59 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek

advertisement
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Gambaran Umum Obyek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan Perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Berdasarkan situs saham.idx.co.id
terdapat 41 perusahaan Perbankan terdaftar di Bursa Efek Indonesia.Dari jumlah
populasi tersebut, sebanyak 24 perusahaan yang kemudian dijadikan sampel
penelitian berdasarkan purposive sampling methode.
B.
Analisis Statistik Deskriptif
Statistik Deskriptif merupakan statistik yang menggambarkan fenomena
atau karakteristik dari data. Statistik deskriptif berkaitan dengan pengumpulan dan
peringkat data yang menggambarkan karakteristik sampel yang digunakan dalam
penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi pembagian Return Saham pada
perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Analisis ini menjelaskan
karakteristik target populasi terutama mencakup mean, nilai ekstrim yaitu nilai
minimum dan nilai maksimum serta standar deviasi.
59
60
Tabel 4.1
Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N
Minimu Maximu
m
m
-.3598
.5615
.1276
.2160
.0017
.0304
.0306
.1086
.0024
.0446
.6779
.9231
Return Saham
43
CAR
43
NPL
43
NIM
43
ROA
43
LDR
43
Valid N
43
(listwise)
Sumber : Output SPSS, Descriptive Statistics
Mean
.075865
.164191
.015323
.066784
.021095
.824630
Std.
Deviation
.2487644
.0190285
.0082833
.0173620
.0103911
.0530180
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa terdapat variabel dependen, yaitu
Return Saham serta lima variabel independen, yaitu CAR, NPL, NIM ROA dan
LDR dengan jumlah sampel secara keseluruhan sebanyak 72 dari 24 perusahaan
selama 3 tahun.
Variabel Return Saham mempunyai nilai minimum sebesar -0,3598 pada
Bank Windu Ketjana Internasional Tbk (2013) dan dengan nilai maksimum
sebesar 0,5615 pada Bank Sinarmas Tbk (2014) dengan rata-rata didapat dari 72
observasi adalah sebesar 0,075865 dan standar deviasi sebesar 0,2487644.
Variabel CAR mempunyai nilai minimum sebesar 0,1276 pada Bank
Internasional Indonesia Tbk (2013) dan nilai maksimum sebesar 0,2160 pada
Bank Agroniaga Tbk (2013) dengan rata-rata didapat dari 72 observasi adalah
sebesar 0,164191 dan standar deviasi sebesar 0,0190285.
Variabel NPL mempunyai nilai minimum sebesar 0,0017 pada Bank Pan
ndonesia Tbk (2012) dan nilai maksimum sebesar 0,0304 pada Bank Sinarmas
61
Tbk (2012) dengan rata-rata didapat dari 72 observasi adalah sebesar 0, 015323
dan standar deviasi sebesar 0,0082833.
Variabel NIM mempunyai nilai minimum sebesar 0,0306 pada Bank Artha
Graha Internasional Tbk (2012) dan nilai maksimum sebesar 0,1086 pada Bank
Rakyat Indonesia Tbk (2012) dengan rata-rata didapat dari 72 observasi adalah
sebesar 0,66784 dan standar deviasi sebesar 0,173620.
Variabel ROA mempunyai nilai minimum sebesar 0,0024 pada Bank Artha
Graha Internasional Tbk (2012) dan nilai maksimum sebesar 0,0446 pada Bank
Rakyat Indonesia Tbk (2013) dengan rata-rata didapat dari 72 observasi adalah
sebesar 0,021095 dan standar deviasi sebesar 0,0103911.
Variabel LDR mempunyai nilai minimum sebesar 0,6779 pada Bank Central
Asia Tbk (2012) dan nilai maksimum sebesar 0,9231 pada Bank Internasional
Indonesia Tbk (2014) dengan rata-rata didapat dari 72 observasi adalah sebesar
0,824630 dan standar deviasi sebesar 0,0530180.
C.
Uji Asumsi Klasik
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh karakteristik perusahaan
terhadap Return Saham, maka dilakukan analisis linear berganda. Analisis regresi
mensyaratkan beberapa asumsi klasik yang harus dipenuhi agar penaksiran
parameter dan koefisien tidak bias dan mendekati keadaan sesungguhnya.
Sehubungan dengan itu, sebelum dilakukan analisis data dan pengujian hipotesis
maka terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap asumsi-asumsi dalam analisis
regresi tersebut. Sesuai dengan data yang digunakan dalam penelitian ini maka
62
asumsi analisis regresi yang akan diuji adalah uji normalitas, multikolinearitas,
autokorelasi dan heteroskedastisitas.
1.
Uji Normalitas Data
Normalitas data merupakan syarat mutlak sebuah data dapat dianalisis
menggunakan regresi. Pengujian normalitas data akan dilakukan dengan
menggunakan uji Kolmogorov Smirnov dan normal P-P Plot. Data yang normal
ditunjukkan dengan nilai uji Kolmogorov Smirnov yang memiliki signifikansi
diatas 0,05. Sedangkan dengan uji PP Plot, data yang normal ditunjukkan dengan
titik-titik yang menyebar di sekitar garis diagonal (garis normal). Hasil pengujian
normalitas secara residual dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan Tabel 4.2 berikut
ini:
Gambar 4.1
Uji Normalitas residual
63
Berdasarkan grafik normal probability plot di atas, dapat diketahui bahwa
data (titik-titik) menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal yang menunjukkan bahwa pola berdistribusi normal, maka model
regresi memenuhi asumsi normalitas.
Tabel 4.2
Uji Normalitas Residual
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N
Normal
Parametersa,b
Most Extreme
Differences
Mean
Std.
Deviation
Absolute
Positive
Negative
Unstandard
ized
Residual
43
.0000000
.21163666
Test Statistic
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
.107
.107
-.053
.107
.200c,d
Sumber : Output SPSS, One Sample K-S
Dari output diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi (Asimp,Sig2tailed) sebesar 0,200. Karena nilai signifikansi lebih dari 0,05, maka residual
terdistribusi dengan normal.
2.
Uji Multikolinier
Pengujian multikolinieritas dalam model regresi dilakukan dengan melihat
nilai Tolerance VIF dari output regresi. Nilai VIF yang lebih besar dari 10 atau 15
64
Tolerance yang lebih kecil dari 0,1 menunjukkan adanya gejala multikolinieritas
dalam model regresi. Nilai VIF dan Tolerance dari masing-masing variabel bebas
terlihat pada Tabel 4.3 sebagai berikut :
Tabel 4.3
Pengujian Multikolinieritas
Coefficientsa
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
Model
1
(Constant)
CAR
.943
1.061
NPL
.918
1.089
NIM
.290
3.445
ROA
.329
3.041
LDR
.743
1.346
a. Dependent Variable: Return Saham
Sumber : Output SPSS, Cofficient
a
Hasil pengujian menunjukkan bahwa tidak ada nilai VIF dari variable yang
memiliki nilai tolerance < 0,10 dan nilai VIF > 10. Dengan demikian model
regresi dalam penelitian ini terbukti tidak memiliki masalah multikolinier.
3.
Uji Autokorelasi
Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antar
anggota dari observasi yang disusun menurut time series. Asumsi autokorelasi
didefinisikan sebagai terjadinya korelasi diantara data pengamatan, dimana
munculnya suatu data dipengaruhi oleh data sebelumnya. Pengujian autokorelasi
65
dilakukan dengan menggunakan uji Durbin Watson. Nilai Durbin Watson yang
berada diantara nilai du dan 4 - du menunjukkan model yang tidak terkena
masalah autokorelasi.
Tabel 4.4
Pengujian Autokorelasi Durbin Watson
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of
DurbinModel
R
R Square
Square
the Estimate
Watson
a
1
.526
.276
.178
.2254835
2.352
a. Predictors: (Constant), Hasil LDR, Hasil CAR , Hasil NPL , Hasil
ROA , Hasil NIM
b. Dependent Variable: Return Saham
Sumber : Output SPSS, Model Sumarry
Du = 1,22
b
DW = 2,352
4 – du = 2,78
Nilai DW yang diperoleh adalah sebesar 2,352 Nilai tabel du untuk k = 4 dan data
sebanyak 72 diperoleh sebesar 1,22. Nilai DW = 2,352 berada diantara 1,22 dan 4
– du = 2,78 maka (1,22 < 2,352 < 2,78) . Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi autokorelasi pada penelitian ini.
4.
Uji Heteroskedastisitas
Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan Scatterplot.
Pola scatter plot yang tidak membentuk garis atau bergelombang menunjukkan
tidak adanya masalah heteroskedastisitas. Hasil pengujian diperoleh terlihat pada
Gambar 4.2 sebagai berikut :
66
Gambar 4.2
Uji Heteroskedastisitas
Sumber : Output SPSS, Scratter Plot
Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa titik-titik menyebar dengan Pola yang
tidak jelas diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Return Saham. Dengan
demikian maka dapat disimpulkan tidak terdapat masalah heteroskedastisitas pada
model regresi, sehingga model regresi layak digunakan untuk memprediksi Return
Saham berdasarkan variabel yang mempengaruhinya yaitu CAR, NPL, NIM,
ROA dan LDR.
D.
Uji Hipotesis
Uji hipotesis dalam penelitian ini adalah menggunkan analisis regresi linear
67
berganda.Persamaan regresi linear berganda disusun untuk mengetahui pengaruh
dari variabel independen terhadap variabel dependen.
1.
Uji Simultan (Uji F)
Uji statistik F digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel
independen yang dimasukkan dalam model memiliki pengaruh secara bersamasama atau simultan terhadap variabel dependen. Hasil pengujian model regresi
secara simultan ditunjukkan dengan nilai F dari hasil pengujian. Nilai uji F terlihat
pada Tabel 4.5 sebagai berikut :
Tabel 4.5
Pengujian Secara Simultan
ANOVAa
Sum of
Mean
Model
Squares df
Square
F
Sig.
1 Regression
.718
5
.144 2.824 .029b
Residual
1.881
37
.051
Total
2.599
42
a. Dependent Variable: Return Saham
b. Predictors: (Constant), LDR, CAR , NPL , ROA ,
NIM
Sumber : Output SPSS, Anova
Diperoleh nilai F sebesar 2,824 dengan signifikansi sebesar 0,029. Nilai
signifikansi sebesar 0,029 tersebut lebih kecil dari 0,05. Dengan menunjukkan
bahwa model regresi ini memberikan makna terhadap pengaruh CAR, NPL, NIM,
ROA dan LDR secara bersama-sama terhadap Return Saham.
68
2.
Analisa Koefisien Determinasi (R2)
Nilai koefisien determinasi menunjukkan persentase variabel terikat yang
dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebasnya. Nilai koefisien determinasi
2
dapat diperoleh dari nilai adjusted R yang terlihat pada Tabel 4.6 sebagai berikut:
Tabel 4.6
Koefisien Determinasi
Model Summaryb
R
Std. Error
Mod
Squar Adjusted
of the
Durbinel
R
e
R Square Estimate Watson
1
.526a
.276
.178 .2254835
2.352
a. Predictors: (Constant), LDR, CAR , NPL , ROA ,
NIM
b. Dependent Variable: Return Saham
Sumber : Output SPSS, Coefficients
2
Dari table 4.6 dapat diiketahui nilai adjusted R diperoleh sebesar 0,178. Hal ini
berarti bahwa 17,8% Return Saham dijelaskan oleh variabel CAR, NPL, NIM,
ROA dan LDR, sedangkan sebagian besar lainnya yaitu 82,2% Return Saham
dapat dijelaskan oleh variabel lainnya.
3.
Uji Parsial (Uji T)
Uji t bertujuan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
independen (CAR, NPL, NIM, ROA, LDR) secara individual dalam menerangkan
variabel dependen (Return Saham). Apabila p-value < tingkat signifikansi, maka
variabel independen tersebut secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
69
variabel dependen dengan demikian hipotesis diterima. Nilai t dalam penelitian ini
menggunakan tingkat signifikansi 5% (0,05).
Untuk melihat variabel-variabel mana yang memiliki pengaruh yang
bermakna secara parsial terhadap harga saham sebagai berikut:
1.
Pengaruh CAR terhadap Return Saham
Ho1 : b1=0 : CAR secara parsial berpengaruh positif terhadap Return
Saham.
Ha1 : b1≠0 : CAR tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Return
Saham.
Bedasarkan hasil pengujian untuk variabel CAR memberikan hasil t
hitung sebesar 0,765 dengan signifikansi sebesar 0,449. Nilai signifikansi
sebesar 0,449 tersebut lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. Dengan
demikian menunjukkan bahwa pada taraf signifikansi 5%, CAR tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Return Saham. Hal ini
berarti Hipotesis 1 ditolak.
2.
Pengaruh NPL terhadap Return Saham
Ho2 : b2=0 : NPL secara parsial berpengaruh negatif terhadap Return
Saham
Ha2 : b2≠0 : NPL tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Return
Saham.
Hasil pengujian untuk variabel NPL memberikan hasil t hitung sebesar
70
1,200 dengan signifikansi sebesar 0,835. Nilai signifikansi sebesar 0,835
tersebut lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. Dengan demikian
menunjukkan bahwa pada taraf signifikansi 5%, NPL tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap Return Saham. Hal ini berarti Hipotesis 2
ditolak.
3.
Pengaruh NIM terhadap Return Saham
Ho3 : b3=0 : NIM secara parsial berpengaruh positif terhadap Return
Saham
Ha3 : b3≠0 : NIM tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Return
Saham.
Hasil pengujian untuk variabel NIM memberikan hasil t hitung sebesar
0,949 dengan signifikansi sebesar 0,349. Nilai signifikansi sebesar 0,349
tersebut lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. Dengan demikian
menunjukkan bahwa pada taraf signifikansi 5%, NIM tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap Return Saham. Hal ini berarti Hipotesis 3
ditolak.
4.
Pengaruh ROA terhadap Return Saham
Ho4 : b4=0 : ROA secara parsial berpengaruh positif terhadap Return
Saham.
Ha4 : b4≠0: ROA tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Return
Saham.
71
Hasil pengujian untuk variabel ROA memberikan hasil t hitung
sebesar 0,313 dengan signifikansi sebesar 0,238. Nilai signifikansi sebesar
0,238 tersebut lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. Dengan demikian
menunjukkan bahwa pada taraf signifikansi 5%, ROA tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap Return Saham. Hal ini berarti Hipotesis 4
ditolak.
5.
Pengaruh LDR terhadap Return Saham
Ho5 : b5=0 : LDR secara parsial berpengaruh positif terhadap Return
Saham
Ha5 : b5=0 : LDR memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap
Return Saham.
Hasil pengujian untuk variabel LDR memberikan hasil t hitung sebesar
3,065 dengan signifikansi sebesar 0,004. Nilai signifikansi sebesar 0,004
tersebut lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05. Dengan demikian
menunjukkan bahwa pada taraf signifikansi 5%, LDR mempunyai pengaruh
negatif yang signifikan terhadap Return Saham. Hal ini berarti Hipotesis 5
diterima.
E.
Analisis Regresi Linier Berganda
Pengujian hipotesis ini bertujuan untuk menguji signifikansi pengaruh antara
variabel-varibel bebas terhadap variabel terikatnya Perhitungan analisis regresi ini
menggunakan bantuan program SPSS versi 22. Hasil perhitungan regresi dari
print out SPSS terlihat pada Tabel 4.7 sebagai berikut:
72
Tabel 4.7
Rekapitulasi Hasil Regresi
Coefficientsa
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Model
B
Std. Error
Beta
(Constant)
1.865
.767
CAR
1.440
1.883
.110
NPL
-.919
4.384
-.031
NIM
-3.530
3.719
-.246
ROA
7.009
5.839
.293
LDR
-2.333
.761
-.497
a. Dependent Variable: Return Saham
a
Sumber : Output SPSS, Cofficient
t
2.432
.765
-.210
-.949
1.200
-3.065
Sig.
.020
.449
.835
.349
.238
.004
Hasil tersebut dapat dituliskan dalam persamaan regresi sebagai berikut
RETURN SAHAM = 1,865 + 1,440 CAR - 0,919 NPL - 3,530 NIM + 7,009
ROA – 2,333 LDR + e
Hasil tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.
Koefisien konstanta sebesar 1,865 dengan arah positif yang berarti bahwa
Return Saham akan bernilai 1,865 apabila masing-masing variabel CAR,
NPL, NIM, ROA, dan LDR bernilai 0.
2.
Koefisien variable CAR adalah sebesar 1,440 dengan arah positif yang
berarti bahwa setiap kenaikan CAR sebesar 1 satuan akan meningkatkan
Return Saham sebesar 1,440 satuan.
3.
Koefisien variable NPL adalah sebesar -0,919 dengan arah negatif yang
73
berarti bahwa setiap kenaikan NPL sebesar 1 satuan akan menurunkan
Return Saham sebesar 0,919 satuan.
4.
Koefisien variable NIM adalah sebesar -3,530 dengan arah negatif yang
berarti bahwa setiap kenaikan NIM sebesar 1 satuan akan menurunkan
Return Saham sebesar 3,530 satuan.
5.
Koefisien variable ROA adalah sebesar 7,009 dengan arah positif yang
berarti bahwa setiap kenaikan ROA sebesar 1 satuan akan meningkatkan
Return Saham sebesar 7,009 satuan.
6.
Koefisien variable LDR adalah sebesar -2,333 dengan arah negatif yang
berarti bahwa setiap kenaikan LDR sebesar 1 satuan akan menurunkan
Return Saham sebesar 2,333 satuan.
F.
Pembahasan
Berdasarkan pengujian t yang telah dilakukan, maka berikut ini adalah
ringkasan hasil pengujian hipotesis :
74
Tabel 4.8
Ringkasan Hasil Uji Hipotesis
Hipotesis
H1
Hasil
Uji
Ditolak
CAR secara parsial berpengaruh positif terhadap Return Saham
H2
NPL secara parsial berpengaruh negatif terhadap Return Saham
Ditolak
H3
NIM secara parsial berpengaruh positif terhadap Return Saham
Ditolak
H4
ROA secara parsial berpengaruh positif terhadap Return Saham
Ditolak
H5
LDR secara parsial berpengaruh positif terhadap Return Saham
Diterima
Sumber: data diolah (2015)
Hasil penelitian ini mendapatkan bahwa dari lima variabel yang digunakan dalam
penelitian ini, ada yang berpengaruh terhadap Return Saham. Penjelasan dari
masing-masing variabel diperoleh sebagai berikut.
1.
Pengaruh CAR terhadap Return Saham
Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio perbandingan modal
sendiri bank dengan kebutuhan modal yang tersedia setelah dihitung margin risk
(pertumbuhan risiko) dari akibat yang berisiko (ATMR) (Siamat, 2003:84).
Menurut Kasmir (2004:76) CAR merupakan rasio keuangan yang mengukur
kemampuan bank menanggung risiko yang mungkin timbul atas aktiva. CAR
dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan permodalan yang ada untuk menutup
kemungkinan kerugian didalam kegiatan perkreditan dan perdagangan surat-surat
berharga. Menurut SK BI No 6/73/Intern DPNP tgl 24 Desember 2004, nilai CAR
75
perusahaan perbankan tidak boleh kurang dari 8%.
Hasil penelitian ini mendapatkan bahwa CAR tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap Return Saham. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi
sebesar 0,449 lebih besar dari 0,05. Dengan demikian hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Gantino & Maulana (2013) dan
Marviana (2009) yang menunjukkan Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak
berpengaruh terhadap Return Saham. Namun tidak konsisten dengan hasil
penelitian Suardana (2009) dan Mustika (2004) yang menunjukkan bahwa Capital
Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh terhadap Return Saham.
Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak berpengaruh terhadap return saham.
Ini berarti informasi CAR tidak mampu memberikan sinyal bagi investor dalam
mengestimasi return yang akan diperoleh. Investor menganggap CAR belum
cukup baik dalam menggambarkan tingkat return yang sepadan dengan risiko
yang akan ditanggungnya sehingga dengan naiknya CAR bisa saja nantinya
menurunkan return yang akan diterima oleh investor.
Hal ini mungkin terjadi karena pembentuk modal pada perusahaan
perbankan tidak hanya berasal dari modal inti saja, tapi juga berasal modal
pelengkap (PMK No 140 / PMK.010 / 2009 mengenai Tata Cara Penyusunan dan
Penyampaian Laporan Rasio Kecukupan Modal). Modal pelengkap terdiri dari
modal pinjaman, pinjaman subordinasi, dan cadangan yang dibentuk tidak berasal
dari laba. Modal pinjaman yang besar berarti bahwa bank harus membayar biaya
bunga yang lebih besar pula. Jika kondisi tersebut yang terjadi, meskipun sebuah
bank memiliki rasio CAR di atas batas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
76
sebesar 8% (Herman, 2011), sewaktu-waktu dapat mengalami penurunan.
Sehingga mempengaruhi kepercayan dari investor untuk berinvestasi pada bank
tersebut. Hal ini mengakibatkan permintaan akan saham perusahaan akan turun
yang berdampak pada turunnya harga saham dan Return Saham.
2.
Pengaruh NPL terhadap Return Saham
Non Performing Loan (NPL) mereflesikan besarnya risiko kredit yang
dihadapi bank, semakin kecil NPL, maka semakin kecil pula resiko kredit yang
ditanggung pihak bank. Bank dalam memberikan kredit harus melakukan analisis
terhadap kemampuan debitur untuk membayar kembali kewajibannya. Setelah
kredit diberikan, bank wajib melakukan pemantauan terhadap penggunaan kredit
serta kemampuan dan kepatuhan debitur dalam memenuhi kewajiban. Dengan
demikian apabila suatu bank mempunyai NPL yang tinggi, maka akan
memperbesar biaya baik biaya pencadangan aktiva produktif maupun biaya
lainnya, sehingga berpengaruh terhadap kinerja bank. Risiko kredit yang
diproaksikan dengan non performing loan (NPL) berpengaruh negatif terhadap
kinerja, terutama pada profitabilitas bank. Sehingga jika semakin besar NPL, akan
mengakibatkan menurunnya kinerja keuangan bank yang memicu menurunnya
harga saham dan pada akhirnya akan meningkatkan Return Saham. Begitu pula
sebaliknya, jika NPL turun, maka akan semakin meningkatkan kinerja keuangan
bank dan dapat dikatakan semakin baik dan akan meningkatkan Return Saham.
Artinya sejalan dengan teori (Almilia, 2002:7), bahwa semakin tinggi rasio ini
maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit
77
bermasalah semakin besar maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi
bermasalah semakin besar yaitu kerugian yang diakibatkan tingkat pengembalian
kredit macet. Sebaliknya apabila semakin rendah NPL maka bank tersebut akan
semakin mengalami keuntungan.
Dan berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa NPL tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return Saham. Hal ini ditunjukkan
dengan nilai signifikansi sebesar 0,835 lebih besar dari 0,05. Dengan demikian
hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Gunawan &
Wibowo (2012) yang menunjukkan Non Perfoming Loan (NPL) tidak
berpengaruh terhadap Return Saham. Namun tidak konsisten dengan hasil
penelitian Khaddafi & Syamni (2008) yang menunjukkan bahwa Non Perfoming
Loan (NPL) berpengaruh terhadap Return Saham.
NPL tidak berpengaruh negatif menunjukkan kehandalan manajemen di
dalam mengendalikan kredit yang terindikasi bermasalah dalam perusahaan,
apabila persentasenya terlalu besar menunjukkan bahwa bank tidak profesional
dalam mengelola kreditnya dan menunjukkan risiko bank cukup tinggi. Sehingga
mempengaruhi kepercayan dari investor untuk berinvestasi pada bank tersebut.
3.
Pengaruh NIM terhadap Return Saham
Net Interest Margin (NIM), digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan
pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan
78
bunga dikurangi beban bunga. Rasio ini menunjukkan kemampuan bank dalam
memperolah pendapatan operasionalnya dari dana yang ditempatkan dalam
bentuk pinjaman (kredit) mengingat pendapatan operasional bank sangat
tergantung dari selisih bunga (spread) dari kredit yang disalurkan. Semakin tinggi
NIM menunjukkan semakin efektif bank dalam penempatan aktiva produktif
dalam bentuk kredit. Maka, akan menyebabkan semakin besar pula profitabilitas
bank yang diperoleh bank tersebut, yang berarti kinerja keuangan tersebut
semakin membaik atau meningkat.
Hasil penelitian ini mendapatkan bahwa NIM tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap Return Saham. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi
sebesar 0,349 lebih besar dari 0,05. Dengan demikian hasil penelitian ini
konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Purnomo (2007) yang
menunjukkan bahwa Net Interest Margin (NIM) tidak berpengaruh terhadap
Return Saham. Namun tidak konsisten dengan hasil penelitian Marviana (2009)
yang menunjukkan bahwa Net Interest margin (NIM) berpengaruh terhadap
Return Saham.
Pendapatan bank dapat diperoleh dari dua hal, yaitu interest income yang
bersal dari aktivitas bank untuk mengelola bunga dan dana dan bunga pinjaman
dan fee based income yang berasal dari jasa pelayanan yang diberikan oleh bank.
NIM adalah komponen pendapatan Bank dari interest income yaitu pendapatan
bersih yang diperoleh oleh Bank dari selisih bunga antara bunga dana yang
dibayar dengan bunga kredit yang diperoleh. Untuk dapat meningatkan perolehan
NIM maka perlu menekan biaya dana, biaya dana adalah bunga yang dibayarkan
79
oleh bank kepada masing-masing sumber dana bank yang bersangkutan. Secara
keseluruhan, biaya yang harus dikeluarkan oleh bank akan menentukan berapa
persen bank harus menetapkan tingkat bunga kredit yang diberikan kepada
nasabahnya sangat menentukan besarnya NIM.
Dalam penelitian ini NIM tidak berpengaruh signifikan terhadap Return
Saham
dikarenakan
pada
periode
penelitian
NIM
cenderung
konstan.
Penyebabnya pendapatan bunga yang diterima cenderung sama dikarenakan
ekspansi kredit yang dilakukan cenderung sama tiap tahunnya. Seperti yang
terlihat pada lampiran dua (2) NIM pada bank Mandiri pada periode 2012-2014
yaitu 0.0743, 0.0750, dan 0.774 . Perubahan kondisi ekonomi makro mewarnai
strategi perbankan sehingga bank cenderung lebih berhati-hati dalam melakukan
pemberian kredit.
4.
Pengaruh ROA terhadap Return Saham
Return On Asset (ROA) menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
mengukur efektivitas kinerja perusahaan dalam memperoleh laba dengan
memanfaatkan aktiva yang dimiliki, semakin besar ROA suatu bank, maka
semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. Bank Indonesia
mengisyaratkan tingkat ROA yang baik diatas 1,22%. Semakin besar ROA suatu
bank, semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset.
Hasil penelitian ini mendapatkan bahwa ROA tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap Return Saham. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi
sebesar 0,238 lebih besar dari 0,05. Dengan demikian hasil penelitian ini
80
konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Nasser & Jadang (2005),
Kurniasari (2013), dan Ardiani (2007) yang menunjukkan bahwa Return on Asset
(ROA) tidak berpengaruh terhadap Return Saham. Namun tidak konsisten dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Ardhiastari (2006), Ratna (2009), dan Ulupui
(2005) yang menunjukkan bahwa Return on Aset (ROA) berpengaruh terhadap
Return Saham.
Dalam kondisi ketidakpastian, tingkat pengembalian aktiva berkaitan
dengan risiko investasi. Seperti diketahui, semakin tinggi risiko maka seharusnya
semakin tinggi pula return yang di dapat sehingga ROA mempunyai pengaruh
terhadap return saham. Namun dari penelitian ini, Return on Assets (ROA) tidak
berpengaruh signifikan terhadap Return Saham dikarenakan perusahaan
perbankan pada tahun penelitian lebih banyak memanfaatkan hutang daripada
modal sendiri dalam membiayai aktivitas perusahaan, sehingga hal ini
meningkatkan biaya bunga dari hutang, keadaan ini menyebabkan penurunan
Return Saham akibat dari besarnya risiko yang ada.
5.
Pengaruh LDR terhadap Return Saham
Loan to Deposit Ratio (LDR) menggambarkan kemampuan bank membayar
kembali penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan kredit
yang diberikan sebagai sumber likuiditas. Semakin tinggi rasio LDR semakin
semakin rendah pula keemampuan likuiditas bank (Siamat,2002) LDR yang tinggi
berarti beresiko dalam berinvestasi menjadi tinggi. Dengan likuiditas bank yang
rendah maka hal tersebut akan berdampak pada hilangnya kepercayaan konsumen
81
pada bank tersebut. Meningkatnya rasio LDR berarti meningkat pula pendapatan
bunga yang diperoleh oleh bank. Dengan semakin meningkatnya LDR berarti
profitabilitas meningkat yang mengindikasikan pertumbuhan laba yang semakin
besar. Sebaliknya, akan berdampak terhadap penurunan Return Saham jika
semakin kecil rasio ini.
Hasil penelitian ini mendapatkan bahwa LDR memiliki pengaruh yang signifikan
negatif terhadap Return Saham. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi
sebesar 0,004 lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian penelitian ini konsisten
dengan hasil penelitian yang dilakukan Suryanto & Abdullah (2004) dan Wongso
(2012) yang menunjukkan bahwa Loan To Deposit Ratio (LDR) berpengaruh
terhadap Return Saham. Namun tidak konsisten dengan hasil penelitian Mila
Yuniarti (2006) dan Ketut (2007) yang menunjukkan bahwa Loan To Deposit
Ratio (LDR) tidak berpengaruh terhadap Return Saham.
Karena LDR mencerminkan kegiatan usaha atau operasi sehari-hari
perbankan. Bagaimana operasi biaya, apakah lebih banyak dari hutang atau modal
perusahaan. Investor akan lebih memilih bank-bank yang mampu membiayai
operasinya dengan modal atau apabila harus dibiayai dengan hutang, maka bank
tersebut harus bisa mengembalikannya dengan aset yang dimiliki. Maka LDR
dengan signifikan negatif mengindikasikan bahwa semakin rendah nilai LDR
yang dimiliki oleh bank, maka akan semakin sehat kondisi bank tersebut yang
berimplikasi meningkatkan kinerja bank sehingga harga sahamnya akan semakin
naik.
Namun sebaliknya, semakin tinggi rasio ini maka semakin rendah
82
kemampuan likuiditas perusahaan perbankan yang bersangkutan sehingga akan
memungkinkan bank dalam kondisi yang bermasalah. Hal yang demikian
membuat para investor melirik suatu perusahaan untuk menanamkan modalnya
dan akan berdampak terhadap Return Saham.
6.
Pengaruh Prudential Banking terhadap Return Saham Perbankan
Ketentuan yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang perbankan mengenai
kebijaksanaan untuk melaksanakan Prinsip kehati-hatian (prudential banking
principle). Dengan pertimbangan metode CAMEL yang meggunakan lima faktor
keuangan yang digunakan oleh Bank Indonesia untuk menilai tingkat kesehatan
bank di Indonesia (SK Bank Indonesia No 20/12/KEP/DIR, 30 April 1997), yaitu
faktor modal (capital), faktor kualitas aktiva produktif (asset quality), faktor
manajemen (management), faktor rentabilitas (earning ability), dan faktor
likuiditas.
Bahwa benar merupakan salah satu cara untuk menciptakan perbankan yang
sehat, yang pada gilirannya akan berdampak positif terhadap perekonomian secara
makro. Dimana ketentuan prudent banking sendiri merupakan bagian dari
pembinaan dan pengawasan bank, dimana pelaksanaan prinsip kehati-hatian
merupakan hal penting guna mewujudkan sistem perbankan yang sehat, kuat dan
kokoh.
Dalam hal penelitian ini telah terbukti bahwa prudential banking yang
menggunakan metode CAMEL terhadap Return Saham berpengaruh simultan
secara signifikan, dimana semakin baik rasio-rasio keuangan tersebut beararti
83
semakin sehat lembaga keuangan bank tersebut. Pada kondisi seperti ini akan
lebih banyak ada jaminan perolehan laba yang lebih tinggi, selanjutnya adalah
semakin besarnya peluang ekspansi dan pembagian dividen. Reputasi lembaga
keuangan bank meningkat sehingga kondisi ini akan dapat meningkatkan harga
saham. Bagi pemegang saham, meningkatnya harga saham akan meningkatkan
Return Sahamnya.
Download