MENINGKATKAN EFEKTIVITAS DIKLAT DENGAN PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan atau sasarannya (Etzioni,1964). Efektivitas ini sesunguhnya merupakan suatu konsep yang lebih luas mencakup berbagai faktor di dalam maupun di luar diri seseorang. Dengan demikian efektivitas tidak hanya dapat dilihat dari sisi produktivitas, akan tetapi juga dapat pula dilihat dari sisi persepsi atau sikap orangnya. Di samping itu, efektivitas juga dapat dilihat dari bagaimana tingkat kepuasan yang dicapai oleh orang (Robbins, 1997). Dengan demikian Efektivitas merupakan suatu konsep yang sangat penting, karena mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan seseorang dalam mencapai sasarannya atau suatu tingkatan terhadap mana tujuan - tujuan dicapai (Prokopenko,1987), atau tingkat pencapaian tujuan (Hoy dan Miskel,1992). Sementara itu belajar - berlatih dapat pula dikatakan sebagai komunikasi terencana yang menghasilkan perubahan atas sikap, keterampilan, dan pengetahuan dalam hubungan dengan sasaran khusus yang berkaitan dengan pola berperilaku yang diperlukan individu untuk mewujudkan secara lengkap tugas atau pekerjaan tertentu (Bramley,1996). Dengan demikian, yang dimaksud dengan efektivitas belajar-berlatih adalah tingkat pencapaian tujuan pelatihan. Pencapaian tujuan tersebut berupa peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta pengembangan sikap melalui proses pembelajaran. Efektifitas dapat diartikan sejauh mana hal-hal yang direncanakan dapat terlaksana.dalam arti bahwa apabila hasilnya menunjukan presentase yang besar atau tidak jauh dari perencanan maka dapat dikatakan bahwa hal tersebut cukup efekif dan sebaliknya apabila hasilnya jauh dari perencanaan yang ada maka dapat dikatakan hal tersebut tidak efektif (Henyat, 1993: 50). Dengan digunakannya media pembelajaran, maka diharapkan peserta didik akan mudah dalam menyerap mata pelajaran yang dipelajari, sehingga akan mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Kegiatan belajar merupakan kegiatan aktif peserta didik untuk membangun makna atau pemahaman terhadap suatu objek atau suatu peristiwa. Sedangkan, kegiatan mengajar merupakan upaya kegiatan menciptakan suasana yang mendorong inisiatif, motivasi dan tanggung jawab pada peserta didik untuk selalu menerapkan seluruh potensi diri dalam membangun gagasan melalui kegiatan belajar sepanjang hayat. Gagasan dan pengetahuan ini akan membentuk keterampilan, sikap, dan perilaku sehari-hari sehingga peserta didik akan berkompeten dalam bidang yang dipelajarinya. Kegiatan belajar dan mengajar inilah yang disebut orang sebagai pembelajaran (Depdiknas, 2003 : 10). Alat bantu belajar merupakan semua alat yang dapat digunakan untuk membantu peserta didik melakukan perbuatan belajar, sehingga kegiatan belajar menjadi lebih efisien dan efektif. Dengan bantuan berbagai alat, maka pelajaran akan lebih menarik, menjadi konkrit, mudah dipahami, hemat waktu dan tenaga, dan hasil belajar lebih bermakna. Alat bantu belajar disebut juga alat peraga atau media belajar, misalnya dalam bentuk bahan tercetak, alat-alat yang dapat dilihat, alat yang dapat didengar (media audio), dan alat-alat yang dapat didengar dan dilihat (audio visual aids), serta sumber–sumber masyarakat yang dapat dialami secara langsung (Hamalik, 1999 : 51). Media pembelajaran adalah sarana yang dapat dimanipulasikan dan dapat digunakan mempengaruhi pikiran, perasaan, perhatian dan sikap peserta didik, sehingga mempermudah terjadinya proses pembelajaran. Pikiran, perasaan, perhatian dan sikap peserta didik dalam pembelajaran dapat dirangsang dengan menggunakan media pembelajaran. Pemanfaatan media pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran. A. Meningkatkan Efektivitas Diklat Dengan Pemanfaatan Media Pembelajaran Pendidikan yang bermutu merupakan syarat utama untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang maju, modern dan sejahtera. Sejarah perkembangan dan pembangunan bangsa-bangsa mengajarkan pada kita bahwa bangsa yang maju, modern, makmur, dan sejahtera adalah bangsa-bangsa yang memiliki sistem dan praktik pendidikan yang bermutu. Sementara itu, pendidikan yang bermutu sangat tergantung pada keberadaan guru yang bermutu, yakni guru yang profesional, sejahtera, dan bermartabat. Dalam suatu proses belajar mengajar yang terpenting dikuasai oleh seorang guru adalah metode mengajar dan kemampuan widyaiswara untuk menggunakan media pembelajaran. Metode pengajaran yang digunakan oleh widyaiswara akan menentukan media pembelajaran apa yan akan digunakan oleh widyaiswara. Meskipun disadari ada aspek lain yang menentukan keputusan seorang widyaiswara untuk menggunakan media pembelajaran tertentu seperti tujuan pengajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan dikuasai oleh peserta didik setelah proses pengajaran berlangsung, konteks pembelajaran, dan tentunya juga karakteristik peserta didik yang diajar. Namun demikian dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama dari media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang memiliki peran untuk mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang diatur dan diciptakan oleh seorang widyaiswara. Hamalik (Arsyad, 2004 : 15) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap peserta didik. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pengajaran akan sangat membantu keaktifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan pembelajaran pada saat itu. Selain mebangkitkan motivasi dan minat peserta didik, media pembelajaran juga dapat membantu peserta didik untuk meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi. Levie dan Lentz (Arsyad, 2004 : 16), mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, yaitu (a) fungsi atensi, (b) fungsi afektif, (c) fungsi kognitif, dan (d) fungsi kompensatoris. Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian peserta didik untuk konsentrasi terhadap isi dari pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pembelajaran. Fungsi afektifmedia pembelajaran dapat diungkap melalui tingkat kenikmatan peserta didik ketika membawa teks bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap peserta didik sebagai wujud responnya terhadap gambar yang dia amati. Semisal gambar yang menyangkut masalah sosial, ras, agama, dan kebudayaan. Gambar-gambar itu akan direspon peserta didik dengan suatu komentar dan sikap tertentu yang menunjukkan pemikiran yang terbangun dalam diri peserta didik setelah mengamati dan mencermati gambar tersebut. Fungsi kognitif media, khususnya media visual tampak pada temuan-temuan penelitian yang menyatakan bahwa lambang visual atau gambar memudahkan bagi peserta didik untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar. Fungsi kompensatorismedia pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu peserta didik yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Bisa juga dikatakan bahwa media pembelajaran mempunyai fungsi untuk mengakomodasikan peserta didik yang lemah dan lambat dalam menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal (dengan kata-kata). Dengan adanya media pembelajaran yang berbentuk tiga dimensi misalnya akan memudahkan peserta didik untuk menangkap maksud dari keterangan widyaiswara sebagai pendidik dengan melakukan pengamatan langsung terhadap media tersebut. Sehingga peserta didik yang tadinya sulit menangkap maksud dari keterangan widyaiswaranya karena disampaikan secara lisan maka dengan adanya sample yang nyata akan mempengaruhi imajinasi peserta didik untuk memahami maksud dari keterangan widyaiswaranya. Alat peraga dalam belajar mengajar memegang peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif (Sudjana, 2005 : 99). Dengan dihadirkannya alat peraga sebagai media pembelajaran peserta didik tidak hanya mendengar kata-kata yang sifatnya verbal, akan tetapi juga bisa melihat, dan merasakan atau meraba alat peraga tersebut, sehingga lebih memudahkan baginya untuk membangun imajinasinya. B. Pendidikan dan Latihan Moekijat (1990 : 58-62) menjelaskan berbagai jenis pendidikan dan latihan bagi pegawai yaitu : 1. Pendidikan dan latihan awal, yaitu pendidikan dan latihan yang bersifat pra jabatan (pre service training) dengan tujuan memberikan pengetahuan, kemampuan, penyesuaian sikap dan kepribadian dengan tugas jabatan yang akan dipangkunya bagi pegawai yang belum mempunyai status pegawai atau calon pegawai. 2. Pendidikan dan latihan jabatan struktural, yaitu pendidikan dan latihan yang menyangkut peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan guna memenuhi persyaratan jabatan struktural tertentu. 3. Pendidikan dan latihan kedinasan, yaitu upaya pemberian bekal atau peningkatan atau pemantapan pengetahuan dan ketrampilan yang sesuai dengan profesinya. 4. Pendidikan dan latihan khusus, yaitu pendidikan dan latihan yang menyangkut peningkatan pengetahuan, kemampuan, ketrampilan dan keahlian khusus yang bermanfaat bagi pegawai. 5. Pendidikan dan latihan penataran, yaitu pendidikan dan latihan guna meningkatkan pengetahuan, kemampuan, ketrampilan dan keahlian pegawai sesuai dengan bidang tugasnya dalam meningkatkan daya guna dan hasil guna pegawai. 6. Pendidikan dan latihan penjenjangan, yaiu pendidikan dan latihan yang terdiri dari berbagai tingkatan, disesuaikan dengan kualitas yang diperlukan untuk memelihara kontinuitas pembinaan aparatur pemerintah dan diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan jabatan yang sama, dan atau perpindahan jabatan yang setingkat serta persiapan bagi mereka yang akan dipromosikan ke jenjang golongan kepangkatan atau jabatan yang setingkat lebih tinggi. Kegiatan pendidikan dan latihan yang dilakukan perusahaan menurut Handoko (1995 : 103) mempunyai dua tujuan utama yaitu : 1. Pendidikan dan latihan dilakukan untuk menutup gap antara kecakapan atau kemampuan karyawan dengan permintaan jabatan. 2. Program tersebut diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja karyawan dalam mencapai sasaran-sasaran kerja yang telah ditetapkan. C. Pengertian Pembelajaran Istilah pendidikan mengandung unsur bimbingan pengajaran dan latihan. Pendidikan lebih menitikberatkan pada pembentukan kepribadian, bimbingan berhubungan dengan bantuan kepada peserta didik agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pengajaran berhubungan dengan penyampaian pengetahuan kepada peserta didik. Latihan berhubungan dengan pemberian atau pembentukan ketrampilan kepada peserta didik (Hamalik, 1999 : 55). Tujuan pembelajaran dapat dilihat dari kebutuhan peserta didik, mata pelajaran dan guru. Berdasarkan kebutuhan peserta didik dapat ditetapkan apa yang hendak dicapai, dan dikembangkan dan diapresiasikan. Berdasarkan mata pelajaran yang ada dalam petunjuk kurikulum dapat ditentukan hasil-hasil pendidikan yang diinginkan. Guru sendiri adalah sumber utama tujuan bagi para peserta didik, dan guru harus mampu menulis dan memilih tujuan-tujuan pendidikan yang bermakna, dan dapat terukur (Hamalik, 1999 : 76). Dalam pembelajaran harus memperhatikan tujuan dari pembelajaran, di mana tujuan program kegiatan belajar adalah membantu meletakan dasar kearah perkembangan sikap, pengetahuan keterampilan, dan daya cipta anak didik untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya. D. Pengertian Media Pembelajaran 1. Pengertian Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Dalam bahasa arab, media adalah perantara (wasaail) atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Arsyad, 2004 : 3). Adapun Gerlach dan Ely (dalam Arsyad :3) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat peserta didik mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. .Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Istilah media sering dipakai dalam dunia komunikasi yang disebut dengan media komunikasi. Media komunikasi inilah di era kekinian dimanfaatkan dalam dunia pendidikan untuk menunjang jalanya proses belajar mengajar. Danim (2000 : 2) menyatakan bahwa pemanfaatan teknologi komunikasi untuk kegiatan pendidikan, teknologi pendidikan serta media pendidikan perlu dalam rangka kegiatan belajar mengajar. Karena dengan pendekatan ilmiah, sistematis dan rasional, sebagaimana dituntut oleh teknologi pendidikan ini pulalah, tujuan pendidikan yang efektif dan efisien akan tercapai. Pada dasarnya proses belajar mengajar merupakan proses komunikasi antara pendidik dan peserta didik untuk melakukan transfer pengetahuan (knowledge), maupun penanaman (internalisasi) nilai-nilai (values). Maka pendidik di sini disebut sebagai mediator yang menyampaikan informasi-informasi tentang pengetahuan yang dimilikinya kepada peserta didik, atau juga dalam rangka menanamkan nilai-nilai luhur suatu ajaran, baik yang bersumber pada budaya bangsa, masyarakat, atau kelompok agama tertentu. Jadi televisi, radio, film, foto, rekaman audio, gambar yang diproyeksikan, bahan cetakan dan sejenisnya adalah media yang disebut dengan media komunikasi. Namun apabila media-media itu membawa pesan-pesan atau informasi-informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut dengan media pembelajaran. Bagaimana apabila media pembelajaran dihubungkan dengan media pendidikan ?. Media pendidikan tentu saja media yang digunakan dalam proses dan untuk mencapai tujuan pendidikan (Depdiknas, 2003 : 10). Pada hakekatnya media pendidikan juga merupakan media komunikasi, karena proses pendidikan juga merupakan proses komunikasi. Apabila kita namdingakan dengan media pembelajaran, maka media pendidikan sifatnya lebih umum, sebagaimana pengertian pendidikan itu sendiri. Sedang media pembelajaran memiliki sifat yang lebih khusus, maksudnya media pembelajaran merupakan bagian dari media pendidikan yang secara khusus digunakan untuk mencapai tujuan belajar tertentu yang telah dirumuskan secara khusus. Tidak semua media pendidikan adalah media pembelajaran, akan tetapi setiap media pembelajaran merupakan bagian dari media pendidikan. Sementara Gagne dan Briggs (Arsyad, 2004: 5) secara implisit mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari antara lain buku, tape recorder, video camera, video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, bingkai, dan komputer. Dengan kata lain media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan peserta didik yang dapat merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kegiatan belajar mengajar, pemakaian kata media pembelajaran (wasaa’il at ta’limiyah) digantikan dengan istilah-istilah seperti alat pendengar, bahan pengajaran (instrucsional material), komunikasi pendang dengar (audio visual communication), pendidikan alat peraga pandang (visual education) teknologi pendidikan (educational technology), alat peraga (wasaail al-iidzochi) dan media penjelas (wasaail at taudhiichiyyah ) (Arsyad, 2004 : 6). Berdasarkan uraian beberapa definisi tentang media di atas, berikut dikemukakan karakteristik umum yamg melekat pada setiap definisi tersebut. a Media pendidikan memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal dengan istilah hardware (perangkat keras), yaitu suatu benda yang dapat dilihat, didengar, atau diraba dengan pancaindera. b Media pendidikan yang memiliki pengertian nonfisik yang sering disebut dengan istilah software (perangkat lunak), yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan materi atau informasi-informasi yang hendak disampaikan kepada peserta didik. c Media pendidikan dapat diklasifikasikan menjadi media visual, audio, dan audiovisual. Media visual yaitu media yang memiliki bentuk, dapat dilihat, dan dapat diraba. Media audio yaitu media yang hanya dapat di dengar saja. Adapun media audio visual adalah media yng memiliki bentuk dapat dilihat, dan diraba, serta dapat pula di dengar karena menyerupai makhluk hidup yang mengeluarkan suara. d Media pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar baik yang berada di dalam maupun yang berada di luar kelas. e Media pendidikan dalam rangka komunikasi dan interaksi antara guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran. f Media pendidikan dapat digunakan secara massal (misalnya : radio dan televisi), kelompok besar dan kelompok kecil (misalnya, film, slide, video dan OHP), atau perorangan (misalnya modul, komputer, radio, dan tape recorder). g Sikap, perbuatan, organisasi, strategi, dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan suatu ilmu. Berbeda denga para ahli yang telah tersebut dalam beberapa paragraf terdahulu. Slameto (2003 :67) menyebut media pembelajaran dengan alat pelajaran. Alat pelajaran erat hubunganya dengan cara belajar peserta didik, karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh peserta didik untuk menerima bahan yang diajarkan oleh guru tersebut. Alat pelajaran yang tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada peserta didik. Jika peserta didik mudah menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih giat dan lebih maju. Realita saat ini dengan banyaknya tuntutan yang masuk sekolah, maka memerlukan alat-alat yang membantu lancarnya belajar peserta didik dalam jumlah yang besar pula, seperti buku-buku di perpustakaan, laboratorium atau media-media lain. Kebanyakan sekolah masih kurang memiliki media dalam jumlah maupun kualitasnya, sehingga terkadang proses belajar mengajar dilaksanakan secara alakadarnya, dan bisa dipastikan hasilnya juga jauh dari kondisi ideal, yakni output pendidikan yang berkualitas tinggi. 2. Ciri-ciri Media Pembelajaran Gerald dan Ely (Arsyad, 2004 : 12) mengemukakan tiga ciri media yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan dalam pembelajaran, yang dapat dilakukan media dalam membantu seorang guru menjelaskan atau menerangkan sebuah materi pelajaran. Ciri-ciri tersebut adalah : a. Ciri Fiksatif (fixatife property) Ciri ini mendiskripsikan kemampuan media untuk merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau obyek. Suatu peristiwa atau obyek dapat diurut dan disusun secara sistematis dan kronologis melaui media seperti fotografi, video tape, audio tape, disket komputer, dan film. Suatu obyek yang telah diambil gambarnya (direkam) dengan menggunakan kamera atau video kamera dapat direproduksi (dibuat ulang) dengan mudah kapan saja dibutuhkan. Dengan ciri fiksatif ini, media memungkinkan suatu rekaman kejadian atau obyek yang terjadi pada suatu waktu tertentu dapat ditransportasikan tanpa mengenal waktu, karena telah diabadikan melalui rekaman. Ciri-ciri yang sangat penting bagi guru adalah karena kejadian-kejadian atau obyek yang telah direkam atau disimpan dengan format media yang ada dapat digunakan setiap saat. Peristiwa yang kejadianaya hanya sekali (dalam satu dekade atau satu abad) dapat diabadikan dan disusun kembali untuk keperluan suatu pengajaran, gerhana matahari, atau gunung meletus misalnya. Prosedur laboratorium yang rumit dapat direkam dan diatur untuk kemudian direproduksi kembali ketika dibutuhkan untuk kepentingan pengajaran. Begitu pula kegiatan peserta didik dapat diabadikan dan direkam untuk kemudian dilakukan proses evaluasi baik oleh peserta didik sendiri secara perorangan maupun secara kelompok. b. Ciri Manipulatif (manipulatif property) Merubah suatu kejadian atau obyek dimungkinkan karena media memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kembali kepada peserta didik dalam waktu yang singkat dengan teknik pengambilan gambar. Misalnya, bagaimana proses larva menjadi kepompong kemudian menjadi kupu-kupu (metamorfosis kupu-kupu) dapat dipercepat dengan tehnik rekaman fotografi. Disamping dapat dipercepat suatu kejadian, suatu kejadian dapat juga diperlambat pada saat menayangkan kembali hasil sustu rekaman video, dengan memanfaatkan fasilitas yang ada pada video. Misalnya reaksi kimia atau untuk mengetahui kebenaran terjadinya pelanggaran dalam suatu permainan sepak bola dapat diamati melalui bantuan kemampuan manipulatif dari media. Demikian pula suatu aksi atau suatu gerakan dapat direkam dengan foto kamera agar bisa diamati atau sekedar dilihat saja. Pada rekaman gambar hidup seperti film kejadian dapat diputar mundur. Media (rekaman video atau audio) dapat diedit sehingga guru hanya menampilkan bagian-bagian inti atau bagian utama dari keterangan atau kejadian yang sedang dijelaskan oleh guru kepada peserta didiknya, sedangkan bagian-bagian yang tidak begitu diperlukan dapat dipotong atau dilewati dengan menggunakan fasilitas yang ada pada media yang merupakan hasil dari tekhnologi mutakhir. Kemampuan media dari ciri manipulatif memerlukan keseriusan dan kehatihatian agar tidak terjadi kesalahan dalam memanipulasi isi yang ada pada media, semisal jika terjadi kesalahan pemotongan suatu kejadian dalam rekaman video bisa jadi akan menimbulkan salah penafsiran bagi peserta didik yang sedang mendapat tugas untuk melakukan pengamatan terhadap isi dari rekaman video tersebut. Memanipulasi atau merubah suatu kejadian atau obyek tertentu dengan memanfaatkan atau dengan cara mengedit hasil rekaman dapat menghemat waktu. Semisal proses penanaman gandum hingga masa panen tiba, kemudian gandum diolah menjadi tepung sebagai bahan baku untuk membuat roti dapat disajikan secara singkat dalam suatu rekaman. Sehingga memiliki nilai efisiensi yang tinggi dan tentunya juga sangat efektif, karena mengamati suatu hal yang nampak tentunya tidak sesulit mengamati hal abstrak. c. Ciri Distributif (distributif property) Ciri distributif dari media memungkinkan suatu obyek atau suatu informasi untuk ditransformasikan melalui ruangan dan secara bersamaan disajikan kepada peserta didik. Dewasa ini distribusi media tidak terbatas pada satu kelas saja, atau dalam satu lingkup sekolah saja, akan tetapi media pembelajaran seperti kaset rekaman, video, atau disket komputer bisa didistribusikan kemana saja sesuai dengan kebutuhan. Karena media seperti itu merupakan media praktis dengan bobot ringan dan ukurannya juga tidak besar, sehingga ada kemudahan untuk mendistribusikannya ke daerah terpencil sekalipun, tinggal ada atau tidak peralatan pendukung yang digunakan untuk mengoperasikan media tersebut. 3. Macam-Macam Media Pembelajaran Seperti telah diuraikan pada pembahasan terdahulu bahwa media pembelajaran merupakan pesan, orang, dan peralatan. Seiring berkembangnya teknologi yang merupakan hasil kreatifitas manusia masa kini, maka media pembelajaran masa kini juga berkembang begitu pesatnya, bahkan media pembelajaran masa kini sudah banyak yang menggunakan teknologi dalam pengoperasianya selain media itu sendiri juga merupakan produk yang dihasilkan oleh teknologi. Media pembelajaran modern antara lain radio, televisi, tape recorder, komputer, internet, OHP, proyektor dan lain-lain. Semua media pembelajaran tersebut merupakan hasil pemikiran manusia yang diwujudkan dalam dunia nyata. Namun sayangnya meskipun media pembelajaran berbasis teknologi telah berkembang begitu pesatnya, akan tetapi tidak banyak guru atau pendidik yang memiliki kecakapan untuk mengoperasikan media tersebut meskipun mereka telah mengenalnya. Apapun kendalanya, baik karena tidak bisa mengaktifkan media tersebut atau kendala pendanaan. Meskipun bisa mengoperasikan akan tetapi karena sekolah atau guru pribadi tidak memilikinya, sehingga tidak bisa diperagakan di hadapan peserta didiknya. . Anderson (Rahadi, 2003 :21) mengelompokkan media menjadi 10 golongan sebagai berikut : No. 1 Golongan Media Audio 2 Cetak 3 Audio-cetak 4 Proyeksi visual diam 5 6 7 Proyeksi audio visual diam Visual gerak Audio visual gerak 8 Obyek fisik Contoh dalam Pembelajaran Kaset tape recorder, cd audio, siaran radio, dan telepon atau telewicara. Buku pelajaran, modul, brosur, leaflet, gambar, dan makalah. Kaset audio yang dilengkapi ahan tertulis Overhead Tranparansi (OHT) dan film bingkai (slide) Film bingkai (slide) bersuara Film bisu Film gerak bersuara, VCD, dan televisi Benda nyata, model, spesimen No. 9 Golongan Media Manusia dan lingkungan 10 Komputer Contoh dalam Pembelajaran Guru, Budayawan, Ekonom, Pustakawan, laboratorium, kebun binatang, cagar alam, sungai, hutan, sawah, dan lautan CAI (pembelajaran berbantuan komputer) dan CBI (pembelajaran berbasis komputer) Klasifikasi berbagai macam media berdasarkan perkembangan teknologi menurut Seel dan Glasgow (Arsyad, 2004 : 33) dibagi ke dalam dua kategori luas yaitu : pilihan media tradisional dan pilihan media teknologi mutakhir : 1. Pilihan Media Tradisional : 1) Visual diam yang diproyeksikan seperti : proyeksi opaque (tidak tembus pandang), proyeksi overhead, slides, filmstrips. 2) Visual yang tidak diproyeksikan seperti : gambar dan poster, foto, charts, grafik, diagram, pameran, papn info, papan-bulu. 3) Audio seperti rekaman piringan, pita kaset, reel, catridge. 4) Penyajian multimedia, slide plus suara (tape), multi-image. 5) Visual dinamis yang diproyeksikan seperti film, televisi, video. 6) Cetak seperti buku teks, modul, teks terprogram, workbook, majalah ilmiah berkala, lembaran lepas (hand out), koran. 7) Permainan seperti teka-teki, simulasi, permainan papan. 8) Realita seperti model, specimen (contoh), manipulatif (peta, boneka) 2. Pilihan Media Teknologi Mutakhir 1) Media berbasis telekomunikasi seperti telekonferen dan kuliah jarak jauh. 2) Media berbasis mikroposesor seperti computer-assisted instruction, permainan komputer, sistem tutor inteligen, interaktif, hypermedia, compact (video) disc. Dari beberapa pengelompokan media tersebut dapat kita ketahui bahwa belum ada media yang mencakup segala aspek, terlebih bagi media yang dimanfaatkan untuk memudahkan penyampaian pesan atau informasi pengetahuan dari pendidik kepada peserta didik dalam proses belajar mengajar atau sering disebut dengan media pembelajaran. Media pembelajaran yang ada dibuat dan disajikan atas dasar kepentingan-kepentingan tertentu. DAFTAR PUSTAKA Arsyad, Ashar, 2004, Media Pembelajaran, Jakarta: Raja Grafindo Persada. Danim Sudarwan, 2000. Media Komunikasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara. Depdiknas, 2003 Media Pembelajaran, Jakarta: Dirjen Dikdasmen. Depdiknas, 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta: Dirjen Dikdasmen. Handoko, T. Hani, dkk. 1995. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. BPFE : Yogyakarta. Moekijat. 1990. Manajemen Kepegawaian di Indonesia. Gunung Agung : Jakarta. Slameto, 2003. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta. Sudjana Nana, 2005, Dasar –Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo.