PENDAHULUAN Latar Belakang dan Permasalahan Degradasi dan transformasi baik jenis, komposisi, proporsi dan kualitas vegetasi dibagian hulu (upstream) dan di bagian hilir (downstream) daerah aliran sungai (DAS), lajunya terus meningkat serta tidak terkendali. Bentuk dan pola degradasi yang terjadi sangat beragam mulai dari: (1) penurunan kerapatan dan jenis vegetasi; (2) perubahan tipe vegetasi penutup lahan (land cover type) dan (3) impermeabilitas yaitu perubahan lahan budidaya (cultivated land) menjadi lahan pemukiman yang permukaannya kedap air (non cultivated land yang impermeable). Ketiga pola tersebut masing-masing mempunyai karakteristik yang berbeda dalam hal: pelaku, luas areal dan dampak yang ditimbulkan. Pola pertama umumnya dilakukan masyarakat di sekitar kawasan hutan untuk memenuhi kebutuhan kayu bakar dan menyambung hidupnya yang sangat terbatas. Sementara pola kedua dilakukan oleh masyarakat yang lapar tanah akibat distribusi, alokasi dan pemilikan lahan yang timpang dalam masyarakat. Pola kedua juga dapat terjadi akibat pemanfaatan masyarakat lokal oleh pemodal kuat untuk menguasai tanah negara (hutan lindung). Sedangkan pola ketiga, umumnya dilakukan oleh pemodal kuat, penguasa, mantan pejabat, perampok, dengan areal yang sangat luas dengan karakteristik permukaannya tidak meloloskan air (impermeable area). Berdasarkan hasil pemantauan di lapangan, maka pola ketiga mempunyai dampak yang paling merusak terhadap: siklus hidrologi, produksi air dan dalam jangka panjang dapat memicu terjadinya krisis air (water crisis) yang akut dan berkepanjangan. Pada pola ketiga umumnya pelaku mempunyai akses yang kuat terhadap pengambil kebijakan baik di tingkat pusat, propinsi maupun kabupaten/kota. Berdasarkan data yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Departemen Kehutanan, sampai dengan bulan Agustus 2008 terdapat 60 daerah aliran sungai berada dalam kondisi sangat kritis dari 460 daerah aliran sungai yang ada di Indonesia. Selain minimnya vegetasi yang tumbuh, kondisi kritis juga terlihat dari laju erosi dan tebalnya sedimentasi di aliran sungai. 2 Tahun 2000 hingga 2009 Provinsi Aceh telah sering mengalami bencana alam banjir yang terjadi secara beruntun dengan intensitas, frekuensi, dan distribusi atau wilayah yang terkena bencana semakin meningkat dan meluas. Berkenaan dengan produksi air DAS di propinsi Aceh, perlu dilakukan penelitian yang mendalam untuk menganalisis hidrograf banjir, pendugaan produksi air DAS untuk pengelolaan produksi air pada lima sungai utama di propinsi Aceh, sehingga akan memecahkan permasalahan banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau. Model yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model H2U (Hydrogramme Unitaire Universel), dikembangkan oleh laboratorium hidrologi, Ecole Nationale Supérieure Agronomique (ENSA) Rennes oleh Profesor Jean Duchesne. Model ini lahir sebagai pembuktian secara teoritis, asumsi bahwa hidrograf debit dan juga fenomena fisik lainnya dapat dianalogikan seperti distribusi kecepatan molekul menurut hukum Maxwell atau repartisi spektral radiasi benda hitam menurut hukum Planck (Duchesne dan Cudennec (1998). Natural Resources Conservation Service (NRCS) United State Department of Agriculture (USDA), juga telah membangun beberapa model untuk menghitung direct runoff dan debit puncak pada suatu DAS. Dalam penelitian ini akan dilakukan pengembangan model NRCS yang diintegrasikan dengan baseflow, untuk mendapatkan produksi air DAS pada lima DAS di Propinsi Aceh. Model ketiga yang akan digunakan adalah model Mock, dikembangkan oleh F.J. Mock di Indonesia pada tahun 1973, digunakan untuk penelitian neraca air (water balance) untuk beberapa DAS di pulau Jawa. Penelitian ini akan menganalisis hidrograf banjir, menduga produksi air dan menghitung neraca air serta melakukan pendugaan rehabilitasi penutupan lahan pada lima DAS, di Propinsi Aceh dengan model H2U, Integrasi model NRCS dengan Baseflow serta model Mock. Tujuan 1. Menganalisis karakteritik biofisik dan geomorfologi pada lima DAS di Propinsi Aceh. 3 2. Menganalisis produksi air DAS pada lima DAS di Propinsi Aceh menggunakan tiga model berbeda. 3. Mengkaji pengaruh perubahan tutupan lahan terhadap produksi air DAS melalui simulasi rehabilitasi penggunaan lahan. Keluaran 1. Karakteristik biofisik dan geomorfologi pada lima DAS di Propinsi Aceh. 2. Produksi air pada lima DAS di Propinsi Aceh. 3. Produksi air DAS akibat rehabilitasi penutupan lahan pada lima DAS di Propinsi Aceh. Kerangka Pemikiran Curah hujan serta karakteristik biofisik dan geomorfologi suatu DAS, seperti jenis tanah, kelerengan, struktur DAS (luas, keliling DAS, panjang sungai, bentuk DAS, tipe jarigan sungai, orde sungai dan kerapatan jaringan drainase) serta penutupan lahan, akan berpengaruh terhadap besarnya produksi air pada suatu DAS. Perubahan penggunaan lahan juga akan menyebabkan permasalahan lain yang terkait dengan tanah dan air. Banyak program yang telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini. Para ilmuan telah melakukan percobaanpercobaan untuk memperkirakan besarnya akibat yang ditimbulkan oleh degradasi lahan tersebut, termasuk dengan mendisain berbagai model dan mengujinya di lapangan, untuk mengurangi kerugian yang ditimbulkan oleh permasalahan tersebut. Menurut Irianto (2004), dampak transformasi lahan hutan, perkebunan, pertanian ke lahan pemukiman dan industri akan mengganggu keseimbangan energi (energy balance) di permukaan tanah. Dalam kondisi ekstrem, alih fungsi lahan berdampak terhadap pengurasan cadangan air tanah (water storage), penurunan produksi air DAS, meningkatkan konsumsi air tanaman melalui transpirasi dan yang paling menakutkan adalah banjir. Pada musim hujan kondisi lahan yang berpenutup permanen menyebabkan sebagian besar volume air hujan ditransfer menjadi aliran permukaan langsung (direct runoff), akibatnya besaran (magnitude) banjir baik berupa intensitas, frekwensi dan durasinya terus meningkat di beberapa kota besar belakangan ini. Menyedihkan lagi kerusakan lahan yang sangat luas tersebut hanya diantisipasi secara parsial, hal tersebut 4 menyebabkan mengapa masalah banjir seolah-olah tidak bisa diselesaikan. Agar permasalahan tersebut dapat diatasi atau paling tidak mereduksi dampaknya maka pemodelan produksi air DAS menjadi penting dalam pengelolaan DAS. Model H2U (Hydrogramme Unitaire Universel), digunakan untuk untuk menghitung kurva pdf (probability density function) DAS, sehingga diperoleh hidograf banjir sesaat. Selanjutnya akan digunakan Integrasi model NRCS (Natural Resources Conservation Service)- dan baseflow, model NRCS termasuk yang penggunanya luas, hanya saja model ini digunakan untuk menghitung direct runoff , sehingga setelah diintegrasikan dengan baseflow model ini diharapkan akan efektif untuk memperkirakan produksi air pada suatu DAS. Walaupun model ini dirancang untuk satu periode hujan namun dapat juga digunakan untuk menentukan rata-rata produksi air tahunan. Salah satu penentu dalam model ini adalah nilai Curve Number (CN), CN digunakan sebagai dasar penentuan bagian curah hujan yang menjadi aliran permukaan. Hubungan antara curah hujan, aliran permukaan dan nilai CN adalah hubungan non linier, sehingga perubahan sedikit saja nilai CN akan mempunyai pengaruh yang signifikan pada aliran permukaan. Nilai CN ditentukan oleh kondisi tanah dan tutupan lahan DAS, yang mempersentasikan kondisi kelompok hidrologi tanah, pengelolaan lahan dan kondisi hidrologi untuk mendapatkan produksi air, model NRCS akan di integrasikan dengan baseflow. Juga akan digunakan model Mock yang merupakan salah satu model hujan- aliran yang menghitung nilai direct runoff dari hujan bulanan, evapotranspirasi, kelembaban tanah dan simpanan air tanah. Model yang telah divalidasi akan digunakan untuk menduga produksi air DAS pada skenario rehabilitasi penutupan lahan, terutama perubahan semak belukar dan tanah terbuka menjadi hutan. Diagram alir kerangka pemikiran, ditampilkan pada Gambar 1. 5 Input Model : Curah Hujan, Penutupan Lahan, Evapotranspirasi Karakteristik : Iklim, Biogeofisik Model Hidrologi : Model H2U, Integrasi Model NRCS-TR55 dan baseflow Model Mock Karakteristik Hidrologi Q pengukuran Produksi Air Pengukuran Produksi Air Pendugaan Validasi Produksi Air DAS pada Rehabilitasi Penutupan Lahan Gambar 1 Diagram alir kerangka pemikiran