BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pariwisata adalah industri yang besar di dunia dan salah satu sektor yang
tumbuh dengan cepat. Pariwisata merupakan industri baru yang mampu
mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan
penghasilan, dan standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya.
Pariwisata menjadi salah satu aktivitas perekonomian yang penting di seluruh
dunia karena memberikan dampak secara langsung, tidak langsung dan induksi
terhadap perekonomian global.
Berdasarkan Laporan
United
Nations
World
Tourism
Organization
(UNWTO) tahun 2014, kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB dunia
mencapai US$7,2 trilliun atau 9,8 persen dari total PDB dunia. Sektor pariwisata
mampu menyerap 284 juta orang tenaga kerja atau satu dari 11 lapangan kerja
diserap industri pariwisata. Total ekspor sektor pariwisata dunia mencapai US$1,5
trilliun atau 6 persen dari total ekspor dunia. Kedatangan turis internasional telah
meningkat dari 25 miliar secara global di tahun 1950, menjadi US$ 278 miliar di
tahun 1980, US$527 miliar di tahun 1995 dan US$1.333 miliar di tahun 2014.
Penerimaan sektor pariwisata internasional yang dihasilkan oleh daerah tujuan
wisata seluruh dunia sebesar US$2 juta di tahun 1950 menjadi US$104 juta di
tahun 1980, US$415 di tahun 1995 dan US$1.245 juta di tahun 2014.
Di negara-negara berkembang, salah satu alasan utama pariwisata menjadi
suatu sektor yang diandalkan karena diharapkan meningkatkan pertumbuhan
1
ekonomi di negara tersebut. Perkembangan pariwisata akan sangat mempengaruhi
dan dipengaruhi oleh sektor lainnya karena pariwisata merupakan mulitisektoral
yang memiliki keterkaitan dengan sektor lain. Keterkaitan sektor pariwisata
dengan berbagai sektor ekonomi dapat meningkatkan laju pertumbuhan sektorsektor tersebut karena kegiatan pariwisata akan menimbulkan permintaan akan
barang dan jasa sehingga akan merangsang pertumbuhan produksi. Permintaan
wisatawan maupun industri pariwisata yang semakin besar akan dapat
meningkatkan produktivitas sektor-sektor ekonomi.
Pariwisata memiliki peran penting dalam peningkatan perekonomian
Indonesia. Pariwisata memberikan kontribusi yang signifikan bagi perekonomian
Indonesia. Kontribusi pariwisata terhadap PDB nasional mengalami peningkatan
yang cukup berarti tiap tahunnya. Pada tahun 2010 pariwisata menghasilkan PDB
sebesar Rp261,06 triliun dan meningkat di tahun 2011 menjadi Rp296,97 triliun,
di tahun 2012 sebesar Rp326,24 triliun, serta pada tahun 2013 nilai PDB yang
dihasilkan mencapai Rp365,02 triliun. Lebih lanjut pada tahun 2014 PDB yang
dihasilkan dari sektor pariwisata diperkirakan akan mencapai Rp391,49 triliun.
Selain itu, sektor pariwisata menyerap banyak tenaga kerja. Tahun 2014, sektor
pariwisata menyerap tenaga kerja sebesar 10,32 juta orang atau 9 persen dari
tenaga kerja nasional atau meningkat dari tahun 2013 sebesar 8,52 persen dan
tahun 2012 sebesar 8,46 persen (LAKIP Kementerian Pariwisata, 2014).
Sektor pariwisata juga merupakan sumber penerimaaan devisa yang besar.
Tahun 2014 sektor pariwisata menciptakan devisa sebesar US$ 11,17 miliar,
meningkat dari US$ 10,05 miliar di tahun 2013. Peningkatan penerimaan devisa
di tahun 2014 tidak saja bersumber dari peningkatan jumlah wisatawan
2
mancanegara dari 8,8 juta di tahun 2013 dan menjadi 9,44 juta di tahun 2014,
tetapi bersumber dari peningkatan rata-rata pengeluaran per kunjungan dari US$
1.142,24 di tahun 2013, menjadi US$ 1.183,43 di tahun 2014.
450
400
365,02
350
300
296,97
391,49
326,24
261,06
250
200
150
100
50
0
2010
2011
2012
2013
2014*
Sumber: LAKIP Kementerian Pariwisata Tahun 2014.
Gambar 1.1 Peningkatan PDB Pariwisata (dalam miliar rupiah)
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang mendapatkan sebutan sebagai
kota pariwisata menggambarkan potensi daerah ini dalam dunia kepariwisataan di
tanah air. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu daerah
tujuan wisata utama di Indonesia. Setiap tahunnya jumlah kunjungan wisatawan
baik wisatawan mancanegara (wisman) maupun wisatawan nusantara (wisnus) ke
destinasi wisata di Provinsi Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta terus meningkat.
Jumlah kunjungan wisatawan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
berdasarkan data dari Dinas Pariwisata Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, di
tahun 2010 mencapai 1.456.980 orang menjadi 4.122.205 pada tahun 2015.
Jumlah kunjungan tersebut terbagi atas wisatawan nusantara dan wisatawan
mancanegara, di mana jumlah kunjungan terbesar dari wisatawan nusantara.
Untuk kunjungan jumlah kunjungan wisatawan nusantara pada tahun 2010
3
mencapai 1.438.129 orang atau 10,49 persen menjadi 3.813.720 atau 92,52 persen
pada tahun 2015. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara mencapai 1.438.129
orang atau 10,49 persen di tahun 2010 menjadi 308.485 atau 7,48 persen di tahun
2015. Berdasarkan perkembangan jumlah kunjungan wisatawan tersebut dapat
dilihat bahwa persentase kunjungan wisatawan nusantara terus meningkat,
sedangkan kunjungan wisatawan mancanegara persentasenya justru menurun.
4.500.000
4.122.205
4.000.000
3.500.000
3.346.180
3.000.000
2.837.967
2.500.000
2.360.173
2.000.000
1.456.980 1.607.694
1.500.000
1.000.000
500.000
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Sumber: Dinas Pariwisata DIY, 2014.
Gambar 1.2 Perkembangan Wisatawan ke DIY Tahun 2010-2014
Berkembangnya pariwisata di Provinsi DIY tidak lepas dari beragamnya
jenis objek wisata yang ada, keterbukaan masyarakat Yogyakarta, serta peran
pemerintah dalam mendukung tumbuhnya industri pariwisata di Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. Sarana dan prasarana akomodasi yang lengkap juga
mendukung kegiatan pariwisata di Provinsi DIY. Jumlah hotel di Daerah
Istimewa Yogyakarta sampai dengan tahun 2014 berjumlah 54 hotel bintang dan
521 hotel non bintang. Kegiatan usaha pendukung pariwisata juga lengkap,
dimana sampai dengan tahun 2014 terdapat 513 biro perjalanan, 65 agen
perjalanan wisata, 753 restoran, 34 kafe, dan 564 pramuwisata berlisensi. Fasilitas
4
lain tidak kalah penting yaitu adanya fasilitas transportasi yang lengkap, tempat
penukaran uang, berbagai industri jasa boga serta keamanan khusus wisata yang
disebut Bhayangkara Wisata.
Perkembangan sektor pariwisata di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
tidak akan terlepas dari keterkaitan dengan sektor-sektor ekonomi lainnya.
Perubahan yang terjadi pada sektor pariwisata akan berpengaruh pada sektorsektor ekonomi lainnya, dan begitu pula sebaliknya terjadinya perubahan pada
salah satu sektor ekonomi yang lain, juga akan berpengaruh pada sektor
pariwisata. Keterkaitan antarsektor dalam suatu perekonomian dapat dilihat pada
Analisis Input-Output. Menurut Tarigan (2005: 98), Analisis Input-Output adalah
suatu analisis atas perekonomian wilayah secara komprehensif karena melihat
keterkaitan antarsektor ekonomi di wilayah tersebut secara keseluruhan. Jika suatu
sektor tertentu melakukan kegiatan produksi, sektor tersebut meningkatkan
permintaannya terhadap hasil produksi sektor lainnya. Peningkatan output di
sektor tersebut juga menciptakan penawaran bagi sektorā€sektor lain yang
membutuhkan dari sektor tersebut. Dengan demikian apabila terjadi perubahan
tingkat produksi atas sektor tertentu, dampaknya terhadap sektor lain dapat dilihat.
Berdasarkan keterkaitan tersebut akan dapat diperoleh sektor kunci sehingga dapat
dilakukan kebijakan terhadap sektor tersebut.
1.2 Keaslian Penelitian
Penelitian mengenai peranan sektor pariwisata terhadap perekonomian
sudah banyak dilakukan terutama diluar negeri. Akan tetapi, untuk lingkup di
5
daerah di Indonesia belum banyak dilakukan karena tidak setiap daerah memiliki
Tabel Input-Output, mengingat biaya pembuatannya yang mahal.
Atan dan Arslanturk (2012) dalam penelitiannya melihat pariwisata dan
hubungannya pada pertumbuhan ekonomi di Turki dengan metode analisis inputoutput, meliputi keterkaitan ke depan dan keterkaitan ke belakang. Hasil
penelitian didapatkan angka pengganda output sektor pariwisata yang signifikan
mendorong pertumbuhan ekonomi adalah hotel dan restoran. Sektor pariwisata
memiliki dampak penting dan signifikan terhadap perekonomian tetapi bukan
merupakan sektor utama dalam perekonomian. Sektor-sektor pariwisata meliputi
hotel dan restoran dan pendukungnya, penunjang angkutan, dan agen perjalanan
memiliki keterkaitan ke belakang yang tinggi dalam perekonomian.
Munjal (2013) dalam penelitiannya mengukur dampak ekonomi dari
industri pariwisata di India menggunakan Neraca Satelit Pariwisata dan analisis
input-output. Hasilnya Industri pariwisata lebih kepada keterkaitan ke depan
daripada keterkaitan ke belakang bila dibandingkan dengan industri lainnya.
Industri pariwisata menempati peringkat keenam untuk keterkaitan ke depan dan
peringkat ketujuh untuk keterkaitan ke belakang. Angka pengganda output dari
industri pariwisata sebesar 2,4 dan koefisien angka keterkaitan ke depan industri
pariwisata sebesar 1,70.
Khanal et al. (2014) melakukan penelitian untuk mengetahui signifikansi
keterkaitan antara sektor pariwisata dengan sektor perekonomian lainnya di Laos.
Penelitian ini menggunakan data survei pengeluaran wisatawan dan model inputoutput. Hasilnya menunjukkan trend peningkatan ketergantungan sektor
pariwisata pada sektor ekonomi lainnya. Sektor-sektor yang menjadi kunci yaitu
6
makanan dan minuman, manufaktur, grosir, dan perdagangan eceran, pertanian
dan peternakan, serta pariwisata. Hasil penelitian ini memberikan bukti bahwa
sektor pariwisata Lao PDR adalah sektor kunci dalam meningkatkan pertumbuhan
ekonomi.
Kim dan Kim (2015) melakukan penelitian untuk mengidentifikasi
struktur ekonomi hubungan keterkaitan antara industri perhotelan dengan industri
lainnya di Texas menggunakan Tabel I-O. Hasil penelitian ini menghasilkan tiga
temuan. Pertama, industri perhotelan memberikan efek induksi yang tinggi yang
berasal dari output di mana meliputi efek langsung, tidak langsung serta efek
induksi dari pendapatan tenaga kerja dan lapangan kerja, meskipun angka
pengganda yang relatif lebih rendah dan terjadi penurunan ekonomi. Kedua,
industri perhotelan memiliki hubungan ketergantungan yang kuat dengan industri
keuangan dan industri asuransi. Ketiga, industri perhotelan menghasilkan lebih
banyak pendapatan bagi tenaga kerja dan lapangan kerja daripada industri
akomodasi lainnya, tetapi industri akomodasi lainnya menciptakan lebih banyak
output daripada industri perhotelan.
Surugiu et al. (2009) meneliti dampak ekonomi dari sektor pariwisata
yaitu hotel dan restoran di Rumania menggunakan analisis input-output. Hasilnya
menunjukkan hotel dan resturan memiliki nilai tambah tahun 2000 sebesar 0,276
dan tahun 2005 sebesar 0,269. Angka pengganda output tahun 2000 sebesar 1,560
dan tahun 2005 sebesar 1,736. Angka pengganda pendapatan tahun 2000 sebesar
0,837 dan tahun 2005 sebesar 0,781. Angka pengganda tenaga kerja tahun 2000
sebesar 0,005 dan tahun 2005 sebesar 0,023. Dilihat dari nilai koefisien
keterkaitan depan menunjukkan hotel dan restoran memiliki keterkaitan yang
7
rendah dalam perekonomian, di mana nilai keterkaitan ke depan terbuka tahun
2000 sebesar 1,91 menjadi 1,077 pada tahun 2005 dan nilai koefisien keterkaitan
ke depan tertutup tahun 2000 sebesar 0,198 menjadi 0,171.
Kurniasari
(2010)
meneliti
dampak
industri
pariwisata
terhadap
perekonomian Provinsi Jawa Tengah tahun 2008 menggunakan analisis inputoutput dan Multifactor Evaluation Process (MFEP). Hasil analisis input-output
menunjukkan bahwa sektor industri kerajinan memiliki angka pengganda output
tertinggi (2,1046), sedangkan sektor yang memiliki angka pengganda pendapatan
tertinggi adalah adalah jasa pendidikan swasta (0,5727). Untuk sektor yang paling
banyak menyerap tenaga kerja yaitu jasa hiburan (0,555). Berdasarkan hasil
analisis I-O dan MFEP bisa diketahui bahwa sektor Jasa-Jasa lainnya (22), Sektor
Jasa Angkutan Darat (11), dan Sektor Jasa Hiburan (23) menempati tiga peringkat
tertinggi untuk strategi pemacu kesempatan kerja dan pendapatan. Dampak
pengeluaran wisatawan, baik wisatawan mancanegara maupun nusantara terhadap
output regional Jawa Tengah pada tahun 2008 adalah 2,58 persen, sementara
dampaknya terhadap upah gaji regional adalah 2,39 persen dan dampaknya
terhadap penciptaan kesempatan kerja regional adalah 2,88 persen.
Pramana (2013) menganalisis peranan sektor pariwisata dan subsektor
pendukungnya terhadap perekonomian Kabupaten Badung. Penelitian ini
menggunakan analisis input-output. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
sektor perdagangan memiliki pengaruh yang besar, sedangkan sektor pariwisata
kurang memiliki pengaruh terhadap sektor ekonomi lainnya. Pada subsektor
pariwisata yaitu subsektor restoran, rumah makan dan warung memiliki pengaruh
yang besar terhadap sektor perekonomian lainnya baik sektor hulu maupun hilir.
8
Oleh karena itu, pemerintah harus terus meningkatkan sektor pariwisata dengan
memprioritaskan pengembangan subsektor restoran, rumah makan, dan warung
agar dapat mendorong perekonomian Kabupaten Badung.
Perbedaan
antara
penelitian
ini
dibandingkan
dengan
penelitian
sebelumnya meliputi lokasi, periode penelitian. Penelitian ini mengambil lokasi di
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan menggunakan Tabel Input-Output
Tahun 2010 yang merupakan terbitan terakhir BPS Provinsi DIY yang
bekerjasama dengan Bappeda Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sampai saat ini belum ada peneliti yang
meneliti tentang peran sektor pariwisata pada perekonomian Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta menggunakan Tabel Input-Output yang terbaru. Tabel
Input-Output Provinsi DIY yang terakhir disusun adalah Tabel Input-Output
Tahun 2010.
1.4 Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana kontribusi sektor pariwisata di Daerah Istimewa Yogyakarta
terhadap pertumbuhan output, pendapatan masyarakat, dan penyerapan tenaga
kerja dalam perekonomian yang ditunjukkan dengan angka pengganda
output, angka pengganda pendapatan, dan angka pengganda tenaga kerja?
2. Bagaimana keterkaitan sektor pariwisata dengan sektor-sektor perekonomian
lainnya di Daerah Istimewa Yogyakarta yang ditunjukkan dengan angka
9
keterkaitan ke belakang (backward linkage) dan angka keterkaitan ke depan
(forward linkage)?
3. Apakah sektor pariwisata di Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan sektor
unggulan?
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Menganalisis angka pengganda (multiplier analysis) sektor pariwisata di
Daerah Istimewa Yogyakarta, yang meliputi angka pengganda output (output
multiplier), angka pengganda pendapatan (income multiplier), dan angka
pengganda tenaga kerja (employment multiplier).
2. Menganalisis keterkaitan (interindustrial linkages analysis) sektor pariwisata
di Daerah Istimewa Yogyakarta yang meliputi analisis keterkaitan ke
belakang (backward linkage) dan analisis keterkaitan ke depan (forward
linkage).
3. Menganalisis posisi sektor pariwisata pada perekonomian Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta dengan menggunakan analisis sektor unggulan.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Memperkaya penelitian empiris mengenai peran sektor pariwisata dalam
perekonomian suatu wilayah, berdasarkan studi empiris di Daerah Istimewa
Yogyakarta.
10
2. Bahan referensi bagi para peneliti yang ingin mendalami dan melanjutkan
penelitian mengenai peranan sektor pariwisata pada perekonomian suatu
wilayah.
3. Memberikan masukan kepada pemerintah daerah dalam merumuskan
program dan kebijakan pembangunan pariwisata dalam rangka meningkatkan
pertumbuhan ekonomi suatu wilayah.
1.7 Lingkup Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Jenis
data yang akan digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder. Data yang
akan digunakan dalam penelitian ini adalah data Tabel Input-Output Daerah
Istimewa Yogyakarta Tahun 2010. Alat analisis yang akan digunakan dalam
penelitian adalah analisis input-output meliputi analisis angka pengganda, analisis
keterkaitan dan analisis sektor unggulan.
1.8 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan tesis ini terdiri dari beberapa bab, yang secara rinci
dapat diuraikan sebagai berikut. Bab I Pendahuluan, yang terdiri dari latar
belakang, keaslian penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan
Pustaka, yang terdiri dari landasan teori, kajian penelitian terdahulu, serta
hipotesis dan model penelitian. Bab III Metodologi Penelitian, yang berisi tentang
metode penelitian, metode analisis data, dan uji instrumen penelitian. Bab IV
Hasil Analisis dan Pembahasan, yang berisi tentang deskripsi data, uji instrumen
11
penelitian, uji hipotesis, dan pembahasan. Bab V Simpulan dan Saran, yang berisi
tentang simpulan, implikasi kebijakan, keterbatasan penelitian dan saran.
12
Download