BAB VI KESIMPULAN Berdasarkan penelitian tentang diatesis yang telah dilakukan dalam buku “Anwa>‘u an-Nus}u>s}i al-Muqarrarati li Tala>mi>z{i asy-Syaha>dati as\-S|a>nawiyyati al‘Ulya>” karya Conomos, dapat disimpulkan bahwa hubungan antara verba aksi dan argumennya berbeda-beda. Perbedaan hubungan tersebut menunjukkan adanya diatesis yang berbeda pula. Adapun macam-macam diatesis tersebut adalah diatesis aktif, diatesis pasif, diatesis resiprokal, dan diatesis refleksif. Selain itu, keempat jenis diatesis tersebut juga memiliki subjenisnya masing-masing. Hal ini didasarkan pada struktur perannya. Struktur peran tersebut terutama dipengaruhi oleh verba sebagai induk klausa serta jumlah dan macam argumen pendamping verba. Diatesis aktif pada umumnya melibatkan verba aktif sebagai pengisi fungsi predikat dan peran pelaku sebagai pengisi fungsi subjek. Subjenis diatesis aktif dipengaruhi oleh watak semantis verba. Adapun subjenisnya adalah diatesis aktif dengan verba bervalensi satu, bervalensi dua, bervalensi tiga, dan bervalensi empat. Diatesis aktif dengan verba bervalensi satu berstruktur peran VAM – Ag. Diatesis aktif dengan verba bervalensi dua berstruktur peran VAM – Ag – Ob dan VAL – Ag – Lo. Diatesis aktif dengan verba bervalensi tiga berstruktur peran VAM – Ag – Ob – Ob, VAB – Ag – Ben – Ob, dan VAL – Ag – Ob – Lo. Adapun diatesis aktif dengan verba bervalensi empat berstruktur peran VAB – Ag – Ben – Ob – Ob. Pada DA dengan verba bervalensi dua, terdapat struktur peran yang secara wajib berupa VAM(P)+Ob(O) – Ag(S), dengan O berupa pronomina 70 71 persona yang terikat (d}ami>r muttas}il). Diatesis pasif pada umumnya dibentuk oleh verba pasif sebagai pengisi fungsi predikat dan peran penderita atau peran lainnya sebagai pengisi fungsi subjek. Terkadang verba sebagai P berupa verba bentuk aktif (Fm) dengan bina> mut}a>wa‘ah. Adapun subjenisnya dapat didasarkan atas peran subjek klausa, yaitu diatesis pasif subjenis Ob, diatesis pasif subjenis Ben, diatesis pasif subjenis Lo. Diatesis pasif subjenis Ob berstruktur peran VPM – Ob. Diatesis pasif subjenis Ben berstruktur peran VPB – Ben – Ob. Adapun diatesis pasif subjenis Lo berstruktur peran VPL – Lo dan VPL – Lo – Ob. Diatesis resiprokal pada umumnya dibentuk oleh verba resiprokal sebagai pengisi fungsi predikat dan adanya peran ganda dari argumen pendamping verba yang bertindak berbalasan. Adapun subjenisnya ditentukan oleh peran S dalam klausa, yaitu diatesis resiprokal bersubjek pluralis dan diatesis resiprokal bersubjek singularis. Diatesis resiprokal bersubjek pluralis dapat berstruktur peran VRes – dan VRes – – , O ⊂ S serta VAM – – ,O ⊂ S. Adapun diatesis resiprokal bersubjek singularis dapat berstruktur peran seperti VRes – – . Dalam pembahasan DRes, ada hal yang perlu diperhatikan, yaitu preposisi yang memungkinkan mendukung adanya DRes. Preposisi tersebut adalah preposisi bermakna „bersama‟, yaitu preposisi bi dan ma‘a. Diatesis refleksif pada umumnya dibentuk oleh verba refleksif berupa Flaz dan terkadang berupa Fmut beserta argumen pendampingnya. Adapun subjenisnya ditentukan oleh macam verba tersebut, yaitu diatesis refleksif dengan Flaz dan 72 diatesis refleksif dengan Fmut. Diatesis refleksif dengan Flaz berstruktur peran VRef – . Adapun diatesis refleksif dengan Fmut berstruktur peran VRef – – Ob. Terkadang Fmut pengisi P bukanlah VRef, melainkan verba aksi yang lain dengan fungsi O atau O1 berupa kata diri (pronomina refleksif atau NRef). Adapun struktur perannya adalah VAM – VAB – – Ob, VAM – – Ob – Ob dan – Ben – Ob dengan O atau O1 = NRef. Verba aksi sebagai induk klausa yang membentuk diatesis tertentu agaknya bervariasi. Pertama-tama, verba tersebut dilihat dari segi morfosintaksisnya, yaitu Fm atau Fj. Penggolongan tersebut sekaligus dari segi semantik sehingga peran S dapat Ag atau tidak. Kedua, verba aksi semata-mata dilihat dari segi watak semantisnya, yaitu VAM, VAB, VAL, VRes, dan VRef. Ketiga, verba aksi tersebut dilihat dari segi valensinya, yaitu Flaz dan Fmut baik bervalensi dua atau lebih. Hal-hal itulah yang menentukan macam dan jumlah argumen pendamping verba yang hadir. Selain itu, penentu adanya diatesis tertentu tidak hanya dipengaruhi oleh verba yang memiliki watak tertentu sebagaimana disebut di atas, tetapi juga dapat dilihat dari argumen yang memiliki kekhususan, terutama pada diatesis resiprokal dan diatesis refleksif. Pada diatesis resiprokal, penentu diatesis tidak hanya dengan adanya verba aksi yang resiprokal, tetapi keresiprokalan diatesis itu dapat terbentuk dengan adanya pronomina resiprokal (NRes) yang menjadi argumen bersangkutan yang mengisi fungsi objek. Adapun syarat adanya NRes sebagai pengisi fungsi objek itu diimbangi dengan adanya subjek yang pluralis sehingga memungkinkan adanya keresiprokalan sebagai perbuatan yang berbalasan. 73 Demikian pula pada diatesis refleksif, penentu diatesis tidak hanya dengan adanya verba aksi yang refleksif, tetapi kerefleksifan diatesis itu dapat terbentuk dengan adanya pronomina refleksif (NRef) yang menjadi argumen pengisi fungsi objek (selain S).