pengaruh model pembelajaran dan bentuk penilaian portofolio

advertisement
Jurnal Ilmiah Kopertis Wilayah IV
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN BENTUK PENILAIAN
PORTOFOLIO BERBASIS KELAS SERTA JENIS SEKOLAH TERHADAP
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA
Sri Hartini
FKIP-Universitas Wiralodra
ABSTRACT - This study is aimed at detecting existence or nonexistence of the effects of the
class-based portfolio assessment and learning design and of school type on the student
capability for the mathematic problem solving at Elementary School and Islam School of
Ibtidaiyah in Indramayu. Method used is experimental, while design used is treatment by
factorial 2x2x2. The research hypothesis was examined by using three-way variant analysis
(ANAVA). The results of the study concluded that: (1) mathematics solving skills in
elementary school and madrasah ibtidaiyah student groups might be improved as both
learning design of quantum teaching and portfolio evaluation of presentation are
administered, (2) mathematics solving skills in elementary school student group might be
improved as both learning design of think pair share and portfolio evaluation of presentation
are administered, (3) mathematics solving skills in madrasah ibtidaiyah student group might
be improved as both learning design of think pair share and portfolio evaluation of document
are administered, (4) mathematics solving skills in elementary school student group might be
improved as both learning design of quantum teaching and portfolio evaluation of document
are administered.
Keywords: learning design, portfolio assessment design, type of school, and capability for the
mathematic problem solving.
ABSTRAK - Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model
pembelajaran dan bentuk penilaian portofolio berbasis kelas serta jenis sekolah terhadap
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah di
Indramayu. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen. Sedangkan desain yang
digunakan adalah treatment by factorial 2x2x2. Hipotesis penelitian diuji dengan
menggunakan analisis varian (ANAVA) tiga jalan. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa; (1)
kemampuan pemecahan masalah matematika kelompok siswa sekolah dasar maupun
kelompok siswa madrasah ibtidaiyah dapat meningkat pada pemberian model pembelajaran
quantum teaching dan pemberian bentuk penilaian portofolio tampilan, (2) kemampuan
pemecahan masalah matematika kelompok siswa sekolah dasar dapat meningkat pada
pemberian model pembelajaran think pair share dan pemberian bentuk penilaian tampilan,
(3) kemampuan pemecahan masalah matematika kelompok siswa madrasah ibtitaiyah dapat
meningkat pada pemberian model pembelajaran think pair share dan pemberian bentuk
penilaian dokumen, (4) kemampuan pemecahan masalah matematika kelompok siswa sekolah
dasar dapat meningkat pada pemberian model pembelajaran quantum teaching dan pemberian
bentuk penilaian portofolio dokumen.
Kata kunci: model pembelajaran, bentuk penilaian portofolio, jenis sekolah dan kemampuan
pemecahan masalah matematika.
150
Tekno Efisiensi Vol.2 No. 2 Agustus 2017
PENDAHULUAN
Penyelenggaraan pendidikan di sekolah diwujudkan dalam bentuk interaksi proses
pembelajaran yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik. Dalam
konteks penyelenggaraan ini, guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara
sistematis dan berpedoman pada seperangkat aturan dan rencana tentang pendidikan yang
dikemas dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berdasarkan pada
kurikulum. Konsep ini didukung oleh Husamah dan Setyaningrum (2013: viii) yang
mengungkapkan langkah tepat yang harus dilakukan oleh guru untuk menyongsong
implementasi Kurikulum 2013 adalah dengan mempelajari, memahami dan selanjutnya
mempraktekkan Desain Pembelajaran Berorientasi Pencapaian Kompetensi atau dikenal
dengan Desain Sistem Instruksional Berorientasi Pencapaian Kompetensi (DSI-PK). DSI-PK
adalah gambaran proses rancangan sistematis tentang pengembangan pembelajaran baik
mengenai proses maupun bahan pembelajaran yang sesuai kebutuhan dalam upaya
pencapaian kompetensi. Untuk implementasi kurikulum pada Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah (SD/MI), dilakukan secara bertahap mulai tahun pelajaran 2013/2014.
Kemampuan pemecahan masalah merupakan suatu kompetensi yang harus dikuasai siswa
pada pembelajaran matematika, yang memungkinkan siswa memperoleh pengalaman
menggunakan pengetahuan serta ketrampilan yang bersifat tidak rutin. Hal senada
dikemukakan oleh Ormrod (2009: 393) bahwa pemecahan masalah adalah menggunakan
pengetahuan dan keterampilan untuk menjawab pertanyaan yang belum terjawab dan situasi
yang sulit. Selanjutnya Solso dkk. (2005: 437) menambahkan bahwa pemecahan masalah
diuraikan menjadi enam tahapan yaitu: identification the problem, representation of the
problem, planning the solution, execute the plan, evaluate the plan, and evaluate the solution.
Sejalan dengan pendapat tersebut menurut Hendriana dan Soemarmo (2014: 22) proses
pemecahan masalah matematika berbeda dengan proses menyelesaikan soal matematika.
Perbedaan tersebut terkandung dalam istilah masalah dan soal. Menyelesaikan soal atau tugas
matematika belum tentu sama dengan memecahkan masalah matematika. Apabila suatu tugas
matematika dapat segera ditemukan cara menyelesaikannya, maka tugas tersebut termasuk
pada tugas rutin dan bukan merupakan masalah. Suatu tugas matematika digolongkan sebagai
masalah matematika apabila tidak dapat segera diperoleh cara menyelesaikannya namun harus
melalui beberapa kegiatan lainnya yang relevan. Pendapat tersebut hampir sama seperti yang
dikatakan Polya yang dikutip Margono (2007: 45) juga mengemukakan bahwa, ada empat
tahapan pada pemecahan masalah matematika yaitu memahami masalah, merancang
pemecahan masalah, menyelesaikan masalah, memeriksa kembali hasil. Oleh karena itu
pemecahan masalah merupakan suatu tingkat aktivitas intelektual yang tinggi, dimana siswa
didorong dan diberi kesempatan untuk berinisiatif dalam menghadapi suatu masalah. Adapun
salah satu tujuan belajar matematika adalah mengembangkan kemampuan pemecahan
masalah. Beberapa kegiatan dalam proses pemecahan masalah matematka menurut
Hendriana dan Soemarmo (2014: 22) yaitu: mengidentifikasi kecukupan unsur untuk
peyelesaian masalah, memilih dan melaksanakan strategi untuk menyelesaikan masalah,
melaksanakan perhitungan, dan menginterpretasi solusi terhadap masalah semula serta
memeriksa kebenaran solusi. Selanjutnya masalah menurut Shadiq (2014: 104) merupakan
pertanyaan yang menuntut untuk dijawab atau direspon, akan tetapi tidak semua pertanyaan
akan merupakan suatu masalah. Suatu pertanyaan akan menjadi masalah hanya jika
pertanyaan itu menunjukkan adanya tantangan (challenge) yang tidak dapat dipecahkan oleh
suatu prosedur rutin (routine procedure) yang sudah diketahui si pelaku. Seperti yang
dinyatakan Cooney, et al. (2014: 104) yang dikutip Shadiq, ”..for a question to be a problem,
Tekno Efisiensi Vol.2 No. 2 Agustus 2017
151
it must present a challenge that cannot be resolved by some routine prosedure known to the
student”.
Peran matematika di dalam kehidupan mulai dari aktifitas sehari-hari sampai dengan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sangatlah penting. Perkembangan
IPTEK yang pesat menuntut peningkatan penguasaan kemampuan matematika bagi warga
masyarakat. Hadi (2005: 5) menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi yang
dicapai saat ini banyak ditunjang oleh penemuan matematika. Selanjutnya Wijaya (2012: 2)
mengungkapkan pencapaian siswa Indonesia dalam PISA (Programme for International
Student Assessment) Matematika sangatlah rendah dan dengan menggunakan hasil PISA
tersebut dapat dipakai untuk memperbaiki kualitas pendidikan serta melakukan refleksi atas
praktek pembelajaran matematika yang selama ini kita lakukan. Seperti yang dikatakan oleh
Suriasumantri (2009: 203) bagi dunia keilmuan matematika mempunyai peran sebagai bahasa
simbolik yang memungkinkan terwujudnya komunikasi yang cermat dan tepat, sehingga
dalam hubungannya dengan komunikasi ilmiah mempunyai peran ganda, yaitu sebagai ratu
dan sebagai pelayan ilmu.
Selanjutnya menurut Wittgenstein yang dikutip oleh Suriasumantri (2009: 199)
menyatakan bahwa matematika adalah metode berpikir logis, sehingga dalam menghadapi
masalah logika yang semakin lama semakin rumit dan membutuhkan struktur analisis yang
lebih sempurna, maka logika berkembang menjadi matematika. Mengingat pentingnya
pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika tersebut maka masalah yang diberikan
kepada siswa untuk diselesaikannya harus sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual
dan latar belakang pengetahuannya. Seperti yang dikatakan Hudojo (1988: 84) bahwa berpikir
matematika merupakan kegiatan mental yang tinggi. Karena itu berpikir matematika akan
menyangkut struktur mental, yaitu dengan sasaran kepada hubungan, pola, bentuk dan
struktur. Dan menurut Johnson dan Rising (1987: 126), matematika adalah pola berpikir, pola
mengorganisasikan, pembuktian yang logik, dan bahasa yang digunakan dengan istilah yang
didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat. Selanjutnya menurut Soedjadi (2000: 13),
matematika ditinjau dari obyeknya jelas bukanlah merupakan benda konkrit, tetapi berupa
benda pikiran yang abstrak yang diklasifikasikan menjadi fakta, konsep, operasi ataupun
relasi, dan prinsip. Menurut para ahli pendidikan matematika yang dikutip oleh Shadiq (2014:
xii), matematika adalah ilmu yang membahas pola atau keteraturan (pattern) dan tingkatan
(order). Hal ini menunjukkan bahwa guru matematika harus memfasilitasi siswanya untuk
belajar berpikir melalui keteraturan (pattern) yang ada. Sejalan dengan pendapat tersebut
menurut Hendriana dan Soemarmo (2014: 22) proses pemecahan masalah matematika
berbeda dengan proses menyelesaikan soal matematika. Perbedaan tersebut terkandung dalam
istilah masalah dan soal. Menyelesaikan soal atau tugas matematika belum tentu sama dengan
memecahkan masalah matematika. Apabila suatu tugas matematika dapat segera ditemukan
cara menyelesaikannya, maka tugas tersebut termasuk pada tugas rutin dan bukan merupakan
masalah.
Pembelajaran quantum teaching merupakan model pembelajaran dengan karakteristik
umum yang dapat memantapkan dan menguatkan sosialnya. Prinsip quantum teaching yang
dikemukan oleh DePorter, et.al.(2002: 7-8), ada lima prinsip yaitu: 1) Segalanya berbicara;
2) Segalanya bertujuan; 3) Pengalaman sebelum pemberian nama; 4) Akui setiap usaha;dan 5)
Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan. Selanjutnya DePorter, et al.(2002: 81),
menambahkan bahwa quantum teaching berfokus pada hubungan yang dinamis dalam
lingkungan kelas dengan interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka untuk belajar.
152
Tekno Efisiensi Vol.2 No. 2 Agustus 2017
Model pembelajaran Think Pair Share menurut Hamdayama (2014: 81) adalah salah satu
metode pembelajaran kooperatif terdiri atas tiga tahapan, yaitu thinking, pairing, dan sharing.
Dalam hal ini guru tidak lagi sebagai satu-satunya sumber pembelajaran (teacher oriented),
tetapi justru siswa dituntut untuk dapat menemukan dan memahami konsep-konsep baru
(student oriented).
Selanjutnya dijelaskan oleh Suprijono (2010: 91), Think Pair Share diawali dari
”Thinking” yaitu guru mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait dengan pelajaran untuk
dipikirkan oleh siswa, kemudian memberikan kesempatan untuk memikirkan jawabannya.
Selanjutnya ”Pairing” yaitu meminta siswa untuk berpasang-pasangan, kemudian memberi
kesempatan untuk berdiskusi dengan pasangannya untuk memperdalam makna dari jawaban
yang telah dipikirkannya. Berikutnya ”Sharing” yaitu tanya jawab yang mendorong pada
pengonstruksian pengetahuan secara integratif.
Dapat dikatakan bahwa model pembelajaran Think Pair Share atau berpikir berpasangan
merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi
siswa. Selain itu, Think Pair Share juga dapat memperbaiki rasa percaya diri karena semua
siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas.
Penilaian portofolio menurut Popham (1995: 163) merupakan penilaian secara
berkesinambungan dengan metode pengumpulan informasi atau data secara sistematik atas
hasil pekerjaan siswa dalam kurun waktu tertentu. Selanjutnya menurut Fosters dan Masters
yang dikutip oleh Surapranata (2006: 7) membedakan penilaian portofolio kedalam tiga
bentuk, yaitu: portofolio kerja (working portfolio), portofolio penampilan (show portfolio),
dan portofolio dokumentasi (documentary portfolio), sedangkan Butler dan McMunn (2006:
66) menyatakan beberapa tipe portofolio yaitu: best work, memorabilia, growth, skill, dan
assessment proficiency, or promotion portfolio. Menurut Cole, Ryan, dan Kick (1995: 177)
mengelompokkan jenis portofolio ke dalam dua jenis, yaitu: portofolio proses dan portofolio
produk. Portofolio produk dibagi menjadi portofolio tampilan dan portofolio dokumen.
Menurut Surapranata (2006): 15) portofolio tampilan digunakan untuk tujuan seperti
seleksi, sertifikasi, maupun penilaian kelas. Portofolio tampilan ini juga dijelaskan oleh Cole,
Ryan,dan Kick (1995: 179) sebagai sekumpulan hasil kerja siswa atau dokumen yang
terseleksi yang dipersiapkan untuk ditampilkan di depan umum.
Adapun penilaian portofolio dokumentasi menurut Surapranata (2006: 13) adalah koleksi
hasil kerja siswa yang khusus digunakan untuk penilaian, atau koleksi dari sekumpulan hasil
kerja siswa selama kurun waktu tertentu.. Selanjutnya menurut Arifin (2009: 211) isi
portofolio harus menyajikan suatu bukti yang berkaitan dengan kompetensi dasar dan
indikator pencapaian kemampuan pemecahan masalah matematika yang telah ditentukan.
Model-model pembelajaran dan bentuk-bentuk penilaian portofolio tersebut diatas
diterapkan pada sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah terhadap kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa. Setiap model pembelajaran dan bentuk penilaian portofolio
tersebut belum tentu cocok dengan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
sekolah dasar ataupun madrasah ibtidaiyah. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk
mengkaji pengaruh penerapan model pembelajaran dan bentuk penilaian portofolio berbasis
kelas terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan adalah metode eksperimen. Variabel penelitian terdiri dari dua
variabel, yakni: variabel terikat yaitu kemampuan pemecahan masalah matematika, dan
Tekno Efisiensi Vol.2 No. 2 Agustus 2017
153
variabel bebas yang terdiri dari variabel perlakuan yaitu pembelajaran dan variabel atribut
penilaian dan jenis sekolah . Model pembelajaran diklasifikasikan dalam pembelajaran
quantum teaching dan pembelajaran thing pair share, bentuk penilaian diklasifikasikan dalam
bentuk penilaian portofolio tampilan dan bentuk penilaian portofolio dokumen serta jenis
sekolah diklasifikasikan pada sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah.
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain treatment by faktorial 2x2x2.
Desain ini dipilih untuk menyediakan gambaran jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan
penelitian dari tiga perlakuan yang berbeda, yaitu perlakuan pembelajaran dan perlakuan
teknik penilaian serta jenis sekolah terhadap delapan kelompok perlakukan. Antara kelompok
sampel dibentuk berdasarkan tiga faktor dalam treatment by faktorial design. Delapan
kelompok yang dimaksud adalah: 1) kelompok siswa sekolah dasar yang diberikan model
pembelajaran quantum teaching dan penilaian portofolio tampilan, 2) kelompok siswa
madrasah ibtidaiyah yang diberikan model pembelajaran quantum teaching dan penilaian
portofolio tampilan, 3) kelompok siswa sekolah dasar yang diberikan model pembelajaran
quantum teaching dan penilaian portofolio dokumen, 4) kelompok siswa madrasah ibtidaiyah
yang diberikan model pembelajaran quantum teaching dan penilaian portofolio dokumen, 5)
kelompok siswa sekolah dasar yang diberikan model pembelajaran think pair share dan
penilaian portofolio tampilan, 6) kelompok siswa madrasah ibtidaiyah yang diberikan model
pembelajaran think pair share dan penilaian portofolio tampilan,7) kelompok siswa sekolah
dasar yang diberikan model pembelajaran think pair share dan penilaian portofolio
dokumen, dan 8) kelompok siswa madrasah ibtidaiyah yang diberikan model pembelajaran
think pair share dan penilaian portofolio dokumen. Desain tersebut pada tabel berikut.
Tabel 1. Desain Penelitian
Quantum Teaching (A1)
Think Pair Share (A2)
P.Tampilan (B1)
P.Dokumen (B2)
P.Tampilan (B1)
P.Dokumen (B2)
SD (C1)
MI (C2)
SD (C1)
MI (C2)
SD (C1)
MI (C2)
SD (C1)
MI (C2)
A1B1C1
A1B1C2
A1B2C1
A1B2C2
A2B1C1
A2B1C2
A2B2C1
A2B2C2
Delapan kelompok pembelajaran ini diajar sekaligus dinilai oleh delapan orang guru
mata pelajaran matematika yang berbeda dengan latar pendidikannya sama. Delapan orang
guru, dimana masing-masing empat guru yang mengajar pelajaran matematika di sekolah
dasar dan empat guru yang mengajar pelajaran matematika di madrasah ibtidaiyah.
Pengambilan sekolah sebagai kelas penelitian menggunakan teknik Stratified Random
Sampling. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif,
analsis terhadap uji persyaratan, dan pengujian hipotesis statistik. Analisis deskrpitif
dilakukan untuk memberikan gambaran data seperti apa adanya, berupa data mentah dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi serta gambaran visualisasinya dengan gambar grafik
histogram. Pengolahan data mentah dari hasil penelitian menggunakan perhitungan manual
dengan bantuan komputer program Micrsoft Excel 2007. Dari pengolahan data mentah
tersebut diketahui nilai masing-masing, yaitu rata-rata, standar deviasi, range, nilai minimum,
nilai maksimum Hipotesis statistik dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan teknik
Analisis Varian (ANAVA) Tiga Jalan Desain dengan tujuan untuk menguji main effect,
interaction effect, dan Simple Effect. Jika Fo > Ftabel pada taraf signifikan α = 0,05 dengan db
yang sesuai, maka H0 ditolak, sedang jika Fo < Ftabel maka H0 diterima.
154
Tekno Efisiensi Vol.2 No. 2 Agustus 2017
HASIL PENELITIAN
Hasil analisis menggambarkan deskripsi kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa dengan rekapitulasi analisis statistik berikut.
Statistik
n
x
s
Tabel 2 Rekapitulasi Analisis Statistik Deskriptif
Quantum Teaching
Think Pair Share
P. Tampilan
P.Dokumen
P. Tampilan
SD
MI
SD
MI
SD
MI
10
10
10
10
10
10
79,8
73
70,7
51,6
72,2
60,6
11,2
8,4
11,4
20,2
10,4
7,1
P.Dokumen
SD
MI
10
10
61,7
73,3
20,3
17,6
Adapun pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis varian (ANAVA)
tiga jalan yang dilanjutkan dengan uji-t.
1) Fhitung = 0,35 < Ftabel = 3,97 pada α = 0,05 dan Ftabel = 7,00 pada α = 0,01, maka H0 diterima.
Artinya tidak terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika kelompok
siswa yang diberi model pembelajaran quantum theaching dengan kelompok siswa yang
diberi model pembelajaran think pair share. Ketidak ada perbedaan ini ditunjukkan dengan
nilai rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika kelompok siswa yang diberi
model pembelajaran quantum teaching sebesar 68,78 dan nilai rata-rata kemampuan
pemecahan masalah matematika kelompok siswa yang diberi model pembelajaran think pair
share sebesar 66,95. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan
masalah matematika kelompok siswa yang diberi model pembelajaran quantum teaching tidak
lebih tinggi dari kemampuan pemecahan masalah matematika kelompok siswa yang diberi
model pembelajaran think pair share. 2) Fhitung lebih besar dari Ftabel (Fhitung = 5,22 > Ftabel =
3,97 pada α =0,05 dan Ftabel = 7,00 pada α = 0,01). Ini menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika kelompok siswa yang diberi
penilaian portofolio tampilan dengan kemampuan pemecahan masalah matematika kelompok
siswa yang diberi penilaian portofolio dokumen. Hasil pengujian hipotesis tersebut
menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika kelompok siswa yang
diberi penilaian portofolio tampilan lebih tinggi dari kemampuan pemecahan masalah
matematika kelompok siswa yang diberi penilaian portofolio dokumen. 3) Fhitung interaksi AB
lebih besar dari Ftabel (Fhitung = 6,97 > Ftabel = 3,97 pada α = 0,05 dan Ftabel = 7,00 pada α =
0,01). Ini mempunyai arti bahwa terdapat pengaruh interaksi yang signifikan antara model
pembelajaran dan bentuk penilaian portofolio terhadap kemampuan pemecahan masalah
matematika. 4) Fhitung interaksi AC lebih besar dari Ftabel (Fhitung = 4,37 > Ftabel = 3,97 pada α =
0,05 dan Ftabel = 7,00 pada α = 0,01). Ini mempunyai arti bahwa terdapat pengaruh interaksi
yang signifikan antara model pembelajaran dan jenis sekolah terhadap kemampuan
pemecahan masalah matematika.
5) Fhitung interaksi BC lebih kecil dari Ftabel (Fhitung = 0,09 < Ftabel = 3,97 pada α = 0,05 dan
Ftabel = 7,00 pada α = 0,01). Ini mempunyai arti bahwa tidak terdapat pengaruh interaksi yang
signifikan antara bentuk penilaian portofolio dan jenis sekolah terhadap kemampuan
pemecahan masalah matematika. 6) Fhitung interaksi ABC lebih besar dari Ftabel (Fhitung = 8,21 >
Ftabel = 3,97 pada α = 0,05 dan Ftabel = 7,00 pada α = 0,01). Ini mempunyai arti bahwa
terdapat pengaruh interaksi yang signifikan antara model pembelajaran, bentuk penilaian
portofolio dan jenis sekolah terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika. 7) thitung
lebih kecil dari ttabel (thitung = 1,23 < ttabel = 1,694 pada α = 0,05 Ini menujukkan bahwa khusus
Tekno Efisiensi Vol.2 No. 2 Agustus 2017
155
kelompok siswa sekolah dasar yang diberi penilaian portofolio tampilan, tidak terdapat
perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika kelompok siswa yang diberi model
pembelajaran quantum teaching dengan kemampuan pemecahan masalah matematika
kelompok siswa yang diberi model pembelajaran think pair share. 8) thitung lebih besar dari
ttabel (thitung = 2,0 > ttabel = 1,694 pada α = 0,05 Ini menujukkan bahwa khusus kelompok siswa
madrasah ibtidaiyah yang diberi penilaian portofolio tampilan,
terdapat perbedaan
kemampuan pemecahan masalah matematika kelompok siswa yang diberi model
pembelajaran quantum teaching dengan kemampuan pemecahan masalah matematika
kelompok siswa yang diberi model pembelajaran think pair share. 9) thitung lebih kecil dari
ttabel (thitung = 1,45 < ttabel = 1,694 pada α = 0,05 Ini menujukkan bahwa khusus kelompok siswa
sekolah dasar yang diberi penilaian portofolio dokumen, tidak terdapat perbedaan kemampuan
pemecahan masalah matematika kelompok siswa yang diberi model pembelajaran quantum
teaching dengan kemampuan pemecahan masalah matematika kelompok siswa yang diberi
model pembelajaran think pair share. 10) thitung lebih besar dari ttabel (thitung = 3,5 > ttabel =
1,694 pada α = 0,05 Ini menujukkan bahwa khusus kelompok siswa madrasah ibtidaiyah yang
diberi penilaian portofolio dokumen, terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah
matematika kelompok siswa yang diberi model pembelajaran quantum teaching dengan
kemampuan pemecahan masalah matematika kelompok siswa yang diberi model
pembelajaran think pair share. 11) thitung lebih kecil dari ttabel (thitung = 1,47 < ttabel = 1,694
pada α = 0,05 Ini menujukkan bahwa khusus kelompok siswa sekolah dasar yang diberi
model pembelajaran quantum teaching, tidak terdapat perbedaan kemampuan pemecahan
masalah matematika kelompok siswa yang diberi penilaian portofolio tampilan dengan
kemampuan pemecahan masalah matematika kelompok siswa yang diberi penilaian portofolio
dokumen. 12) thitung lebih kecil dari ttabel (thitung = 3,46 > ttabel = 1,694 pada α = 0,05 Ini
menujukkan bahwa khusus kelompok siswa madrasah ibtidaiyah yang diberi model
pembelajaran quantum teaching, terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah
matematika kelompok siswa yang diberi penilaian portofolio tampilan dengan kemampuan
pemecahan masalah matematika kelompok siswa yang diberi penilaian portofolio dokumen.
13) thitung lebih besar dari ttabel (thitung = 1,695 > ttabel = 1,694 pada α = 0,05 Ini menujukkan
bahwa khusus kelompok siswa sekolah dasar yang diberi model pembelajaran think pair
share, terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika kelompok siswa yang
diberi penilaian portofolio tampilan dengan kemampuan pemecahan masalah matematika
kelompok siswa yang diberi penilaian portofolio dokumen. 14) thitung lebih besar dari ttabel
(thitung = 2,05 > ttabel = 1,694 pada α = 0,05 Ini menujukkan bahwa khusus kelompok siswa
madrasah ibtidaiyah yang diberi model pembelajaran think pair share, terdapat perbedaan
kemampuan pemecahan masalah matematika kelompok siswa yang diberi penilaian portofolio
tampilan dengan kemampuan pemecahan masalah matematika kelompok siswa yang diberi
penilaian portofolio dokumen.
PEMBAHASAN
Hasil peneltian ini memperlihatkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika
kelompok siswa yang diberi penilaian portofolio tampilan lebih tinggi dari kemampuan
pemecahan masalah matematika kelompok siswa yang diberi penilaian portofolio dokumen.
Kemudian kemampuan pemecahan masalah siswa yang dinilai dengan portofolio tampilan
juga lebih tinggi pada pembelajaran quantum teaching dari pada pembelajaran thing pair
share. Kelebihan portofolio tampilan adalah siswa memperesentasikan hasil kerjanya di depan
guru dan siswa lainnya. Pada portofolio tampilan kemempuan-kemampuan tersebut dapat
dikembangkan karena siswa pada portofolio ini diberi kesempatan untuk mendemonstrasikan
156
Tekno Efisiensi Vol.2 No. 2 Agustus 2017
kemampuannya dalam menyelesaikan masalah di depan guru dan siswa yang lainnya. Pada
portofolio dokumen siswa tidak memperoleh kesempatan tersebut. Sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Sukmawati (2014: 219) bahwa kemampuan pemecahan masalah
matematika kelompok siswa yang diberi penilaian portofolio tampilan lebih tinggi dari
kemampuan pemecahan masalah matematika kelompok siswa yang diberi penilaian portofolio
dokumen.
Kemampuan pemecahan masalah matematika kelompok siswa yang diberikan model
pembelajaran quantum teaching lebih tinggi dari model pembelajaran think pair share pada
kelompok siswa madrasah ibtidaiyah yang diberi penilaian portofolio tampilan. Model
pembelajaran quantum teaching ini merupakan model pembelajaran yang ideal, karena
menekankan kerjasama antar siswa dan guru untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini
menunjukkan bahwa pembelajaran quantum teaching menekankan kegiatannya pada
pengembangan potensi siswa secara optimal melalui cara-cara yang sangat manusiawi, yaitu
mudah, menyenangkan, dan memberdayakan. Hasil penelitian Murni, dkk. (2013: ii)
menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Quantum Teaching tipe TANDUR dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Matematika di kelas IV. Hal ini senada
dengan Prasetyani, dkk. (2012: 2) dalam penelitiannya menyatakan bahwa terdapat perbedaan
hasil belajar siswa antara penggunaan model quantum teaching dan metode konvensional
dimana siswa yang memperoleh pembelajaran quantum teaching mendapatkan nilai hasil
belajar yang baik. Kemampuan pemecahan masalah matematika kelompok siswa yang
diberikan model pembelajaran quantum teaching lebih rendah dari model pembelajaran think
pair share pada kelompok siswa madrasah ibtidaiyah yang diberi penilaian portofolio
dokumen. Ini terlihat bahwa pada pembelajaran think pair share di madrasah ibtidaiyah dapat
bekerja sama dalam tim, karena siswa dituntut untuk dapat belajar berempati, menerima
pendapat orang lain atau mengakui secara sportif jika pendapatnya tidak diterima. Penelitian
terkait dengan think pair share sebagai model pembelajaran yang dilakukan oleh Nataliasari
(2014: 3) menunjukkan bahwa: peningkatan kemampuan penalaran dan pemecahan masalah
matematis siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe think pair share lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran
konvensional. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan Husna, dkk. (2013: 1) bahwa
peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh model
pembelajaran kooperatif tipe think pair share lebih baik daripada siswa yang memperoleh
pembelajaran konvensional, ditinjau dari keseluruhan siswa dan peringkat siswa tinggi dan
peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh model pembelajaran
kooperatif tipe think pair share lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran
konvensional, ditinjau dari keseluruhan siswa dan peringkat siswa tinggi dan sedang.
Kemampuan pemecahan masalah matematika kelompok siswa yang diberikan penilaian
portofolio tampilan lebih rendah dari kelompok siswa yang diberikan penilaian portofolio
dokumen pada kelompok siswa madrasah ibtidaiyah yang diberi model pembelajaran think
pair share.
Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran quantum teaching menekankan kegiatannya
pada pengembangan potensi siswa secara optimal melalui cara-cara yang sangat manusiawi,
yaitu mudah, menyenangkan, dan memberdayakan. Pembelajaran quantum teaching yang
diterapkan di kelas merupakan analogi dengan kegiatan yang melibatkan setiap siswa dalam
pembelajaran kelompok dalam menyelesaikan tugas belajarnya, sehingga mendorong setiap
siswa mngekspresikan kemampuannnya melalui pemecahan masalah soal-soal yang
dikerjakan. Oleh karena itu, proses pembelajaran yang melibatkan sikap, nilai, dan keyakinan
Tekno Efisiensi Vol.2 No. 2 Agustus 2017
157
siswa ini diharapkan dapat mengarahkan pada kesadaran melalui keterlibatan spontan siswa
dalam proses pembelajaran.
Pada penilaian portofolio tampilan siswa mempunyai motivasi untuk berbuat lebih baik
dan berusaha untuk mengerjakan secara maksimal karena hasil kerjanya akan ditampilkan dan
akan ditanggapi oleh siswa lain. Portofolio tampilan ini juga dijelaskan oleh Cole, Ryan,dan
Kick (1995: 179) sebagai sekumpulan hasil kerja siswa atau dokumen yang terseleksi yang
dipersiapkan untuk ditampilkan di depan umum, seperti misalnya mempertanggungjawabkan
suatu proyek, menyelenggarakan pameran atau mempertahankan suatu konsep. Berdasarkan
hasil pengamatan, siswa sangat antusias pada penilaian portofolio tampilan. Siswa
mempersiapkan hasil kerjanya yang akan mereka tampilkan dengan sungguh-sungguh, mulai
dari materi persoalannya, kesesuaian pemecahan masalah yang dibahas sampai pada saat
presentasi mereka secara bergantian ingin menampilkan kemampuannya didepan kelas.
Seperti yang dikemukakan Surapranata (2006: 13) portofolio dokumentasi adalah koleksi
hasil kerja siswa yang khusus digunakan untuk penilaian, atau koleksi dari sekumpulan hasil
kerja siswa selama kurun waktu tertentu. Portofolio dokumen tidak hanya berisi hasil kerja
siswa, tetapi semua proses yang digunakan oleh siswa untuk menghasilkan karya tertentu,
juga berisi berbagai macam draf dan komentar siswa tentang hasil karya dari proses sampai di
hasilkannya karya tersebut.
Pada penilaian portopolio dokumen pada dasarnya merupakan proses kerja siswa terhadap
pekerjaan siswa secara individu untuk melihat perkembangan kemampuannya terhadap mata
pelajaran matematika pada setiap satu kompetensi dasar. Pada penilaian portofolio dokumen
siswa mendokumenkan hasil kerjanya pada suatu folder. Hasil kerja siswa tersebut berupa
hasil kerja yang berupa tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Pada penilaian portofolio
dokumen ini siswa diberi kesempatan untuk melakukan refleksi terhadap hasil kerjanya.
Refleksi ini dimaksudkan untuk membuat siswa dapat memikirkan tentang cara siswa
memecahkan masalahnya. Namun pada penilaian portofolio dokumen ini siswa tidak dapat
maksimal dalam melakukan refleksi terhadap pemecahan masalahnya, karena pada portofolio
dokumen ini hanya mendokumenkan hasil kerjanya yang hanya akan digunakan sebagai bukti
untuk penilaian. Berdasarkan hasil pengamatan, siswa sangat antusias pada penilaian
portofolio tampilan. Siswa mempersiapkan hasil kerjanya yang akan mereka tampilkan
dengan sungguh-sungguh, mulai dari materi persoalannya, kesesuaian pemecahan masalah
yang dibahas sampai pada saat presentasi mereka secara bergantian ingin menampilkan
kemampuannya didepan kelas.
KESIMPULAN
Temuan yang diperoleh pada penelitian ini adalah kemampuan pemecahan masalah
matematika kelompok siswa yang diberi penilaian portofolio tampilan lebih tinggi dari
kelompok siswa yang diberi penilaian portofolio dokumen, kemudian terdapat pengaruh
interaksi yang signifikan antara model pembelajaran dan bentuk penilaian portofolio terhadap
kemampuan pemecahan masalah matematika, dan terdapat pengaruh interaksi yang signifikan
antara model pembelajaran dan jenis sekolah terhadap kemampuan pemecahan masalah
matematika, serta terdapat pengaruh interaksi yang signifikan antara model pembelajaran,
bentuk penilaian portofolio dan jenis sekolah terhadap kemampuan pemecahan masalah
matematika.
Pada kelompok siswa madrasah ibtidaiyah yang diberi penilaian portofolio tampilan,
kemampuan pemecahan masalah matematika kelompok siswa yang diberikan model
pembelajaran quantum teaching lebih tinggi dari model pembelajaran think pair share,
158
Tekno Efisiensi Vol.2 No. 2 Agustus 2017
kemudian pada kelompok siswa madrasah ibtidaiyah yang diberi penilaian portofolio
dokumen, kemampuan pemecahan masalah matematika kelompok siswa yang diberikan
model pembelajaran quantum teaching lebih rendah dari model pembelajaran think pair
share, dan pada kelompok siswa madrasah ibtidaiyah yang diberi model pembelajaran
quantum teaching, kemampuan pemecahan masalah matematika kelompok siswa yang
diberikan penilaian portofolio tampilan lebih tinggi dari penilaian portofolio dokumen.
Adapun pada kelompok siswa sekolah dasar yang diberi model pembelajaran think pair
share, kemampuan pemecahan masalah matematika kelompok siswa yang diberikan penilaian
portofolio tampilan lebih tinggi dari penilaian portofolio dokumen, dan pada kelompok siswa
madrasah ibtidaiyah yang diberi model pembelajaran think pair share, kemampuan
pemecahan masalah matematika kelompok siswa yang diberikan penilaian portofolio tampilan
lebih rendah dari kelompok siswa yang diberikan penilaian portofolio dokumen.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Suprijono. (2010). Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arifin, Zainal. (2009). Evaluasi Pembelajaran Prinsip dan Prosedur
Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
Ariyadi Wijaya. (2012). Pendidikan Matematika Realistik Suatu Alternatif
Pendekatan Pembelajaran Matematika, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Bobbi DePorte, Mark Reardon, and Sarah Singer-Nourie. (2002). Quantum Teaching,
Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas terjemahan Ary Nilandari
,Bandung: Kaifa.
D.J. Cole, C.W. Ryan, dan F. Kick. (1995). Portfolios Across The Curriculum and Beyond,
Thousan Oaks, CA: Cormin Press.
Donovan Johnson dan Gerald Rising.(1987). Guide Lines for Teaching Mathematics,
California : Wad Worth Publishing Co.
Ellis, Jeanne Ormrod. Educational Psychology Developing Learners,terjemahan Wahyu
Indianti. Jakarta: Erlangga, 2009.
Heris Hendriana dan Utari Sumarmo. Penilaian Pembelajaran Matematika. Bandung: Refika
Aditama, 2014.
Hudoyo, Herman. (1988). Mengajar Belajar Matematika ,Jakarta:Departemen Pendidikan
Nasional.
Husamah dan Yanur Setyaningrum (2013). Desain Pembelajaran Berbasis Pencapaian
Kompetensi Panduan Merancang Pembelajaran Untuk Mendukung Implementasi
Kurikulum 2013 ,Jakarta: Prestasi Pustakarya.
Husna, dkk.(2013). “Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi
Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Think Pair Share (TPS),” Jurnal Peluang, Volume 1, Nomor 2, April 2013, ISSN:
2302-5150.
Jumanta Hamdayama. (2014). Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter
,Bogor: Ghalia Indonesia.
Margono, Gaguk. (2007). “Keterkaitan antara Problem Solving dengan Kreativitas dalam
Pembelajaran Matematika.” Algoritma Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika,
Vol. 2, No.1.
Murni, Indah Sri, dkk. (2013). Ngatman, dan Chamdani,”Penggunaan Model Pembelajaran
Quantum Teaching Tipe TANDUR dalam Peningkatan Hasil Belajar Matematika di Kelas
IV SD Negeri Madurejo”, Surakarta: PGSD FKIP UNS.
Tekno Efisiensi Vol.2 No. 2 Agustus 2017
159
Nataliasari, Ike. (2014). “ Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share
(TPS) Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Pemecahan Masalah Matematis
Siswa MTS,” Program Pascasarjana Univeritas Terbuka, Jurnal Pendidikan dan
Keguruan, Vol. 1 No. 1.
Popham, W. James. (1995). Classroom Assessment: What Teacher Need to Know Boston:
Allyn and Bacon.
Prasetyani, Yekti. dkk.(2012).“Perbedaan Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching
dengan Metode Konvensional dalam Hasil Belajar Siswa,” Economic Education Analysis
Journal: EEAJ 1 (2).
Shadiq, Fadjar. (2014). Pembelajaran Matematika Cara Meningkatkan Kemampuan Berpikir
Siswa ,Yogyakarta: Graha Ilmu.
Solso, Robert L., dan M.Kimberly Maclin. (2005). Cognitive Psychology,
Boston: Allyn and Bacon.
Soedjadi,R. (2000). Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia ,Jakarta:Departemen
Pendidikan Nasional.
Sukmawati,(2014). ”Pengaruh Model Asesmen Portofolio dan Kreativitas terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMA Negeri Makasar”,Disertasi,
Program Pascasarjana UNJ.
Sumarna Surapranata. (2006). Pedoman pengembangan Penilaian Portofolio ,Jakarta: Pusat
Penilaian Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan
Nasional.
Suriasumantri, Jujun S. (2009). Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer,Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.
Surtanto Hadi. (2005).
Pendidikan Matematika Realistik dan Implikasinya,
Banjarmasin: Tulip.
Susan M. Butler dan Nancy D. BcMunn. (2006). A Teacher’s Guide to Classroom
Assessment: Understanding and Using Assessment to Improve Student Learning,San
Francisco: Jossey-Bass.
160
Tekno Efisiensi Vol.2 No. 2 Agustus 2017
Download