PENDAHULUAN Latar Belakang Rennet merupakan bahan bioaktif berupa enzim yang dapat menggumpalkan protein susu dan digunakan dalam produksi dadih-dadih keju (Cheeseman 1981). Saat ini industri keju di Indonesia umumnya menggunakan rennet anak sapi impor atau rennet GMO (genetic modified organisme). Pertimbangan terkait harga, populasi sapi yang menurun, cita rasa, serta kehalalan dan keamanan pangan menjadi kendala tersendiri dalam penggunaan kedua jenis rennet tersebut terutama bagi masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim. Domba lokal memiliki potensi sebagai salah satu penghasil rennet, yaitu dari hasil ekstraksi mukosa abomasumnya (Nisa’ et al. 2007). Namun sayangnya, pemanfaatan abomasum domba masih belum optimal. Abomasum yang merupakan lambung kelenjar hanya dianggap sebagai limbah pemotongan hewan. Produksi rennet dari abomasum domba lokal diharapkan selain meningkatkan nilai ekonomis ternak domba juga menjadi solusi untuk meningkatkan kualitas produk olahan susu di Indonesia. Rennet yang diekstraksi dari abomasum ruminansia mengandung khimosin dan pepsin sebagai komponen utama. Di samping itu, dalam ekstrak rennet juga terkandung protein-protein lain yang dapat mengganggu kerja kedua enzim tersebut. Tujuan akhir berupa pemanfaatan rennet domba sebagai rennet komersial mendorong perlunya dilakukan pemisahan dan pemurnian enzim protease dalam upaya menghilangkan protein-protein pengganggu tersebut. Selain itu, dengan terpisahnya enzim khimosin dan pepsin maka dapat dibuat rennet yang mengandung kedua enzim tersebut dalam komposisi tertentu untuk pembuatan berbagai jenis keju. Pemisahan dan pemurnian protein dapat dilakukan dengan metode kromatografi ataupun metode non-kromatografi. Pemilihan metode ini didasarkan pada beberapa karakteristik yang diketahui dari suatu molekul protein, antara lain bobot molekul, muatan, ataupun sifat hidrofobiknya (Ahmed 2005). Kromatografi merupakan suatu teknik purifikasi dimana komponen dari sampel dipisahkan berdasarkan kemampuan masing-masing komponen tersebut untuk berinteraksi 2 dengan fase gerak (mobile phase) dan fase diam (stationary phase) yang dilalui sampel (Shetty et al. 2006). Metode non-kromatografi antara lain dapat dilakukan dengan elektroforesis, presipitasi, dan filtrasi membran (Ahmed 2005). Kromatografi kolom gel filtrasi merupakan teknik kromatografi yang memisahkan protein dan makromolekul biologis lain berdasarkan ukuran molekul. Matriks gel filtrasi (fase diam) merupakan gel berpori yang dikemas di dalam kolom dan dielusi dengan fase gerak yang berwujud cair. Pori-pori matriks dapat menampung molekul yang berukuran lebih kecil dan memisahkannya dari molekul yang berukuran lebih besar (Balqis 2007). Bobot molekul khimosin dan pepsin telah diketahui, yaitu 31 kD dan 34,5 kD (Suhartono 1992). Pemisahan protein ekstrak rennet dengan teknik kromatografi kolom gel filtrasi diharapkan dapat memisahkan khimosin dan pepsin yang terkandung dalam ekstrak rennet domba lokal. Tujuan Penelitian ini bertujuan memisahkan khimosin dan pepsin dari ekstrak rennet domba lokal dengan metode kromatografi kolom gel filtrasi dengan diawali presipitasi garam dan dialisa. Manfaat Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat yaitu mendapatkan rennet domba lokal yang lebih murni sebagai alternatif pengganti rennet anak sapi impor dan telah terjamin kehalalan, kualitas, harga, dan kontinuitasnya, serta dapat meningkatkan nilai ekonomis ternak domba lokal.