BAB II LANDASAN TEORI

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1.
Pengertian Laporan Keuangan
Sebelum mengadakan analisis terhadap perusahaan sebaiknya diketahui
terlebih dahulu pemahaman mengenai aktivitas-aktivitas dan laporan keuangan
secara keseluruhan serta latar belakang dari data keuangan perusahaan. Maka itu
sebaiknya diketahui makna dari akuntansi hingga pembuatan laporan keuangan.
Belkaoui yang diterjemahkan oleh Wibowo, H. (1997) mendefinisikan,
“Menurut (Committee on Terminology of the American Institute of Certified
Public Accountants) bahwa akuntansi adalah seni mencatat, menggolongkan dan
mengikhtisarkan transaksi dan peristiwa yang, paling tidak sebagian, bersifat
keuangan dengan suatu cara yang bermakna dan dalam satuan uang, serta
menginterprotasikan hasil-hasilnya”(h. 4).
Horngren, Harrison, dan Bamber (2002) menulis, “Accounting is the
information system that measures business activities, processes that information
into reports, and communicates the results to decision makers”(p. 5).
Skousen, Stice, & Stice (2000) menyatakan, “Accounting is as service
activity. Its function is to provide quantitative information, primarily financial is
nature, about economic entities that is instended to be useful in making economic
decisions-in making reasoned choices among alternative courses of action” (p.
5).
6
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2004) mendefinisikan, “Laporan keuangan
merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang
lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi
keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan
arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan
yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan”(h. 2).
Horngren et al. (2002) menulis, “Financial statements is documents that
report on a business in monetary amounts, providing information to help people
make informed business decisions”(p. 5).
Kieso, Weygandt, dan Warfield (2004) menyatakan, “Financial statements
are the principal means through which financial information is communicated to
those outside an enterprise. These statements provide the company’s history
quantified in money terms. The financial statements most frequently provided
are (1) the balance sheet, (2) the income statement, (3) the statement of cash
flows, and (4) the statement of owners’ or stockholders’ equity” (p. 2).
Seperti yang telah diuraikan dari berbagai pengertian diatas bahwa laporan
keuangan yang telah disiapkan oleh perusahaan dapat digunakan oleh pihakpihak yang berkepentingan atas laporan keuangan tersebut dalam memenuhi
kebutuhannya masing-masing guna mengambil keputusan yang lebih tepat.
7
IAI (2004) menyatakan, “Pemakai laporan keuangan meliputi:
1)
Investor
Penanam modal berisiko dan penasihat mereka berkepentingan dengan
risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka
lakukan.
2)
Karyawan
Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada
informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan.
3)
Pemberi pinjaman
Pemberi
pinjaman
tertarik
dengan
informasi
keuangan
yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta
bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.
4)
Pemasok dan kreditor usaha lainnya
Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang
akan dibayar pada saat jatuh tempo.
5)
Pelanggan
Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan
hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka
panjang dengan, atau tergantung pada perusahaan.
8
6)
Pemerintah
Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah kekuasaannya
berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan
dengan aktivitas perusahaan.
7)
Masyarakat
Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara.
Misalnya,
perusahaan
dapat
memberikan
kontribusi
berarti
pada
perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan
perlindungan kepada penanam modal domestik”(h. 2-3).
II.2.
Tujuan Laporan Keuangan
Kieso et al. (2004) menyatakan, “The objectives of financial reporting are
to provide (1) information that is useful in investment and credit decisions, (2)
information that is useful in assessing cash flow prospects, and (3) information
about enterprise resources, claim to those resources, and changes in them”(p.
5).
IAI (2004) menyatakan, “Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan
informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi”(h. 4).
9
Sedangkan Benninga dan Sarig (1997) menyatakan, “The goals of financial
statement analysis, which are varied, reflect the analyst’s objective. Financial
statement information may be used by:
a.
Lenders to the firm, such as banks, bondholders, and insurance companies,
that are interested in the credit worthiness of the firm.
b.
Equity investors who are interested in deciding whether the firm’s stock is
a good buy or not.
c.
Firms seeking acquisitions that try to determine whether the firm is a
potential acquisition candidate-an acquisition that can generate synergies
with the acquiring firm-and how much the firm is worth.
d.
Tax examiners who try to identify tax returns more suspect than others.
e.
Competitors who try to study the cost structure and technology of their
competitors”(p. 159).
II.3.
Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
Laporan keuangan itu memiliki beberapa karakteristik kualitatif yang
merupakan ciri khas yang membuat informasi dapat berguna bagi para pemakai
tanpa
adanya
hambatan
yang
menghalangi
para
pemakai
untuk
menggunakannya.
IAI (2004) menyatakan, “Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok
yaitu:
1)
Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah
kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai.
10
2)
Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan
pemakai dalam proses pengambilan keputusan.
3)
Keandalan
Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable).
Informasi
memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan,
kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian
yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya
disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.
4)
Dapat diperbandingkan
Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan
antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja
keuangan”(h. 7-10).
II.4.
Jenis dan Bentuk Laporan Keuangan
Pada dasarnya laporan keuangan yang lazim disediakan oleh perusahaan
terdiri dari lima jenis laporan di mana laporan tersebut memberikan informasi
yang berguna bagi kebutuhan pemakai diantaranya mengenai posisi keuangan
perusahaan yang dilengkapi dengan catatan-catatan atas laporan keuangan.
II.4.1. Neraca/Balance Sheet
Pada umumnya jenis laporan keuangan yang pertama yaitu neraca (balance
sheet) yang menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada saat tertentu.
11
Munawir (2002) mendefinisikan, “Neraca adalah laporan yang sistematis
tentang aktiva, hutang serta modal dari suatu perusahaan pada suatu saat
tertentu”(h. 13).
Helfert yang diterjemahkan oleh Wibowo, H. (1997) mendefinisikan,
“Neraca itu juga disebut laporan kondisi keuangan atau laporan posisi keuangan,
yang harus selalu seimbang karena total aktiva yang diinvestasikan perusahaan
pada suatu waktu, menurut definisi, tepat sama dengan kewajiban dan ekuitas
pemilik yang mendukung aktiva tersebut”(h. 14).
Sementara itu, Kieso et al. (2004) menyatakan, “The balance sheet,
sometimes referred to as the statement of financial position, reports the assets,
liabilities, and stockholders’ equity of a business enterprise at a specific date”(p.
170).
Munawir (2002) menyatakan, “Neraca terdiri dari tiga bagian utama yaitu
aktiva, hutang, dan modal.
1.
Aktiva
Dalam pengertian aktiva tidak terbatas pada kekayaan perusahaan yang
berwujud saja, tetapi juga termasuk pengeluaran-pengeluaran yang belum
dialokasikan (deferred charges) atau biaya yang masih harus dialokasikan
pada penghasilan yang akan datang, serta aktiva yang tak berwujud lainnya
(intagible assets) misalnya goodwill, hak patent, hak menerbitkan dan
sebagainya.
Pada dasarnya aktiva dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian utama
yaitu aktiva lancar dan aktiva tidak lancar.
12
a. Aktiva lancar
Adalah uang kas dan aktiva lainnya yang dapat diharapkan untuk
dicairkan atau ditukarkan menjadi uang tunai, dijual atau dikonsumer
dalam periode berikutnya (paling lama satu tahun atau dalam
perputaran kegiatan perusahaan yang normal).
b. Aktiva tidak lancar
Adalah aktiva yang mempunyai umur kegunaan relatif permanen atau
jangka panjang (mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun atau
tidak akan habis dalam satu kali perputaran operasi perusahaan).
2.
Hutang
Semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum
terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal
perusahaan yang berasal dari kreditor.
Hutang atau kewajiban perusahaan dapat dibedakan ke dalam hutang lancar
(hutang jangka pendek) dan hutang jangka panjang.
a. Hutang lancar atau hutang jangka pendek
Adalah kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasannya atau
pembayaran akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak
tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki oleh
perusahaan.
b. Hutang jangka panjang
Adalah kewajiban keuangan yang jangka waktu pembayarannya (jatuh
temponya) masih jangka panjang (lebih dari satu tahun sejak tanggal
neraca).
13
3.
Modal
Adalah merupakan hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan
yang ditunjukkan dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba yang
ditahan”(h. 13-19).
Selanjutnya menurut Munawir (2002) menyatakan, “Bentuk atau susunan
dari neraca tidak ada keseragaman di antara perusahaan-perusahaan tergantung
pada tujuan-tujuan yang akan dicapai, tetapi bentuk neraca yang umum
digunakan (traditionil atau conventionil) adalah sebagai berikut:
1.
Bentuk skontro (account form) dimana semua aktiva tercantum sebelah
kiri/debet dan hutang serta modal tercantum sebelah kanan/kredit.
2.
Bentuk vertikal (report form), dalam bentuk ini semua aktiva nampak
dibagian atas yang selanjutnya diikuti dengan hutang jangka pendek,
hutang jangka panjang serta modal.
3.
Bentuk neraca yang disesuaikan dengan kedudukan atau posisi keuangan
perusahaan, bentuk ini bertujuan agar kedudukan atau posisi keuangan
yang dikehendaki nampak dengan jelas, misalnya besarnya modal kerja
netto (net working capital) atau jumlah modal perusahaan”(h. 20-21).
Kieso et al. (2004) menyatakan, “Some of the major limitations of the
balance sheet are:
1)
Most assets and liabilities are stated at historical cost.
2)
Judgements and estimates are used in determining many of the items
reported in the balance sheet.
3)
The balance sheet necessarily omits many items that are of financial value
to the business but cannot be recorded objectively”(pp. 171-172).
14
II.4.2. Laporan Laba-Rugi/Income Statement
Jenis laporan keuangan yang kedua pada dasarnya adalah laporan laba
rugi/income statement yang menggambarkan hasil operasi normal perusahaan.
Munawir (2002) mendefinisikan, “Laporan laba rugi merupakan suatu
laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, laba-rugi yang diperoleh oleh
suatu perusahaan selama periode tertentu. Walaupun belum ada keseragaman
tentang susunan laporan laba-rugi bagi tiap-tiap perusahaan, namun prinsipprinsip yang umumnya diterapkan adalah sebagai berikut:
1)
Bagian yang pertama menunjukkan penghasilan yang diperoleh dari usaha
pokok perusahaan (penjualan barang dagangan atau memberikan service)
diikuti dengan harga pokok dari barang/service yang dijual, sehingga
diperoleh laba kotor.
2)
Bagian kedua menunjukkan biaya-biaya operationil yang terdiri dari biaya
penjualan dan biaya umum/administrasi (operating expenses).
3)
Bagian ketiga menunjukkan hasil-hasil yang diperoleh di luar operasi
pokok perusahaan, yang diikuti dengan biaya-biaya yang terjadi di luar
usaha pokok perusahaan (non operating/financial income dan expenses).
4)
Bagian keempat menunjukkan laba atau rugi yang insidentil (extra
ordinary gain or loss) sehingga akhirnya diperoleh laba bersih sebelum
pajak pendapatan”(h. 26).
Helfert yang diterjemahkan oleh Wibowo, H.
(1997) mendefinisikan,
“Laporan operasi-juga disebut sebagai perhitungan laba-rugi (income statement)
atau laporan pendapatan (earning statement), atau laporan laba dan rugi (profit
and loss statement) memuat pendapatan untuk periode tertentu serta biaya dan
15
beban (expense) yang diperlukan, termasuk penghapusan (yakni, penyusutan dan
amortisasi berbagai aktiva) dan pajak (h. 17).
Horngren et al. (2002) menyatakan, “The income statement presents a
summary of an entity’s revenues and expenses for a spesific period of time, such
as a month or a year”(p. 17).
Benninga et al. (1997) menyatakan, “The income statement provides
information about the operating performance of the firm over a given time
period”(p. 35).
IAI (2004) menyatakan, “Unsur yang langsung berkaitan dengan
pengukuran penghasilan bersih (laba) adalah sebagai berikut:
a.
Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu
periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau
penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak
berasal dari kontribusi penanam modal.
b.
Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode
akuntansi
dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau
terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak
menyangkut pembagian kepada penanam modal”(h. 18).
Munawir (2002) menyatakan, “Bentuk dari laporan laba-rugi yang biasa
digunakan adalah sebagai berikut:
1.
Bentuk single step, yaitu dengan menggabungkan semua penghasilan
menjadi satu kelompok dan semua biaya dalam satu kelompok, sehingga
untuk menghitung laba/rugi bersih hanya memerlukan satu langkah yaitu
mengurangkan total biaya terhadap total penghasilan.
16
2.
Bentuk multiple step
Dalam bentuk ini dilakukan pengelompokan yang lebih teliti sesuai dengan
prinsip yang digunakan secara umum”(h. 26-27).
Kieso et al. (2004) menyatakan, “The income statement helps users of
financial statements predict future cash flows in a number of ways. For example,
investors and creditors can use the information in the income statement to:
1)
Evaluate the past performance of the enterprise.
2)
Provide a basis for predicting future performance.
3)
Help assess the risk or uncertainty of achieving future cash flows”(pp.
124-125).
Kieso et al. (2004) menulis, “Limitations of the income statement include:
1)
Items that cannot be measured reliably are not reported in the income
statement.
2)
Income numbers are affected by the accounting methods employed.
3)
Income measurement involves judgment”(p. 125).
II.4.3. Laporan Arus Kas/Statement of Cash Flows
Jenis laporan keuangan yang ketiga yaitu laporan arus kas yang
menunjukkan aliran kas yang terjadi pada perusahaan pada suatu periode
tertentu.
Horngren et al. (2002) menyatakan, “The statement of cash flows reports
the amount of cash coming in (cash receipts) and the amount of cash going out
(cash payment or disbursements) during a period”(pp. 17-18).
17
Helfert et al. (1997) mendefinisikan, “Laporan arus dana adalah laporan
yang memuat perubahan dalam pergerakan dana. Laporan ini menyajikan dasar
analisis dinamis yang berpusat pada perubahan kondisi keuangan akibat
keputusan yang diambil selama periode tertentu.
Laporan ini disusun dari
perbandingan neraca awal serta akhir, dan juga dikaitkan dengan laporan operasi
periode tersebut”(h. 19).
Munawir (2002) menulis, “Laporan perubahan kas (cash flow statement)
atau laporan sumber dan penggunaan kas disusun untuk menunjukkan perubahan
kas selama satu periode dan memberikan alasan mengenai perubahan kas
tersebut dengan menunjukkan dari mana sumber-sumber kas dan penggunaanpenggunaannya”(h. 157).
Benninga et al. (1997) menyatakan, “From the income statement and the
changes in balance sheet items over the fiscal year we can derive the cash flows
of the year”(p. 117).
Weston dan Brigham yang diterjemahkan oleh Sirait, A. (1998)
menyatakan, “Laporan arus kas (cash flow statement) melaporkan dampak dari
kegiatan operasi, investasi, dan pembiayaan perusahaan terhadap arus kas selama
suatu periode akuntansi”(h. 288).
Larson, Wild, dan Chiappetta (2002) menyatakan, “The purpose of the
statement of cash flows is to report all major cash receipts (inflows) and cash
payments (outflows) during a period. This includes separately identifying the
cash flows related to operating, investing, and financing activities”(p. 692).
Horngren et al. (2002) menyatakan, “ The statement of cash flows is
designed to:
18
1)
Predict future cash flows.
2)
Evaluate management decisions.
3)
Determine the company’s ability to pay dividends to stockholders and
principal and interest to creditors.
4)
Show the relationship of net income to cash flow”(pp. 655-656).
IAI (2004) menyatakan, “Kegunaan informasi arus kas yakni jika
digunakan dalam kaitannya dengan laporan keuangan yang lain, laporan arus kas
dapat memberikan informasi yang memungkinkan para pemakai untuk
mengevaluasi perubahan dalam aktiva bersih perusahaan, struktur keuangan
(termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan untuk mempengaruhi
jumlah serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahan keadaan
dan peluang”(h. 2.1).
Kieso et al. (2004) menyatakan, “The statement of cash flows classifies
cash receipts and cash payments by operating, investing, and financing
activities. Transactions and other events characteristic of each kind of activity
are as follows:
1
Operating activities involve the cash effects of transactions that enter into
the determination of net income, such as cash receipts from sales of goods
and services and cash payments to suppliers and employees for
acquisitions of inventory and expenses.
2
Investing activities generally involve long-term assets and include (a)
making and collecting loans and (b) acquiring and disposing and
investments and productive long-lived assets.
19
3
Financing activities involve liability and stockholders’ equity items and
include (a) obtaining cash from creditors and repaying the amounts
borrowed and (b) obtaining capital from owners and providing them with a
return on, and a return of, their investment”(pp. 1205-1206).
IAI (2004) menyatakan, “Laporan arus kas harus melaporkan arus kas
selama periode tertentu dan diklasifikasi menurut:
1.
Aktivitas operasi
Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator
yang menentukan apakah dari operasinya perusahaan dapat menghasilkan
arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan
operasi perusahaan, membayar dividen dan melakukan investasi baru tanpa
mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar.
2.
Aktivitas Investasi
Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas investasi perlu
dilakukan sebab arus kas tersebut mencerminkan penerimaan dan
pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk
menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan.
3.
Aktivitas Pendanaan
Pengungkapan terpisah arus kas yang timbul dari aktivitas pendanaan perlu
dilakukan sebab berguna untuk memprediksi klaim terhadap arus kas masa
depan oleh para pemasok modal perusahaan”(h. 2.3-2.5).
Laporan arus kas yang disiapkan oleh perusahaan yang satu dapat
menggunakan metode yang berlainan dengan perusahaan lainnya tergantung
pada kebijakan yang telah dikeluarkan oleh perusahaan masing-masing.
20
IAI (2004) menyatakan, “Perusahaan harus melaporkan arus kas dari
aktivitas operasi dengan menggunakan salah satu dari metode berikut ini:
a.
Metode langsung
Dengan metode ini kelompok utama dari penerimaan kas bruto dan
pengeluaran kas bruto diungkapkan; atau
b.
Metode tidak langsung
Dengan metode ini laba atau rugi bersih disesuaikan dengan mengoreksi
pengaruh dari transaksi bukan kas, penangguhan (deferral) atau akrual dari
penerimaan atau pembayaran kas untuk operasi di masa lalu dan masa
depan, dan unsur penghasilan atau beban yang berkaitan dengan arus kas
investasi atau pendanaan”(h. 2.12).
Sedangkan Kieso et al. (2004) menyatakan, “The conversion of net income
to net cash flow from operating activities may be done through either:
a.
The direct method (also called the income statement method) reports cash
receipts and cash disbursements from operating activities.
b.
The indirect method (or reconciliation method) starts with net income and
converts it to net cash flow from operating activities. In other words, the
indirect method adjusts net income for items that affected reported net
income but did not affect cash”(pp. 1210-1211).
II.4.4. Laporan Perubahan Ekuitas/Statement of Changes Owner’s Equity
Jenis laporan keuangan yang keempat yaitu laporan perubahan ekuitas yang
menunjukkan perubahan yang terjadi pada ekuitas pemilik selama periode
tertentu.
21
Helfert et al. (1997) mendefinisikan, “Laporan keuangan yang keempat
yang biasa disusun oleh perusahaan adalah suatu analisis tentang perubahan
utama perkiraan modal pemilik atau kekayaan bersih selama suatu periode
tertentu”(h. 20).
Horngren et al. (2002) menyatakan, “The statement of owner’s equity
presents a summary of the changes that occurred in the entity’s owner’s equity
during a specific time period, such as a month or a year”(p. 17).
II.4.5. Catatan atas Laporan Keuangan (Notes to Financial Statements)
Jenis laporan keuangan yang terakhir yaitu catatan atas laporan keuangan
yang
menyajikan
mengenai
kebijakan
akuntansi
perusahaan
maupun
perubahannya dan catatan mengenai akun-akun secara rinci.
IAI (2004) menyatakan, “Catatan atas laporan keuangan harus disajikan
secara sistematis. Setiap pos dalam neraca, laporan laba rugi dan laporan arus
kas harus berkaitan dengan informasi yang terdapat dalam catatan atas laporan
keuangan. Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan:
1)
Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan
akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang
penting;
2)
Informasi yang diwajibkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas dan
laporan perubahan ekuitas;
3)
Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi
diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar”(h. 1.17-18).
22
II.5.
Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan
Dengan melihat bahwa laporan keuangan yang telah disiapkan oleh
manajemen memberikan gambaran mengenai laporan kemajuan perusahaan atas
transaksi yang telah terjadi maka laporan keuangan itu memiliki sifat-sifat dan
keterbatasan yang ada pada laporan tersebut.
Munawir (2002) menyatakan laporan keuangan adalah bersifat historis
serta menyeluruh dan sebagai suatu progress report laporan keuangan terdiri dari
data-data yang merupakan hasil dari suatu kombinasi antara:
1
Fakta-fakta yang telah dicatat (recorded fact)
Berarti bahwa laporan keuangan ini dibuat atas dasar fakta dari catatan
akuntansi, seperti jumlah uang kas yang tersedia dalam perusahaan maupun
yang disimpan di bank, jumlah piutang, persediaan barang dagangan,
hutang maupun aktiva tetap yang dimiliki perusahaan.
2
Prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan di dalam akuntansi (accounting
convention and postulate)
Berarti data yang dicatat itu didasarkan pada prosedur maupun anggapananggapan tertentu yang merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim
(general accepted accounting principles); hal ini dilakukan dengan tujuan
memudahkan pencatatan (expediensi) atau untuk keseragaman.
3
Pendapat pribadi (personal judgment)
Dimaksudkan bahwa, walaupun pencatatan transaksi telah diatur oleh
konvensi-konvensi atau dalil-dalil dasar yang sudah ditetapkan yang sudah
menjadi standard praktek pembukuan, namun penggunaan dari konvensi-
23
konvensi dan dalil dasar tersebut tergantung daripada akuntan atau
management perusahaan yang bersangkutan.
Munawir (2002) menyatakan, “Dengan mengingat atau memperhatikan
sifat-sifat laporan keuangan tersebut diatas, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa laporan keuangan itu mempunyai beberapa keterbatasan antara lain:
1.
Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya merupakan
laporan yang dibuat hanya untuk sifatnya sementara dan bukan merupakan
laporan yang sudah final.
2.
Laporan keuangan pada dasarnya menunjukkan angka dalam rupiah yang
kelihatannya
bersifat
pasti
dan
tepat,
tetapi
sebenarnya
dasar
penyusunannya menggunakan standard nilai yang mungkin dapat berbeda
atau berubah-ubah.
3.
Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi keuangan
atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu dan sudah
lewat, dimana daya beli uang semakin menurun, sehingga kenaikan volume
penjualan yang dalam rupiah belum tentu menunjukkan unit yang dijual
semakin besar, mungkin juga kenaikan itu dapat disebabkan naiknya harga
jual barang tersebut.
4.
Laporan keuangan tidak dapat menunjukkan berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan disebabkan
faktor-faktor tersebut tidak dapat dinyatakan dalam nilai satuan uang;
misalnya reputasi dan prestasi perusahaan, adanya beberapa pesanan yang
tidak dapat dipenuhi hingga perjanjian penjualan maupun pembelian yang
dipenuhi”(h. 9-10).
24
Dengan adanya keterbatasan yang dimiliki oleh laporan keuangan maka
diperlukan suatu pemeriksaan oleh akuntan publik mengenai kewajaran laporan
keuangan yang disajikan oleh perusahaan.
II.6. Tujuan dan Langkah-langkah Analisis Lingkungan Perusahaan
Sebelum melakukan analisis terhadap perusahaan sebaiknya diketahui
terlebih dahulu tujuan dan langkah-langkah analisis yang dilakukan.
Benninga et al. (1997) menulis, “The objective of the analysis of the firm’s
environment is to estimate the firm’s sales in future years by:
a.
Projecting the sales of the industry as a whole.
b.
Projecting the market share of the firm within the industry”(pp. 134-135).
Selanjutnya Benninga et al. (1997) menyatakan, “A typical analysis of the
firm’s environment has three steps:
1)
Begin by considering the firm’s macroeconomic environment-prospects for
future employment, inflation, income, regulations, and taxes.
2)
Once you understand the macroenvironment, analyze the prospects of the
industry to which the firm belongs.
3)
Once you understand both the macroenvironment and the overall industry
prospescts, you can consider the future of the firm you value”(p. 135).
II.7.
Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan
Untuk menyederhanakan data agar mudah dimengerti dalam mengukur
hubungan antara pos-pos yang ada pada laporan keuangan terdapat dua metode
dan beberapa teknik analisis yang tepat sesuai dengan kegunaanya.
25
Munawir (2002) menyatakan, “Ada dua metode analisis yang digunakan
oleh setiap penganalisis laporan keuangan, yaitu analisis horisontal dan analisis
vertikal. Analisis horizontal adalah analisis dengan mengadakan pembandingan
laporan keuangan dengan mengadakan pembandingan laporan keuangan untuk
beberapa periode atau beberapa saat, sehingga akan diketahui perkembangannya.
Metode horisontal ini disebut pula sebagai metode analisis dinamis. Analisis
vertikal yaitu apabila laporan keuangan yang dianalisis hanya meliputi satu
periode atau satu saat saja, yaitu dengan memperbandingkan antara pos yang satu
dengan pos lainnya dalam laporan keuangan tersebut, sehingga hanya akan
diketahui keadaan keuangan atau hasil operasi pada saat itu saja.
Analisis
vertikal ini disebut juga sebagai metode analisis yang statis karena kesimpulan
yang dapat diperoleh hanya untuk periode itu saja tanpa mengetahui
perkembangannya”(h. 36).
Selanjutnya, Munawir (2002) menulis, “Teknik analisis yang biasa
digunakan dalam analisis laporan keuangan adalah sebagai berikut:
1.
Analisis perbandingan laporan keuangan, adalah metode dan teknik analisis
dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau
lebih, dengan menunjukkan:
a.
Data absolut atau jumlah-jumlah dalam rupiah.
b.
Kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah.
c.
Kenaikan atau penurunan dalam prosentase.
d.
Perbandingan yang dinyatakan dengan ratio.
e.
Persentase dari total.
26
2
Trend atau tendensi posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang
dinyatakan dalam prosentase (trend percentage analysis), adalah suatu
metode atau teknik analisis untuk mengetahui tendensi daripada keadaan
keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik atau bahkan turun.
3
Laporan dengan persentase per komponen atau common size statement,
adalah suatu metode analisis untuk mengetahui prosentase investasi pada
masing-masing aktiva terhadap total aktivanya, juga untuk mengetahui
struktur permodalannya dan komposisi perongkosan yang terjadi
dihubungkan dengan jumlah penjualannya.
4
Analisis sumber dan penggunaan modal kerja, adalah suatu analisis untuk
mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk
mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu.
5
Analisis sumber dan penggunaan kas (cash flow statement analysis), adalah
suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas
atau untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang kas selama
periode tertentu.
6
Analisis ratio, adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan
dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu
atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.
7
Analisis perubahan laba kotor (gross profit analysis), adalah suatu analisis
untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari
periode ke periode yang lain atau perubahan laba kotor suatu periode
dengan laba yang dibudgetkan untuk periode tersebut.
27
8
Analisis break-even, adalah suatu analisis untuk menentukan tingkat
penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan
tersebut tidak menderita kerugian, tetapi juga belum memperoleh
keuntungan”(h. 36-37).
II.8.
Analisis Rasio
Dalam menganalisis dan menginterpretasikan laporan keuangan perusahaan
dilakukan perhitungan analisis rasio yang dapat memberikan gambaran kepada
penganalisis mengetahui keadaan keuangan perusahaan dan juga dibandingkan
dengan data pembandingnya.
Menurut Weston et al. (1998) menulis, “Dari sudut investor, meramalkan
masa mendatang merupakan hal terpenting dari analisis laporan keuangan,
sedangkan dari sudut manajemen, analisis laporan keuangan berguna sebagai
cara untuk mengantisipasi keadaan di masa mendatang dan, yang lebih penting,
sebagai titik tolak bagi tindakan perencanaan yang akan mempengaruhi jalannya
kejadian di masa mendatang”(h. 294).
Mengacu pada pendapat Munawir (2002) menyatakan bahwa analisis rasio
merupakan suatu perhitungan analisis berdasarkan pos-pos yang ada pada satu
laporan atau kombinasi antar laporan yang digunakan untuk menentukan tingkat
likuiditas, solvabilitas, dan profitabilitas perusahaan.
Dengan mengacu pada pendapat Munawir (2002) mengklasifikasikan
analisis rasio keuangan menjadi sebagai berikut: rasio likuiditas, rasio leverage,
rasio aktivitas, dan rasio rentabilitas.
28
II.8.1. Rasio Likuiditas/Liquidity Ratios
Rasio likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban finansiilnya sesegera
mungkin pada saat ditagih dan dalam membiayai operasinya.
Apabila
perusahaan mampu memenuhi kewajibannya tepat waktu maka perusahaan
tersebut dalam keadaan likuid sedangkan bila tidak mampu memenuhinya,
berarti dalam keadaan ilikuid.
Yang termasuk dalam rasio likuiditas antara lain:
a. Rasio lancar/current ratio
Rasio lancar dapat digunakan untuk menunjukkan nilai aktiva lancar terhadap
hutang lancar.
Rasio ini memperlihatkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi tagihan jangka pendeknya.
Semakin besar rasio ini berarti
semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya. Rumusnya sebagai berikut:
Current ratio =
Current assets
Current liabilities
b. Rasio cepat/quick or acid-test ratio
Rasio cepat dapat digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajibannya tanpa memperhitungkan persediaan yang dimiliki,
karena persediaan memerlukan waktu yang cukup lama untuk segera
dijadikan uang tunai. Semakin besar rasio ini semakin baik. Rumusnya
sebagai berikut:
Quick or acid-test ratio =
Current assets – Inventories
Current liabilities
29
II.8.2. Rasio Leverage
Rasio leverage adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa
besar aktiva yang dimiliki perusahaan berasal dari hutang atau modal, sehingga
dengan rasio ini dapat diketahui posisi perusahaan dan kewajibannya yang
bersifat tetap kepada pihak lain serta keseimbangan nilai aktiva tetap dengan
modal yang ada. Sebaiknya komposisi modal harus lebih besar dari hutang.
Yang termasuk dalam rasio leverage antara lain:
a. Rasio total hutang terhadap total aktiva/debt ratio
Rasio total hutang terhadap total aktiva menunjukkan besarnya total hutang
terhadap keseluruhan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Rasio ini
hanya merupakan persentase dana yang diberikan oleh kreditor bagi
perusahaan. Rumusnya sebagai berikut:
Debt ratio =
Total liabilities
Total assets
x 100%
b. Rasio total hutang terhadap total ekuitas/debt to equity ratio
Rasio ini dapat digunakan untuk mengukur sampai seberapa besar jumlah
rupiah modal sendiri yang dijaminkan atas hutang. Semakin besar rasio ini
akan semakin menguntungkan perusahaan, sedangkan bagi pihak bank akan
mengakibatkan semakin besar risiko yang ditanggungnya.
Rumusnya
sebagai berikut:
Debt to equity ratio =
Total liabilities
Common equity
x 100%
30
c. Rasio kemampuan membayar bunga (times-interest earned ratio)
Rasio ini dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan
perusahaan dalam membayar beban bunga dan memenuhi pembayaran bunga
bagi kreditor. Rumusnya sebagai berikut:
Times-interest earned ratio =
EBIT
Interest expense
II.8.3. Rasio Aktivitas/Activities Ratios
Rasio aktivitas adalah rasio yang digunakan untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari baik dalam penjualan,
penagihan piutang, dan pemanfaatan aktiva yang dimiliki oleh perusahaan.
Yang termasuk dalam rasio aktivitas antara lain:
a. Perputaran piutang usaha/accounts receivable turnover
Rasio ini menunjukkan besarnya modal kerja yang tertanam dalam piutang
dan berapa kali piutang rata-rata ditagih dalam periode tersebut. Semakin
tinggi rasio ini berarti semakin rendah modal kerja yang ditanamkan dalam
piutang. Rumusnya sebagai berikut:
Account receivable turnover =
Sales
Average account receivable
b. Periode penagihan rata-rata/days sales outstanding
Rasio ini menunjukkan berapa lamanya dana perusahaan yang ditanamkan
dalam piutang dan rata-rata waktu untuk menagih atau mencairkan piutang.
Semakin kecil rasio ini semakin baik bagi perusahaan karena semakin cepat
piutang dapat dicairkan. Rumusnya sebagai berikut:
31
Days sales outstanding =
360
Average account receivable turnover
c. Rasio perputaran persediaan/inventory turn over ratio
Rasio ini menunjukkan posisi persediaan dan berapa kali dana yang
ditanamkan dalam persediaan berputar pada suatu periode. Semakin besar
turn over berarti semakin baik bagi perusahaan karena dianggap penjualan
berjalan dengan cepat. Rumusnya sebagai berikut:
Inventory turnover ratio =
COGS
Average inventories
d. Rasio perputaran aktiva tetap/fixed assets turn over
Rasio ini menunjukkan berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap
berputar pada suatu periode dan seberapa efektif perusahaan dalam
menggunakan aktiva tetapnya. Semakin tinggi rasio ini semakin baik karena
kemampuan aktiva tetap dalam melakukan penjualan tinggi.
Rumusnya
sebagai berikut:
Fixed assets turnover ratio =
Sales
Net fixed assets
e. Rasio perputaran total aktiva/total assets turn over ratio
Rasio ini mengukur tingkat efisiensi dan efektivitas dari perputaran maupun
pemanfaatan total aktiva dalam menghasilkan penjualan. Rasio ini
menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan untuk
tiap rupiah yang telah ditanamkan pada aktiva perusahaan. Semakin tinggi
rasio ini semakin baik bagi perusahaan. Rumusnya sebagai berikut:
32
Total assets turnover ratio =
Sales
Total assets
II.8.4. Rasio Rentabilitas/Rentability Ratios
Rasio rentabilitas adalah rasio yang digunakan untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu. Rentabilitas suatu
perusahaan dapat diukur dengan kesuksesannya dalam menggunakan aktiva
secara produktif, maka rentabilitas itu dapat diketahui dengan membandingkan
antara laba dengan modal perusahaan tersebut.
Yang termasuk dalam rasio rentabilitas antara lain:
a. Rasio laba kotor atas penjualan (gross profit ratio)
Rasio ini menunjukkan berapa besar laba kotor yang dapat diperoleh
perusahaan untuk setiap rupiah penjualan pada periode yang sama.
Rumusnya sebagai berikut:
Gross profit ratio =
Gross profit
Sales
x 100%
b. Rasio laba bersih atas penjualan/net margin on sales
Rasio ini digunakan untuk mengukur laba bersih yang diperoleh pada tingkat
penjualan yang telah dilakukan dan kemampuan perusahaan dalam
mengendalikan biaya.
Semakin besar rasio ini semakin baik karena
kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba cukup tinggi. Rumusnya
sebagai berikut:
Net margin on sales =
Net income
Sales
x 100%
33
c. Pengembalian atas total aktiva/Return On total Assets (ROA)
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan
keseluruhan dana yang telah ditanamkan pada aktiva untuk operasi
perusahaan dalam memperoleh keuntungan. Rasio ini juga menunjukkan
produktivitas dari seluruh dana perusahaan. Rumusnya sebagai berikut:
Net income
Total assets
Return On total Assets (ROA) =
x 100%
d. Pengembalian atas ekuitas/Return On Equity (ROE)
Rasio ini mengukur tingkat efisiensi modal sendiri dan menunjukkan laba
bersih yang dapat diperoleh dari modal pemilik. Semakin tinggi rasio ini
semakin memperkuat posisi modal pemilik perusahaan. Rumusnya:
Return On Equity (ROE) =
Net income
Common equity
x 100%
e. Laba per saham/Earning Per Share (EPS)
Walsh, C. (2003) seperti yang diterjemahkan oleh Haikal, S. menyatakan,
“Angka ini memberikan informasi tentang berapa laba yang diperoleh
pemegang saham biasa atas setiap lembar saham yang dimilikinya. Kita
tidak perlu membandingkan laba per saham satu perusahaan dengan
perusahaan lainnya, karena bisa saja suatu perusahaan memiliki saham dalam
jumlah yang besar tetapi berdenominasi kecil atau memiliki jumlah saham
yang lebih sedikit tetapi berdenominasi lebih besar” (h. 148-149).
34
Rumusnya sebagai berikut:
Earning Per Share =
II.9.
Earning After Taxes
Number of shares
Manfaat dan Keterbatasan Analisis Rasio
Sebelum diketahui manfaat yang dapat diperoleh dari analisis rasio yang
digunakan, sebaiknya diketahui terlebih dahulu maksud dilakukannya analisis
terhadap laporan keuangan yaitu dengan mempelajari hubungan dan tendensi
yang ada diharapkan dapat menentukan posisi dan kondisi keuangan serta hasil
operasi perusahaan maupun perkembangannya di masa yang akan datang.
Weston dan Brigham (1998) menyatakan, “Analisis rasio digunakan oleh
tiga kelompok utama:
1) Manajer, yang menggunakan rasio-rasio tersebut untuk menganalisis,
mengendalikan, dan memperbaiki operasi perusahaan;
2) Analisis kredit, seperti petugas kredit bank atau analis yang menetapkan
peringkat obligasi (di AS), yang menganalisis rasio untuk menentukan
kemampuan suatu perusahaan membayar hutangnya; dan
3) Analisis sekuritas, yaitu analis saham yang berkepentingan atas efisiensi dan
prospek pertumbuhan perusahaan, dan analis obligasi yang berkepentingan
atas kemampuan perusahaan untuk membayar bunga dan pokok obligasi serta
nilai likuidasi aktiva dalam hal terjadinya kepailitan”(h. 312-313).
Weston et al. (1998) menyatakan, “Kita juga harus memperhatikan bahwa
meskipun analisis rasio dapat menghasilkan informasi yang bermanfaat
sehubungan dengan operasi dan keadaan keuangan perusahaan, namun di
35
dalamnya terdapat masalah dan keterbatasan yang memerlukan kehati-hatian dan
pertimbangan. Sebagian dari masalah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Banyak perusahaan besar mengoperasikan beberapa divisi yang berbeda pada
industri yang sangat berlainan, dan dalam keadaan semacam itu sukarlah
untuk mendapatkan rata-rata industri yang bisa digunakan sebagai bahan
pembanding yang tepat.
2. Hampir semua perusahaan ingin berprestasi di atas rata-rata (meskipun pada
kenyataannya separuh akan di bawah dan separuh lagi di atas rata-rata),
sehingga pencapaian prestasi rata-rata semata belumlah harus dinyatakan
baik.
3. Inflasi menyebabkan distorsi besar pada neraca - nilai yang tercatat di neraca
kerap kali sangat berbeda dari nilai yang sebenarnya.
4. Faktor-faktor musiman juga menyebabkan ketimpangan pada analisis rasio.
5. Perusahaan dapat menggunakan teknik “window dressing”(teknik untuk
mempercantik laporan keuangan) agar laporan keuangannya kelihatannya
lebih baik bagi analisis kredit.
6. Perbedaan praktek operasi dan akuntansi bisa menyebabkan distorsi dalam
perbandingan.
7. Sebenarnya sukar untuk menetapkan secara pasti apakah suatu rasio baik atau
buruk.
8. Suatu perusahaan bisa mempunyai sejumlah rasio yang kelihatan baik
sedangkan rasio lainnya jelek, sehingga sulit untuk mengatakan apakah
secara keseluruhan perusahaan ini baik atau buruk”(h. 313-314).
36
Download