bab ii tinjauan pustaka

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Medulla Spinalis
Medulla spinalis merupakan bagian dari Susunan Syaraf Pusat
(SSP).Terbentang dari foramen magnum sampai dengan L1, di L1 melonjong
dan agak melebar yang disebut conus terminalis atau conus medullaris.
Terbentang dibawah conu terminalis serabut-serabut bukan syaraf yang
disebut filum terminale yang merupakan jaringan ikat.
Gambar 1 Medulla Spinalis
2
3
Tiga puluh satu pasang nervus spinal keluar dari medulla spinalis
melalui foramen intervertebralis.Mereka meninggalkan sistem saraf pusat dan
menandakan awal sistem saraf perifer. Tiga puluh satu pasang saraf ini diberi
nama sesuai dengan tingkat kolom vertebra:





Cervical (C) - 8 pasang saraf
Thoracic (T) - 12 pasang saraf
Lumbar (L) - 5 pasang saraf
Sacral (S) - 5 pasang saraf
Coccygeal - 1 sepasang saraf
Nervus spinalis ini mengandung serabut eferen (motor) yang
membawa impuls saraf dari medulla spinalis ke perifer seperti otot, dan
serabut aferen (sensorik) yang membawa impuls sensorik dari perifer ke
medulla spinalis. Medulla Spinalis adalah bagian dari sistem saraf pusat
(SSP), yang memanjang kearah kaudal dan dilindungi oleh struktur vertebra.
Medulla spinalis dibungkus oleh tiga lapisan sama seperti otak yakni
duramater, arachnoidmater dan yang paling dalam piamater. Pada orang
dewasa kebanyakan hanya menempati bagian atas dua-pertiga dari kanalis
vertebralis sebagai pertumbuhan tulang yang menyusun tulang punggung
secara proporsional lebih cepat dibandingkan dengan sumsum vertebra.
Menurut lokasi rostrocaudalnya sumsum vertebra dapat dibagi
menjadi empat bagian: cervical, toraks, lumbal dan sakral, dua di antaranya
ditandai oleh pelebaran bagian atas (servikal) dan pelebaran bagian bawah
(lumbar). Sepanjang median sagittal, fissure anterior dan posterior membagi
medulla spinalis menjadi dua bagian simetris, yang terhubung oleh commisur
anterior dan posterior. Di kedua sisi lateralnya, dimana terdapat fissura
anterolateral dan posterolateral, disitu terdapat titik dimana radiks spinalis
keluar yang akhirnya membentuk medulla spinalis. Tidak seperti otak, pada
medulla spinalis substantia nigra dikelilingi substantia alba. Substantia alba
secara konvensional dibagi menjadi funikulus dorsal, dorsolateral, lateral,
ventral dan ventrolateral. Separuh dari tiap bagian berbentuk bulan sabit,
walaupun susunan dari substantia nigra dan substantia alba berbeda di setiap
4
tingkatan rostrocaudal. Substansia nigra dapat dibagi menjadi cornu dorsalis,
cornu intermedia, cornu ventralis, dan bagian centromedial mengelilingi
canalis medulla spinalis. Substantia alba semakin berkurang sampai di
akhiran medulla spinalis, dan bersatu dengan subtantia nigra membentuk
membentuk conus terminalis, dimana radiks spinalis yang secara paralel
membentuk cauda equine.
Setiap pasangan nervus spinalis mempersarafi daerah tertentu dari
tubuh dengan neuron sensorik dan motorik.Serabut saraf sensorik dan
stimulus dari daerah kulit yang dipersarafi disebut dermatom.Serabut saraf
motorik dan otot-otot yang dipersarafi disebut myotomes. Pusat urat saraf
vertebra terdiri dari substantia nigra, sel body neuron dari akson tidak
bermielin neuron motorik dan juga interneuron, yang menghubungkan saraf
aferen dan eferen.Substantia tampah seperti gambaran kupu-kupu di sekitar
kanal pusat dan dibagi menjadi tiga pasang cornu. Cornu dorsalis neuron
sensorik, cornu ventralis neuron motorik dan cornu lateral menginervasi
sistem saraf simpatik. Substantia nigra medulla spinalis dikelilingi oleh upper
dan lower neuron sensorik dan motorik yang terdiri dari materi putih
bermielin. Ramus komunikans substantia alba saraf yang bercabang dari saraf
vertebra khusus di daerah dada dan bagian atas vertebra lumbar. Mereka
adalah serabut preganglionik yang memanjang dari saraf vertebra ke ganglion
saraf simpatik. Ramus komunikans substantia nigra adalah serabut
postganglionik dari cranial kembali ke vertebra.
2.2 Definisi
5
Tumor medulla spinalis adalah tumor yang berkembang dalam tulang
belakang atau isinya dan biasanya menimbulkan gejala-gejala karena
keterlibatan medulla spinalis atau akar-akar saraf. Tumor Medulla spinalis
adalah tumor di daerah spinal yang dapat terjadi pada daerah cervical pertama
hingga sacral, yang dapat dibedakan atas:
Tumor primer:
1) Jinak yang berasal dari
a) Tulang osteoma dan kondroma,
b) Serabut saraf disebut neurinoma (Schwannoma),
c) Berasal dari selaput otak disebut Meningioma;
d) Jaringan otak; Glioma, Ependinoma.
2) Ganas yang berasal dari
a) Jaringan saraf seperti; Astrocytoma, neuroblastoma
b) sel muda seperti kordoma
Tumor sekunder: merupakan anak sebar (metastase) dari tumor ganas di
daerah rongga dada, perut, pelvis dan tumor payudara.
2.3 Etiologi
Penyebab utama dari tumor otak dan medulla spinalis belum
sepenuhnya dipahami.Tapi penelitian menemukan beberapa perubahan yang
terjadi pada sel normal otak yang dapat mengubahnya menjadi bentuk tumor.
Kanker dapat disebabkan oleh perubahan DNA yang mengaktifkan onkogen
dan menonaktifkan gen penekan tumor (tumor suppressor genes). Gen ini
dapat diwariskan dari orang tua.
Banyak faktor risiko untuk kanker dengan cara kerusakan gen.
Misalnya asap rokok merupakan faktor risiko untuk kanker paru dan beberapa
6
kanker lainnya, karena asap rokok mengandung bahan kimia yang dapat
merusak gen.
Selain radiasi, tidak diketahui penyebab lain yang berkaitan dengan
faktor gaya hidup atau faktor lingkungan yang dapat menyebabkan tumor.
2.4 Epidemiologi
Sekitar 2000 kasus baru kanker tulang dan 6000 kasus baru tumor
jaringan lunak didiagnosis di Amerika Serikat tiap tahun. Dari semua kasus,
hanya sekitar 5% melibatkan tulang belakang. Insiden dari tumor spinalis
diperkirakan 2,5-8,5 per 100000 orang tiap tahun. Terdapat dua hal yang
potensial dari keganasan suatu lesi spinal:


Umur
Lokasi
Pada anak di bawah 6 tahun, kebanyakan tumor spinal merupakan
keganasan, seperti:


Astrositoma
Sarkoma (jarang)
Pada orang dewasa lebih dari 35 tahun, kebanyakan tumor spinal
adalah:


Adenokarsinoma metastasis
Multipel myeloma
2.5 Patofisiologi
Tumor intramedulla menyusup dan menghancurkan parenkim medulla
dan bisa meluas lebih dari beberapa segmen medulla spinalis yang berperan
membawa dan mengirim untuk memfasilitasi impuls listrik bagi menstimulasi
gerakan dan sensasi. Dengan tumor medulla spinalis bisa menyebabkan
kehilangan fungsi motorik dan sensorik. Pertumbuhan tumor sangat
mempengaruhi fungsi neurologi pasien.
7
Patofisiologi tumor medulla spinalis intramedular bervariasi sesuai
dengan jenis tumor. Ependymomas biasanya lambat, tumor berkapsul yang
secara histologis jinak. Nyeri dan defisit neurologis timbul sebagai akibat dari
peregangan progresif dan distorsi serat saraf. Biasanya gambaran anatomi
yang jelas terdapat saat operasi, dan hasil reseksi visual anatomis yang besar
dalam pengobatan. Tipe anaplastik yang langka bisa berbentuk invasif,
bagaimanapun, tipe ini lebih cenderung kambuh atau menyebar melalui ruang
CSF.
2.6 Klasifikasi
Ada dua macam lesi: lesi ekstradural dan lesi intradural. Lesi
intradural dibagi menjadi dua kategori, tergantung pada apakah lesi
melibatkan substansi dari medulla spinalis (intramedular) atau berada di luar
medulla spinalis tetapi dalam dura (ekstramedular).

Lesi Ekstradural
Perjalanan klinis yang lazim dari tumor ektradural adalah
kompresi cepat akibat invasi tumor pada medula spinalis, kolaps kolumna
vertebralis, atau perdarahan dari dalam metastasis. Begitu timbul gejala
kompresi medula spinalis, maka dengan cepat fungsi medula spinalis akan
hilang sama sekali.

Lesi Intradural
1. Intradural Ekstramedular
Lesi medula spinalis ekstramedular menyebabkan kompresi
medula spinalis dan radiks saraf pada segmen yang terkena. Sindrom
Brown-Sequard mungkin disebabkan oleh kompresi lateral medula
spinalis. Sindrom akibat kerusakan separuh medula spenalis ini ditandai
dengan tanda-tanda disfungsi traktus kortikospinalis dan
kolumna
posterior ipsilateral di bawah tingkat lesi. Pasien mengeluh nyeri, mula-
8
mula di punggung dan kemudian di sepanjang radiks spinal.Tumor pada
sisi posterior dapat bermanifestasi sebagai parestesia dan selanjutnya
defisit sensorik proprioseptif, yang menambahkan ataksia pada
kelemahan.Tumor yang terletak anterior dapat menyebabkan defisit
sensorik ringan tetapi dapat menyebabkan gangguan motorik yang
hebat.Tumor
selubung
saraf
(misalnya,
neurofibroma
dan
schwannoma ) biasanya lesi intradural ekstramedular. Meningioma
dapat berupa lesi ekstramedularekstradural atau intradural.
2. Intradural Intramedular
Tumor-tumor intramedular tumbuh ke bagian tengah dari
medula spinalis dan merusak serabut-serabut yang menyilang serta
neuron-neuron substansia grisea. Kerusakan serabut-serabut yang
menyilang ini mengakibatkan hilangnya sensasi nyeri dan suhu bilateral
yang meluas ke seluruh segmen yang terkena, yang pada gilirannya
akan menyebabkan kerusakan pada kulit perifer. Perubahan fungsi
refleks renggangan otot terjadi kerusakan pada sel-sel kornu
anterior.Kelemahan yang disertai atrofi dan fasikulasi disebabkan oleh
keterlibatan neuron-neuron motorik bagian bawah. Tumor asal glia
( misalnya , astrositoma , ependimoma ) biasanya di lokasi intradural
intramedular.
Gambar 2.1 (A) Tumor intradural-intramedular, (B) Tumor intraduralekstramedular, dan (C) Tumor Ekstradural
9
2.7 Manifestasi klinis
Menurut Cassiere, perjalanan penyakit tumor medula spinalis terbagi
dalam tiga tahapan, yaitu:



Ditemukannya sindrom radikuler unilateral dalam jangka waktu yang lama
Sindroma Brown Sequard
Kompresi total medula spinalis atau paralisis bilateral
Keluhan pertama dari tumor medula spinalis dapat berupa nyeri
radikuler, nyeri vertebrae, atau nyeri funikuler. Secara statistik adanya nyeri
radikuler merupakan indikasi pertama adanya space occupying lesion pada
kanalis spinalis dan disebut pseudo neuralgia pre phase.
Tumor medula spinalis yang sering menyebabkan nyeri radikuler
adalah
tumor
yang
terletak
intradural-ekstramedular, sedang
tumor
intramedular jarang menyebabkan nyeri radikuler. Pada tumor ekstradural
sifat nyeri radikulernya biasanya hebat dan mengenai beberapa radiks.
Tumor-tumor intrameduler dan intradural-ekstrameduler dapat juga
diawali dengan gejala TTIK seperti: hidrosefalus, nyeri kepala, mual dan
muntah, papiledema, gangguan penglihatan, dan gangguan gaya berjalan.
Tumor-tumor neurinoma dan ependimoma mensekresi sejumlah besar protein
ke dalam likuor, yang dapat menghambat aliran likuor di dalam kompartemen
subarakhnoid spinal, dan kejadian ini dikemukakan sebagai suatu hipotesa
yang menerangkan kejadian hidrosefalus sebagai gejala klinis dari neoplasma
intraspinal primer.
Gejala klinik berdasarkan lokasi tumor

Tumor foramen magnum
Gejala awal dan tersering adalah nyeri servikalis posterior yang
disertai dengan hiperestesi dermatom daerah vertebra servikalis 2 (C2).
Setiap aktivitas yang meningkatkan tekanan intrakranial (misal, batuk,
10
mengedan, mengangkat barang atau bersin) dapat memperburuk nyeri.
Gejala tambahan adalah gangguan sensorik dan motorik pada tangan
dengan pasien yang melaporkan kesulitan menulis atau memasang
kancing.Perluasan tumor menyebabkan kuadraplegia spastik dan hilangnya
sensasi secara bermakna. Temuan neurologik tidak selalu timbul tetapi
dapat mencakup hiperrefleksia, rigiditas nuchal, gaya berjalan spastik,
palsy N.IX sampai XI, dan kelemahan ekstremitas.

Tumor daerah servikal
Lesi daerah servikal menimbulkan gejala sensorik dan motorik
mirip lesi radikular yang melibatkan bahu dan lengan dan mungkin juga
melibatkan tangan. Keterlibatan tangan pada lesi servikalis bagian atas
diduga disebabkn oleh kompresi suplai darah ke kornu anterior melaui
arteria spinalis anterior. Pada umumnya terdapat kelemahan dan atrofi
gelang bahu dan lengan. Tumor servikalis yang lebih rendah ( C5,C6, C7)
dapat menyebabkan hilangnya refleks tendon ekstremitas atas (biseps,
brakhioradialis, triseps). Defisit sensorik membentang sepanjang tepi
radial lengan bawah dan ibu jari pada kompresi C6, melibatkan jari tengah
dan jari telunjukpada lesi C7; dan lesi C7 menyebabkan hilangnya sensorik
jari telunjuk dan jari tengah.

Tumor daerah thorakal
Penderita lesi daerah thorakal sering kali datang dengan
kelemahan spastik yang timbul perlahan pada ekstremitas bagian bawah
dan kemudian mengalami parastesia. Pasien dapat mengeluh nyeri dan
perasaan terjepit dan tertekan pada dada dan abdomen, yang mungkin
dikacaukan dengan nyeri akibat intrathorakal dan intraabdominal.

Tumor daerah lumbosakral
Kompresi segmen lumbal bagian atas tidak mempengaruhi refleks
perut,
namun
menghilangkan
refleks
kremaster
dan
mungkin
menyebabkan kelemahan fleksi panggul dan spastisitas tungkai bawah.
11
Juga terjadi kehilangan refleks lutut dan refleks pergelangan kaki dan
tanda babinski bilateral. Nyeri umumnya dialihkan ke selangkangan.Lesi
yang melibatkan lumbal bagian bawah dan segmen-segmen sacral bagian
atas menyebabkan kelemahan dan atrofi otot-otot perineum, betis dan kaki.
Hilangnya sensasi daerah perianal dan genitalia yang disertai gangguan
kontrol usus dan kandung kemih merupakan tanda khas lesi yang
mengenai daerah sakral bagian bawah.

Tumor kauda ekuina
Lesi dapat menyebabkan nyeri radikular yang dalam., kelemahan
dan atrofi dari otot-otot termasuk gluteus, otot perut, gastrocnemius, dan
otot anterior tibialis. Refleks APR mungkin menghilang, muncul gejalagejala sfingter dini dan impotensi. Tanda-tanda khas lainnya adalah nyeri
tumpul pada sakrum dan perineum yang kadang kadang menjalar ke
tungkai. Paralisis flaksid terjadi sesuai dengan radiks saraf yang terkena
dan terkadang asimetris. Refleks lain dapat terpengaruh tergantung letak
lesi.
2.8 Pemeriksaan Penunjang
 Radiologi
a. Foto Polos Vertebrae
Foto polos seluruh tulang belakang 67-85% abnormal.
Kemungkinan ditemukan erosi pedikel (defek menyerupai “mata
burung hantu” pada tulang belakang lumbosakral AP) atau pelebaran,
fraktur kompresi patologis, scalloping badan vertebra, sklerosis,
perubahan osteoblastik (mungkin terajdi mieloma, Ca prostat, hodgkin,
dan biasanya Ca payudara.
b. CT-scan
12
CT-scan dapat memberikan informasi mengenai lokasi tumor,
bahkan terkadang dapat memberikan informasi mengenai tipe tumor.
Pemeriksaan ini juga dapat membantu dokter mendeteksi adanya
edema, perdarahan dan keadaan lain yang berhubungan. CT-scan juga
dapat membantu dokter mengevaluasi hasil terapi dan melihat
progresifitas tumor.
c. MRI
Modalitas
utama
dalam
pemeriksaan
radiologis
untuk
mendiagnosis semua tipe tumor medula spinalis adalah MRI. Alat ini
dapat menunjukkan gambaran ruang dan kontras pada struktur medula
spinalis dimana gambaran ini tidak dapat dilihat dengan pemeriksaan
yang lain. Tumor pada pembungkus saraf dapat menyebabkan
pembesaran
foramen
intervertebralis.
Lesi
intramedular
yang
memanjang dapat menyebabkan erosi atau tampak berlekuk-lekuk
(scalloping) pada bagian posterior korpus vertebra serta pelebaran jarak
interpendikular. Lesi intramedular menyebabkan pelebaran fokal pada
bayangan medulla spinalis.
Gambar 3, gambaran MRI tumor medula spinalis (intradural
intramedular)
13
Gambar 4, gambaran MRI tumor intradural ekstramedular

Laboratorium
a. Pemerikasaan LCS
Pada pasien dengan tumor spinal, pemeriksaan CSS dapat
bermanfaat untuk differensial diagnosis ataupun untuk memonitor
respon terapi. Apabila terjadi obstruksi dari aliran CSS sebagai akibat
dari ekspansi tumor, pasien dapat menderita hidrosefalus. Punksi
lumbal harus dipertimbangkan secara hati- hati pada pasien tumor
medula spinalis dengan sakit kepala (terjadi peninggian tekasan
intrakranial).
Pemeriksaan CSS meliputi pemeriksaan sel-sel malignan
(sitologi), protein dan glukosa. Konsentrasi protein yang tinggi serta
kadar glukosa dan sitologi yang normal didapatkan pada tumor-tumor
medula spinalis, walaupun apabila telah menyebar ke selaput otak,
kadar glukosa didapatkan rendah dan sitologi yang menunjukkan
malignansi. Adanya xanthocromic CSS dengan tidak terdapatnya
eritrosit merupakan karakteristik dari tumor medula spinalis yang
menyumbat ruang subarachnoid dan menyebabkan CSS yang statis
pada daerah kaudal tekal sac.7,12
2.9 Diagnosis
Diagnosis tumor medula spinalis diambil berdasarkan hasil anamnesis
dan pemeriksaan fisis serta penunjang.

Anamnesis
14
Pada tumor ekstramedular, gejala yang mendominasi adalah
kompresi serabut saraf spinalis, sehingga yang paling awal tampak adalah
nyeri, mula-mula di punggung dan kemudian di sepanjang radiks
spinal.Seperti pada tumor ekstradural, nyeri diperberat oleh traksi oleh
gerakan, batuk, bersin atau mengedan, dan paling berat terjadi pada malam
hari. Nyeri yang menghebat pada malam hari disebabkan oleh traksi pada
radiks saraf yang sakit, yaitu sewaktu tulang belakang memanjang setelah
hilangnya efek pemendekan dari gravitasi.10

Pemeriksaan fisis
Tumor ekstradural mempunyai perjalanan klinis berupa fungsi
medula spinalis akan hilang sama sekali disertai kelemahan spastik dan
hilangnya sensasi getar dan posisi sendi di bawah tingkat lesi yang
berlangsung cepat. Defisit sensorik berangsur-angsur naik hingga di bawah
tingkat segmen medulla spinalis.
Pada tumor intramedular, kerusakan serabut-serabut yang
menyilang pada substansia grisea mengakibatkan hilangnya sensasi nyeri
dan suhu bilateral yang meluas ke seluruh segmen yang terkena, yang pada
gilirannya akan menyebabkan kerusakan pada kulit perifer. Sensasi raba,
gerak, posisi dan getar umumnya utuh kecuali lesinya besar. Defisit sensasi
nyeri dan suhu dengan utuhnya modalitas senssai yang lain dikenal sebagai
defisit sensorik yang terdisosiasi.10

Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan radiogram tulang belakang, sebagian besar
penderita tumor akan memperlihatkan gejala osteoporosis atau kerusakan
nyata pada pedikulus dan korpus vertebra. Pada tomor ekstramedular,
radiografi spinal dapat memperlihatkan pembesaran foramen dan
penipisan pedikulus yang berdekatan. Pada tumor intramedular, radiogram
akan memperlihatkan pelebaran kanalis vertebralis dan erosi pedikulus.10
2.10 Penatalaksanaan
15
Penatalaksanaan untuk sebagian besar tumor baik intramedular
maupun ekstramedular adalah dengan pembedahan. Tujuannya adalah untuk
menghilangkan tumor secara total dengan menyelamatkan fungsi neurologis
secara maksimal. Kebanyakan tumor intradural-ekstramedular dapat
direseksi secara total dengan gangguan neurologis yang minimal atau
bahkan tidak ada setelah operatif. Tumor-tumor yang mempunyai pola
pertumbuhan yang cepat dan agresif secara histologis dan tidak secara total
di hilangkan melalui operasi dapat diterapi dengan terapi radiasi post
operasi. Terapi konservatif yang dapat dilakukan pada tumor medulla
spinalis adalah

Steroid
Berfungsi
untuk mengurangi rasa nyeri pada 85% kasus,
terkadang memberi perbaikan neurologis. Steroid intravena dengan dosis
tinggi dapat meningkatkan fungsi neurologis untuk sementara tetapi
pengobatan ini tidak dilakukan untuk jangkawaktu yang lama, steroid
dapat menurunkan edema vasogenik, tetapi tidak dapat menanggulangi
gejala akibat kondisi tersebut. Steroid yang digunakan adalah
dexamethason (decadron) dengan dosis 100 mg.

Evaluasi radiografi
Penatalaksanaan berdasar evaluasi radiografik :
1) Bila tidak ada massa epidural : rawat tumor primer (misalnya sistemik
kemoterapi); terapi radiasi local (XRT) pada lesi bertulang; analgesik
untuk nyeri.
2) Bila lesi epidural, lakukan pembedahan atau radiasi (biasanya 30004000cGy pada 10 kali perawatan dengan perluasan dua level diatas
dan dibawah lesi); radiasi biasanya seefektif seperti leminektomi
dengan komplikasi yang lebih sedikit.
Penatalaksanaan darurat (pembedahan/ radiasi) berdasarkan derajat
blok dan kecepatan deteriosasi.
16
1) Bila > 80% blok komplit atau perburukan yang cepat ;penatalaksanaan
sesegera mungkin (bila merawat dengan radiasi, teruskan DMZ
keesok harinya dengan 24 mg IVP setiap 6 jamselama 2 hari, lalu
diturunkan (tappering) selama radiasi, Selama 2 minggu.
2) Bila < 80% blok ; perawatan rutin (untuk radiasi lanjutkan DMZ 4 mg
selam 6 jam, diturunkan (tapering) selam perawatan sesuai toleransi.

Terapi radiasi
Tujuan dari terapi radiasi pada penatalaksanaan tumor medulla
spinalis
adalah
untuk
memperbaiki
kontrol
lokal,
serta
dapat
menyelamatkan dan memperbaiki fungsi neurologik. Tarapi radiasi juga
digunakan pada reseksi tumor yang inkomplit yang dilakukan pada
daerah yang terkena. Terapi radiasi direkomendasikan untuk tumor
intramedular yang tidak dapat diangkat dengan sempurna. Dosisnya
antara 45 dan 54 Gy.

Pembedahan
Pembedahan sejak dulu merupakan terapi utama pada tumor
medulla spinalis.Pengangkatan yang lengkap dan defisit minimal post
operasi, dapat mencapai 90% pada ependymoma, 40% pada astrositoma
dan 100% pada hemangioblastoma. Pembedahan juga merupakan
penatalaksanaan terpilih untuk tumor ekstramedular. Pembedahan,
dengan tujuan mengangkat tumor seluruhnya, aman dan merupakan
pilihan yang efektif. Pada pengamatan kurang lebih 8.5 bulan, mayoritas
pasien terbebas secara keseluruhan dari gejala dan dapat beraktifitas
kembali.
2.11 Indiksi pembedahan
 Tumor dan jaringan tidak dapat didiagnosis (pertimbangkan biopsi bila
lesi dapat dijangkau.
17

Kegagalan radiasi (percobaan radiasi biasanya selama 48 jam,kemudian

dievaluasi apakah dengan terapi radiasi tomur mengalami respon).
Rekurensi (kekambuhan kembali) setelah radiasi maksimal.
2.12 Komplikasi pembedahan
 Resiko defisit neurologis yang besar selama tindakan operasi.
 Deformitas pada tulang belakang post operasi lebih sering terjadi pada
anak anak dibanding orang dewasa. Deformitas pada tulang belakang

tersebut dapat menyebabkan kompresi medulla spinalis.
Setelah pembedahan tumor medulla spinalis pada servikal dapat terjadi
obstruksi foramen luschka sehingga menyebabkan hidrosefalus.
2.13 Prognosa
Pada pasien yang menderita tumor medulla spinalis mempunyai
peluang hidup sehingga 5 tahun melebihi 90%. Fungsi neurologis setelah
operasi
pembedahan
mengangkat
tumor
bergantung
pada
status
preoperative. Oleh itu, tujuan dilakukan pembedahan mengangkat tumor
adalah untuk menghalangi berlanjutnya proses disfungsi neurologis hasil
dari penekanan tumor, untuk menegakkan diagnose dan secara potensi
menyembuhkan tumor dengan mengangkat tumor secara keseluruhan.
Prognosis semakin buruk seiring meningkatnya umur (>60 tahun).11
18
Download