BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Keuangan 2.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan Ilmu keuangan adalah pondasi dari sistem wirausaha sehingga manajemen keuangan sangat berarti bagi kesehatan perekonomian perusahaan, dan secara tidak langsung bagi negara dan dunia. Ilmu keuangan dapat dipahami secara luas dan mendalam karena sangat memiliki arti yang penting. Pada zaman ini bergesernya kondisi perekonomian membuat ilmu keuangan menjadi menarik. Pengertian manajemen keuangan menurut Gitman (2012)adalah: “Management finance is concerned with the duties of the financial manager in the business firm. Financial managers actively manage the financial affairs of any type of business-fiancial, private and public, large and small, profit seeking or non profit. They perform such varied financial tasks as planning, extending credit to customers, evaluating purposed large expenditures, and raising money to fund the firm’s operation” Menurut Besley and Brigham (2008) manajemen keuangan adalah: “Financial management is an activity with how money is raised and used by business, governments, and individuals” Sehingga dapat disimpulkan bahwa manajemen keuangan adalah aktivitas untuk mencari cara bagaimana mendapatkan dana untuk perusahaan dan mengelolanya sehingga dapat digunakan untuk investasi lainnya, dan juga dapat mencapai tujuan dari perusahaan tersebut yaitu mendapatkan profit yang meningkat. 29 2.1.2 Fungsi Manajemen Keuangan Manajemen keuangan adalah suatu aktivitas yang sangat luas dan umum pada zaman ini. Begitu juga dalam lingkungan masyarakat, salah satu manajemen ini sangat dibutuhkan, sehingga memiliki fungsi yang beragam dan sangat berguna. MenurutMartono dan Agus(2002) yang menyatakan bahwa fungsi manajemen keuangan adalah: 1. Keputusan Investasi(Investment Decision) Keputusan investasi merupakan keputusan terhadap aktiva apa yang akan dikelola oleh perusahaan. Keputusan investasi adalah yang paling penting diantara keputusan lainnya. Hal ini dikarenakan keputusan investasi berpengaruh secara langsung terhadap besarnya rentabilitas investasi dan aliran kas perusahaan untuk waktu yang akan datang. 2. Keputusan Pendanaan (Financing Decision) Keputusan pendanaan ini menyangkut beberapa hal. Pertama, keputusan mengenai penetapan sumber dana yang diperlukan untuk membiayai investasi. Sumber dana yang akan digunakan untuk membiayai investasi tersebut dapat berupa hutang jangka pendek, hutang jangka panjang, dan modal sendiri. Kedua, penetapan perimbangan pembelanjaan yang terbaik atau sering disebut struktur modal yang optimum. Struktur modal optimum merupakan perimbangan hutang jangka panjang dan modal sendiri dengan biaya modal rata – rata minimal. 3. Keputusan Pengelolaan Asset (Asset Management Decision) Apabila aset telah diperoleh dengan pendanaan yang tepat, maka aset – aset tersebut memerlukan pengelolaan secara efisien. Pengalokasian dana yang digunakan untuk pengadaaan dan pemanfaatan aset menjadi tanggung jawab manajer keuangan. Tanggung jawab tersebut menuntut 30 manajer keuangan untuk lebih memperhatikan pengelolaan aktiva lancar dari pada aktiva tetap. Sehingga dapat disimpulkan bahwa manajer keuangan memiliki tujuan untuk membagikan laba yang diperoleh dalam bentuk deviden, maka ketergantungan terhadap sumber dana eksternal menjadi semakin besar. Sebaliknya apabila manajer keuangan memandang bahwa perusahaan telah memiliki financial leverage yang tidak menguntungkan, maka sebaiknya laba yang diperoleh ditahan untuk memperbaiki struktur modal perusahaan. Tanggung jawab manajer keuangan disini menentukan perimbangan yang optimal mengenai kebijakan deviden perusahaan. 2.1.3 Tujuan Manajemen Keuangan Zaman sekarang seluruh perusahaan harus memiliki tujuan yang pasti dan masuk akal, karena akan berguna baik untuk menarik konsumen dalam perusahaan barang dan jasa,maupun investor baik dalam atau luar perusahaan. Begitu pula dalam memaksimalkan nilai yang dimiliki perusahaan guna memberikan nilai tambah terhadap asset yang dimiliki untuk pemegang saham. Menurut Sundjaja dan Barlian (2002) tujuan manajemen keuangan adalah: “Tujuan perusahaan yang harus dicapai oleh semua manajer dan karyawan adalah untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham” Kemudian tujuan manajemen keuangan menurut Martono dan Harjito (2002) adalah: “Tujuan manajemen keuangan adalah untuk memaksimumkan nilai perusahaan dan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham” Maka tujuan manajemen keuangan yang utama adalah memaksimumkan nilai perusahaan, laba, dan kekayaan dari para pemegang saham. Jika manajemen 31 keuangan telah mencapai tujuannya maka perusahaan tersebut dapat dikatakan memiliki kinerja yang baik dan nilai perusahaan yang berjalan positif. 2.2Return Saham Return saham adalah tingkat pendapatan yang diinginkan oleh para pemegang saham atau investor dari suatu perusahaan. Semakin tingginya returnsaham yang diberikan kepada para pemegang saham, kekayaan mereka pun akan bertambah, sehingga dapat meningkatkan kinerja dan nilai sebuah perusahaan. Menurut Freeman (1996), “Stakeholders merupakan individu atau kelompok yang bisa mempengaruhi dan dipengaruhi oleh organisasi sebagai dampak dari aktivitas-aktifitasnya.” Sedangkan Usman (2004)menyatakan bahwa return saham adalah: “Komponen return terdiri dari dua jenis: current income (pendapatan lancar), dan Capital Gain (keuntungan selisih harga). Current income merupakan keuntungan yang diperoleh melalui pembayaran yang bersifat periode seperti: pembayaran bunga deposito, bunga obligasi, dividen dan sebagainya. Current income disebut sebagai pendapatan lancar, karena keuntungan yang diterima biasanya dalam bentuk kas, sehingga dapat diuangkan secara cepat, seperti bunga atau jasa giro, dan dividen tunai; juga dapat dalam bentuk setara kas seperti bonus atau dividen saham yaitu dividen yang dibayarkan dalam bentuk saham dan dapat dikonversikan menjadi uang kas.” “Komponen kedua dari return adalah capital gain, yaitu keuntungan yang diterima karena adanya selisih antara harga jual dengan harga beli saham suatu instrumen investasi. Capital gain sangat bergantung dari harga pasar instrumen investasi, yang berarti bahwa instrumen investasi harus diperdagangkan dipasar. Dengan adanya perdagangan maka akan timbul perubahan nilai suatu instrumen investasi yang memberikan capital gain. Besarnya capital gain dilakukan dengan analisis return histories yang terjadi pada periode sebelumnya, sehingga dapat ditentukan besarnya tingkat kembalian (expected return).” 32 Dapat disimpulkan bahwa return saham yang dibagikan kepada para pemegang saham semakin meningkat akan mempengaruhi kinerja ataupun nilai perusahaan, karena dapat menambah kekayaan para pemegang saham. 2.3 Kinerja Perusahaan 2.3.1 Pengertian Kinerja Perusahaan Gambaran mengenai kondisi keuangan dapat dianalisis memakai beberapa alat didalam manajemen keuangan, sehingga jika dilaksanakan pastinya dapat mengetahui baik buruknya keadaaan perusahaan yang dapat mencerminkan prestasi perusahaan dalam periode tertentu, gambaran tersebut adalah sebuah kinerja keuangan yang pastinya akan sangat penting agar sumber daya dapat digunakan secara optimal dan membuat keadaan suatu negara menjadi lebih baik lagi. Menurut Mamduh (2010)kinerja perusahaan dapat diartikan sebagai berikut: “Pengukuran kinerja didefinisikan sebagai performing measurement, yaitu kualifikasi dan efisiensi perusahaan atau segmen atau keefektifan dalam pengoperasian bisnis selama periode akuntansi. Dengan demikian pengertiankinerja adalah suatu usaha formal yang dilaksanakan perusahaan untuk mengevaluasi efisien dan efektivitas dari aktivitas perusahaan yang telah dilaksanakan pada periode waktu tertentu” Sedangkan menurut Rivai (2004) kinerja perusahaan adalah: “Hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu perusahaan sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan secara legal, tidak melanggar hukum dan tidak bertentangan dengan moral dan etika. Kinerja perusahaan (Companies performance) merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam periode tertentu dengan mengacu kepada standar yang ditetapkan. Pengukuran aktivitas kinerja perusahaan dirancang untuk menaksir bagaimana kinerja aktivitas dan hasil akhir yang dicapai.” 33 Dapat disimpulkan bahwa kinerja perusahaan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Hendaknya kinerja perusahaan merupakan hasil yang dapat diukur dan menggambarkan kondisi empirik suatu perusahaan dari berbagai ukuran yang disepakati. Kinerja keuangan pun dapat dihitung melalui rasio-rasio yang ada di dalam laporan keuangan. 2.3.2 Tujuan Kinerja Perusahaan Penilaian kinerja bertujuan untuk membantu para manajer di dalam perusahaan untuk mengambil keputusan yang tepat. Kinerja perusahaan juga dapat mencerminkan kinerja perusahaan pada periode tertentu. Menurut Munawir (2010) tujuan kinerja keuangan perusahaan sebagai berikut; 1) Tingkat likuiditas, yaitu kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban keuangan saat ditagih. 2) Tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuntungannya apabila perusahaan tesebut dilikuidasi baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun keuangan jangka panjang. 3) Tingkat rentabilitias, yaitu suatu kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada periode tertentu. 4) Stabilitas usaha, yaitu kemampuan perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil dan mempertimbangkan kemampuan perusahan untuk membayar dividen secara teratur. Sehingga tujuan dari kinerja perusahaan adalah membantu pihak internal perusahaan untuk memberikan keputusan yang tepat pada situasi dan kondisi yang tepat, dengan memakai empat tingkatan yang berbeda. 34 2.2.3 Pengukuran dan Penilaian Kinerja Ukuran untuk menilai kinerja perusahaan dapat diukur dalam beberapa hal sehingga banyak sekali cara untuk mengukur penilaian ini. Salah satunya menurut Mulyadi (2000), terdapat tiga ukuran untuk menilai kinerja perusahaan, tiga ukuran tersebut yaitu; 1) Kriteria tunggal (single criteria) Mengukur kinerja karyawan dimana orang akan cenderung memusatkan usahanya kepada criteria tersebut dengan akibat diabaikannya kriteria lain, yang memungkinkan sama pentingnya dalam menentukan sukses atau tidaknya suatu perusahaan atau bagiannya. 2) Kriteria beragam (multiple criteria) Aspek kinerja manajer dicari ukurannya, sehingga seorang manajer diukur kinerjanya dengan beragam kriteria. Tujuannya agar manajer yang diukur kinerjanya mengarahkan usahanya kepada berbagai kinerja. 3) Kriteria gabungan (competitive criteria) Pembobotan angka tertentu kepada beragam kriteria kinerja untuk mendapatkan ukuran tunggal kinerja manajer, setelah memperhitungkan bobot beragam kriteria kinerja masing-masing. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kriteria – kriteria di atas dapat sangat membantu mengukur dan menilai kinerja perusahaan, yang dimana kinerja tersebut dapat membantu para manajer untuk mengambil keputusan yang baik dan yang benar. 35 2.4 Laporan Keuangan 2.4.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses pencatatan keuangan, yang juga cerminan dari kinerja perusahaan dalam periode tertentu. Pentingnya laporan keuangan sangatlah terlihat, karena perusahaan - perusahaan yang telah listing dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia karenadapat di akses oleh seluruh masyarakat dan dapat pula dilihat dan juga dipahami oleh yang memerlukan data tersebut. Laporan keuangan menurut SAK No.1sebagai berikut: “Bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap memiliki beberapa isi seperti; laporan laba rugi, neraca, laporan perubahan posisi keuangan, catatan dan laporan lainnya yang memiliki hubungan dengan laporan keuangan.” Sedangkan menurut Munawir(2010)laporan keuangan adalah: “Laporan Keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas dari suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.” Sehingga dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah laporan yang memberikan informasi, baik informasi keuangan ataupun non keuangan yang sangat berhubungan dengan perusahaan tersebut dan juga dapat menceriminkan kinerja perusahaan tersebut dari beberapa faktor. 2.4.2 Tujuan Laporan Keuangan Seluruh laporan pasti memiliki sebuah tujuan, sama halnya dengan laporan keuangan, laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi secara real, yang diringkas menjadi satu laporan, yang dapat diakses oleh masyarakat dan dapat dipahami bagi yang membutuhkan, dan juga dapat menjadi pelajaran mengenai keputusan-keputusan ekonomi yang ditentukan. 36 Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009)tujuan laporan keuangan adalah: “Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.” Selanjutnya tujuan laporan keuangan menurut Husnan(2008)sebagai berikut: “Untuk mengambil keputusan-keputusan keuangan yang benar, keputusan keuangan adalah untuk memaksimumkan nilai perusahaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan dari laporan keuangan yaitu memberikan informasi-informasi yang terdapat di laporan keuangan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat khususnya yang memakai laporan keuangan untuk melihat dampak keuangan dari keputusan yang diambil oleh perusahaan tersebut dan juga memaksimumkan nilai perusahaan.” Dapat disimpulkan tujuan dari laporan keuangan dalam membantu agar kinerja perusahaan tercermin jelas, sehingga dapat membantu pihak internal untuk memaksimumkan kinerja bahkan nilai perusahaan dengan cara mengambil keputusan yang tepat. 2.4.3 Jenis- jenis Laporan Keuangan Laporan keuangan memiliki ruang lingkup yang besar, sehingga memiliki beberapa jenis dari laporan keuangan. Mulai dari yang umum, hingga yang sangat khusus yang biasanya dipakai oleh orang berkepentingan saja yang memakai laporan tersebut. Begitu juga menurut Hartanto (2008)bahwa jenis laporan keuangan sebagai berikut: “Laporan keuangan yang disusun oleh perusahaan terbagi kedalam beberapa jenis, tergantung dari maksud dan tujuan pembuatan laporan keuangan.” 37 Sama halnya mengenai jenis – jenis laporan keuangan menurut Sofyan Syafri Harahap(2013) adalah: “Jenis laporan keuangan terdiri dari jenis laporan keuangan utama dan pendukung, seperti; Daftar Neraca, Perhitungan Laba Rugi, Laporan Sumber dan Penggunaan Dana, Laporan Arus Kas, Laporan Harga Pokok Produksi, Laporan Laba Ditahan, Laporan PerubahanModal, dan Laporan Kegiatan Keuangan.” Berikut adalah jenis-jenis dari Laporan Keuangan pada umumnya; 1. Neraca Menurut Brigham & Houston (2011)neraca adalah: “Cerminan posisi suatu perusahaan pada suatu titik dan waktu tertentu. Ilustrasi sederhananya seperti sisi sebelah kiri laporan meyajikan aset yang dimiliki perusahaan. Dan juga sisi sebelah kanan menyajikan kewajiban dan ekuitas perusahaan yang mencerminkan klaim terhadap asset.” 2. Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi menurut Brigham & Houston (2011) adalah: “Laporan yang merangkum pendapatan dan beban perusahaan selama suatu periode akuntansi, biasanya satu kuartal atau satu tahun. Laporan Keuangan yang berisikan informasi tentang keuntungan atau kerugian yang diderita oleh perusahaan dalam satu periode tertentu. Pada laporan ini menyajikan data pendapatan sebagai hasil usaha perusahaan dan beban sebagai pengeluaran operasional perusahaan.” 3. Laporan Laba Ditahan Menurut Brigham & Houston (2011)laporan laba ditahan adalah: “Laporan yang menyajikan seberapa besar jumlah laba perusahaan yang ditahan di dalam usaha dan tidak dibayarkan sebagai deviden. Angka laba ditahan dalam neraca merupakan jumlah laba ditahan untuk setiap tahun sepanjang riwayat perusahaan.” 4. Laporan Arus Kas Laporan arus kas menurut Brigham & Houston (2011)adalah: 38 “Laporan yang melaporkan dampak aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan suatu perusahaan pada arus kas sepanjang periode akuntansi.” Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis dari laporan keuangan meliputi banyak hal, tetapi memiliki tujuan yang hampir sama yaitu untuk memberikan laporan atau kesimpulan dari pencatatan sebuah rangkuman perusahaan pada periode tertentu. 2.5 Analisis Laporan Keuangan 2.5.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan Analisis Laporan Keuangan adalah cara yang dibutuhkan untuk melengkapi laporan keuangan, sehingga analisis laporan keuangan adalah bagian dari laporan keuangan. Analisis laporan keuangan merupakan analisis mengenai kondisi keuangan suatu perusahaan yang melibatkan neraca dan laporan laba rugi. Neraca (balancesheet) suatu perusahaan menggambarkan jumlah kekayaan (harta), kewajiban (hutang) dan modal dari perusahaan tersebut pada saat tertentu. Kekayaan atau harta disajikan pada sisi aset, sedangkan kewajiban atau hutang disajikan pada sisi liabilitas. Menurut Martono (2002)analisis laporan keuangan adalah: “Laporan rugi laba (income statement) suatu perusahaan menggambarkan jumlah penghasilan atau pendapatan dan biaya dari perusahaan tersebut padaperiode tertentu.” Selanjutnya analisis laporan keuangan menurut Harmono(2011)sebagai berikut: “Analisis Laporan Keuangan adalah alat analisis bagi manajemen keuangan yang bersifat menyeluruh, dapat digunakan untuk mendeteksi atau mendiagnosa tingkat kesehatan sebuah perusahaan, melalui analisis kondisi arus kas atau kinerja organisasi perusahaan, baik yang bersifat parsial, atau secara keseluruhan.” 39 Sehingga dapat disimpulkan bahwa analisis rasio keuangan adalah sebuah alat yang dapat membedah laporan keuangan ke dalam komponen-komponennya, dan dapat mencerminkan tingkat kesehatan. 2.5.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan Dapat diketahui bahwa analisis laporan keuangan sangat dibutuhkan untuk para pihak internal maupun eksternal di perusahaan tersebut. Baik untuk sebagai bahan evaluasi ataupun sebagai bahan motivasi, umumnya analisis rasio keuangan dapat dipahami bagi seluruh masyarakat yang memerlukan, dan didalam analisis laporan keuangan dapat mencerminkan kebaikan dan keburukan sebuah perusahaan baik kepada karyawan, konsumen bahkan kepada investor. Menurut Harahap (2013)analisis laporan keuangan adalah: “Analisis Laporan Keuangan pun memiliki tujuan analisis laporan keuangan adalah screening, forecasting, diagnosis, dan evaluation. Untuk melihat keadaan perusahaan tersebut khususnya untuk berinvestasi atau merger & aquisition. Tujuan selanjutnya adalah diharapkan dengan adanya Analisis Laporan Keuangan dapat mendiagnosa sebuah masalah yang akan timbul sehingga pihak perusahaan pun dapat melakukan pencegahan terlebih dahulu, baik dalam masalah manajemen keuangan, operasional, atau masalah lainnya.” Sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan dari adanya analisis laporan keuangan adalah melihat secara lebih mendalam dengan menghitung beberapa rasio matematis yang sederhana dan dapat menghasilkan hasil berupa cerminan perusahaan itu sendiri. 2.5.3 Kegunaan Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah hal yang penting bagi para manajer perusahaan, karena dapat memprediksi atau bahkan mengevaluasi kinerja perusahaan tersebut dalam beberapa periode tertentu. 40 Menurut Harahap (2013), kegunaan dari analisis laporan keuangan, antara lain; 1) Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam, daripada yang terdapat dari laporan keuangan biasa. 2) Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit) dari suatu laporan keuangan atau yang berada dibalik laporan keuangan (implicit). 3) Dapat mengetahui kesalahan – kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan. 4) Dapat membongkar hal – hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan. 5) Mengetahui sifat – sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model-model dan teori – teori yang terdapat dilapangan seperti untuk prediksi, dan peningkatan (rating). 6) Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan. Dengan perkataan lain, apa yang dimaksud dari suatu laporan keuangan merupakan tujuan analisi laporan keuangan juga antara lain : a) Dapat menilai prestasi perusahaan . b) Dapat memproyeksikan keuangan perusahaan. c) Dapat menilai kondisi keuangan masa lalu dan masa sekarang dari aspek waktu tertentu : a. Posisi keuangan (aset, neraca, dan modal) b. Hasil usaha perusahaan (hasil dan biaya) c. Likuiditas d. Solvabilitas e. Aktivitas f. Rentabilitas atau profitabilitas g. Indikator pasar modal 41 d) Menilai perkembangan dari waktu ke waktu e) Melihat komposi struktur keuangan, dan arus dana. 7) Dapat menentukan rating perusahaan menurut kriteria yang sudah dikenali dalam dunia bisnis. 8) Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan periode sebelumnya atau dengan standar industri normal secara ideal. 9) Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan, baik posisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan, dsb. 2.6 Analisis Rasio Keuangan 2.6.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan Rasio Keuangan adalah alat agar dapat menganalisa Laporan keuangan, rasio yang dipakai sesuai dengan apa yang kita cari, mulai dari likuiditas keuangan perusahaan, sampai dengan rasio hutang kepada bank. Menurut Harahap (2013) rasio keuangan adalah: “Angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari suatu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Misalnya antara hutang dan modal, antara kas dan total asset, antara harga pokok produksi dengan total penjualan dan sebagainya.” Begitu pula menurut Jumingan (2008)bahwa analisis laporan keuangan merupakan: “Angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsurlainnya dalam laporan keuangan. Hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis yang sederhana. Secara individual rasio itu kecil artinya kecuali jika dibandingkan dengansuatu rasio standar yang layak dijadikan dasar pembanding. Apabila tidak ada standar yang dipakai sebagai dasar pembanding dari penafsiran rasio-rasio suatu perusahaan, penganalis tidak dapat menyimpulkan apakah rasio-rasio itu menunjukkan kondisi yang menguntungkan atau tidakmenguntungkan.” Sehingga dapat disimpulkan bahwa analisis rasio keuangan adalah angka yang didapatkan dari beberapa pos di laporan keuntungan yang 42 menunjukan hubungan setiap pos tersebut, dan memberikan informasi mengenai kinerja dan kondisi keuangan perusahaan didalam bentuk angka yang sederhana. 2.6.2 Jenis-jenis Rasio Keuangan 1. Rasio Likuiditas Menurut Martono dan Agus (2002), rasio likuiditas merupakan: “Rasio yang menunjukan hubungan antara kas perusahaan dan aktiva lancar lainnya dengan hutang lancar, rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban financialnya yang harus segera di penuhi” Menurut Harahap (2013), “ Rasio Likuiditas dapat menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikankewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan utang lancar. Rasio likuiditias terbagi menjadi beberapa bagian rasio, yaitu: current ratio, quick ratio, cash ratio, & working capital to total asset ratio.” Dalam penelitian ini penulis hanya meneliti satu rasio likuiditas yaitu current ratio. Kemudian current ratio menurut Fahmi (2011) adalah: “Ukuran yang umum digunakan atau solvensi jangka pendek, kemampuan suatu perusahaan memenuhi kebutuhan hutang ketika jatuh tempo.” Berikut adalah rumus dari current ratio; πΆπ’πππππ‘ π ππ‘ππ = Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Selanjutnya menurut Sawir (2009)quick ratio adalah: 43 “Quick ratio umumnya dianggap baik adalah semakin besar rasio ini maka semakin baik kondisi perusahaan.” Berikut adalah rumus dari quck ratio; ππ’πππ π ππ‘ππ = Aktiva Lancar − Persediaan Kewajiban Lancar 2. Rasio Profitabilitas Menurut Kasmir (2010)rasio profitabilitas adalah: “Merupakan rasio menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan, dalam hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini mengukur dan menunjukkan efektivitas manajemen perusahaan melalui laba yang dihasilkan dari penjualan dan investasi perusahaan.” Sedangkan rasio profitabilitas menurut Harahap (2013) sebagai berikut: “Rasio profitabilitas terbagi menjadi beberapa bagian rasio, yaitu: gross profit margin, operating ratio margin, operating ratio, net profit margin, return on assets, return on equity, return on investment, earning per share.” Dalam penelitian ini penulis hanya meneliti dua rasio profitabilitas yaitu return on asset & return on equity. Menurut Keown (2008)return on asset adalah: “Indikator yang dapat digunakan sebagai pengukuran profitabilitas perusahaan adalah ROA (Return On Asset) yang merupakan pengembalian atas aset yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan bersih perusahaan.” Berikut adalah rumus dari return on asset; π ππ‘π’ππ ππ π΄π π ππ‘ = Laba Bersih total asset 44 Return on equity menurutMoerdiyanto(2010)merupakan: “Rasio yang menunjukan keberhasilan dari manajemen dan memaksimalkan tingkat pengembalian kepada para pemegang saham, semakin tinggi rasio ini semakin tinggi pula pengembalian kepada para pemegang saham.” Berikut adalah rumus dari return onequity; π ππ‘π’ππ ππ πΈππ’ππ‘π¦ = Laba Bersih total Ekuitas 3. Rasio Solvabilitas Menurut Kasmir (2010)rasio solvabilitas mrupakan: “Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Kasmir juga menambahkan ratio solvabilitas dalam artian luas dapat digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan sewaktu-waktu. Sehingga dapat disimpulkan leverage berguna untuk mencari seberapa besar beban hutang yang akan ditanggung perusahaan memakai pos yang berada di aktiva.” Sedangkan menurut Harahap (2013)rasio solvabilitas adalah: “Rasio solvabilitas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar semua hutang – hutangnya dengan aktiva yang dimilikinya jika perusahaan tersebut dilikuidasi. Ini adalah rasio yang mengukur sebuah perbandingan antara dana yang dimiki pemiliknya dengan dana yang dipinjam kreditur perusahaan. Rasio solvabilitas terbagi menjadi beberapa bagian ratio, yaitu: debt equtiy ratio, debt ratio, time interest earned ratio, fixed charge coverage ratio, & debt service coverage ratio.” Dalam penelitian ini penulis hanya meneliti dua rasio solvabilitas yaitu debt ratio & debt equtiy ratio. Selanjutnya menurut Munawir(2010)debt equity ratio adalah: 45 “Rasio antara total hutang dan total modal sendiri, rasio ini menunjukan berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan hutang, bagi perusahaan semakin besar rasio ini semakin baik.” Berikut adalah rumus dari yaitu Debt Equtiy Ratio; π·πππ‘ πΈππ’ππ‘π¦ π ππ‘ππ = Total Kewajiban Total Ekuitas Debt ratio menurut Darsono (2006) yaitu: “Rasio total kewajiban terhadap asset, rasio ini menekankan pentingnya pendanaan hutang dengan jalan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh hutang. Rasio ini juga menyediakan informasi tentang kemampuan perusahaan dalam mengadaptasi kondisi pengurangan aktiva akibat kerugian tanpa mengurangi pembayaran bunga pada kreditor” Berikut adalah rumus dari Debt ratio; π·πππ‘ π ππ‘ππ = Total kewajiban total asset 4. Pertumbuhan Penjualan / Sales Growth Menurut Fabozzi(2000) Pertumbuhan Penjualan yaitu: “Perubahan penjualan pada laporan keuangan pertahun. Pertumbuhan penjualan yang di atas rata-rata suatu perusahaan pada umumnya didasarkan pada pertumbuhan cepat yang diharapkan dan industri dimana perusahaan beroperasi.” Berikut adalah rumus pertumbuhan penjualan; π ππππ ππππ€π‘β = πππππ − πππππ π‘−1 πππππ π‘−1 Ket: Sales = penjualan tahun tertentu πππππ π‘−1 = penjualan tahun sebelumnya 5. Rasio penilaian 46 MenurutSudjaja dan Barlian (2003)rasio penilaian adalah: “Rasio Pasar (Market Ratio) berhubungan dengan nilai pasar dari saham perusahaan sebagaimana diukur oleh harga pasar saham terhadap nilai akuntansi tertentu. Rasio pasar memberi petunjuk pada investor seberapa baik perusahaan mengelola hasil dan resiko. Rasio pasar mencerminkan penilaian pemegang saham dari segala aspek atas kinerja masa lalu perusahaan dan harapan kinerja di masa yang akan datang.” Sedangkan rasio penilaian menurut Harahap (2013) merupakan: “Rasio penilaian terbagi menjadi beberapa bagian rasio, yaitu:price earning ratio & market to book value ratio.”. Dalam penelitian ini penulis hanya meneliti satu rasio penilaian yaitu market to book value. Menurut Darmadji dan Fakhrudin(2006) market price to book value adalah: “Rasio yang menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham daru suatu perusahaan.” Berikut adalah rumus dari market to book value(Gitman, 2012): ππππππ‘ π‘π ππππ π£πππ’π = ππππππ‘ πππππ ππππ π£πππ’π Sedangkan rumus dari book value adalah (Gitman, 2012): π΅πππ π£πππ’π = π‘ππ‘ππ πππ’ππ‘π¦ π βππππ ππ’π‘π π‘ππππππ 6. Arus kas Operasi Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009) arus kas merupakan: “Arus masuk dan arus keluar kas setara kas.” Sedangkan arus kas menurut Harahap (2013) yaitu: “Suatu laporan yang memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas suatu perusahaan pada suatu 47 periode tertentu dengan mengklasifikasikan kegiatan: operasi, pembiayaan dan investasi.” transaksi pada Berikut adalah rumus arus kas operasi: arus kas operasi − arus kas operasit−1 arus kas operasi = arus kas operasit−1 Ket: Arus kas operasi = arus kas operasi tahun tertentu arus kas operasit−1 = arus kas operasi tahun sebelumnya 2.7 Financial Distress 2.7.1 Pengertian financial distress Financial distress atau yang sering disebut dengan kejadian sebelum kebangkrutan, dalam beberapa kondisi, financial distress dapat dikatakan sebagai sebuah situasi dimana perusahaan tidak mampu lagi memenuhi kewajibannya. Menurut Mamduh (2010)financial distress merupakan: “Financial Distress dapat digambarkan dari dua titik ekstrem yaitu kesulitan likuiditas jangka pendek sampai insolvabel. Kesulitan keuangan jangka pendek biasanya bersifat jangka pendek, tetapi bisa berkembang menjadi parah. Indikator kesulitan keuangan dapat dilihat dari analisis aliran kas, analisis strategi perusahaan, dan laporan keuangan perusahaan.” Financial distress merupakan kondisi dimana keuangan perusahaan dalam keadaan tidak sehat atau krisis, financial distress terjadi sebelum kebangkrutan. Model financial distress perlu untuk dikembangkan, karena dengan mengetahui kondisi financial distress perusahaan sejak dini diharapkan dapat dilakukan tindakan-tindakan untuk mengantisipasi yang mengarah kepada kebangkrutan. 2.7.2 Penyebab Financial Distress 48 Dalam hal ini, penyebab financial distress sangatlah luas dan kompleks, karena financial distress adalah hal-hal yang begitu dihindari oleh sebuah perusahaan, maka dari itu bila salah satu perusahaan mendapatkan ciri - ciri kebangkrutan, pastinya instansi lain ingin menganalisa apa yang membuat hal tersebut terjadi. Menurut Fachruddin (2008)penyebab terjadinya financial distress sebagai berikut: Kelompok penyebab – penyebab kesulitan bisa disebut dengan model dasar kebangkrutan atau trinitas penyebab kesulitan keuangan, ada tiga alasan yang mungkin mengapa perusahaan menjadi bangkrut, yaitu: 1. Neoclassical model Pada kasus ini kebangkrutan terjadi jika alokasi sumber daya tidak tepat. Kasus restrukturisasi ini terjadi ketika kebangkrutan mempunyai campuran aset yang salah. Mengestimasi kesulitan dilakukan dengan data neraca dan laporan laba rugi. Misalnya profit/assets (untuk mengukur profitabilitas), dan liabilities/assets. 2. Financial model Campuran aset benar tapi struktur keuangan salah dengan liquidity constraints (batasan likuiditas). Hal ini berarti bahwa walaupun perusahaan dapat bertahan hidup dalam jangka panjang tapi ia harus bangkrut juga dalam jangka pendek. Hubungan dengan pasar modal yang tidak sempurna dan struktur modal yang inherited menjadi pemicu utama kasus ini. Tidak dapat secara terang ditentukan apakah dalam kasus ini kebangkrutan baik atau buruk untuk direstrukturisasi. Model ini mengestimasi kesulitan dengan indikator keuangan atau indikator kinerja seperti turnover/total assets, revenues/turnover, return on asset, return on equity, profit margin, stock turnover, receivables turnover, cash flow/ total equity, debt ratio, cashflow/(liabilities-reserves), 49 current ratio, acid test, current liquidity, short term assets/daily operating expenses, gearing ratio, turnover per employee, coverage of fixed assets, working capital, total equity per share, earning per share ratio, dan sebagainya. 3. Corporate governance model Kebangkrutan mempunyai campuran aset dan struktur keuangan yang benar tapi dikelola dengan buruk. Ketidakefisienan ini mendorong perusahaan menjadi out of the market sebagai konsekuensi dari masalah dalam tata kelola perusahaan yang tak terpecahkan. 2.7.3 Cara mengatasi Financial Distress Ketika suatu perusahaan mendapatkan informasi mengenai prediksi kebangkrutan, perusahaan tersebut idealisnya harus mengetahui bagaimana cara mengatasi permasalahan tersebut agar kinerja perusahaan tidak turun dengan drastis. Menurut Roddoni dan Ali (2010), kesulitan keuangan dapat diselesaikan dengan beberapa cara, yaitu; 1. Berhubungan dengan asset perusahaan yaitu menjual aset-aset utama, menurunkan pengeluaran dan biaya penelitian pengembangan. 2. Berhubungan dengan restrukturasi keuangan yaitu dengan menerbitkan sekuritas baru, mengadakan negosiasi dengan bank dan kreditor , dan bangkrut. Kesulitan keuangan dapat melibatkan restrukturasi aset ataupun restrukturasi keuangan. 2.7.4 Golongan Financial Distress Setelah sebuah perusahaan sudah dapat mengatasi prediksi kebangkrutan lalu sudah mengetahui cara mengatasi hal tersebut maka harus dipahami pula bahwa prediksi tersebut memiliki beberapa bagian, agar hal tersebut tidak terjadi di kemudian hari. 50 Menurut Altman (1968), Financial distress digolongkan ke dalam empat istilah umum, yaitu: a. Economic Failure Economic Failure terjadi ketika pendapatan perusahaan tidak dapat menutup total biaya termasuk biaya modal. Usaha yang mengalami hal tersebut dapat meneruskan operasinya sepanjang kreditur berkeinginan untuk menyediakan tambahan modal dan pemilik dapat menerima tingkat pengembalian (return) dibawah tingkat bunga pasar. b. Business Failure Business Failure seringkali digunakan untuk menggambarkan berbagai macam kondisi bisnis yang tidak memuaskan. Business Failure mengacu pada sebuah perusahaan berhenti beroperasi karena ketidakmampuannya untuk menghasilkan keuntungan atau mendatangkan penghasilan yang cukup untuk menutupi pengeluaran. Sebuah bisnis yang menguntungkan dapat gagal jika tidak menghasilkan arus kas yang cukup untuk memenuhi pengeluaran. c. Insolvency 1) Technical insolvency, merupakan kondisi dimana perusahaan tidak mampu memenuhi kewajibannya yang jatuh tempo sebagai akibat dari ketidakcukupan arus kas. 2) Insolvency in Bancrupty Sense, merupakan kondisi dimana total kewajiban lebih besar dari nilai pasar total aset perusahaan. Dan karena itu memiliki ekuitas yang negatif. d. Legal Bankruptcy Sebuah bentuk formal kebangkrutan dan telah disahkan secara hukum. 51 2.7.5 Pengujian saat mengalami Financial Distress Dalam beberapa analisa mengenai prediksi kebangkrutan, para analis membutuhkan cara untuk menguji kebenaran prediksi kebangrutan ini. Untuk melakukan pengujian apakah suatu perusahaan mengalami financial distress dapat ditentukan dengan berbagai cara, seperti: 1) Menurut Altman (1968) mendefinisikan financial distress dengan mempergunakan angka-angka di dalam laporan keuangan dan merepresentasikannya dalam suatu angka, yaitu Z-Score yang dapat menjadi acuan untuk menentukan apakah suatu perusahaan berpotensi untuk bangkrut atau tidak. 2) Menurut Asquith, Gertner, dan Scharfstein (1994) melakukan pengukuran financial distress menggunakan interestcoverage ratio untuk mendefinisikan financial distress. 3) Menurut Lou (1987) dan Hill et al. (1996), dilihat dengan adanya pemberhentian tenaga kerja atau menghilangkan pembayaran deviden. 4) Menurut Hofer (1980) dan Whitaker (1999) mendefinisikan financial distress jika tahun perusahaan mengalami laba operasi bersih negatif. Sedangkan dalam penelitian ini pengukuran financial distress memakai bobot 0 dan 1, 0 untuk kategori tidak sehat dan 1 untuk kategori sehat. Kriteria kategori tersebut dilihat dari rata-rata rasio setiap tahun, jika perusahaan tersebut memilki nilai diatas rata-rata rasio tersebut maka diberikan poin 1 dan di bawah rata – rata rasio tersebut di berikan poin 0. 2.7.6 Indikator terhadapFinancial Distress Cara memahami prediksi kebangkrutan tidak hanya mempelajari bahwa prediksi tersebut memiliki banyak golongan tetapi mempelajari bahwa prediksi tersebut memiliki ciri – ciri yang terlihat itupun sangat berguna untuk menjadi perusahaan yang lebih baik lagi. 52 Seperti yang dikemukakan oleh Harnanto (1991) mengenai indikator terhadap financial distress sebagai berikut: 1) Penurunan volume penjualan karena adanya perubahan selera atau permintaan konsumen 2) Kenaikan biaya produksi 3) Tingkat persaingan yang semakin ketat 4) Kegagalan melakukan ekspansi 5) Ketidakefektifan dalam melaksanakan fungsi pengumpulan piutang 6) Kurang adanya dukungan atau fasilitas perbankan (kredit) 7) Tingginya tingkat ketergantungan terhadap piutang. Adapula indikator yang harus diperhatikan pihak eksternal, antara lain: 1) Penurunan deviden yang dibagikan kepada para pemegang saham 2) Terjadinya penurunan laba yang terus-menerus, bahkan sampai terjadinya kerugian 3) Ditutup atau dijualnya satu atau lebih unit usaha 4) Terjadinya pemecatan pegawai 5) Pengunduran diri eksekutif puncak 6) Harga saham yang terus menerus turun di pasar modal 2.8 Kerangka Pemikiran Berdasarkan tinjauan teori yang telah dipaparkan oleh penulis, maka dapat disimpulkan bagan kerangka pemikiran untuk menghubungkan pengaruh antara variabel independen dan dependen. Perusahaan yang memiliki profit yang tinggi pastinya akan meningkatkan ketertarikan para pemegang saham, karena para investor tertarik pada perusahaan yang akan membagikan devidennya stabil dengan tingkat yang tinggi atau dividen yang memiliki tingkat yang positif. 53 Memiliki profit yang baik adalah salah satu tujuan yang ingin tercapai, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Menurut Gitman (2012), “the goal of the firm, should be to maximize the wealth of the owners for whom it is being operated or equivalenty, to maximize the stock price. Maximizing a firm’s sahre price is equivalent to maximizing profit”. Jadi, tujuan jangka pendek dari sebuah perusahaan adalah memaksimalkan profit dan harga saham sebuah perusahaan, hal tersebut guna menunjang tercapainya sebuah tujuan jangka panjang dari suatu perusahaan yaitu meningkatkan nilai perusahaan dan memaksimalkan kekayaan bagi para pemegang saham. Para pemegang saham akan memberikan kepercayaannya kepada perusahan tersebut jika kekayaan yang diberikan terus menunjukan perkembangan yang positif. Apabila para pemegang saham memberikan hal yang positif pada perusahaan tersebut pastinya perusahaan tersebut akan meningkatkan kinerja perusahaannya. Sehingga apabila para pemegang saham tetap percaya pada perusahaan tersebut dikarenakan kekayaan untuk para pemegang saham terus meningkat pastinya akan meningkatkan kinerja perusahaan, karena bertambahanya investor tersebut dalam satu perusahaan akan meningkatkan harga saham, dan jika harga saham akan meningkat dapat mencerminkan perkembangan yang positif terhadap kinerja perusahaan. Penilaian kinerja perusahaan selain dapat dilihat dari bertambahnya investor yang berinvestasi atau dari harga saham bisa dilihat dari laporan keuangan, karena laporan keuangan secara keseluruhan dapat merangkum kinerja perusahaan secara keseluruhan pula. Seperti menurut Fama (1972), bahwa“Penilaian kinerja perusahaan dapat dilihat dari segi analisis laporan keuangan dan dari segi perubahan harga saham, sehingga nilai perusahaan akan tercermin dari harga sahamnya.” Berdasarkan pengertian tersebut dapat disadari bahwa analisa laporan keuangan dan perubahan harga saham adalah cerminan kinerja dan nilai 54 perusahaan. Analisa laporan keuangan bisa dianalisis melalui rasio rasio keuangan yang ada dalam laporan keuangan. Pengertian rasio keuangan menurut Gitman (2012) adalah “ratio analysis is involves methods of calculating and interpreting financial ratios to analyze and monitor the firm’s performance” berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa rasio keuangan dan analisanya adalah hal yang penting untuk memberikan informasi bagi perusahaan, pemegang saham, dan juga kreditur. Laporan keuangan pun dapat memprediksi kan sesuatu yang akan datang, baik return ataupun resiko yang akan datang sehingga dapat melakukan langkah yang baik pada permasalahan yang ada dalam perusahaan tersebut. Dalam persaingan yang ketat pada zaman ini pastinya akan menimbulkan sebuah kerugian pada suatu perusahaan, kerugian tersebut sangat memungkinkan jika masalah yang dihadapi adalah financial distress. Dengan melakukan analisa rasio keuangan diharapkan dapat mencegah dan memprediksi financial distress tersebut. Menurut Ramadhani dan Lukviarman (2009), menyatakan bahwa financial distress merupakan tahapan penurunan kondisi keuangan suatu perusahan sebelum terjadinya kebangkrutan ataupun likuidasi. Dalam penelitian ini variabel dependen adalah current ratio, cashflow, return on asset, return on equity, debt ratio, debt equity ratio, sales growth, dan market to book value. Sedangkan variabel dependen adalah financial distress yang dalam penelitian ini perusahaan diberikan kategori sehat (1) dan kategori tidak sehat (0). Dapat diketahui bahwa rasio-rasio keuangan berasal dari laporan keuangan perusahaan keseluruhan dan rasio –rasio tersebut dapat mengukur variabel dependen yaitu financial distress. Sebelum mengukur maka dibuatlah hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari rumusan penelitian. 55 2.8.1 Penelitian Terdahulu Berbagai penelitian telah dilakukan oleh beberapa peneliti terhadap kajian financial distress, dengan memakai alat ukur yang berbagai jenis dan juga sektor yang beragam. Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu yang mengkaji financial distress; Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No 1 Penulis Judul Kesimpulan / Hasil Persamaan Perbedaan Memberikan hasil bahwa, Persamaanny Perbedannya Orina Pengaruh Andre(2011 Profitabilit Likuiditas yang diukur a adalah dalam ) as, oleh current ratio tidak dalam penelitian ini Likuiditas, berpengaruh dalam penelitian menambahka dan memprediksi financial sebelumnya n variabel Leverage distress, Profitabilitas untuk independen dalam yang diukur oleh return variabel lain yaitu Mempredi on asset mempunyai independen quick ratio, ksi pengaruh negatif dan sama-sama return on Financial signifikan dalam menggunaka equity, debt Distress memprediksi financial n current equity ratio, pada distress, dan leverage ratio, return sales growth, perusahaa yang diukur oleh debt on asset,dan market to n Aneka ratio mempunyai debt ratio. book value, Industri di pengaruh positif dan Kemudian dan cashflow. BEI signifikan dalam variabel memprediksi financial dependennya distress. sama-sama menggunaka n financial distress. 56 No 2 Penulis Judul Kesimpulan / Hasil Persamaan Perbedaan Imam Analisis Memberikan hasil bahwa Persamaanny Perbedannya Mas’ud & rasio leverage yang diukur oleh a adalah dalam Reva keuangan debt equity ratio tidak dalam penelitian ini Maymi untuk berpengaruh terhadap penelitian menambahka Srengga mempredi kondisi financial distress, sebelumnya n variabel (2011) ksi kondisi Likuiditas yang diukur untuk independen financial oleh current ratio tidak variabel lain yaitu distress berpengaruh dalam independen quick ratio, perusahaa memprediksi financial sama-sama return on n distress, Profitabilitas menggunaka equity, debt manufaktu yang diukur oleh return n current ratio, sales r tang on asset berpengaruh ratio, return growth, dan terdaftar di dalam memprediksi on asset, debt market to BEI financial distress, dan equity ratio, cashflow berpengaruh dan cashflow. terhadap kondisi financial Kemudian distress. variabel book value. dependennya sama-sama menggunaka n financial distress. 3 Luciana Analisis Memberikan hasil bahwa Persamaanny Perbedannya Spica rasio profit margin ratio a adalah adalah pada Almilia & keuangan berpengaruh terhadap dalam penelitian Kristijadi untuk financial distress, penelitian sebelumnya (2003) mempredi leverage yang diukur oleh sebelumnya menambahka ksi kondisi debt ratio berpengaruh untuk n variabel financial variabel independen terhadap financial 57 No Penulis Judul Kesimpulan / Hasil Persamaan Perbedaan distress distress, rasio likuiditas independen yaitu rasio perusahaa yang diukur oleh current sama-sama profit margin n ratio berpengaruh menggunaka ratio dan manufaktu terhadap financial n debt ratio, growth yang r yang distress, dansales growth dan current diukur oleh terdaftar di yang diukur oleh net ratio. net income to BEJ income to total asset Kemudian total asset growth berpengaruh variabel growth. terhadap financial dependennya Kemudian distress. sama-sama pada menggunaka penelitian ini n financial menambahka distress. n variabel independen lain yaitu quick ratio, return on asset, return on equity, debt equity ratio, sales growth, market to book value, dan cashflow. 4 Evanny Kekuatan Memberikan hasil bahwa Indri rasio rasio leverage yang diukur a adalah adalah pada Hapsari(201 keuangan oleh debt dalam penelitian 2) ratioberpengaruh negatif penelitian sebelumnya dalam Persamaanny Perbedannya 58 No Penulis Judul Kesimpulan / Hasil Persamaan Perbedaan mepredisk terhadap kondisi financial sebelumnya menambahka i kondisi distress, rasio Likuiditas untuk n variabel financial yang diukur oleh current variabel independen distress ratio tidak berpengaruh independen yaitu profit perusahaa dalam memprediksi sama-sama margin on n financial distress, menggunaka sales. manufaktu Profitabilitas yang diukur n current Kemudian r di BEI oleh return on asset ratio, return pada berpengaruh negatif dalam on asset, dan penelitian ini memprediksi financial debt ratio. menambahka distress, Profitabilitas Kemudian n variabel yang diukur oleh profit variabel independen margin on sales tidak dependennya lain yaitu berpengaruh dalam sama-sama quick ratio, memprediksi financial menggunaka return on distress. n financial equity, debt distress. equity ratio, sales growth, market to book value, dan cashflow. 5 Muhammad Prediksi Memberikan hasil bahwa Persamaanny Perbedannya Arif hidayat financial rasio leverage yang diukur a adalah adalah pada & Wahyu distress oleh debt ratio dalam penelitian Meiranto perusahaa berpengaruh terhadap penelitian sebelumnya (2014) n kondisi financial distress, sebelumnya menambahka manufaktu rasio Likuiditas yang untuk n variabel r di diukur oleh current variabel independen indonesia ratioberpengaruh dalam independen yaitu total 59 No Penulis Judul Kesimpulan / Hasil Persamaan Perbedaan memprediksi financial sama-sama asset distress, Profitabilitas menggunaka turnover. yang diukur oleh return n current Kemudian on asset berpengaruh ratio, return pada tetapi tidak signifikan on asset, dan penelitian ini dalam memprediksi debt ratio. menambahka financial distress, dan Kemudian n variabel rasio aktivitas yang diukur variabel independen oleh total asset turnover dependennya lain yaitu berpengaruh terhadap sama-sama quick ratio, financial distress. menggunaka return on n financial equity, debt distress. equity ratio, sales growth, market to book value, dan cashflow. 6 Wahyu Pengaruh Memberikan hasil bahwa Persamaanny Perbedannya Widarjo & rasio rasio leverage yang diukur a adalah adalah pada Doddy euangan oleh debt ratio tidak dalam penelitian Setiawan terhadap berpengaruh terhadap penelitian sebelumnya (2009) kondisi kondisi financial distress, sebelumnya menambahka financial rasio Likuiditas yang untuk n variabel distress diukur oleh current ratio, variabel independen perusahaa dan cash ratio tidak independen yaitu cash n otomotif berpengaruh dalam sama-sama ratio. memprediksi financial menggunaka Kemudian distress, sedangkan rasio n current pada likuiditas yang diukur ratio,quick penelitian ini 60 No Penulis Judul Kesimpulan / Hasil oleh quick ratio Persamaan ratio return Perbedaan menambahka berpengaruh negatif dalam on asset,debt n variabel meprediksi financial independen rati, dan distress.Profitabilitas yang sales growth. lain yaitu diukur oleh return on Kemudian return on asset tidak berpengaruh variabel equity, debt dalam memprediksi dependennya equity ratio, financial distress, dan sama-sama market to rasio sales growth tidak menggunaka book value, berpengaruh dalam n financial dan cashflow. meprediksi financial distress. distress. Berdasarkan uraian kerangka pemikiran dan beberapa teori yang berhubungan dengan penelitian, maka peneliti bermaksud menggambarkannya dalam suatu kerangka pemikiran sebagai bentuk alur pemikiran peneliti, kerangka pemikiran akan disajikan sebagai berikut: 61 Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Perusahaan yang terdaftar di Tujuan penelitian ini adalah Bursa Efek Indonesia (BEI) mengetahui periode 2010 - 2014 perkembangan bagaimana dan pengaruh setiap rasio keuangan terhadap prediksi financial distress secara pada perusahaan yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2014 Return para pemegang saham Laporan Keuangan Kinerja perusahaan Financial Distress Analisis Laporan Keuangan Rasio Likuiditas (current ratio& quick ratio)) Sales growth Rasio Penilaian (Market to book value) Rasio Profitabilitas (return on asset & return on equity) Rasio Solvabilitas (debt ratio & debt equity ratio) Cashflow 62 Sumber: Olahan Penulis 2015 Berdasarkan uraian kerangka pemikiran diatas, maka penulis membuat hipotesis sebaggai berikut; H1 : Likuiditas yang diukur daricurrent ratio berpengaruhterhadap financial distress perusahaan – perusahaan yang terdaftar di BEI. H2 : Likuiditas yang diukur dari quick ratioberpengaruhterhadap financial distress perusahaan – perusahaan yang terdaftar di BEI. H3 : Profitabilitas yang diukur dari return on asset berpengaruh terhadap financial distress perusahaan – perusahaan yang terdaftar di BEI. H4 : Profitabilitas yang diukur dari return on equity berpengaruh terhadap financial distress perusahaan – perusahaan yang terdaftar di BEI. H5 : Solvabilitas yang diukur dari debt ratio berpengaruh terhadap financial distress perusahaan – perusahaan yang terdaftar di BEI. H6 : Solvabilitas yang diukur dari debt equtiy ratio berpengaruh terhadap financial distress perusahaan – perusahaan yang terdaftar di BEI. H7 : Pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadapfinancial distress perusahaan – perusahaan yang terdaftar di BEI. H8 : Penilaian yang diukur dari market to book value berpengaruh terhadap financial distress perusahaan – perusahaan yang terdaftar di BEI. H9 : Penilaian yang diukur dari arus kas berpengaruh terhadap financial distress perusahaan – perusahaan yang terdaftar di BEI. 63