12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Label Label adalah suatu hal yang wajib digunakan pada setiap produksi sebagai ciri khas dari produksi tersebut. Menurut Laksana (2008) Label adalah bagian dari sebuah barang yang berupa keterangan-keterangan tentang produk tersebut, dengan memiliki beberapa fungsi label, seperti : 1. Label mengidentifikasikan produk atau merek. 2. Label berfungsi menggolongkan produk. 3. Menjelaskan beberapa hal mengenai produk, yaitu siapa yang membuat, dimana dibuat, kapan dibuat, apa isinya, bagaimana harus digunakan, bagaimana cara menggunakan dengan aman. 4. Sebagai alat promosi. Menurut Laksana (2008) label juga memiliki macam, yaitu: 1. Brand identifisies label, yaitu label yang semata-mata sebagai brand merek. Contoh: Coca-cola 2. Grade label, yaitu label yang menunjukan tingkat kualitas tertenu suatu barang. 3. Descriptive label, yaitu label yang menggambarkan tentang cara penggunaan, pemeliharaan fan features dari pada produk. 12 13 Pencantuman label banyak dipengaruhi oleh; 1. Penetapan harga per unit: mencatumkan harga perukuran standar. 2. Masa kadarluarsa: yaitu menyatakan akhir masa berlakunya produk. 3. Pencantuman besarnya nilai gizi. Prinsip Logo sama dengan merek, yaitu harus mudah dikenali dan cukup menonjol. Desainya bisa bervariasi, baik berupa tulisan, gambar, maupun kombinasi keduanya. Sebuah logo harus mampu membuat dasar kesuksesan dan mencerminkan posisi usaha. Misalnya usaha bengkel, umumnya logo usaha berupa ban kendaraan atau usaha laundry dengan hanger yang menjadi symbol umum kerap dipakai. 1. Bentuk Logo / Label Menurut Rahman (2010) Logo adalah kombinasi dari symbol visual dan menjadi nama dari merek tersebut dalam bentuk yang unik. Bisa segi empat, oval, horizontal, vertical. Nantinya, sebuah logo atau label akan dipakai pada banyak perangkat promosi usaha, mulai dari kop surat, kartu nama, shop sign dan sebagiannya. Sederhananya, sebuah logo haruslah muda dicerna. 2. Tipologi Huruf Langkah berikutnya adalah pemilihan tipologi huruf yang mudah dibaca. Menurut Rahman (2010) Beberapa karakter huruf mampu merefleksikan kesan ternetu, misalnya sebagai berikut. a) Huruf bold melambangan citra maskulin b) Huruf tipis menggambarkan citra feminim. 14 c) Huruf serif memberikan kesan kuno. Pada dasarnya bentuk logo haruslah mampu mempertahankan mood konsumen pada logo tersebut, yang pada akhirnya akan berdampak pada pencitraan usaha dan produk. Dari beberapa landasan teori di atas didapat bahwa label atau logo bahwa peranan logo akan berdampak pada pencitraan usaha dan produk sehingga menyebabkan bahwa logo sangat berfungsi sebagai alat untuk melakukan evaluasi merek. B. Budaya Konsumen Baudrillard dalam Agger (2005) menyatakan bahwa posmodernisme bergerak diatas mode produksi (begitu Marx menyebutnya) ke dalam mode simulasi dan informasi yang menyingkirkan proses kekuasaan dari semata-mata produksi menjadi informasi yang menyingkirkan proses kekuasaan dari saematamata produksi menjadi informasi dan hiburan. Sedangkan konspesi Jameson dalam Featherstone (2005) tentang posmodernisme yang meamandang budaya posmodernisme sebagai budaya masyarakat konsumen, tahapan kapitalis baru setelah perang dunia II. Menurut Schifman & Kanuk dalam Nitisusastro (2013) menyatakan bahwa budaya masyarakat secara keseluruhan, termasuk di dalamnya beberapa faktor yang meliputi: 1. Bahasa yaitu kapasitas khusus yang ada pada manusia untuk memperoleh, dan menggunakan sistem komunikasi yang kompleks. 15 2. Pengetahuan adalah sesuatu yang hadir dan terwujud dalam jiwa dan pikiran seseorang dikarenakan adanya reaksi, persentuhan, dan hubungan dengan lingkungan dan alam sekitarnya. 3. Hukum adalah peraturan yang berupa norma dan sanksi yang dibuat dengan tujuan untuk mengatur tingkah laku manusia, menjaga ketertiban, keadilan, mencegah terjadinya kekacauan. 4. Agama adalah sebuah koleksi terorganisir dari kepercayaan, sistem budaya, dan pandangan dunia yang menghubungkan manusia dengan tatanan/perintah dari kehidupan. 5. Kebiasaan Makan adalah cara individu atau kelompok individu memilih pangan apa yang di konsumsi sebagai reaksi terhadap fisikologis, psikologi, dan sosial budaya. 6. Musik adalah bunyi yang diatur menjadi pola yang dapat menyenangkan telinga kita atau mengkomunikasikan perasaan atau suasana hati. 7. Seni adalah Kreasi seni, baik dalam bentuk Musik, Rupa,Drama, maupun Tarian yang lahir dan berkembang serta dipelihara secara turun temurun oleh masyarakat di suatu daerah, dan menjadi ciri khas daerah tersebut. 8. Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barangbarang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. 16 9. Produk adalah barang atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan kepada pasar sasaran. dan ciri lainya yang mememberikan perbedaan warna dari masyarakat lainnya. Selanjutnya sosial budaya mencangkup aspek yang sangat luas dan sangat beragam. Beberapa pakar manajemen yang mendalami ilmu tentang perilaku konsumen membuat rumusan yang beragam. Namun apabila dianalisa dan dicermati pengertian yang terkandung di dalamnya, substansinya tidak jauh berbeda. Seperti, sikap dan perilaku konsumen kita cenderung menghargai produk buatan bangsa lain dari produk buatan sendiri. Sikap kita juga cenderung merendahkan produk buatan bangsa lain. Sikap dan perilaku itu seperti menjadi makanan yang empuk bagi para pelaku usaha dari manca negara. Menurut Neil dalam Nitisusastro (2013) Budaya merupakan konsep yang sangat kompleks, meliputi ilmu pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral , kebiasaan dari kemampuan dan kebiasaan yang dimiliki oleh individu atau kelompok masyarakat. Menurut Suharno dan Sutarso (2010) budaya adalah kumpuluan nilai dasar, persepsi, keinginan, dan prilaku yang dipelajari oleh anggota masyrakat dari keluarga institusi penting lainnya. Budaya melekat dalam orang, sejarahnya dan keluarga, serta lingkungannya. Budaya konsumen memiliki empat faktor yang dianggap penting dalam membentuk gaya budaya konsumen, yaitu: 1. Pentingnya sirkulasi komoditas, yakni benda-benda yang dibentuk atau dipoduksi untuk pertukaran dipasar dalam sebuah pembagian kertas kapitalis. 17 2. Perubahan dalam keterkaitan berbagai sistem produksi dalam konsumsi, dan multifikasi tempat yang relatif independent untuk penggunaan benda. Perubahan-perubahan ini di pandang telah menciptakan situasi yang membuat kegiatan para pengguna komoditas dan hal-hal lainnya dihubungkan melalui sebuah keseluruhan siklus produksi dan konsumsi yang saling terkait, tetapi tidak ditentukan oleh pembagian kerja industri dan pertukaran ekonomi dipasar. 3. Kemandirian relatif praktek-praktek konsumsi dan praktek-praktek produksi, serta pertumbuhan kekuatan dan otoritas didalam kalangan konsumen. 4. Kepentingan khusus diberikan kepada konsumsi atau pemanfaatan objek atau benda-benda budaya dalam masyarakat kontepored oleh kelompok kelompok sosial yang spesifik atau pelaku-pelaku budaya. Pasar konsumen adalah pembeli aktual dan pembeli potensial yang membeli produk untuk dikonsumsi sendiri, dimana mereka sering disebut sebagi konsumen akhir, yang bisa terdiri dari perorangan atau keluarga. Dalam hal ini setiap konsumen akhir akan memiiki beberapa karakteristik, salah satu hal yang mempengaruhi karakteristik konsumen adalah budaya dan sub budaya, menurut Sutarso (2010) Sub budaya adalah pembagian budaya dalam kelompok – kelompok budaya berdasarkan faktor horizontal, yaitu berdasarkan kebangsaan, agama, kelompok ras dan daerah geografis. Oleh karena itu akibat pengelompokan tidak menimbulkan perbedaan perbedaan dalam strata kelompok. Sebagai 18 contoh dalam setiap Negara memiliki budaya yang berbeda sehingga dapat mengartikan suatu hal yang sama dengan arti yang berbeda. Dalam setiap negara, warna juga mempunyai persepsi atau makna yang bisa membuat pengaruh terhadap budaya dinegara tersebut. Dalam Rahman (2010) menjelaskan tentang beberapa perbedaan arti sebuah warna pada setiap Negara. Tabel 2.1 Tabel Persepsi Makna Warna Warna Abu-abu Cina - Murah Biru - Kualitas tinggi Hjiau - Merah Korea selatan Murni Terpercaya Bisa diandalkan Tulus Bahagia Murni Adventurous Kuning - Bahagia - Murni - Adventurous Ungu - Mahal - Cinta Cokelat Hitam - Enak - Sangat kuat - Mahal Jepang - Murah - Sangat kuat - Kualitas tinggi - Adventurous - Tulus - Terpercaya - Murni - Adventerous - Tulus - Terpercaya - Cinta - Enak - Adventurous - Tulus - Terpercaya - Kualitas Tinggi - Bisa diandalkan - Bahagia - Murni - Enak - Bisa diandalkan - Mahal - Cinta - Bisa diandalkan - Murah - Sangat kuat - Mahal - Bahagia - Murni - Enak - Murni - Enak - Adventurous - Cinta Enak Bahagia Adventurous - Mahal - Adventerous - Murah - Sangat kuat - Mahal Amerika - Mahal - Kualitas Tinggi - Bisa diandalkan - Bisa diandalkan - Kualitas Tinggi - Tulus - Mahal - Sangat kuat - Enak - Adventurous - Cinta Adventurous Bahagia Enak Murah Bahagia Murni Enak - Progresif Merah Cinta Murah Sangat kuat Mahal 19 - Kualitas tinggi - Bisa diandalkan - Terpercaya Sumber : Tjiptono 2006 - Bisa diandalkan Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Budaya Konsumen sangat berpengaruh terhadap Evaluasi Merek, sebagai contoh arti dari setiap warna yang berbeda dalam setiap negara hal ini tentu akan menjadi bahan Evaluasi bagi Merek. C) Popularitas. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata Popularitas diartikan terkenal, dikenal oleh masyarakat luas atas perilakunya atau aktivitasnya atau mereknya. Sejalan dengan arti kamus tersebut, maka popularitas dapat dipengaruhi oleh arah perhatian atau sikap terhadap lingkungan atau diri pribadi. Popularitas seseorang juga diakibatkan oleh perilakunya atau kualitas produknya, kinerjanya intelektualnya, kekuatan fisiknya atau integritas moralnya. Bila kita memaknai beberapa pengertian popularitas yang tertera diatas maka dapat dibuat suatu asumsi bahwa popularitas meliputi perilaku, pribadi, sikap dan persepsi. Perilaku berkaitan dengan tindakan–tindakan yang dilakukan, sedangkan pribadi dan sikap berkaitan dengan perasaan dan emosi, dan persepsi berkaitan dengan tingkat pengetahuan yang dimililki oleh manusia. Olehnya itu tingkat popularitas dapat diukur dengan memperhatikan unsur pengetahuan ,sikap dan kesadaran diri masyarakat akan suatu merek. Dalam www.seputar-indonesia.com Popularitas merupakan modal sangat berharga yang harus dimiliki oleh siapapun yang ingin terjun dalam ranah public 20 seorang politisi misalnya dalam kompetisi memperebutkan kursi tentu harus memiliki popularitas untuk mengumpulkan suara jika popularitas diartikan sebagai “Ketenaran” dan banyak kata yang sepadan maka popularitas bisa di artikan terkenal, kondang, disukai, dan termasyur. Sedangkan menurut Pahmi (2010) mengatakan populer berarti dikenal, disukai dan dikagumi oleh orang banyak, maka sosok atau institusi yang populer adalah sosok/intitusi yang mendapat simpati dan empati dari orang banyak, sehingga orang banyak berkeininginan untuk memilih dan bahkan memilikinya. Popularitas sangatlah penting dimiliki oleh setiap merek atau produk yang akan dipasarkan hal ini diperjelas menurut Durianto (2005), brand awareness adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali, mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu kategori produk tertentu. Durianto (2005), mengungkapkan bahwa tingkat kesadaran konsumen terhadap suatu merek dapat ditingkatkan melalui berbagai upaya sebagai berikut: 1) Suatu merek harus dapat menyampaikan pesan yang mudah diingat oleh para konsumen. Pesan yang disampaikan harus berbeda dibandingkan merek lainnya. Selain itu pesan yang disampaikan harus memiliki hubungan dengan merek dan kategori produknya. 2) Perusahaan disarankan memakai jingle lagu dan slogan yang menarik agar merek lebih mudah diingat oleh konsumen. 3) Simbol yang digunakan perusahaan sebaiknya memiliki hubungan dengan mereknya. 21 4) Membentuk ingatan dalam pikiran konsumen akan lebih sulit dibandingkan dengan memperkenalkan suatu produk baru, sehingga perusahaan harus selalu melakukan pengulangan untuk meningkatkan ingatan konsumen terhadap merek. Menurut Pahmi (2010) ada beberapa indikator utama yang membuat seorang figur dikatakan popular. Antara lain sedang menduduki posisi strategis, sering muncul diberbagai media masa, dan citranya positif dengan karakter dan sikap yang kuat. Menurut Noviano dalam wordpress (2012) Popularitas seseorang dapat menjadi salah satu aspek yang mendukung seseorang untuk memperoleh kekuasaan, hal ini dikemukakan oleh Noviano dalam wordpress (2012) bahwa : “Seseorang dipandang mempunyai kekuasaan potensial apabila memiliki sumber-sumber kekuasaan, seperti kekayaan, tanah, senjata, pengetahuan dan informasi, popularitas, status sosial yang tinggi, massa yang terorganisasi, dan jabatan. Sebaliknya, seseorang dipandang memiliki kekuasaan apabila dia telah menggunakan sumber-sumber yang dimilikinya ke dalam kegiatan politik secara efektif.” D) Merek Dalam Sangadji (2014) ada beberapa pendapat merek menurut para ahli seperti pendapat dari Sumarwan mendifinisikan merek sebagai simbol dan indikator kualitas sebuah produk. Aaker yang menyebutkan bahwa merek adalah nama dan/ atau simbol yang bersifat membedakan (seperti logo, cap, atau kemasan) dengan masksud mengidentifikasikan barang atau jasa dari seorang penjual dan penjual terntentu yang mampu membedakannya dari barang-barang yang dihasilkan oleh para kompetitor. Sementara menurut Stanton dan lamarto, 22 “merek adalah nama, istilah, simbol, atau desain khusus, atau beberapa kombinasi unsur - unsur tersebut yang dirancang untuk mengidentifikasi barang atau jasa yang ditawarkan oleh penjual.” Mendukung ketiga pendapat tersbut, american marketing Association dalam kotler (2005) menyatakan bahwa merek adalah nama, istilah tanda, simbol, rancangan, atau kombinasi dari hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk mengindetifikasi barang atau jasa dari seorang atau sekelompok penjual, dan untuk membedakanya dari produk. Karakterisitik suatu merek yang baik yaitu : 1. Mudah dibaca, diucapkan dan diingat. 2. Singkat dan sederhana. 3. Mempunyai ciri khas yang tersendiri dan disenangi oleh konsumen 4. Merek harus menggambarkan kualitas, prestise, produk dan sebagainya 5. Bisa diadaptasi oleh produk-produk baru yang mungkin akan ditambahkan dilini produk 6. Merek harus harus dapat didaftarkan dan mempunyai perlindungan hukum Selain definisi diatas, penulis juga tertarik untuk membahas menngenai : a) Manfaat Merek Menurut Simamora dalam sangadji (2014) mengemukakan manfaat merek, baik bagi pembeli maupun penjualan, yaitu : 1) Bagi pembeli, merek bermanfaat untuk menceritajan mutu dan membantu memberi perhatian terhadap produk produk baru yang mungkin bermanfaat bagi mereka. 23 2) Bagi masyarakat, merek memberikan manfaat dalam tiga hal, yaitu: a. Memungkinkan mutu produk lebih terjamin dan lebih konsisten. b. Meningatkan efisiensi pembelian karena merek dan tempat untuk membelinya. c. Meningkatkan inovasi-inovasi baru karena produsenterdorong untuk menciptakan keunikan keunikan yang baru guna mencegah peniruan oleh pesaing. 3) Bagi penjual, merek memberikan manfaat, yaitu : a. Memudahkan penjual mengolah pesanan dan menelusuri masalah masalah yang timbul, b. Memberikan perlindungan hokum atas keistimewaan atau cirri khas produk. c. Memungkinkan menarik sekelompok pembeli yang setia menguntungkan. d. Membantu penjual melakulan segmentasi pasar. Pendapat lain dikemukakan oleh sunyoto (2014) pemberian merek mempunyai bebrapa fungsi yaitu: 1) Fungsi identitas Dengan merek, dapat diketahui identitas produk maupun identitas perusahaan pembuat produk. Karena dalam label merek ada hal-hal yang wajib dicantumkan, seperti nama perusahaan, komposisi 24 produk, aturan pakai, efek samping, hal-hal yang perlu dihindari dan lain sebagainya. 2) Fungsi kualitas sebuah merek juga dapat menunjukan kualitas produk. Jika merek sudah terkenal dan mapan, berarti produk tersebut telah diakui baik kualitas oleh konsumen. Seoarang konsumen tidak akan melakukan pembelian ulang jika kualitas produknya tidak baik. Sebaliknya konsumen akan mencari dan membeli kembali secara berulang untuk produk dan kualitas yang bai. 3) Fungsi loyalitas. Jika identitas produk jelas dan kualitas produk baik, serta konsumen selalu mencari dan membeli berulang kali, berarti perusahaan telah sukses menciptakan pelanggan. Untuk itu pihak perusahaan harus menjaga pelanggan-pelanggan tersebut. 4) Fungsi citra atau image. Pihak perusahaan hukumnya wajib menjaga citra produk melalui merek. Contoh sepeda motor honda, produsen Honda selalu merasukan inovasi produk dengan varian-variannya. Hal ini dilakukan agar konsumen atau pelanggan tetap loyal dan sekaligus menjaga citra merek Honda. Sepeda motor merek Honda dikenal oleh masyarakat antara irit BBM, inovatif, kualitas baik, jarang komplain kerusakan mesin dan sebagainya. 25 b) Merek dan Kemasan Secara tradisional maupun modern, hampir dipastikan sebuuah produk diberi kemsan. Kemasan produk bersifat tradisional berebda dengan kemasan produk bersifat modern. Seperti kita ketahui produk home industry atau produk rumah tangga, kebayakan dikemas apa adanya, artinya sebisa pemilik atau pembuat produk denagn dikemas atau dikemas secara sederhana, misal dengan plastik bening didalmnya diberi tulisan sedikit identitas produk atau di pembuat, pembungkus plastik yang disablon gambar dan tulisan sebagai “ merek” tidak resmi dan lain sebagainya. Namun diantara banyak Home Industry, juga sudah ada yang dikemas sesuai standar nasional. Artinya sudah sesuai ukuran diperbolehkan sebagai produk berstandar nasional indonesia (SNI), atau sudah terdaftar dibalai pengawasan obat dan makanan (BPOM) pemerintah yang resmi. Banyak cara produk bersifatTradisonal dalam menentukan staretegi pemasaran agar terjual kepada konsumen. Berbeda dengan produk bersifat modern, kemasan selalu diperhatikan agar terjamin keamanan dan dibuat semenarik mungkin agar konsumen mau membeli. Misalkan kemasan energy drink, kemasan kue atau roti, kemasan maanan ringan produk pabrik, kemasan minuman botol diberi bentuk dan warna yang menarik, kemasan minuman botol diberi bentuk dan warna yang menarik, kemasan jasa pendidikan dengan kata lain dalam brosur, kemasan penawaran kursus penampilan komputer dan sebagainya. Bahkan saat ini pihak produsen telah memberikan manfaat pada kemasan untuk dapat di buat menjadi produk lain. Misalanya tas dari bungkus atau kemasan mie instan, 26 kemasan makanan kecil. Dengan demikian produk lain dari kemasan suatu produk dapat diberdayakan menjadi produk (Barang) benilai komersil. Disamping dapat mendatangkan keuntungan, juga dapat mengatai populasi limbah kemasan produk. Menurut Staton dalam Sunyoto (2014) Menyatakan kemasan dapat didefinisikan sebagai sebuah kegiatan merancang dan memproduksi bungkusan atau kemasan suatu produk. Ada 3 alasan kemasan diperlukan : 1. Memenuhi sasaran keamanan dan kemanfaatan. Maksudnya adalah produk yang diberi kemasan selain kesan “resmi” sebuah rodu, juga menambah ketertarikan konsumen untuk melakukan pembelian. Namun yang lebih penting dari kedua hal tersebut diatas, didalam kemasan produk ada identitas produk dan identitas perusahaan. Identitas produk, misalnya komposisi bahan, cara perawatan, cara pemakaia, efek penggunaan produk, misalnya komposisi bahan, cara perawatan, cara pemakaian , efek penggunaan produk. Dengan adaya identitas produ, para konsumen mau membeli atau barru sebatas melihat, tentu saja akan membaca terbantu informasi mengenai produk tersebut. Namun apapun bentuk dan warna kemasan produk, tetap memberikan rasa aman, dan ada kemanfaatan tersendiri bagi mempergunakan produk yang dibelinya. 2. Membantu program pemasaran perusahaan. konsumen yang 27 Jelas bahwa kemasan memberikan dampak positif bagi perusahaan, beberapapun nilai persen positifnya. Dengan kemasan yang menarik, konsumen akan memberikan apresiasi postif, walaupun belum tentu memberi produk yang menarik telah diterima konsuemen. Hanya saja proses pengambilan keputusan membeli konsumen kadang-kaddang memerlukan waktu, misalnya ada keinginan membeli produk, tetapi harus menunggu punya uang dulu, atau menunggu keluarga, sahabat untuk meminta pertimbangan pembelian. 3. Meningkatkan volume dan laba perusahaan. Secara langsung jika terjadi pembelian produk yang meningkat, akan berpengaruh pada laba perusahaan. Semakin banayak volume penjualan dan semakin menurun kegiatan promosi, keuntungan yang didapat akan mengalami kenaikan dan peristiwa tersebut berlaku untuk kebalikannya. Kemasan yang ada saat ini juga memiliki beberpa klasifikasi dalam pembuatannya, menurrut Sunyoto (2014 ) Kemasan terdiri dari tingkat bahan, yaitu: 1. Kemasan dasar (primary package), yaitu bungkus langsung dari suatu produk, misal botol obat batuk, merupakan kemasan dasar. 2. Kemasan tambahan (Secondary package), yaitu bahan yang melindungi kemasan dasar dan dibuang bila produk itu dipergunakan, misal bungkus obat batuk. 28 3. Kemasan pengiriman (shipping package), yaitu kemasan yang berfungsi untuk penyimpanan dan pengiriman, misal kotak besar yang menjadi tempat selusin obat batuk. c. Citra Merek Citra adalah konsep yang mudah dimengerti, tetapi sulit dijelaskan secara sistematis karena sifatnya abstrak. Menurut Aaker dalam sangadji (2013) citra merek adalah seperangkat asosiasi unik yang ingin diciptakan atau dipelihara oleh pemasar. Asosiasi-asosiasi itu menyatakan bahwa apa sesungguhnya merek dan apa yang dijanjikan kepada konsumen. Menurut pendapat-pendapat ahli yang telah disampaikan, dapat disimpulkan bahwa citra merek dapat positif atau negatif, tergantung pada persepsi seseorang terhadap merek. Hal inilah yang perlu dilakukan evaluasi atau sering disebut dengan evaluasi merek. d. Cara membangun merek yang kuat Untuk membangun sebuah merek yang kuat diperlukan juga beberapa dasar-dasar yang benar dalam membuat suatu merek. Karena dasar itulah yang akan menjadi salah satu peranan citra merek. Menurut rangkuti dalam sangadji (2013) mengatakan bahwa membangun merek yang kuat tidak berbeda dengan membangun sebuah rumah. Berikut adalah cara-cara yang bisa digunakan untuk membangun merek yang kuat menurut Sangadji, (2013): 1) Sebuah merek harus memiliki pemosisian yang tepat. Agar mempunyai pemosisian, merek harus ditempatkan secara spesifik di benak pelanggan. Membangun pemosisian adalah 29 menempatkan semua aspek dari nilai merek (brand value) secara konsisten sehingga produk selalu menjadi nomor 1 dibenak pelanggan. 2) Memiliki nilai merek yang tepat. Merek akan semakin kompetitif jika dapat diposisikan secara tepat. oleh karena itu, pemasar perlu mengetahui nilai merek. Nilai merek dapat membentuk kepribadian merek (brand personality) yang mencerminkan gejolak perubahan selera konsumen dalam pengonsumsian suatu produk. 3) Merek harus memiliki konsep yang tepat. Konsep yang baik dapat mengkomunikasikan semua elemen nilai merek dan pemosisian yang tapat sehingga citra merek (brand image) produk dapat ditingkatkan. E. Evaluasi Merek Menurut Ambadar et all (2007) Evaluasi merek tidak selalu memerlukan riset yang mahal dengan menggunakan jasa biro riset, Ini sangat tergantung dengan kontribusi merek terhadap total usaha anda atau pun alasan-alasan lainnya, biasanya kalau perusahaan sudah besar dan memiliki cukup biaya, memang bisa memiliki dana riset dengan pihak ketiga. Dan Menurut Aaker dalam Rangkuti (2013) evaluasi merek adalah suatu merek yang memiliki pengaruh positif atau negatif, yang terbagi menjadi: 30 1. Sikap terhadap (brand attitudes). Dedifinisikan sebagai keseluruhan evaluasi konsumen terhadap brand. Sikap atau tanggapan terhadap brand penting karena sering membentuk dasar bagi perilaku konsumen, misalnya pilihan terhadap brand. Sikap atau tanggapan terhadap brand juga terbentuk karena adanya brand image, yaitu persepsi menggunakan sebuah brand digambarkan oleh asosiasi yang melekat pada ingatan konsumen. 2. Sikap terhadap pengembangan brand (attitude toward brand extension). Evaluasi ini untuk mengetahui bagaimana sikap pelanggan terhadap pengembangan brand tersebut, yaitu: a. Asosiasi terhadap atribut brand Asosiasi terhadap brand yang dapat dipindahkan secara potensi adalah atribut atau karakteristik produk. Asosiasi dapat tercipta dalam ingatan konsumen atau dapat juga terkait dengan situasi pemakai, tipe pemakai produk, tempat, atau kelas produk. b. Sikap atau tanggapan terhadap brand asal Sebagai tambahan untuk atribut-atribu brand, asosiasi brand yang terpenting adalah keseluruhan sikap atau tanggapan terhadap brand. Sikap atau tanggapa terhadap brand adalah berdasarkan atribut-atribut tertent, seperti keawetan, kekokohan, kegunaan, ciriciri khas penampila. Arti sikap (attitudes) di sini adalah persepsi konsumen terhadap keseluruhan kualitas brand, diistilahkan juga sebagai kualitas (perceived quality). Kualitas yang dirasakan 31 adalah penilaian global dari pendapat konsumen mengenai kelebihan dan keunggulan brand/ produk. Dampak dari kualitas yang dirasakan pada sikap terhadap pengembangan seharusnya jelas positif. Jika brand dihubungkan dengan kualitas yang tinggi, maka pengembangan akan mengalami keuntungan, jika dihubungkan dengan kualitas yang endah, maka pengembangan akan terancam. c. Kesesuaian antara kategori awal dengan kategori pengembangan produk Penelitian mengenai pengembangan brand menekankan pada kesesuaian atau kesamaan antara dua kelas produk yang terlibat dalam benuk evaluasi perluasan brand (Brand Extension). Sebuah elemen kunci dalam meramalkan pengembangan brand yang sukses adalah apabila menurut konsumen, atribut yang baru konsisten dengan brand asal. Hasil evaluasi kinerja mereka di korelasikan dengan data internal perusahaan secara kuantitatif dan kualitatif agar bisa menjadi indikator apakah strategi dan kegiatan yang dilakukan merek membawa hasil terhadap kemajuan usaha secara nyata. Karena kalau tidak, anda sebagai pemimpin usaha harus memikirkan lagi strategi dan cara baru agar berdampak signifikan pada pertumbuhan usaha. Atau apakah strategi bisa dilanjutkan terus atau tidak perlu perbaikan. 32 Contoh berikut kuantitatif yang dapat dipakai sebagai indikator terhadap usaha: 1. Data penjualan pertumbuhan usaha 2. Biaya produksi an margin kotor 3. Biaya promosi 4. Biaya operasional 5. Keuntungan bersih opersional (net) 6. Pergerakan stock produk jadi dan siklus order 7. Distribusi dan pertumbuhan merek per produk/ jasa 8. Data produksi perhari di pabrik (untuk perusahaan manufaktur) 9. Pergerakan stock bahan baku 10. Jumlah komplain dan input pelanggan 11. Jumlah produk rusak dan cacat 12. Dan lain sebagainya Contoh data kualitatif yang bisa diperoleh secara internal dan dijadikan indikator kinerja merek sebagai berikut: 1. Budaya kerja perusahaan yang sejalan dan mendukung perkembagan dan daya saing “merek” usaha anda 2. Kebanggan dan minat karyawan terhadap merek,produk/ jasa yang dihasilkan usaha anda 3. Semangat kerja positif dari itim penjualan dilapangan 33 4. Kemampuan dan pengetahuan sumber daya manusia yang meningkat sejalan dengan kemajuan usaha yang didukung komimen perusahaan dalam mengembangkan sumber daya manusia 5. Dukungan dan respon positif para mitra usaha terhadap pelaksanaan kreasi-kreasi dan aktivitas merek 6. Masukan dan kritik yang membangun dari seluruh mitra internal dan eksternal 7. Gaung dari aktivitas promosi dan kegiatan usaha lainnya yang positif 8. Persepsi konsumen 9. Pengenalan merek (brand awareness) 10. Kepuasan pelanggan F. Penelitian Terdahulu Kajian Pustaka tentang penelitian terdahulu bertujuan untuk mengetahui hubungan antara peneliti yang telah dilakukan sebelumnya dengan yang akan dilakukan. Berikut ini kesimpulan hasil penelitian yang pernah dilakukan. 34 Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu No Peneliti 1. Schoroeder (2005) Judul Alat Analisis The Artist and The Analisis Brand Berganda Variabel Penelitian Hasil Peneliti Desain kemasan - Pekerja seni yang sukses visual, budaya melalui desain kemasan konsumen dan visual yang menarik evaluasi merek untuk memberi evaluasi merek - Budaya konsuemen berkontribusi secara signifikan terhadap evaluasi merek 2. Little & Effects of Package Orth (2011) Visual and Haptics on Brand Evaluation 3. Anggraini (2012) 4. Prabowo (2014) 5. Winit, gregory, cleveland, verlegh (2013) Analisis Pengaruh Keterlibatan, Motif, Popularitas pada Evaluasi Merek Kartu prabayar telepon seluler SIMPATI Pengaruh Sikap Dan Budaya Konsumen Terhadap Evaluasi Merek Pada PT. Summit Oto Finance Cabang Solo Global vs Local Brands: how home country bias and Price Differences impact Brand Evaluations SPSS (Statistical Package for the Social Sciences) SPSS (Statistical Package for the Social Sciences) Kemasan Visual, - Adanya pengaruh Visual Kontak Fisik, suatu Kemasan dan Evaluasi Merek sentuhan Evaluasi sebuah Merek Analisis Regresi Berganda Sikap, budaya - Terdapat pengaruh konsumen, antara sikap terhadap evaluasi merek evaluasi merek - Terdapat pengaruh antara budaya konsumen terhadap evaluasi merek - Terdapat pengaruh antara sikap dan budaya konsumen terhadap evaluasi merek SPSS (Statistical Package for the Social Global dan - Ketidak jelasan brand brand lokal, lokal dan perbedaan ketidakjelasan harga berdampak brand lokal, terhadap evaluasi merek perbedaan harga, Keterlibatan, motif, popularitas, evaluasi merek - Popularitas berpengaruh secara signifikan baik secara bersama-sama maupun secara parsial terhadap evaluasi merek 35 Sciences) evaluasi merek Sumber: dari berbagai literatur G. Rerangka dan Model Pemikiran Berikut ini merupakan rerangka pemikiran dari penelitian ini yang dapat dilihat pada Gambar2.1. Gambar 2.1 Rerangka Pemikiran 36 Dan berikut ini juga dapat dilihat model penelitian pada Gambar 2.2 Gambar 2.2. Model Penelitian Label Aqua ‘Temukan Indonesiamu’, Budaya konsumen, Popularitas Aqua ‘Temukan Indonesiamu’ terhadap Evaluasi Merek Dalam Gambar 2.2 Penulis mencoba menerangkan mengenai kerangka pemikiran dari penilitian ini. Dimana dapat dilihat bahwa ada tiga peranan yang akan mempengaruhi evaluasi merek diantaranya adalah label, budaya konsumen, dan popularitas. H. Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan masih berdasarkan teori. 37 Hipotesis yang dirumuskan atas dasar rerangka pikir yang merupakan jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan. Tujuan dari hipotesa adalah untuk menentukan apakah jawaban dugaan yang bersifat hipotesis sesuai dengan fakta yang dikumpulkan dan dianalisa dalam proses pengujian data. Hipoteisi 1 : Label, Budaya Konsumen dan Popularitas secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Evaluasi Merek Hipotesis 2 : Label berpengaruh terhadap Evaluasi Merek. Hipotesis 3 : Budaya konsumen berpengaruh terhadap Evaluasi Merek. Hipotesis 4 : Popularitas berpengaruh terhadap Evaluasi Merek