam tubuh ikan yang mengarah pada penurunan mutu ikan (Junianto, 2003). Prinsip proses pendinginan dan pembekuan adalah mengurangi atau menginaktifkan enzim dan bakteri pembusuk dalam tubuh ikan (Afrianto dan Liviawaty, 2005). Belum banyak penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian probiotik pada tahap pembudidayaan terhadap kualitas daging ikan sidat, sehingga perlu adanya penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian probiotik terhadap kandungan gizi dan organoleptik ikan sidat segar maupun beku. 2 2. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah : a. Mengetahui pengaruh pemberian probiotik dengan dosis yang berbeda terhadap kualitas daging ikan sidat (Anguilla sp.). b. Mengetahui pengaruh pembekuan terhadap kandungan gizi, tekstur, dan nilai organoleptik daging sidat (Anguilla sp.). 3. Manfaat Manfaat dari penelitian ini adalah a. Memberi informasi tentang pengaruh pemberian probiotik dengan dosis yang berbeda terhadap kualitas daging ikan sidat (Anguilla sp.). b. Memberi informasi tentang pengaruh pembekuan terhadap kandungan gizi, tekstur, dan nilai organoleptik daging sidat (Anguilla sp.). 3