BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan satu-satunya sumber daya yang memiliki akal perasaan, keinginan, keterampilan, pengetahuan, dorongan, daya dan karya (rasio, rasa dan karsa). Semua potensi SDM tersebut berpengaruh terhadap upaya organisasi dalam mencapai tujuan. Betapapun majunya teknologi, perkembangan informasi, tersedianya modal dan memadai bahan jika tanpa SDM sulit bagi organisasi itu untuk mencapai tujuannya. Perusahaan perlu menciptakan industri yang dapat berjalan dengan baik, yang mampu merangsang para karyawannya untuk berprestasi. Oleh karena itu dalam konsep manajemen perusahaan modern saat ini fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) semakin penting. Berikut ini beberapa pengertian manajemen sumber daya manusia, antara lain : Mathis and Jackson (2006) mengatakan Manajemen Sumber Daya Manusia adalah “rancangan sistem-sistem formal dalam sebuah organisasi untuk memastikan penggunaan bakat manusia secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan-tujuan organisasional”. 7 8 Menurut Richard L. Draft (2006), mengatakan bahwa “Manajemen adalah pencapaian tujuan organisasi dengan cara yang efektif dan efisien melalui perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian sumber daya organisasi”. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sumber daya yang paling penting dalam sebuah organisasi atau perusahaan adalah sumber daya manusia. Karena sumber daya manusia merupakan faktor yang menggerakan dan menangani dalam tercapainya tujuan suatu organisasi atau perusahaan. Dan faktor produksi yang lain didalam kegiatan perusahaan berfungsi efektif dan efisien bagi terwujudkannya tujuan perusahaan. 9 2.2 Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia 2.2.1 Fungsi Manajerial Fungsi Manajerial dari Manajemen Sumber Daya Manusia, menurut Husein Umar (2005) terdiri dari : a. Perencanaan ( Planning ), berarti penentuan terlebih dahulu program Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) yang akan membantu dalam pencapaian tujuan yang sudah ditetapkan oleh perusahaan. b. Pengorganisasian ( Organizing ), merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan. Bagi seorang manajer Sumber Daya Manusia (SDM), membentuk suatu organisasi haruslah dengan merencanakan hubungan antara pekerjaan dan faktor-faktor fisik, hubungan antara sesame kelompok dan hubungan antara pimpinan secara keseluruhaan. c. Pengarahan ( Directing ), fungsi ini meliputi bagaimana cara melaksanakan pekerjaan atau bagaimana mengusahakan agar karyawannya mau bekerja sesuai dengan apa yang diinginkan oleh perusahaan dengan efektif dan efisien. d. Pengawasan / pengendalian ( Controlling ), merupakan fungsi manajeman yang menyangkut masalah pengaturan terhadap berbagai kegiatan sesuai dengan rencana Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) yang sudah dirumuskan. 10 2.2.2 Fungsi Operasional Fungsi Operasional dari Manajemen Sumber Daya Manusia, menurut Husein Umar (2005) terdiri dari : a. Pengadaan ( Procurement ), merupakan usaha untuk memperoleh karyawan baik dari segi jenis, jumlah, mutu ataupun kualitas karyawan serta seleksi dan penempatan yang dibutuhkan guna menyelesaikan tujuan organisasi. b. Pengembangan ( Development ), merupakan peningkatan keterampilan dan pengetahuan karyawan melalui pelatihan yang diperlukan agar dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik. c. Kompensasi ( Compensation ), fungsi ini berhubungan dengan pemberian imbalan atau penghargaan yang adil dan layak bagi kehidupan manusia dan diberikan kepada karyawan atas jasa atau pekerjaan yang telah diberikan untuk mencapai tujuan perusahaan. d. Integrasi ( Integration ), merupakan usaha untuk menghasilkan suatu rekonsiliasi atau kecocokan yang layak atas kepentingan individu, masyarakat dan organisasi. e. Pemeliharaan ( Maintenance ), merupakan usaha untuk mengabadikan keadaan di mana terpeliharanya kemauan dan keinginan para karyawan. Hal ini sangat dipengaruhi komunikasi antar karyawan, kesehatan, keadaan jasmani dan keselamatan kerja karyawan. 11 f. Pemutusan Hubungan Kerja ( Separation ), merupakan suatu proses pemisahan karyawan dari organisasi untuk mengembalikan karyawan ke lingkungan masyarakat kembali yang dapat berbentuk pensiun, pemberhentian, pemecatan, atau penempatan di luar perusahaan. 2.2.3 Manfaat Manajemen Sumber Daya Manusia Manfaat dari Sumber Daya Manusia menurut Gauzali Saydan (2005 : 66) antara lain sebagai berikut : a. Perusahaan akan berkemampuan menyesuaikan diri dengan kebutuhan sekarang. b. Perusahaan akan mempunyai sumber daya manusia yang selalu tampil meyakinkan dalam melaksanakan pekerjaan. c. Perusahaan akan mampu menjawab tantangan perkembangan keadaan masa depan. d. Program perusahaan akan tidak pernah ketinggalan dari para pesaingnya. e. Perusaahaan dapat meningkatkan prestasi karyawan secara individual maupun kelompok. f. Mekanisme perusahaan lebih fleksibel dan tidak kaku dalam menggunakan teknologi baru. g. Biaya produksi yang dikeluarkan lebih efisien. h. Perusahaan dapat mempersiapkan karyawan – karyawan untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi. 12 Suatu perusahaan yang ingin maju dan tumbuh berkembang, harus melaksanakan pengembangan sumber daya manusianya secara terus menerus agar pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan karyawan sesuai dengan tuntutan pekerjaan yang dilakukan. 2.3 Kepuasan Kerja 2.3.1 Pengertian Kepuasan Kerja Organisasi merupakan wadah tempat berkumpulnya orang-orang yang melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka pencapaian tujuan. Tujuan tersebut dapat berupa tujuan pribadi anggota organisasi dan tujuan global organisasi. Kepuasan kerja merupakan seperangkat perasaan karyawan tentang menyenangkan atau tidaknya pekerjaan mereka. Kepuasan kerja merupakan respon seseorang terhadap bermacam-macam lingkungan kerja yang dihadapinya. Respon seseorang meliputi respon terhadap komunikasi organisasi, supervisor, kompensasi, promosi, teman kerja, kebijaksanaan organisasi, dan hubungan interpersonal dalam organisasi. Gomes (2003;178) menyebutkan kepuasan atau ketidakpuasan seseorang dengan pekerjaannya merupakan keadaan yang sifatnya subjektif, yang merupakan hasil kesimpulan yang didasarkan pada suatu perbandingan mengenai apa secara nyata diterima oleh karyawan dari pekerjaannya dibandingkan 13 dengan apa yang diharapkan, diinginkan, dan dipikirkannya sebagai hal yang pantas atau berhak baginya. Kepuasan kerja menurut Hoppeck (dalam As’ad 2004;104) menyatakan bahwa kepuasan kerja merupakan penilian dari pekerjaan yaitu seberapa jauh pekerjaannya secara keseluruhan memuaskan kebutuhannya. Kepuasan kerja pada dasarnya merupakan hal yang bersifat individual, setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbedabeda dengan sistem nilai yang berlaku pada dirinya. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan masing-masing individu. Semakin banyak aspekaspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan individu tersebut, semakin tinggi kepuasan yang dirasakannya dan sebaliknya bila semakin sedikit aspek-aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keingininan individu, makan makin rendah tingkat kepuasannya (As’ad 2004;103). Kepuasan kerja menurut Kreitner dan Kinicki (2005;271) adalah suatu efektifitas atau respon emosional terhadap aspek pekerjaan. Definisi ini berarti bawhwa kepuasan kerja bukanlah suatu konsep tunggal, sebaliknya seseorang dapat relatif puas dengan suatu aspek dari pekerjaannya dan tidak puas dengan salah satu atau lebih aspek lainnya. Kepuasan kerja menurut Robbins & Judge (2008;40) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai suatu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari evaluasi karakteristiknya. 14 Dimensi yang ada dalam kepuasan kerja karyawan : gaji, kondisi kerja promosi rekan sekerja kepuasan terhadap perlakukan pimpinan. Menurut Dole & Schroeder (dalam Koesmono 2006;93), kepuasan kerja dapat didefinisikan sebagai perasaan dan reaksi individu terhadap lingkungan pekerjaannya. Sedangkan didalam lingkungan kerja ada dua sisi yang mempengaruhi kepuasan kerja tersebut: 1. Hubungan personal individu terhadap lingkungan kerja Pekerjaan yang menjadi tanggung jawab keseharian adalah mungkin pekerjaan mudah dan menyenangkan namun apabila karyawan tidak mendapatkan perlakuan yang menyenangkan maka akan muncul ketidakpuasan tetapi sebaliknya walaupun pekerjaan itu merupakan pekerjaan yang berat dan membosankan namun bila karyawan melakukan dengan baik maka akan timbul kepuasan kerja pada karyawan. 15 2. Pekerjaan itu sendiri Pekerjaan yang dilakukan kadang-kadang dapat menimbulkan kebosanan/stress atau biasa-biasa saja bahkan bisa jadi kerjaan itu sulit dilakukan dan terlalu menuntun ketahanan fisik sehingga dapat menimbulkan kejenuhan dan kebosanan. 2.4 Komitmen Organisasi 2.4.1 Pengertian Komitmen Organisasi Menurut Mathis and Jackson dalam Sopiah (2008:155) memberikan definisi komitmen organisasional adalah derajat yang mana karyawan percaya dan menerima tujuan-tujuan organisasi dan akan tetap tinggal atau tidak akan meninggalkan organisasi. Komitmen organisasi adalah suatu keadaan dimana seseorang karyawan memihak organisasi tertentu serta tujuan tujuan dan keinginannya untuk mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi tersebut. Robbins dan Judge (2007) didefinisikan sebagai keterlibatan pekerjaan yang tinggi berarti memihak pada pekerjaan tertentu seseorang individu. Komitmen organisasional yang tinggi berarti memihak organisasi yang merekrut individu tersebut. Menurut Griffin (2004), komitmen organisasi adalah sikap yang mencerminkan sejauh mana seseorang individu mengenal dan terikat pada 16 organisasinya. Seseorang individu yang memiliki komitmen tinggi kemungkinan akan melihat dirinya sebagai anggota sejati organisasi. Komitmen organisasi menurut Modway et al., dalam Yenny Fajariyanti (2003;69) bahwa komitmen organisasi merupakan itikad yang kuat seseorang untuk terlibat dalam suatu organisasi yang terdiri dari : 1. Keyakinan yang sungguh-sungguh akan tujuan dan nilai-nilai organisasi. 2. Kemampuan untuk berusaha atau berbuat sesuai demi kepentingan organisasi. 3. Keinginan yang kuat untuk terus menjadi anggota organisasi. Untuk mencapai efektivitas dalam melaksanakan tugas, karyawan perlu memiliki komitmen yang tinggi terhadap tugas dan organisasi.Komitmen tinggi terhadap organisasi akan meningkatkan tanggung jawab dan kesungguhan karyawan dalam melaksanakan tugas. Mowday dalam Sopiah (2008:155) menyebutkan komitmen kerja sebagai istilah lain dari komitmen organisasional. Menurut dia komitmen organisasional merupakan dimensi perilaku penting yang dapat digunakan untuk menilai kecenderungan pegawai. Komitmen organisasional adalah identifikasi dan keterlibatan seseorang yang relatif kuat terhadap organisasi. Komitmen organisasional adalah keinginan anggota-anggota organisasi untuk tetap mempertahankan keanggotaanya dalam organisasi dan bersedia berusaha keras bagi pencapaian tujuan organisasi. 17 Karyawan yang memiliki komitmen tinggi terhadap organisasi akan bekerja sepenuh hati dan akan berjuang demi kemajuan organisasi, karena mereka sadar telah menjadi bagian dari organisasi. Dimensi komitmen organisasi : 1. Komitmen afektif (affective commitment) Mengacu pada keterikatan emosional, identifikasi serta keterlibatan seorang karyawan pada suatu organisasi. Komitmen afektif seseorang akan menjadi lebih kuat bila pengalamannya dalam suatu organisasi konsisten dengan harapan-harapan dan memuaskan kebutuhan dasarnya dan sebaliknya. Komitmen afektif menunjukkan kuatnya keinginan seseorang untuk terus bekerja bagi suatu organisasi karena ia memang setuju dengan organisasi itu dan memang berkeinginan melakukannya, Pegawai yang mempunyai komitmen afektif yang kuat tetap bekerja dengan perusahaan karena mereka mereka menginginkan untuk bekerja di perusahaan itu. 2. Komitmen berkelanjutan (continuence commitment) Merupakan sikap karyawan untuk mempertahankan diri pada organisasi karena membutuhkan gaji, dan kebutuhan hidup yang lainnya. 18 3. Komitmen Normatif (normative commitment) Komitmen normatif berkaitan dengan perasaan wajib untuk tetap berada dalam organisasi karena memang harus begitu, tindakan tersebut merupakan hal benar yang harus dilakukan. 2.4.2 Pengaruh Komitmen Organisasi Robbin (2003) menyatakan bahwa bukti-bukti penelitian membuktikan bahwa tingkat komitmen organisasi seorang individu berhubungan terbalik dengan pengunduran diri karyawan. Komitmen organisasi agaknya merupakan indikator yang lebih baik karena hal itu merupakan tanggapan yang lebih global dan awet terhadap organisasi secara keseluruhan dibandingkan kepuasan kerja. Seorang karyawan mungkin tidak puas dengan pekerjaan tertentu dan menganggapnya sebagai kondisi sementara, namun bukan tidak puas dengan organisasi secara keseluruhan. Menunjuk pada kondisi pada abad ini dimana segala sesuatu sering berubah, demikian juga angkatan kerja, Robbin menyatakan bahwa pembahasan mengenai komitmen pada organisasi merupakan hal yang kurang penting untuk dibahas. 19 2.5 Keinginan Untuk Pindah Kerja 2.5.1 Pengertian Keinginan Untuk Pindah Kerja Keinginan pindah kerja medefinisikan bahwa apabila karyawan merasa tidak puas, maka mereka tidak akan berkomitmen dan apabila mereka tidak berkomitmen, mereka akan berkeinginan untuk pindah kerja. Selanjutnya apabila mereka berpikiran untuk pindah kerja, maka mereka akan sibuk untuk mencari kesempatan kerja diluar atau secara aktif akan mencarinya, dan jika mereka memperoleh pekerjaan yang lebih baik diluar, mereka akan pindah kerja. Namun, jika kesempatan itu tidak tersedia atau yang tersedia kurang menarik, maka secara emosional dan mental akan keluar dari perusahaan, yaitu dengan sering datang terlambat, tidak masuk kerja, kurang antusias atau kurang berusaha. Keinginan berpindah dapat meliputi tindakan penarikan dari beberapa komponen yang secara simultan muncul dalam individu berupa pikiran adanya untuk keluar, keinginan untuk mencari lowongan pekerjaan lain, dan adanya keinginan untuk meninggalkan organisasi. Keinginan pindah kerja dapat disimpulkan bahwa keinginan berpindah dapat meliputi tindakan penarikan dari beberapa komponen yang secara simultan muncul dalam individu berupa pikiran adanya untuk keluar, keinginan untuk mencari lowongan pekerjaan lain, dan adanya keinginan untuk meninggalkan organisasi di kutip oleh , Panggabean (2004:102) 20 Dimensi dari keinginan untuk pindah kerja adalah meninggalkan pekerjaan, pindah kerja, tetap tinggal untuk karir, dan tidak memiliki masa depan, diadaptasi dari pertanyaan-pertanyaan yang digunakan oleh Chen dan Francesco (2000) dikutip oleh panggabean (2004:102).