BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Berdasarkan situs saham.idx.co.id terdapat 41 perusahaan Perbankan terdaftar di Bursa Efek Indonesia.Dari jumlah populasi tersebut, sebanyak 24 perusahaan yang kemudian dijadikan sampel penelitian berdasarkan purposive sampling methode. B. Analisis Statistik Deskriptif Statistik Deskriptif merupakan statistik yang menggambarkan fenomena atau karakteristik dari data. Statistik deskriptif berkaitan dengan pengumpulan dan peringkat data yang menggambarkan karakteristik sampel yang digunakan dalam penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi pembagian Return Saham pada perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Analisis ini menjelaskan karakteristik target populasi terutama mencakup mean, nilai ekstrim yaitu nilai minimum dan nilai maksimum serta standar deviasi. 59 60 Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N Minimu Maximu m m -.3598 .5615 .1276 .2160 .0017 .0304 .0306 .1086 .0024 .0446 .6779 .9231 Return Saham 43 CAR 43 NPL 43 NIM 43 ROA 43 LDR 43 Valid N 43 (listwise) Sumber : Output SPSS, Descriptive Statistics Mean .075865 .164191 .015323 .066784 .021095 .824630 Std. Deviation .2487644 .0190285 .0082833 .0173620 .0103911 .0530180 Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa terdapat variabel dependen, yaitu Return Saham serta lima variabel independen, yaitu CAR, NPL, NIM ROA dan LDR dengan jumlah sampel secara keseluruhan sebanyak 72 dari 24 perusahaan selama 3 tahun. Variabel Return Saham mempunyai nilai minimum sebesar -0,3598 pada Bank Windu Ketjana Internasional Tbk (2013) dan dengan nilai maksimum sebesar 0,5615 pada Bank Sinarmas Tbk (2014) dengan rata-rata didapat dari 72 observasi adalah sebesar 0,075865 dan standar deviasi sebesar 0,2487644. Variabel CAR mempunyai nilai minimum sebesar 0,1276 pada Bank Internasional Indonesia Tbk (2013) dan nilai maksimum sebesar 0,2160 pada Bank Agroniaga Tbk (2013) dengan rata-rata didapat dari 72 observasi adalah sebesar 0,164191 dan standar deviasi sebesar 0,0190285. Variabel NPL mempunyai nilai minimum sebesar 0,0017 pada Bank Pan ndonesia Tbk (2012) dan nilai maksimum sebesar 0,0304 pada Bank Sinarmas 61 Tbk (2012) dengan rata-rata didapat dari 72 observasi adalah sebesar 0, 015323 dan standar deviasi sebesar 0,0082833. Variabel NIM mempunyai nilai minimum sebesar 0,0306 pada Bank Artha Graha Internasional Tbk (2012) dan nilai maksimum sebesar 0,1086 pada Bank Rakyat Indonesia Tbk (2012) dengan rata-rata didapat dari 72 observasi adalah sebesar 0,66784 dan standar deviasi sebesar 0,173620. Variabel ROA mempunyai nilai minimum sebesar 0,0024 pada Bank Artha Graha Internasional Tbk (2012) dan nilai maksimum sebesar 0,0446 pada Bank Rakyat Indonesia Tbk (2013) dengan rata-rata didapat dari 72 observasi adalah sebesar 0,021095 dan standar deviasi sebesar 0,0103911. Variabel LDR mempunyai nilai minimum sebesar 0,6779 pada Bank Central Asia Tbk (2012) dan nilai maksimum sebesar 0,9231 pada Bank Internasional Indonesia Tbk (2014) dengan rata-rata didapat dari 72 observasi adalah sebesar 0,824630 dan standar deviasi sebesar 0,0530180. C. Uji Asumsi Klasik Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh karakteristik perusahaan terhadap Return Saham, maka dilakukan analisis linear berganda. Analisis regresi mensyaratkan beberapa asumsi klasik yang harus dipenuhi agar penaksiran parameter dan koefisien tidak bias dan mendekati keadaan sesungguhnya. Sehubungan dengan itu, sebelum dilakukan analisis data dan pengujian hipotesis maka terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap asumsi-asumsi dalam analisis regresi tersebut. Sesuai dengan data yang digunakan dalam penelitian ini maka 62 asumsi analisis regresi yang akan diuji adalah uji normalitas, multikolinearitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas. 1. Uji Normalitas Data Normalitas data merupakan syarat mutlak sebuah data dapat dianalisis menggunakan regresi. Pengujian normalitas data akan dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov dan normal P-P Plot. Data yang normal ditunjukkan dengan nilai uji Kolmogorov Smirnov yang memiliki signifikansi diatas 0,05. Sedangkan dengan uji PP Plot, data yang normal ditunjukkan dengan titik-titik yang menyebar di sekitar garis diagonal (garis normal). Hasil pengujian normalitas secara residual dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan Tabel 4.2 berikut ini: Gambar 4.1 Uji Normalitas residual 63 Berdasarkan grafik normal probability plot di atas, dapat diketahui bahwa data (titik-titik) menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal yang menunjukkan bahwa pola berdistribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Tabel 4.2 Uji Normalitas Residual One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parametersa,b Most Extreme Differences Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Unstandard ized Residual 43 .0000000 .21163666 Test Statistic Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. .107 .107 -.053 .107 .200c,d Sumber : Output SPSS, One Sample K-S Dari output diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi (Asimp,Sig2tailed) sebesar 0,200. Karena nilai signifikansi lebih dari 0,05, maka residual terdistribusi dengan normal. 2. Uji Multikolinier Pengujian multikolinieritas dalam model regresi dilakukan dengan melihat nilai Tolerance VIF dari output regresi. Nilai VIF yang lebih besar dari 10 atau 15 64 Tolerance yang lebih kecil dari 0,1 menunjukkan adanya gejala multikolinieritas dalam model regresi. Nilai VIF dan Tolerance dari masing-masing variabel bebas terlihat pada Tabel 4.3 sebagai berikut : Tabel 4.3 Pengujian Multikolinieritas Coefficientsa Collinearity Statistics Tolerance VIF Model 1 (Constant) CAR .943 1.061 NPL .918 1.089 NIM .290 3.445 ROA .329 3.041 LDR .743 1.346 a. Dependent Variable: Return Saham Sumber : Output SPSS, Cofficient a Hasil pengujian menunjukkan bahwa tidak ada nilai VIF dari variable yang memiliki nilai tolerance < 0,10 dan nilai VIF > 10. Dengan demikian model regresi dalam penelitian ini terbukti tidak memiliki masalah multikolinier. 3. Uji Autokorelasi Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antar anggota dari observasi yang disusun menurut time series. Asumsi autokorelasi didefinisikan sebagai terjadinya korelasi diantara data pengamatan, dimana munculnya suatu data dipengaruhi oleh data sebelumnya. Pengujian autokorelasi 65 dilakukan dengan menggunakan uji Durbin Watson. Nilai Durbin Watson yang berada diantara nilai du dan 4 - du menunjukkan model yang tidak terkena masalah autokorelasi. Tabel 4.4 Pengujian Autokorelasi Durbin Watson Model Summaryb Adjusted R Std. Error of DurbinModel R R Square Square the Estimate Watson a 1 .526 .276 .178 .2254835 2.352 a. Predictors: (Constant), Hasil LDR, Hasil CAR , Hasil NPL , Hasil ROA , Hasil NIM b. Dependent Variable: Return Saham Sumber : Output SPSS, Model Sumarry Du = 1,22 b DW = 2,352 4 – du = 2,78 Nilai DW yang diperoleh adalah sebesar 2,352 Nilai tabel du untuk k = 4 dan data sebanyak 72 diperoleh sebesar 1,22. Nilai DW = 2,352 berada diantara 1,22 dan 4 – du = 2,78 maka (1,22 < 2,352 < 2,78) . Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi pada penelitian ini. 4. Uji Heteroskedastisitas Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan Scatterplot. Pola scatter plot yang tidak membentuk garis atau bergelombang menunjukkan tidak adanya masalah heteroskedastisitas. Hasil pengujian diperoleh terlihat pada Gambar 4.2 sebagai berikut : 66 Gambar 4.2 Uji Heteroskedastisitas Sumber : Output SPSS, Scratter Plot Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa titik-titik menyebar dengan Pola yang tidak jelas diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Return Saham. Dengan demikian maka dapat disimpulkan tidak terdapat masalah heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak digunakan untuk memprediksi Return Saham berdasarkan variabel yang mempengaruhinya yaitu CAR, NPL, NIM, ROA dan LDR. D. Uji Hipotesis Uji hipotesis dalam penelitian ini adalah menggunkan analisis regresi linear 67 berganda.Persamaan regresi linear berganda disusun untuk mengetahui pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen. 1. Uji Simultan (Uji F) Uji statistik F digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model memiliki pengaruh secara bersamasama atau simultan terhadap variabel dependen. Hasil pengujian model regresi secara simultan ditunjukkan dengan nilai F dari hasil pengujian. Nilai uji F terlihat pada Tabel 4.5 sebagai berikut : Tabel 4.5 Pengujian Secara Simultan ANOVAa Sum of Mean Model Squares df Square F Sig. 1 Regression .718 5 .144 2.824 .029b Residual 1.881 37 .051 Total 2.599 42 a. Dependent Variable: Return Saham b. Predictors: (Constant), LDR, CAR , NPL , ROA , NIM Sumber : Output SPSS, Anova Diperoleh nilai F sebesar 2,824 dengan signifikansi sebesar 0,029. Nilai signifikansi sebesar 0,029 tersebut lebih kecil dari 0,05. Dengan menunjukkan bahwa model regresi ini memberikan makna terhadap pengaruh CAR, NPL, NIM, ROA dan LDR secara bersama-sama terhadap Return Saham. 68 2. Analisa Koefisien Determinasi (R2) Nilai koefisien determinasi menunjukkan persentase variabel terikat yang dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebasnya. Nilai koefisien determinasi 2 dapat diperoleh dari nilai adjusted R yang terlihat pada Tabel 4.6 sebagai berikut: Tabel 4.6 Koefisien Determinasi Model Summaryb R Std. Error Mod Squar Adjusted of the Durbinel R e R Square Estimate Watson 1 .526a .276 .178 .2254835 2.352 a. Predictors: (Constant), LDR, CAR , NPL , ROA , NIM b. Dependent Variable: Return Saham Sumber : Output SPSS, Coefficients 2 Dari table 4.6 dapat diiketahui nilai adjusted R diperoleh sebesar 0,178. Hal ini berarti bahwa 17,8% Return Saham dijelaskan oleh variabel CAR, NPL, NIM, ROA dan LDR, sedangkan sebagian besar lainnya yaitu 82,2% Return Saham dapat dijelaskan oleh variabel lainnya. 3. Uji Parsial (Uji T) Uji t bertujuan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen (CAR, NPL, NIM, ROA, LDR) secara individual dalam menerangkan variabel dependen (Return Saham). Apabila p-value < tingkat signifikansi, maka variabel independen tersebut secara parsial berpengaruh signifikan terhadap 69 variabel dependen dengan demikian hipotesis diterima. Nilai t dalam penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi 5% (0,05). Untuk melihat variabel-variabel mana yang memiliki pengaruh yang bermakna secara parsial terhadap harga saham sebagai berikut: 1. Pengaruh CAR terhadap Return Saham Ho1 : b1=0 : CAR secara parsial berpengaruh positif terhadap Return Saham. Ha1 : b1≠0 : CAR tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Return Saham. Bedasarkan hasil pengujian untuk variabel CAR memberikan hasil t hitung sebesar 0,765 dengan signifikansi sebesar 0,449. Nilai signifikansi sebesar 0,449 tersebut lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. Dengan demikian menunjukkan bahwa pada taraf signifikansi 5%, CAR tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Return Saham. Hal ini berarti Hipotesis 1 ditolak. 2. Pengaruh NPL terhadap Return Saham Ho2 : b2=0 : NPL secara parsial berpengaruh negatif terhadap Return Saham Ha2 : b2≠0 : NPL tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Return Saham. Hasil pengujian untuk variabel NPL memberikan hasil t hitung sebesar 70 1,200 dengan signifikansi sebesar 0,835. Nilai signifikansi sebesar 0,835 tersebut lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. Dengan demikian menunjukkan bahwa pada taraf signifikansi 5%, NPL tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Return Saham. Hal ini berarti Hipotesis 2 ditolak. 3. Pengaruh NIM terhadap Return Saham Ho3 : b3=0 : NIM secara parsial berpengaruh positif terhadap Return Saham Ha3 : b3≠0 : NIM tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Return Saham. Hasil pengujian untuk variabel NIM memberikan hasil t hitung sebesar 0,949 dengan signifikansi sebesar 0,349. Nilai signifikansi sebesar 0,349 tersebut lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. Dengan demikian menunjukkan bahwa pada taraf signifikansi 5%, NIM tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Return Saham. Hal ini berarti Hipotesis 3 ditolak. 4. Pengaruh ROA terhadap Return Saham Ho4 : b4=0 : ROA secara parsial berpengaruh positif terhadap Return Saham. Ha4 : b4≠0: ROA tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Return Saham. 71 Hasil pengujian untuk variabel ROA memberikan hasil t hitung sebesar 0,313 dengan signifikansi sebesar 0,238. Nilai signifikansi sebesar 0,238 tersebut lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. Dengan demikian menunjukkan bahwa pada taraf signifikansi 5%, ROA tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Return Saham. Hal ini berarti Hipotesis 4 ditolak. 5. Pengaruh LDR terhadap Return Saham Ho5 : b5=0 : LDR secara parsial berpengaruh positif terhadap Return Saham Ha5 : b5=0 : LDR memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap Return Saham. Hasil pengujian untuk variabel LDR memberikan hasil t hitung sebesar 3,065 dengan signifikansi sebesar 0,004. Nilai signifikansi sebesar 0,004 tersebut lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05. Dengan demikian menunjukkan bahwa pada taraf signifikansi 5%, LDR mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap Return Saham. Hal ini berarti Hipotesis 5 diterima. E. Analisis Regresi Linier Berganda Pengujian hipotesis ini bertujuan untuk menguji signifikansi pengaruh antara variabel-varibel bebas terhadap variabel terikatnya Perhitungan analisis regresi ini menggunakan bantuan program SPSS versi 22. Hasil perhitungan regresi dari print out SPSS terlihat pada Tabel 4.7 sebagai berikut: 72 Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil Regresi Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model B Std. Error Beta (Constant) 1.865 .767 CAR 1.440 1.883 .110 NPL -.919 4.384 -.031 NIM -3.530 3.719 -.246 ROA 7.009 5.839 .293 LDR -2.333 .761 -.497 a. Dependent Variable: Return Saham a Sumber : Output SPSS, Cofficient t 2.432 .765 -.210 -.949 1.200 -3.065 Sig. .020 .449 .835 .349 .238 .004 Hasil tersebut dapat dituliskan dalam persamaan regresi sebagai berikut RETURN SAHAM = 1,865 + 1,440 CAR - 0,919 NPL - 3,530 NIM + 7,009 ROA – 2,333 LDR + e Hasil tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Koefisien konstanta sebesar 1,865 dengan arah positif yang berarti bahwa Return Saham akan bernilai 1,865 apabila masing-masing variabel CAR, NPL, NIM, ROA, dan LDR bernilai 0. 2. Koefisien variable CAR adalah sebesar 1,440 dengan arah positif yang berarti bahwa setiap kenaikan CAR sebesar 1 satuan akan meningkatkan Return Saham sebesar 1,440 satuan. 3. Koefisien variable NPL adalah sebesar -0,919 dengan arah negatif yang 73 berarti bahwa setiap kenaikan NPL sebesar 1 satuan akan menurunkan Return Saham sebesar 0,919 satuan. 4. Koefisien variable NIM adalah sebesar -3,530 dengan arah negatif yang berarti bahwa setiap kenaikan NIM sebesar 1 satuan akan menurunkan Return Saham sebesar 3,530 satuan. 5. Koefisien variable ROA adalah sebesar 7,009 dengan arah positif yang berarti bahwa setiap kenaikan ROA sebesar 1 satuan akan meningkatkan Return Saham sebesar 7,009 satuan. 6. Koefisien variable LDR adalah sebesar -2,333 dengan arah negatif yang berarti bahwa setiap kenaikan LDR sebesar 1 satuan akan menurunkan Return Saham sebesar 2,333 satuan. F. Pembahasan Berdasarkan pengujian t yang telah dilakukan, maka berikut ini adalah ringkasan hasil pengujian hipotesis : 74 Tabel 4.8 Ringkasan Hasil Uji Hipotesis Hipotesis H1 Hasil Uji Ditolak CAR secara parsial berpengaruh positif terhadap Return Saham H2 NPL secara parsial berpengaruh negatif terhadap Return Saham Ditolak H3 NIM secara parsial berpengaruh positif terhadap Return Saham Ditolak H4 ROA secara parsial berpengaruh positif terhadap Return Saham Ditolak H5 LDR secara parsial berpengaruh positif terhadap Return Saham Diterima Sumber: data diolah (2015) Hasil penelitian ini mendapatkan bahwa dari lima variabel yang digunakan dalam penelitian ini, ada yang berpengaruh terhadap Return Saham. Penjelasan dari masing-masing variabel diperoleh sebagai berikut. 1. Pengaruh CAR terhadap Return Saham Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio perbandingan modal sendiri bank dengan kebutuhan modal yang tersedia setelah dihitung margin risk (pertumbuhan risiko) dari akibat yang berisiko (ATMR) (Siamat, 2003:84). Menurut Kasmir (2004:76) CAR merupakan rasio keuangan yang mengukur kemampuan bank menanggung risiko yang mungkin timbul atas aktiva. CAR dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan permodalan yang ada untuk menutup kemungkinan kerugian didalam kegiatan perkreditan dan perdagangan surat-surat berharga. Menurut SK BI No 6/73/Intern DPNP tgl 24 Desember 2004, nilai CAR 75 perusahaan perbankan tidak boleh kurang dari 8%. Hasil penelitian ini mendapatkan bahwa CAR tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return Saham. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0,449 lebih besar dari 0,05. Dengan demikian hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Gantino & Maulana (2013) dan Marviana (2009) yang menunjukkan Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak berpengaruh terhadap Return Saham. Namun tidak konsisten dengan hasil penelitian Suardana (2009) dan Mustika (2004) yang menunjukkan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh terhadap Return Saham. Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak berpengaruh terhadap return saham. Ini berarti informasi CAR tidak mampu memberikan sinyal bagi investor dalam mengestimasi return yang akan diperoleh. Investor menganggap CAR belum cukup baik dalam menggambarkan tingkat return yang sepadan dengan risiko yang akan ditanggungnya sehingga dengan naiknya CAR bisa saja nantinya menurunkan return yang akan diterima oleh investor. Hal ini mungkin terjadi karena pembentuk modal pada perusahaan perbankan tidak hanya berasal dari modal inti saja, tapi juga berasal modal pelengkap (PMK No 140 / PMK.010 / 2009 mengenai Tata Cara Penyusunan dan Penyampaian Laporan Rasio Kecukupan Modal). Modal pelengkap terdiri dari modal pinjaman, pinjaman subordinasi, dan cadangan yang dibentuk tidak berasal dari laba. Modal pinjaman yang besar berarti bahwa bank harus membayar biaya bunga yang lebih besar pula. Jika kondisi tersebut yang terjadi, meskipun sebuah bank memiliki rasio CAR di atas batas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia 76 sebesar 8% (Herman, 2011), sewaktu-waktu dapat mengalami penurunan. Sehingga mempengaruhi kepercayan dari investor untuk berinvestasi pada bank tersebut. Hal ini mengakibatkan permintaan akan saham perusahaan akan turun yang berdampak pada turunnya harga saham dan Return Saham. 2. Pengaruh NPL terhadap Return Saham Non Performing Loan (NPL) mereflesikan besarnya risiko kredit yang dihadapi bank, semakin kecil NPL, maka semakin kecil pula resiko kredit yang ditanggung pihak bank. Bank dalam memberikan kredit harus melakukan analisis terhadap kemampuan debitur untuk membayar kembali kewajibannya. Setelah kredit diberikan, bank wajib melakukan pemantauan terhadap penggunaan kredit serta kemampuan dan kepatuhan debitur dalam memenuhi kewajiban. Dengan demikian apabila suatu bank mempunyai NPL yang tinggi, maka akan memperbesar biaya baik biaya pencadangan aktiva produktif maupun biaya lainnya, sehingga berpengaruh terhadap kinerja bank. Risiko kredit yang diproaksikan dengan non performing loan (NPL) berpengaruh negatif terhadap kinerja, terutama pada profitabilitas bank. Sehingga jika semakin besar NPL, akan mengakibatkan menurunnya kinerja keuangan bank yang memicu menurunnya harga saham dan pada akhirnya akan meningkatkan Return Saham. Begitu pula sebaliknya, jika NPL turun, maka akan semakin meningkatkan kinerja keuangan bank dan dapat dikatakan semakin baik dan akan meningkatkan Return Saham. Artinya sejalan dengan teori (Almilia, 2002:7), bahwa semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit 77 bermasalah semakin besar maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar yaitu kerugian yang diakibatkan tingkat pengembalian kredit macet. Sebaliknya apabila semakin rendah NPL maka bank tersebut akan semakin mengalami keuntungan. Dan berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa NPL tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return Saham. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0,835 lebih besar dari 0,05. Dengan demikian hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Gunawan & Wibowo (2012) yang menunjukkan Non Perfoming Loan (NPL) tidak berpengaruh terhadap Return Saham. Namun tidak konsisten dengan hasil penelitian Khaddafi & Syamni (2008) yang menunjukkan bahwa Non Perfoming Loan (NPL) berpengaruh terhadap Return Saham. NPL tidak berpengaruh negatif menunjukkan kehandalan manajemen di dalam mengendalikan kredit yang terindikasi bermasalah dalam perusahaan, apabila persentasenya terlalu besar menunjukkan bahwa bank tidak profesional dalam mengelola kreditnya dan menunjukkan risiko bank cukup tinggi. Sehingga mempengaruhi kepercayan dari investor untuk berinvestasi pada bank tersebut. 3. Pengaruh NIM terhadap Return Saham Net Interest Margin (NIM), digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan 78 bunga dikurangi beban bunga. Rasio ini menunjukkan kemampuan bank dalam memperolah pendapatan operasionalnya dari dana yang ditempatkan dalam bentuk pinjaman (kredit) mengingat pendapatan operasional bank sangat tergantung dari selisih bunga (spread) dari kredit yang disalurkan. Semakin tinggi NIM menunjukkan semakin efektif bank dalam penempatan aktiva produktif dalam bentuk kredit. Maka, akan menyebabkan semakin besar pula profitabilitas bank yang diperoleh bank tersebut, yang berarti kinerja keuangan tersebut semakin membaik atau meningkat. Hasil penelitian ini mendapatkan bahwa NIM tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return Saham. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0,349 lebih besar dari 0,05. Dengan demikian hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Purnomo (2007) yang menunjukkan bahwa Net Interest Margin (NIM) tidak berpengaruh terhadap Return Saham. Namun tidak konsisten dengan hasil penelitian Marviana (2009) yang menunjukkan bahwa Net Interest margin (NIM) berpengaruh terhadap Return Saham. Pendapatan bank dapat diperoleh dari dua hal, yaitu interest income yang bersal dari aktivitas bank untuk mengelola bunga dan dana dan bunga pinjaman dan fee based income yang berasal dari jasa pelayanan yang diberikan oleh bank. NIM adalah komponen pendapatan Bank dari interest income yaitu pendapatan bersih yang diperoleh oleh Bank dari selisih bunga antara bunga dana yang dibayar dengan bunga kredit yang diperoleh. Untuk dapat meningatkan perolehan NIM maka perlu menekan biaya dana, biaya dana adalah bunga yang dibayarkan 79 oleh bank kepada masing-masing sumber dana bank yang bersangkutan. Secara keseluruhan, biaya yang harus dikeluarkan oleh bank akan menentukan berapa persen bank harus menetapkan tingkat bunga kredit yang diberikan kepada nasabahnya sangat menentukan besarnya NIM. Dalam penelitian ini NIM tidak berpengaruh signifikan terhadap Return Saham dikarenakan pada periode penelitian NIM cenderung konstan. Penyebabnya pendapatan bunga yang diterima cenderung sama dikarenakan ekspansi kredit yang dilakukan cenderung sama tiap tahunnya. Seperti yang terlihat pada lampiran dua (2) NIM pada bank Mandiri pada periode 2012-2014 yaitu 0.0743, 0.0750, dan 0.774 . Perubahan kondisi ekonomi makro mewarnai strategi perbankan sehingga bank cenderung lebih berhati-hati dalam melakukan pemberian kredit. 4. Pengaruh ROA terhadap Return Saham Return On Asset (ROA) menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mengukur efektivitas kinerja perusahaan dalam memperoleh laba dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliki, semakin besar ROA suatu bank, maka semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. Bank Indonesia mengisyaratkan tingkat ROA yang baik diatas 1,22%. Semakin besar ROA suatu bank, semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. Hasil penelitian ini mendapatkan bahwa ROA tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return Saham. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0,238 lebih besar dari 0,05. Dengan demikian hasil penelitian ini 80 konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Nasser & Jadang (2005), Kurniasari (2013), dan Ardiani (2007) yang menunjukkan bahwa Return on Asset (ROA) tidak berpengaruh terhadap Return Saham. Namun tidak konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ardhiastari (2006), Ratna (2009), dan Ulupui (2005) yang menunjukkan bahwa Return on Aset (ROA) berpengaruh terhadap Return Saham. Dalam kondisi ketidakpastian, tingkat pengembalian aktiva berkaitan dengan risiko investasi. Seperti diketahui, semakin tinggi risiko maka seharusnya semakin tinggi pula return yang di dapat sehingga ROA mempunyai pengaruh terhadap return saham. Namun dari penelitian ini, Return on Assets (ROA) tidak berpengaruh signifikan terhadap Return Saham dikarenakan perusahaan perbankan pada tahun penelitian lebih banyak memanfaatkan hutang daripada modal sendiri dalam membiayai aktivitas perusahaan, sehingga hal ini meningkatkan biaya bunga dari hutang, keadaan ini menyebabkan penurunan Return Saham akibat dari besarnya risiko yang ada. 5. Pengaruh LDR terhadap Return Saham Loan to Deposit Ratio (LDR) menggambarkan kemampuan bank membayar kembali penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditas. Semakin tinggi rasio LDR semakin semakin rendah pula keemampuan likuiditas bank (Siamat,2002) LDR yang tinggi berarti beresiko dalam berinvestasi menjadi tinggi. Dengan likuiditas bank yang rendah maka hal tersebut akan berdampak pada hilangnya kepercayaan konsumen 81 pada bank tersebut. Meningkatnya rasio LDR berarti meningkat pula pendapatan bunga yang diperoleh oleh bank. Dengan semakin meningkatnya LDR berarti profitabilitas meningkat yang mengindikasikan pertumbuhan laba yang semakin besar. Sebaliknya, akan berdampak terhadap penurunan Return Saham jika semakin kecil rasio ini. Hasil penelitian ini mendapatkan bahwa LDR memiliki pengaruh yang signifikan negatif terhadap Return Saham. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0,004 lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan Suryanto & Abdullah (2004) dan Wongso (2012) yang menunjukkan bahwa Loan To Deposit Ratio (LDR) berpengaruh terhadap Return Saham. Namun tidak konsisten dengan hasil penelitian Mila Yuniarti (2006) dan Ketut (2007) yang menunjukkan bahwa Loan To Deposit Ratio (LDR) tidak berpengaruh terhadap Return Saham. Karena LDR mencerminkan kegiatan usaha atau operasi sehari-hari perbankan. Bagaimana operasi biaya, apakah lebih banyak dari hutang atau modal perusahaan. Investor akan lebih memilih bank-bank yang mampu membiayai operasinya dengan modal atau apabila harus dibiayai dengan hutang, maka bank tersebut harus bisa mengembalikannya dengan aset yang dimiliki. Maka LDR dengan signifikan negatif mengindikasikan bahwa semakin rendah nilai LDR yang dimiliki oleh bank, maka akan semakin sehat kondisi bank tersebut yang berimplikasi meningkatkan kinerja bank sehingga harga sahamnya akan semakin naik. Namun sebaliknya, semakin tinggi rasio ini maka semakin rendah 82 kemampuan likuiditas perusahaan perbankan yang bersangkutan sehingga akan memungkinkan bank dalam kondisi yang bermasalah. Hal yang demikian membuat para investor melirik suatu perusahaan untuk menanamkan modalnya dan akan berdampak terhadap Return Saham. 6. Pengaruh Prudential Banking terhadap Return Saham Perbankan Ketentuan yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang perbankan mengenai kebijaksanaan untuk melaksanakan Prinsip kehati-hatian (prudential banking principle). Dengan pertimbangan metode CAMEL yang meggunakan lima faktor keuangan yang digunakan oleh Bank Indonesia untuk menilai tingkat kesehatan bank di Indonesia (SK Bank Indonesia No 20/12/KEP/DIR, 30 April 1997), yaitu faktor modal (capital), faktor kualitas aktiva produktif (asset quality), faktor manajemen (management), faktor rentabilitas (earning ability), dan faktor likuiditas. Bahwa benar merupakan salah satu cara untuk menciptakan perbankan yang sehat, yang pada gilirannya akan berdampak positif terhadap perekonomian secara makro. Dimana ketentuan prudent banking sendiri merupakan bagian dari pembinaan dan pengawasan bank, dimana pelaksanaan prinsip kehati-hatian merupakan hal penting guna mewujudkan sistem perbankan yang sehat, kuat dan kokoh. Dalam hal penelitian ini telah terbukti bahwa prudential banking yang menggunakan metode CAMEL terhadap Return Saham berpengaruh simultan secara signifikan, dimana semakin baik rasio-rasio keuangan tersebut beararti 83 semakin sehat lembaga keuangan bank tersebut. Pada kondisi seperti ini akan lebih banyak ada jaminan perolehan laba yang lebih tinggi, selanjutnya adalah semakin besarnya peluang ekspansi dan pembagian dividen. Reputasi lembaga keuangan bank meningkat sehingga kondisi ini akan dapat meningkatkan harga saham. Bagi pemegang saham, meningkatnya harga saham akan meningkatkan Return Sahamnya.