BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan Teoritis
2.1.1
Pengertian Good Corporate Governance
Good corporate governance merupakan isu yang tidak pernah
usang untuk terus dikaji oleh pelaku bisnis, akademisi, pembuat kebijakan
dan lain sebagainya. Pemahaman tentang praktik good corporate
governance terus berevolusi dari waktu ke waktu. Dengan perkembangan
tersebut, isu good corporate governance yang tadinya hanya bersifat
marginal kini telah menjadi isu sentral. Oleh sebab itu, diperlukan
pemahaman yang memadai tentang good corporate governance. Karena
tanpa pemahaman yang memadai akan makna dan manfaat good corporate
governance maka praktik dan sistem yang baik ini hanya akan menjadi
retorika, slogan, atau aksesoris yang tidak berguna.
Kajian atas good corporate governance mulai disinggung pertama
kalinya oleh Berledan Means pada tahun 1932 ketika membuat buku yang
menganalisis terpisahnya kepemilikan saham (ownership) dan control.
Pemisahan tesebut berimplikasi pada timbulnya konflik kepentingan
antara para pemegang saham dengan pihak manajemen dalam struktur
kepemilikan perusahaan yang tersebar (dispersed ownership). Oleh karena
itu untuk pertama kalinya, usaha untuk melembagakan good corporate
governance dilakukan oleh Bank of England dan London Stock Exchange
pada tahun 1992 dengan membentuk Cadbury Committee (Komite
Universitas Sumatera Utara
Cadbury), yang bertugas menyusun Corporate Governance Code yang
menjadi acuan utama (benchmark) di berbagai negara.
Komite Cadbury mendefinisikan corporate governance sebagai
berikut :
Corporate governance adalah sistem yang mengarahkan dan
mengendalikan perusahaan dengan tujuan, agar mencapai
keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh
perusahaan, untuk menjamin kelangsungan eksistensinya dan
pertanggungjawaban kepada stakeholders. Hal ini berkaitan dengan
peraturan kewenangan pemilik, Direktur, manajer, pemegang
saham, dan sebagainya.
OECD (Organization for Economic Cooperation and
Development) mendefinisikan Corporate Governance sebagai berikut :
Sekumpulan hubungan antara pihak manajemen perusahaan, board,
pemegang saham, dan pihak lain yang mempunyai kepentingan
dengan perusahaan. Corporate Governance juga mensyaratkan
adanya struktur perangkat untuk mencapai tujuan dan pengawasan
atas kinerja. Corporate Governance yang baik dapat memberikan
rangsangan bagi board dan manajemen untuk mencapai tujuan
yang merupakan kepentingan perusahaan dan pemegang saham
harus memfasilitasi pengawasan yang efektif sehingga mendorong
perusahaan menggunakan sumber daya yang lebih efisien.
Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI)
(2001:3) pengertian Corporate Governance adalah:
Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang
saham, pengurus, pihak kreditur,pemerintah, karyawan serta para
pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya sehubungan
dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu
sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. Tujuan
corporate governance ialah untuk menciptakan pertambahan nilai
bagi semua pihak pemegang kepentingan.
Berdasarkan definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa good
corporate governance merupakan suatu sistem, proses dan seperangkat
Universitas Sumatera Utara
peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang
berkepentingan (stakeholders) terutama dalam arti sempit yaitu hubungan
antara pemegang saham, dewan komisaris, dewan direksi demi tercapainya
tujuan organisasi. Corporate governance hadir untuk mencegah kesalahankesalahan dalam sistem korporasi dan untuk memastikan kesalahankesalahan tersebut dapat segera diperbaiki.
2.1.2
Prinsip-prinsip Good Corporate Governance
Prinsip-prinsip GCG sesuai Pasal 3 Surat Keputusan Menteri
BUMN No.117/M-MBU/2002 Tanggal 31 Juli 2002 tentang Penerapan
BUMN
yaitu
adanya
transparansi,
pengungkapan,
kemandirian,
akuntabilitas, pertanggungjawaban, dan kewajaran.
1. Transparansi (transparency)
Keterbukaan didalam melaksanakan proses pengambilan keputusan
serta pengungkapan informasi secara materil yang relevan mengenai
perusahaan.
2. Pengungkapan (disclosure)
Penyajian informasi kepada para pemangku kepentingan, baik diminta
maupun tidak diminta, mengenai hal-hal yang berkenaan dengan
kinerja operasional, keuangan, dan risiko usaha perusahaan.
3. Kemandirian (independence)
Suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa
konflik kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak maupun
Universitas Sumatera Utara
yang tidak sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku dan
prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
4. Akuntabilitas (accountability)
Kejelasan fungsi, pelaksanaan, serta pertanggungjawaban manajemen
perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan dapat terlaksana secara
efektif dan ekonomis.
5. Pertanggungjawaban (responsibilty)
Kesesuaian pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundangundangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
6. Kewajaran (fairness)
Keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak pemangku
kepentingan yang timbul sebagai akibat dari perjanjian dan peraturan
yang berlaku.
Sedangkan menurut Linan (2000) dalam Theresia (2005), terdapat
empat prinsip dasar pengelolaan perusahaan yang baik yaitu keadilan,
transparansi, dapat dipertanggungjawabkan, dan pertanggungjawaban.
1. Keadilan (fairness) yang meliputi :
a. perlindungan bagi seluruh hak pemegang saham, dan
b. perlakuan yang sama bagi para pemegang saham.
2. Transparansi (transparancy) yang meliputi :
a. pengungkapan informasi yang bersifat penting,
b. informasi harus disiapkan, diaudit dan diungkapkan sejalan dengan
pembukuan yang berkualitas, dan
Universitas Sumatera Utara
c. penyebaran informasi harus bersifat adil, tepat waktu dan efisien.
3. Dapat dipertanggungjawabkan (accountability) yang meliputi
pengertian bahwa :
a. anggota dewan direksi harus bertindak mewakili kepentingan
perusahaan dan para pemegang saham,
b. penilaian yang bersifat independen terlepas dari manajemen, dan
c. adanya akses terhadap informasi yang akurat, relevan dan tepat
waktu.
4. Pertanggungjawaban (responsibility) yang meliputi :
a. menjamin
dihormatinya segala hak pihak – pihak yang
berkepentingan,
b. para pihak yang berkepentingan harus mempunyai kesempatan
untuk mendapatkan ganti rugi yang efektif atas pelanggaran hak –
hak mereka,
c. dibukanya mekanisme pengembangan prestasi bagi keikutsertaan
pihak yang berkepentingan, dan
d. jika diperlukan, para pihak yang berkepentingan harus mempunyai
akses tehadap informasi yang relevan.
2.1.3
Tujuan Penerapan Good Corporate Governance
Tujuan penerapan good corporate governance antara lain :
1. mengoptimalkan pemberdayaan sumber daya ekonomis dari sebuah
usaha,
Universitas Sumatera Utara
2. melindungi kepentingan pemegang saham dan memperhatikan
kepentingan stakeholder lainnya,
3. meningkatkan iklim investasi nasional, dan
4. memperbesar keuntungan secara nasional dari sebuah usaha yang
dikelola secara baik. Pencapaian prestasi yang lebih baik dan
penghematan sumber daya dan modal secara ekonomis akan
meningkatkan produktivitas dalam negeri ketika bersaing di pasar
internasional.
2.1.4
Manfaat Penerapan Good Corporate Governance
Menurut Forum of Corporate Governance in Indonesia (FCGI) ada
beberapa manfaat yang diperoleh dari penerapan good corporate
governance, antara lain :
1. meningkatkan
kinerja
perusahaan
melalui
terciptanya
proses
pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi
operasional perusahaan, serta lebih meningkatkan pelayanan kepada
stakeholder,
2. mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah dan
tidak rigid (karena faktor kepercayaan) yang pada akhirnya akan
meningkatkan corporate value,
3. mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di
Indonesia, dan
4. pemegang saham akan puas dengan kinerja perusahaan karena
sekaligus akan meningkatkan shareholder value dan deviden.
Universitas Sumatera Utara
Dari tujuan dan manfaat di atas maka dapat disimpulkan bahwa
perusahaan yang menerapkan good corporate governance akan selalu
melindungi kepentingan para pemegang sahamnya serta pihak-pihak yang
juga terkait dalam pengelolaan perusahaan. Selain itu, dengan adanya
penerapan good corporate governance dapat lebih meningkatkan nilai
tambah perusahaan tersebut di mata publik karena kinerja keuangan
perusahaan juga lebih terarah dan dapat meningkatkan laba perusahaan.
2.1.5
Kinerja Keuangan
Penelitian ini membahas bagaimana struktur kepemilikan dan good
corporate governance mempengaruhi kinerja keuangan sehingga akhirnya
dapat meningkatkan nilai perusahaan. Pengungkapan laporan keuangan
akan memberikan informasi yang berguna bagi pemakai laporan keuangan
dan sebagai salah satu aspek good corporate governance dapat digunakan
untuk melihat baik tidaknya kinerja keuangan perusahaan.
Kinerja keuangan perusahaan dapat dinilai melalui berbagai
macam indikator untuk mengukur keberhasilan perusahaan, pada
umumnya berfokus pada informasi yang terdapat di dalam laporan
keuangan. Laporan keuangan bermanfaat membantu para pihak-pihak
yang berkepentingan terhadap perusahaan untuk mengambil suatu
keputusan serta menentukan prospek perusahaan di masa mendatang.
Salah satu jenis laporan yang sering digunakan dalam mengukur kinerja
operasi di perusahaan yaitu laporan laba rugi. Akan tetapi angka yang
terdapat dalam laporan laba rugi seringkali dipengaruhi oleh metode
Universitas Sumatera Utara
akuntansi yang digunakan. Disclosure dalam laporan keuangan akan
memberikan informasi yang berguna bagi pemakai laporan keuangan. Hal
ini berhubungan dengan aspek good corporate governance yang dapat
melihat baik atau tidaknya kinerja keuangan di suatu perusahaan tersebut.
Penilaian kinerja keuangan perusahaan dilakukan bertujuan untuk
memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam
mematuhi standard perilaku yang ditetapkan sebelumnya agar tercapai
tujuan perusahaan yang baik.
Berikut ini ada beberapa rasio yang dapat digunakan untuk
mengukur kinerja keuangan perusahaan (Ang, 1997) dalam (Dini, 2010)
yaitu rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas, rasio solvabilitas,
dan rasio pasar.
1. Rasio likuiditas
Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial yang berjangka
pendek tepat pada saat jatuh temponya, yaitu dengan cara
membandingkan antara jumlah aktiva lancar dengan jumlah hutang
lancar perusahaan. Misalnya mengukur kemampuan perusahaan dalam
membiayai dan memenuhi kewajiban / utang pada saat ditagih atau
jatuh tempo.
2. Rasio aktivitas
Rasio aktivitas adalah rasio yang menunjukkan bagaimana sumber
daya telah dimanfaatkan secara optimal, yaitu dengan cara
Universitas Sumatera Utara
membandingkan rasio aktivitas dengan standar industry, maka dapat
diketahui tingkat efisiensi perusahaan dalam industri. Misalnya
mengukur penjualan terhadap penggunaan semua aktivitas perusahaan.
3. Rasio profitabilitas
Rasio profitabilitas dapat mengukur seberapa besar kemampuan
perusahaan memperoleh laba baik dalam hubungan penjualan, asset
maupun laba bagi modal sendiri. Rasio profitabilitas dibagi menjadi
enam antara lain: gross profit margin (GPM), net profit margin
(NPM), operating return on assets (OPROA), return on assets (ROA),
return on equity (ROE), operating ratio (OR).
4. Rasio solvabilitas (leverage)
Financial leverage menunjukkan proporsi atas penggunaan utang
untuk membiayai investasinya. Perusahaan yang tidak mempunyai
leverage berarti menggunakan modal sendiri 100%.
5. Rasio pasar (market ratio)
Rasio
ini
menunjukkan
informasi
penting
perusahaan
yang
diungkapkan dalam basis per saham. Rasio nilai pasar perusahaan
memberikan indikasi bagi manajemen mengenai penilaian investor
terhadap kinerja perusahaan dimasa lampau dan prospeknya dimasa
yang akan mendatang. Ada beberapa rasio untuk mengukur nilai pasar
perusahaan, misalnya price earning ratio (PER), market-to-book ratio,
Tobin’s Q, dan price / cash flow ratio.
Universitas Sumatera Utara
Masing-masing rasio memiliki karakteristik yang berbeda, dan
memberikan informasi bagi manajemen maupun investor mengenai hal
yang berbeda pula. Horne (1995) dalam Dini (2010) menyebutkan bahwa
untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan, analisis
keuangan membutuhkan ukuran keuangan yang pasti. Informasi kinerja
perusahaan, terutama profitabilitas, diperlukan untuk menilai perubahan
potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan dimasa
depan. Informasi kinerja bermanfaat untuk memprediksi kapasitas
perusahaan dalam arus kas dari sumber daya yang ada dan juga untuk
perumusan
perimbangan
tentang
efektivitas
perusahaan
dalam
memanfaatkan sumber daya (IAI, 2001).
Menurut Riyanto (2001) dalam Dini (2010), Return On Assets
(ROA) merupakan salah satu bentuk dari rasio profitabilitas untuk
mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang
ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasional perusahaan
agar menghasilkan keuntungan. Besarnya ROA dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Earning after tax
Return on Assets (ROA) =
x 100 %
Total Assets
Earning After Tax (EAT) merupakan laba bersih setelah pajak. Total
Assets merupakan nilai buku total aktiva. Pengukuran kinerja keuangan
perusahaan dengan ROA menunjukkan kemampuan atas modal yang
Universitas Sumatera Utara
diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang dimiliki perusahaan untuk
menghasilkan laba. ROA yang negatif disebabkan laba perusahaan dalam
kondisi negatif pula atau rugi. Hal ini menunjukkan kemampuan dari
modal yang diinvestasikan secara keseluruhan belum mampu untuk
menghasilkan laba (Hakim, 2006) dalam (Dini, 2010).
2.1.6
Tujuan Penilaian Kinerja
Penilaian perusahaan khususnya kinerja sering dilakukan untuk
tujuan :
1. memperoleh pendapat wajar atas penyertaan dalam suatu perusahaan
atau menunjukkan bahwa perusahaan bernilai lebih dari apa yang ada
di dalam neraca,
2. keperluan merger dan akuisisi, yaitu untuk mengetahui berapa nilai
perusahaan dan nilai ekuitas dari masing-masing perusahaan,
3. kepentingan usaha, yang bertujuan untuk mengetahui apakah nilai
usaha lebih besar daripada nilai likuiditasnya, dan
4. memperoleh
pembelanjaan
penetapan
besarnya
pinjaman
atau
tambahan modal.
2.1.7
Kepemilikan Publik
Peran serta publik pada dunia usaha mendapat tempatnya di dalam
industri pasar modal, karena perusahaan-perusahaan yang telah go public
mendapatkan dananya dari masyarakat. Walaupun pengendali perusahaan
biasanya masih tetap dipegang oleh segelintir orang, kepentingan
Universitas Sumatera Utara
masyarakat tetap merupakan bagian integral yang harus dipenuhi,
mengingat mereka juga merupakan stakeholder dari perusahaan.
Berdasarkan fakta, pasar modal Indonesia digerakkan oleh investor
dengan jumlah terbatas. Hal ini menunjukkan bahwa pasar modal
Indonesia belum berakar. Pemerintah perlu memberikan perhatian
terhadap pengembangan pasar modal, dengan tujuan untuk membangun
pasar modal kita yang efisien dan berdaya saing kuat. Salah satu alternatif
untuk mengatasi permasalahan ini yaitu dengan meningkatkan proporsi
kepemilikan saham oleh masyarakat (publik). Penyertaan saham oleh
masyarakat mencerminkan adanya harapan dari masyarakat bahwa pihak
manajemen perusahaan akan mengelola saham tersebut dengan sebaikbaiknya dan dibuktikan dengan tingkat laba dan kinerja perusahaan yang
baik (Purba, 2004) dalam Dini (2010).
Menurut Rosma (2007) dalam Dini (2010) kepemilikan publik
menunjukkan besarnya private information yang harus dibagikan manajer
kepada publik. Private information tersebut merupakan informasi internal
yang semula hanya diketahui oleh manajer, seperti standar yang dipakai
dalam pengukuran kinerja perusahaan, keberadaan perencanaan bonus, dan
sebagainya.
Jensen (1976) dalam Dini (2010) menyatakan bahwa publik
mempunyai
peran
penting
dalam
menciptakan
well-functioning
government system karena mereka memiliki financial interest dan
bertindak independen dalam menilai manajemen. Semakin besar
Universitas Sumatera Utara
persentase saham yang ditawarkan kepada publik, maka semakin besar
pula
internal
yang
harus
diungkapkan
kepada
publik
sehingga
kemungkinan dapat mengurangi intensitas terjadinya manajemen laba.
Oleh karena itu kepemilikan publik dianggap berpengaruh terhadap kinerja
perusahaan.
2.1.8
Ukuran Dewan Komisaris
Ukuran dewan komisaris merupakan organ yang berperan penting
dalam pengimplementasian good corporate governance di suatu
perusahaan. Komisaris merupakan organ yang mengawasi kebijaksanaan
direksi dalam menjalankan perusahaan serta memberikan nasihat kepada
direksi. Untuk menjamin pelaksanaan good corporate governance berjalan
dengan baik diperlukan anggota dewan komisaris yang berintegritas
tinggi, tidak cacat hukum, serta mampu bekerja secara profesional tanpa
memihak dengan salah satu pemegang saham pengendali (mayoritas)
secara langsung maupun tidak langsung. Di Indonesia, dewan komisaris
merupakan organ yang bersifat pasif dan tidak dapat menjalankan fungsi
pengawasannya secara efektif terhadap direksi. Atau sebaliknya, peran
komisaris yang terlalu kuat dalam perusahaan, sehingga sering kali
melakukan intervensi terhadap kebijakan direksi. Fenomena ini menjadi
masalah pada perusahaan yang sudah go public, sikap pasif dewan
komisaris dapat merugikan kepentingan pemegang saham serta para
stakeholder lainnya.
Universitas Sumatera Utara
2.1.9
Ukuran Dewan Direksi
Dewan direksi sangat berperan penting dalam pengelolaan
perusahaan. Dewan direksi merupakan organ yang berperan penting dalam
perusahaan yang bertindak sebagai agen para pemegang saham untuk
memastikan suatu perusahaan dikelola sesuai dengan tujuan perusahaan.
Menurut Undang-undang Perseroan Terbatas, direksi merupakan organ
perseroan yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk
kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam
maupun di luar pengadilan dengan ketentuan anggaran dasar. Dewan
direksi bertanggung jawab penuh atas manajemen perusahaan serta
memastikan perusahaan telah sepenuhnya menjalankan seluruh ketentuan
dalam Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2.1.10 Ukuran Komite Audit
Komite audit adalah organ tambahan yang diperlukan dalam
pelaksanaan prinsip good corporate governance. Komite audit dibentuk
oleh dewan komisaris untuk melakukan pemeriksaan atau penelitian yang
dianggap perlu terhadap pelaksanaan fungsi direksi dalam melaksanakan
pengelolaan perusahaan serta melaksanakan tugas penting berkaitan
dengan sistem pelaporan keuangan perusahaan. Anggota komite audit
diharuskan mempunyai keahlian yang memadai, karena komite ini
memiliki kewenangan dalam mengakses fasilitas dan data perusahaan,
selain itu komite audit dituntut harus memiliki sikap yang independen. Hal
ini perlu didasari dikarenakan komite audit merupakan pihak yang
Universitas Sumatera Utara
menjembatani antara eksternal auditor dan perusahaan yang juga sekaligus
menjembatani antara fungsi pengawasan dewan komisaris dengan internal
auditor. Keberadaan komite audit dalam suatu perseroan terbatas untuk
membantu pemberdayaan (empowerment) dewan komisaris. Oleh karena
itu, pertanggungjawaban komite audit kepada dewan komisaris.
2.1.11 Struktur Kepemilikan
Menurut teori agensi, agent harus bertindak secara rasional untuk
kepentingan principal. Agent harus menggunakan keahlian, kebijaksanaan,
serta tingkah laku yang adil dan wajar dalam memimpin suatu perusahaan.
Namun,
dalam
kenyataannnya
banyak
timbul
masalah
yang
mengakibatkan terjadinya konflik kepentingan antara pemegang saham
sebagai pemilik perusahaan dengan pihak pengurus atau manajemen
sebagai agen. Pemegang saham ingin memperoleh return yang maksimal
atas dana yang
diinvestasikannya sedangkan pihak manajemen juga
menginginkan incentives atas pengelolaan dana pemilik perusahaan.
Sehingga menimbulkan penyelewengan dana yang biasanya dilakukan
oleh pihak manajemen.
Konflik kepentingan tersebut secara alamiah akan terjadi dalam
struktur kepemilikan perusahaan yang dibagi menjadi dua, yaitu struktur
kepemilikan yang tersebar (dispersed ownership) dan struktur kepemilikan
terkonsentrasi (concentrated ownership). Dengan tersebarnya mayoritas
kepemilikan saham kepada pemegang saham publik, maka pelaksanaan
hak kontrol para pemegang saham terhadap pihak manajemen menjadi
Universitas Sumatera Utara
lemah sehingga memicu konflik kepentingan antara pihak manajemen
dengan para pemegang saham. Sedangkan pada kepemilikan yang
terkonsentrasi dimana terkonsentrasinya control terhadap perusahaan pada
segelintir pemegang saham, membuat pelaksanaan control terhadap pihak
manajemen menjadi lebih mudah dan juga dapat menurunkan potensi
konflik kepentingan yang timbul karenanya. Terkonsentrasinya control ini
menimbulkan dilema ketika perusahaan mencari pembiayaan di pasar
modal, dimana perusahaan dapat saja menjanjikan dividen yang tinggi
kepada pemegang saham publik untuk meyakinkan investor untuk
berinvestasi di perusahaan tersebut. Dari dua perbedaan struktur
kepemilikan perusahaan di atas, penerapan good corporate governance
menjadi sangat penting bagi perusahaan yang salah satu tujuannya adalah
untuk menekan potensi konflik kepentingan.
2.2
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Daftar Tabel Penelitian Terdahulu
No.
Peneliti
Variabel
Kesimpulan
(Tahun
Penelitian
Penelitian
Penelitian)
1.
Hastuti (2005)
Struktur
Tidak terdapat
kepemilikan,
hubungan yang
signifikan antara
discretionary
accrual sebagai struktur kepemilikan
proksi
dengan kinerja
manipulasi laba perusahaan, tidak
yang
terdapat hubungan
mencerminkan yang signifikan antara
akuntanbilitas, manajemen laba
serta voluntary dengan kinerja
perusahaan, dan
terdapat hubungan
Universitas Sumatera Utara
No.
Peneliti
(Tahun
Penelitian)
Variabel
Penelitian
Kesimpulan
Penelitian
disclosure
sebagai proksi
transparancy
(X),kinerja
perusahaan (Y)
yang signifikan antara
disclosure dengan
kinerja perusahaan.
2.
Nur’aeni
(2010)
Kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
institusional,
kepemilikan
publik,
kepemilikan
asing(X),
kinerja
perusahaan (Y)
Kepemilikan
institusional dan
kepemilikan asing
dalam perusahaan
memiliki pengaruh
yang positif dan
signifikan terhadap
kinerja perusahaan.
Sedangkan
kepemilikan
manajerial dan
kepemilikan publik
tidak berpengaruh
terhadap kinerja
perusahaan.
3.
Sabrinna
(2010)
Corporate
Governance,
kepemilikan
manajerial,kep
emilikan
institusional(X)
,Kinerja
perusahaan (Y)
Tidak terdapat
hubungan signifikan
antara corporate
governance dengan
Tobin’s Q (kinerja
pasar) tetapi terdapat
hubungan positif
signifikan antara
corporate governance
dengan ROE (kinerja
operasional).
Sedangkan pada
struktur kepemilikan
tidak terdapat
hubungan signifikan
antara kepemilikan
Universitas Sumatera Utara
No.
Peneliti
(Tahun
Penelitian)
4.
Mulyati (2011)
5.
Aji (2012)
Variabel
Penelitian
Kesimpulan
Penelitian
manajerial dan
kepemilikan
institusional terhadap
kinerja perusahaan.
Kepemilikan
Secara simultan
institusional,
terdapat pengaruh
kepemilikan
antara variabel
manajerial,
kepemilikan
komisaris
institusional,
independen dan kepemilikan
komite audit
manajerial, komisaris
(X), kinerja
independen dan komite
keuangan
audit terhadap kinerja
perusahaan (Y) keuangan perusahaan.
Secara parsial hanya
kepemilikan
manajerial dan komite
audit yang
mempengaruhi kinerja
keuangan perusahaan.
Dewan direksi,
dewan
komisaris
independen,
reputasi
auditor, komite
audit, dan
ukuran
perusahaan
(X), earning
management
yang diukur
dengan
menggunakan
discretionary
accrual (Y)
Ukuran dewan direksi
dan komite audit tidak
berpengaruh signifikan
terhadap earnings
management .
Sedangkan dewan
komisaris independen,
reputasi auditor, dan
ukuran perusahaan
berpengaruh signifikan
terhadap earnings
management.
Beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan acuan atas penelitian ini
secara rinci dapat dilihat sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1. Theresia Dwi Hastuti (2005)
Penelitian yang dilakukan oleh Hastuti (2005) berjudul “Hubungan
Antara Good Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan dengan
Kinerja Keuangan”. Penelitian yang dilakukan adalah untuk meneliti
hubungan antara good corporate governance yang diwakili oleh proksi
disclosure laporan keuangan dan accruals terhadap kinerja perusahaan,
dengan menggunakan data pada perusahaan manufaktur yang telah
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitiannya menggunakan
variabel
independen
discretionary
accrual
yang
terdiri
sebagai
dari
proksi
struktur
manipulasi
kepemilikan,
laba
yang
mencerminkan akuntanbilitas, serta voluntary disclosure sebagai
proksi transparency dan yang menjadi variabel dependennya yaitu
kinerja perusahaan. Metode analisis data yang digunakan pada
penelitiannya yaitu analisis diskriptif statistik, uji asumsi klasik, dan
pengujian regresi. Adapun yang menjadi hasil pada penelitian, antara
lain: tidak terdapat hubungan yang signifikan antara struktur
kepemilikan dengan kinerja perusahaan, tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara manajemen laba dengan kinerja perusahaan, dan
terdapat hubungan yang signifikan antara disclosure dengan kinerja
perusahaan.
2. Dini Nur’aeni (2010)
Penelitian yang dilakukan oleh Nur’aeni (2010) berjudul “Pengaruh
Struktur Kepemilikan Saham Terhadap Kinerja Perusahaan”. Pada
Universitas Sumatera Utara
penelitiannya menggunakan data sekunder yaitu data laporan pada
perusahaan Manufaktur yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia
untuk tahun 2006, 2007 dan 2008. Adapun yang menjadi variabel
independen yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional,
kepemilikan publik, dan kepemilikan asing serta yang menjadi variabel
dependennya adalah kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan diukur
dengan Return on Assets (ROA). Metode pengambilan sampel yang
digunakan adalah purposive sampling dan model analisis data yang
digunakan adalah analisis regresi berganda. Adapun yang menjadi
hasil dari penelitian adalah kepemilikan institusional dan kepemilikan
asing dalam perusahaan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap kinerja perusahaan. Sedangkan kepemilikan manajerial dan
kepemilikan publik tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
3. Anindhita Ira Sabrinna (2010)
Penelitian yang dilakukan oleh Sabrinna (2010) berjudul “Pengaruh
Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja
Perusahaan”. Penelitiannya menggunakan analisis regresi berganda
untuk mengetahui apakah corporate governance dan struktur
kepemilikan memiliki pengaruh positif. Pada penelitian digunakan
sampel sebanyak 42 perusahaan Manufaktur yang mengikuti survey
IICG dari tahun 2002 hingga 2008 dan laporan keuangan perusahaan
manufaktur yang terdaftar BEI. Metode pengambilan sampel yaitu
purposive sampling. Hasil dari penelitian yaitu menunjukkan bahwa
Universitas Sumatera Utara
tidak terdapat hubungan signifikan antara corporate governance
dengan Tobin’s Q (kinerja pasar) tetapi terdapat hubungan positif
signifikan antara corporate governance dengan ROE (kinerja
operasional). Sedangkan pada struktur kepemilikan tidak terdapat
hubungan signifikan antara kepemilikan manajerial dan kepemilikan
institusional terhadap kinerja perusahaan, hal ini dikarenakan bahwa
keberadaan manajer dan pemegang saham kurang memiliki pengaruh
dalam peningkatan kinerja perusahaan.
4. Siti Murni Mulyati (2011)
Penelitian yang dilakukan oleh Mulyati (2011) berjudul “Pengaruh
Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan”. Populasi yang digunakan dalam penelitian adalah data
laporan keuangan perusahaan Manufaktur yang telah terdaftar di Bursa
Efek Indonesia pada periode 2007, 2008, dan 2009. Sampel berjumlah
27 perusahaan yang diambil secara purposive sampling. Variabel
penelitian terdiri dari variabel bebas yaitu kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial, komisaris independen dan komite audit dan
variabel
terikat
yaitu
kinerja
keuangan
perusahaan.
Metode
pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi. Analisis data
yang digunakan dalam penelitian adalah analisis deskriptif dan analisis
regresi berganda. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan
bahwa secara parsial hanya variabel kepemilikan manajerial dan
komite audit yang berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan
Universitas Sumatera Utara
perusahaan. Analisis regresi secara simultan menunjukan kepemilikan
institusional, kepemilikan manajerial, komisaris independen dan
komite audit secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap
kinerja keuangan perusahaan.
5. Bimo Bayu Aji (2012)
Penelitian yang dilakukan oleh Aji (2012) berjudul “Pengaruh
Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba”. Penelitian yang
dilakukan bertujuan untuk menguji corporate governance terhadap
earning management. Variabel independen yang digunakan dalam
penelitian merupakan struktur corporate governance yaitu ukuran
dewan direksi, dewan komisaris independen, reputasi auditor, komite
audit, dan ukuran perusahaan, sedangkan yang menjadi variabel
dependen pada penelitian adalah earning management yang diukur
dengan menggunakan discretionary accrual. Sampel yang ditetapkan
dalam penelitian adalah perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI
dalam periode 2008-2010. Metode pengumpulan data menggunakan
teknik
purposive
sampling
dengan
menghasilkan
94
sampel
perusahaan manufaktur. Penelitian ini menggunakan regresi linear
berganda untuk analisis data. Hasil penelitian menunjukan bahwa
ukuran dewan direksi dan komite audit tidak berpengaruh signifikan
terhadap
earnings
management.
Sedangkan
dewan
komisaris
independen, reputasi auditor, dan ukuran perusahaan berpengaruh
signifikan terhadap earnings management .
Universitas Sumatera Utara
2.3
Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan modal konseptual tentang bagaimana
teori yang digunakan berhubungan dengan berbagai faktor yang telah peneliti
identifikasikan sebagai masalah penting. Penelitian ini menggunakan lima
variabel independen, yaitu kepemilikan publik, ukuran dewan komisaris, ukuran
dewan direksi, ukuran komite audit, dan struktur kepemilikan. Serta satu variabel
dependen, yaitu kinerja keuangan perusahaan.
Berdasarkan landasan teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu di atas, maka
kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai berikut :
Variabel Independen:
Variabel Dependen:
Kepemilikan Publik
(X1)
Ukuran Dewan Komisaris
(X2)
H1
Ukuran Dewan Direksi
(X3)
H2
H3
Kinerja Keuangan
(Y)
H4
Ukuran Komite Audit
(X4)
H5
Struktur Kepemilikan
(X5)
H6
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual Penelitian
Universitas Sumatera Utara
1. Variabel Independen
(X1) Kepemilikan publik
Kepemilikan publik diukur dari besarnya persentase saham yang dimiliki
oleh publik dari total saham beredar ( skala ratio).
(X2) Ukuran dewan komisaris
Dewan komisaris diukur dari jumlah seluruh anggota dewan komisaris
termasuk yang independen (skala nominal).
(X3) Ukuran dewan direksi
Dewan direksi diukur dari jumlah seluruh anggota dewan direksi termasuk
yang independen (skala nominal).
(X4) Ukuran komite audit
Komite audit diukur dari jumlah seluruh anggota dewan komite audit
termasuk yang independen (skala nominal)
(X5) Struktur kepemilikan
Struktur kepemilikan yang dibahas dalam penelitian ini adalah struktur
kepemilikan perusahaan yang menyebar dan terkonsentrasi. Proporsi
kepemilikan diwakili oleh variabel dummy, dimana nilai 1 untuk
kepemilikan terkonsentrasi (terdapat kepemilikan saham diatas 50%) dan
0 untuk kepemilikan menyebar (tidak ada kepemilikan saham diatas 50%)
(skala nominal).
2. Variabel Dependen
(Y) Kinerja keuangan
Universitas Sumatera Utara
Kinerja keuangan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan
Return on Assets (ROA). ROA dihitung dari laba bersih setelah pajak
yaitu Earning After Tax (EAT) dibagi dengan total aktiva.
ROA
EAT
= -------- x 100%
Assets
Keterangan :
ROA
= Return on Assets
EAT
= Laba bersih setelah pajak
Assets
= Total asset
Tujuan dari good corporate governance adalah untuk menciptakan nilai
tambah bagi semua pihak yang berkepentingan. Apabila good corporate
governance dalam kepemilikan publik dapat berjalan dengan baik maka dapat
meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan kemudian
kemungkinan kinerja keuangan perusahaan akan meningkat sehingga dapat
menarik investor lainnya untuk menanamkan investasinya di perusahaan
tersebut.
Peranan dewan komisaris juga dapat memberikan pengaruh terhadap
kinerja keuangan perusahaan karena apabila dewan komisaris menjalankan
fungsi pengawasannya dengan baik maka dapat meningkatkan kepercayaan
investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka
investasikan.
Peranan dewan direksi juga akan memberikan pengaruh terhadap kinerja
keuangan perusahaan karena apabila dewan direksi dapat mengelola perusahaan
Universitas Sumatera Utara
dengan baik, maka dapat lebih meningkatkan laba perusahaan tersebut. Hal ini
dikarenakan kinerja keuangan perusahaan yang semakin meningkat dibawah
pengelolaan yang baik oleh dewan direksi.
Peranan komite audit juga dapat memberikan pengaruh terhadap kinerja
keuangan perusahaan karena komite audit menjalankan fungsi pengawasannya
terhadap pengelolaan keuangan di suatu perusahaan. Apabila sistem pengelolaan
keuangan disuatu perusahaan dapat berjalan baik, maka dapat lebih
meningkatkan kinerja perusahaan dalam menghasilkan keuntungan perusahaan.
Peranan struktur kepemilikan juga dapat memberikan pengaruh terhadap
kinerja keuangan perusahaan, karena dengan adanya kepemilikan yang
terkonsentrasi dan tersebar, maka dapat menambah sumber pembiayaan di
perusahaan tersebut. Manajer juga dapat lebih meningkatkan kinerja keuangan
perusahaan untuk memperoleh dividen yang maksimal bagi para pemegang
saham.
2.4
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian teoritis dan kerangka konseptual, maka hipotesis
penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara Parsial.
H1= kepemilikan publik secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
kinerja keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
H2= ukuran dewan komisaris secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap kinerja keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEI.
Universitas Sumatera Utara
H3= ukuran dewan direksi secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap kinerja keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEI.
H4= ukuran komite audit secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
kinerja keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
H5= struktur kepemilikan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
kinerja keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
2. Secara Simultan.
H6= kepemilikan publik, ukuran dewan komisaris, ukuran dewan direksi
ukuran komite audit, dan struktur kepemilikan secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI.
Universitas Sumatera Utara
Download