bab ii landasan teori

advertisement
13
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Bisnis Jasa
Model bisnis pemasaran secara umum dapat dibagi menjadi dua bagian
utama, yaitu bisnis pemasaran produk dan bisnis pemasaran jasa. Kedua bentuk
pemasaran ini memiliki peranan yang sama pentingnya dalam usaha setiap
produsen untuk memberikan atau menyampaikan nilai-nilai yang ditawarkannya
kepada pelanggan.
Jasa merupakan suatu tindakan yang dapat ditawarkan atau diberikan oleh
suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya merupakan hal tidak berwujud
dan tidak berujung kepada kepemilikan apapun. Upaya untuk menghasilkan jasa
bisa berkaitan atau tidak berkaitan dengan wujud fisik suatu produk (Kotler &
Keller, 2013).
Jasa memiliki beberapa karakteristik utama. Menurut Alma (2014),
beberapa perbedaan antara jasa dengan produk adalah: pemasaran jasa lebih
dipengaruhi oleh faktor emosional, jasa bersifat tidak berwujud, jasa dibeli dan
dikonsumsi pada waktu yang sama sehingga tidak tahan lama, jasa tidak dapat
disimpan, sektor pelayanan jasa memiliki resiko sangat besar saat terjadi puncak
transaksi, jasa sangat mementingkan faktor manusia dan distribusi jasa bersifat
langsung, dari produsen ke konsumen.
14
2.1.1
Jenis Pemasaran Jasa
Ada bermacam-macam jenis pemasaran jasa. Secara garis besar,
pengelompokan jasa menurut Alma (2014) adalah:
1.
Personalized service
Jasa yang bersifat personal dan tidak dapat dipisahkan dari orang yang
menghasilkan jasa tersebut. Pelayanan jenis ini dilakukan langsung oleh
produsennya. Termasuk dalam lingkup pelayanan jenis ini adalah personal
services, yaitu jasa yang sangat mengutamakan pelayanan orang dan
perlengkapannya, seperti fotografi, salon, dan binatu. Bentuk lain adalah
professional services, dengan ciri-ciri memiliki kode etik formal, ada pengawasan
terhadap standar-standar yang ditentukan, memiliki persyaratan khusus untuk
menjadi anggota tim penyedia jasa, dan mendahulukan kepentingan pelanggan.
Termasuk dalam kategori ini adalah jasa teknik, arsitektur dan pendidikan.
Adapun yang juga termasuk dalam kategori ini adalah business services, yaitu
memiliki kecenderungan untuk bersifat tidak langsung, dan penyedia jasa ini
berhubungan dengan pelanggan melalui undangan-undangan dari pelanggan yang
membutuhkan layanan jasa bisnis yang disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan.
Termasuk di dalam kategori ini adalah Biro Konsultan dan Akuntan Publik.
2.
Financial services
Termasuk di dalam kategori pelayanan jasa di bidang ini adalah Bank,
Asuransi dan Lembaga Penanaman Modal.
15
3.
Public Utility and Transportation Services
Secara alami, pelayanan jasa di sektor ini memiliki sifat monopoli. Termasuk
di dalamnya adalah Pemerintah Daerah, Pemerintah Provinsi, listrik, air minum
dan jasa angkutan transportasi umum.
4.
Entertainment
Termasuk di dalam kategori pelayanan jasa di bidang ini adalah bioskop,
gedung pertunjukan dan olah raga.
5.
Hotel Services
Hotel disini bukan merupakan suatu obyek pariwisata namun merupakan
salah satu sarana dalam bidang pariwisata.
2.1.2
Unsur Penting Pemasaran Jasa
Menurut Kotler & Keller (2013), ada tiga area utama yang harus menjadi
fokus dalam pemasaran jasa, yakni:
1.
External Marketing
Dideskripsikan sebagai kegiatan persiapan, penentuan harga, distribusi dan
promosi.
2.
Internal Marketing
Dideskripsikan sebagai kegiatan pelatihan dan pemberian motivasi kepada
karyawan internal agar memberikan pelayanan yang terbaik bagi pelanggan.
3.
Interactive Marketing
Dideskripsikan sebagai keterampilan karyawan dalam melayani pelanggan.
16
2.2
Segmentation, Targeting, Positioning (STP)
Esensi dari pemasaran strategis adalah Segmentation, Targeting dan
Positioning (STP). Setiap pemasar harus melakukan segmentasi pasar, memilih
target pasar yang tepat dan mengembangkan nilai-nilai yang bisa ditawarkan dan
menjelaskan posisi pemasar di mata pelanggan (Kotler & Keller, 2013).
Selanjutnya, Kotler dan Keller (2013) juga menjelaskan lebih lanjut
mengenai STP sebagai berikut:
1.
Segmentation
Segmentation adalah aktivitas pembagian pasar menjadi bagian-bagian yang
terdefinisikan dengan jelas (Kotler & Keller, 2013). Melakukan segmentasi pasar
didahului dengan menentukan variabel segmentasi. Menurut Kotler dan Keller
(2013), segmentasi pasar dibagi menjadi 4 kelompok utama, yaitu:
a. Geografis
Segmentasi geografis membagi pasar menjadi unit-unit geografis seperti
negara, negara bagian, provinsi, kabupaten, kota atau lingkungan tertentu.
Sebuah perusahaan dapat beroperasi di satu atau beberapa wilayah geografis,
atau bisa beroperasi di semua wilayah, namun memiliki fokus pada
karakteristik masing-masing wilayah. Hal ini akan membantu perusahaan
membuat program pemasaran yang disesuikan dengan karakteristik wilayah
tertentu untuk menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan
di wilayah tersebut.
b. Demografis
Segmentasi demografis membagi pasar dalam beberapa variabel yaitu
usia, ukuran keluarga, siklus kehidupan keluarga, jenis kelamin, pendapatan,
17
pekerjaan, pendidikan, agama, ras, generasi, kebangsaan dan kelas sosial.
Variabel demografis menjadi popular karena berasosiasi langsung dengan
keinginan dan kebutuhan pelanggan. Selain itu, segmentasi demografis juga
mudah diukur.
c. Psikografis
Dalam segmentasi psikografis, pembeli dibagi menjadi beberapa
kelompok kepribadian, gaya hidup atau nilai-nilai kehidupan. Salah satu
sistem klasifikasi yang populer secara komersial adalah VALS framework
(VALS). Dimensi utama dari VALS adalah motivasi dan sumber daya.
Dimensi motivasi menginspirasi pelanggan dari sisi idealism, pencapaian dan
ekspresi pribadi. Sedangkan dimensi sumber daya membagi 2 kelompok yaitu
sumber daya tinggi (inovator, pemikir, peraih hasil tertinggi, pencari
pengalaman) dan sumber daya rendah (pemercaya, penggembira, pencipta
atau ekerja, pengikut arus).
d. Perilaku
Dalam segmentasi perilaku, pemasar membagi pembeli menjadi
kelompok-kelompok berdasarkan pengetahuan pembeli mengenai suatu
produk, sikap dan perilaku pembeli terhadap suatu produk, cara pembeli
menggunakan produk, atau respon pembeli terhadap suatu produk.
2.
Targeting
Targeting adalah aktivitas untuk melakukan evaluasi dalam pemilihan
segmen pasar yang akan menjadi sasaran bagi perusahaan (Kotler & Keller,
2013). Melakukan targeting atau penentuan sasaran adalah melalui evaluasi dan
memilih satu atau lebih segmen pasar yang harapan nilai oleh segmen tersebut
18
memiliki kesesuaian dan kecocokan dengan kemampuan perusahaan dalam
memberikan nilai-nilai tersebut.
3.
Positioning
Menurut Mokaya et al (2012), positioning adalah usaha untuk menciptakan
pembedaan dari sebuah organisasi terhadap pesaingnya, dalam tujuannya untuk
menjadi pilihan utama dari segmen pasar yang dituju. Positioning juga merupakan
usaha untuk menjaga agar produk atau jasa yang ditawarkan tetap memiliki
tempat dan citra tersendiri sehingga pasar yang ditargetkan memahami dan
menghargai apa yang menjadi penawaran dari organisasi yang berbeda dari
pesaingnya. Pembeda ini yang merupakan value proposition yang ditawarkan
kepada pelanggan.
2.3
Customer Satisfaction
Tidak dapat dipungkiri bahwa kepuasan pelanggan merupakan hal yang
sangat penting untuk keberlangsungan suatu perusahaan. Banyak perusahaan yang
mengukur
secara
sistematis
seberapa
baik
perusahaan
memperlakukan
pelanggannya karena pelanggan yang puas, baik terhadap produk atau pelayanan
dari perusahaan tersebut akan meningkatkan loyalitas pelanggan terhadap
perusahaan. Pada dasarnya kepuasan pelanggan itu sendiri adalah perasaan senang
atau kecewa yang dirasakan oleh pelanggan akibat adanya perbandingan antara
hasil dari suatu produk yang didapat dibandingkan dengan harapan pelanggan itu
sendiri (Kotler & Keller, 2009).
19
Pelanggan merasa puas bila harapannya terpenuhi atau akan sangat puas
bila harapan pelanggan terlampaui. Menurut Parasuraman (2009), ada lima
dimensi utama kepuasan pelanggan, yaitu:
1.
Price (Harga)
Harga merupakan salah satu dari elemen pada marketing mix (4p), harga
merupakan salah satu faktor bagi konsumen untuk melakukan atau tidak
melakukan pembelian. Bagi konsumen yang sensitif terhadap harga, biasanya
harga murah adalah sumber kepuasan yang penting karena konsumen akan
mendapatkan value for money yang tinggi. Bagi konsumen yang tidak atau sedikit
sensitif terhadap harga, faktor harga bukan merupakan faktor yang paling utama
akan tetapi pelanggan juga mempertimbangkan faktor lain seperti pelayanan,
kualitas ataupun citra merek dari perusahaan tersebut.
2.
Service Quality (Kualitas Layanan)
Kualitas layanan tergantung pada tiga hal yaitu: sistem, teknologi dan sumber
daya manusia. Kepuasan konsumen terhadap kualitas pelayanan biasanya sulit
ditiru. Hal ini terjadi karena pembentukan sikap dan perilaku setiap pegawai
bukanlah merupakan perkerjaan yang mudah. Oleh karena itu diperlukan berbagai
upaya oleh perusahaan, dimulai dari proses pemilihan pegawai, pemberian
pelatihan untuk pegawai dan peraturan-peraturan yang jelas dan tegas untuk para
karyawan.
3.
Product Quality (Kualitas Produk)
Jika produk tersebut berupa produk, diharapkan konsumen merasa puas
setelah membeli dan menggunakan produk tersebut disebabkan kualitas produk
20
yang baik. Jika produk tersebut berupa jasa, diharapkan konsumen merasa puas
atas pelayanan terbaik yang telah diberikan oleh perusahaan tersebut.
4.
Faktor emosional
Faktor emosional ditunjukkan oleh konsumen atas kepuasan yang diperoleh
konsumen dalam menggunakan suatu produk/jasa yang menimbulkan rasa bangga
dan rasa percaya diri.
5.
Efficiency (Kemudahan)
Produk atau jasa tersebut memberikan efisiensi bagi konsumen. Seperti
kemudahan dan kenyamanan untuk memperoleh produk atau jasa tersebut,
kemudahan dalam melakukan pembayaran.
2.4
Customer Loyalty
Di dalam era kompetisi bisnis yang semakin ketat ini, loyalitas pelanggan
merupakan faktor yang penting bagi setiap perusahaan. Jika perusahaan ingin
memperoleh kesuksesan jangka panjang maka perusahaan perlu meningkatkan
dan mempertahankan loyalitas pelanggannya. Terdapat beberapa penjelasan
mengenai definisi loyalitas pelanggan. Berikut beberapa definisi loyalitas
pelanggan menurut para ahli:
1.
Menurut Tjiptono (2000), loyalitas pelanggan adalah komitmen pelanggan
terhadap suatu merek, toko atau pemasok berdasarkan sifat yang sangat
positif dalam pembelian jangka panjang. Dari pengertian ini dapat diartikan
bahwa kesetiaan terhadap merek diperoleh karena adanya kombinasi dari
kepuasan dan keluhan. Sedangkan kepuasan pelanggan tersebut hadir dari
seberapa besar kinerja perusahaan untuk menimbulkan kepuasan tersebut
21
dengan meminimalkan keluhan sehingga diperoleh pembelian jangka panjang
yang dilakukan oleh pelanggan.
2.
Menurut Gremler dan Brown (2008), loyalitas pelanggan adalah tidak hanya
sebatas pelanggan yang membeli suatu produk atau menggunakan suatu jasa
secara berulang-ulang tetapi juga mempunyai komitmen dan tindakan yang
positif terhadap perusahaan tersebut, misalnya dengan menyebarkan secara
lisan tentang keunggulan produk dan pelayanan perusahaan tersebut, serta
merekomendasikannya kepada orang lain.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa loyalitas pelanggan
merupakan tindakan untuk membeli produk atau menggunakan jasa suatu
perusahaan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan jangka waktu panjang,
akibat timbulnya rasa puas yang dihasilkan dari produk maupun jasa yang
diberikan, serta memiliki komitmen dan sikap yang positif terhadap perusahaan
tersebut. Loyalitas pelanggan bukan suatu hal yang dapat terbentuk begitu saja,
akan tetapi harus dirancang sedemikian rupa oleh perusahaan. Menurut Smith
(2002) dalam Hurriyati (2008), terdapat tahapan-tahapan perancangan loyalitas,
yaitu sebagai berikut:
1.
Define customer value
a. Mengidentifikasikan segmen pelanggan pasar sasaran,
b. Mendefinisikan nilai pelanggan sasaran serta menentukan nilai pelanggan
yang akan menjadi pendorong keputusan pembelian dan penciptaan
loyalitas,
c. Menciptakan diferensiasi brand promise.
22
2.
Designed the branded customer experience
a. Mengembangkan pemahaman pengalaman pelanggan,
b. Merancang perilaku karyawan untuk merealisasikan brand image yang
diharapkan perusahaan,
c. Merancang perubahan strategi secara keseluruhan untuk merealisasikan
pengalaman pelanggan yang baru.
3.
Equip people and deliver consistenly
a. Mempersiapkan pemimpin yang baik agar dapat memberikan pengalaman
kepada pelanggan,
b. Melengkapi pengetahuan dan keahlian karyawan untuk mengembangkan
serta memberikan pengalaman kepada pelanggan dalam setiap interaksi
yang dilakukan pelanggan terhadap perusahaan,
c. Memperkuat kinerja perusahaan melalui pengukuran dan tindakan
kepemimpinan.
4.
Sustain and enhance performance
a. Menggunakan respon timbal balik pelanggan dan karyawan untuk
memelihara pelanggan secara berkesinambungan dan mempertahankan
pengalaman pelanggan,
b. Membentuk
kerjasama
antara
sistem
HRD
(Human
Resource
Development) dengan proses bisnis yang terlibat langsung dalam
memberikan dan menciptakan pengalaman pelanggan,
c. Secara terus menerus mengembangkan dan mengkomunikasikan hasil
untuk menanamkan branded customer experience yang telah dijalankan
perusahaan.
23
Berikut grafik pengaruh kepuasan pelanggan terhadap loyalitas pelanggan:
Gambar 2.1 Hubungan kepuasan dan loyalitas pelanggan
(Sumber: Musanto, 2004)
Menurut Musanto (2004), loyalitas pelanggan merupakan sebuah variabel
endogen atau suatu variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain, yaitu kepuasan
pelanggan. Dalam grafik tersebut, loyalitas pelanggan berfungsi sebagai Y,
sedangkan kepuasan pelanggan berfungsi sebagai X. Hubungan antara loyalitas
dengan kepuasan pelanggan adalah hubungan yang positif yang digambarkan
dengan garis lurus searah, artinya jika kepuasan pelanggan tersebut tinggi maka
rasa loyalitas pelanggan akan meningkat dan begitu pula sebaliknya jika kepuasan
pelanggan tersebut rendah maka rasa loyalitas pelanggan akan menurun.
2.5
Event Management
Menurut Goldblatt (2001), event management adalah kegiatan profesional
dalam mengumpulkan dan mempertemukan sekelompok orang untuk tujuan
perayaan, pendidikan, pemasaran dan reuni. Pihak manajemen event bertanggung
jawab untuk mengadakan penelitian, membuat desain event, melakukan
perencanaan,
dan
melaksanakan
merealisasikan kehadiran sebuah event.
koordinasi
serta
pengawasan
untuk
24
Event
management
itu
sendiri
berasal
dari
kata
“event”
dan
“management”, yang memiliki definisi tersendiri.
2.5.1
Event
Menurut Shone dan Parry (2002) dalam Noor (2013), acara khusus
(special event) adalah fenomena yang timbul dari acara non-rutin yang memiliki
waktu luang, budaya, pribadi atau organisasi tujuan terpisah dari aktivitas normal
dari kehidupan sehari-hari, yang tujuannya adalah untuk mencerahkan,
merayakan, menghibur atau menantang pengalaman sekelompok orang.
Saat ini konsep perkembangan event sejalan dengan kemajuan teknologi
serta perkembangan kegiatan masyarakat. Perkembangan ini menjadikan event
yang berlangsung pun lebih beraneka ragam dan tidak terbatas pada kegiatan yang
memiliki nilai keagamaan, adat dan budaya saja. Penyelenggaraan event telah
berkembang sesuai dengan keinginan konsumen untuk dapat melihat event
tersebut, misalnya event bersifat keolahragaan, event pengenalan produk, eksibisi
atau lainnya. Seperti yang dikemukakan oleh Getz yang ditulis kembali oleh Noor
(2013), definisi lain dari event adalah acara-acara non rutin yang dipisahkan dari
aktivitas normal dari kehidupan sehari-hari sekelompok orang. Kegiatan ini dapat
dikatakan sebagai special events, karena keunikan dari event dan diselenggarakan
cara-cara tertentu, seperti pada perayaan tradisional atau upacara tradisional.
Berdasarkan konsep dan definisi yang dikembangkan tersebut, maka
events terbagi ke dalam empat kategori atau unsur, yang terdiri dari leisure,
cultural, personal dan organizational. Kategori tersebut dapat dilihat pada
gambar berikut:
25
Gambar 2.2 Kategori special events
(Sumber: Noor, 2013)
1.
Leisure event
Leisure event telah berkembang sejak bangsa Roma menyelenggarakan
kegiatan gladiator. Pada saat ini, leisure event yang berkembang banyak
berdasarkan pada kegiatan keolahragaan.
2.
Personal event
Merupakan kategori lain yang membentuk special event.
3.
Cultural event
Menjadi kategori yang membangun special event. Budaya selalu identik
dengan upacara adat, dan tradisi memiliki nilai sosial yang tinggi dalam tatanan
masyarakat, sehingga penyelenggaraannya saat ini menjadi sangat penting.
4.
Organizational event
Merupakan kegiatan besar pada setiap organisasi. Pada kategori ini, bentuk
event yang diselenggarakan tentunya disesuaikan dengan tujuan organisasi.
26
2.5.2
Management
Noor (2013) menyatakan bahwa manajemen adalah suatu proses
perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya anggota
organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Manajemen memiliki fungsi- fungsi sebagai berikut:
1.
Perencanaan (planning): manajer membuat rencana dan tujuan sebelum
pelaksanaan. Perencanaan ini didasari dengan analisis yang matang.
2.
Pengorganisasian (organization): manajer mengatur sumber daya yang
dimiliki perusahaan dan menggunakan sumber daya tersebut secara maksimal
sehingga menghasilkan keefektifan dalam organisasi dan hasil yang
memuaskan bagi perusahaan.
3.
Memimpin (to lead): menunjukan cara para manajer mengarahkan dan
mempengaruhi bawahannya, menggunakan orang lain untuk melaksanakan
tugas tertentu. Dengan menciptakan suasana tepat, manajer membantu
bawahannya bekerja sebaik mungkin.
4.
Pengendalian (controlling) berarti para manajer berusaha untuk meyakinkan
bahwa organisasi bergerak dalam arah tujuan. Apabila salah satu bagian dari
organisasi menuju arah yang salah, para manajer berusaha untuk mencari
sebabnya dan kemudian mengarahkannya kembali ke tujuan yang benar.
Jadi dapat disimpulkan bahwa event organizer merupakan usaha di bidang
jasa yang secara resmi ditunjuk oleh pelanggan untuk mengorganisasikan
rangkaian acara tersebut mulai dari perencanaan, sisi kreatif, persiapan,
pelaksanaan hingga selesai, dalam rangka membantu pelanggan menyukseskan
dan mewujudkan tujuan yang diharapkannya melalui rangkaian acara.
27
2.5.3
Jenis Event Management
Menurut Noor (2013), events yang dikategorikan berdasarkan tujuan dan
kegunaanya dibagi menjadi:
1.
Event business
Event business terdiri dari kegiatan yang sering dilakukan oleh perusahaan
atau instasi. Ciri dari event business adalah adanya peningkatan pendapatan pada
perusahaan atau daerah. Jenis event business adalah meeting, incentive,
conference dan exhibition atau yang lebih dikenal dengan istilah MICE.
2.
Cultural events
Tidak hanya event olahraga saja yang dapat dikategorikan sebagi major
events, tetapi event lain, seperti event kebudayaan atau cultural event dapat juga
dikategorikan sebagai major events. Contoh cultural event yang diselenggarakan
secara rutin setiap tahunnya seperti Pasar Tong-Tong di Belanda yang
menampilkan aneka kebudayaan Indonesia dan mampu menyerap banyak
pengunjung. Banyak event budaya yang berasal dari tempat lain diselenggarakan
di luar tempat asalnya.
3.
Sport event
Sport event yang berkembang di dunia saat ini memiliki beragam tingkatan
dengan beragam skala event, mulai level daerah, wilayah, regional bahkan
internasional.
4.
Festival
Festival merupakan event yang sangat khas dengan budaya dalam
masyarakat. Festival merupakan event yang dimiliki oleh sekelompok orang yang
28
mengusung kekuatan khusus, spirit, pengetahuan dan peningkatan adat
kekeluargaan.
5.
Personal event
Personal event merupakan acara yang diselenggarakan untuk kepentingan
pribadi, misalnya penyelenggaraan reuni keluarga, arisan, pesta ulang tahun,
sunatan atau pesta pernikahan. Personal event menjadi penting karena setiap acara
yang diselenggarakan harus memiliki nilai tersendiri, unik dan tidak sama dengan
event sejenis lainnya. Karena hal inilah, maka personal event menjadi salah satu
peluang bisnis yang besar saat ini. Banyaknya perusahaan penyelenggara
membidik personal event sebagai salah satu bisnis besar. Meskipun event business
diselenggarakan untuk kepentingan pribadi, namun pelanggan menginginkan nilai
lebih dalam acaranya, menginginkan suatu acara yang lain dan tidak ada pada
acara sejenis, menginginkan keunikan. Atas dasar tersebutlah maka berkembang
organizer khusus untuk personal event, seperti birthday organizer, wedding
organizer bahkan catering service yang memberikan pelayanan secara
keseluruhan. Jasa seperti ini banyak dibutuhkan dan berkembang pesat dibanyak
negara termasuk Indonesia.
2.6
Laporan Keuangan
2.6.1 Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan
Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No 1 Revisi 2009
mengenai Penyajian Laporan Keuangan (IAI, 2009), laporan keuangan adalah
suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu
entitas. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi
29
keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian
besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputusan
ekonomi.
Laporan
keuangan
juga
menunjukkan
hasil
pertanggungjawaban
manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, laporan keuangan menyajikan informasi
mengenai entitas yang meliputi:
1.
Aset;
2.
Liabilitas;
3.
Ekuitas;
4.
Pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian;
5.
Kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai
pemilik;
6.
Arus kas.
Informasi tersebut, beserta informasi lain yang terdapat dalam catatan atas
laporan keuangan, membantu pengguna laporan keuangan dalam memprediksi
arus kas masa depan.
2.6.2 Komponen Laporan Keuangan
Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No 1 Revisi 2009
mengenai Penyajian Laporan Keuangan (IAI, 2009), laporan keuangan yang
lengkap terdiri dari komponen- komponen berikut ini:
1.
Laporan posisi keuangan (neraca) pada akhir periode.
30
Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik
(IAI, 2009), neraca minimal mencakup pos- pos berikut:
a. Kas dan setara kas;
b. Piutang usaha dan piutang lainnya;
c. Persediaan;
d. Properti investasi;
e. Aset tetap;
f. Aset tidak berwujud;
g. Utang usaha dan utang lainnya;
h. Aset dan kewajiban pajak;
i. Kewajiban diestimasi;
j. Ekuitas.
2.
Laporan laba rugi komprehensif selama periode.
Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik
(IAI, 2009), laporan laba rugi minimal mencakup pos- pos berikut:
a. Pendapatan;
b. Beban keuangan;
c. Bagian laba/ rugi dari investasi yang menggunakan metode ekuitas;
d. Beban pajak;
e. Laba atau rugi neto.
3.
Laporan perubahan ekuitas selama periode.
Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik
(IAI, 2009), entitas menyajikan laporan perubahan ekuitas yang menunjukkan:
a. Laba atau rugi untuk periode;
31
b. Pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam ekuitas;
c. Untuk setiap komponen ekuitas, pengaruh perubahan kebijakan akuntansi
dan koreksi kesalahan yang diakui sesuai ketentuan SAK ETAP mengenai
Kebijakan Akuntansi, Estimasi, dan Kesalahan;
d. Untuk setiap komponen ekuitas, suatu rekonsiliasi antara jumlah tercatat
awal dan akhir periode, diungkapkan secara terpisah perubahan yang
berasal dari
- laba atau rugi;
-
pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam ekuitas;
- jumlah investasi, dividen dan distribusi lainnya ke pemilik ekuitas, yang
menunjukkan secara terpisah modal saham, transaksi saham treasuri,
dan dividen serta distribusi lainnya ke pemilik ekuitas, dan perubahan
kepemilikan dalam entitas anak yang tidak mengakibatkan kehilangan
pengendalian.
4.
Laporan arus kas selama periode.
Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik
(IAI, 2009), entitas menyajikan laporan arus kas yang melaporkan arus kas untuk
suatu periode dan mengklasifikasikan menurut aktivitas operasi, aktivitas
investasi, dan aktivitas pendanaan.
5.
Catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting
dan informasi penjelasan lain.
6.
Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika
entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau
32
membuat penyajian kembali pos- pos laporan keuangan, atau ketika entitas
mereklasifikasi pos- pos dalam laporan keuangannya.
2.7
Analisis Kelayakan Usaha
Dalam mendirikan suatu bisnis atau usaha, analisis terhadap keputusan
investasi merupakan hal penting yang harus dilakukan. Hal ini dikarenakan setiap
keputusan investasi yang dibuat memiliki risiko yang dapat berpengaruh kepada
nilai perusahaan. Bisnis dapat dikatakan layak jika dalam pelaksanaannya mampu
memberikan manfaat, baik secara finansial maupun sosial. Terdapat beberapa
metode untuk menilai profitabilitas suatu proyek investasi, antara lain:
1.
Net Present Value (NPV)
Analisis dari poyek investasi membutuhkan perhatian terhadap nilai waktu
dari uang. Menurut Titman et al (2014), NPV adalah perbedaan dari nilai sekarang
atas arus kas masuk dan arus kas keluar. Dengan demikian, NPV memperkirakan
jumlah kekayaan atau keuntungan yang dihasilkan dari suatu proyek. Kriteria
NPV menyatakan bahwa proyek investasi harus diterima jika NPV dari proyek
investasi positif dan harus ditolak jika NPV dari proyek investasi negatif.
2.
Internal Rate of Return (IRR)
Menurut Titman et al (2014), Internal Rate of Return dari suatu investasi
merupakan suku bunga yang akan menyamakan nilai sekarang dari arus kas masa
depan dengan nilai sekarang dari pengeluaran untuk investasi. Berdasarkan
perhitungan IRR, proyek dapat diterima jika nilai IRR lebih besar dari tingkat
pengembalian atau tingkat diskonto yang digunakan untuk menghitung nilai
sekarang dari proyek investasi, dan tolak jika sebaliknya.
33
3.
Discounted Payback Period
Menurut Titman et al (2014), discounted payback period merupakan jumlah
periode dalam tahun yang dibutuhkan untuk menutupi pengeluaran investasi awal
dari discounted cash flows.
2.8
Business Model Canvas
Gambar 2.3 Business model canvas
(Sumber: Osterwalder & Pigneur, 2012)
Menurut Osterwalder & Pigneur (2012), sebuah model bisnis mampu
menggambarkan dasar pemikiran tentang cara yang dilakukan organisasi dalam
menciptakan, memberikan, dan menangkap nilai. Sembilan blok bangunan dasar
sebagai model bisnis tersebut mencakup empat bidang utama dalam suatu bisnis,
yaitu pelanggan, penawaran, infrastruktur, dan kelangsungan finansial.
2.8.1
Customer Segments
Customer segments menggambarkan sekelompok orang atau organisasi
berbeda yang ingin dijangkau/ dilayani oleh perusahaan (Osterwalder & Pigneur,
2012). Pelanggan merupakan inti dari semua model bisnis karena tidak ada
34
perusahaan yang dapat bertahan lama tanpa adanya pelanggan yang dapat
memberikan keuntungan. Untuk memuaskan pelanggan, perusahaan harus terlebih
dulu mengidentifikasikan pelanggan ke dalam segmen- segmen berbeda, yaitu
berdasarkan kesamaan kebutuhan, perilaku, maupun atribut lainnya. Perusahaan
harus dapat merancang model bisnis dengan pemahaman yang tepat mengenai
kebutuhan pelanggan secara spesifik. Namun sebelumnya, perusahaan harus
terlebih dulu memberikan batasan mengenai segmen yang ingin dilayani dan
segmen yang diabaikan.
2.8.2
Value Proposition
Value proposition menggambarkan gabungan antara produk dan layanan
yang menciptakan nilai untuk segmen pelanggan spesifik (Osterwalder & Pigneur,
2012). Value proposition adalah alasan yang membuat pelanggan beralih dari
suatu perusahaan ke perusahaan lainnya. Setiap value proposition merupakan
kesatuan dari manfaat- manfaat yang ditawarkan perusahaan kepada pelanggan
sehingga dapat melayani kebutuhan segmen pelanggan secara spesifik.
2.8.3
Channels
Channels menggambarkan cara sebuah perusahaan berkomunikasi dengan
segmen pelanggan dan menjangkau segmen pelanggan tersebut
untuk
memberikan value proposition (Osterwalder & Pigneur, 2012). Saluran
komunikasi, distribusi, dan penjualan sangat berperan penting sebagai
penghubung antara perusahaan dengan pelanggan. Fungsi tersebut antara lain
sebagai berikut:
35
1.
Meningkatkan kesadaran pelanggan atas produk dan jasa perusahaan.
2.
Membantu pelanggan dalam mengevaluasi value proposition perusahaan.
3.
Memungkinkan pelanggan membeli produk dan jasa yang spesifk.
4.
Memberikan value proposition kepada pelanggan.
5.
Memberikan dukungan purnajual kepada pelanggan.
2.8.4
Customer Relationships
Customer relationships menggambarkan cara perusahaan membangun
hubungan dengan segmen pelanggan yang spesifik (Osterwalder & Pigneur,
2012). Sebuah perusahaan harus dapat menetapkan jenis hubungan yang ingin
dibangun bersama dengan segmen pelanggan spesifik karena adanya beberapa
motivasi, yaitu sebagai berikut:
1.
Akuisisi pelanggan
2.
Retensi (mempertahankan) pelanggan
3.
Peningkatan penjualan (upselling)
2.8.5
Revenue Streams
Revenue streams menggambarkan pendapatan kas yang dihasilkan
perusahaan dari masing- masing segmen pelanggan setelah memperhitungkan
biaya yang harus dikeluarkan untuk menghasilkan keuntungan (Osterwalder &
Pigneur, 2012). Setiap arus pendapatan dapat memiliki mekanisme penetapan
harga yang berbeda, seperti daftar harga yang tetap, penawaran, pelelangan,
kebergantungan pasar, kebergantungan volume, atau manajemen hasil. Terdapat
dua jenis Revenue Streams dalam suatu model bisnis, yaitu sebagai berikut:
36
1.
Pendapatan transaksi yang dihasilkan dari satu kali pembayaran pelanggan.
2.
Pendapatan berulang yang dihasilkan dari pembayaran berkelanjutan, baik
untuk
memberikan
value
proposition
kepada
pelanggan
maupun
menyediakan dukungan pelanggan pasca pembelian.
2.8.6
Key Resources
Key resources menggambarkan aset- aset terpenting yang dibutuhkan
untuk menjalankan sebuah model bisnis agar dapat berfungsi dengan baik
(Osterwalder & Pigneur, 2012). Setiap key resources memungkinkan perusahaan
untuk menciptakan dan menawarkan value proposition, menjangkau pasar,
mempertahakan hubungan dengan segmen
pelanggan, dan memperoleh
pendapatan. Key resources utama dapat berbentuk fisik, finansial, intelektual, atau
manusia serta dapat dimiliki, disewa oleh perusahaan atau diperoleh dari mitra
utama.
2.8.7
Key Activities
Key activities menggambarkan hal- hal terpenting yang harus dilakukan
perusahaan agar model bisnisnya dapat bekerja (Osterwalder & Pigneur, 2012).
Sama halnya dengan key resources, key activities juga diperlukan untuk
menciptakan
dan
memberikan
value
proposition,
menjangkau
mempertahankan hubungan pelanggan, dan memperoleh pendapatan.
pasar,
37
2.8.8
Key Partners
Key partners menggambarkan jaringan pemasok dan mitra yang membuat
model bisnis dapat bekerja (Osterwalder & Pigneur, 2012). Perusahaan
menciptakan aliansi untuk mengoptimalkan model bisnis, mengurangi risiko, atau
memperoleh sumber daya bagi perusahaan. Terdapat empat jenis kemitraan yang
dapat dibedakan dari suatu model bisnis, yaitu sebagai berikut:
1.
Aliansi strategis antara perusahaan yang bukan merupakan pesaing.
2.
Usaha competition antar perusahaan pesaing.
3.
Usaha joint venture untuk mengembangkan bisnis baru.
4.
Hubungan pembeli- pemasok untuk menjamin pasokan yang dapat
diandalkan.
2.8.9
Cost Structure
Cost structure menggambarkan semua biaya yang harus dikeluarkan oleh
suatu perusahaan untuk mengoperasikan model bisnis
yang dirancang
(Osterwalder & Pigneur, 2012). Perhitungan biaya ini relative lebih mudah setelah
key resources, key activities, dan key partners telah ditetapkan.
38
2.9
Five Forces Analysis
Gambar 2.4 Five forces
(Sumber: Porter, 2008)
Menurut Porter (2012), analisis five forces adalah suatu kerangka yang
digunakan untuk mengembangkan strategi perusahaan dalam mengidentifikasikan
keunggulan kompetitifnya. Terdapat lima kekuatan utama dalam industri yang
dapat mempengaruhi tingkat kompetisi dan juga tingkat profitabilitas, yaitu
sebagai berikut:
1.
Threat of new entrants
Industri yang menghasilkan keuntungan besar akan menarik banyak
kompetitor/ pengikut baru dibandingkan dengan industri yang menghasilkan
keuntungan kecil. Untuk mendapatkan pangsa pasar, kompetitor cenderung untuk
menjual produk/ jasanya dengan harga yang lebih rendah atau dengan adanya
pemberian beberapa insentif. Namun dengan cara demikian, profit margin yang
didapat tentunya menjadi lebih kecil.
2.
Bargaining power of suppliers
Daya tawar pemasok dapat dikatakan tinggi apabila suatu perusahaan
memiliki pemasok atau merek yang kuat, seperti “Apple” misalnya. Kekuatan ini
39
ditentukan oleh ketergantungan pembelian suatu perusahaan kepada pemasok.
Perusahaan yang lebih kuat memiliki pengaruh untuk menuntut harga yang lebih
baik sehingga dapat menaikkan profit margin perusahaan tersebut. Sebaliknya,
pemasok dengan daya tawar yang lebih kecil memiliki profit margin yang lebih
kecil.
3.
Bargaining power of buyers
Kekuatan ini merupakan kebalikan dari daya tawar pemasok, yaitu kekuatan
kontrol yang dimiliki oleh pembeli untuk menekan harga produk suatu perusahaan
sehingga menjadi lebih murah. Kekuatan ini tinggi bagi perusahaan ketika banyak
pembeli di pangsa pasar, namun apabila jumlah pembeli sedikit namun jumlah
barang/ jasa yang ditawarkan banyak maka kekuatan perusahaan menurun dan
daya tawar pembeli menjadi lebih besar.
4.
Threat of substitute products or services
Ketika terdapat produk/ jasa pengganti, maka perusahaan mendapatkan
tekanan untuk menurunkan harga produk/ jasa yang dihasilkan. Jadi apabila
ancaman terhadap produk/ jasa pengganti semakin meningkat, maka profit margin
yang dihasilkan perusahaan akan menurun karena perusahaan akan berusaha
untuk menjaga harga pasarnya agar tetap dapat bersaing dengan produk/ jasa dari
kompetitor lainnya.
5.
Rivalry among existing competitors
Persaingan sengit melibatkan banyak hal, seperti dibutuhkannya biaya iklan
dan promosi yang mahal, biaya untuk penelitian dan pengembangan, dan hal
lainnya yang dapat mengurangi profit margin. Kekuatan ini tinggi ketika
kompetitor/ pendatang baru lebih sedikit, ancaman dari produk/ jasa pengganti
40
tinggi, serta pemasok dan pembeli berusaha untuk mengontrol. Hal inilah yang
menyebabkan kekuatan ini ditempatkan di bagian tengah dari model.
2.9.1 Complementary
Menurut Hove et al (2014), sebagai pengaruh dari perkembangan
teknologi dan kompetisi yang semakin ekstrim, maka praktek dan strategi bisnis
turut berubah. Terjadilah proses redefinisi terhadap model Porter tersebut, dan
bermanifestasi dalam bentuk penambahan satu kekuatan dari 5 forces yang sudah
lebih dulu dikenal, yaitu adanya unsur hubungan komplementer sebagai unsur
force atau kekuatan yang ke-6. Hubungan komplementer adalah hubungan yang
saling melengkapi dari sebuah produk atau jasa yang bermain di suatu industri.
Gambar 2.5 Porter’s five forces & the sixth force of complementors
(Sumber: Hill & Jones, 2004)
41
2.10 Strategi Harga
Menurut Dolgui dan Proth (2010), harga adalah parameter utama yang
mempengaruhi pendapatan perusahaan secara signifikan. Oleh karena itu, strategi
harga yang paling umum digunakan adalah:
1.
High and low price strategies
Perusahaan memiliki pilihan untuk menentukan harga dari barang atau jasa
yang dijualnya. Pilihan itu berupa harga tinggi ataupun harga rendah. Untuk
bermain di harga tinggi, perusahaan harus bisa memberikan nilai yang bisa
diterima oleh pelanggan. Harga tinggi bisa diterima bila sesuai dengan nilai yang
dipersepsikan oleh pelanggan. Strategi harga tinggi menawarkan margin
keuntungan yang besar, namun apabila nilai persepsi pelanggan tidak sesuai
dengan harga tinggi yang ditawarkan, maka strategi ini tidak akan berhasil.
Sedangkan untuk bermain di harga rendah, perusahaan memiliki keuntungan
berupa kemudahan diterimanya produk atau jasa oleh masyarakat, namun
memberikan margin keuntungan yang kecil sehingga harus dikompensasikan
dengan volume penjualan yang tinggi,
2.
Adjustable strategies
a. Price discrimination strategy
Strategi ini sesuai diterapkan pada kondisi ketika suatu produk atau jasa
memonopoli pasar. Produk atau jasa tersebut memiliki beberapa pilihan harga
untuk menyesuaikannya dengan segmen-segmen yang berbeda, namun samasama merupakan konsumen dari merek produk atau jasa tersebut. Jadi
terdapat pembedaan produk atau jasa berdasarkan varian-varian yang berbeda
dan memberikan pilihan- pilihan harga bagi konsumen.
42
b. Discount strategy
Strategi ini dijalankan dengan cara menjual produk atau jasa dengan
memberikan potongan harga untuk jangka waktu tertentu. Kondisi ideal yang
ingin dicapai adalah bertambahnya volume penjualan sebagai kompensasi
dari pengurangan harga tersebut.
c. Price skimming
Pada strategi ini, harga pada awalnya di tetapkan pada level harga tinggi
atau atas, namun seiring berjalannya waktu, harga tersebut secara perlahan
diturunkan.
Strategi
ini
memiliki
kesamaan
dengan
strategi
price
discrimination, namun yang menjadi faktor penentu adalah waktu, bukan
segmentasi pasar.
d. Penetration pricing
Pada strategi ini, harga di tetapkan pada level yang lebih rendah dengan
harga produk atau jasa sejenis yang sudah lebih dulu berada di pasar. Hal ini
untuk membuat produk atau jasa baru akan lebih mudah menarik perhatian
pelanggan dan juga agar lebih diterima oleh pasar.
e. Yield management
Pada strategi ini, harga ditentukan secara fluktuatif berdasarkan
perkembangan pasar. Produk atau jasa yang mengalami naik atau turun
penjualan pada periode tertentu dan secara umum ada kesamaan pola yang
bisa dilihat, atau dikenal dengan istilah seasonal sales, sangat umum
menerapkan strategi ini.
43
2.10.1 Pendekatan Penentuan Harga
Pendekatan untuk menentukan harga yang paling sesuai dengan tujuan
perusahaan antara lain:
1.
Cost-plus method
Pada pendekatan ini, harga ditentukan setelah menghitung keseluruhan biaya
yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk atau jasa. Setelah itu, baru
ditambahkan margin keuntungan yang diharapkan, untuk mendapatkan harga
yang akan ditawarkan ke pelanggan.
2.
Price testing
Pada pendekatan ini, produk atau jasa diuji coba dengan harga tertentu, untuk
kemudian dilakukan pemantauan terhadap hasil penjualannya. Perlakuan yang
berbeda dilakukan beberapa kali, untuk mengambil kesimpulan mengenai harga
yang paling tepat bagi produk atau jasa tersebut.
3.
Estimation made by experts
Pendekatan ini dilakukan bila faktor eksternal berpengaruh besar dan tiba-tiba
terhadap kondisi pasar, misalnya ada competitor baru dengan harga yang berbeda
jauh, atau adanya perubahan teknologi yang mendasar. Dalam menyikapi
perubahan itu, perusahaan dapat berkonsultasi dengan beberapa orang ahli
(disarankan minimal 10 orang) untuk mendapatkan perkiraan harga yang sesuai
dengan kondisi pasar aktual yang terjadi.
4.
Market analysis
Pada pendekatan ini, harga ditetapkan berdasarkan data-data terdahulu
mengenai produk atau jasa sejenis, dan juga mengenai pasar yang sejenis.
44
Pergerakan harga di masa lampau dijadikan referensi untuk menentukan harga
saat ini.
5.
Customer surveying
Pada pendekatan ini, pelanggan menjadi responden sebuah survei untuk
menentukan harga suatu produk atau jasa. Pelanggan diberi pertanyaan mengenai
harga yang tepat atau willingness to pay yang paling sesuai atas sebuah produk
atau jasa.
2.10.2 Sensitivitas Harga
Dalam menentukan harga, faktor segmentasi pelanggan merupakan faktor
yang tidak bisa dikesampingkan. Setiap tingkatan sosial ekonomi memiliki
karakter tersendiri terkait dengan sensitifitas terhadap harga produk atau jasa yanf
ditawarkan.
Pada segmen sosial ekonomi kelas atas yang menjadi sasaran CEP,
segmen ini memiliki kecenderungan tidak sensitif terhadap harga, termasuk untuk
keperluan pesta dan upacara. Menurut Al-Mamun et al (2014), orang dengan
penghasilan tinggi cenderung untuk tidak sensitif terhadap harga untuk keperluan
akan barang-barang atau jasa yang bersifat hedonis. Selain itu, pelanggan yang
loyal adalah pelanggan yang tidak sensitif terhadap perubahan harga. Sebaliknya,
pelanggan yang tidak loyal akan sensitif terhadap perubahan harga.
2.11 Metodologi Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan data primer dan data
sekunder. Data primer merupakan data yang didapatkan untuk keperluan
45
penelitian ini sedangkan data sekunder merupakan data yang berasal dari
penelitian sebelumnya namun dapat digunakan untuk penelitian ini (Saunders,
2009).
Gambar 2.6 Teknik pengumpulan data
(Sumber: Penulis)
1.
Metode Sampling
Desain penelitian yang dilakukan adalah menggunakan penelitian kualitatif.
Pemilihan desain ini adalah berdasarkan kebutuhan penulis akan pemahaman
mengenai fenomena yang diteliti melalui beberapa orang sebagai subyek, yang
bersifat interpretatif (Saunders et al, 2012). Fenomena yang diteliti adalah
mengenai harapan yang dimiliki oleh kalangan ekonomi atas mengenai kebutuhan
event organizer untuk penyelenggaraan acara bridal shower.
Pemilihan sampel dilakukan dengan cara non-probability sampling, yaitu
dengan menggunakan purposive sampling. Purposive sampling dipilih karena
penulis memiliki tujuan yang spesifik untuk memahami harapan dari pelanggan
46
kelas atas akan kebutuhan event organizer yang akan membantu mereka dalam
menyelenggarakan acara bridal shower. Diharapkan dengan metode tersebut
didapatkan value propositions yang berbeda-beda, dan ingin mendapatkan secara
spesifik kesediaan konsumen untuk membayar (willingness to pay), serta wow
effect yang diharapkan oleh segmen kelas atas. Oleh karena itu, metode yang
terpilih untuk bisa memenuhi kebutuhan tersebut adalah in depth interview.
2.
Metode Survei
Survei dilakukan dengan cara wawancara langsung baik dengan pihak-pihak
hotel yang di harapkan dapat mengetahui besarnya market size dan juga in depth
interview yang di harapkan dapat mengetahui value propositions dan willingness
to pay dari para konsumen.
2.12 In Depth Interview
Menurut Boyce & Neale (2006), in depth inteview adalah teknik penelitian
kualitatif yang melibatkan pendekatan secara intensif, dengan jumlah responden
yang sedikit untuk mengekplorasi perspektif mereka khususnya pada ide,
program, ataupun situasi. In depth interview berguna ketika peneliti membutuhkan
informasi yang rinci tentang pikiran dan perilaku seseorang atau ingin
mengeksplorasi isu-isu baru secara mendalam.
Dalam menentukan jumlah sampel, Boyce & Neale (2006) menyatakan
bahwa aturan umum dari ukuran sampel untuk in depth interview adalah pada saat
cerita, tema, isu dan topik yang disampaikan oleh beberapa orang yang
diwawancarai memiliki kesamaan, maka ukuran sampel yang cukup dianggap
sudah tercapai atau memenuhi.
Download