BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Cadangan minyak bumi sebagai sumber energi dunia semakin menipis, oleh karena itu banyak penelitian untuk menghasilkan bahan bakar energi terbarukan. Saat ini, sebagian besar konsumsi energi dipenuhi oleh bahan bakar fosil. Pada tahun 2005 di Uni Eropa konsumsi energi dari sumber terbarukan baru mencapai 6,38%, dan dari listrik 13,97% (Houdkova dkk., 2008). Sumber energi utama dalam pemenuhan energi di bumi saat ini adalah bahan bakar minyak bumi yang tidak dapat diperbaharui. Di sisi yang lain, kebutuhan akan energi terus meningkat karena semakin banyaknya pengguna kendaraan sebagai sarana transportasi, industri serta alat-alat stasioner lainnya mengakibatkan semakin meningkatnya konsumsi bahan bakar minyak (BBM). Peningkatan penggunaan bahan bakar, akan meningkatkan emisi gas dari pembakaran. Bahan bakar fosil juga dianggap sumber energi yang tidak ramah lingkungan karena dapat menimbulkan polusi akibat emisi pembakaran. Polusi yang ditimbulkan oleh pembakaran bahan bakar fosil memiliki dampak langsung maupun tidak langsung terhadap derajat kesehatan manusia. Polusi langsung dapat berupa gas-gas berbahaya seperti CO, NOx, UHC (unburn hydrocarbon), dan juga unsur metalik seperti timbal (Pb), sedangkan polusi tidak langsung mayoritas berupa ledakan jumlah molekul CO2 yang berdampak pada pemanasan global (Global Warming Potential). Pemanfaatan bahan dasar sebagai sumber energi yang menghasilkan bahan bakar alternatif terbarukan sangat diperlukan. Beberapa negara memusatkan perhatian pada pengembangan sumber bahan bakar alternatif yang terbarukan, biodegradable, dan tidak beracun (Hansen et al., 2009). Pemanfaatan sumber energi terbarukan seperti alkohol beserta turunannya yang dapat digunakan pada bahan bakar menjadi sangat penting (He dan Liu, 2014). 1 2 Indonesia yang merupakan negara agraris memiliki wilayah yang sangat luas untuk perkebunan tebu (bahan baku gula). Selain itu, Indonesia juga mempunyai banyak pabrik gula dengan hasil samping alkohol dan minyak fusel yang potensial digunakan sebagai sumber energi terbarukan. Minyak fusel yang mengandung banyak alkohol berpotensial sebagai energi alternatif setelah diubah menjadi senyawa alkana maupun asetal atau dialkoksi alkana melalui reaksi katalitik. Falah dan Triyono (2010) telah melakukan konversi n-butanol dan npentanol dengan katalis Cu/karbon aktif pada suhu 200 °C untuk menghasilkan senyawa alkena dan dalam reaksi ini disebutkan apabila waktu singgung reaktan ditingkatkan sehingga waktu kontak reaksi lebih lama maka akan dihasilkan produk samping yang lain. Telah dikenal, karbon aktif dapat mengkatalis reaksi dehidrasi dan atau dehidrogenasi dari senyawa alkohol alifatik. Ini ditunjukkan bahwa aktivitas katalitik karbon aktif dihasilkan dari adanya situs asam dan basa. Aldehid merupakan produk dehidrogenasi dari alkohol primer dengan adanya katalis padat yang bersifat asam atau basa, dan mungkin bereaksi dengan alkohol yang lain akan membentuk asetal. Hal ini menjadikan sebuah kepercayaan untuk mempelajari dekomposisi dari alkohol primer menggunakan katalis karbon yang secara objektif akan memberikan informasi dan prospek pada sintesis asetal dari alkohol dalam satu tahapan (Szymanski et al., 1994). Bahan baku yang dapat digunakan untuk membuat karbon aktif adalah semua bahan yang mengandung karbon, baik yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, binatang ataupun barang tambang. Bahan-bahan tersebut adalah berbagai jenis kayu, tulang binatang, batu bara, tempurung kelapa, dan kulit biji kopi. Penulis menggunakan tempurung kelapa sebagai bahan dasar pembuatan karbon aktif, karena tempurung kelapa merupakan bahan dasar yang memiliki mikropori banyak, kadar abu rendah, kelarutan dalam air tinggi dan reaktivitas tinggi (Subadra dkk., 2005). Modifikasi karbon aktif digunakan sebagai pengemban katalis logam nikel untuk uji aktivitas katalis dalam reaksi dehidrasi 1-pentanol menghasilkan produk 3 asetal yaitu senyawa 1,1-dipentoksipentana. Katalis Ni/karbon aktif yang telah dipakai dalam reaksi dehidrasi, akan dilakukan regenerasi secara termal kemudian digunakan kembali untuk reaksi dehidrasi 1-pentanol. I.2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mempelajari pencucian karbon aktif dan uji keasaman melalui adsorpsi ammonia. 2. Membuat katalis Ni yang diembankan pada karbon aktif (Ni/KA) dengan cara impregnasi dan menguji aktivitas katalis Ni/KA untuk reaksi dehidrasi 1-pentanol menjadi senyawa asetal, serta regenerasi katalis Ni/KA yang telah terpakai kemudian digunakan kembali untuk reaksi dehidrasi. I.3 Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah membuat karbon aktif dari bahan dasar tempurung kelapa, sehingga dihasilkan katalis Ni/karbon aktif. Senyawa produk 1,1-dipentoksipentana dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan angka setana atau oktan bahan bakar terbarukan. Kemudian booster yang dihasilkan tidak memiliki timbal yang dapat merusak performa mesin serta memunculkan metode baru pembuatan asetal yang ramah lingkungan dan lebih sederhana.