14 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-Teori Dasar/Umum 2.1.1 Komunikasi Menurut Stuart dalam Vardiansyah (2004, p. 3), kata “komunikasi” berasal dari bahasa Latin, “comunis”, yang berarti membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Akar katanya “communis” adalah “communico” yang artinya berbagi. Wilbur Schramm dalam Suprapto (2006, pp. 2-3), menyatakan komunikasi sebagai suatu proses berbagi (sharing process). Sedangkan, Larry A Samovar, Richard E Porter dan Nemi C Janin dalam Purwasito (2003, p. 198) mendefinisikan komunikasi sebagai berikut : “Communication is defined as a two way on going, berhaviour affecting process in which one person (a source) intentionally encodes and transmits a message throught a channel to an intended audience (receiver) in order to induce a particular attitude or behaviour” Dari beberapa kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana pengirim pesan mengirimkan pesan kepada penerima pesan melalui saluran tertentu dengan tujuan untuk mempengaruhi sikap atau perilaku mereka. 15 2.1.2 Komunikasi Antarpribadi Menurut Purwanto (2006, p. 4), komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang dilakukan seseorang dengan orang lain dalam suatu masyarakat maupun organisasi (bisnis dan non bisnis) dengan menggunakan media komunikasi tertentu dan bahasa yang mudah dipahami (informal) untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Menurut Barlund yang dikutip oleh Wiryanto (2004, p. 13), komunikasi antarpribadi adalah sebagai pertemanan antara dua, tiga, atau mungkin empat orang yang terjadi sangat spontan dan tidak berstruktur. Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara dua orang atau lebih dengan menggunakan media komunikasi tertentu untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Di dalam suatu masyarakat, komunikasi antarpribadi merupakan bentuk komunikasi antara seseorang dengan orang lain dalam suatu masyarakat untuk mencapai tujuan tertentu yang bersifat pribadi. Purwanto (2006, p. 21) mengungkapkan bahwa tujuan komunikasi antarpribadi antara lain sebagai berikut : 1. Menyampaikan informasi Ketika berkomunikasi dengan orang lain , tentu saja seseorang memiliki berbagai macam tujuan dan harapan. Salah satu diantaranya adalah untuk menyampaikan informasi kepada orang lain agar orang lain tersebut dapat mengetahui informasi tersebut. 16 2. Berbagi pengalaman Dengan komunikasi antarpribadi juga memiliki fungsi atau tujuan untuk berbagi pengalaman baik itu pengalaman yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan 3. Menumbuhkan simpati 4. Melakukan kerja sama Tujuan komunikasi antarprbadi yang lainnya adalah untuk melakukan krjasama antara seseorang dengan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi kedua belah pihak. 5. Menceritakan kekecewaan atau kekesalan Komunikasi antarpribadi juga dapat digunakan seseorang untuk menceritakan rasa kecewa atau kekesalan pada orang lain. Dengan pengungkapan rasa hati itu, sedikit banyak akan mengurangi beban pikiran. Kadang disebut dengan plong ketika telah bercerita apa yang selama ini dipendam. 6. Menumbuhkan motivasi Melalui komunikasi antarpribadi, seseorang dapat memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu yag baik dan positif. Motivasi adalah dorongan kuar dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu. Pada dasarnya, seseorang cenderung untuk melakukan sesuatu karena dimotivasi orang lain dengan cara- 17 cara seperti pemberian insentif yang bersifat finansial maupun non finansial, memberikan pengakuan atas kinerjanya ataupun memberikan penghargaan kepada karyawan yang berprestasi. Word of Mouth adalah aktivitas komunikasi yang sehari-hari dilakukan oleh manusia pada umumnya, berupa komunikasi yang pada dasarnya dilakukan secara tatap muka atau penerapannya menggunakan media lisan. Word of mouth identik dengan komunikasi yang bersifat lebih personal atau dalam ranah komunikasi dikaitkan dengan komunikasi antarpribadi karena aktivitas word of mouth cenderung dilakukan oleh para pelaku komunikasi yang memang memiliki kedekatan hubungan (misalkan keluarga, sahabat, tetangga, teman) baik dalam konteks fisik maupun relationship. Pada umumnya karena kedekatan personal itulah maka komunikan (penerima pesan) akan percaya dengan apa yang dikatakan oleh komunikator (penyampai pesan). 18 2.2 2.2.1 Teori-Teori Khusus yang Berhubungan dengan Topik yang Dibahas Word of Mouth 2.2.1.1 Pengertian Word of Mouth Word of mouth adalah komunikasi dari orang ke orang antara sumber pesan dan penerima pesan dimana penerima pesan menerima pesan dengan cara tidak komersil mengenai suatu produk, pelayanan, atau merek. Word of mouth menjadi referensi yang membentuk harapan pelanggan. Menurut Hasan (2010, p. 152), word of mouth merupakan pujian, rekomendasi dan komentar pelanggan sekitar pengalaman mereka atas layanan jasa dan produk yang betul-betul mempengaruhi keputusan pelanggan atau perilaku pembelian mereka. Word of mouth dapat membentuk kepercayaan para pelanggan. Menurut Sernovitz (2006, p. 5), word of mouth adalah pembicaraan yang secara alami terjadi antara orang-orang. Word of mouth adalah pembicaraan konsumen asli. Menurut Kotler (2003, p. 261) ada dua manfaat utama dalam melakukan Word of mouth (WOM), yaitu : a. Sumber dari mulut ke mulut meyakinkan : Cerita dari mulut ke mulut adalah satu-satunya metode promosi yang berasal dari konsumen, oleh konsumen, dan untuk konsumen. Pelanggan yang merasa puas tidak hanya akan membeli kembali, tetapi mereka juga adalah reklame yang berjalan dan berbicara untuk bisnis yang dijalankan. 19 b. Sumber dari mulut ke mulut memiliki biaya yang rendah : Dengan tetap menjaga hubungan dengan pelanggan yang puas dan menjadikan mereka sebagai penyedia akan membebani bisnis yang dijalankan dengan biaya yang relatif rendah. Berdasarkan pendapat Sernovitz (2006, p. 6), Word of mouth terdiri dari dua jenis, yaitu : a. Organic word of mouth adalah pembicaraan yang bersemi secara alami dari kualitas positif dari perusahaan anda. b. Amplified word of mouth adalah pembicaraan yang dimulai oleh kampanye yang disengajakan untuk membuat orang-orang berbicara. Menurut Ivanovic dan Collin (2004, p. 287), “word of mouth communication adalah saluran informal dari komunikasi seperti teman dan tetangga, rekan kerja dan anggota keluarga.” Menurut Sernovitz (2006, p. 146), “word of mouth begitu efektif karena asal kepercayaannya adalah datang dari orang yang tidak mendapatkan keuntungan dari rekomendasi mereka.” Dari beberapa kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa word of mouth adalah pembicaraan orang-orang tentang suatu produk atau jasa atau layanan dari suatu perusahaan atau organisasi. 20 Berdasarkan pendapat Sernovitz (2006, p. 13), terdapat tiga motivasi dasar yang mendorong pembicaraan word of mouth. 1. Mereka menyukai anda dan produk anda Orang-orang membicarakan karena anda melakukan atau menjual sesuatu yang mereka ingin bicarakan. Mereka menyukai produk anda. Mereka menyukai bagaimana anda memperlakukan mereka. Anda telah melakukan sesuatu yang menarik. 2. Pembicaraan membuat mereka merasa baik Word of mouth lebih sering mengarah ke emosi atau perasaan terhadap produk atau fitur produk. Kita terdorong untuk berbagi oleh perasaan dimana kita sebagai individu daripada apa yang dilakukan bisnis. 3. Mereka merasa terhubung dalam suatu kelompok Keinginan untuk menjadi bagian dari suatu kelompok adalah perasaan manusia yang paling kuat. Kita merasa terhubung. Membicarakan suatu produk adalah salah satu cara kita mendapat hubungan tersebut. Kita merasa senang secara emosional ketika kita membagikan kesenangan dengan suatu kelompok yang memiliki kesenangan yang sama. 21 2.2.1.2 Pengertian Word of Mouth Marketing Menurut Sernovitz (2006, p. 3), definisi dari Word of Mouth Marketing adalah memberikan orang alasan untuk membicarakan tentang produk anda dan mempermudah pembicaraan itu terjadi. The Word of Mouth Marketing Association dalam Sernovitz (2006, p. 3) mendefinisikan Word of Mouth Marketing sebagai “seni dan ilmu dalam membangun komunikasi konsumen-konsumen dan konsumen-pemasar yang aktif dan menguntungkan.” Menurut Sernovitz (2006, p. 5), “Word of Mouth Marketing adalah suatu jenis baru dari bentuk pemasaran yang dapat dilakukan, dilacak, dan direncanakan.” Menurut Sernovitz (2006, p. 9), ada empat aturan dari Word of Mouth Marketing : 1. Menarik Tidak ada orang yang akan membicarakan perusahaan yang membosankan atau pun iklan yang membosankan. Jika anda ingin orang lain membicarakan tentang anda, anda harus melakukan sesuatu yang khas. 2. Membuat orang senang Pelanggan yang senang adalah pengiklan yang terbaik. Menciptakan produk yang luar biasa, menyediakan jasa yang baik, memberikan pengalaman yang baik, selesaikan masalah. Pastikan pekerjaan yang anda lakukan membuat orang terdorong, senang, dan ingin memberitahukan ke teman. 22 3. Mendapatkan kepercayaan dan kehormatan Jika anda tidak dihormati, anda tidak akan mendapatkan word of mouth yang baik. Tidak ada orang yang membicarakan secara positif tentang suatu perusahaan yang mereka tidak percaya atau tidak suka. 4. Mempermudah Word of mouth adalah malas. Anda harus membantunya sepanjang jalan jika anda mengharapkannya dimana-mana. Anda harus melakukan dua hal : cari suatu pesan yang mudah dan membantu orang membagikannya. Berdasarkan pendapat Sernovitz (2006, p. 146), rekomendasi, testimonial (surat pujian), dan surat terima kasih dari orang-orang adalah hebat, tetapi seringkali tidak kelihatan oleh calon pelanggan. Berikut adalah langkah-langkah yang mengubahnya menjadi alat dari word of mouth : 1. Meminta testimonial (surat pujian) Kebanyakan pelanggan akan senang memberikannya. Tetapi mereka tidak berpikir untuk memberikannya tanpa diminta. 2. Dapatkan izin untuk membagikannya Jangan lupa untuk meminta izin untuk menggunakan testimonial tersebut dalam materi pemasaran anda. Anda memerlukan catatan tertulis yang membuktikan bahwa anda memiliki izin untuk menyebutkan orang tersebut atau perusahaan tersebut. 23 3. Menaruhnya di website Inilah poinnya. Tunjukkan semua rekomendasi. Letakkan word of mouth di tempat dimana semua orang dapat melihatnya. 4. Hubungkan ke pujian-pujian yang sudah ada di web Sekarang anda telah memiliki satu halaman yang dipenuhi oleh Word of Mouth yang positif, temukan yang lainnya di internet. Hubungkan ke semua itu. Dari berbagai kutipan diatas dapat disimpulkan bawa Word of Mouth Marketing adalah suatu bentuk pemasaran yang dimana para pemasar berusaha bergabung dan membangun pembicaraan antara konsumen tanpa memanipulasi, memalsukan, atau menghilangkan nilai kejujurannya. 2.2.1.3 Model Word of Mouth Menurut Bansal dan Voyer dalam Jang Dong Suk (2007) dalam model word of mouth yang berfokus pada kondisi keputusan pembelian jasa terdapat kekuatan-kekuatan dalam pembelian jasa yang terbagi atas dua, yaitu : kekuatan interpersonal dan kekuatan non-interpersonal. Kekuatan-kekuatan tersebut mempengaruhi keputusan pembelian jasa oleh konsumen atau penerima word of mouth. 24 Kedua kekuatan tersebut memiliki beberapa faktor. Faktor-faktor dari kekuatan interpersonal adalah : a. Tie strength Tie strength adalah kekuatan ikatan yang dimiliki antara pengirim word of mouth dengan penerima word of mouth atau seberapa dekat hubungan antara word of mouth sender dengan word of mouth receiver. b. WOM actively sought by receiver Faktor ini merupakan faktor yang melihat keaktifan penerima atau konsumen (receiver) dalam mencari informasi mengenai word of mouth. Informasi yang dimaksud disini adalah informasi mengenai produk atau jasa yang akan dibeli. Sedangkan faktor-faktor dari kekuatan non-interpersonal adalah : a. Reciever’s percieved risk Faktor ini merupakan faktor yang melihat resiko yang akan diterima oleh penerima word of mouth atau konsumen (receiver) dalam melakukan keputusan pembelian berdasarkan informasi word of mouth yang diterimanya. b. Reciever’s expertise Reciever’s expertise adalah keahlian yang dimiliki oleh penerima word of mouth berkaitan dengan pengetahuan atau pengalaman yang dimilikinya berkaitan dengan produk atau jasa yang dipasarkan melalui word of mouth. 25 c. Sender’s expertise Sender’s expertise adalah keahlian yang dimiliki oleh pengirim word of mouth dalam menyampaikan informasi word of mouth berkaitan dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya. Gambar 2.1 Model Word of Mouth Bansal dan Voyer Non-interpersonal Forces Reciever’s Expertise Sender’s Expertise Reciever’s Percieved Risk WOM Actively Sought by Reciever Influence of Sender’s WOM on Reciever’s Purchase Decision Tie Strength Interpersonal Forces Sumber : diadopsi dan dimodifikasi dari jurnal “Effect of Word of Mouth Communication on Purchasing Decision in Restaurant : A Path Analytic Study” oleh Jang Dong Suk (2007, p. 16) 26 Keterangan : Dalam model di atas, resiko yang diterima oleh penerima word of mouth (reciever’s percieved risk), keahlian penerima word of mouth (reciever’s expertise) dan keahlian pengirim word of mouth (sender’s expertise) dikategorikan dalam kekuatan non-interpersonal, sedangkan kekuatan ikatan (tie strength) dan keaktifan penerima dalam mencari word of mouth (WOM actively sought by receiver) dikategorikan ke dalam kekuatan interpersonal. Berdasarkan skema tersebut, terdapat tiga hubungan yaitu pengaruh dari kekuatan interpersonal terhadap keputusan pembelian jasa, pengaruh kekuatan non-interpersonal terhadap keputusan pembelian jasa, dan pengaruh dari kekuatan non-interpersonal terhadap kekuatan interpersonal. Model word of mouth selanjutnya dikemukakan oleh word of mouth oleh Jang Dong Suk (2007) dalam jurnal “Effect of Word of Mouth Communication on Purchasing Decision in Restaurant : A Path Analytic Study” dengan mengembangkan model penelitian Bansal dan Voyer pada tahun 2000. Penelitian yang dilakukan oleh Jang Dong Suk membahas tentang word of mouth yang diaplikasikan dalam restoran, dan dikarenakan model Bansal dan Voyer berada dalam konteks jasa, maka model ini dapat diaplikasikan dalam penelitian Jang Dong Suk. Kemudian setelah dilakukan studi kepustakaan dalam model penelitian ini ditambahkan faktor-faktor lain seperti kecocokan penerima word of mouth terhadap citra restoran (word of mouth receiver’s self image congruity to the restaurant image) dan pengaruh dari kelompok referensi (the influence of reference group) yang kemudian akan diintegrasikan ke dalam model dasar. Dalam model word of mouth Jang Dong Suk (2007, p. 45), faktor-faktor seperti keahlian pengirim word of mouth (word of mouth 27 sender’s expertise), kekuatan ikatan antara pengirim word of mouth dengan penerima word of mouth (tie strength between word of mouth sender and the receiver), dan pengaruh kelompok referensi (the influence of reference group) dikategorikan ke dalam faktor-faktor sosial. Sedangkan, kecocokan penerima word of mouth terhadap citra restoran (reciever’s self congruity to restaurant image), keahlian penerima word of mouth (reciever’s expertise), resiko yang diterima penerima word of mouth (reciever’s perceived risk), dan keaktifan penerima dalam mencari word of mouth (WOM actively sought by receiver) dikategorikan ke dalam faktor-faktor pribadi dalam penelitian ini. 2.2.2 Keputusan Pembelian 2.2.2.1 Pengertian Keputusan Pembelian Konsumen Semakin majunya perekonomian dan teknologi, berkembang pula strategi yang harus dijalankan perusahaan, khususnya di bidang pemasaran. Untuk itu perusahaan perlu memahami atau mempelajari perilaku konsumen dalam hubungannya dengan keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen. Menurut Setiadi (2003, p. 16), Pengambilan keputusan konsumen (consumer decision making) adalah proses pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif dan memilih salah satu diantaranya. Menurut Kotler dan Armstrong (2008, p. 158), Perilaku membeli konsumen (consumer buyer behavior) mengacu pada perilaku membeli dari konsumen akhir, perorangan dan rumah tangga yang membeli barang dan jasa untuk konsumsi pribadi. 28 Menurut Schiffman dan Kanuk (2008, p. 518), keputusan konsumen untuk membeli atau tidak membeli suatu produk atau jasa merupakan saat yang penting bagi kebanyakan pemasar. Keputusan ini dapat menandai apakah suatu strategi pemasaran telah cukup bijaksana, berwawasan luas, dan efektif, atau apakah kurang baik direncanakan atau keliru menetapkan sasaran. Jadi, para pemasar sangat tertarik dengan proses pengambilan keputusan konsumen. Berdasarkan kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa keputusan pembelian adalah perilaku membeli barang atau jasa dari konsumen akhir yang dilakukan setelah pengevaluasian pilihan alternatif dengan tujuan untuk memilih satu di antara pilihan tersebut. 2.2.2.2 Proses Keputusan Pembelian Gambar 2.2 Proses Keputusan Pembelian Pengenalan Kebutuhan Pencarian Informasi Evaluasi Alternatif Keputusan Pembelian Sumber : Kotler dan Armstrong (2008, p. 179) Perilaku Pascapembelian 29 Menurut Kotler dan Armstrong (2008, pp. 179-184), tahap-tahap dalam proses keputusan pembelian adalah sebagai berikut : 1. Pengenalan Kebutuhan Proses pembelian dimulai dengan pengenalan kebutuhan (need recognition), pembeli menyadari suatu masalah atau kebutuhan. Kebutuhan dapat dipicu oleh rangsangan internal ketika salah satu kebutuhan normal seseorang seperti rasa lapar, haus, dan seks timbul pada tingkat yang cukup tinggi sehingga menjadi dorongan. Kebutuhan juga bisa dipicu oleh rangsangan eksternal. Contohnya, suatu iklan atau diskusi dengan teman bisa membuat anda berpikir untuk membeli mobil baru. Pada tahap ini, pemasar harus meneliti konsumen untuk menemukan jenis kebutuhan atau masalah apa yang timbul, apa yang menyebabkannya, dan bagaimana masalah itu bisa mengarahkan konsumen pada produk tertentu ini. 2. Pencarian informasi Konsumen yang tertarik mungkin mencari lebih banyak informasi atau mungkin tidak. Jika dorongan konsumen itu kuat dan produk yang memuaskan ada di dekat konsumen itu, konsumen mungkin akan membelinya kemudian. Jika tidak, konsumen bisa menyimpan kebutuhan itu dalam ingatannya atau melakukan pencarian informasi (information search) yang berhubungan dengan kebutuhan. Konsumen dapat memperoleh informasi dari beberapa sumber. Sumber-sumber ini meliputi sumber pribadi (keluarga, teman, tetangga, rekan), sumber komersial (iklan, wiraniaga, situs web, penyalur, kemasan, tampilan), sumber publik (media 30 massa, organisasi pemeringkat konsumen, pencarian internet), dan sumber pengalaman (penanganan, pemeriksaan, pemakaian produk) 3. Evaluasi alternatif Pemasar harus tahu tentang evaluasi alternatif (alternative evaluation) yaitu bagaimana konsumen memproses informasi untuk sampai pada pilihan merek. Sayangnya, konsumen tidak menggunakan proses evaluasi yang sederhana dan tunggal dalam semua situasi pembelian. Sebagai gantinya, beberapa proses evaluasi dilaksanakan. Konsumen sampai pada sikap terhadap merek yang berbeda melalui prosedur evaluasi. Bagaimana cara konsumen mengevaluasi alternative bergantung pada konsumen pribadi dan situasi pembelian tertentu. Dalam beberapa kasus, konsumen menggunakan kalkulasi yang cermat dan pemikiran yang logis. Pada waktu yang lain, konsumen yang sama hanya sedikit melakukan evaluasi atau bahkan tidak mengevaluasi; sebagai gantinya mereka membeli berdasarkan dorongan dan bergantung pada intuisi. Kadang-kadang konsumen membuat keputusan pembelian sendiri, kadang-kadang mereka meminta nasihat pembelian dari teman, pemandu konsumen, atau wiraniaga. Konsumen juga dapat memilih merek berdasarkan atribut dan membeli suatu produk atau jasa dari merek tertentu berdasarkan atribut-atribut tersebut. 4. Keputusan pembelian Dalam tahap evaluasi, konsumen menentukan peringkat merek dan membentuk niat pembelian. Pada umumnya, keputusan pembelian (purchase decision) 31 konsumen adalah membeli merek yang paling disukai, tetapi dua faktor bisa berada antara niat pembelian dan keputusan pembelian. Faktor pertama adalah sikap orang lain dan faktor kedua adalah faktor situasional yang tidak diharapkan. 5. Perilaku pasca pembelian Setelah membeli produk, konsumen akan merasa puas atau tidak puas dan terlibat dalam perilaku pascapembalian (postpurchase behavior) yang harus diperhatikan oleh pemasar. Ekspektasi konsumen dan kinerja anggapan produk menentukan kepuasan dan ketidakpuasan pembeli. Jika produk tidak memenuhi ekspektasi, konsumen kecewa; jika produk memenuhi ekspektasi, konsumen puas; jika produk melebihi ekspektasi, konsumen sangat puas. 32 2.3 Kerangka Pemikiran Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis Word of Mouth (X) 1. Tie Strength Keputusan Pembelian (Y) 2. Word of Mouth Sender’s Expertise 1. Pengenalan Masalah 3. Reference Group 2. Pencarian Informasi 4. Reciever’s Self Congruity 3. Evaluasi Alternatif 4. Keputusan Pembelian 4. Reciever’s Expertise 5. Reciever’s Perceived Risk 6. WOM Actively Sought by Reciever 5. Perilaku Pasca Pembelian 33 2.4 Hipotesis Penelitian Hipotesis 1 Ho ≠ Ha Ho : Tidak terdapat hubungan antara word of mouth (X) terhadap keputusan pembelian konsumen (Y). Ho = Ha Ha : Terdapat hubungan antara word of mouth (X) terhadap keputusan pembelian konsumen (Y). Hipotesis 2 Ho ≠ Ha Ho : Tidak terdapat pengaruh antara word of mouth (X) terhadap keputusan pembelian konsumen (Y). Ho = Ha Ha : Terdapat pengaruh antara word of mouth (X) terhadap keputusan pembelian konsumen (Y).