fitnah - SMPN 1 Lamongan | Login

advertisement
Bismillahirrahmaanirrahiim
FITNAH
Siapa pun tahu bahwa fitnah merupakan sifat tercela. Fitnah merupakan kebiasaan
seseorang untuk menabur petaka, kekacauan, perpecahan, bencana, musibah atau
bentuk keburukan lainnya yang dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan
pada orang lain, dan sama sekali tidak memberi manfaat dalam agama. Misalnya,
membujuk orang lain berbuat jahat dengan cara mengadu domba, atau menyebar
gosip untuk menjauhkan nama baik seseorang. Allah berfirman, "Sesungguhnya
orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang yang beriman, baik lakilaki maupun perempuan, kemudian mereka tidak bertaubat maka bagi mereka azab
jahanam, dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar." (Q.S. Al-Buruj, 10).
Akibat dari fitnah ini, sudah nyata menimbulkan bencana dunia, baik bagi pelakunya
maupun bagi orang lain. Sedangkan bencana akhirat hanyalah ditanggung oleh si
pelakunya, yaitu akan dibakar di dalam api neraka jahanam.
Lebih bahaya lagi jika fitnah itu bersumber dari seorang da'i, baik melalui ceramah,
fatwa lisan maupun tulisannya.
Karena dorongan nafsu demi popularitas dan materi duniawinya, dengan segala
kebodohan dan kekurangannya, seorang da'i tidak jarang menyampaikan suatu fatwa
yang menyesatkan umat yang pemahaman agamanya masih kurang. Pada akhir zaman
ini, karena sudah semakin langkanya ulama yang betul-betul faqih dan wara',
dikhawatirkan tipe para da'i penabur fitnah ini semakin merajalela. Rasulullah SAW
bersabda, "Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu (agama) secara
langsung dari hamba-hambanya. Allah akan mencabutnya dengan mewafatkan para
ulama, sehingga apabila tidak ada lagi seorang alim, orang-orang akan mengangkat
para pemimpin yang bodoh. Ketika ditanya (suatu masalah agama), mereka
memberikan fatwa tanpa didasarkan pada ilmu. Akhirnya mereka sesat dan
menyesatkan kepada yang lain." (H.R. Muslim).
Ada juga yang menyampaikan fatwa yang benar tapi tidak hati-hati (wara') atau
tidak menjaga kode etik dakwah berkaitan dengan kondisi objek dakwahnya (mad'u),
baik karena keluguan dan kepolosannya maupun karena kebiasaan buruknya dengan
melakukan sensasi. Misalnya, seorang alim memberikan fatwa bahwa salat tidak sah
tanpa membaca fatihah yang sesuai dengan ilmu tajwidnya. Akibat dari fatwanya ini,
orang-orang awam yang merasa belum mampu membaca Al-Qur'an secara benar
segera meninggalkan salat.
Ada juga ulama yang kerjanya menyampaikan fatwa yang dapat menyulut perpecahan
antara umat Islam. Contohnya, dengan cara memperuncing masalah yang tidak
prinsip (furu') yang jelas-jelas di-ikhtilaf-kan sejak masa Rasul sampai hari kiamat.
Demikian salah satu sisi-nya dalam perjalanan dakwah para alim yang terkadang
melenceng dari misi yang sebenarnya. Alih-alih menciptakan kemaslahatan umat,
yang muncul malah suatu bencana bagi agama.
Setiap mukmin wajib menghindari fitnah sekecil apa pun, karena dia akan
menimbulkan bencana besar. Adapun di antara cara menghindari penyakit ini adalah
sebagai berikut:
1. Menjauhi seluruh penyebabnya; seperti mengikuti hawa nafsu, persaingan
duniawi yang tidak bersih sehingga menyulut rasa hasud dan dendam.
2. Menekan gejala penyakit ini seminimal mungkin, melalui pola hidup hati-hati
(wara') dalam berbicara, bertindak, bahkan dalam menerima kebenaran suatu
informasi yang datang dari seseorang yang terkadang bermaksud
"membangunkan" fitnah yang sebelumnya "tertidur". Rasulullah SAW bersabda,
"Fitnah itu (sebenarnya) tertidur (tidak pernah nampak). Karena itu, Allah pasti
melaknat orang yang membangunkannya."
Download