BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Medulla Spinalis Medulla spinalis merupakan bagian dari Susunan Syaraf Pusat (SSP).Terbentang dari foramen magnum sampai dengan L1, di L1 melonjong dan agak melebar yang disebut conus terminalis atau conus medullaris. Terbentang dibawah conu terminalis serabut-serabut bukan syaraf yang disebut filum terminale yang merupakan jaringan ikat. Gambar 1 Medulla Spinalis 2 3 Tiga puluh satu pasang nervus spinal keluar dari medulla spinalis melalui foramen intervertebralis.Mereka meninggalkan sistem saraf pusat dan menandakan awal sistem saraf perifer. Tiga puluh satu pasang saraf ini diberi nama sesuai dengan tingkat kolom vertebra: Cervical (C) - 8 pasang saraf Thoracic (T) - 12 pasang saraf Lumbar (L) - 5 pasang saraf Sacral (S) - 5 pasang saraf Coccygeal - 1 sepasang saraf Nervus spinalis ini mengandung serabut eferen (motor) yang membawa impuls saraf dari medulla spinalis ke perifer seperti otot, dan serabut aferen (sensorik) yang membawa impuls sensorik dari perifer ke medulla spinalis. Medulla Spinalis adalah bagian dari sistem saraf pusat (SSP), yang memanjang kearah kaudal dan dilindungi oleh struktur vertebra. Medulla spinalis dibungkus oleh tiga lapisan sama seperti otak yakni duramater, arachnoidmater dan yang paling dalam piamater. Pada orang dewasa kebanyakan hanya menempati bagian atas dua-pertiga dari kanalis vertebralis sebagai pertumbuhan tulang yang menyusun tulang punggung secara proporsional lebih cepat dibandingkan dengan sumsum vertebra. Menurut lokasi rostrocaudalnya sumsum vertebra dapat dibagi menjadi empat bagian: cervical, toraks, lumbal dan sakral, dua di antaranya ditandai oleh pelebaran bagian atas (servikal) dan pelebaran bagian bawah (lumbar). Sepanjang median sagittal, fissure anterior dan posterior membagi medulla spinalis menjadi dua bagian simetris, yang terhubung oleh commisur anterior dan posterior. Di kedua sisi lateralnya, dimana terdapat fissura anterolateral dan posterolateral, disitu terdapat titik dimana radiks spinalis keluar yang akhirnya membentuk medulla spinalis. Tidak seperti otak, pada medulla spinalis substantia nigra dikelilingi substantia alba. Substantia alba secara konvensional dibagi menjadi funikulus dorsal, dorsolateral, lateral, ventral dan ventrolateral. Separuh dari tiap bagian berbentuk bulan sabit, walaupun susunan dari substantia nigra dan substantia alba berbeda di setiap 4 tingkatan rostrocaudal. Substansia nigra dapat dibagi menjadi cornu dorsalis, cornu intermedia, cornu ventralis, dan bagian centromedial mengelilingi canalis medulla spinalis. Substantia alba semakin berkurang sampai di akhiran medulla spinalis, dan bersatu dengan subtantia nigra membentuk membentuk conus terminalis, dimana radiks spinalis yang secara paralel membentuk cauda equine. Setiap pasangan nervus spinalis mempersarafi daerah tertentu dari tubuh dengan neuron sensorik dan motorik.Serabut saraf sensorik dan stimulus dari daerah kulit yang dipersarafi disebut dermatom.Serabut saraf motorik dan otot-otot yang dipersarafi disebut myotomes. Pusat urat saraf vertebra terdiri dari substantia nigra, sel body neuron dari akson tidak bermielin neuron motorik dan juga interneuron, yang menghubungkan saraf aferen dan eferen.Substantia tampah seperti gambaran kupu-kupu di sekitar kanal pusat dan dibagi menjadi tiga pasang cornu. Cornu dorsalis neuron sensorik, cornu ventralis neuron motorik dan cornu lateral menginervasi sistem saraf simpatik. Substantia nigra medulla spinalis dikelilingi oleh upper dan lower neuron sensorik dan motorik yang terdiri dari materi putih bermielin. Ramus komunikans substantia alba saraf yang bercabang dari saraf vertebra khusus di daerah dada dan bagian atas vertebra lumbar. Mereka adalah serabut preganglionik yang memanjang dari saraf vertebra ke ganglion saraf simpatik. Ramus komunikans substantia nigra adalah serabut postganglionik dari cranial kembali ke vertebra. 2.2 Definisi 5 Tumor medulla spinalis adalah tumor yang berkembang dalam tulang belakang atau isinya dan biasanya menimbulkan gejala-gejala karena keterlibatan medulla spinalis atau akar-akar saraf. Tumor Medulla spinalis adalah tumor di daerah spinal yang dapat terjadi pada daerah cervical pertama hingga sacral, yang dapat dibedakan atas: Tumor primer: 1) Jinak yang berasal dari a) Tulang osteoma dan kondroma, b) Serabut saraf disebut neurinoma (Schwannoma), c) Berasal dari selaput otak disebut Meningioma; d) Jaringan otak; Glioma, Ependinoma. 2) Ganas yang berasal dari a) Jaringan saraf seperti; Astrocytoma, neuroblastoma b) sel muda seperti kordoma Tumor sekunder: merupakan anak sebar (metastase) dari tumor ganas di daerah rongga dada, perut, pelvis dan tumor payudara. 2.3 Etiologi Penyebab utama dari tumor otak dan medulla spinalis belum sepenuhnya dipahami.Tapi penelitian menemukan beberapa perubahan yang terjadi pada sel normal otak yang dapat mengubahnya menjadi bentuk tumor. Kanker dapat disebabkan oleh perubahan DNA yang mengaktifkan onkogen dan menonaktifkan gen penekan tumor (tumor suppressor genes). Gen ini dapat diwariskan dari orang tua. Banyak faktor risiko untuk kanker dengan cara kerusakan gen. Misalnya asap rokok merupakan faktor risiko untuk kanker paru dan beberapa 6 kanker lainnya, karena asap rokok mengandung bahan kimia yang dapat merusak gen. Selain radiasi, tidak diketahui penyebab lain yang berkaitan dengan faktor gaya hidup atau faktor lingkungan yang dapat menyebabkan tumor. 2.4 Epidemiologi Sekitar 2000 kasus baru kanker tulang dan 6000 kasus baru tumor jaringan lunak didiagnosis di Amerika Serikat tiap tahun. Dari semua kasus, hanya sekitar 5% melibatkan tulang belakang. Insiden dari tumor spinalis diperkirakan 2,5-8,5 per 100000 orang tiap tahun. Terdapat dua hal yang potensial dari keganasan suatu lesi spinal: Umur Lokasi Pada anak di bawah 6 tahun, kebanyakan tumor spinal merupakan keganasan, seperti: Astrositoma Sarkoma (jarang) Pada orang dewasa lebih dari 35 tahun, kebanyakan tumor spinal adalah: Adenokarsinoma metastasis Multipel myeloma 2.5 Patofisiologi Tumor intramedulla menyusup dan menghancurkan parenkim medulla dan bisa meluas lebih dari beberapa segmen medulla spinalis yang berperan membawa dan mengirim untuk memfasilitasi impuls listrik bagi menstimulasi gerakan dan sensasi. Dengan tumor medulla spinalis bisa menyebabkan kehilangan fungsi motorik dan sensorik. Pertumbuhan tumor sangat mempengaruhi fungsi neurologi pasien. 7 Patofisiologi tumor medulla spinalis intramedular bervariasi sesuai dengan jenis tumor. Ependymomas biasanya lambat, tumor berkapsul yang secara histologis jinak. Nyeri dan defisit neurologis timbul sebagai akibat dari peregangan progresif dan distorsi serat saraf. Biasanya gambaran anatomi yang jelas terdapat saat operasi, dan hasil reseksi visual anatomis yang besar dalam pengobatan. Tipe anaplastik yang langka bisa berbentuk invasif, bagaimanapun, tipe ini lebih cenderung kambuh atau menyebar melalui ruang CSF. 2.6 Klasifikasi Ada dua macam lesi: lesi ekstradural dan lesi intradural. Lesi intradural dibagi menjadi dua kategori, tergantung pada apakah lesi melibatkan substansi dari medulla spinalis (intramedular) atau berada di luar medulla spinalis tetapi dalam dura (ekstramedular). Lesi Ekstradural Perjalanan klinis yang lazim dari tumor ektradural adalah kompresi cepat akibat invasi tumor pada medula spinalis, kolaps kolumna vertebralis, atau perdarahan dari dalam metastasis. Begitu timbul gejala kompresi medula spinalis, maka dengan cepat fungsi medula spinalis akan hilang sama sekali. Lesi Intradural 1. Intradural Ekstramedular Lesi medula spinalis ekstramedular menyebabkan kompresi medula spinalis dan radiks saraf pada segmen yang terkena. Sindrom Brown-Sequard mungkin disebabkan oleh kompresi lateral medula spinalis. Sindrom akibat kerusakan separuh medula spenalis ini ditandai dengan tanda-tanda disfungsi traktus kortikospinalis dan kolumna posterior ipsilateral di bawah tingkat lesi. Pasien mengeluh nyeri, mula- 8 mula di punggung dan kemudian di sepanjang radiks spinal.Tumor pada sisi posterior dapat bermanifestasi sebagai parestesia dan selanjutnya defisit sensorik proprioseptif, yang menambahkan ataksia pada kelemahan.Tumor yang terletak anterior dapat menyebabkan defisit sensorik ringan tetapi dapat menyebabkan gangguan motorik yang hebat.Tumor selubung saraf (misalnya, neurofibroma dan schwannoma ) biasanya lesi intradural ekstramedular. Meningioma dapat berupa lesi ekstramedularekstradural atau intradural. 2. Intradural Intramedular Tumor-tumor intramedular tumbuh ke bagian tengah dari medula spinalis dan merusak serabut-serabut yang menyilang serta neuron-neuron substansia grisea. Kerusakan serabut-serabut yang menyilang ini mengakibatkan hilangnya sensasi nyeri dan suhu bilateral yang meluas ke seluruh segmen yang terkena, yang pada gilirannya akan menyebabkan kerusakan pada kulit perifer. Perubahan fungsi refleks renggangan otot terjadi kerusakan pada sel-sel kornu anterior.Kelemahan yang disertai atrofi dan fasikulasi disebabkan oleh keterlibatan neuron-neuron motorik bagian bawah. Tumor asal glia ( misalnya , astrositoma , ependimoma ) biasanya di lokasi intradural intramedular. Gambar 2.1 (A) Tumor intradural-intramedular, (B) Tumor intraduralekstramedular, dan (C) Tumor Ekstradural 9 2.7 Manifestasi klinis Menurut Cassiere, perjalanan penyakit tumor medula spinalis terbagi dalam tiga tahapan, yaitu: Ditemukannya sindrom radikuler unilateral dalam jangka waktu yang lama Sindroma Brown Sequard Kompresi total medula spinalis atau paralisis bilateral Keluhan pertama dari tumor medula spinalis dapat berupa nyeri radikuler, nyeri vertebrae, atau nyeri funikuler. Secara statistik adanya nyeri radikuler merupakan indikasi pertama adanya space occupying lesion pada kanalis spinalis dan disebut pseudo neuralgia pre phase. Tumor medula spinalis yang sering menyebabkan nyeri radikuler adalah tumor yang terletak intradural-ekstramedular, sedang tumor intramedular jarang menyebabkan nyeri radikuler. Pada tumor ekstradural sifat nyeri radikulernya biasanya hebat dan mengenai beberapa radiks. Tumor-tumor intrameduler dan intradural-ekstrameduler dapat juga diawali dengan gejala TTIK seperti: hidrosefalus, nyeri kepala, mual dan muntah, papiledema, gangguan penglihatan, dan gangguan gaya berjalan. Tumor-tumor neurinoma dan ependimoma mensekresi sejumlah besar protein ke dalam likuor, yang dapat menghambat aliran likuor di dalam kompartemen subarakhnoid spinal, dan kejadian ini dikemukakan sebagai suatu hipotesa yang menerangkan kejadian hidrosefalus sebagai gejala klinis dari neoplasma intraspinal primer. Gejala klinik berdasarkan lokasi tumor Tumor foramen magnum Gejala awal dan tersering adalah nyeri servikalis posterior yang disertai dengan hiperestesi dermatom daerah vertebra servikalis 2 (C2). Setiap aktivitas yang meningkatkan tekanan intrakranial (misal, batuk, 10 mengedan, mengangkat barang atau bersin) dapat memperburuk nyeri. Gejala tambahan adalah gangguan sensorik dan motorik pada tangan dengan pasien yang melaporkan kesulitan menulis atau memasang kancing.Perluasan tumor menyebabkan kuadraplegia spastik dan hilangnya sensasi secara bermakna. Temuan neurologik tidak selalu timbul tetapi dapat mencakup hiperrefleksia, rigiditas nuchal, gaya berjalan spastik, palsy N.IX sampai XI, dan kelemahan ekstremitas. Tumor daerah servikal Lesi daerah servikal menimbulkan gejala sensorik dan motorik mirip lesi radikular yang melibatkan bahu dan lengan dan mungkin juga melibatkan tangan. Keterlibatan tangan pada lesi servikalis bagian atas diduga disebabkn oleh kompresi suplai darah ke kornu anterior melaui arteria spinalis anterior. Pada umumnya terdapat kelemahan dan atrofi gelang bahu dan lengan. Tumor servikalis yang lebih rendah ( C5,C6, C7) dapat menyebabkan hilangnya refleks tendon ekstremitas atas (biseps, brakhioradialis, triseps). Defisit sensorik membentang sepanjang tepi radial lengan bawah dan ibu jari pada kompresi C6, melibatkan jari tengah dan jari telunjukpada lesi C7; dan lesi C7 menyebabkan hilangnya sensorik jari telunjuk dan jari tengah. Tumor daerah thorakal Penderita lesi daerah thorakal sering kali datang dengan kelemahan spastik yang timbul perlahan pada ekstremitas bagian bawah dan kemudian mengalami parastesia. Pasien dapat mengeluh nyeri dan perasaan terjepit dan tertekan pada dada dan abdomen, yang mungkin dikacaukan dengan nyeri akibat intrathorakal dan intraabdominal. Tumor daerah lumbosakral Kompresi segmen lumbal bagian atas tidak mempengaruhi refleks perut, namun menghilangkan refleks kremaster dan mungkin menyebabkan kelemahan fleksi panggul dan spastisitas tungkai bawah. 11 Juga terjadi kehilangan refleks lutut dan refleks pergelangan kaki dan tanda babinski bilateral. Nyeri umumnya dialihkan ke selangkangan.Lesi yang melibatkan lumbal bagian bawah dan segmen-segmen sacral bagian atas menyebabkan kelemahan dan atrofi otot-otot perineum, betis dan kaki. Hilangnya sensasi daerah perianal dan genitalia yang disertai gangguan kontrol usus dan kandung kemih merupakan tanda khas lesi yang mengenai daerah sakral bagian bawah. Tumor kauda ekuina Lesi dapat menyebabkan nyeri radikular yang dalam., kelemahan dan atrofi dari otot-otot termasuk gluteus, otot perut, gastrocnemius, dan otot anterior tibialis. Refleks APR mungkin menghilang, muncul gejalagejala sfingter dini dan impotensi. Tanda-tanda khas lainnya adalah nyeri tumpul pada sakrum dan perineum yang kadang kadang menjalar ke tungkai. Paralisis flaksid terjadi sesuai dengan radiks saraf yang terkena dan terkadang asimetris. Refleks lain dapat terpengaruh tergantung letak lesi. 2.8 Pemeriksaan Penunjang Radiologi a. Foto Polos Vertebrae Foto polos seluruh tulang belakang 67-85% abnormal. Kemungkinan ditemukan erosi pedikel (defek menyerupai “mata burung hantu” pada tulang belakang lumbosakral AP) atau pelebaran, fraktur kompresi patologis, scalloping badan vertebra, sklerosis, perubahan osteoblastik (mungkin terajdi mieloma, Ca prostat, hodgkin, dan biasanya Ca payudara. b. CT-scan 12 CT-scan dapat memberikan informasi mengenai lokasi tumor, bahkan terkadang dapat memberikan informasi mengenai tipe tumor. Pemeriksaan ini juga dapat membantu dokter mendeteksi adanya edema, perdarahan dan keadaan lain yang berhubungan. CT-scan juga dapat membantu dokter mengevaluasi hasil terapi dan melihat progresifitas tumor. c. MRI Modalitas utama dalam pemeriksaan radiologis untuk mendiagnosis semua tipe tumor medula spinalis adalah MRI. Alat ini dapat menunjukkan gambaran ruang dan kontras pada struktur medula spinalis dimana gambaran ini tidak dapat dilihat dengan pemeriksaan yang lain. Tumor pada pembungkus saraf dapat menyebabkan pembesaran foramen intervertebralis. Lesi intramedular yang memanjang dapat menyebabkan erosi atau tampak berlekuk-lekuk (scalloping) pada bagian posterior korpus vertebra serta pelebaran jarak interpendikular. Lesi intramedular menyebabkan pelebaran fokal pada bayangan medulla spinalis. Gambar 3, gambaran MRI tumor medula spinalis (intradural intramedular) 13 Gambar 4, gambaran MRI tumor intradural ekstramedular Laboratorium a. Pemerikasaan LCS Pada pasien dengan tumor spinal, pemeriksaan CSS dapat bermanfaat untuk differensial diagnosis ataupun untuk memonitor respon terapi. Apabila terjadi obstruksi dari aliran CSS sebagai akibat dari ekspansi tumor, pasien dapat menderita hidrosefalus. Punksi lumbal harus dipertimbangkan secara hati- hati pada pasien tumor medula spinalis dengan sakit kepala (terjadi peninggian tekasan intrakranial). Pemeriksaan CSS meliputi pemeriksaan sel-sel malignan (sitologi), protein dan glukosa. Konsentrasi protein yang tinggi serta kadar glukosa dan sitologi yang normal didapatkan pada tumor-tumor medula spinalis, walaupun apabila telah menyebar ke selaput otak, kadar glukosa didapatkan rendah dan sitologi yang menunjukkan malignansi. Adanya xanthocromic CSS dengan tidak terdapatnya eritrosit merupakan karakteristik dari tumor medula spinalis yang menyumbat ruang subarachnoid dan menyebabkan CSS yang statis pada daerah kaudal tekal sac.7,12 2.9 Diagnosis Diagnosis tumor medula spinalis diambil berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisis serta penunjang. Anamnesis 14 Pada tumor ekstramedular, gejala yang mendominasi adalah kompresi serabut saraf spinalis, sehingga yang paling awal tampak adalah nyeri, mula-mula di punggung dan kemudian di sepanjang radiks spinal.Seperti pada tumor ekstradural, nyeri diperberat oleh traksi oleh gerakan, batuk, bersin atau mengedan, dan paling berat terjadi pada malam hari. Nyeri yang menghebat pada malam hari disebabkan oleh traksi pada radiks saraf yang sakit, yaitu sewaktu tulang belakang memanjang setelah hilangnya efek pemendekan dari gravitasi.10 Pemeriksaan fisis Tumor ekstradural mempunyai perjalanan klinis berupa fungsi medula spinalis akan hilang sama sekali disertai kelemahan spastik dan hilangnya sensasi getar dan posisi sendi di bawah tingkat lesi yang berlangsung cepat. Defisit sensorik berangsur-angsur naik hingga di bawah tingkat segmen medulla spinalis. Pada tumor intramedular, kerusakan serabut-serabut yang menyilang pada substansia grisea mengakibatkan hilangnya sensasi nyeri dan suhu bilateral yang meluas ke seluruh segmen yang terkena, yang pada gilirannya akan menyebabkan kerusakan pada kulit perifer. Sensasi raba, gerak, posisi dan getar umumnya utuh kecuali lesinya besar. Defisit sensasi nyeri dan suhu dengan utuhnya modalitas senssai yang lain dikenal sebagai defisit sensorik yang terdisosiasi.10 Pemeriksaan Penunjang Pada pemeriksaan radiogram tulang belakang, sebagian besar penderita tumor akan memperlihatkan gejala osteoporosis atau kerusakan nyata pada pedikulus dan korpus vertebra. Pada tomor ekstramedular, radiografi spinal dapat memperlihatkan pembesaran foramen dan penipisan pedikulus yang berdekatan. Pada tumor intramedular, radiogram akan memperlihatkan pelebaran kanalis vertebralis dan erosi pedikulus.10 2.10 Penatalaksanaan 15 Penatalaksanaan untuk sebagian besar tumor baik intramedular maupun ekstramedular adalah dengan pembedahan. Tujuannya adalah untuk menghilangkan tumor secara total dengan menyelamatkan fungsi neurologis secara maksimal. Kebanyakan tumor intradural-ekstramedular dapat direseksi secara total dengan gangguan neurologis yang minimal atau bahkan tidak ada setelah operatif. Tumor-tumor yang mempunyai pola pertumbuhan yang cepat dan agresif secara histologis dan tidak secara total di hilangkan melalui operasi dapat diterapi dengan terapi radiasi post operasi. Terapi konservatif yang dapat dilakukan pada tumor medulla spinalis adalah Steroid Berfungsi untuk mengurangi rasa nyeri pada 85% kasus, terkadang memberi perbaikan neurologis. Steroid intravena dengan dosis tinggi dapat meningkatkan fungsi neurologis untuk sementara tetapi pengobatan ini tidak dilakukan untuk jangkawaktu yang lama, steroid dapat menurunkan edema vasogenik, tetapi tidak dapat menanggulangi gejala akibat kondisi tersebut. Steroid yang digunakan adalah dexamethason (decadron) dengan dosis 100 mg. Evaluasi radiografi Penatalaksanaan berdasar evaluasi radiografik : 1) Bila tidak ada massa epidural : rawat tumor primer (misalnya sistemik kemoterapi); terapi radiasi local (XRT) pada lesi bertulang; analgesik untuk nyeri. 2) Bila lesi epidural, lakukan pembedahan atau radiasi (biasanya 30004000cGy pada 10 kali perawatan dengan perluasan dua level diatas dan dibawah lesi); radiasi biasanya seefektif seperti leminektomi dengan komplikasi yang lebih sedikit. Penatalaksanaan darurat (pembedahan/ radiasi) berdasarkan derajat blok dan kecepatan deteriosasi. 16 1) Bila > 80% blok komplit atau perburukan yang cepat ;penatalaksanaan sesegera mungkin (bila merawat dengan radiasi, teruskan DMZ keesok harinya dengan 24 mg IVP setiap 6 jamselama 2 hari, lalu diturunkan (tappering) selama radiasi, Selama 2 minggu. 2) Bila < 80% blok ; perawatan rutin (untuk radiasi lanjutkan DMZ 4 mg selam 6 jam, diturunkan (tapering) selam perawatan sesuai toleransi. Terapi radiasi Tujuan dari terapi radiasi pada penatalaksanaan tumor medulla spinalis adalah untuk memperbaiki kontrol lokal, serta dapat menyelamatkan dan memperbaiki fungsi neurologik. Tarapi radiasi juga digunakan pada reseksi tumor yang inkomplit yang dilakukan pada daerah yang terkena. Terapi radiasi direkomendasikan untuk tumor intramedular yang tidak dapat diangkat dengan sempurna. Dosisnya antara 45 dan 54 Gy. Pembedahan Pembedahan sejak dulu merupakan terapi utama pada tumor medulla spinalis.Pengangkatan yang lengkap dan defisit minimal post operasi, dapat mencapai 90% pada ependymoma, 40% pada astrositoma dan 100% pada hemangioblastoma. Pembedahan juga merupakan penatalaksanaan terpilih untuk tumor ekstramedular. Pembedahan, dengan tujuan mengangkat tumor seluruhnya, aman dan merupakan pilihan yang efektif. Pada pengamatan kurang lebih 8.5 bulan, mayoritas pasien terbebas secara keseluruhan dari gejala dan dapat beraktifitas kembali. 2.11 Indiksi pembedahan Tumor dan jaringan tidak dapat didiagnosis (pertimbangkan biopsi bila lesi dapat dijangkau. 17 Kegagalan radiasi (percobaan radiasi biasanya selama 48 jam,kemudian dievaluasi apakah dengan terapi radiasi tomur mengalami respon). Rekurensi (kekambuhan kembali) setelah radiasi maksimal. 2.12 Komplikasi pembedahan Resiko defisit neurologis yang besar selama tindakan operasi. Deformitas pada tulang belakang post operasi lebih sering terjadi pada anak anak dibanding orang dewasa. Deformitas pada tulang belakang tersebut dapat menyebabkan kompresi medulla spinalis. Setelah pembedahan tumor medulla spinalis pada servikal dapat terjadi obstruksi foramen luschka sehingga menyebabkan hidrosefalus. 2.13 Prognosa Pada pasien yang menderita tumor medulla spinalis mempunyai peluang hidup sehingga 5 tahun melebihi 90%. Fungsi neurologis setelah operasi pembedahan mengangkat tumor bergantung pada status preoperative. Oleh itu, tujuan dilakukan pembedahan mengangkat tumor adalah untuk menghalangi berlanjutnya proses disfungsi neurologis hasil dari penekanan tumor, untuk menegakkan diagnose dan secara potensi menyembuhkan tumor dengan mengangkat tumor secara keseluruhan. Prognosis semakin buruk seiring meningkatnya umur (>60 tahun).11 18