BAB I STATUS PASIEN A. Status Pasien 1. Identitas

advertisement
BAB I
STATUS PASIEN
A. Status Pasien
1. Identitas Pasien
 Nama
 Usia
 Alamat
 Pekerjaan
: An. Deni Kurniawan
: 13 tahun
: Ds. Mulyasari, majenang-cilacap
: Siswa
2. ANAMNESIS
 Keluhan Utama :
Tenggorokan terasa ada benjolan.
 Riwayat Penyakit Sekarang :
OS mengeluh tenggorokan terasa ada benjolan sejak ±7 hari. Kadang-kadang suka
dirasakan sakit tenggorokan dan sakit menelan, disertai demam. OS menyangkal
pusing, batuk dan pilek. Os mengeluh cepat lelah. Nafsu makan menurun. Berat
badan menurun. BAK dan BAB normal.
 Riwayat Penyakit Dahulu :
OS sudah pernah mengalami seperti ini sejak SD kelas VI. Dan belum pernah mengalami
tindakan operasi
 Riwayat Penyakit Keluarga :
Di dalam keluarga tidak ada yang menderita Tonsilitis dan riwayat alergi.
 Riwayat Pengobatan :
OS sudah pernah berobat ke dokter dan alternatif lalu diberi obat tapi tidak kunjung
ada perbaikan
 Riwayat Psikososial :
OS suka minum dingin, makan pedas dan gorengan.
 Riwayat alergi
:
Alergi obat (-), alergi makanan (-), alergi cuaca (-)
3. PEMERIKSAAN FISIK
 Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran
: Composmentis
Tanda – tanda vital
: TD = 120/80mmHg
1
P = 24x/mnt
N = 80x/mnt, reguler, isi cukup
S = 360C
 STATUS GENERALIS
Kepala
Bentuk : Normocephal
Mata
Konjungtiva tidak anemis, ikterik (-/-).
Thoraks
Paru
Inspeksi
: Pergerakan dada simetris dextra-sinistra
Palpasi
: fokal fremitus dextra-sinistra sama
Perkusi
: sonor diseluruh lapang paru
Auskultasi
: VBS dextra-sinistra, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi
: iktus kordis tidak terlihat
Palpasi
: iktus kordis teraba di ICS V sinistra, kuat angkat
Perkusi
: batas jantung dalam batas normal
Auskultasi
: bunyi jantung I–II, murni, regular, Murmur (-), Gallop (-)
Abdomen
Inspeksi
: Datar
Palpasi
: Supel, asites (-)
PerkusI
: timpani
Auskultasi
: bising usus (+) normal
Splen
Splenomegali (-)
Hepar
Hepatomegali (-)
Ekstremitas
-
Atas
: hangat (+/+), udema (-/-), RCT < 2 det, sianosis (-/-)
2
-
Bawah : hangat (+/+), udema (-/-), RCT < 2 det, sianosis (-/-)
 STATUS LOKALIS THT
1. ADS
: Aurihcula
KAE
MT
RA
: ada (+/+), Bentuk normotia (+/+)
: Mukosa tenang, serumen (+/+), sekret (-/-), hiperemis (-/-)
: Tidak terlihat, RC (-/-), hiperemis (-/-)
: Nyeri tekan (-/-), fistula (-/-),hiperemis (-/-), masa (-/-),
sikatrik (-/-)
2. KN
3. OF/NF
4. MF
5. Leher
: Bentuk deformitas (-/-)
Nyeri tekan (-/-)
Mukosa tenang, sekret (-/-), massa (-/-)
Konka eutrofi (+/+)
Septum deviasi (-/-)
Pasase udara (+/+)
: Mukosa faring : Hiperemis
Tonsil TIIA/TIIA, mukosa udem, hiperemis (+/+), detritus (+),granul (+),
perlengketan (-)
: Simetris
: KGB (-)
4. Diagnosis Kerja : Tonsilitis kronik dan serumen ADS.
5. Terapi : Antibiotik dan analgesic.
6. Rencana pemeriksaan selanjutnya : Ekstraksi serumen ADS dan tonsilektomi.
7. Edukasi : Hindari makanan pedas dan gorengan juga minuman es/dingin.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Tonsilitis Kronik
A. Definisi
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin
Waldeyer. Tonsilitis kronik merupakan penyakit yang paling sering dari semua penyakit
tenggorok yang berulang.
Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat di dalam rongga
mulut yaitu tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatin (tonsil faucial), tonsil lingual (tonsil
pangkal lidah), tonsil tuba esuthaius (lateral band, dinding faring).
B. Epidemiologi
4
Penyebaran infeksi melalui udara (air borne droplet), tangan dan ciuman. Dapat
terjadi pada semua umur, terutama pada anak. Sekitar 2,5 % - 10 % anak merupakan karier.
Tonsillitis yang disebabkan oleh Streptokokus biasanya menyerang anak umur 5-15 tahun.
Sedangkan tonsillitis yang disebabkan oleh virus biasanya menyerang anak lebih muda.
A. Faktor Predisposisi
Tonsilitis kronis umumnya terjadi akibat komplikasi tonsilitis akut, terutama yang
tidak mendapat terapi adekuat, mungkin serangan mereda tetapi kemudian dalam waktu
pendek kambuh kembali dan menjadi laten. Proses ini biasanya diikuti dengan pengobatan
dan serangan yang berulang setiap enam minggu hingga 3 – 4 bulan. Seringnya serangan
merupakan faktor prediposisi timbulnya tonsilitis kronis yang merupakan infeksi fokal.
Faktor predisposisi tonsilitis kronis adalah rangsang yang menahun dari rokok, beberapa
jenis makanan, higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik.
B. Patologi
Patologi karena proses radang berulang yang timbul, maka epitel mukosa juga
jaringan limfoid terkikis sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid diganti
menjadi jaringan parut yang yang akan mengalami pengerutan sehingga kripti melebar.
Secara klinik kripti ini tampak diisi oleh detritus. Proses berjalan terus sehingga tembus ke
kapsul tonsil dan akhirnya menimbulkan perlekatan dengan jaringan di sekitar fossa
tonsilaris. Pada anak prosis ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfa submandibula.
C. Gejala dan tanda
Pada pemeriksaan tonsil tampak membesar dengan permukaan yang tidak rata,
kriptus melebar dan beberapa kripti terisi detritus. Gejala lokal, bervariasi dari rasa tidak
enak di tenggorok, sakit tenggorok, sulit sampai sakit menelan dan napas berbau. Gejala
sistemis, rasa tidak enak badan atau malaise, nyeri kepala, demam subfebris.
5
Gambar 4. Tonsilitis kronis
D. Terapi
Terapi lokal ditujukan pada higiene mulut dengan berkumur atau obat hisap.
E. Komplikasi
Radang tonsil kronik dapat menimbulkan komplikasi ke daerah sekitarnya berupa
rinitis kronik, sinusitis, atau otitis media secara perkontinuatum. Komplikasi jauh dapat
terjadi secara hematogen atau limfogen yaitu endokarditis, artritis, miositis, nefritis, uveitis,
iridosiklitis, dermatitis.
Tonsilektomi dilakukan bila terjadi infeksi yang berulang atau kronik, gejala
sumbatan serta kecurigaan neoplasma.
1. Indikasi Tonsilektomi
Berdasarkan The American Academy of Otolaryngology Head and Neck Surgery
Clinical Indocators Compendium tahun 1995 :
1. Serangan tonsilitis lebih dari 3 kali per tahun walaupun telah mendapatkan terapi yang
adekuat
2. Tonsil hipertrofi yang menimbulkan maloklusi gigi dan menyebabkan gangguan
pertumbuhan orofasial
3. Sumbatan jalan napas yang berupa hipertrofi tonsil dengan OSAS, gangguan menelan,
gangguan bicara, dan cor pulmonale.
4. Rinitis dan sinusitis yang kronis, peritonsilitis abses peritonsil yang tidak berhasil
hilang dengan pengobatan
5. Napas bau yang tidak berhasil dengan pengobatan
6. Tonsilitis berulang yang disebabkan oleh bakteri grup A streptococcus beta hemolitikus
7. Hipertrofi tonsil yang dicurigai adanya keganasan
8. Otitis media efusa / otitis media supuratif
2. Indikasi absolute
Indikasi – indikasi untuk tonsilektomi yang hampir absolute adalah sebagai
berikut :
1. Timbulnya kor pulmonale karena obstruksi jalan napas yang kronis
2. Hipertrofi tonsil atau adenoid dengan sindroma apnea waktu tidur
3. Hipertrofi berlebihan yang menyebabkan disfagia dengan penurunan berat badan
4.
penyerta.
Biopsi eksisi yang dicurigai keganasan (limfoma)
6
5.
Abses peritonsilaris berulang atau abses yang meluas pada ruang jaringan
sekitarnya.
3. Indikasi Relatif
a. Serangan tonsillitis lebih dari 3 kali per tahun walaupun telah mendapatkan terapi
b.
yang adekuat.
Halitosis akibat tonsilitis kronik yang tidak membaik dengan pemberian terapi
medis
c. Tonsilitis kronik atau berulang pada karier streptococcus β hemoliticus yang tidak
membaik dengan pemberian antibiotik β-laktamase resisten
4. Kontraindikasi
1. Infeksi pernapasan bagian atas yang berulang
2. Infeksi sistemik atau kronis
3. Demam yang tidak diketahui penyebabnya
4. Pembesaran tonsil tanpa gejala – gejala obstruksi
5. Rinitis alergika
6. Asma
7. Diskarsia darah
8. Ketidakmampuan yang umum atau kegagalan untuk tumbuh
9. Tonus otot yang lemah
10.
Sinusitis
DAFTAR PUSTAKA
1. Rusmarjono & Efiaty Arsyad, (2007), Kelainan Telinga Luar dalam Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Ed. ke-6. dr. H. Efiaty Arsyad
Soepardi, Sp.THT & Prof. dr. H. Nurbaiti Iskandar, Sp.THT (editor). Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
7
2. Adam, George L (1997), Penyakit Telinga Tengah dan Mastoid dalam Buku Ajar
Penyakit Telinga, Hidung, & Tenggorok. Ed. ke-6. dr. Harjanto Effendi (editor). Jakarta :
EGC.
3. www.cerminduniakedokteran.com.
4. www.emedicine.com/ Tonsillitis and Peritonsillar abscess.
8
Download