Buletin Mingguan - PAROKI SANTO PAULUS

advertisement
Gereja yang didirikan-Nya, dan kepada Gereja-Nya inilah Yesus menyerahkan nyawa-Nya untuk
menguduskannya. Hai para suami, pandanglah salib Kristus dan temukanlah makna panggilan anda yang
sesungguhnya: yaitu mengasihi istrimu sampai kepada tahap menyerahkan dirimu seutuhnya kepadanya.
Sudahkah demikian? Atau juga para istri, sudahkah tunduk kepada suamimu di dalam Tuhan, sama
seperti Gereja tunduk terhadap Kristus? Sebab jika Kristus yang menjadi fokus perhatian pasangan suami
istri, maka berkuranglah kemungkinan keduanya saling menuntut, saling menyalahkan dan menyakiti,
ataupun mau menangnya sendiri. Sebaliknya suami istri dapat lebih saling memahami dan menghormati
satu sama lain, sebab mereka menyadari bahwa Tuhan Yesus hadir di dalam diri pasangan mereka. Mereka
mempunyai motivasi yang kuat untuk mengasihi, demi Kristus yang telah terlebih dahulu menyerahkan
diri bagi mereka di kayu salib.
❑❑❑❑❑❑❑❑❑❑❑❑❑❑❑❑❑❑❑❑❑❑❑❑❑❑❑❑❑❑❑❑❑
Pengumuman
Kolekte minggu 29 Sept 2012 :
Kolekte pertama
: Rp. 575.000,Kolekte kedua
: Rp. 297.000,Peruntukkan Kolekte hari ini:
Kolekte pertama
: untuk Paroki kita
Kolekte kedua
: 50% untuk Seksi Sosial
50% untuk Stasi kita
Petugas Ibadat 13 Okt 2012
Pemimpin
: Bpk. Petrus Sunu
Prodiakon
: Bpk. Thomas Sihono
Dirigen
: Ibu Priyono
Organis
: Ibu Sunu
Mazmur
: Ibu Surbakti
BIAK
: Bpk. Daud Darmono
Petugas
: Kring III
JADWAL DOA ROSARIO
KRING SATU
Minggu, 7 Oktober 2012 @19.30
Di Rmh Kel, Bapak T Samosir
Komp. Wanna Griya
KRING DUA
Minggu, 7 Oktoner 2012 @19.00
Di Rmh Kel. Bpk. Thomas Sihono
Komp. Melur Blok O No 8
KRING TIGA
Jumat, 12 Oktober 2012 @19.30
Di Rmh Kel. Bpk. Obet Surbakti
Perum. Sidomulyo Jl. Rajawali X1 No 176
Info Stasi St. Philipus Pekanbaru
Ketua Stasi 085265568650; Wakil Ketua Stasi 085265615725;
Ketua kring I 081378880305; Ketua Kring II 081378208252; Ketua Kring III 085271051859 ;
Ketua Kring IV 081268691059; Ketua Kring V ; 081275170727
Sekretaris 081365468810; Editorial Buletin 08156256229
e-mail: [email protected] facebook: .facebook.com.ArengkaUjung
Buletin Mingguan
Wacana Komunikasi Umat Stasi St Philipus Arengka Ujung Pekanbaru
Edisi 7 Oktober 2012
Bacaan Seminggu
Minggu, 7 Oktober 2012
Kej 2:18-24,
Ibr 2:9-11,
Mrk 10:2-16 Mrk 10:2-12
Senin, 8 Oktober 2012
Gal 1:6-12,
Luk 10:25-37
Selasa, 9 Oktober 2012
Gal 1:13-24,
Luk 10:38-42
Rabu, 10 Oktober 2012
Gal 2:1-2,7-14,
Luk 11:1-4
Kamis, 11 Oktober 2012
Gal 2:1-2,7-14,
Luk 11:1-4
Jumat, 12 Oktober 2012
Gal 3:7-14,
Luk 11:15-26
Sabtu, 13 Oktober 2012
Gal 3:22-29,
Luk 11:27-28
Minggu biasa ke XXVII/ Tahun B
YANG TELAH DIPERSATUKAN ALLAH
JANGAN DIPISAHKAN MANUSIA
Pengalaman orang tua kita dulu ketika mau menikah ya menikah saja.
Modalnya hanya “niat dan nekad”. Namun hidup perkawinannya
selamat dan abadi sampai usia lanjut. Tidak banyak alasan seperti
pasangan orang muda sekarang.
Pasangan pernikahan di zaman modern ini terlalu banyak berhitung
dan pertimbangan tetapi dengan mudahnya mereka bercerai dan kawin
lagi. Menurut perhitungan mereka asal sudah memiliki materi yang
cukup, rumah atau apartemen yang nyaman, pekerjaan yang mapan,
dianggap memenuhi syarat untuk mengarungi biduk pernikahan.
Tetapi mereka lupa mempersiapkan mental dan psikis; mereka tidak
siap ketika dalam perjalanan rumah tangganya menghadapi rintangan.
Kemudian sifat-sifat negatifnya yang tadinya tidak nampak sekarang
muncul. Mulailah perang kata-kata, ”ternyata dia kasar”, ”dia pemarah
bahkan menyakiti dan maunya berkuasa saja”. Dan yang lain juga
mengungkapkan, ”ternyata dia pemalas”, ”hanya bersolek dan tidak
bisa masak”, ternyata ... dst.
Seringkali yang menjadi persoalan dalam rumah tangga karena
perbedaan pendapat dan tekanan ekonomi, kemudian dengan
mudah mereka mengambil jalan pintas bercerai. Mereka lupa
bahwa dalam perkawinan Kristen tidak ada perceraian; karena
itu seorang suami yang menceraikan istrinya, kecuali karena
zinah lalu kawin lagi dengan perempuan lain, lelaki itu berzinah
(Mark 10:11). Demikian juga sebaliknya bagi istri menceraikan
suaminya kemudian kawin dengan laki-laki lain, juga dianggap
berbuat zinah (Mark 10:12). Dalam hal ini Yesus menolak
dengan tegas dispensasi yang diberikan Musa mengenai
perceraian (Ul 24:1-4). Seperti ajaran-Nya, Yesus menegaskan
Halaman 1
bahwa apa yang dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan
dengan tegas dispensasi yang diberikan Musa
mengenai perceraian (Ul 24:1-4). Seperti ajaran-Nya,
Yesus menegaskan bahwa apa yang dipersatukan
Allah, tidak boleh diceraikan manusia (Mark 10:7-9).
Mencermati hal itu, pentingnya pasangan memahami
tujuan perkawinan; yaitu melalui perkawinan
agar manusia dapat menikmati kebahagiaan,
memperoleh ketenteraman dalam hidupnya
dan memiliki hidup yang seimbang. Mau saling
berbagi dan saling mamahami kekurangan masingmasing. Semua persoalan hidup, susah atau senang
dihadapi bersama suami dan istri. Berjalan dan maju
bersama dalam untung atau malang. Untuk itu
menurut Tuhan tidak baik manusia itu seorang diri
saja, maka Tuhan memberi penolong yang sepadan
dengan dia. Bagi pria ataupun wanita beranggapan
kalau masih sendiri itu belum sempurna. Kemudian
manusia mengharapkan pasangan hidup yang
sepadan dan sederajat untuk saling melengkapi,
saling menyempurnakan dan saling membahagiakan
diri mereka. Kesempurnaan itu ditemukan dalam
perkawinan.
Di dalam perkawinan itu ada satu segi pandangan
yang menyatakan, bahwa seorang suami maupun
seorang istri menuntut cinta yang mutlak dan tak
terbagi dari pasangannya. Cinta itu menyeluruh dan
tidak bisa diceraikan sepanjang hidup. Laki-laki dan
perempuan itu menyatu erat dalam perkawinan.
Keduanya menjadi satu daging. Dari situlah sejak
awal Tuhan menciptakan pria bagi wanita, dan
wanita bagi pria. Satu tak terpisahkan itulah cita-cita
Allah mengenai perkawinan. Dari perkawinan yang
monogam itulah mereka saling menemukan, saling
melengkapi dan bersama-sama membangun diri.
Bukan begitu ada masalah lekas bercerai, tetapi harus
berusaha mengampuni dan berbaikan lagi demi
keutuhan rumah tangga.
Halaman 2
umum, mentalitas kontraseptif meningkat. Banyak
orang di negara- negara berkembang seperti di
Indonesia tidak mengetahui bahwa pemakaian alat
kontrasepsi tidak sesuai dengan kehendak Allah,
Perkawinan dan keluarga tidak terpisahkan dari
sebab kelihatannya diijinkan atau malah dianjurkan.
kehidupan manusia. Baik perkawinan maupun
Program KB yang digalakkan oleh pemerintah
keluarga yang dibentuk olehnya mengandung nilaisepertinya sampai mematikan suara hati nurani,
nilai yang sangat berharga tentang manusia itu
seolah pemakaian alat kontrasepsi adalah sesuatu
sendiri, karena di dalamnya manusia lahir,
yang wajar- wajar saja. Dalam kondisi ini, Paus
bertumbuh dan hidup di dalam cinta kasih. Oleh
Yohanes Paulus II mengajak agar sama - sama kita
sebab itu, Gereja menyampaikan makna yang
sesungguhnya tentang per- Banyak orang di negara- negara berkembang mendidik suara hati kita
kawinan dan keluarga, seperti di Indonesia tidak mengetahui bahwa untuk menjadi semakin
akan
apakah
kepada mereka yang pemakaian alat kontrasepsi tidak sesuai dengan terbuka
terpanggil untuk hidup kehendak Allah, sebab kelihatannya diijinkan sebenarnya yang dikehendaki
berkeluarga, agar mereka atau malah dianjurkan. Program KB yang oleh Allah dalam hal ini.[3]
dapat memahami keindah- digalakkan oleh pemerintah sepertinya sampai
♥♥♥
an dan keagungan panggil- mematikan suara hati nurani,
an hidup untuk mencintai dan untuk menghargai
~KGK 2366~
rahmat kehidupan ini.[1]. Ini adalah Kabar Gembira
Kesuburan adalah satu anugerah, satu tujuan
yang harus diwartakan oleh Gereja, sebab jika
perkawinan, karena cinta suami isteri dari kodratnya
rencana Tuhan akan perkawinan dan keluarga
bertujuan supaya subur. Anak tidak ditambahkan dari
luar pada cinta suami isteri yang timbal balik ini, ia
diwartakan maka kita manusia dapat berkembang
lahir dalam inti dari saling menyerahkan diri itu, ia
seperti rencana Allah, dan semua umat Allah dapat
merupakan buah dan pemenuhannya. Karena itu Gereja
diperbaharui.[2]
yang “membela kehidupan”, mengajar “bahwa tiap
MEWARTAKAN RENCANA ALLAH
TENTANG
PERKAWINAN DAN KELUARGA
Masalahnya sekarang, dunia sedang sakit. Walaupun
kita melihat adanya tanda- tanda di mana manusia
menanggapi rencana keselamatan Allah, tetapi di saat
yang sama kita melihat adanya banyak orang yang
menolak rencana Allah dan memilih jalannya sendiri.
Ini kita lihat juga di dalam kehidupan perkawinan
dan keluarga. Dewasa ini, ada banyak perceraian,
atau kalaupun tidak bercerai, ada banyak pasangan
suami istri tidak memahami bagaimana seharusnya
menghargai satu sama lain, ada kesalahpahaman
tentang konsep otoritas orang tua terhadap anak, ada
masalah dalam pendidikan anak- anak, ada
peningkatan jumlah aborsi, sterilisasi dan secara
umum, mentalitas kontraseptif meningkat. Banyak
orang di negara- negara berkembang seperti di
persetubuhan harus tetap diarahkan kepada kelahiran
kehidupan manusia” (Humanae Vitae 11).
AJARAN KRISTUS
TENTANG
PERKAWINAN DAN KELUARGA
Tuhan menciptakan manusia menurut gambar dan
rupa-Nya (Kej 1:26), artinya adalah Tuhan
menciptakan manusia melalui kasih, dan Ia
memanggil manusia untuk kasih,[4]
Nah, untuk mengasihi, manusia tidak hanya
melibatkan jiwa saja, tetapi juga tubuh, karena
manusia diciptakan tidak saja terdiri dari jiwa, tetapi
tubuh juga. Ini sesungguhnya mudah dipahami,
sebab dalam keseharian kita, semua ungkapan kasih
selalu melibatkan tubuh untuk menyampaikannya.
sebab dalam keseharian kita, semua ungkapan kasih
selalu melibatkan tubuh untuk menyampaikannya.
Bukankah kalau kita mengatakan kata, “Aku
mengasihimu” melibatkan mulut? Atau kalau kita
membelai, kita melibatkan tangan? Bayangkan kalau
tidak ada tubuh yang terlibat, alangkah seramnya!
Jadi, kasih selalu melibatkan tubuh dan jiwa, atau
lebih tepatnya, tubuh turut mengambil bagian dalam
kasih yang rohani. Bahkan pada saat kita berdoa dan
memuji Tuhan sekalipun, kita melibatkan tubuh kita.
Dengan pengertian inilah kita semakin memahami
makna panggilan untuk mengasihi, baik dalam
kehidupan perkawinan, maupun kehidupan selibat,
sebab pemberian diri kita tidak hanya melibatkan
jiwa, tetapi juga tubuh kita. Demikian juga, makna
kasih tidak terbatas hanya kepada sesuatu yang
bersifat biologis, tetapi keseluruhan diri manusia.
Pemberian diri ini, yang dinyatakan dalam kehidupan
keluarga ataupun selibat, sifatnya menyeluruh dan
menyangkut komitmen seumur hidup, sebab jika
tidak, namanya bukan cinta yang total.[5]
Cinta yang total ini secara khusus dieskpresikan
dalam hal hubungan suami istri. Cinta yang semacam
ini mensyaratkan hubungan antara seorang pria dan
seorang wanita saja, tidak ada yang lain, sebab jika
tidak, maka kasih antara keduanya menjadi tidak
total, melainkan terbagi. Di sini menjadi sangat
relevan untuk membandingkan perkawinan dengan
persekutuan kasih antara Tuhan dan umat pilihanNya[6], yang digenapi secara sempurna dalam
persekutuan kasih antara Tuhan Yesus dengan GerejaNya[7], yang bersifat total, esklusif dan tak
terceraikan. Allah selalu setia kepada umat pilihanNya, tak peduli berapa kali umat-Nya tidak setia
kepada-Nya. Demikian pula Kristus terhadap GerejaNya. Kristus hanya mempunyai satu Mempelai, yaitu
Gereja yang didirikan-Nya, dan kepada
Gereja-Nya
Halaman 3
inilah Yesus menyerahkan nyawa-Nya untuk
menguduskannya. Hai para suami, pandanglah salib
Download