BAHAN AJAR PERALATAN ILMU FALAK Oleh : TIM WIDYAISWARA BALAI DIKLAT KEAGAMAAN SURABAYA Disampaikan pada : DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF TENAGA TEKNIS HISAB RUKYAT KANKEMENAG SITUBONDO 2016 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Untuk dapat melaksanakan praktek peralatan Ilmu Falak, terutama untk rukyatul hilal dengan hasil yang akurat, diperlukan pengetahuan dan ketrampilan mengenai peralatan tersebut, mulai dari yang sederhana sampai menggunakan alat elektronik yang lebih canggih. Berbagai peralatan Ilmu Falak memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing dan juga tergantung pada sumber daya manusia yang ada di belakang alat tersebut. Sebagai petugas resmi diharapkan mereka mampu menyesuaikan dengan kondisi terkini yang membutuhkan pengetahuan dan ketrampilan mengenai penggunaan peralatan Ilmu Falak, baik yang model lama, maupun yang lebih modern. Yang lebih penting lagi bahwa setiap peralatan yang akan digunakan juga dilengkapi dengan buku petunjuk penggunaan dan kekentuan dalam pemasangan alat tersebut di lapangan, sehingga lebih memudahkan petugas yang akan menggunakan alat tersebut. B. PERMASALAHAN Tidak semua peserta diklat Hisab Rukyat mampu mengenal peralatan Ilmu Falak, terutama peralatan yang lebih modern. Banyak diantara mereka yang masih menggunakan peralatan lama yang sebagian sudah dimodifikasi. 1 BAB II PEMBAHASAN Untuk mendalami penggunaan peralatan Ilmu falak, berikut penulis sampaikan beberapa peralatan Ilmu Falak yang sering digunakan oleh peserta Diklat. Untuk lebih jelasnya mengenai peralatan tersebut dan cara menggunakannya, berikut akan penulis jelaskan satu persatu. A. Rubuk Mujayyab Rubuk Mujayyab adalah alat hitung sekaligus alat rukyatul hilal yang cukup sederhana yang telah diperkenalkan 14 abad silam oleh Al Khawarizmi. Gambar : Rubuk Mujayyab Alat ini berupa busur seperempat lingkaran yang di salah satu sisinya diberi pipa silinder ( sittin ) yang berfungsi sebagai alat bidik (mengintip) benda langit (hilal) yang akan kita lihat, dengan panjang sisi sekitar 30 cm, sedang sisi yang lain dengan panjang yang sama, dapat digunakan sebagai pembanding sudut (sinus, cosinus, dan tangen), sementara sisi lengkungnya berisi garis-garis atau skala sudut dari 0° sampai 90°. Pada pusat pertemuan kedua sisi rubuk dinamakan Markaz (titik pusat) dipasang benang yang diberi bandul atau pendulum (Syakul). Untuk memudahkan penggunanya, pada rubuk dipasang tiang penyangga (trifoots) yang dibuat fleksibel untuk memudahkan menggerakkan rubuk, baik untuk mengubah ketinggian rubuk agar sesuai dengan ketinggian perukyat maupun untuk mengatur perputaran rubuk sesuai dengan yang diinginkan oleh perukyat. Kelebihan rubuk selain dapat digunakan sebagai alat hitung goneometri, juga untuk membantu melakukan rukyatul hilal. Kelebihan yang lain adalah pembuatan dan penggunaannya cukup mudah terutama untuk kalangan awam. 2 Kekurangan rubuk sebagai alat rukyatul hilal adalah hanya berfungsi untuk melihat ketinggian hilal, sedang untuk menghasilkan pembidikan yang akurat pada rubuk masih memerlukan data azimuth bulan dan matahari sehingga dalam menempatkan rubuk harus di tempat yang sesuai dengan data azimuth tersebut. Langkah-langkah penggunaan Rubuk Mujayyab a) Pasang rubuk pada trifoots. b) Ukur ketinggian sittin sesuai dengan ketinggian rata-rata perukyat. c) Letakkan rubuk pada sut azimuth bulan yang sudah ditentukan. d) Putar rubuk sesuai dengan sudut ketinggian hilal yang sudah dihitung sebelumnya. e) Pada jam telah ditentukan, saat matahari terbenam, amati hilal dengan mengarahkan mata kita ke lubang sittin. B. KOMPAS Kompas adalah alat yang digunakan untuk menentukan arah mata angin. Pada kompas terdapat jarum yang mudah bergerak ( perpindah arah ) manakala kompas itu digerakkan. Jarumkomas senantiasa menghadap kea rah utara dan selatan, sedang untuk mengetahui arah mata angin yang lain ( barat dan timur ) dengan menarik arah tegak lurus utara dan selatan jarum kompas. Kompas Sunto Kompas Prismatik Kompas Geologi ( Sumber : Mutoha AR, 2007 ) Tidak semua kompas dapat digunakan sebagai alat rukyatul hilal, hanya kompas tertentu yang dapat digunakan untuk membantu para perukyat, antara lain kompas muterpass. 3 1. Gawang Lokasi 2. Baring 3. Skala sudut azimuth 4. Petunjuk arah 5. Waterpass 6. Teropong mini Gambar : Komas Muterpass ( Sumber : Dokumen pribadi, 2011 ) Kompas muterpass adalah kompas yang multiguna karena pada kompas ini dilengkapi dengan waterpass untuk memastikan bahwa kompas benar-benar sudah diletakkan di tempat yang rata, sehingga barring ( tempat diletakkannya jarum kompas ) dalam keadaan rata. Selain terdapat arah mata angin sebagaimana kompas pada umumnya, pada kompas muterpass terdapat gawang lokasi, garis penunjuk arah kiblat, garis penunjuk shof sholat, teropong mini yang digunakan untuk melihat sudut azimuth. Pada badan kompas juga dilengkapi dengan cincin pengait yang nantinya berfungsi untuk meletakkan ibu jari perukyat agar kompas dapat digunakan secara mobile ( mudah digerakkan ). Kompas muterpass disebut serba guna karena selain digunakan sebagai alat bantu untuk merukyat, kompas ini dapat digunakan juga untuk menentukan arah kiblat, penunjuk nilai azimuth ( matahari maupun bulan ). Pada bagian bawah kompas ini dilengkapai dengan lubang baut yang dapat dikoneksikan dengan tiang penyangga sehingga lebih memudahkan perukyat untuk menyesuaikan dengan ketinggiannya. Langkah-langkah penggunaan kompas muterpass a) Pasang kompas pada tiang penyangga ( trifoot ). b) Perhatikan posisi waterpass, usahan posisi ( lingkaran udara ) agar tepat di dalam lingkaran, yaitu dengan mengatur posisi kaki trifoot. 4 c) Cari posisi mata angin, dengan memutar baring kompas sedemikian hingga tanda panah kompas menjukkan arah utara-selatan ( tanda N dan S ), dan arah barattimur ( tanda W dan E ). Usahakan tanda N dan S benar-benar berada di dalam garis sejajar yang terdapat pada kaca penutup baring, dan tanda W menunjuk angka 27 ( bila dilihat dengan teropong mini akan menunjuk angka 270 ). d) Buka penutup kompas dan arahkan tegak lurus dengan baringnya. Pada penutup kompas terdapat gawang lokasi yang dilengkapai dengan skala kecil vertikal untuk menentukan ketinggian hilal dan garis horizontal yang disesuaikan dengan ketinggian ufuk lokasi rukyat. e) Teliti kembali lingkaran waterpass agar posisinya benar. f) Letakkan kompas pada posisi azimuth bulan. g) Perhatikan posisi gawang lokasi yang ada pada kompas agar skala vertikal benarbenar sejajar dengan azimuth bulan. C. GAWANG LOKASI Gawang lokasi adalah salah satu alat rukyatul hilal bentuknya seperti gawang pada permainan sepak bola yang terbuat dari bahan yang sederhana seperti : pipa logam ( besi atau aluminium ) atau pipa pvc. Adapun fungsi gari gawang lokasi adalah agar arah tenggelamnya matahari dan arah penampakan hilal benar-benar berada di dalam kotak siku gawang lokasi bagian atas. Bentuk gawang lokasi adalah seperti gambar di bawah ini. Gambar : Gawang lokasi Pada siku bagian atas dari gawang lokasi dibuat fleksibel ( mudah digerakkan naik/turun ) sesuai dengan kerendahan ufuk dan ketinggian hilal yang dibidik. Tiang penyangga bawah yang berbentu seperti huruf T disambungkan dengan tiang 5 penyangga yang dibuat fleksibel juga, artinya dapat digerakkan naik/turun sesuai dengan tinggi perukyat. Yang perlu diperhatikan pada gawang lokasi ketika digunakan untuk rukyatul hilal adalah bahwa kaki penyangga harus diletakkan persis di atas sudut azimuth bulan, sedang untuk petugas ( perukyat ) dapat mengamati dengan menggunakan pembidik yang diatur sedemikian rupa sehingga memiliki ketinggian sesuai dengan perukyat. Letak pembidik adalah lurus dengan gawang lokasi, artinya juga di atas azimuth bulan. Langkah-langkah penggunaan Gawang Lokasi. a) Pasang gawang lokasi pada lokasi rukyatul hilal. b) Pasang siku bagian atas pada tiang penyangga c) Atur ketinggian siku bagian atas, sesuaikan dengan data ketinggian hilal saat dilakukannya rukyatul hilal, sedang siku bagian bawah usahakan sejajar dengan ufuk. d) Pasang pembidik searah gawang lokasi, usahakan arahnya sesuai dengan azimuth bulan ( hilal ). Untuk lebih jelasnya, Saudara perhatikan gambar sketsa berikut : Gambar : Gawang Lokasi 6 Penjelasan gambar . - Lokasi yang dipilih adalah Tanjung Kodok- Lamongan Jawa Timur dengan data lintang tempat -6°51’ LS, data bujur tempat 112°21’ BT. - Azimuth matahari pada tanggal 27 Oktober 2011 adalah 257°02’47” diukur dari arah utara. - Azimuth bulan pada tanggal 27 Oktober 2011 252°25’34” diukur dari arah utara. - Sudut antara arah timur-barat dengan azimuth matahari = 12°57’13” - Sudut antara arah timur-barat dengan azimuth bulan = 17°34’26” - Tinggi hilal 6°14’15” - Untuk menempatkan gawang lokasi, silahkan Saudara tentukan arah mata angin UTSB ( utara, timur, selatan dan barat ) dengan bantuan kompas. ( biasanya di lokasi rukyat nasional sudah dibuat permanen oleh petugas dari Badan Hisab dan Rukyat atau Kementerian Agama setempat ). - Tarik benang / tali sekitar 500 cm ke arah timur dan barat. - Tarik benang / tali dan tempatkan tegak lurus dengan benang / tali pertama, inilah arah utara-selatan. - Perpotongan kedua tali, Saudara beri nama B ( barat ). - Dari B ukur sejauh 115 cm ke arah S ( selatan ), hasil ini diperoleh dengan perhitungan BT x tan 12°57’13” = 500 cm x 0,230015557 = 115,0077785 cm ( dibulatkan 115 cm ). Beri tanda ( dengan spidol ), kemudian tarik garis dari tanda itu ke tiang pembidik yang berada di sebelah timur ( T ). Inilah garis azimuth matahari. - Dari B ukur sejauh 158,4 cm ke arah S ( selatan ), hasil ini diperoleh dengan perhitungan BT x tan 17°34’26”= 500 cm x 0,316717174 = 158,358587 cm ( dibulatkan 158,4 cm ). Beri tanda ( dengan spidol ), kemudian tarik garis dari tanda itu ke tiang pembidik yang berada di sebelah timur ( T ). Inilah garis azimuth bulan. - Pasang gawang lokasi pada posisi yang benar, usahakan sisi sebelah kiri berada di atas benang azimuth bulan, sedang sisi sebelah kanan berada di atas benang azimuth matahari. ( ini tergantung pada posisi matahari dan bulan untuk waktuwaktu tertentu ). Untuk tanggal 27 Oktober 2011 azimuth bulan terletak di selatan azimuth matahari. ( lihat besar sudut azimuth bulan-matahari pada data di atas ). 7 D. BENANG AZIMUTH Benang azimuth digunakan sebagai salah satu alat yang dapat memandu dalam pelaksanaan rukyatul hilal. Ada beberapa ketentuan dalam penggunaan benang azimuth, antara lain : a) Sebelum memasang benang azimuth, terlebih dahulu Saudara siapkan data lokasi ( meliputi lintang dan bujur tempat ), perhitungan azimuth matahari, azimuth bulan, arah mata angin ( utara, timur, selatan dan barat ). b) Sebaiknya Saudara menyiapkan benang / senar dengan 3 ( tiga ) warna, misalnya warna merah untuk menandai azimuth matahari, warna kuning untuk menandai azimuth bulan, dan warna putih untuk menandai arah barat. c) Saudara perlu memperhatikan besar sudut azimuth masing-masing, arah mata angin dan perhitungan dimulai dari arah utara ( 0° ), arah timur ( 90° ), arah selatan ( 180° ), dan arah barat ( 270° ). d) Perhatikan azimuth bulan dan azimuth matahari, karena data ini mempengaruhi posisi / letak bulan terhadap matahari, yang implikasinya kepada bentuk dan posisi hilal yang akan Saudara rukyat. Langkah-langkah penggunaan Benang Azimuth. a) Pasang benang / senar warna putih pada mata angin yang sudah Saudara tentukan. ( Untuk lokasi rukyat nasional, biasanya arah mata angin sudah dibuat secara permanen ) b) Pasang benang warna merah sesuai dengan besar azimuth matahari hasil perhitungan Saudara. c) Pasang benang warna kuning sesuai dengan besar azimuth bulan hasil perhitungan Saudara. d) Semua pemasangan benang azimuth menggunakan pedoman dari arah utara, tetapi untuk langkah yang lebih cepat, Saudara dapat menggunakan pedoman arah barat, tinggal mengurangi atau menambah sudut tertentu sesuai dengan data azimuth bulan dan azimuth matahari yang Saudara miliki. e) Bila data azimuth lebih kecil dari 270°, maka posisi azimuth tinggal dikurangi beberapa derajat dari arah barat ke selatan. f) Bila data azimuth lebih besar dari 270°, maka posisi azimuth tinggal ditambah beberapa derajat dari arah barat ke utara. 8 Untuk lebih jelasnya, Saudara perhatikan gambar sketsa berikut : Gambar : Benang Azimuth Penjelasan gambar . - Lokasi yang dipilih adalah Tanjung Kodok- Lamongan Jawa Timur dengan data lintang tempat -6°51’ LS, data bujur tempat 112°21’ BT. - Azimuth matahari pada tanggal 27 Oktober 2011 adalah 257°02’47” diukur dari arah utara (U). - Azimuth bulan pada tanggal 27 Oktober 2011 252°25’34” diukur dari arah U. - Sudut antara arah timur-barat dengan azimuth matahari = 12°57’13” - Sudut antara arah timur-barat dengan azimuth bulan = 17°34’26” - Tinggi hilal 6°14’15” - Tarik benang / tali dengan warna putih sekitar 500 cm ke arah timur dan barat. - Tarik benang / tali dengan warna putih dan tempatkan tegak lurus dengan benang / tali pertama, inilah arah utara-selatan. - Perpotongan kedua tali, Saudara beri nama B ( barat ). - Dari B ukur sejauh 115 cm ke arah S ( selatan ), hasil ini diperoleh dengan perhitungan BT x tan 12°57’13” = 500 cm x 0,230015557 = 115,0077785 cm ( dibulatkan 115 cm ). Beri tanda ( dengan spidol ), kemudian tarik benang beerwarna merah dari tanda itu ke tiang pembidik yang berada di sebelah timur ( T ). Inilah garis azimuth matahari. 9 - Dari B ukur sejauh 158,4 cm ke arah S ( selatan ), hasil ini diperoleh dengan perhitungan BT x tan 17°34’26”= 500 cm x 0,316717174 = 158,358587 cm ( dibulatkan 158,4 cm ). Beri tanda ( dengan spidol ), kemudian tarik benang berwarna kuning dari tanda itu ke tiang pembidik yang berada di sebelah timur ( T ). Inilah garis azimuth bulan. - Untuk tanggal 27 Oktober 2011, azimuth bulan terletak di selatan azimuth matahari. ( lihat besar sudut azimuth bulan-matahari pada data di atas ). E. TEROPONG Teropong atau teleskop adalah alat optik yang digunakan untuk mengamati benda-benda yang letaknya sangat jauh yang tidak memungkinkan mata melihat dengan keadaan telanjang. Pada prinsipnya teropong dibagi 2 ( dua ) yaitu : - Teropong bintang Yaitu teropong yang digunakan untuk melihat benda-benda angkasa yang jaraknya sangat jauh dari pengamat di bumi. Pada teropong ini biasanya hanya terpasang lensa obyektif dan lensa okuler saja, tidak dilengkapi dengan lensa pembalik, sehingga bayangan yang dihasilkan bersifat terbalik. Hal ini yang kadang membuat kesaksian ( syahid ) rukyat dipertanyakan karena posisi hilal tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Untuk mengatasi hal ini, sekarang pada teropong bintang sudah dilengkapi dengan lensa pembalik yang lebih dikenal dengan binokuler, sehingga bayangan yang dihasilkan sesuai dengan kejadian aslinya. - Teropong bumi Teropong yang digunakan untuk melihat benda-benda di permukaan bumi yang letaknya cukup jauh dari pengamat. Pada teropong bumi biasanya sudah dilengkapi dengan lensa pembalik yang diletakkan di antara lensa obyektif dan lensa okulernya Ada beberapa teropong yang dapat Saudara gunakan mulai dari jenis biasa sampai teropong yang dilengkapi dengan data base yang memungkinkan pengguna tinggal mengoperasikan secara computerize. Dalam pelaksanaan rukyatul hilal, teropong digunakan untuk membantu memperjelas keberadaan benda langit, terutama penampakan hilal di lokasi rukyat. 10 Berikut ini Saudara dapat melihat beberapa jenis teropong bintang teropong tanpa binokuler dan teropong bintang dengan binokuler. Gambar 5.1 : Teropong Bintang ( horizontal ) rukyatul hilal Gambar 5.2 : Teropong Bintang dengan Binokuler Pada teropong bintang yang telah dilengkapi dengan binokuler akan menghasilkan bayangan benda langit ( hilal ) sesuai dengan kondisi sebenarnya, tetapi pada teropong bintang horizontal yang tidak dilengkapi dengan binokuler mengakibatkan gambar yang dihasilkan dalam keadaan terbalik, sehingga sangat tidak cocok untuk penetapan bentuk hilal apabila memungkinkan untuk dirukyat. Oleh karena itu lensa binokuler berfungsi sebagai lensa pembalik bayangan. 11 Latihan Setelah mempelajari materi ini dan untuk mengukur tingkat penguassan materi Saudara mengenai penggunaan peralatan rukyatul hilal, selanjutnya silahkan Saudara selesaikan latihan berikut ini. 1. Sebutkan beberapa peralatan yang sering digunakan untuk Ilmu Falak. 2. Mengapa setiap peralatan harus dilengkapi dengan buku petunjuk penggunaan alat itu? 3. Apa fungsi benang pendek Muri pada rubuk Mujayyab? 4. Hal apa saja yang harus diperhatikan saat penggunaan kompas? 5. Bagaimana kedudukan kaki penyangga pada gawang lokasi saat alat ini digunakan untuk rukyatul hilal 6. Bagaimana menentukan sudut azimuth ? 7. Jelaskan perbedaan antara teropong bintang dengan teropong bumi. 8. Sebutkan fungsi binokuler pada teropong bintang 12 BAB III PENUTUP DAN KESIMPULAN Untuk menentukan keberhasilan rukyatul hilal hendaknya didukung dengan peralatan rukyat yang memadai mulai dari yang sederhana sampai dengan peralatan yang canggih. Berbagai peralatan itu memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, disamping itu juga harus disesuaikan dengan kemampuan daya beli dan kemanfaatan alat. Sedang sumber manusia yang akan menggunakan alat itu juga harus dipersiapkan dengan matang agar peralatan yang telah dimiliki lebih membawa manfaat. Ada beberapa peralatan yang wajib dipahami oleh para perukyat, antara lain : Rubuk Mujayyab, Kompas Muterpass, Gawang Lokasi, Benang Azimuth dan Teropong. Masingmasing alat harus dilengkapi dengan buku petunjuk penggunaannya, agar pengguna dapat mengopersikan alat tersebut dengan benar. Ada beberapa alat yang memiliki persyaratan khusus agar dapat bekerja dengan sempurna, seperti Kompas Muterpass yang harus memperhatikan lokasi sekitar agar tidak terpengaruh dengan gaya magnetic, Teropong Astronomi ( Bintang ) agar dilengkapi dengan lensa Binokuler yang dapat membalik bayangan yang dihasilkan. 13 DAFTAR PUSTAKA Wakhid, Basid, dkk, 1995, Rukyat dengan Teknologi, Upaya Mencari Kesamaan Pandangan tentang Penentuan Awal Ramadhan dan Syawal, Jakarta, Gema Insani Press Nawawi, Abd. Salam, 2004, Rukyat Hisab di Kalangan NU-Muhammadiyah, meredam konflik dalam menetapkan Hilal, Surabaya, Diantama –Lajnah Falkiyah PWNU Jawa Timur Shodiq, Sriyatin, 2004, Materi Pelatihan Hisab Rukyat, Surabaya , Yayasan Al Falkiyah. ---------------, 2006, Software Astronomi Starry Night Proplus 6 pcEW, Imaginova Canada Ltd ---------------, 2006, Sofware Lunar Phasepro V3.25, Garrynugget Izzudin, Ahmad.,2007, Fiqih Hisab Rukyat, Menyatukan NU & Muhammadiyah dalam Penentuan Awal Ramadhan, Idul Fitri dan Idul Adha, Jakarta, Erlangga Azhari, Susiknan, 2007, Penggunaan Sistem Hisab Rukyat di Indonesia, Studi tentang Interaksi Muhammadiyah dan NU, Jakarta, Badan Litbang dan Diklat Depag RI Azhari, Susiknan, 2007, Ilmu Falak,Perjumaan Khazanah Islam dan Sains Modern, Jogyakarta, Suara Muhammadiyah Khazin, Muhyiddin, 2008, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, Jakarta, Buana Pustaka ---------------., 2009, Software Encharta Premium 2009,Microsoft.Com ---------------., 2009, The Sky Astronomy Software 2009,Celestron 2835 Columbia Street, Torrance Tim Majlis Tarjih dan Tajdid, 2009, Pedoman Hisab Muhammadiyah, Majlis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Jogyakarta. . 14