BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Perkembangan pasar modal yang pesat sejak 1989 menunjukkan pasang
surut yang menggembirakan. Deregulasi yang dikeluarkan pemerintah dalam
bidang ekonomi maupun pasar modal pada khususnya. Pasar modal mempunyai
peranan yang penting dalam perekonomian suatu negara. Pasar modal diharapkan
dunia usaha memperoleh sebagian atau seluruh pembiayaan jangka panjang yang
diperlukan. Pasar modal merupakan lahan untuk mendapatkan modal investasi,
sementara investor pasar modal merupakan lahan untuk menginvestasikan
uangnya.
Setiap investor dalam mengambil keputusan investasi selalu dihadapkan
pada sejumlah alternatif apakah ia akan menginvestasikan dananya dalam bentuk
real asset atau melakukan investasi dalam bentuk financial asset. Investor
biasanya tidak ingin rugi atas investasinya karena mereka berinvestasi untuk
memperoleh keuntungan di masa yang akan datang sesuai yang diharapkan untuk
meningkatkan pendapatan mereka.
Putaran krisis ekonomi dan keuangan global pasca kehancurah Lehman
Brothers menimbulkan kekacauan dan kepanikan di pasar keuangan global,
termasuk melibas industri perbankan di Indonesia. Di berbagai negara, aliran dana
dan kredit terhenti, transaksi dan kegiatan ekonomi sehari-hari terganggu. Aliran
dana keluar (capital outflow) terjadi besar-besaran. Indonesia yang saat krisis
tidak memberlakukan penjaminan dana nasabah secara menyeluruh, menderita
Universitas Sumatera Utara
capital outflow lebih parah dibanding negara-negara tetangga yang menerapkan
penjaminan dana nasabah secara penuh (blankeet guarantee). Aliran dana keluar
itu membuat likuiditas di dalam negeri semakin kering dan bank-bank mengalami
kesulitan mengelola arus dananya.
Situasi krisis ketika itu sampai memukul bank-bank berskala besar. Pada
Oktober 2008, ada tiga bank besar BUMN yakni PT Bank Mandiri Tbk., PT Bank
BNI Tbk. dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk meminta bantuan likuiditas dari
Pemerintah masing-masing Rp 5 triliun. Total dana untuk menginjeksi ketiga
bank tersebut sebesar Rp 15 triliun. Dana tersebut bersumber dari uang
pemerintah yang berada di BI. Bantuan likuiditas itu dipakai untuk memperkuat
cadangan modal bank atau memenuhi komitmen kredit infrastruktur tanpa harus
terganggu likuiditasnya. Maksud bantuan likuiditas Pemerintah ini agar ketiga
bank pelat merah tadi tidak perlu mencari pinjaman dari luar negeri.
Meskipun pemerintah sudah memberi bantuan dan mengantisipasi masalah
yang terjadi, tetapi memberikan dampak yang cukup berarti terhadap harga saham
masing-masing bank bila dibandingkan dengan masa sebelum dan sesudah krisis.
NO
1
2
3
Emiten
BMRI
BBNI
BBRI
Tabel 1.1
Harga Saham Perbankan
Tahun
2007
2008
2009
3078
2609
3281
1963
1105
1424
3072
2755
3128
Keterangan
2010
5675
2730
4634
Berfluktuasi
Berfluktuasi
Berfluktuasi
Sumber : www.idx.co.id (data diolah)
Berdasarkan Tabel 1.1 diketahui bahwa bank-bank yang termasuk dalam
bank berskala besar yang terdiri dari Bank Mandiri (BMRI), Bank Negara
Indonesia (BBNI), dan Bank Rakyat Indonesia (BBRI) berfluktuasi. Pada tahun
Universitas Sumatera Utara
2008, dimana terjadi krisis ekonomi global yang mengakibatkan harga saham
ketiga bank tersebut mengalami penurunan yang besar.
Tetapi yang paling menderita adalah bank-bank menengah dan kecil yang
mengalami penurunan dana simpanan masyarakat. Dana itu lari ke luar negeri
atau bank-bank besar, bahkan yang menarik sampai ada yang menyimpan di safe
deposit box karena takut banknya ditutup. Kesulitan bank-bank menengah-kecil
itu semakin diperparah ketika salah satu sumber pendanaan yang biasanya sangat
diandalkan, yakni dana antarbank atau Pasar Uang Antar Bank (PUAB), berhenti
mengalir alias macet. Kenyataan pahit ini masih diperburuk lagi dengan
penurunan kualitas aset-aset yang dipegang bank. Hal ini pada akhirnya akan
memukul modal bank. Pasalnya, surat-surat berharga yang dikuasai bank seperti
SUN, nilainya merosot tajam (www.bi.go.id).
Perbankan merupakan salah satu sektor ekonomi yang paling penting
peranan nya dalam pembangunan ekonomi indonesia terutama dalam menghadapi
pasar bebas dan globalisasi, baik sebagai perantara antara sektor defisit dengan
sektor surplus dan menjalankan peranan nya sebagai lembaga kepercayaan
masyarakat (agen of trust)
maupun sebagai agen pembangunan (agent of
development).
Menurut Undang-Undang RI nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November
1998 tentang perbankan adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan nya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak. Aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang
Universitas Sumatera Utara
keuangan. Sehingga berbicara menenai bank tidak terlepas dari masalah
keuangan. Aktivitas perbankan yang pertama adalah menghimpun dana dari
masyarakat
luas yang dikenal dengan istilah Funding. Pengertian menghimpun
dana maksudnya adalah mengumpulkan atau mencari dana dengan cara membeli
dari masyarakat luas (Kasmir, 2008:25-26).
Bank yang telah menempati posisi sentral dalam perekonomian modern,
memenuhi keperluan setiap orang dan segenap lapisan masyarakat dalam kegiatan
perekonomian terkait dengan perbankan. Posisi yang stategis dalam bidang
ekonomi itu terutama berakar dari dua peranan pokok perbankan, yaitu sebagai
lembaga intermediasi serta penyelenggara dan penyedia layanan jasa-jasa
keuangan, lalu lintas pembayaran maupun jasa keuangan lainnya.
Dengan peranannya yang strategis dan dominan itu, bank telah menjadi
lembaga yang turut memengaruhi perkembangan perekonomian suatu negara.
Kesehatan bank di satu sisi dan kepiawaian bank mewujudkan kinerja yang
optimal pada sisi yang lain merupakan dua unsur yang saling menunjang
kesehatan perekonomian suatu negara. Namun demikian, dalam diri perbankan
terdapat beberapa aspek yang berperan besar bagi stabilitas dan pertumbuhan
perekonomian suatu negara.
Kedudukan perbankan yang sangat penting dalam perekonomian, ternyata
bank harus mengahadapi berbagai resiko yang mengahadang dalam kegiatan
operasional nya. Menurut Boedie et al (Utami dan Rahayu, 2003) menyatakan
bahwa faktor yang mempengarhuhi harga saham yaitu profitabilitas, suku bunga,
inflasi, nilai tukar, tingkat pengangguran, transaksi berjalan, dan defisit anggaran.
Universitas Sumatera Utara
Hampir semua investasi seperti saham, obligasi, deposito dan derivatif
mengandung unsur ketidakpastian (uncertainty) hal ini yang disebut risiko.
Menurut Haryanto dan Riyatno tahun 2007 dalam penelitiannya menyatakan
bahwa saham merupakan sekuritas yang memiliki tingkat risiko yang tinggi.
Terdapat dua jenis risiko yaitu risiko sistematis dan non-sistematis. Risiko
sistematis yaitu risiko yang tidak dapat dihilangkan (didiversifikasi). Apabila
risiko sistematis muncul, maka semua jenis saham terkena pengaruhnya sehingga
dalam satu jenis investasi atau lebih tidak dapat mengurangi kerugian.
Setiap investor harus mampu mengantisipasi dan menghadapi risiko dari
dana yang diinvestasikannya, disisi lain juga dihadapkan akan peluang return
yang tinggi maka harus bersedia menerima risiko yang tinggi juga (high risk high
return). Risiko yang paling sering dihadapi bank adalah risiko tingkat suku bunga
dan nilai tukar. Tingkat suku bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia) dinaikkan
yang mendorong kenaikan suku bunga bank yang semakin tinggi. Pemerintah
diminta pula untuk merealisasikan anggaran belanja yang berimbang dengan
menekan defisit anggaran belanja. Hasilnya nilai tukar rupiah jatuh lebih dari lima
kali dari nilai nya sebelum krisis. Inflasi membumbung tinggi. Perusahaanperusahaan di sektor rill menjadi default terhadap bank. Hal ini menyebabkan
kedua-dua nya baik perusahaan-perusahaan di sektor rill maupun perbankan
mengalami kesulitan likuiditas yang parah. Sungguh merupakan kesalahan IMF
yang parah yang tidak dapat dilupakan oleh bangsa Indonesia. (Mashyud,
2006:13-14).
Universitas Sumatera Utara
No
1
2
Indikator
Nilai Tukar
Suku Bunga
Tabel 1.2
Indikator Ekonomi
Tahun
2007
2008
2009
9178,47
9724,82
10487,21
8,60%
8,66%
7,15%
2010
9178,47
6,5%
2011
8701,47
6,58%
Sumber: www.bi.go.id (data diolah)
Berdasarkan Tabel 1.2 dapat diketahui bahwa nilai tukar dan suku bunga
mengalami fluktuasi dalam jangka waktu 5 tahun. Nilai tukar dan tingkat suku
bunga merupakan faktor dari risiko pasar (Market Risk) yang harus dihadapi oleh
perbankan. Risiko nilai tukar rupiah timbul sebagai akibat dari pergerakan yang
memburuk atas nilai tukar mata uang bekenaan dengan terjadi nya mismatch
antara receivables (tagihan) dan payable (kewajiban) valas, rate-related product
dan posisi long atau short atas product dan account mata uang valas yang terdapat
pada neraca bank (Mashyud, 2004:75).
Pada tahun 2008 yang lalu sebelum Lehman Brothers mengumumkan
kebangkrutannya, nilai tukar rupiah masih berada di level Rp 9.000/US$.
Memasuki pertengahan September, begitu terlansir berita Lehman Brother
bangkrut, gerak-gerik rupiah mulai berfluktuasi. Puncaknya, rupiah menembus
angka Rp 12.650 /US$ pada 24 Nopember 2008. Meroketnya nilai tukar rupiah
menembus angka psikologis (Rp10.000/dolar) yang membuat panik perusahaanperusahaan nasional yang masih mengandalkan bahan baku impor dan para
pemilik modal yang tergerus nilai nominal dana mereka yang telah membuat
harga-harga melambung tinggi. Kenaikkan harga barang-barang ini pun memicu
angka inflasi hingga sempat menyentuh 12,56% pada tahun 2008 (www.bi.go.id).
Universitas Sumatera Utara
Suku bunga adalah harga yang harus dibayar atas modal pinjaman, dan
dividen serta keuntungan modal yang merupakan hasil dari modal ekuitas. Suku
bunga di Indonesia mengalami fluktuasi selama 5 tahun terakhir. Pada tahun 2007
sebesar 8,6% meningkat ditahun 2008 sebesar 8,66%. Namun tahun 2009 dan
2010 mengalami penurunan menjadi 7,15% dan 6,5% dan tahun 2011 naik sedikit
menjadi 6,58%.
Risiko tingkat suku bunga adalah resiko yang ditimbulkan oleh terjadi nya
perubahan atas tingkat suku bunga yang berpengaruh buruk terhadap pendapatan
yang diterima atau pengeluaran biaya yang dikeluarkan oleh bank (Masyhud,
2004:74). Dalam sistem keuangan pasar bebas yang mapan maka turunnya suku
bunga tersebut dapat menyebabkan besaran nilai aset secara keseluruhan menjadi
lebih rendah dari jumlah utang bank kepada kreditor, termasuk utang nya kepada
masyarakat. Bank dalam menetapkan tingkat suku bunga kredit dan tabungan
mengacu pada suku bunga yang telah ditetapkan oleh pemerintah yaitu BI rate. BI
rate merupakan suku bunga tenor satu bulan yang diumumkan oleh bank
indonesia secara periodik yang berfungsi sebagai sinyal (stance) kebijakan
moneter. Secara sederhana, BI rate merupakan indikasi level suku bunga jangka
pendek yang diinginkan Bank Indonesia dalam upaya mencari target inflasi.
Berdasarkan fenomena yang telah dipaparkan, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul :”Analisis Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai
Tukar, dan Suku Bunga Terhadap Harga Saham pada Perusahaan
Perbankan di BEI”.
Universitas Sumatera Utara
1.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah :
“Apakah ada pengaruh risiko sistematis, nilai tukar,
dan suku bunga
terhadap harga saham perusahaan perbankan di BEI?”
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh dari risiko
sistematis, nilai tukar, dan suku bunga terhadap harga saham perusahaan
perbankan di BEI.
1.4
Manfaat Penelitian
a. Bagi penulis
Penelitian ini berguna sebagai wawasan dalam hal dunia perbankan, sehingga
dapat mengaplikasikannya melalui beberapa teori-teori yang sudah
dibahas.
b. Bagi Perusahaan Perbankan
Hasil dari penelitan yang dilakukan dapat menjadi acuan dalam pengambilan
keputusan.
c. Bagi Pihak Lain
Sebagai literatur bahan bacaan yang dapat digunakan dalam peningkatan
wawasan perbankan.
Universitas Sumatera Utara
Download