9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Manajemen Sumber Daya Manusia
Menurut Ike Kusdyah Rachmawati (Hersona, 2012), manajemen
Sumber Daya Manusia adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengawasan kegiatan pengadaan, pengembangan, pemberian
kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan dan pelepasan sumber daya
manusa agar tercapai tujuan individu, organisasi, dan masyarakat.
Ada empat hal penting berkenaan dengan manajemen sumber daya
manusia menurut Simamora (Hersona, 2012):
•
Penekanan yang lebih dari biasanya terhadap pengintegrasian
berbagai kebijakan sumber daya manusia dengan perencanaan
bisnis.
•
Tanggung jawab pengelolaan sumber daya manusia tidak lagi
terletak hanya pada manajer khusus, tetapi sekarang dianggap
teretak pada manajemen lini senior.
•
Perubahan fokus dari hubungan serikat pekerja-manajemen
menjadi hubungan manajemen-karyawan, dari kolektivisme
menjadi individualisme.
•
Terdapat aksentuasi pada komitmen dan melatih inisiatif dimana
manajer berperan sebagai penggerak dan fasilitator.
Kegiatan sumber daya manusia merupakan bagian proses manajemen
sumber daya manusia yang paling sentral, dan merupakan suatu rangkaian
dalam mencapai tujuan organisasi. Kegiatan tersebut akan berjalan lancar
apabila memanfaatkan fungsi-fungsi manajemen. Fungsi manajemen Sumber
Daya Manusia menurut Edy Sutrisno (Hersona, 2012):
• Perencanaan
9
10
Kegiatan memperkirakan tentang keadaan tenaga kerja, agar sesuai dengan
kebutuhan organisasi secara efektif dan efisien, dalam membantu terwujudnya
tujuan. Perencanaan itu untuk menetapkan program kepegawaian, meliputi
pengorganisasian,
pengarahan,
pengendalian,
pengadaan,
pengembangan,
kompensasi, integrasi, pemeliharaan, kedisipinan dan pemberhentian karyawan.
• Pengorganisasian
Kegiatan mengatur karyawan dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan
kerja, delegasi wewenang, integrasi, dan koordinasi daam bentuk bagan
organisasi. Organisasi hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Organisasi
yang baik akan membantu terwujudnya tujuan secara efektif.
• Pengarahan dan pengadaan
Kegiatan memberi petunjuk kepada pegawai agar mau bekerja sama dan bekerja
efektif dan efisien dalam membantu tercapainya tujuan organisasi. Pengarahan
dilakukan oleh pemimpin yang dengan kepemimpinannya akan memberi arahan
kepada pegawai agar mengerjakan semua tugasnya dengan baik.
• Pengendalian
Kegiatan mengendalikan pegawai agar mentaati peraturan organisasi dan bekerja
sesuai rencana. Bila terdapat penyimpangan diadakan tindakn perbaikan dan/atau
penyempurnaan. Pengendalian pegawai meliputi kehadiran, kedisiplinan, perilaku
kerjasama, dan menjaga situasi ingkungan pekerjaan.
• Pengembangan
Proses peningkatan keterampilan teknik, teoritis, konseptual, dan moral pegawai
meliputi pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan yang diberikan,
hendaknya sesuai dengan kebutuhan pekerjaan masa kini maupun masa yang akan
datang.
• Kompensasi
Pemberian balas jasa langsung berupa uang atau barang kepada pegawai sebagai
imbalan balas jasa yang diberikan kepada organisasi. Prinsip kompensasi adalah
adil dan layak. Adil diartikan sesuai dengan prestasi kerja, sedangkan layak
diartikan dapat memenuhi kebutuhan primer.
• Pengintegrasian
Kegiatan untuk mempersatukan kepentingan organisasi dan kebutuhan pegawai,
agar tercipta kerjasama yang serasi dan saling menguntungkan. Di satu pihak
11
organisasi memperoleh keberhasilan/keuntungan, sedangkan dilain pihak
pegawai dapat memenuhi kebutuhan dari hasil pekerjaannya. Pengintegrasian
merupakan hal yang penting dan cukup sulit dalam manajemen sumber daya
manusia, karena mempersatukan dua kepentingan yang berbeda.
•
Pemeliharaan
Kegiatan pemeiharaan atau meningkatkan kondisi fisik, mental dan loyalitas,
agar mereka tetap mau bekerjasama sampai pensiun. Pemeliharaan yang baik
dilakukan dengan program kesejahteraan dengan berdasarkan kebutuhan
sebagian besar pegawai, serta berpedoman kepada internak dan eksternal
konsistensi.
•
Kedisiplinan
Salah satu fungsi manajemen sumber daya manusia yang penting dan
merupakan kunci terwujudnya tujuan organisasi, karena tanpa adanya
kedisiplinan, maka sulit mewujudkan tujuan yang maksimal. Kedisiplinan
merupakan keinginan dan kesadaran untuk mentaati peraturan organisasi dan
norma sosial.
•
Pemberhentian
Pemutusan hubungan kerja seorang pegawai dari suatu organisasi.
Pemberhentian ini disebabkan oleh keinginan pegawai, keinginan organisasi,
berakhirnya kontrak kerja, pension, atau sebab lainnya. Penerapan fungsi
manajemen
dengan sebaik-baiknya dalam mengelola pegawai, akan
mempermudah mewujudkan tujuan dan keberhasian organisasi.
2.1.2 Lingkungan kerja
Menurut Widyarini (2010), lingkungan kerja merupakan lingkungan
sosial yang sangat penting. Di sana setiap orang dapat mengalami diterima
atau ditolak oleh orang lain. Tidak ada orang yang ingin ditolak oleh orang
yang sehari-hari dijumapi olehnya. Diterima oleh lingkungan sangat
menentukan kesejahteraan psikologis seseorang. Menurut Supardi (Husein &
Hady, 2012) mendefinisikan lingkungan kerja adalah keadaan sekitar tempat
kerja, baik secara fisik maupun non fisik, yang dapat memberikan kesan yang
menyenangkan, mengamankan, menentramkan, dan betah kerja.
12
Lingkungan kerja bukan hanya sekedar berpengaruh terhadap semangat dan
kegairahan kerja dalam pelaksanaan kerja, tetapi seringkali pengaruhnya cukup
besar. Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja dan
yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan
(Nitisenito, 2010). Manajemen harus mengambil peran aktif dalam tidak hanya
mendefinisikan lingkungan fisik tempat kerja dan membuatnya kondusif bagi
pekerja, tetapi juga mengubah gaya manajemen yang sesuai dengan karyawan. Hal
ini
mengacu
pada
perubahan
aspek
seperti
etika,
perilaku,
komitmen,
profesionalisme, drive, dan hubungan interpersonal karyawan untuk menjadi lebih
baik (Chandrasekar, 2011). Manajer harus mengubah gayanya untuk membawa
perubahan yang efektif dalam aspek ini. Dia harus menghabiskan lebih banyak waktu
pada pengendalian faktor-faktor lingkungan kerja dibandingkan micromanage.
Untuk ini, manajer harus (Chandrasekar, 2011):
•
Memberikan wewenang yang memadai untuk karyawan.
•
Tanggung jawab Delegasi.
•
Meningkatkan akuntabilitas mereka.
•
Mendorong kerja sama tim.
Menciptakan lingkungan kerja di mana karyawan produktif adalah penting
untuk meningkatkan keuntungan bagi organisasi, perusahaan atau usaha kecil.
Prinsip-prinsip
manajemen
yang
menentukan
bagaimana,
tepatnya
untuk
memaksimalkan pusat produktivitas karyawan pada dua bidang utama: motivasi
pribadi dan infrastruktur lingkungan kerja.
Banyak manajer dan supervisor memiliki pandangan yang keliru bahwa
tingkat kinerja karyawan pada pekerjaan sebanding dengan ukuran paket gaji
karyawan. Meskipun ini mungkin benar dalam beberapa kasus, banyak survei
karyawan yang telah menunjukkan bahwa ini tidak benar. Kualitas lingkungan kerja
karyawan yang paling berdampak pada tingkat motivasi dan kinerja selanjutnya.
Seberapa baik mereka terlibat dengan organisasi, terutama dengan lingkungan
mereka, pengaruh untuk sebagian besar tingkat kesalahan mereka, tingkat inovasi
dan kolaborasi dengan karyawan lain, absensi, dan berapa lama mereka tinggal di
pekerjaan. Banyak penelitian telah mengungkapkan bahwa sebagian besar karyawan
meninggalkan organisasi mereka karena hubungan dengan atasan langsung atau
manajer.
13
Menurut Gibson (Husein & Hady, 2012) lingkungan kerja terbagi atas dua
dimensi yaitu lingkungan fisik yang bersifat nyata dan lingkungan non fisik yang
bersifat tidak nyata. Lingkungan kerja merupakan variabel yang mempunyai
pengaruh cukup besar terhadap motivasi kerja karyawan. Faktor lingkungan kerja
berubah disebabkan oleh perubahan pada beberapa faktor seperti lingkungan sosial,
teknologi informasi dan jalan yang fleksibel mengorganisasi proses kerja (Kaur,
2014). Hubungan antara pekerjaan, tempat kerja, peralatan kerja menjadi aspek
terpenting dalam pekerjaan itu sendiri. Menurut Chandrasekar (Arianto, 2013), faktor
lingkungan tempat kerja memberikan dampak besar sekali kepada karyawan baik
terhadap hasil negatif atau hasil positif. Lingkungan kerja mengacu pada persepsi
karyawan, dan sifat yang dapat diamati dari hubungan pribadi yang mempengaruhi
prestasi kerja dalam organisasi tertentu.
Menurut Bruce (2012), ada beberapa cara untuk mengubah lingkungan kerja
menjadi menyenangkan bagi karyawan:
•
Memberikan karyawan ruangan: memberikan sebuah tempat yang luas, tidak
berantakan, terbuka, dan tempat karyawan dapat beristirahat. Sebuah tempat
yang lebih besar dan rapih akan memberikan rasa santai.
•
Membuat suasana menjadi lebih ceria: memberikan warna yang segar,
bingkai gambar, dan perbaikan jendela yang sederhana dengan tujuan untuk
menenangkan saraf, mengurangi stress, dan menciptakan lingkungan yang
lebih menyenangkan.
Karakteristik lingkungan kerja (Kaur, 2014):
•
Jelas dan Komunikasi Terbuka
Hal ini membuat karyawan merasa bahwa mereka sesuai dalam organisasi.
Namun perlu bagi karyawan untuk membahas organisasi filosofi, misi dan
nilai-nilai.
•
Stabilitas Kehidupan Kerja
Harus ada keseimbangan diantara pekerjaan dengan kehidupan pribadi. Pada
umumnya memiliki rasa keseimbangan akan meningkatkan kepuasan kerja
antar karyawan.
•
Ketidakberpihakan
14
Karyawan perlu mengidentifikasi bahwa mereka dihargai berdasarkan
kinerja mereka. Ketidakberpihakan berarti bahwa konsekuensi dari
kinerja adalah pasti berdasarkan kuantitas dan kualitas kinerja.
•
Konsistensi
Konsistensi berarti prediktabilitas. Karyawan ingin mengetahui
bagaimana atasan mereka akan bereaksi dalam situasi tertentu.
2.1.2.1 Dimensi Lingkungan Kerja
Dimensi dari lingkungan kerja (Sedarmayanti, 2011):
•
Lingkungan kerja fisik
Indikator lingkungan kerja fisik adalah:
1. Luas ruangan
Sistem perhitungan kebutuhan luas ruangan pada aktifitas kantor,
baik pada gedung perkantoran, kantor di lokasi pabrik, kantor di
ruko, perdagangan atau aktifitas bisnis lainnya adalah sama.
Beberapa metode perhitungan kebutuhan luas ruangan adalah
(Zaharuddin, 2006):
-
Pertama, rata-rata kebutuhan luas ruangan per orang kira-kira
200 kaki (19,22 m2), misalnya 50 orang atau 10.000 kaki (961
m2), termasuk ruang kerja dan fasilita-fasilitas lain (kantin,
lorong, fasilitas sosial, dan lain-lain). Metode ini merupakan
perhitungan yang sangat tinggi, dimana tingkat kepuasan dan
kenyamanan sangat tinggi dan hampir seluruh kebutuhan
terpenuhi.
-
Kedua, perhitungan kebutuhan luas ruangan dapat dihitung
secara detail, dan mungkin beberapa fasilitas lain tidak
diperhitungkan mengingat keterbatasan dan kemampuan
perusahaan.
Agar ruangan dapat memberikan kenyamanan, diperlukan tata
ruang yang sesuai. Tata ruang adalah pengaturan ruang serta
penyusunan alat-alat dan perabotan kantor sesuai dengan luas
lantai dan ruangan kantor yang tersedia untuk memberikan sarana
15
bagi pegawai (Haryadi, 2009). Tujuan tata ruang adalah (Haryadi, 2009):
-
Memanfaatkan seluruh ruangan yang ada untuk keuntungan ekonomis yang
besar. Dengan demikian, setiap meter persegi, sudut, atau tengah ruangan
seluruhnya terkendali. Dengan kata lain tidak ada tempat yang tidak berguna.
-
Memudahkan pengawasan manajer terhadap para staf yang sedang bekerja.
Memudahkan pengawasan karena pada praktiknya, perusahaan memiliki
kecenderungan
yang
berbeda-beda
dalam
pendelegasian
wewenang.
Kecenderungan tersebut dapat bersifat desentralisasi dan sentralisasi.
Pengawasan bawahan juga dipengaruhi oleh kedewasaan bawahan (job
maturity dan psychological maturity) yang memengaruhi cara atau sikap
atasan dalam memimpin, kemampuan leadership atasan, dan arus decision
making dalam perusahaan (bottom up atau top down decision making). Hal ini
perlu didukung oleh layout kantor yang sesuai dengan kondisi yang
dibutuhkan di tempat kerja.
-
Memudahkan arus komunikasi dan arus kerja. Arus kerja yang baik akan
memengaruhi kualitas arus komunikasi. Pergerakan informasi secara vertikal
(antara tingkatan level struktur organisasi yang berbeda, seperti antara atasan
dan bawahan) dan horizontal (antar pegawai dalam tingkatan level struktur
organisasi yang sama) sangat dipengaruhi oleh layout ruangan yang efektif
dan efisien.
-
Layout ruangan yang baik akan memberikan kepuasan dan kenyamanan
untuk bekerja, sehingga pegawai merasa betah bekerja.
-
Menyediakan pelayanan yang dibutuhkan pegawai seperti komputer, telepon,
interkom, faksimili, e-mail, dan pelayanan lainnya yang menyangkut
pelayanan rumah tangga perusahaan seperti penyediaan air minum.
-
Memudahkan setiap gerakan para pegawai dalam penyimpanan arsip,
khususnya untuk arsip aktif, lemari dan ruangan harus ditempatkan
berdekatan dengan pegawai yang membutuhkan arsip tersebut.
-
Memberikan rasa aman dan keleluasaan pribadi. Rasa aman di tempat kerja
dan adanya keleluasaan pegawai dalam melaksanakan tugas dapat membuat
pegawai menjadi lebih betah bekerja.
-
Menjauhkan pekerjaan yang menimbulkan bunyi keras, gaduh, dan
mengganggu pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi tinggi. Hal ini
diperlukan untuk memperkecil kemungkinan adanya saling mengganggu
16
antar pegawai sehingga dapat meminimalisasikan waktu penyelesaikan
pekerjaan.
-
Menciptakan citra dan kesan yang baik bagi para pelanggan dan tamu
perusahaan. Kesan pertama penting bagi para tamu karena tamu akan lebih
tertarik untuk berkunjung ke perusahaan dengan tata ruang yang baik dan
efektif, alat modern, dan dilengkapi dengan mebel pilihan. Hal ini akan
berdampak positif bagi public relation perusahaan dan untuk jangka panjang
bagi kelangsungan perusahaan karena kesan pertama yang baik dapat
berpengaruh terhadap peningkatan laba.
2.
Pewarnaan
Teori warna Newton (Nitisenito, 2010):
• Pembagian warna
-
Warna primer: warna pokok yang terdiri dari warna merah, warna biru,
warna kuning.
-
Warna sekunder: warna campuran dari dua warna primer yaitu warna
oranye (campuran warna merah dan kuning), warna hijau (campuran
warna biru dan kuning), warna violet (cammpuran warna biru dan
merah).
-
Warna tertier: warna campuran dari tiga warna sekunder yaitu warna
sienna bakar (campuran warna vioet, oranye, dan merah), warna sienna
mentah (campuran warna oranye, hijau, dan kuning), warna sepia
(campuran warna violet, hijau, dan biru).
-
Warna terpanas: warna panas yaitu warna antara merah dan oranye.
Warna dingin yaitu warna antara biru dan violet .
-
Warna netral: warna tertier, warna yang dapat mendampingi semua
warna.
• Sifat-sifat warna
-
Warna primer (merah, biru, kuning)
Jika dijajarkan tanpa antara akan tampak keras tidak harmonis, dan
yang satu tidak suka dijajarkan dengan yang lain sehingga tidak enak
dipandang.
-
Warna sekunder (oranye, hijau, violet)
Jika dijajarkan tanpa antara akan menimbulkan kesan yang harmonis,
menarik untuk dipandang.
17
-
Warna-warna primer jika dijajarkan dengan warna-warna sekunder yang
berada di hadapannya akan menimbulkan warna-warna complementer yang
sifatnya kontras dan baik sekali dipandang mata.
Warna-warna primer jika dijajarkan dengan warna-warna sekunder yang
-
terdapat pada sampingnya akan merusakkan salah satu dari dua warna
tersebut dan kesannya yang satu akan menjadi suram.
Warna tertier yang sifatnya netral dapat dijajarkan di samping semua warna
-
(warna primer maupun warna sekunder).
Warna-warna kuning, oranye, merah sifatnya panas atau termasuk golongan
-
daerah warna panas. Warna yang terpanas adalah yang terletak antara warna
merah dan oranye menimbulkan efek panas dan kuat.
Warna-warna hijau, biru, violet sifatnya dingin atau termasuk daerah warna
-
dingin. Warna yang terdingin yaitu yang terletak antara warna biru dan violet,
menimbulkan efek dingin lemah dan kurang kuat.
3.
Penerangan
Ada empat jenis sistem penerangan yang dapat digunakan oleh organisasi
(Haryadi, 2009), yaitu:
-
Penerangan Direct.
Penerangan direct dilakukan dengan mengarahkan cahaya 90-100% langsung
ke area kerja. Sistem ini mengakibatkan munculnya silau dan bayangan
karena sedikit cahaya yang tersebar.
-
Penerangan Semidirect.
Dengan pencahayaan semidirect, 60-90% cahaya diarahkan ke bawah dan
sisanya diarahkan ke atas, lalu dipantulkan kembali ke bawah. Sistem ini
menghilangkan beberapa bayangan yang merupakan karakteristik sistem
cahaya direct.
-
Penerangan Indirect.
Sistem pencahayaan ini sangat direkomendasikan untuk kebanyakan ruangan
karena cahaya yang menyebar mengurangi bayangan atau silau yang
ditimbulkan dari penerangan yang digunakan. Dengan penerangan indirect,
90-100% cahaya pertama diarahkan ke atas, lalu menyebar dan memantul ke
bawah yaitu ke area kerja.
-
Penerangan Semiindirect.
18
Sistem ini mengarahkan 60-90% cahaya ke atas, lalu dipantulkan ke bawah
dan sisanya juga diarahkan ke area kerja. Walaupun sistem ini dapat
menghasilkan jumlah cahaya yang lebih dengan tingkat watt yang sama,
bayangan dan silau masih ada, sehingga menjadi kendala.
4. Fasilitas
Untuk meningkatkan disiplin kerja karyawan, perlu adanya fasilitas kerja
yang baik. Menurut Suad Husnan (Koyong, 2011), fasilitas kerja merupakan
suatu bentuk pelayanan perusahaan terhadap karyawan agar menunjang
kinerja
dalam
memenuhi
kebutuhan
karyawan,
sehingga
dapat
meningkatkan produktifitas kerja karyawan. Adanya fasilitas kerja yang
disediakan oleh perusahaan sangat mendukung karyawan dalam bekerja.
Fasilitas kerja tersebut sebagai alat atau sarana dan prasarana untuk
membantu karyawan agar lebih mudah menyelesaikan pekerjaannya dan
karyawan akan bekerja lebih produktif. Dengan adanya fasilitas kerja,
karyawan akan merasa nyaman dalam bekerja dan menimbulkan semangat
kerja untuk mendapatkan hasil yang diharapkan oleh perusahaan. Menurut
Agus Mulyono dan Indriyo Gito Sudarmo, variabel fasilitas kerja dapat
dilihat dari adanya fasilitas pendukung seperti fasilitas ibadah, toilet/WC,
fasilitas keselamatan seperti masker atau pelindung, dan lain-lain (Koyong,
2011).
•
Lingkungan kerja non-fisik.
Indikatornya adalah hubungan kerja baik dengan atasan maupun dengan sesama
rekan kerja, ataupun atasan. Kesuksesan dan perkembangan karir karyawan
banyak tergantung pada atasan. Atasanlah yang dapat memberi kesempatan
menangani tugas-tugas strategis atau klien-klien utama perusahaan, serta
memberikan pekerjaan-pekerjaan penting lainnya (Subur, 2011). Keharmonisan
dan keeratan hubungan antar rekan kerja memungkinkan optimalisasi kerja sama
antar rekan kerja. Selain itu juga akan menciptakan suasana yang nyaman dan
kondusif untuk memudahkan dan mengembangkan kerja sama antar rekan kerja.
Untuk menciptakan suasana demikian, dibutuhkan sikap saling memahami,
mengerti, menghargai, dan menghormati antar rekan kerja (Dwiantara &
Sumarto, 2006).
19
2.1.3 Karakteristik Individu
Karakteristik individu adalah sesuatu yang dimiliki oleh seseorang
dimana didalamnya terdapat variabel karakteristik demografi, kemampuan,
dan kepribadian. Karakteristik demografi mencakup usia, jenis kelamin,
status pernikahan, jumlah tanggungan, dan masa bekerja. Menurut Robins
(Jakfar, 2014), karakteristik kepribadian mencakup kepribadian, sikap, dan
kebutuhan seseorang diambil bersama dalam suasana pekerjaan. Karakteristik
individu adalah perilaku atau karakter yang ada pada diri seorang karyawan
baik yang bersifat positif maupun negatif. Karakteristik-karakteristik ini
sangat beragam, setiap perusahaan tentunya dapat memilih seorang karyawan
yang mempunyai criteria yang baik dan karakteristik ini juga harus sesuai
dengan apa yang diinginkan perusahaan (Irawan, 2012).
Menurut Husein & Hady (2012), berkaitan dengan karakteristik
individu, bahwa individu membawa kedalam tatanan organisasi, kemampuan,
kepercayaan pribadi, pengharapan kebutuhan dan pengalaman masa lalunya.
Ini semua adalah karakteristik yang dimiliki individu dan karakteristik ini
akan memasuki suatu lingkungan baru, yakni organisasi.
Sementara itu Bashaw & Grant (Rehman, 2015) mengemukakan
beberapa ciri-ciri pribadi meliputi: jenis kelamin, status perkawinan, usia,
pendidikan, pendapatan keluarga, dan masa jabatan. Sedangkan menurut
Nimran (Rehman, 2015) bahwa karakteristik individu adalah ciri-ciri
biografis, kepribadian, persepsi dan sikap.
Menurut Mathis (Rehman, 2015) ada empat karakteristik individu
yang mempengaruhi bagaimana orang-orang dapat berprestasi:
•
Minat: orang cenderung mengejar karir yang mereka yakini sesuai
dengan minat mereka.
•
Jati diri: karir merupakan perpanjangan dari jati diri seseorang juga
hal yang membentuk jati diri.
•
Kepribadian: faktor ini mencakup orientasi pribadi karyawan (sebagai
contoh karyawan bersifat realistis, menyenangkan dan artistik) dan
kebutuhan individual, latihan, kekuasaan dan kebutuhan prestis.
20
•
Latar belakang sosial, status sosial ekonomi dan tujuan pendidikan
pekerjaan orang tua karyawan merupakan faktor yang berfungsi
dalam kategori.
Karakteristik individu yang dibawa dalam lingkungan kerja akan berpengaruh
terhadap kinerjanya, sedangkan prestasi kerja individu adalah dasar dari
prestasi kerja organisasi. Perbedaan dalam hal kemampuan dan sikap dalam
melaksanakan pekerjaan akan berpengaruh terhadap kinerja individu
Karakteristik individu sebagai kepercayaan diri dan karakteristik individu
yang ada dalam diri mereka sendiri, peran kemampuan, dan hubungan social.
Karakteristik individu sangat erat berhubungan dengan kinerja, yang berarti
ada efek yang signifikan dari karakteristik individu pada kinerja karyawan
(Sakti, 2014).
2.1.3.1 Dimensi Karakteristik Individu
Robbins mengemukakan bahwa dimensi dari karakteristik individu
meliputi (Robbins & A.Judge, 2008):
•
Karakteristik biografis.
Indikator:
-
Usia
Terdapat kepercayaan yang luas bahwa kinerja pekerjaan
menurun seiring bertambahnya usia. Para pekerja yang lebih tua
dipandang kurang memiliki fleksibilitas dan sering menolak
teknologi baru. Seiring berjalannya waktu, organisasi secara aktif
mencari individu yang dapat dengan mudah menyesuaikan diri
dan terbuka terhadap perubahan.
-
Jenis Kelamin
Tidak terdapat perbedaan yang konsisten antara pria dan wanita
dalam hal kemampuan memecahkan masalah, menganalisis,
dorongan kompetitif, motivasi, sosiabilitas, atau kemampuan
belajar. Berbagai penelitian psikologis menunjukkan bahwa para
wanita lebih bersedia menyesuaikan diri terhadap otoritas dan pria
lebih agresif serta lebih mungkin memiliki pengharapan sukses
21
dibandingkan para wanita, tetapi perbedaan-perbedaan tersebut kecil.
-
Ras
Dalam situasi pekerjaan, terdapat sebuah kecenderungan bagi individu untuk
lebih menyukai rekan kerja dari ras mereka sendiri dalam evaluasi kinerja,
keputusan promosi, dan kenaikan gaji. Selain itu, kelompok minoritas
biasanya mendapatkan sikap yang berbeda dan perlakuan yang lebih buruk
dibandingkan kelompok mayoritas.
-
Masa kerja/jabatan
Masa kerja/jabatan adalah sebuah variabel yang kuat dalam menjelaskan
perputaran karyawan. Semakin lama seseorang berada dalam satu pekerjaan,
lebih
kecil
keterkaitannya
kemungkinannya
dengan
umtuk
mengundurkan
diri.
ketidakhadiran,
menunjukkan
bahwa
Dalam
masa
kerja/jabatan memiliki keterkaitan yang negatif.
•
Kemampuan intelektual
Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan
berbagai aktivita mental (berpikir, menalar, dan memecahkan masalah). Individu
dalam sebagian besar masyarakat menempatkan kecerdasan pada nilai yang
tinggi. Individu cerdas biasanya mendapatkan lebih banyak uang dan tingkat
pendidikan yang lebih tinggi. Penelitian menyatakan bahwa individu cerdas
berkinerja lebih baik dan cenderung memiliki pekerjaan yang lebih menarik.
Indikator:
-
Penalaran: penalaran terbagi menjadi 2 yaitu penalaran deduktif dan induktif.
Penalaran induktif adalah kemampuan mengidentifikasi rangkaian logis
masalah dan kemudian memecahkan masalah tersebut. Penalaran deduktif
adalah kemampuan menggunakan logika dan menilai implikasi argumentasi.
-
Pemahaman verbal: kemampuan memahami apa yang dibaca atau didengar
dan hubungan antar kata.
-
Memori: kemampuan mempertahankan dan mengingat kembali pengalaman
masa silam.
2.1.4 Kinerja Karyawan
Menurut Schwartz (Naharuddin, 2013) kinerja sebagai gaya
manajemen yang dasarnya adalah komunikasi terbuka antara manajer dan
22
karyawan yang menyangkut penetapan tujuan, memberikan umpan balik dari
manajer kepada karyawan maupun sebaliknya dari karyawan kepada manajer,
demikian pula dengan penilaian kinerja.
Kinerja karyawan adalah apa yang di lakukan dan tidak di lakukan oleh
karyawan. Kinerja karyawan mempengaruhi keberlangsungan perusahaan tersebut
dalam mencapai tujuan perusahaan. Kinerja karyawan yang baik dapat memberikan
keuntungan bagi perusahaan, sedangkan kinerja yang buruk dapat menghasilkan
kerugian bagi perusahaan. Kinerja yang buruk dapat di sebabkan oleh penurunan
kinerja karyawan, dan hal ini dapat terlihat ketika karyawan tidak dapat
menyelesaikan pekerjaan dengan target dan waktu yang di tentukan oleh perusahaan
(Mathis & Jackson, 2009).
Menurut Sinha (Hersona, 2012) kinerja karyawan tergantung pada kerelaan
dan juga keterbukaan karyawan itu sendiri dalam melakukan pekerjaan mereka. Ada
beberapa faktor mengenai kesuksesan kinerja karyawan, seperti lingkungan kerja
fisik, peralatan, pekerjaan yang berarti, ekspektasi kinerja, umpan balik pada kinerja,
penghargaan untuk sistem baik atau buruk, prosedur operasi standar, pengetahuan,
kemampuan dan sikap. Menurut Bernadin & Russel (Naharuddin, 2013) kinerja
karyawan adalah hasil yang dihasilkan oleh karyawan dari pekerjaan yang
ditugaskan kepada karyawan tersebut dalam jangka waktu tertentu. Dua tipe perilaku
karyawan adalah kinerja tugas dan juga kinerja kontekstual. Kinerja karyawan pada
dasarnya bergantung pada banyak faktor seperti penilaian kinerja, motivasi
karyawan, kepuasan karyawan, kompensasi, pelatihan dan pengembangan, keamanan
kerja, struktur organisasi, dan lain-lain.
Motivasi karyawan dan struktur organisasi, dua faktor ini sangat berpengaruh
pada kinerja karyawan. Kinerja karyawan dapat didefinisikan sebagai "proses yang
mendukung sistem kontrol organisasi dengan menghubungkan karya setiap karyawan
atau manajer individu untuk misi keseluruhan dari unit kerja" (Abbasi & Alvi, 2013).
Dengan bantuan kinerja karyawan kita juga dapat memprediksi mengenai kepuasan,
kelambatan, absensi, antusiasme, komitmen, dan upaya karyawan. Prestasi kerja
karyawan adalah prediktor utama efektivitas organisasi yang dapat meningkatkan
produktivitas perusahaan. Konsep kinerja karyawan biasanya digunakan dalam
psikologi industri dan organisasi sebagai variabel dependen penting. Perusahaan
sebagai suatu organisasi mempunyai tujuan yaitu memperoleh keuntungan.
Organisasi dapat beroperasi karena
23
kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh para karyawan yang ada dalam
organisasi tersebut. Proses kinerja organisasional dipengaruhi oleh banyak
faktor, diantaranya faktor-faktor pengetahuan, sumber daya bukan manusia,
posisi strategis, proses sumber daya manusia, dan struktur.
Menurut
Hersley,
Blancard
dan
Johnson
(Naharuddin,
2013)
merumuskan adanya tujuh faktor kinerja yang mempengaruhi kinerja dan
dirumuskan dengan akronim ACHIEVE:
• A – Ability (knowledge and skill)
• C – Clarity (understanding or role participation)
• H – Help (organizational support)
• I – Incentive (motivation or willingness)
• E – Evaluation (coaching and performance feedback)
• V – Vadility (valid and legal persone practices)
• E – Environment (environmental fit)
2.1.4.1 Dimensi Kinerja Karyawan
Dimensi kinerja karyawan (Mathis & Jackson, 2009):
• Kemampuan individual.
Indikator dari kemampuan individual ini mencakup bakat, minat,
tingkat keterampilan berupa kecakapan teknis. Karyawan akan
memiliki kinerja yang baik, jika karyawan memiliki tingkat
keterampilan yang baik juga sehingga pekerjaan yang dihasilkan
akan baik pula.
• Tingkat usaha yang dicurahkan.
Indikatornya adalah etika kerja, dan kehadiran. Usaha merupakan
gambaran
motivasi
yang
diperlihatkan
karyawan
untuk
menyelesaikan pekerjaan dengan baik.
• Dukungan organisasional.
Indikator dari dukungan organisasional berupa menyediakan fasilitas
bagi karyawan meliputi pelatihan dan pengembangan, standar
kinerja, peralatan dan teknologi, serta manajemen dan rekan kerja.
24
Hubungan ketiga faktor ini di akui secara luas dalam literatur manajemen
sebagai berikut: Kinerja (Performance – P) = kemampuan (Ability – A) x
usaha (Effort – E) x dukungan (Support – S). Kinerja individual
ditingkatkan sampai tingkat dimana ketiga komponen tersebut ada dalam
diri karyawan. Tetapi kinerja berkurang apabila salah satu faktor di
kurangi atau tidak ada.
2.2 Keterkaitan Antar Variabel
2.2.1 Keterkaitan Lingkungan Kerja dengan Kinerja Karyawan
Menurut Schermerharn (Peoni, 2014) bahwa pemimpin atau manajer
yang baik adalah yang mampu menciptakan suatu kondisi sehingga orang
secara individu atau keompok dapat bekerja dan mencapai kinerja yang
tinggi.
Permasalahan
peningkatan
kinerja
erat
kaitannya
dengan
permasalahan bagaimana memotivasi karyawan, bagaimana pengawasan
dilakukan, dan bagaimana cara mengembangkan budaya kerja yang efektif
serta bagaimana menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan kondusif,
agar karyawan dapat dan mau bekerja optimal dan sehingga dapat
mendukung
pencapaian
tujuan
organisasi.
Salah
satu
faktor
yang
mempengaruhi kinerja karyawan adalah lingkungan kerja. Lingkungan kerja
dapat menghasilkan dampak yang dramatis terhadap semangat kerja
karyawan secara keseluruhan, antusiasme terhadap tugas, dan produktivitas.
Menurut Nitisemito (Husein & Hady, 2012) faktor-faktor yang
mempengaruhi lingkungan kerja adalah pewarnaan, kebersihan, penerangan,
pertukaran udara, music, keamanan dan kebisingan. Unsur-unsur lingkungan
kerja adalah tutur kata diantara tenaga kerja, sikap tolong menolong, sikap
saling menegur dan mengoreksi kesalahan dan sikap kekeluargaan diantara
tenaga kerja. Sedangkan keadaan yang mendukung lingkungan kerja menurut
Nitisemito (Husein & Hady, 2012) adalah suasana kerja yang menyenangkan,
tingkat otoriter atasan karyawan dalam bekerja, tingkat sumber saran dalam
kelompok, kesempatan untuk mengembangkan bakatnya, ketentraman, dan
ruangan atau tempat dimana ia bekerja. Semakin baiknya lingkungan kerja
akan mengakibatkan pencapaian kinerja organisasi secara maksimal. Hal ini
25
dibuktikan oleh Trisno & Suwarti (Husein & Hady, 2012) yang melakukan
penelitian tentang analisis pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja aparat
pemerintah, dari hasil penelitian menunjukkan bahwa lingkungan kerja
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja.
2.2.2 Keterkaitan Karakteristik Individu dengan Kinerja Karyawan
Kinerja sumber daya manusia dipengaruhi oleh berbagai hal, baik
faktor dari dalam diri atau karakteristik karyawan (internal) maupun faktor
lingkungan kerja. Kinerja seseorang karyawan adalah hasil kerja seorang
karyawan selama periode tertentu dibandingkan dengan kemungkinan,
misalnya standar, target, atau sasaran kriteria yang telah ditentukan terlebih
dahulu dan telah disepakati bersama. Peningkatan kinerja karyawan tidak
akan terjadi dengan sendirinya, tanpa adanya prakondisi tertentu. Upaya
peningkatan kinerja karyawan memerlukan komitmen, tekat dan upaya terusmenerus dari semua pihak dalam organisasi untuk meningkatkannya, dimana
hal ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik individu dalam organisasi
(Rehman, 2014). Semakin tinggi kemampuan karyawan dalam mengerjakan
pekerjaan, semakin baik sikap karyawan terhadap pekerjaan dan minat
mereka terhadap pekerjaan, maka kinerja karyawan semakin meningkat.
2.3 Kerangka Berpikir
Keadaan yang mendukung lingkungan kerja (Kaur, 2014) adalah suasana
kerja yang menyenangkan, tingkat otoriter atasan karyawan dalam bekerja,
tingkat sumber saran dalam kelompok, kesempatan untuk mengembangkan
bakatnya, ketentraman, dan ruangan atau tempat dimana ia bekerja. Semakin
baiknya lingkungan kerja akan mengakibatkan pencapaian kinerja organisasi
secara maksimal. Upaya peningkatan kinerja karyawan memerlukan komitmen,
tekat dan upaya terus-menerus dari semua pihak dalam organisasi untuk
meningkatkannya, dimana hal ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik individu
dalam organisasi (Husein & Hady, 2012).
Dari uraian diatas, penulis membuat kerangka pemikiran untuk memberikan alur
atau arah penulisan. Kerangka pemikirannya adalah sebagai berikut:
26
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
Sumber: Peneliti
2.4 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atas permasalahan penelitian yang
masih harus dibuktikan kebenarannya.
H1
H0: tidak ada pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan.
Ha: ada pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan.
H2
H0: tidak ada pengaruh karakteristik individu terhadap kinerja karyawan.
Ha: ada pengaruh karakteristik individu terhadap kinerja karyawan.
H3
H0: tidak ada pengaruh lingkungan kerja dan karakteristik secara bersama-sama
terhadap kinerja karyawan
Ha: ada pengaruh lingkungan kerja dan karakteristik individu terhadap kinerja
karyawan.
Lingkungan kerja yang sangat nyaman memiliki kemungkinan yang
sangat kecil untuk mendapatkan kecelakaan ketika sedang bekerja. Terkadang
dalam perusahaan, terjadi rasa tidak nyaman dikarenakan kelelahan, kekeringan,
atau debu. Seringkali juga rasa tidak nyaman di lingkungan kerja dikarenakan
27
luas ruangan yang tidak memadai. Lingkungan kerja yang nyaman dapat membuat
karyawan menjadi lebih bersemangat dalam bekerja (Ruky, 2006).
Karakteristik individu, bahwa individu membawa kedalam tatanan organisasi,
kemampuan, kepercayaan pribadi, pengharapan kebutuhan dan pengalaman masa
lalunya. Ini semua adalah karakteristik yang dimiliki individu dan karakteristik ini
akan memasuki suatu lingkungan baru, yakni organisasi (Husein & Hady, 2012).
Psikologi sosial dan psikologi banyak memberikan kontribusi yang relevan mengenai
hubungan antara sikap, persepsi, emosi, kepribadian, nilai, dan kinerja individu.
Manajer tidak dapat mengabaikan kebutuhan untuk memperoleh dan menindaklanjuti
pengetahuan mengenai karakteristik individu, baik tentang bawahannya ataupun
dirinya sendiri (Ivancevich, 2006).
Kinerja karyawan adlah hal yang utama dan paling penting bagi manajemen
perusahaan. Dengan kata lain, ketika perusahaan merekrut karyawan, sebenarnya
yang ‘dibeli’ adalah kinerja karyawannya, bukan hal lainnya. Tidak ada kinerja
karyawan sama saja dengan tidak ada karyawan. Demikian juga, tidak ada kinerja
perusahaan sama saja dengan tidak ada (bisnis) perusahaan (Adiprasetyo, 2011).
28
Download