I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Saat ini, gula merupakan komoditi strategis karena dapat digolongkan menjadi suatu kebutuhan pokok yang dapat dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat. Menurut Arifin (2008), gula merupakan salah satu komoditas khusus di bidang pertanian yang telah ditetapkan Indonesia dalam forum perundingan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), bersama dengan beras, jagung, dan juga kedelai bahan baku industri gula yang merupakan komoditas unggulan dan dibudidayakan di Indonesia yakni tebu (Saccharum officinarum L). (World of Sugar, 2008). Berkaitan dengan hal tersebut kebutuhan gula nasional baik untuk konsumsi masyarakat maupun industri akan terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk. Salah satu permasalahan utama yang dihadapi industri gula nasional adalah menurunnya produktivitas tebu terutama di Pulau Jawa. Upaya perluasan tanaman tebu di luar Jawa juga sedang dikembangkan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dalam negeri (Jayanto, 2002). Sejalan dengan hal itu untuk memenuhi kebutuhan gula tersebut telah diupayakan melalui Program Swasembada Gula Nasional. Secara kuantitatif sasaran yang ingin kita raih adalah tercapainya Swasembada Gula Nasional pada tahun 2014, namun upaya tersebut juga belum dapat terlaksana. Penurunan produksi tanaman tebu biasanya diakibatkan oleh perubahan iklim, yaitu pola curah hujan yang menyebabkan bergesernya awal musim tanam. Pergeseran musim ini mengganggu pola tanam yang dianut para petani, pergeseran awal musim ini menyebabkan tanaman kekurangan air pada masa kritisnya dan kebanjiran pada saat tidak membutuhkan air (saat menjelang panen tidak memerlukan air untuk meningkatkan rendemen). Setiap komoditas pertanian yang diusahakan pada lahan yang sesuai dengan persyaratan tumbuh/hidup dari komoditas yang bersangkutan (crop requirement) akan mampu berproduksi secara optimal dengan kualitas prima, serta hanya akan memerlukan input yang relatif rendah sehingga produk yang dihasilkan akan mempunyai daya saing pasar (Djaenudin,et al., 2000). Oleh karena itu sebelum mengembangkan suatu komoditas pertanian di suatu wilayah terlebih dahulu perlu diidentifikasi dan diketahui potensi lahan yang bersangkutan dan kendala- 1 kendalanya agar dapat ditentukan komoditas yang paling sesuai berikut input atau paket teknologinya. Berdasarkan uraian diatas, untuk menghindari kegagalan produksi tanaman tebu di wilayah Propinsi DIY khususnya dibeberapa kecamatan di kabupaten Gunung Kidul perlu dibuat suatu analisis karakteristik tanah meliputi kajian sifat fisik dan kimia tanah dengan kondisi bentang lahan wilayah Gunung kidul yang dikaitkan juga dengan pengaruhnya terhadap faktor agronomi produktivitas untuk komoditas tebu tersebut. Hal ini perlu adanya perhatian khusus sebagai antisipasi secara tepat dan cepat terhadap kemungkinan yang dapat terjadi pada suatu lahan yang akan dikembangkan. 2. Tujuan 1. Mengetahui karakteristik tanah secara umum di beberapa kecamatan kabupaten Gunung Kidul bagian tengah yang dipilih. 2. Mengetahui hubungan karakteristik tanah dengan produktivitas tebu dan rendemen tanaman. 3. Manfaat Penelitian karakteristik tanah meliputi sifat fisik dan kimia terhadap produktiitas tanaman dapat bermanfaat bagi para petani dan pengusaha tebu yang ingin mengembangkan budidaya tebu secara lebih luas, dengan mengetahui karakteristik sifat fisik dan kimia dari lahan tersebut, potensi atau faktor pembatas dari suatu lahan dapat diketahui sehingga dapatmemudahkan petani atau pengusah melakukan tindakan pencegahan atau tindakan memperbaiki kualitas lahan yang ada di daerah Gunungkidul. 2 4. Hipotesis Penelitian 1. Wilayah gunung kidul merupakan lahan marginal dengan kondisi lahan kering dan kekurangan air, dengan kondisi itu lahan tersebut dapat berpotensi untuk budidaya tebu dari pada tanaman sayuran. 2. Wilayah gunung kidul yang kering mendukung budidaya tebu lahan kering yang dapat meningkatkan produktivitas lahan yang kemudian akan berdampak pada kenaikan nilai rendemen tebu. 3