13 Agustus 2006 Text untuk direnungkan pagi ini Kisah Para Rasul 25:1-27. Tema: “Menelaah pernyataan Paulus: ’Aku sedikitpun tidak bersalah!’” Pada fatsal 24 kita diperhadapkan dengan suatu pembelaan Paulus di hadapan gubernur Feliks di mana Paulus menyatakan dengan penuh kekuatan persuasive. Lepas dari suatu kenyataan bahwa tak ada gading yang tak retak, bahwa manusia siapapun pasti ada kekurangannya. Namun apa yang ia paparkan adalah kesaksian hidup yang tak dapat dibantah oleh siapapun juga. Inilah pemberitaan Injil yang paling effektif, inilah kesaksian terhadap kuasa Injil yang paling positif dan kuat. Pada fatsal 25 kita akan menelaah lebih lanjut akan apa yang Paulus katakana didepan gubernur Festus: “Aku sedikitpun tidak bersalah!”. (1). Paulus tidak bersalah dalam hubungannya terhadap Hukum Taurat. Ay. 8. Cf. Filipi 3: 4-7. Ungkapan Paulus “Aku sedikitpun tidak bersalah, baik terhadap Hukum Taurat…” menyatakan suatu fakta objektif bahwa ia tidak pernah melecehkan Hukum Taurat. Apabila kita membaca Surat Filipi maka kita akan membaca bahwa sebelum pertobatannya, ia adalah pelaku Hukum Taurat. Ia mengetahui bahwa tak seorangpun yang dapat dengan sempurna menjalankan Hukum Taurat. Hanya satu orang yang dapat menggenapi Hukum Taurat yaitu Yesus Kristus. (2). Paulus tidak bersalah dalam hubungannya terhadap Bait Allah. Ay. 8 Cf. I Korintus 3:16-17, Kolose 3:5-11. Bukan saja Paulus tak melecehkan Hukum Taurat, ia juga tidak melecehkan Bait Allah. Ia menghargai Bait Allah sebagai satu tempat yang perlu dihormati. Namun Ia juga mengetahui melalui pengwahyuan Tuhan kalau penyembahan manusia setelah kematian dan kebangkitan Yesus Kristus dari kematian maka Dialah yang menjadi pusat dan perantara penyembahan manusia kepada Tuhan. Bahkan Paulus juga menyadari kalau tubuh manusia adalah Bait Allah. Kehidupan kudus orang percaya akan memuliakan Tuhan. (3). Paulus tidak bersalah dalam hubungannya terhadap Kaisar. Ay. 8 Cf. Roma 13: 1-7, I Timotius 2: 1-3. Paulus dalam pelayanan misi hanya memberitakan Injil Yesus Kristus. Mesias yang dinantikan oleh orang Israel bukan sebagai pemimpin untuk melawan Kaisar dan Kerajaan Romawi. Mesias datang untuk membebaskan manusia dari kuasa dosa. Paulus dalam pengwahyuan yang ia terima dari Tuhan menulis dan mengajarkan kepada umat percaya kalau kita harus menghormati kekuasaan pemerintah serta mendoakan bagi penguasa. Marilah kita renungkan akan apa yang telah dilakukan oleh Paulus sebagai satu saksi kuasa Injil Yesus Kristus. Lucto et emergo!