70 BAB VI KESIMPULAN Berdasarkan penelitian

advertisement
BAB VI
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian tentang diatesis yang telah dilakukan dalam buku
“Anwa>‘u an-Nus}u>s}i al-Muqarrarati li Tala>mi>z{i asy-Syaha>dati as\-S|a>nawiyyati al‘Ulya>” karya Conomos, dapat disimpulkan bahwa hubungan antara verba aksi dan
argumennya berbeda-beda. Perbedaan hubungan tersebut menunjukkan adanya
diatesis yang berbeda pula. Adapun macam-macam diatesis tersebut adalah
diatesis aktif, diatesis pasif, diatesis resiprokal, dan diatesis refleksif. Selain itu,
keempat jenis diatesis tersebut juga memiliki subjenisnya masing-masing. Hal ini
didasarkan pada struktur perannya. Struktur peran tersebut terutama dipengaruhi
oleh verba sebagai induk klausa serta jumlah dan macam argumen pendamping
verba.
Diatesis aktif pada umumnya melibatkan verba aktif sebagai pengisi fungsi
predikat dan peran pelaku sebagai pengisi fungsi subjek. Subjenis diatesis aktif
dipengaruhi oleh watak semantis verba. Adapun subjenisnya adalah diatesis aktif
dengan verba bervalensi satu, bervalensi dua, bervalensi tiga, dan bervalensi
empat. Diatesis aktif dengan verba bervalensi satu berstruktur peran VAM – Ag.
Diatesis aktif dengan verba bervalensi dua berstruktur peran VAM – Ag – Ob dan
VAL – Ag – Lo. Diatesis aktif dengan verba bervalensi tiga berstruktur peran
VAM – Ag – Ob – Ob, VAB – Ag – Ben – Ob, dan VAL – Ag – Ob – Lo.
Adapun diatesis aktif dengan verba bervalensi empat berstruktur peran VAB – Ag
– Ben – Ob – Ob. Pada DA dengan verba bervalensi dua, terdapat struktur peran
yang secara wajib berupa VAM(P)+Ob(O) – Ag(S), dengan O berupa pronomina
70
71
persona yang terikat (d}ami>r muttas}il).
Diatesis pasif pada umumnya dibentuk oleh verba pasif sebagai pengisi
fungsi predikat dan peran penderita atau peran lainnya sebagai pengisi fungsi
subjek. Terkadang verba sebagai P berupa verba bentuk aktif (Fm) dengan bina>
mut}a>wa‘ah. Adapun subjenisnya dapat didasarkan atas peran subjek klausa, yaitu
diatesis pasif subjenis Ob, diatesis pasif subjenis Ben, diatesis pasif subjenis Lo.
Diatesis pasif subjenis Ob berstruktur peran VPM – Ob. Diatesis pasif subjenis
Ben berstruktur peran VPB – Ben – Ob. Adapun diatesis pasif subjenis Lo
berstruktur peran VPL – Lo dan VPL – Lo – Ob.
Diatesis resiprokal pada umumnya dibentuk oleh verba resiprokal sebagai
pengisi fungsi predikat dan adanya peran ganda dari argumen pendamping verba
yang bertindak berbalasan. Adapun subjenisnya ditentukan oleh peran S dalam
klausa, yaitu diatesis resiprokal bersubjek pluralis dan diatesis resiprokal
bersubjek singularis. Diatesis resiprokal bersubjek pluralis dapat berstruktur peran
VRes –
dan VRes –
–
, O ⊂ S serta VAM –
–
,O
⊂ S. Adapun diatesis resiprokal bersubjek singularis dapat berstruktur peran
seperti VRes –
–
. Dalam pembahasan DRes, ada hal yang perlu
diperhatikan, yaitu preposisi yang memungkinkan mendukung adanya DRes.
Preposisi tersebut adalah preposisi bermakna „bersama‟, yaitu preposisi bi dan
ma‘a.
Diatesis refleksif pada umumnya dibentuk oleh verba refleksif berupa Flaz
dan terkadang berupa Fmut beserta argumen pendampingnya. Adapun subjenisnya
ditentukan oleh macam verba tersebut, yaitu diatesis refleksif dengan Flaz dan
72
diatesis refleksif dengan Fmut. Diatesis refleksif dengan Flaz berstruktur peran
VRef –
. Adapun diatesis refleksif dengan Fmut berstruktur peran VRef –
– Ob. Terkadang Fmut pengisi P bukanlah VRef, melainkan verba aksi yang lain
dengan fungsi O atau O1 berupa kata diri (pronomina refleksif atau NRef).
Adapun struktur perannya adalah VAM –
VAB –
– Ob, VAM –
– Ob – Ob dan
– Ben – Ob dengan O atau O1 = NRef.
Verba aksi sebagai induk klausa yang membentuk diatesis tertentu
agaknya
bervariasi.
Pertama-tama,
verba
tersebut
dilihat
dari
segi
morfosintaksisnya, yaitu Fm atau Fj. Penggolongan tersebut sekaligus dari segi
semantik sehingga peran S dapat Ag atau tidak. Kedua, verba aksi semata-mata
dilihat dari segi watak semantisnya, yaitu VAM, VAB, VAL, VRes, dan VRef.
Ketiga, verba aksi tersebut dilihat dari segi valensinya, yaitu Flaz dan Fmut baik
bervalensi dua atau lebih. Hal-hal itulah yang menentukan macam dan jumlah
argumen pendamping verba yang hadir.
Selain itu, penentu adanya diatesis tertentu tidak hanya dipengaruhi oleh
verba yang memiliki watak tertentu sebagaimana disebut di atas, tetapi juga dapat
dilihat dari argumen yang memiliki kekhususan, terutama pada diatesis resiprokal
dan diatesis refleksif. Pada diatesis resiprokal, penentu diatesis tidak hanya
dengan adanya verba aksi yang resiprokal, tetapi keresiprokalan diatesis itu dapat
terbentuk dengan adanya pronomina resiprokal (NRes) yang menjadi argumen
bersangkutan yang mengisi fungsi objek. Adapun syarat adanya NRes sebagai
pengisi fungsi objek itu diimbangi dengan adanya subjek yang pluralis sehingga
memungkinkan adanya keresiprokalan sebagai perbuatan yang berbalasan.
73
Demikian pula pada diatesis refleksif, penentu diatesis tidak hanya dengan adanya
verba aksi yang refleksif, tetapi kerefleksifan diatesis itu dapat terbentuk dengan
adanya pronomina refleksif (NRef) yang menjadi argumen pengisi fungsi objek
(selain S).
Download