DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA Rawan Pelanggaran, E

advertisement
DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
http://kominfo.pekalongankota.go.id/
Rawan Pelanggaran, E-Dagang Ditertibkan
Rabu, 24 Februari 2016 - 14:38:51WIB
Diposting oleh : Administrator | Kategori : ARSIP BERITA - Dibaca : 624 kali
Jakarta, KOMPAS - Pemerintah mulai menertibkan transaksi perdagangan sistem elektronik. Transaksi
bisnis dalam jaringan atau e-dagang saat ini ditengarai masih diwarnai sejumlah pelanggaran. Hal itu
terungkap dalam seminar "Sinergitas Peningkatan Pemahaman Ketentuan Pengawasan Produk yang
Diperdagangkan secara Online", di Jakarta, Kamis (18/2).
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementrian Perdagangan Srie Agustina mengemukakan,
pemerintah kini sedang merampungkan rencana peraturan pemerintah (RPP) tentang transaksi
perdagangan melalui sistem elektronik. Aturan ini dimaksudkan untuk melindungi konsumen sekaligus
memberi kepastian hukum kepada pelaku usaha.
E-dagang perlu didorong tumbuh dan berkembang. Namun, sistem e-dagang juga harus punya identitas dan
legalitas usaha. Karakteristik barang dan jasa serta spesifikasi barang yang diperdagangkan harus
dijelaskan.
Srie menambahkan, perlindungan konsumen menjadi perhatian. Pelaku e-dagang antara lain perlu memberi
kesempatan konsumen melakukan pembatalan transaksi jika barang rusak, tidak sesuai yang dijanjikan,
serta kadaluwarsa. Di samping itu, disediakan juga akun untuk pengembalian dana.
Sementara itu, Direktur Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga Kementrian Perdagangan
Widodo mengemukakan, pemerintah berupaya mendorong persaingan usaha yang sehat. Prinsip e-dagang
selayaknya mengikuti sistem perdagangan konvensional. Para pelaku bisnis antara lain wajib mengikuti
Standar Nasional Indonesia (SNI), manual kartu garansi, dan label produk berbahasa Indonesia.
Ia menambahkan, terdapat 118 jenis produk yang wajib mematuhi SNI, 45 produk yang wajib memiliki
petunjuk penggunaan manual, serta kartu garansi atau jaminan purnajual dalam bahasa Indonesia. Selain
itu, setidaknya empat kategori produk yang wajib berlabel dalam bahasa Indonesia. Jenis produk ini antara
lain barang elektronika, keperluan rumah tangga, telekomunikasi dan informatika, barang bahan bangunan,
barang keperluan kendaraan bermotor, serta barang tekstil dan produk tekstil. "Perdagangan sistem online
harus paham perundang-undangan. Jangan langsung tayang, tetapi tidak tahu ketentuan barang yang
didagangkan," ujarnya.
Menurut Widodo, tidak semua pelaku bisnis dalam jaringan menjalani usaha sesuai dengan ketentuan
perundangan. Bahkan, muncul kesan sistem perdagangan itu memungkinkan semua barang bisa
diperdagangkan tanpa mengindahkan ketentuan.
Ia mencontohkan, pihaknya menemukan perdagangan merkuri secara daring. Merkuri tergolong bahan
berbahaya yang diawasi perdagangannya. Setelah ditelusuri, penjualan produk itu tanpa diikuti izin usaha
bahan berbahaya (B2). Padahal, proses untuk mendapat izin perdagangan bahan berbahaya berlaku mulai
dari importir, produsen, distributor, pengecer, hingga pengguna akhir.
Upaya penertiban perdagangan dalam jaringan juga terkait dengan pemberian sanksi bagi pelanggaran,
baik administratif maupun pidana. Sanksi tersebut ditanggung renteng, mulai dari penjual, pihak yang
mengiklankan barang, hingga yang memasarkan.
Secara terpisah, CEO MAP Group VP Sharma mengatakan, penjualan daring pada saat ini merupakan
keniscayaan. "Pola konsumen berbelanja berubah. Semakin banyak yang berbelanja online," ujar Sharma.
Ia mengatakan, peluang untuk memasarkan produk retail yang terkait dengan gaya hidup di Indonesia masih
terbuka lebar. Dibandingkan dengan negara lain, seperti Tiongkok, Indonesia masih berada pada tahap
awal, tidak lebih dari 1 persen. (LKT/NAD)
(Sumber : KOMPAS, 19-02-2016)
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)
Download