sumber air hidup rancangan khotbah

advertisement
SUMBER AIR HIDUP
RANCANGAN KHOTBAH
Edisi: Juli - Desember 2012
Diterbitkan oleh :
Program Identitas dalam Pluralitas Sinode GKSBS
Jln. Yos Sudarso 15 Polos - Kota Metro 34111
Telp. (0725) 42598 - E.mail : [email protected]
Website: www.gksbs.org
1
DAFAR ISI
1. Pengantar
2. RK 01 Juli 2012
3. RK 08 Juli 2012
4. RK 15 Juli 2012
5. RK 22 Juli 2012
6. RK 29 Juli 2012
7. RK 19 Agustus 2012
8. RK 26 Agustusi 2012
9. RK 02 September 2012
10. RK 09 September 2012
11. RK 16 September 2012
12. RK. 23 September 2012
13. RK. 04 Nopember 2012
14. RK. 11 Nopember 2012
15. RK. 18 Nopember 2012
16. RK. 25 Nopember 2012
17. RK. 02 Desember 2012
18. RK. 09 Desember 2012
19. RK. 16 Desember 2012
20. RK. 23 Desember 2012
21. RK. 25 Desember 2012
22. RK. 30 Desember 2012
23. RK 31 Desember 2012
3
5
12
22
28
32
40
56
68
75
81
88
96
102
107
113
120
125
130
137
142
151
159
***
2
PENGANTAR
Teman-teman pelayan Firman se-sinode GKSBS yang dikasihi Kristus,
Salam syalom, bagaimana khabarnya? Kami berharap teman-teman senantiasa ada dalam
keadaan sungguh amat baik, sebagaimana Allah menciptakan manusia sungguh amat baik. Kita
bersyukur kepada Tuhan yang talah memampukan kita melakukan tugas panggilan ditengahtengah jemaatNya melalui pelayanan Firman. Dengan keyakinan bahwa setiap Firman yang telah
keluar dari mulut Allah tidak akan kembali dengan sia-sia, benih Firman Tuhan yang telah temanteman tabor akan menjadi berkat bagi seluruh anggota jemaat.
Sungguh sesuatu yang amat baik, kami kembali diberi kesempatan untuk menyapa
Bapak/Ibu/Sdr/I sekalian melalui buku Sumber Air Hidup. Sama seperti tahun sebelumnya,
seluruh khotbah dalam SAH semester genap 2012 ini dijiwai oleh tema besar sinode GKSBS
2010-2015; “Berapa Banyak Roti yang Ada Padamu, Cobalah Periksa” Dan sub tema:
“Panggilan Persaudaraan untuk Hidup Berbagi dan Bermartabat dalam Rumah Bersama” Tema
hasil sidang IX Sinode GKSBS inilah yang hendaknya menjadi jiwa dah roh bagi seluruh gerak
langkah jemaat se sinode GKSBS.
Buku “Sumber Air Hidup” semester genap 2012 ini, disajikan dalam bentuk “Rancangan
Khotbah” dan dilengkapi dengan contoh khotbah jadi. Contoh khotbah jadi disajikan dengan
maksud sebagai pembanding khotbah jadi yang akan teman-teman buat, bukan untuk digunakan
secara langsung. Karena situasi dan konteks khotbah jadi tersebut tentu berbeda dengan situasi
dan konteks teman-teman. Dalam rangka peningkatan kapasitas, sangat diharap-kan para
pengkhotbah mempelajari lebih dahulu Rancangan Kotbah ini, sebelum menyusun khotbahnya
sendiri dan membandingkan dengan contoh khotbah jadi. Karena jikalau khotbah jadi ini
langsung dipergunakan akan mematikan kreativitas dan semangat belajar para pengkhotbah.
Kami mengucapkan terimakasih kepada GKSBS klasis Tulang Bawang, Seputih Raman dan
Bandarjaya yang telah memfasilitasi proses penulisan SAH semester ganjil dan genap 2012 ini.
Terimakasih kepada para penulis yang telah berkenan mempersembahkan karya tulisnya. Pdt.
Kurniawan Dewanto Wijaya, Pdt. Darmawan Ginting, Pdt. Purnomo Sidi, Pdt. Bonason R.
Manulang, Pdt. Endar W. Subekti, Pdt. Ardyo Wiyoso, Sdri. Tressia T. Tahulending, Pdt.
Prasetyanto Aji, Pdt. Parningotan Siagian, Pdt. Riyadi Basuki, Pdt. Alfred RG. Ta’ek, Pdt.
Bambang Nugroho Hadi, Sdr. Adriyus Pramono, Pdt. Joko Nawanto, Sdr. Yosafat Agung
Prabowo dan Pdt. A.T. Hariyanto. Kiranya Tuhan Yesus memberkati jerih lelah dan pelayanan
saudara.
Harapan kami buku SAH ini dapat menolong Bapak/Ibu/Sdr/i sekalian dalam
mempersiapkan khotbah dan menjadi berkat bagi seluruh jemaat se-sinode GKSBS. Selamat
melayani demi kemuliaan Allah Tri tunggal.
Metro, Mei 2012
Majelis Pekerja Sinode GKSBS
3
RANCANGAN KOTBAH 1 JULI 2012
Minggu Trinitas 5; Warna Liturgi Hijau
Bacaan : Matius 14:22-33
Thema :
BACAAN LEKSIONARI :
AYUB 38: 1-11, MAZMUR 107:1-3,
23-32, II KORINTUS 6 :1-13,
MATIUS 14:22-33
TENANGLAH, AKU INI,…
JANGAN TAKUT !
Tujuan :
1. Jemaat dikuatkan keyakinannya bahwa Tuhan peduli terhadap persoalan dan
penderitaan hidup yang dialami umatNya.
2. Jemaat meneladani Yesus yang peduli terhadap situasi penderitaan sesamanya.
PENJELASAN TEKS
Perikop ini dilatarbelakangi Kisah penolakan masyarakat
Nazaret terhadap Yesus. Yesus diusir dari desanya sendiri
karena Dia mengaku bahwa diriNya Mesias yang dijanjikan
Allah. Beberapa hari kemudian, Tuhan Yesus menerima kabar
dari para murid Yohanes Pembaptis bahwa di Kota Yerusalem,
Yohanes Pembaptis dipenggal kepalanya oleh raja Herodes. Dua
peristiwa di atas tentu melelahkan mental Tuhan Yesus Kristus.
Maka Dia berencana mengasingkan diri, menyingkir dan
menjauh dari wilayah kekuasaan politik Herodes (Mat 14:13).
Maka Yesus dan murid-muridNya naik ke sebuah perahu
menuju ke suatu tempat yang sunyi. Tetapi orang banyak
mendengarnya dan mengikuti Dia dengan mengambil jalan darat
dari kota-kota mereka. Sesampai di seberang danau, mereka
melihat ribuan orang yang haus dan lapar akan pengajaran
Yesus. Mereka juga membawa orang-orang sakit kepada Yesus.
Yesus tergerak hatiNya oleh belas kasihan dan menyembuhkan
mereka. Juga terjadi di tempat itu mukjizat pemberian makan
5000 orang yang sangat terkenal itu. Meskipun Yesus memiliki
pergumulan pribadi yang berat, tetapi kasihNya yang besar
membuatNya tetap mengutamakan kebutuhan orang lain.
Para murid yang disuruh mendahuluiNya ke seberang
adalah para nelayan handal. Mereka terbiasa naik perahu dan
menaklukkan danau, tetapi kali ini, ketrampilan mereka tidak
berarti apa-apa menghadapi amukan angin sakal. Mereka telah
4
berusaha. Tenaga mereka kian lama kian melemah melawan
dahsyatnya amukan gelombang. Mereka putus asa dan
kehilangan harapan.
Kepada siapa mereka berharap? Kemampuan diri sendiri tak
bisa diandalkan. Mengharapkan pertolongan sahabat atau orang
lain juga tidak ada gunanya. Yesus datang menolong. Pada saat
tiada lagi harapan, Tuhan Yesus datang menjadi Sumber
pengharapan. Pada saat keselamatan mereka terancam, Yesus
datang menjadi Juruselamat bagi mereka.
KONTEKS MASA KINI
1. Banyak orang kehilangan harapan. Putus asa karena
persoalan yang menerpa mereka. Bisa berupa sakit penyakit
yang menahun, hutang piutang, persoalan rumah tangga,
gagal panen, kebangkrutan usaha, belum juga mendapat
pekerjaan, dsb.
2. Orang yang berputus asa mudah menjadi sasaran penipuan
atau mudah dipengaruhi secara negatif yang menawarkan
jalan keluar instan atas permasalahan mereka. Apalagi orang
yang demikian biasanya merasa tidak punya teman, dengan
demikian mudah percaya kepada orang yang dianggap telah
bersikap baik kepadanya. Sikap kritis mereka terhadap
alternatif jalan keluar (solusi) menjadi begitu rendah.
3. Bencana alam yang terjadi di beberapa tempat juga
menyumbangkan rasa kepedihan dan keputusasaan yang
mendalam bagi para korban. Meskipun banyak relawan dan
bantuan datang, tetapi tetap tidak dapat menggantikan
orang-orang yang mereka kasihi yang menjadi korban
bencana alam. Tidak dapat menggantikan “suasana rumah”
yang telah hilang.
4. Pada pihak lain, tidak sedikit orang yang mampu untuk
bangkit dalam keadaan penderitaan, bahkan mampu untuk
mengubah tantangan menjadi peluang untuk sukses.
Mereka menjadi lebih tangguh dan lebih jeli menangkap
peluang-peluang untuk menyiasati kehidupan.
5
SARAN PENYUSUNAN KOTBAH
1. Awali kotbah semenarik mungkin. Bisa dengan sebuah
ilustrasi atau mengutip syair lagu yang bertemakan tentang
penderitaan. Misalnya syair lagu “Pelangi Kasih”.
2. Utarakan konteks teks (Penjelasan teks), tekankan bahwa
Tuhan Yesus juga pernah mengalami hari-hari yang
melelahkan secara mental.
3. Ceritakan
sejelas-jelasnya
bahwa
meskipun
Yesus
menanggung persoalan, Dia tetap memiliki belas kasihan
dan aktif melayani orang-orang yang memerlukanNya.
4. Kisahkan tentang Yesus yang ketika menghadapi persoalan,
Dia mengutamakan doa pribadi dengan BapaNya.
5. Tekankan dalam kotbah Saudara, bahwa pertolongan Tuhan
kepada para muridNya menjadi jaminan pertolonganNya
kepada kita di masa kesukaran.
6. Tutup kotbah dengan dorongan (motivasi), bahwa kita diutus
untuk meneladani Yesus, datang kepada mereka yang
menghadapi permasalahan yang tak sanggup mereka pikul
dan menjadi bagian dari solusi untuk mereka.
Nas Pembimbing
: Mazmur 26:4-6
Berita Anugerah
: Efesus 2:8-10
Ayat Persembahan : II Korintus 8: 12-15
Nyanyian :
1. PKJ 13:1-3
2. PKJ 129 :1-3 / PKJ 251:1-2
3. PKJ 126:1-3
4. PKJ 123 /PKJ 230:1-4
5. PKJ 146:1-3
6. PKJ
6
CONTOH KOTBAH JADI
Saudara-saudara di dalam Tuhan Yesus Kristus,
Tuhan Yesus Kristus pernah mengalami hari-hari yang
melelahkan secara mental. Salah satunya adalah saat kehadiran
dan pengajaranNya di Nazaret mengundang penolakan
masyarakat Nazaret. Padahal orang tua, diriNya serta seluruh
adik-adikNya tinggal di sana (Mat 13:53-58). Penulis injil Lukas
menceritakan kemarahan masyarakat Nazaret begitu hebat
sehingga mereka menghalau Yesus ke luar kota dan membawa
Yesus ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk
melemparkan Dia dari tebing itu (Luk 4:29).
Yesus akan
dibunuh di kotanya sendiri. Tetapi kuasa Allah menyelamatkan
Yesus dari rencana jahat masyarakat Nazaret.
Beberapa hari kemudian, Tuhan Yesus menerima kabar dari
para murid Yohanes Pembaptis bahwa di Kota Yerusalem,
Yohanes Pembaptis dipenggal kepalanya oleh raja Herodes. Pada
pesta ulang tahun raja Herodes, anak perempuannya menari
dengan
indahnya.
Kegembiraan
Herodes
membuatnya
menjanjikan hadiah apapun kepada anak perempuannya ini.
Dan akhirnya, Herodes mengabulkan permintaan anak
perempuannya yang meminta hadiah berupa sepenggal kepala
Yohanes Pembaptis.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,…
Dua peristiwa di atas tentu melelahkan mental Tuhan Yesus
Kristus. Maka Dia berencana mengasingkan diri, menyingkir dan
menjauh dari wilayah kekuasaan politik Herodes (Mat 14:13).
Maka
Yesus dan murid-muridNya naik kesebuah perahu
menuju ke suatu tempat yang sunyi. Tetapi orang banyak
mendengarnya dan mengikuti Dia dengan mengambil jalan darat
dari kota-kota mereka. Sesampai di seberang danau, mereka
melihat ribuan orang yang haus dan lapar akan pengajaran
Yesus. Mereka juga membawa orang-orang sakit kepada Yesus.
Yesus tergerak hatiNya oleh belas kasihan dan menyembuhkan
mereka. Juga terjadi di tempat itu mukjizat pemberian makan
5000 orang yang sangat terkenal itu. Meskipun Yesus memiliki
7
pergumulan pribadi yang berat, tetapi kasihNya yang besar
membuatNya tetap mengutamakan kebutuhan orang lain.
Sesudah peristiwa tersebut, Tuhan Yesus memerintahkan
murid-muridNya naik perahu dan mendahuluiNya ke seberang.
Sementara itu, Tuhan Yesus menyuruh orang banyak untuk
pulang. Lalu, naiklah Yesus ke bukit untuk berdoa seorang diri.
Sampai jauh malam Dia berdoa, bersekutu dengan BapaNya.
Saudara-saudariku di dalam Tuhan Yesus Kristus,
Ternyata pelayaran para murid Yesus tidak berjalan lancar.
Mereka dalam bahaya. Perahu yang mereka naiki dipermainkan
oleh angin sakal. Dalam suasana gelap gulita, angin ribut
mengamuk dan menyebabkan gelombang yang dahsyat. Ombak
ganas menerjang perahu mereka. Baju mereka basah kuyup dan
para murid menjadi panik. Waktu itu sudah jam 3 pagi. Segala
ketrampilan mereka sebagai nelayan tidak dapat menolong
mereka dari kekuatan alam yang menerpa mereka. Tenaga
mereka melemah melawan dahsyatnya amukan gelombang.
Mereka putus asa dan kehilangan harapan.
Tiba-tiba,….. datanglah Tuhan Yesus berjalan di atas air. Dia
datang akan menolong mereka. Tetapi apa yang terjadi? Para
muridNya semakin ketakutan….!!! Mereka berteriak-teriak… “ Itu
hantu..!!!!” Mereka terus berteriak karena sangat ketakutan.
Tetapi segera Tuhan Yesus berkata kepada mereka: “Tenanglah!
Aku ini, jangan takut!” Tetapi mereka tidak juga menjadi tenang.
Mereka berpikir tidak ada manusia yang bisa berjalan di atas air.
Sehingga Petrus berseru dan menjawab: ”Tuhan, apabila Engkau
itu, suruhlah aku datang kepadaMu berjalan di atas air.” Dan
kemudian Petruspun turun dari perahu dan berjalan di atas air
mendapatkan Yesus. Tetapi ketika dirasakan tiupan angin,
takutlah ia dan mulai tenggelam lalu berteriak: “Tuhan…
tolonglah aku…!” Dan Yesus pun menolong Petrus. Mereka
berdua naik ke perahu dan anginpun redalah.
Saudara dan Saudara didalam Tuhan Yesus Kristus,
Bila kita menjumpai hari-hari yang melelahkan secara mental,…
kita capek dengan permasalahan atau beban yang menghimpit
8
diri kita…..Mungkinkah ada di antara kita yang merasakan
persoalan dalam rumah tangga, komunikasi dengan pasangan
hidup tidak lagi semanis dahulu, atau beban hutang yang
membuat kita susah untuk berharap banyak terhadap masa
depan kita,….
waktunya untuk secara serius datang kepada
Allah dalam doa.
Adakah di antara kita yang merasa kesal terhadap sakit
penyakit yang menahun dan tak kunjung sembuh….. atau
mengalami kegagalan dalam usaha….. sekarang waktunya untuk
secara serius datang kepada Allah dalam doa. Atau mungkin ada
di antara kita yang memiliki permasalahan yang lebih berat dari
hal-hal di atas? Kita memerlukan doa pribadi dengan Allah.
Tuhan Yesus telah menjadi teladan bagi kita. Dia pernah
mengalami saat-saat yang melelahkan secara mental… dan Dia
mendapatkan kembali kekuatanNya di dalam persekutuan
dengan Sang Bapa. Yesus mengalokasikan waktu untuk berdoa
secara pribadi. Sendirian Yesus berdoa dan mengalami
komunikasi yang intim dengan BapaNya. Mungkin kita bertanya,
“mengapa tidak berdoa bersama-sama dengan para muridNya?
Mengapa doa pribadi?” Jawabannya adalah: karena hal-hal
khusus hanya pas bila kita utarakan hanya kepada Allah.
Semakin kita sibuk dengan pekerjaan, rutinitas, pelayanan dan
kegiatan kita, semakin kita memerlukan waktu khusus untuk
berdoa secara pribadi.
Saudara-saudara,
Sesudah mengalami perjumpaan dengan Allah,… Setelah
merasakan kembali kekuatan baru yang Allah anugerahkan,
bisa jadi Saudara bertemu dengan orang lain yang ada dalam
keadaan payah…. Mereka memerlukan pertolongan Saudara.
Mereka ketakutan dan nyaris putus asa. Datanglah dalam nama
Tuhan dan tolonglah pergumulan mereka. Teladanilah Tuhan
Yesus Kristus yang hadir bagi murid-muridNya. Jadilah solusi
dan bukan menambah masalah mereka! Ulurkan tangan
Saudara seperti Tuhan Yesus mengulurkan tanganNya kepada
Petrus. Hadirlah ditengah-tengah mereka dan mintalah
pertolongan Allah agar mereka memiliki keyakinan dan iman
bahwa Allah memberikan jalan keluar pada saatnya.
9
Proklamasikan bahwa Tuhan Yesus yang Saudara sembah
menyediakan damai sejahtera kepada mereka.
Atau mungkin Saudara sedang menjadi korban dan perlu
pertolongan? Gelombang permasalahan mengancam dan
mempermainkan hidup Saudara? Rumah tangga Saudara
diambang kehancuran? Saudara merasa putus harapan karena
beban ekonomi? Atau persoalan-persoalan yang hanya Saudara
ketahui sendiri? Jangankan menolong orang lain, menolong diri
sendiri saja sudah berat dan tidak berdaya. Saatnya untuk
menyambut kehadiran Tuhan Yesus dalam rumah tangga dan
pribadi Saudara. Sambutlah juga para utusan Tuhan Yesus
yaitu hamba-hambaNya yang datang kepada Saudara.
Sambutlah dengan ramah karena melalui mereka, Tuhan ingin
memberi jalan keluar kepada Saudara. Jadilah tenang……
Tuhan sedang datang. Amin. (BNH)
***
10
RANCANGAN KOTBAH 8 JULI 2012
Minggu Trinitas 6; Warna Liturgi Hijau
Bacaan : 2 Korintus 12:2-10
Thema :
BACAAN LEKSIONARI :
Yehezkiel 2:1-5; Mazmur 123;
II Korintus 12:2-10; Markus 6:1-13
KUASA ALLAH DALAM
KELEMAHAN ORANG PERCAYA
Tujuan:
1. Anggota jemaat memahami bahwa justru dalam kelemahanlah kuasa Allah akan
menjadi sempurna
2. Anggota jemaat mampu memaknai kelemahan yang mereka miliki sebagai sarana
untuk merasakan berkat Tuhan.
PENAFSIRAN TEKS
Jika kita membaca Surat II Korintus dari pasal pertama
sampai terakhir, maka kita akan mengalami kesulitan dalam
memahaminya sebagai sebuah surat yang utuh. Jika kita
membacanya dengan seksama, kita akan menemui bagianbagian yang kurang nyambung antar bagian yang satu dengan
yang lain. Hal inilah yang membuat para ahli biblika
berkesimpulan bahwa Surat II Korintus ini bukanlah sebuah
surat yang utuh, melainkan gabungan dari beberapa surat yang
sudah melalui proses editan untuk coba digabungkan menjadi
sebuah surat yang utuh. Pada dasarnya, ada tiga bagian besar
yang merupakan bagian-bagian tersendiri, yaitu Bagian A/surat
yang berisi Apologia (pasal 2:14-7:4) yang merinci argumentasi
rasul Paulus sebagai rasul dan motivasinya melayani umat Allah
dalam menghadapi lawan-lawannya yang beraliran gnostik,
selanjutnya adalah Bagian B/surat Air Mata (pasal 10-13),
dimana Paulus secara tegas dan keras mengecam jemaat yang
telah terpengaruh oleh lawan-lawannya dan senang bersekutu
dengan lawan-lawannya itu. Bagian selanjutnya adalah Bagian
C/ surat rujukan (pasal 1:3-2:13 dan 7:2-16) yang berisi
ungkapan kelegaan yang membahagiakan. Disamping ketiga
bagian besar itu, ada 2 bagian lain, yaitu 2 pasal mengenai
pengumpulan dana (pasal 8-9) dan suatu bagian yang diduga
ditambahkan oleh para editor (pasal 6:14-7:1).
11
Bacaan yang kita baca pada kesempatan ini adalah II Karintus
12:2-10, dimana bagian ini berada pada bagian surat air mata,
yang merupakan kecaman keras Paulus kepada jemaat yang
telah terpengaruh oleh lawan-lawannya. Pada saat itu,
pelayanan Paulus untuk mendidik iman jemaat di Korintus
mengalami
tekanan
dari
“lawan-lawannya,”
yang
menyombongkan
dirinya
sebagai
rasul
yang
hebat,
berpenampilan mengesankan, bisa melakukan banyak hal hebat
dan yang mengaku mendapat banyak wahyu dari Allah (bdk
pasal 12). Lawan-lawannya itu selalu memegahkan diri mereka
sendiri dan merendahkan Paulus dengan mengatakan bahwa
Paulus mempunyai banyak kelemahan dan tidaklah pandai
bicara (10:1). Ada indikasi bahwa sebagaian jemaat mulai
terhasut oleh “kegiatan lawan-lawannya yang mengaku dirinya
dengan sombong bahwa mereka adalah rasul-rasul yang utama.”
Paulus menyadari bahwa kegiatan mereka tidak berdampak
pada pembangunan jemaat, melainkan mengajarkan jemaat
untuk bermegah karena kehebatan diri sendiri.
Dalam surat air mata ini juga, Paulus tidak mau menerima
tuduhan para lawannya yang mengatakan bahwa ia bukan apaapa. Paulus menyadari bahwa ia memang bukan apa-apa dan
memiliki banyak kelemahan, tetapi hal itu tidak menjadikannya
sebagai orang yang lebih rendah dari lawan-lawannya yang
sombong itu. Ia menguraikan bagaimana pengalamannya
melayani sebagai rasul yang seringkali mengalami penderitaan,
ia juga mengatakan bahwa ia melayani di Korintus dengan tidak
menerima apa-apa (walaupun di beberapa jemaat yang lain ia
menerima tunjangan(pasal 10-11). Di pasal 12:1-10 ini, ia –
mungkin karena emosinya- ikut juga menunjukkan bahwa
sebenarnya ia pun mempunyai pengalaman yang dekat dengan
Allah. Ia juga menerima wahyu dan penglihatan dari Allah (pasal
12:2-4). Hal ini ia katakan untuk membukakan pengertian
jemaat di korintus bahwa ia tidak bisa dipandang rendah begitu
saja, dan bahwa ia pun adalah hamba Allah yang pernah
menerima wahyu dari Allah. Pada ayat 5-6, Paulus kembali
mengingatkan jemaat Korintus bahwa sebenarnya bisa saja ia
bermegah dengan pengalaman-pengalaman rohaninya itu, tetapi
ia menekankan bahwa hal itu tidak pantas dilakukan oleh
12
seorang hamba Kristus. Jika seorang hamba bermegah atas
pekerjaannya yang baik maka bukan kuasa Allah yang menjadi
pusat pemberitaannya, melainkan dirinya sendiri. Pada ayat 710, Paulus menyinggung beberapa kelemahan yang ia miliki,
yang ia sebut sebagai “duri di dalam dagingku.” Dalam ayat ini ia
tidak menjelaskan secara terinci apa yang dia maksud sebagai
duri di dalam daging, namun kita dapat berasumsi bahwa hal ini
berkaitan dengan cemoohan para lawannya tentang kelemahan
yang ia miliki. Menurutnya, kelemahan yang ia lukiskan sebagai
utusan iblis ini membuatnya tidak meninggikan diri karena
berbagai pengalaman rohaninya. Ia mengatakan bahwa sudah
tiga kali ia berseru kepada Tuhan agar mengangkat kelemahan
itu, tetapi Tuhan sendiri mengatakan: “Cukuplah kasih karuniaKu bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi
sempurna.” Melalui kata-kata yang ia tuliskan sebagai perkataan
Tuhan secara langsung ini, ia memaknai bahwa Tuhan
mengijinkannya mempunyai kelemahan, karena justru dalam
kelemahan itulah kuasa Tuhan akan menjadi sempurna. Di ayat
yang ke 9-10, Paulus menegaskan bahwa ia justru sangat
bersyukur
dan
bermegah
karena
kelemahannya
yang
membawanya
kepada
kuasa
Kristus
yang
sempurna.
Pemahaman inilah yang membuat Paulus rela melayani walupun
di dalam kelemahan, siksaan dan kesukaran, penganiayaan dan
kesesakan. Ia dengan tegas mengatakan, “Jika aku lemah, maka
aku kuat.”
KONTEKS MASA KINI
1. Kehidupan masyarakat kita sekarang ini semakin diwarnai
dengan tindak kekerasan. Tingkat kriminalitas semakin
tinggi, ketidakadilan sosial merebak dimana-mana. Hal ini
bisa diakibatkan oleh rasa iri/ketidakpuasan dalam
masyarakat yang miskin/merasa masih miskin. Orang berani
membunuh orang lain hanya demi mendapatkan milik orang
lain. Orang selalu tidak puas dengan apa yang ia miliki dan
merasa orang lain memiliki hidup yang lebih baik, istilahnya
rumput tetangga lebih hijau dari rumput sendiri.
2. Kehidupan di sekitar kita semakin menyuguhkan kehidupan
yang tidak realistis. Kebahagiaan hidup sering diidentikkan
dengan kehidupan yang kaya raya, kecantikan/ketampanan
13
selalu diukur dengan kulit yang putih bersih, badan yang
tinggi langsing/atletis. Orientasi orang selalu ingin menjadi
yang ada di iklan-iklan televisi. Padahal belum tentu para
aktor dan aktris bintang televisi itu mempunyai kehidupan
yang bahagia. Dalam kehidupan bergereja, seringkali kita
juga mengalami sindrom rumput tetangga lebih hijau dari
rumput sendiri. Kadangkala orang merasa gereja yang itu
lebih baik dari yang disini, pendeta yang dijemaat itu lebih
baik dari pendeta jemaat kita.
3. Orang sering selalu merendahkan orang maupun diri sendiri
ketika menemui sebuah kelemahan dan kurang bisa
bersyukur akan kelemahan yang dimiliki.
SARAN PENYUSUNAN KHOTBAH
Pendahuluan
Khotbah diawali dengan istilah rumput tetangga lebih hijau dari
rumput sendiri. Jelaskan maknanya dan kemudian menjurus
pada konteks masa kini.
Sampaikan bahwa sindrom “rumput tetangga lebih hijau dari
rumput sendiri,” rupanya kita bisa temukan dalam berbagai
konteks termasuk juga dalam teks pembacaan kita hari ini.
Isi
Menyampaikan latar belakang Surat Korintus, dimana Paulus
juga
menghadapi
cemoohan
dari
orang-orang
yang
menyombongkan diri dengan kehebatan-kehebatan lahiriah
mereka. Arahkan jemaat untuk memahami bahwa Paulus adalah
manusia biasa yang mempunyai kelebihan dan kelemahan.
Namun kelebihannya itu bukanlah sebuah komoditas untuk
menjadi ajang kesombongan diri begitu juga dengan
kelemahannya bukanlah untuk menjadi bahan cemoohan orang
lain. Paulus mau mengajak jemaat untuk melihat seseorang
termasuk dirinya dengan lebih utuh, memiliki kelebihan
sekaligus kelemahan. Ia juga menegaskan bahwa justru dalam
kelemahanlah, seseorang dapat semakin merasakan kasih
Tuhan.
14
Penutup
Di bagian ini, pengkhotbah meneguhkan jemaat untuk
meneladani kesadaran paulus untuk lebih melihat diri sendiri
dan orang lain secara lebih utuh, baik itu kelebihan sekaligus
juga kelemahannya. Dan menegaskan bahwa kelebihan itu
bukan untuk kesombongan dan kelemahan bukan untuk bahan
cemoohan tetapi keduanya seharusnya membawa kita untuk
lebih dekat, dan semakin dapat merasakan kasih Tuhan.
UsulanAyat-ayat :
Nats Pembimbing : Yehezkiel 2:1-5
Berita Anugerah
: Matius 5 : 11-12
Nats Persembahan : II Korintus 9 : 7-8
Usulan Lagu-Lagu :
1. PKJ. 04
2. PKJ. 129
3. PKJ. 128
4. PKJ. 164
5. PKJ. 148: 1 dst
6. PKJ. 183
CONTOH KHOTBAH JADI
Bapak dan Ibu, saudara/I yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Pernahkah anda mendengar istilah “Rumput tetangga lebih
hijau dari rumput sendiri.” Istilah ini mau mengatakan bahwa
kepunyaan orang lain, lebih baik dari milik kita. “rumahnya
lebih baik dari rumah kita, istri atau suaminya lebih baik dari
istri/suami kita, kehidupannya lebih baik dari kehidupannya
kita, talentanya lebih baik dari talenta kita dan masih banyak
hal lain yang menurut kita apa yang kita miliki masih kurang
baik dari yang dimiliki oleh orang lain.” Menurut bapak ibu
apakah istilah ini benar? Ternyata tidak juga, dalam beberapa
kasus, kita melihat kehidupan seseorang dari luar begitu
bahagia, tetapi ternyata setelah kita lihat lebih teliti bahkan
sampai kita menyebrang di luar pagar dan masuk ke kehidupan
orang itu, baru kita sadar bahwa rumput yang kelihatannya
hijau itu ternyata tidak seperti yang kita bayangkan ketika
melihat dari jauh, ternyata ada juga rumput yang kuning dan
hampir mati, seperti halnya rumput di halaman kita.” Orang
15
yang kelihatannya bahagia pun juga mempunyai kesusahannya
sendiri, orang yang kelihatannya sempurna pun ternyata masih
punya kelemahan. Pernahkah bapak dan ibu saudara/i
mengalami kejadian yang serupa?
Jika kita mau jujur, dalam kehidupan orang percaya,
terkadang susah sekali kita menghilangkan perasaan “rumput
tetangga lebih hijau dari rumput sendiri” ini. Pertanyaannya
adalah mengapa orang terkadang merasa apa yang dimiliki orang
lain lebih baik dibandingkan milik kita sendiri? Perasaan tidak
puas dan iri hati adalah salah satu penyebabnya. Manusia
cenderung merasa kurang puas dengan apa yang sudah ia
miliki. Perasaan seperti ini tentu saja ada dampak positif dan
negatifnya. Dampak positifnya adalah membuat orang mau
berusaha memperbaiki apa yang ia punya, bahkan hal-hal buruk
yang sebelumnya ia miliki bisa ia perbaiki agar kehidupannya
bisa lebih baik lagi. Energi positif ini mendorong orang untuk
tidak mau tinggal dalam kemapanan tetapi berusaha bergerak
terus secara dinamis menuju pada kehidupan yang labih baik.
Yang menjadi dampak negatif adalah apabila rasa iri dan kurang
puas itu membuat orang ingin memiliki apa yang orang lain
punya, padahal hal itu tidak baik baginya. Sebagai contoh
seseorang mempunyai istri yang menurutnya kurang sempurna
bila dibandingkan dengan istri tetangganya. Ia ingin sekali
memiliki istri yang seperti istri tentangganya itu. Ia kemudian
menceraikan istrinya dan menikahi istri tentangganya yang
menurutnya sempurna itu. Ada lagi orang-orang yang bertindak
kriminal agar menjadi orang yang lebih baik dengan cara
korupsi, merampok, menipu dll. Mereka ingin kehidupan yang
lebih baik, namun dengan cara yang salah.
Kehidupan di sekitar kita semakin menyuguhkan kehidupan
yang tidak realistis. Kebahagiaan hidup sering diidentikkan
dengan kehidupan yang kaya raya, kecantikan/ketampanan
selalu diukur dengan kulit yang putih bersih, badan yang tinggi
langsing/atletis. Orientasi orang selalu ingin menjadi yang ada di
iklan-iklan televisi. Padahal belum tentu para aktor dan aktris
bintang televisi itu mempunyai kehidupan yang bahagia. Dalam
kehidupan bergereja, seringkali kita juga mengalami sindrom
16
rumput tetangga lebih hijau dari rumput sendiri. Kadangkala
orang merasa gereja yang itu lebih baik dari yang disini, pendeta
yang dijemaat itu lebih baik dari pendeta jemaat kita. Hal seperti
ini juga terjadi dalam kehidupan jemaat Korintus ketika paulus
menuliskan surat yang kita baca hari ini.
Kalau kita membaca peristiwa-peristiwa yang dialamai oleh
Paulus, rasanya Paulus adalah orang yang sangat sempurna
dalam pelayananya, beberapa kali ia menerima penyataan dan
pengalaman rohani dari Tuhan, lihat saja peristiwa
pertobatannya dan juga penyataan lain yang diceritakan oleh
Lukas dalam Kisah Para Rasul. Namun kali ini kita melihat
Paulus mengakui bahwa ia juga mempunyai kelemahan. Namun
yang ia kecam, beberapa orang menghasut jemaat untuk
merendahkan Paulus karena kelemahannya itu. Dalam
menanggapi hal ini, Paulus berbicara dengan sangat emosional,
ketika tindakan kasih yang coba ia lakukan di tengah-tengah
jemaat dihina, dilecehkan bahkan tidak dianggap. Beberapa
orang yang mengaku sebagai rasul yang hebat mulai
memamerkan pengalaman-pengalaman rohani mereka yang luar
biasa, dan bahkan mempengaruhi jemaat untuk ikut
merendahkan Paulus dengan segala kelemahannya.
II Karintus 12:2-10, ini berada pada bagian surat air mata,
yang merupakan kecaman keras Paulus kepada jemaat yang
telah terpengaruh oleh lawan-lawannya. Pada saat itu,
pelayanan Paulus untuk mendidik iman jemaat di Korintus
mengalami tekanan dari “lawan-lawannya,” yang menyombongkan dirinya sebagai rasul yang hebat, berpenampilan
mengesankan, bisa melakukan banyak hal hebat dan yang
mengaku mendapat banyak wahyu dari Allah (bdk pasal 12).
Lawan-lawannya itu selalu memegahkan diri mereka sendiri dan
merendahkan Paulus dengan mengatakan bahwa Paulus
mempunyai banyak kelemahan dan tidaklah pandai bicara
(10:1). Ada indikasi bahwa sebagaian jemaat mulai terhasut oleh
“kegiatan lawan-lawannya yang mengaku dirinya dengan
sombong bahwa mereka adalah rasul-rasul yang utama.” Paulus
menyadari bahwa kegiatan mereka tidak berdampak pada
pembangunan jemaat, melainkan mengajarkan jemaat untuk
17
bermegah karena kehebatan diri sendiri.
Sebagai manusia biasa, Paulus tidak tahan dengan keadaan
yang mulai merendahkan dirinya. Ia berusaha mengajar jemaat
bahwa semua pengalaman-pengalam rohani termasuk yang
pernah ia terima yang ditulis dalam ayat ke 2-4 itu bukanlah
sesuatu yang harus diumbar untuk disombongkan. Namun
alasan mengapa ia juga terpancing untuk menceritakan
pengalaman rohaninya itu bukan supaya orang menghormati dia
karena kehebatannya tetapi agar lawan-lawannya tidak begitu
saja menganggap ia rendah. Jika kita membacanya sampai ayat
ke 11 kita akan melihat penegasan itu, ia mengatakan bahwa
sebenarnya ia juga tidak kalah dengan rasul-rasul yang luar
biasa yang sombong itu. Namun, walaupun Paulus berusaha
menegakkan harga dirinya, hal itu tidak membuatnya jatuh
untuk ikut menyombongkan dirinya. Ia dalam ayat 5-6
menyatakan bahwa ia tidak akan bermegah karena pengalaman
itu. Di ayat 7-10, Paulus mengatakan bahwa ia memang
mempunyai kelemahan, tetapi ia yakin bahwa Allah mengijinkan
ia menanggung kelemahan itu, agar ia tidak menjadi orang yang
sombong dan tidak lagi memerlukan Tuhan. Menurutnya, Tuhan
berbicara bahwa justru dalam kelemahanlah kuasa Allah
menjadi sempurna. Paulus sadar betul bahwa kelemahannya
seringkali dijadikan bahan cemoohan oleh orang-orang yang
hendak menjatuhkannya, namun dengan kesadaran pula ia
bersyukur akan setiap kelemahan itu, karena justru melalui
kelemahan itulah ia bisa semakin dekat kepada Tuhan.
Ada beberapa hal yang bisa dipelajari dalam perikop ini. Yang
pertama yang dapat dipelajari adalah bahwa Paulus adalah
manusia biasa yang juga ternyata memiliki kelemahan, dimana
di dalam teks ia menyebutnya sebagai duri di dalam daging,
yang tidak ia sebutkan secara spesifik. Apakah ini merujuk
kepada masa lalu nya ketika masih menjadi Saulus yang
membunuh orang-orang Kristen atau kekurangannya secara
fisik. Hal selanjutnya yang dapat kita lihat adalah betapa naifnya
jemaat di korintus di mana paulus melakukan pelayanan dengan
tulus namun bagi sebagian orang, hal itu tidak ada artinya apaapa dan mereka sibuk mencari-cari kelemahan Paulus untuk
18
menjatuhkannya.
Dalam
menghadapi
hal
ini,
Paulus
memberikan teguran yang keras kepada jemaat Korintus bahwa
setiap manusia termasuk dirinya juga mempunyai kelemahan.
Namun walaupun demikian bukan berarti harga diri Paulus bisa
diinjak-injak begitu saja. Secara agak emosi karena marahnya,
namun masih tetap terkontrol dengan baik, Paulus menjelaskan
ia juga mempunyai kelebihan yang dalam hal ini ia ceritakan
melalui pengalaman rohaninya mendapat penglihatan orang
yang diangkat ke Surga. Sekali lagi ia menegaskan hal-hal luar
biasa yang ia alami itu sebenarnya bukan hal yang bisa
dijadikan untuk memegahkan diri, karena jika ia (dalam hal ini
Paulus) sudah hebat, apakah masih ada tempat Kristus untuk
dimuliakan. Paulus menegaskan justru dalam kelemahannya lah
ia akan bermegah, sebab ketika ia merasa lemah dan memohon
pertolongan Tuhan, saat ia merasa Tuhan menolong itulah ia
semakin bisa merasakan kuasa Tuhan nyata dalam hidupnya.
Dari hal ini kita mendapatkan pelajaran bahwa ada sisi yang
baik sebenarnya dan pasti dimiliki oleh seseorang yang harus
dihargai dan ditemukan oleh diri sendiri ataupun juga orang
lain. Namun hal itu bukanlah alat yang bisa digunakan untuk
menyombongkan diri. Adanya kenyataan bahwa masing-masing
orang memiliki kelebihan dan kelemahan itu hendaknya
membantu kita untuk menyadari bahwa sudah sepantasnya kita
untuk menghargai orang lain dan diri sendiri bukan berdasarkan
kehebatan secara lahiriah, tetapi secara utuh sebagai pribadi
yang sama-sama memerlukan kasih Tuhan dalam kehidupan ini.
Kesadaran penuh akan kelebihan dan kelemahan dalam diri
Paulus hendaknya menyadarkan kita juga agar kita tidak mudah
menyesali apa yang sudah Tuhan anugrahkan dalam hidup kita
dan menginginkan hal-hal diluar batas kemampuan kita hingga
kita melupakan maksud Tuhan yang sebenarnya harus kita
temukan dalam setiap kelemahan kita. Jika saat ini kita sedang
iri bisa memiliki kehidupan seperti yang dimiliki orang lain, atau
jika kita sedang terjebak pada penghakiman terhadap kelemahan
yang dimiliki orang lain dan diri sendiri, marilah kita kembali
mengingat pengalaman rasul Paulus yang berusaha memaknai
setiap kelebihan maupun juga kelemahan yang ia miliki sebagai
sarana untuk semakin dekat kepada Tuhan. Amin. (Ngt.)
19
RANCANGAN KOTBAH 15 JULI 2012
Minggu Trinitas 7; Warna Liturgi Hijau
Bacaan : Amos 7: 7-15
BACAAN LEKSIONARI :
Amos 7: 7-15; Maz. 85: 8-13
Efesus 1: 3-14; Markus 6: 14-29
Thema:
SETIA MEMPERJUANGKAN
KEBENARAN DAN KEJUJURAN
Tujuan:
Jemaat memiliki prinsip dan berlaku benar ditengah dunia.
PENGANTAR
Amos adalah seorang peternak domba/penggembala dari
Tekoa yang kemudian menjadi nabi. Amos menggembalakan
kawanan dombanya di padang gurun Yehuda. Sementara
menjalankan tugasnya sebagai penggembala domba, ia
mendengar panggilan Tuhan untuk menjadi nabi bagi kerajaan
sebelah utara (yakni kerajaan Israel). Pasal 7: 14,15 Amos
berkata: ”Aku ini bukan nabi dan aku ini tidak termasuk
golongan nabi, melainkan aku ini seorang peternak dan
pemungut buah ara hutan. Tetapi Tuhan mengambil aku dari
pekerjaan menggiring kambing domba, dan Tuhan berfirman
kepadaku : Pergilah, bernubuatlah terhadap umatKu Israel.”
Amos dipanggil pergi ke Betel. Betel menjadi pusat
penyembahan berhala anak lembu orang Israel (7:13), ia hadir
menyampaikan suara kenabiannya dengan menyalahkan
tindakan jahat para Raja, imam-imam dan penyembah berhala.
Amos menjadi nabi pada zaman Uzia, raja Yehuda, dan pada
zaman Yerobeam anak Yoas, raja Israel. (Psl 1:1).
PENJELASAN TEKS
Sebelum penjelasan Amos 7:7-15, maka penting untuk
mengetahui apa saja yang terjadi sebelumnya. Pasal 7 berbicara
tentang isi penglihatan Amos kepada Israel. Pasal 7: 1-3,
penglihatan belalang yang memakan habis segala hasil bumi.
Tapi Amos berdoa memohon “ampun”, lalu wabah belalang
itupun dihindarkan Tuhan kepada mereka. Pasal 7:4-6,
penglihatan api yang memakan “habis samudera raya” dan akan
20
memakan habis “tanah lading”. Api adalah lambing
penghukuman. Tapi Amos memohon supaya api itu “dihentikan”,
maka tidak jadilah api itu. Penghukuman tidak jadi dikirimkan
kepada mereka.
Dapat disimpulkan bahwa ayat 1-6 terdapat 2 penglihatan Amos
tentang penghukuman yang hendak diberlakukan kepada Israel
tetapi bagian pertama dihindarkan dan bagian kedua tidak jadi.
Amos 7 :7-15
1. Ayat 7-9 berisi penglihatan tentang tali sipat. Tali sipat
merupakan suatu lambing penghukuman yang tepat,
menurut norma-norma ukuran keadilan Tuhan. Tuhan
berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menaruh tali sipat di
tengah-tengah
umatKu
Israel;
Aku
tidak
akan
memaafkannya lagi. Penglihatan ketiga Amos menyatakan
Allah sedang mengukur Israel dengan tali sipat. Tali sipat
adalah tali yang berbandul timah pada ujungnya yang
dipakai
oleh
tukang
batu
untuk
memastikan
ketegaklurusan tembok. Israel didapati dalam keadaan
tidak lurus lagi dan mungkin akan roboh karena mereka
telah menolak firman Tuhan, maka dipastikan bahwa
hukuman Allah akan dating kepada mereka. Amos tidak
melakukan doa permohonan ampun kepada Tuhan atas
Israel karena penghukuman sudah ditentukan.
2. Ayat 10-15 berisi imam Amazia yang menghardik Amos.
Bagian ini memperlihatkan akan sikap bahwa bangsa
Israelatau setidak-tidaknya segala pembesarnya telah
bersikap menolak permintaan atau kehendak Tuhan. Ayat
12: “Pelihat, pergilah…” merupakan alasan kuat Tuhan
untuk tidak akan mengampuni umat itu lagi. Imam
Amazia yang mewakili umat itu dan khususnya para
pemimpinnnya, secara terang-terangan menolak nabi
Allah dan berita yang disampaikan.
3. Bila melihat penglihatan pertama dan kedua seharusnya
umat Israel berubah untuk menyembah hanyakepada
Tuhan, meskipun Tuhan tetap bermurah hati untuk umat
kembali setia kepadaNya.
21
KONTEKS MASA KINI
1. Pemuka agama seringkali tunduk bahkan ikut-ikutan
pada kebijakan yang diambil Pemerintah bangsa ini
sementara Pemuka Agama mengetahui dengan pasti
bahwa kebijakan Pemerintah tidak menghadirkan damai
sejahtera bagi masyarakat.
2. Pemuka Agama lebih hormat bahkan memberikan upeti
pada pemimpin bangsa dibanding kepada Tuhan Sumber
Hidup.
3. Jemaat dalam melaksanakan tugas di tempat kerja,
terkadang lebih tunduk pada atasan demi kepentingan
pribadi, demi rasa nyaman dibanding taat dan hormat
kepada Tuhan.
SARAN PENYUSUNAN KOTBAH
PENDAHULUAN
Pengkotbah mengawali kotbah ini dengan menjelaskan bahwa
Nabi adalah penyambung lidah Allah. Nabi dipanggil langsung
oleh Allah untuk menyampaikan kehendak Allah kepada umat
(Nubuat).
ISI
Dalam bagian ini Pengkotbah menyampaikan beberapa pesan
teologis antara lain :
1. Penglihatan ketiga Amos memperlihatkan kepada umat
Israel dan para pembesarnya bahwa Allah sebenarnya
sungguh mengasihi mereka, pada penglihatan pertama
dan kedua merupakan toleransi waktu yang hendak
diberikan agar mereka berbenah dan berubah hidupnya.
Namun diceritakan bahwa ada penglihatan ketiga “tali
sipat” bahwa Allah harus menjalankan hukuman. Umat
dipandang sudah bengkok hidupnya dan Allah kini
mengambil sikap bahwa yang bengkok harus
diluruskan. Tidak lagi kata maaf kepada umat.
2. Sebagai seorang imam (Amazia), kehadiran Amos menjadi
ancaman bagi kenyamanan yang sedang dinikmatinya di
Betel. Pengaduan yang disampaikan Amos kepada
Yerobeam raja Israel sebagai bentuk kerjasama yang
22
sedang dibangun untuk melakukan pemberontakan
terhadap suara Tuhan melalui nabi Amos. Kata-kata keras
yang diungkapkan nabi Amos mendesak Amazia untuk
mengusir Amos pergi ke kampung halamannya Yehuda
untuk bernubuat saja disana. Amos merasa terzolimi
karena penglihatan yang disampaikan bahwa Tuhan akan
menaruh tali sipat di tengah-tengah umat Israel dan tidak
akan memaafkan mereka lagi.
3. Amos
merupakan
pribadi
yang
tangguh.
Amos
meyakinkan Amazia bahwa ia bukan berasal dari
keturunan nabi, dia datang dari kaum awam sebagai
penggiring kambing domba tetapi Allahlah yang
memanggil dan menyuruh pergi ke Israel umat
kekasihNya untuk menyampaikan nubuat.
4. Setelah menyampaikan inti pesan kotbah diatas,
pengkotbah masuk pada konteks masa kini diawali
dengan pernyataan/kalimat “ketika seseorang sedang
dalam zona aman, maka sulit bagi orang tersebut untuk
menerima kritik dan saran. Seringkali kritik dan saran
justru mendatangkan reaksi negatif”. Atau Pengkotbah
langsung masuk pada konteks masa kini (lihat konteks
masa
kini).
Pengkotbah
dapat
menggali
dan
mengungkapkan konteks masa kininya kotbah ini akan
disampaikan.
PENUTUP
 Pengkotbah menghimbau supaya gereja hendaknya
memberikan pengaruh/dampak positif kepada pemerintah
dan juga lembaga-lembaga yang ada disekitarnya. Dengan
demikian gereja menjadi gereja yang bermartabat karena
ikut membentuk karakter diri pemerintah dan penguasa.
 Pengkotbah memberikan apresiasi kepada pemimpinpemimpin gereja yang lebih takut kepada Tuhan daripada
takut pada pemerintah dunia yang secara terang-terangan
tidak mensejahterakan rakyatnya.
 Pengkotbah memberikan penguatan bahwa setiap orang
yang memperjuangkan kebenaran dan kejujuranpasti
selalu
dibenci.
Dan
bersiaplah
untuk
selalu
menghadapinya.
23
CONTOH KOTBAH JADI
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Seorang nabi berada dalam hubungan yang begitu dekat dengan
Tuhan, sehingga ia diperkenankan membuka rahasia masa
depan. Rahasia ini di dinubuatkan sang nabi. Nubuat bukan
ramalan, sebab nubuat berbasis Firman Tuhan; ramalan
berbasis pada kalkulasi rasio manusia. Nabi Amos dalam
kesehariannya sebagai seorang peternak dan pemungut buah
ara hutan, namun Allah memanggil dia dan berfirman
kepadanya. Nabi Amos sering mengucapkan kata-kata pedas
pada umat maupun rajanya. Tetapi perlu disadari bahwa Amos
ingin mengatakan kebenaran.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Dalam perikop kita saat ini berbicara tentang penglihatan ketiga
Amos yang mana memperlihatkan kepada umat Israel dan para
pembesarnya bahwa Allah sebenarnya sungguh mengasihi
mereka. Kalau kita membaca ayat sebelumnya, disitu
diceritakan tentang penglihatan pertama dan kedua yang
merupakan toleransi waktu yang hendak diberikan agar mereka
berbenah dan berubah hidupnya. Namun pada penglihatan
ketiga “tali sipat” dinyatakan bahwa Allah harus menjatuhkan
hukuman. Sebab umat dipandang sudah bengkok hidup dan
Allah kini mengambil sikap bahwa yang bengkok harus
diluruskan. Sesungguhnya, Allah menginginkan umatNya untuk
bertobat dan tidak lagi berbuat jahat di hadapanNya. Jika masih
terus melakukan hal-hal yang jahat maka Allah akan
menjatuhkan hukuman bagi mereka yang tidak mengindahkan
apa yang telah disampaikan melalui utusanNya. Tidak akan ada
lagi pengampunan yang diberikan melainkan hukuman.
Adapun Amazia yang adalah Imam di Betel mengambil
posisi yang bertentangan dengan Amos, mungkin karena dia
tergolong imam yang tidak lurus hati. Mungkin karena tidak
setuju Amos mengucapkan kata-kata yang tidak enak tentang
rajanya. Atau mungkin juga ia tidak setuju kata-kata Amos
tentang Israel, maka ia mengadu kepada raja, padahal
kebenaran yang dikatakan Amos justru merupakan panggilan
pertobatan agar hukuman tidak dijatuhkan. Bagi Amazia, tidak
24
peduli benar atau salah, nubuat Amos. Kebenaran adalah
pengganggu atau ancamankhususnya di wilayah Bait Suci
Kerajaan. Amazia, Betel, Bait Suci Kerajaan menjadi sebuah
kepalsuan besar di hadapan Tuhan. Kebenaran itu sarat/penuh
tantangan. Kita keliru kalau kita berpikir bahwa mengatakan
dan memberlakukan kebenaran itu gampang. Kebenaran itu
lebih tinggi statusnya dari loyalitas manusiawi apapun, juga
lebih tinggi dari patriotism. Ironisnya kadang-kadang, kebenaran
dibungkam atas nama loyalitas pada atasan, patriotism, dan
lain-lain.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Sebagai gereja Tuhan, saudara dan saya terpanggil memberikan
pengaruh dan dampak positif layaknya Nabi Amos kepada
pemerintah dan juga lembaga-lembaga yang ada disekitarnya.
Gereja sedang berada di tengah dunia, berdampingan dengan
lembaga pemerintahan dan lembaga-lembaga masyarakat
lainnya yang perlu mendapat sentuhan positif dari lembaga
keagamaan seperti gereja. Gereja menjadi lembaga keagamaan
yang bermartabat apabila ikut membentuk karakter diri
pemerintah dan penguasa dunia. Gereja hendaknya terus dan
tetap menjalin kerjasama dengan pemerintah dalam ranka
mensejahterakan masyarakat bangsa ini. Tetapi gereja dalam hal
ini pemimpin-pemimpinnya juga harus mewakili prinsip iman
bahwa bila visidan misi pemerintah tidak lagi mensejahterakan
masyarakat bangsa ini, maka pemmpin-pemimpin gereja
harusberani menyuarakan kebenaran, kejujuran, dan keadilan.
‘Di samping itu, apresiasi atau penghargaan diberikan kepada
pemimpin-pemimpin gereja yang lebih takut akan Tuhan
daripada tunduk atau hormat kepada pemerintah/penguasa
dunia yang secara terang-terangan tidak mensejahterakan
rakyatnya. Dan akhirnya, marilah terus memberikan dukungan
dan penguatan kepada setiap orang yang secara tulus ikhlas dan
dengan kemurnian hati memperjuangkan kebenaran dan
kejujuran.
Dapat dipastikan bahwa orang yang berjuang untu
kebenaran dan kejujuran pasti berhadapan dengan kelompok
yang tidak sejaln dan sepaham. Tetaplah kerjakan tugas
panggilan menyampaikan kebenaran dan kejujuran. Belajarlah
25
dari Amos yang tetap setia melaksanakan tugas kenabiannya,
meski berhadapan dengan pihak-pihak yang mengganggap
dirinya penguasa.
Saudara dan saya terpanggil menyuarakan tugas
kenabian di sekitar ita meski kita tahu bahwa ada pihak-pihak
yang pasti menentang kita. Ketika seseorang sedang dalam zana
aman, maka sulit bagi orang tersebut untuk menrima kritik dan
saran. Seringkali kritik dan saran justru mendatangkan reaksi
negative. Oleh karena itu, undanglah Tuhan Sumber Kejujuran
dan Kebenaran untuk menolong dan memberkati kita agar kita
tidak goyah menghadapi mereka yang senang akan penindasan,
kebohongan, dan lainnya. Tuhan memberkati. AMIN. (Alfred)
Nats Pembimbing : Mazmur 100 : 1-5
Berita Anugerah
: Roma 4 : 7-8
Nats Persembahan : Matius 22 : 20-21
Lagu-lagu :
1. KJ 17
2. KJ 454
3. KJ 392
4. KJ 446
5. KJ 269
6. KJ 410
***
26
RANCANGAN KOTBAH 22 JULI 2012
Minggu Trinitas 8; Warna Liturgi Hijau
Bacaan: Markus 6:30-34,53-56
Thema:
BACAAN LEKSIONARI:
Yeremia 23:1-6; Mazmur 23;
Efesus 2:11-22;
Markus 6:30-34,53-56
KEPEDULIAN
DITENGAH KELETIHAN
Tujuan:
Jemaat peduli terhadap orang lain yang membutuhkan campur tangan mereka dalam
segala situasi dan kondisi.
LATAR BELAKANG TEKS
Peristiwa ini terjadi setelah Yesus ditolak di Nazaret, begitu
juga karena peristiwa pembunuhan yang dilakukan oleh Raja
Herodes terhadap Yohanes Pembabtis, sehingga Tuhan Yesus
bermaksud menyingkir dan mengasingkan diri.
KONTEKS MASA KINI
Sifat egois dan individual yang semakin membudaya dalam
masyarakat. Sebagian orang hanya mementingkan diri sendiri
atau golongan tetapi mengabaikan kepentingan orang banyak.
SARAN PENYUSUNAN KHOTBAH
Pendahuluan
Khotbah dapat diawali dengan memberi ilustrasi yang sesuai
dan juga menjelaskan pengertian tentang sifat egois dan
individual beserta contoh-contohnya.
Isi khotbah
1. Jelaskan apa alasan Yesus ingin menyingkir dan beristirahat
sejenak
2. Jelaskan apa alasan orang banyak mengikuti Yesus
kemanapun Yesus Pergi
3. Jelaskan
bagaimana reaksi dan sikap Yesus dengan
kedatangan orang banyak tersebut
27
Penutup
Ajak jemaat untuk mengevaluasi diri, apakah kehidupan
mereka sehari-hari sudah menampakkan kepedulian terhadap
orang lain, seperti yang telah dilakukan Yesus terhadap orang
banyak.
Usulan lagu dan ayat-ayat:
Nats pembimbing : 1 Korintus 15:1-2
Berita Anugerah
: Roma 10: 4
Persembahan
: 1 Tesalonika 5: 18
Daftar Lagu:
1. PKJ. 14 (2x)
2. PKJ. 27
3. KJ. 50a
4. PKJ. 145 (1-3)
5. PKJ.203 (1-3)
6. PKJ. 241(1-2)
Contoh Khotbah Jadi
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus,
Masa sekarang ini, sifat egois dan individual sudah
membudaya dalam kehidupan masyarakat. Kepedulian dengan
orang lain mulai memudar. Orang lebih mengutamakan
kepentingan pribadi atau golongan dibanding kepentingan orang
banyak. Sering orang hanya berdiam diri melihat sesamanya
yang sedang memerlukan bantuan, padahal ia mampu
melakukan sesuatu untuk menolong orang tersebut. Itulah
pemandangan dan realita yang tidak jarang kita jumpai.
Jemaat yang dikasihi Tuhan,
Berbeda dengan sikap Yesus terhadap orang lain yang kita
ketahui dari ayat-ayat yang telah kita baca ini. Ketika itu, Yesus
sudah memulai pekerjaan-Nya beserta para murid yang baru
saja kembali dari melaksanakan tugas yang diberikan Yesus
kepada mereka, sampai-sampai mereka begitu lelah dan letih,
28
sehingga mereka bertolak dengan perahu hendak mengasingkan
diri untuk beristirahat sejenak, setelah berjalan berpuluh-puluh
bahkan beratus-ratus kilometer menyusuri desa-desa dan segala
tempat
untuk
memberitakan
tentang
pertobatan
dan
mengajarkan banyak hal. Yesus bermaksud menyingkir setelah
Ia ditolak di Nazaret, juga untuk menghindari peristiwa seperti
yang dialami Yohanes Pembabtis yang telah dibunuh oleh
Herodes. Tentu begitu lelahnya Yesus. Namun pada saat yang
bersamaan, orang –orang justru mengikuti Yesus. Mereka
melakukan hal itu karena mereka ingin mendengar pengajaran
Yesus dan terlebih ingin melihat tanda ajaib yang mampu Yesus
lakukan kepada mereka, sebab sebelumnya, Yesus telah
melakukan berbagai mujizat, juga menyembuhkan berbagai
macam penyakit. Melihat hal itu, tergeraklah hati Yesus dan
menaruh belas kasihan kepada orang banyak itu. Seakan-akan
mereka seperti domba yang tidak bergembala. Itulah suasana
hati yesus terhadap orang banyak yang mengikuti-Nya.
Pada peristiwa selanjutnya, ketika Yesus dan para murid tiba di
Genesaret, banyak orang berbondong-bondong datang kepada
Yesus dengan membawa orang-orang yang sakit. Mereka
berharap untuk mendapat kesembuhan dari Yesus, bahkan
hanya dengan berkesempatan menjamah jumbai jubah Yesus,
mereka dapat sembuh dari penyakitnya.
Saudara sekalian yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus,
Pada kesempatan ini, saya mengajak kepada kita semua,
marilah kita mengingat dan merenungkan apa saja yang telah
Yesus lakukan kepada banyak orang yang mengikuti Dia. Apa
yang telah Yesus kerjakan buat mereka, tak lain adalah sematamata karena kasihNya yang besar kepada manusia. Yesus
memiliki rasa kepedulian yang cukup tinggi kepada orang lain.
Yesus tidak mementingkan dirinya sendiri, malahan Dia begitu
peduli dan turut merasakan apa yang orang lain rasakan. Yesus
mampu memberikan sesuatu yang berguna bagi orang lain
ditengah-tengah keletihan badan-Nya. Diberbagai situasi dan
kondisi, Ia mampu memberi ketika orang lain membutuhkan.
Dan apa yang Yesus berikan adalah sesuatu yang sangat
mendasar bagi kehidupan manusia. Pemberian dan pelayanan
29
Yesus itu adalah secara holistik, artinya mencakup segala segi
kehidupan manusia, baik secara jasmani maupun rohani.
Demikian juga kita sebagai orang percaya, hendaknya bisa
bersikap seperti yang telah Yesus teladankan kepada kita.
Memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap orang lain,
sekalipun dalam situasi dan kondisi yang kurang mendukung.
Yesus telah memberi teladan kehidupan yang begitu berharga
bagi kita. Ditengah-tengah keletihannya secara jasmani, Ia
masih peduli dengan orang lain. Ia sanggup memberi
kesembuhan segala macam penyakit, ketika dengan iman,
seseorang mau berseru kepadaNya. Yesus adalah Pribadi yang
luar biasa, sebab Ia melakukan segala sesuatu atas dasar kasihNya yang tulus kepada beribu-ribu orang.
Sekali lagi kepada saudara-saudaraku seiman,
Marilah kita saling mempedulikan keadaan disekitar kita.
Jangan kita menutup mata terhadap keadaan tidak baik yang
terjadi. Milikilah hidup seperti yang telah diteladankan Yesus.
Kita semua, setiap orang yang percaya kepada Yesus memiliki
tugas dan kewajiban yang sama seperti Yesus memberikan tugas
kepada murid-murid-Nya. Jadikanlah kehidupan dan kehadiran
kita ditengah-tengah orang banyak, memberi pengaruh yang
baik bagi sesama, Amin. (Yus)
***
30
RANCANGAN KOTBAH 29 JULI 2012
Minggu Trinitas 9; Warna Liturgi Hijau
Bacaan: Mazmur 145
Thema:
BACAAN LEKSIONARI :
2 Raja-Raja 4:42-44
Mazmur 145;
Efesus 3:14-21; Yohanes 6:1-21
MARI MEMUJI TUHAN
TUJUAN
1. Jemaat mengerti alasan pemazmur memuji Tuhan.
2. Jemaat menemukan alasan pribadi memuji Tuhan.
3. Jemaat termotivasi memuji Tuhan seperti pemazmur, setiap hari seumur hidupnya.
4. Jemaat mendorong anak-anaknya untuk memuji Tuhan turun temurun.
PENJELASAN TEKS
Mazmur 145 tersusun sebagai berikut:
Ayat 1-2
: pernyataan maksud untuk memuji TUhan
Ayat 3
: Tuhan itu Agung
Ayat 4-7
: undangan untuk memuji Tuhan
Ayat 8-9
: Tuhan itu Pengasih dan penyayang
Ayat 10-13b : undangan untuk memuji Tuhan
Ayat 13c-20 : Tuhan itu setia dan adil
Ayat 21
: undangan untuk memuji Tuhan
Keterkaitan antar bagian atau bait terbagi melalui bentuk
perulangan. Yaitu gagasan dalam bait yang satu diambil dan
diteruskan dalam bait yang berikutnya; “besarlah Tuhan” ayat 3
diulang pada ayat 6 “kebesaranMu”. “kebaikanMu” ayat 7
diulang pada ayat 9 “Tuhan itu baik”. “kasih setia” ayat 8,
diulang pada ayat 10 “orang-orang yang Kau kasihi”
Dalam bahasa Ibrani Mazmur 145 ini berbentuk akrostik,
artinya kata pertama larik-lariknya dibuka dengan huruf
menurut abjad Ibrani. Mazmur 145 termasuk jenis madah
perseorangan. Tetapi pemazmur tidak mau bernyanyi sendiri.
Dia mau melibatkan jemaat. Hanya bersama jemaat pujiannya
menjadi penuh.
Ayat 1-2; Pernyataan maksud untuk memuji Tuhan. Mazmur
ini dibuka dengan suatu maksud atau lebih tepatnya keputusan
31
yang teguh untuk memuji dan memuliakan Tuhan setiap hari
dan seumur hidupnya.
Ayat 3; Tuhan itu agung. Alasan pertama pemazmur memuji
kemuliaan Tuhan ialah karena Tuhan itu besar dan patut dipuji
setinggi-tingginya. kebesaranNya itu tak terselami, karena tak
seorangpun dapat memahami rahasia Allah. Ketakterpahaminya
Allah inilah yang membangkitkan pujian.
Ayat 4-7;
Undangan untuk memuji Tuhan.
Sadar
akankebesaran Tuhan yang tak terduga itu, pemazmur dengan
semangat yang meluap-luap menyanyi dan memuji Tuhan serta
menyatakan harapannya agar Tuhan dipuji oleh setiap generasi.
Biarlah pujian itu disampaikan angkatan demi angkatan, yang
satu menyampaikan kepada yang berikutnya (ay.4). memuji
Tuhan berarti memberitakan, membicarakan, menyanyikan,
memaklumkan, menceritakan dan memasyurkan pekerjaanpekerjaan Tuhan yang mulia, semarak, agung, ajaib, kuat,
dasyat, baik dan adil (ay. 4-7). Suatu deretan kata-kata besar
yang memang harus demikian. Karya-karya Tuhan itu sangat
besar sehingga harus dijadikan peringata.
TUhanlah yang
membangkitkan peringatan itu (Mzm 111:4) dan hal itu terjadi
terutama dalam ibadah-ibadah dimana karya-karyaNya yang
agung dikenang kembali melalui pewartaan dan perayaan.
Ayat 8-9; Tuhan itu pengasih dan penyayang. Alasan kedua
pemazmur memuji Tuhan adalah karena TUhan itu pengasih
dan penyayang, panajang sabar dan besar kasih setiaNya (ay.8).
dan arena itu Ia baik dan penuh kerahiman kepada semua orang
(ay.9). pengakuan iaman dalam ayat 8 merupakan salah satu
pernyataan kesayangan orang Yahudi sesudah pembuangan
(bnd Mzm 86:5) dan secara mendalam dinyanyikan oleh Mzm
103. Irael sering manegakui bahwa Tuhan itu baik. Akan tetapi
yang menonjol dari ayat 9 adalah pengakuan bahwa kebaikan
dan kerahiman Tuhan itu tak mengenal batas agama, bangsa,
warna kulit dan kedudukan social.
Ayat 10-13b; Undangan untuk memuji Tuhan. Sadar akan
semuanya itu, pemazmur sekali lagi menyapa dan memuji Tuhan
32
serta menyatakan harapannya agar seluruh ciptaan ikutserta
dalam puji-pujian ini, khususnya orang yang dikasihi Tuhan,
yakni orang-orang beriman yang telah menerima kasih dan
kesetiaan Tuhan (ay. 10).
Kiranya mereka memuji Tuhan
dengan memaklumkan, membicarakan dan memberitahukan
kerajaan dan keperkasaannya yang mulia serta semarak kepada
setiap orang (ay. 11-12). Mengapa? Karena keraan Tuhan
adalah kerajaan meliputi segala waktu dan generasi (ay. 13).
Ayat 13c-20; Tuhan itu setia dan adil.
Alasan ketiga
pemazmur memuji Tuhan adalah karena Tuhan itu setia dan
adil. Dan dalam ayat-ayat ini pemazmur berbicara tentang
Tuhan tidak lagi secara umum, tatapi secara lebih kokret.
Tuhan itu setia dalam segala perkataanNya (ay. 13c) yang selalu
berpegang pada janji-janjiNya. Dia penuh kasih setia dalam
segala perbuatanNya. Oleh sebab itu berulang-ulang dalam
deritanya pemazmur berharap apda kasih setiaNya (bnd. Mzm
5:8; 6:5; 13:6; 44:27). Bukti kasih setia itu tampak dalam
tindakanNya menopang orang yang jatuh dan menegakkan orang
yang tertunduk (ay. 14). Orang-orang yang berharap kepadaNya
tidak pernah dikecewakan, karena Dia member mereka makanan
pada waktunya dan memenuhi keinginan segala yang hidup
(ay.15-16). Tuhan itu adil dan penuh kasih setia dalam segala
perbuatanNya (ay.17). keadilan Tuhan itu tampak pada kasih
setianya kepada orang-orang yang menderita. Dia dekat pada
setiap orang yang berteriak minta tolong kepadaNya (ay. 20a).
Tetapi orang fasik dibinasakanNya (ay. 20b)
Ayat 21; Undangan untuk memuji Tuhan. Pujian kepada
Tuhan, Raja yang besar dan yang tidak terselami tidak berakhir
dengan berakhirnya doa dan ibadat.
Karena itu pemzmur
menutup madahnya dengan harapan dan niat yang teguh agar
puji-pujian ini dapat diteruskan seumur hidupnya (ay. 21a).
juga termasuk dambaannya yang terdalam ialah agar segala
makluk memuji nama Tuhan yang kudus (ay. 21b).
33
KONTEKS MASA KINI
Setiap orang pada masa kini tidak kekurangan alasan untuk
memuji Tuhan. Karena setiap orang pasti pernah merasakan
keagungan Tuhan, kasih saying Tuhan, serta kesetiaan dan
keadilan Tuhan. Meskipun demikian masih ada juga orang yang
kesulitan memuji Tuhan.
Ada kalanya kesulitan dan penderitaan hidup, ketidak adilan
dan kesewenang-wenangan, membuat orang sulit untuk dapat
memuji Tuhan.
Masih ada diantara orang percaya yang ketika menghadapi
kesulitan hidup tidak berseru kepada Tuhan, tidak minta tolong
kepada Tuhan, melainkan berseru dan minta tolong kepada
“allah-allah lain”
SARAN PENYUSUNAN KHOTBAH
Khotbah dapat disusun dengan kerangka sebagai berikut:
PENDAHULUAN
Tanyakan kepada jemaat, pernahkan mereka memuji
orang lain? Apa alasannya? Dan simpulkan bahwa setiap orang
pasti memiliki alasan mengapa memuji orang lain. Demikian
juga setiap orang hendaknya punya alasan mengapa memuji
Tuhan.
ALASAN MEMUJI TUHAN
1. Pertama karena Tuhan itu agung. Jelaskan konsep Tuhan itu
Agung dan bukti-bukti keagungannya, sesuai dengan konteks
jemaat masing-masing.
2. Kedua karena Tuhan itu pengasih dan penyayang. Jelaskan
konsep Tuhan itu pengasih dan penyayang serta bwujud
kasih sayang Tuhan kepada umatnya sesuai dengan konteks
jemaat masing-masing.
3. Ketiga Tuhan itu setia dan adil. Jelaskan konsep Tuhan itu
setia dan adil serta wujud kesetiaan dan keadilan Tuhan
kepada umatNya sesuai dengan konteks jemaat masingmasing.
34
PENUTUP
Buatlah kalimat motivasi atau provokatif yang mendorong jemaat
bersedia memuji dan memuliakan TUhan setiap hari bahkan
seumur hidupnya.
Nats pembimbing : Mzm 117
Berita anugerah
: Mzm 103:8-11
Nats persembahan : Mzm 95:1-3
Lagu-lagu pujian
1. KJ 293
2. KJ 242
3. KJ 178
4. KJ 364
5. KJ 403
6. KJ 439
Contoh Khotbah Jadi
Jemaat yang dikasihi Tuhan, Pernahkah kita memuji
seseorang? Kalau kita pernah memuji seseorang, tentu kita
punya alasan mengapa memuji orang tersebut. Bila kita tidak
punya alasan berarti pujian kita itu tidak tulus alias gombal.
Misalnya ketia seorang suami berkata kepada istrinya; “sayang,
engkau baik sekali” tentu suami tersebut pernah merasakan
kebaikan istrinya. Bila ia belum pernah merasakan kebaikan itu,
berarti pujiannya tidak tulus alias gombal.
Jemaat yang dikasihi Tuhan, Pemazmur juga punya alasan
memuji Tuhan. Alasan pertama pemazmur memuji kemuliaan
Tuhan ialah karena Tuhan itu besar dan patut dipuji setinggitingginya (ay. 3). kebesaranNya itu tak terselami, karena tak
seorangpun dapat memahami rahasia Allah. Ketakterpahaminya
Allah inilah yang membangkitkan pujian. Keagungan Allah bisa
kita lihat salah satunya melalui alam semesta ini. Ia
menciptakan matahari, bulan, bintang dan benda-benda ruang
angkasa lainnya secara luar biasa dan mengaturnya sedemikian
rupa sehingga benda-benda tersebut ada dan berfungsi secara
35
tepat.
Ia menciptakan manusia dengan berbagai organnya
sedemikian rupa dan lain sebagainya. Jemaat yang dikasihi
Tuhan, mari, lihatlah alam semesta ini, lihatlah diri kita sendiri
dan sadari betapa agungnya Tuhan yang telah menciptakannya.
Selayaknyalah kita memuji dan memuliakan Dia, untuk
seterusnya dan selama-lamanya.
Jemaat yang dikasihi Tuhan, Alasan kedua pemazmur
memuji Tuhan adalah karena Tuhan itu pengasih dan
penyayang, panajang sabar dan besar kasih setiaNya (ay.8). dan
karena itu Ia baik dan penuh kerahiman kepada semua orang
(ay.9). pengakuan iman dalam ayat 8 merupakan salah satu
pernyataan kesayangan orang Yahudi sesudah pembuangan
(bnd Mzm 86:5) dan secara mendalam dinyanyikan oleh Mzm
103. Israel sering mangakui bahwa Tuhan itu baik. Akan tetapi
yang menonjol dari ayat 9 adalah pengakuan bahwa kebaikan
dan kerahiman Tuhan itu tak mengenal batas agama, bangsa,
warna kulit dan kedudukan sosial. Tuhan yang sama juga
pengasih dan penyayang kepada kita. Ia panjang sabar dan
berlimpah kasih setia kepada semua orang. Kebaikan dan
kerahimannya nyata dalam hidup kita. Cobalah ingat dan hitung
satu persatu kebaikan dan kerahiman Tuhan kepada kita,
pastilah kita akan kagum oleh kasihNya. Sebagaimana
dituliskan dalam KJ.439 “Berkat Tuhan, mari hitunglah, kau
niscaya kagum oleh kasihNya” mari bersama-sama kita memuji
Tuhan dengan nyanyan ini.
Jemaat yang dikasihi Tuhan, Alasan ketiga pemazmur
memuji Tuhan adalah karena Tuhan itu setia dan adil (ay. 1320). Dan dalam ayat-ayat ini pemazmur berbicara tentang Tuhan
tidak lagi secara umum, tatapi secara lebih konkret. Tuhan itu
setia dalam segala perkataanNya yang selalu berpegang pada
janji-janjiNya, dan penuh kasih setia dalam segala perbuatanNya
(ay. 13c).
Oleh sebab itu berulang-ulang dalam deritanya
pemazmur berharap apda kasih setiaNya (bnd. Mzm 5:8; 6:5;
13:6; 44:27). Bukti kasih setia itu tampak dalam tindakanNya
menopang orang yang jatuh dan menegakkan orang yang
tertunduk (ay. 14). Orang-orang yang berharap kepadaNya tidak
pernah dikecewakan, karena Dia member mereka makanan
36
pada waktunya dan memenuhi keinginan segala yang hidup (ay.
15-16). Tuhan itu adil dan penuh kasih setia dalam segala
perbuatanNya (ay.17). keadilan Tuhan itu tampak pada kasih
setianya kepada orang-orang yang menderita. Dia dekat pada
setiap orang yang berteriak minta tolong kepadaNya (ay. 20a).
Tetapi orang fasik dibinasakanNya (ay. 20b). Jemaat yang
terkasih, Tuhan itu setia dan adil kepada kita, bahkan ketika
kita tidak setia kepadaNya pun, Ia tetap setia kepada kita. Mari
kita memuji dan memuliakan Dia bukan hanya dengan nyanyian
atau perkataan, tetapi dengan seluruh keberadaan kita, dengan
pikiran, perasaan dan tindakan kita.
Jemaat yang dikasihi Tuhan, Ingat bunyi salah satu iklan
produk sampo di TV; “masih cari satu alasan untuk beralih ke
sampo lain? Saya punya lima alasan ……” iklan tersebut
menginspirasi saya supaya sebelum melakukan sesuatu, saya
harus punya alasan yang kuat mengapa melakukan sesuatu
tersebut. Bila dikaitkan dengan khotbah hari ini, maka iklan
sampo tersebut bisa diubah demikian: “masih cari satu alasan
untuk memuji Tuhan? Saya punya tiga alasan mengapa saya
memuji Tuhan. Pertama karena Tuhan itu agung. Kedua karena
Tuhan itu pengasih dan penyayang, dan Ketiga Tuhan itu setia
dan adil. Mari memuji Tuhan bersama saya. Mari kita memuji
Tuhan hari ini, esok dan seterusnya. (Ath)
***
37
Rancangan Khotbah
Tanggal 5 Agustus 2012
Dan
Tanggal 12 Agustus 2012
Menggunakan
Panduan
Pekan Pendidikan Kristen
Sinode GKSBS 2012
38
RANCANGAN KOTBAH 19 Agustus 2012
Minggu Trinitas 12; Warna Liturgi Hijau
Bacaan: Efesus 6: 10-20
Thema:
BACAAN LEKSIONARI :
Yosua 24: 1-2a; 14-18; Mazmur
34: 15-22; Efesus 6: 10-20;
Yohanes 6: 56-69.
MEMILIKI KEKUATAN DAN KOMITMEN
UNTUK MELAKSANAKAN TUGAS PANGGILAN TUHAN
Tujuan:
1. Jemaat dapat memelihara jati dirinya sebagai anak Tuhan dan hamba Tuhan serta
berkomitment untuk menjalankan tugas dan panggilan yang diterimanya dari Tuhan.
2. Jemaat memiliki kekuatan dan semangat dengan tidak gentar menghadapi tantangan
dari berbagai hal dalam pelayanannya.
PENJELASAN TEKS
Secara keseluruhan dari perikop ini (Efesus 6:10-20), dapat
digambarkan bahwa kehidupan Kristen adalah kehidupan yang
mengalami “Peperangan”. Yang dimaksud adalah umat Kristen
terlibat melawan kuasa Iblis dan bala tentaranya. Ini
dilatarbelakangi oleh situasi kehidupan Jemaat Efesus pada saat
itu yang hidup bersama dengan para penyembah Diana atau
Arthemis yang merupakan mayoritas. Kehidupan keagamaan
mereka menekankan tentang ritual-ritual penyembahan
terhadap roh-roh gaib. Kekristenan yang hidup pada saat itu
sangat menentang apa yang terjadi dengan kehidupan
keagamaan di Efesus. Ketidaksetujuan jemaat Kristen terhadap
praktek keagamaan orang-orang Efesus yang memuja Diana
atau Artemis ini, tentu tidak disenangi oleh mereka yang
melakukannya. Ini disikapi Paulus dengan mengirimkan surat
kepada jemaat Efesus dalam rangka mengingatkan bahwa
mereka harus kuat dan siap berperang–bukan secara fisik
frontal seperti perang antar tentara – tetapi perang iman dan roh
melawan kuasa iblis bersama dengan pengikutnya. Ini tidak
mudah karena tidak kelihatan. Ini peperangan yang tidak kasat
mata. Namun demikian, Paulus mencoba untuk menjelaskan
peperangan roh ini dengan gambaran peperangan fisik beserta
39
dengan “perlengkapan senjata” yang harus jemaat miliki dalam
kekuatan Tuhan.
Penjabaran teks ayat demi ayat:
Ayat 10; Akhirnya… ini merupakan nasihat penutup secara
umum dari perikop ini. Hendaklah kamu kuat di dalam
Tuhan. ..sebagai kata kerja berbentuk perintah, hendaklah
kuat atau hendaklah mampu, kemudian kata untuk kuat dan
akhirnya kata untuk kekuatan - di dalam kekuatan kuasaNya.
Ayat 11; Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah….
Sekalipun Allah telah menyediakan semua ini, adalah tugas
orang Kristen untuk mengenakannya; yaitu, dia harus
secara sadar menghayati kuasa yang Tuhan Yesus Kristus
yang telah disediakan untuknya yang digambarkan sebagai
seluruh perlengkapan senjata Allah. Tanpa perlengkapan
senjata dari Allah ini, orang Kristen tidak akan mampu
bertahan melawan tipu muslihat - yakni berbagi cara atau
strategi yang dipakai - Iblis.
Ayat 12; Karena perjuangan kita bukanlah…. Merupakan
alasan mengapa umat beriman memerlukan seluruh
perlengkapan senjata Allah. Melawan darah dan daging…
Menilik sejarah, bangsa Israel di bawah pimpinan Yosua
harus berperang melawan darah dan daging agar dapat
menguasai Kanaan. Namun peperangan dalam PB lebih
bersifat rohani daripada jasmani. Tetapi melawan
pemerintah-pemerintah. Bukan perbedaan komparatif,
tetapi perbedaan mutlak. Tampak ada berbagai tingkatan di
kalangan bala tentara Iblis. Tidak mungkin kita membuat
pembedaan yang jelas di antara berbagai golongan musuh
yang disebutkan di sini. Melawan penghulu-penghulu dunia
yang gelap ini. Harfiahnya, penguasa-penguasa dunia dari
kegelapan ini. Melawan roh-roh jahat. Harfiahnya, melawan
kekuatan-kekuatan roh jahat di udara. Di udara. Kata yang di
bagian lain surat ini diterjemahkan dengan surga. Inilah
yang terakhir dari lima penggunaan istilah en tois
epouraniois, "di sorga."
40
Ayat 13, Sebab itu… Ambillah seluruh perlengkapan senjata
Allah. Kembali yang ditekankan adalah tanggung jawab
manusia. Kalau ayat 11 menggambarkan tindakan pasif
(bertahan) dan ayat 13 menggambarkan tindakan yang aktif
(Mengadakan perlawanan). Yang menarik dari kedua ayat itu,
baik bertahan maupun mengadakan perlawanan, ternyata
Paulus tetap memberi pesan untuk mengenakan seluruh
perlengkapan senjata Allah. Apa artinya? Dalam peperanganpeperangan, maupun dalam pertandingan olahraga seperti
sepakbola, aspek menyerang dan bertahan harus dijalankan
bersama jika ingin menang.
Ayat 14, Jadi berdirilah teguh… maksudnya adalah harus siap
secara fisik dan seluruh keberadaannya untuk
Berikatpinggangkan kebenaran… Orang yang sudah berikat
pinggang berarti sudah siap untuk bertindak (bnd I Petrus 1:13).
Apa maksudnya?
 Menjaga agar pakaian tetap pada posisinya. Dari sini bisa
diambil kesimpulan, kebenaran membuat sesuatu tetap
pada posisi yang seharusnya. Ikat pinggang yang tidak
terpasang dengan benar, bisa mengacaukan “Baju Zirah”.
Dan tentu saja akan menghambat kita dalam peperangan
rohani.
 Berpengaruh pada kerapian/penampilan. Ketika kita
mempertahankan kebenaran, itu akan terlihat di mata
orang. Dan itu mempengaruhi cara orang memandang diri
kita dan memandang Kristus.
 Memberi rasa nyaman pada pemakai. Seharusnya ketika
kita melakukan kebenaran, justru kita merasa nyaman.
Karena kita melakukan kehendak yang seharusnya.
Ayat 14 Berbajuzirahkan keadilan, Apa manfaat Baju Zirah?
Yang terutama adalah melindungi diri dari senjata lawan. Apa
kaitannya dengan keadilan? Adil tidak selalu berarti sama untuk
semua orang, tapi lebih tepat masing-masing orang memperoleh
sesuai dengan kapasitas dan kebutuhannya. Apa bahayanya jika
kita tidak melakukan keadilan? Apa dengan tidak melakukan
keadilan kita jadi lebih mudah diserang oleh iblis? Mungkin
secara tidak langsung. Kita sebagai orang Kristen ngomong
41
mengenai keadilan tapi tidak berlaku demikian, bukankah tidak
menjadi kesaksian? Tapi itu dampak tidak langsung. Mungkin
juga dalam arti lain. Ketika kita tidak berlaku adil, memancing
permusuhan diantara orang-orang yang seharusnya kita
perlakukan adil. Ketidakadilan sangat berpotensi merusak
persekutuan Kristen. Itu bisa menjadi titik lemah bagi
serangan iblis untuk mengacaukan semuanya.
Ayat 15, Kakimu berkasutkan… Banyak istilah dalam bagian ini
diambil dari Perjanjian Lama Yesaya 52:7. Injil damai
sejahtera… Kabar baik yang bercirikan damai sejahtera atau
yang menghasilkan damai sejahtera. mungkin ini yang paling
jelas. Kenapa bagian memberitakan injil diumpamakan sebagai
kasut/ alas kaki? Tiap langkah hidup kita selalu ada jejak-jejak
pemberitaan injil itu? Kaki untuk berjalan. Memberitakan injil
membutuhkan keberanian untuk berjalan. pergi. Kemanapun
orang Kristen melangkah, seharusnya ada jejak-jejak
pemberitaan injil.
Ayat 16, Pergunakanlah perisai iman… Bentuk genitif dari
keterangan tambahan: maksudnya, perisai yang terdiri dari iman
atau yang adalah iman. Semua panah api dari si jahat… Kata si
jahat adalah dalam bentuk tunggal dan tidak diragukan lagi
maskulin dan bukan netral - karena itu si jahat adalah Iblis itu
sendiri. Seragam lengkap seorang prajurit Romawi ditunjukkan
dalam bagian ini, dan aneka macam bagian itu diterapkan
secara rohani. Perisai, sesuai dengan fungsinya untuk
melindungi dari serangan musuh. Iman di sini ditempatkan
sebagai perisai yang mampu melindungi dari serangan iblis. Kita
bisa melihat teladan Kristus. Kunci kemenangan Kristus ada
pada iman-Nya, sehingga menjadi kuat untuk bertahan atas
serangan iblis.
Ayat 17; Terimalah ketopong keselamatan. Kembali, ketopong
yang adalah alat keselamatan. Apa fungsi ketopong? Melindungi
bagian yang mengontrol segala sesuatu dari tubuh. Kepala. Apa
artinya? Ketika kita belum mengenakan ketopong itu, kita tidak
bisa mengontrol dengan baik perilaku tubuh. Pedang Roh.
Bukan jenis genitif yang sama dengan sebelumnya: mungkin
42
suatu kasus ablatif dari sumber atau asalnya. Yaitu, pedang
yang disediakan oleh Roh. Yaitu Firman Allah. Firman Allah
merupakan pedang yang bermata dua. Pedang Roh merupakan
satu-satunya senjata yang dapat dipakai untuk menyerang
maupun untuk bertahan. Di sini yang menjadi pedang Roh
adalah firman Allah, doa dan permohonan. Firman Tuhan
menjadi kekuatan yang sangat berharga untuk bertahan dan
menyerang seperti pedang.
Ayat 18; Berdoalah setiap waktu… Perlengkapan senjata Allah
harus senantiasa dipakai di dalam hubungan dengan doa orang
percaya. Doa dan permohonan… Kata yang pertama dipakai
untuk doa secara umum, yang kedua untuk menaikkan
permohonan. Dalam Roh… Roh Kudus yang menyediakan
pedang berupa Firman juga harus ikut aktif di dalam doa-doa
kita. Untuk segala orang kudus. Paulus tidak ingin mereka
membatasi doa hanya untuk dia sendiri, sekalipun dia memang
menyebut dirinya pada ayat yang berikut. Bukan hanya firman
saja. Tapi juga doa dan permohonan. Di sini dikatakan doa dan
permohonan yang tidak putus-putus. Jadi senjata untuk
menyerang balik iblis adalah firman TUHAN dan doa. “Berdoalah
setiap waktu didalam Roh”. Iblis selalu menunggu waktu yang
tepat untuk menyerang. Kalau kita tidak selalu siap, pasti
mudah untuk diserang. “berjaga-jagalah di dalam doamu dengan
permohonan yang tak putus-putus untuk segala orang kudus.”.
Ayat 19-20. Juga untuk aku (yakni Paulus dan tentunya
hamba Tuhan yang lain)…. Supaya kepadaku ...
dikaruniakan perkataan yang benar. Ketika di dalam
penjara, Paulus tidak memikirkan terutama kesejahteraan
dirinya, tetapi memikirkan kesaksiannya mengenai Tuhan
Yesus Kristus. Di dalam Kisah 28: 30-31 kita membaca
bahwa Paulus berbicara kepada semua orang yang
mengunjunginya ketika dia menjadi tahanan di rumah yang
disewanya sendiri ketika berada di Roma. Agar dengan
keberanian aku memberitakan rahasia Injil. Pentingnya
doa Jemaat untuk HambaNya yakni Paulus, agar dia bisa
berbicara dengan benar. Pentingnya kekuatan doa, itu sangat
43
diyakini oleh Paulus dan ada harapan dari Paulus agar
jemaat di Efesus juga mengamininya.
Jika disimpulkan, ada 4 pesan penting dalam perikop ini:
1. Kita diingatkan bahwa kehidupan kerohanian orang percaya
akan selalu berhadapan dengan kuasa-kuasa iblis yang
berbentuk roh-roh kegelapan dan pengaruh-pengaruhnya
yang terwujud dalam ketidakadilan, kekacauan, kejahatan,
kebobrokan moral dan banyak hal lain di dunia ini.
2. Sebagai orang beriman, kita harus siap berhadapan dengan
realitas diatas. Dalam menghadapinya, setiap orang beriman
tidak mengandalkan kekuatan fisik, namun kekuatan rohani
yang datangnya dari Tuhan, yang digambarkan seperti
kelengkapan-kelengkapan persenjataan para prajurit tempo
dulu dalam peperangan.
3. Jangan takut atau goyah, tetapi harus memiliki komitmen
dan memakai kekuatan Tuhan, dimana harus mengandalkan
Firman dan doa dengan tidak putus-putus. Bukan hanya
diam tetapi juga bertindak mewujudkan kebenaran, keadilan
dan kasih dengan tidak melakukan kekerasan, tetapi dengan
tindakan kasih yang asalnya dari Tuhan.
4. Bukan hanya komitment pribadi dan untuk kekuatan
pribadi yang kita pinta dari Tuhan, tetapi perlunya
dukungan doa kita untuk para hamba-hamba Tuhan agar
bisa melaksanakan dan menyuarakan “suara kenabian” di
dunia ini dengan benar.
KONTEKS MASA KINI
1. Dalam kehidupan sehari-hari dan bahkan disiarkan di
stasiun
TV,
tampak
menjamurnya
praktek-praktek
perdukunan dan perguruan-perguruan “gaib” serta penghargaan terhadap “kekuatan-kekuatan roh-roh penunggu”.
2. Munculnya kembali kesenian-kesenian yang memanggil rohroh gaib atau “roh leluhur penunggu” dan dianggap sebagai
“sebuah kesenian yang adiluhung” walaupun itu membuat
pelaku seni mengalami sengsara karena dijadikan “alat atau
tubuh” dari roh itu untuk berbuat banyak hal yang tidak
wajar. Ini menjadi sesuatu yang “aneh” karena dikala ada
orang kerasukan roh (kesurupan), banyak orang yang sibuk
44
3.
4.
5.
6.
7.
8.
mendoakan atau memanggil rohaniwan dan parnormal agar
yang kesurupan sembuh.
Praktek-praktek iblis terlihat pada tingkat kepemimpinan
atas sampai bawah dengan cara-caranya yang curang, tidak
memperhatikan kepentingan dan keselamatan orang lain
dan berpolitik kotor.
Ada sebagian dari para pemimpin dan bangsa ini yang mulai
susah menerima masukan-masukan/lebih senang menuruti
keinginannya sendiri, walaupun tindakan yang telah
dilakukan itu salah dan menyengsarakan bangsa ini.
Kebobrokan moral antar generasi dalam seks bebas,
narkoba, tawuran, kerusuhan dan kriminalitas yang lain.
Ada sebagian dari para rohaniwan bahkan pemimpin Kristen
yang mulai hidup untuk memuaskan keinginannya sendiri,
memanfaatkan jemaat untuk mengeruk keuntungan demi
memakmurkan dirinya dan melupakan jati dirinya sebagai
hamba Tuhan yang harus memperjuangkan keadilan,
kesejahteraan dan kebenaran serta dengan berani
menyuarakan suara kenabian.
Masih ada pemimpin, rakyat, termasuk anggota jemaat yang
tidak terpengaruh dengan kehidupan yang tidak bermoral
dan masih berpegang dengan imannya.
Masih ada diantara kaum rohaniwan yang masih mengingat
tugas dan panggilannya dan tidak “keblinger” dengan
bujukan dunia dan si iblis.
SARAN PENYUSUNAN KOTBAH
1. Pembukaan:
Pengkotbah bisa menjelaskan tentang konteks yang terjadi
pada masa kini dalam kehidupan sehari-hari. Apa yang
disampaikan dalam rancangan kotbah ini bisa dirubah atau
ditambahi, karena mungkin pada saat si pengkotbah
mengkotbahkan perikop ini, ada hal-hal terkini/factual dan
up to date yang telah sedang terjadi.
2. Isi:
a. Penjelasan teks: pengkotbah bisa menjelaskan isi perikop
dengan penjabarannya mengenai perlengkapan senjata
45
Allah/apa yang dimaksud dengan tetap tegap, pedang
roh, ketopong, perisai dan istilah yang lainnya. (dalam
menjelaskan
tentang
perlengkapan
senjata
ini,
pengkotbah bisa menggunakan alat peraga-sebuah
gambar tentara yang memakai perlengkapan perang
seperti itu.)
b. Aplikasi untuk jemaat: ketika kita sedang dihadapkan
dengan keadaan zaman yang rusak dan jika tahu bahwa
Tuhan menawarkan kekuatan yang dahsyat dengan
perlengkapan senjata Allah yang siap diberikan pada
jemaatNya, apa yang dapat jemaat lakukan sebagai
hambaNya dan anakNya yang melihat praktik-praktik
tipu daya iblis di lingkungan sekitar bahkan di negeri
Indonesia ini? Pengkotbah bisa menegaskan bahwa
jemaat jangan hanya diam namun harus melakukan yang
terbaik dan berdasarkan kasihNya.
3. Penutup:
a. Pengkotbah menyampaikan 4 pesan penting dalam
perikop ini.
b. Pengkotbah memberi semangat/motivasi agar jemaat
jangan terlena dan turut dengan perilaku atas pengaruh
si iblis, walaupun sebagian besar orang menganggap itu
sebagai “kewajaran”. Jemaat tetap diingatkan tentang jati
dirinya dan siap berjuang selalu di jalan Tuhan dengan
kekuatanNya.
Nats Pembimbing : Yosua 24: 14-18
Berita Anugerah
: Yohanes 10: 11-15
Nats Persembahan : 1 Tawarikh 16: 29
Lagu-lagu:
KJ no. 3
KJ no. 289
KJ no. 370
KJ no. 466a
KJ no. 393
KJ no. 260
PKJ
PKJ
PKJ
PKJ
PKJ
PKJ
no.
no.
no.
no.
no.
no.
13
233
258
165
147
131
46
Contoh Kotbah Jadi
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,
Sering kita lihat atau dengar dipelbagai media massa
mengenai orang-orang yang kesurupan, misalnya kesurupan
massal di sekolah-sekolah. Ini menyebabkan para guru
kebingungan mengatasinya sehingga mengundang paranormal
dan rohaniwan untuk mengusir “roh-roh” itu. Namun uniknya,
sekarang ini di sekitar kita juga mulai tumbuh kembali
kesenian-kesenian tradisional yang malah mengundang “roh-roh
tertentu” sehingga membuat pelaku seni kesurupan. Bahkan
banyak juga orang-orang Kristen yang senang melihat dan malah
ada juga yang mengundangnya untuk pentas. Kita tidak anti
kesenian, namun kiranya seni itu bisa yang bermoral dan tidak
bertentangan dengan iman kita. Bulan September 2011 lalu,
terdapat aksi doa bersama yang dilakukan oleh sebagian orang
dari lintas agama di depan istana Presiden Republik Indonesia.
Aksi doa bersama lintas agama ini didorong oleh keprihatinan
yang mendalam oleh karena kondisi bangsa Indonesia yang
bobrok dalam pelbagai hal. Menurut berita yang ditayangkan,
dapat disimpulkan bahwa parah dan bobroknya bangsa ini
dikarenakan para pemimpin bangsa yang memberikan contoh
yang buruk pada yang dipimpinnya. Termasuk didalamnya
aparata birokrat, TNI, Polri, bahkan para wakil rakyat yang
duduk di DPR dan MPR, dianggap buta dan tuli dalam melihat
kondisi yang ada di Indonesia ini. Ada memang diantara
mereka ini yang masih berani menyuarakan kebenaran,
namun suaranya ditenggelamkan oleh yang mayoritas.
Buruknya, diikuti pula oleh sebagian rakyat yang dipimpinnya.
Kebobrokan moral, kejahatan, keculasan dan bentuk-bentuk
ketidakadilan dianggap “wajar” oleh sebagian orang yang
melakukannya. Hampir semua lapisan masyarakat dan
pemimpin – walaupun masih ada orang-orang yang takut akan
Tuhan – lebih senang mendengar rayuan si iblis untuk
melakukan hal yang jahat. Mereka menganggap bahwa itu
“wajar” karena toh dilakukan secara “berjamaah”.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus,
47
Dari apa yang kita dengar, kita lihat dan kita rasakan ini
kemudian muncul pertanyaan bagi kita semua. Pertanyaannya
adalah, dimanakah posisi kita? Apakah sebagai pejuang dan
pelaku kebenaran ataukah malah pelaku kebobrokan yang telah
menjadi sebuah “kewajaran” di Indonesia ini? Atau karena
seringnya kebobrokan ini dilakukan oleh kebanyakan orang, kita
menjadi tidak terasa telah menjadi pelaku tindakan negative
tersebut? Mungkin sulit kiranya kita untuk menjawabnya.
Semoga kita bukanlah orang yang seperti itu, namun tetap
menjadi hamba Tuhan yang baik dihadapan Tuhan.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus,
Dalam perikop yang kita baca ini, rasul Paulus mengingatkan
pada jemaat Efesus tentang jati diri dan peran mereka yang
sesungguhnya dalam kehidupan. Saat itu jemaat Efesus
menghadapi kebobrokan moral dan kejahatan dalam kehidupan
di sekitar mereka. Di Efesus, orang masih hidup dalam
penyembahan roh dan pemujaan dewi Diana atau Artemis atau
dewi yang diyakini selalu memberikan kenikmatan hidup
duniawi. Kekuatan iblis begitu merasuki pikiran dan perbuatan
masyarakat di Efesus. Ini berbahaya bagi umat milik Tuhan di
Efesus. Rasul Paulus mengingatkan mereka dalam perikop ini.
Jemaat Efesus sedang mengalami peperangan, yakni peperangan
rohani. Pada ayat 10 “hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan…”
memberikan gambaran pada kita betapa mereka harus kuat
menghadapi pengaruh praktek kehidupan kebanyakan orang
disekitar mereka. Bagaimana mereka harus menyikapi ini semua
dan tetap kuat? Apakah mereka harus melawan dengan
kekuatan fisik, mengadakan kudeta militer atau revolusi fisik?
Tidak ada perlawanan perang fisik, sebab mereka sedang
menghadapi “kuasa-kuasa dan pengaruh-pengaruh” iblis yang
tidak kelihatan mata secara fisik. Pertama kali, mereka harus
meminta pada Tuhan agar memberi kekuatan pada mereka.
Kekuatan itu yang harus mereka andalkan. Dan kekuatan itu
pula yang harus diolah, buka didiamkan begitu saja. Pengolahan
kekuatan itu digambarkan pada Ayat 11 yang menggambarkan
tindakan pasif (bertahan) dan ayat 13 yang menggambarkan
tindakan yang aktif (mengadakan perlawanan). Artinya dalam
48
perjuangan manusia melawan tipu muslihat dan kuasa Iblis,
aspek bertahan dan menyerang merupakan satu kesatuan.
Manusia tidak akan bisa menang hanya dengan bertahan saja.
Tapi manusia tidak mungkin menang juga hanya dengan
menyerang tanpa berpikir dengan strategi untuk bertahan.
Sebagai contoh adalah dalam peperangan-peperangan, maupun
dalam pertandingan olah raga seperti sepakbola, aspek
menyerang dan bertahan harus dijalankan bersama jika ingin
menang.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus,
Rasul Paulus mengingatkan dalam Efesus 6: 14, Jadi
berdirilah tegap… ini menandakan seseorang dalam kondisi
siap dan kuat. Kalau orang itu loyo, jelas tidak akan sanggup
berdiri tegap. Berikatpinggangkan kebenaran… Orang yang
sudah berikat pinggang berarti sudah siap untuk bertindak.
Mengapa perlu ikat pinggang?
 Menjaga agar pakaian tetap pada posisinya. Bayangkan kalau
celana
longgar
dan
tiba2
jatuh?
Bukan
hanya
mempermalukan, tapi itu akan sangat mengganggu seorang
prajurit dalam pertempuran. Dari sini bisa diambil
kesimpulan, kebenaran membuat sesuatu tetap pada posisi
yang seharusnya. Ikat pinggang yang tidak terpasang dengan
benar, bisa mengacaukan “Baju Zirah”. Dan tentu saja akan
menghambat kita dalam peperangan rohani.
 Berpengaruh
pada kerapian/penampilan. Ketika kita
mempertahankan kebenaran, itu akan terlihat di mata orang.
Pasti orang akan melihat perbedaannya. Dan itu
mempengaruhi cara orang memandang diri kita dan
memandang Kristus.
 Memberi rasa nyaman pada pemakai. Seharusnya ketika kita
melakukan kebenaran, justru kita merasa nyaman. Dunia
saat ini seolah-olah telah terbalik. Ketika kita melakukan
yang benar, justru kita dianggap aneh. Bukankah kita sering
mendengar istilah “semua orang juga melakukannya”?.
Akhirnya ketidakbenaran menjadi sesuatu yang lumrah.
Misalkan seks bebas menjadi sesuatu yang lumrah.
Akibatnya, orang-orang yang berusaha menjaga kekudusan
seksualnya seringkali justru merasa “tidak nyaman”, karena
49
kata-kata “semua orang juga melakukannya”. Itu juga berlaku
dengan penyuapan, korupsi, dan yang lain. Ini tentunya aneh
bukan?
Berbajuzirahkan keadilan, Apa manfaat Baju Zirah? Yang
terutama adalah melindungi diri kita dari senjata lawan. Apa
kaitannya dengan keadilan? Adil tidak selalu berarti sama untuk
semua orang, tapi lebih tepat masing-masing orang memperoleh
sesuai dengan kapasitas dan kebutuhannya. Contohnya
perlakuan yang berbeda Abraham terhadap Ismail dan Ishak,
perlakuan berbeda Ishak terhadap Esau dan Yakub, perlakuan
berbeda Yakub terhadap Yusuf dan saudara-saudaranya,
ternyata berpengaruh, bahkan sampai zaman sekarang. Dimulai
dari ketidakadilan, mengakibatkan permusuhan, bahkan
peperangan turun temurun. Jadi hati-hati terhadap tindakan
kita. Karena kita tidak tahu betapa besar dampak yang bisa
dihasilkan dari ketidakadilan. Ketidakadilan sangat berpotensi
merusak persekutuan Kristen. Itu bisa menjadi titik lemah
bagi serangan iblis untuk mengacaukan semuanya.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus,
Mengapa bagian memberitakan injil diumpamakan sebagai
kasut/alas kaki? Memberitakan injil membutuhkan keberanian
untuk berjalan. pergi. Kemanapun orang Kristen melangkah,
seharusnya ada jejak-jejak pemberitaan injil. Meninggalkan
jejak tidak selalu berarti kita harus berkata-kata tentang Kristus
kepada siapapun yang kita temui. Tapi apakah lewat kehadiran
kita orang lain bisa melihat “jejak Kristus” itu? Apakah ada
perbedaan yang akhirnya membuat orang-orang bertanya-tanya,
apa yang menyebabkan kita “berbeda”? Dan tentu saja akan jadi
kesaksian kalau mereka tahu bahwa kita adalah Kristen.
Pergunakanlah perisai iman… maksudnya, perisai yang
terdiri dari iman atau yang adalah iman itu sendiri. Semua panah
api dari si jahat… Kata si jahat adalah Iblis itu sendiri.
Seragam lengkap seorang prajurit Romawi ditunjukkan dalam
bagian ini, dan aneka macam bagian itu diterapkan secara
rohani. Perisai, sesuai dengan fungsinya untuk melindungi dari
serangan musuh. Iman di sini ditempatkan sebagai perisai yang
50
mampu melindungi dari serangan iblis. Bagaimana caranya iman
bisa melindungi? Misalnya ketika kita jatuh dalam dosa,
seringkali kita merasa tidak layak untuk datang kepada TUHAN.
Pada kondisi seperti itu iblis bisa saja mengintimidasi kita untuk
tidak datang, dan akhirnya makin jauh dari TUHAN. Tapi
ternyata lebih baik kalau kita tetap datang dan mengakui di
hadapan TUHAN, serta memiliki iman bahwa Dia akan
mengampuni kita, disertai komitmen untuk kembali berjalan
pada kehendak-Nya. Tapi apa hanya itu? Itu kondisi ketika kita
sudah jatuh. Coba lihat teladan Kristus. Kenapa Yesus mampu
mengalahkan serangan Iblis? Apa sekedar karena pengetahuan
akan firman TUHAN? Tidak. Pengetahuan akan firman TUHAN
memang membantu. Tapi itu bukan satu-satunya kunci
kemenangan Kristus. Kunci kemenangan Kristus ada pada imanNya, sehingga menjadi kuat untuk bertahan atas serangan iblis.
Yesus bertahan dalam iman
Terimalah ketopong keselamatan (Efesus 6: 17). Kembali,
ketopong yang adalah keselamatan. Apa fungsi ketopong?
Melindungi bagian yang mengontrol segala sesuatu dari tubuh
yaitu kepala. Apa artinya? Ketika kita belum mengenakan
ketopong itu, jangan berharap kita bisa mengontrol dengan baik
perilaku tubuh. Pedang Roh. Yaitu, pedang yang disediakan
oleh Roh. Yaitu Firman Allah. Firman Allah merupakan pedang
yang bermata dua. Pedang Roh merupakan satu-satunya senjata
yang dapat dipakai untuk menyerang maupun untuk bertahan.
Bagaimana dengan pedang Roh? Yang menjadi pedang Roh
adalah firman Allah, doa dan permohonan. Firman Tuhan
menjadi kekuatan yang sangat berharga untuk bertahan dan
menyerang seperti pedang. Ingat, Yesus dalam pencobaan di
padang gurun selalu menjawab tipu daya iblis dengan firman
Tuhan.
Berdoalah setiap waktu… (Efesus 6:18). Perlengkapan
senjata Allah harus senantiasa dipakai di dalam hubungan
dengan doa orang percaya. Doa dan permohonan… Kata yang
pertama dipakai untuk doa secara umum, yang kedua untuk
menaikkan permohonan. Dalam Roh… Roh Kudus yang
menyediakan pedang berupa Firman juga harus ikut aktif di
51
dalam doa-doa kita. Untuk segala orang kudus. Paulus tidak
ingin mereka membatasi doa hanya untuk dia sendiri, sekalipun
dia memang menyebut dirinya pada ayat yang berikut. Bukan
hanya firman saja. Tapi juga doa dan permohonan. Di sini
dikatakan doa dan permohonan yang tidak putus-putus. Jadi
senjata untuk menyerang balik iblis adalah firman TUHAN dan
doa. “Berdoalah setiap waktu didalam Roh”. Setiap waktu? Apa
artinya selalu? ya. Tentu saja. Iblis selalu menunggu waktu yang
tepat untuk menyerang. Kalau kita tidak selalu siap, pasti
mudah untuk diserang. “berjaga-jagalah di dalam doamu dengan
permohonan yang tak putus-putus untuk segala orang kudus.”. Ini
pentingnya mendoakan orang-orang dalam komunitas rohani.
Karena semuanya sedang berperang dengan perangnya masingmasing. Alkitab sudah menyediakan senjata yang komplit untuk
menghadapi peperangan rohani. Walaupun sudah kita kenakan,
tapi, tidak akan efektif tanpa latihan.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus,
Dalam (Efesus 6: 19-20), Juga untuk aku…. Maksudnya,
untuk aku secara khusus; mengingat keadaan Paulus ketika itu.
Supaya kepadaku ... dikaruniakan perkataan yang benar.
Bahkan ketika di dalam penjara. Paulus tidak memikirkan
terutama kesejahteraan dirinya, tetapi memikirkan kesaksiannya
mengenai Tuhan Yesus Kristus. Di dalam Kisah 28: 30-31 kita
membaca bahwa Paulus berbicara kepada semua orang yang
mengunjunginya ketika dia menjadi tahanan di rumah yang
disewanya sendiri ketika berada di Roma. Agar dengan
keberanian aku memberitakan rahasia Injil. Pentingnya doa
Jemaat untuk Paulus, agar dia bisa berbicara dengan benar. hal
itu sangat diyakini oleh Paulus dan ada harapan dari Paulus
agar jemaat di Efesus juga mengamininya.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus,
Apa yang kita ketahui di awal kotbah tadi, bahwa kondisi
di sekitar kita yakni bangsa ini sedang berada di jurang
kebobrokan dalam segalanya, baik system, infrasruktur,
kebijakan-kebijakan public, bahkan sampai pada akar rumput.
Kita juga meyakini bahwa ini semua dikarenakan baik pemimpin
maupun rakyatnya, tidak lagi takut akan Tuhan. Banyak orang
52
menerima pengaruh kuasa kegelapan atau si iblis dan menuruti
hawa nafsu kedagingan manusia. Akibat yang ditimbulkan
adalah adanya ketidakadilan dan kerusakan. Kejahatan muncul
dimana-mana. Semua yang harusnya tidak baik, curang, jahat,
dianggap wajar. orang tidak malu-malu lagi berbuat dosa.
Melihat itu, bagaimana sikap gereja? Adakah kita tegak berdiri
dan berani menyuarakan dan memperjuangan kebenaran dan
keadilan di sekitar kita? Suara kenabian kita dimana? - (semoga
kita adalah termasuk bagian dari bangsa ini yang masih
takut akan Tuhan dan tidak mau ikut bujukan si iblis) Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,
Perikop ini mengingatkan kita supaya menjaga jati diri
kita sebagai hamba Tuhan dan anak Tuhan serta berlaku
sebagaimana prajurit Tuhan yang siap tempur. Perikop ini juga
mengingatkan bahwa kita tidak sendirian. Kita bersama Tuhan.
Kita diberi kekuatan Tuhan. Perlengkapan senjata Allah
memperlengkapi kita untuk melaksanakan tugas panggilanNya.
Kita tidak perlu takut, walaupun kita minoritas diantara
masyarakat yang melakukan “dosa berjamaah”. Kita jangan
ikut arus yang menganggap semuanya itu sebagai kewajaran
karena dosa berjamaah tadi. Lalu apa strategi pelaksanaan tugas
kita? Doa dan firman Tuhan adalah nomer satu untuk menjadi
pedoman dan kita lakukan dalam keseharian kita. Berjuang
tanpa kekerasan tapi mewujudkan Injil dalam perkataan dan
perbuatan kita. Kita bergerak dan meninggalkan setiap yang
kita lalui dengan jejak-jejak Injil. Kita mengandalkan Tuhan
yang memberi kekuatan namun kita juga melaksanakan dengan
mewujudkan keadilan dan kebenaran dalam tindakan dan
perkataan. Kita harus berani menyampaikan suara kenabian
kita pada para pemimpin dan penguasa diantara bangsa ini.
Tidak hanya bicara, kita juga memperjuangkan hak-hak bagi
orang yang tertindas. Kita juga mewujudkan kepedulian social.
Kesemuanya ini memang beresiko besar, tapi bukankah kita
juga ingat bahwa “kita diperlengkapi dengan senjata lengkap
oleh Tuhan Allah?”. Tidak hanya itu, Tuhan inginkan seluruh
jemaat untuk mendukung para Hamba Tuhan dalam apapun,
terutama dalam doa agar para hamba Tuhan memiliki
53
keberanian dan kebenaran dalam mewujudkan Injil di tengahtengah bangsa ini.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus,
Dari apa yang kita renungkan pada hari ini kita simpulkan
demikian:
1. Kita diingatkan bahwa kehidupan kerohanian orang percaya
akan selalu berhadapan dengan kuasa-kuasa iblis yang
berbentuk roh-roh kegelapan dan pengaruh-pengaruhnya
yang terwujud dalam ketidakadilan, kekacauan, kejahatan,
kebobrokan moral dan banyak hal lain di dunia ini.
2. Sebagai orang beriman, kita harus siap berhadapan dengan
realitas diatas. Dalam menghadapinya, setiap orang beriman
tidak mengandalkan kekuatan fisik, namun kekuatan rohani
yang datangnya dari Tuhan, yang digambarkan seperti
kelengkapan-kelengkapan persenjataan para prajurit tempo
dulu dalam peperangan.
3. Jangan takut atau goyah, tetapi harus memiliki komitmen
dan memakai kekuatan Tuhan, dimana harus mengandalkan
Firman dan doa dengan tidak putus-putus. Bukan hanya
diam tetapi juga bertindak mewujudkan kebenaran, keadilan
dan kasih dengan tidak melakukan kekerasan, tetapi dengan
tindakan kasih yang asalnya dari Tuhan.
4. Bukan hanya komitment pribadi dan untuk kekuatan pribadi
yang kita pinta dari Tuhan, tetapi perlunya dukungan doa
kita untuk para hamba-hamba Tuhan agar bisa
melaksanakan dan menyuarakan “suara kenabian” di dunia
ini dengan benar..
“Vini, Vidi, Vici”: datang, bertanding dan menang.
“Ora et labora” berdoa dan bekerja. Selamat berjuang.
Tuhan melengkapi kita semua dengan kekuatanNya.
(AJI)
***
54
RANCANGAN KOTBAH 26 Agustus 2012
Minggu Trinitas 13; Warna Liturgi Hijau
Bacaan : Keluaran 16:2-4; 9-15
Thema:
BACAAN LEKSIONARI :
Keluaran 16:2-4; 9-15; Mazmur
78:23-29; Efesus 5:15-20;
Yohanes 6:24-35
TUHAN MEMELIHARA UMATNYA
Tujuan:
Anggota jemaat mempermuliakan Kristus sebagai roti Hidup yang mengenyangkan
jiwa mereka.
PENJELASAN TEKS
Nama Keluaran diambil dari peristiwa pokok yang diceritakan
dalam Kitab ini, yaitu keluarnya bangsa Israel dari Mesir, tempat
mereka diperbudak. Dalam Kitab ini ada tiga bagian yang
penting:
 Pembebasan orang Ibrani dari perbudakan dan perjalanan
mereka ke Gunung Sinai.
 Perjanjian Allah dengan umat-Nya di Sinai. Kepada bangsa
Israel diberikan hukum-hukum moral, sipil dan keagamaan
untuk pedoman hidup.
 Pembuatan tempat beribadat dengan segala peralatannya
untuk bangsa Israel; peraturan-peraturan untuk para imam
dan cara beribadat kepada Allah.
Kitab ini terutama mengisahkan apa yang dilakukan Allah
pada waktu Ia membebaskan umat-Nya yang diperbudak, lalu
membina mereka menjadi suatu bangsa yang mempunyai
harapan bagi masa depan.
Tokoh utama dalam kitab ini adalah Musa, orang yang dipilih
Allah untuk memimpin umat-Nya keluar dari Mesir. Bagian yang
paling terkenal dari kitab ini ialah daftar Sepuluh Perintah
dalam Pasal 20.
BANGSA ISRAEL YANG BERSUNGUT-SUNGUT
Di padang gurun itu bersungut-sungutlah segenap jemaah
Israel kepada Musa dan Harun (ay.2). kondisi dan keadaan yang
55
dialami oleh bangsa ini membawa bangsa ini bersungut-sungut.
Semula yang dirasakan adalah kenyamanan berada di tanah
Mesir, walau dalam posisi sebagai tahanan atau budak. Sungutsungut bangsa ini atas keadaannya sampai kepada
pemimpinnya yaitu Musa dan Harun, bahwa isi dari sungutsungut itu adalah “Ah, kalau kami mati tadinya di tanah Mesir
oleh tangan TUHAN ketika kami duduk menghadapi kuali berisi
daging dan makan roti sampai kenyang! Sebab kamu membawa
kami keluar ke padang gurun ini untuk membunuh seluruh
jemaah ini dengan kelaparan."(ay.3). Bahwa lebih baik mati
dalam keadaan kenyang di tempat perbudakan, daripada di
padang gurun dengan kelaparan. Sungguh, rasional/masuk akal
manusia, lebih mementingkan perut atau nafsu serta keadaan
nyaman – walau di tengah-tengah musuh – daripada kelaparan
dalam
kebebasan.
Sungut-sungut
yang
menyangsikan/
meragukan akan kekuatan TUHAN Allah yang telah memimpin
bangsa ini keluar dan bebas dari perbudakan tanah mesir.
Walau dalam sungut-sungutnya masih menempatkan TUHAN
sebagai “Sang Pemilik Hidup” dan “Kuasa atas Kematian” – kalau
kami mati tadinya di tanah Mesir oleh tangan TUHAN –. Dan jika
memperhatikan pada perikop sebelumnya, tidak hanya satu kali
bangsa ini bersungut-sungut kepada Tuhan akan keadaan yang
ternyata – menurut pikiran manusia – tidak lebih baik.
Sungut-sungut bangsa Israel didengar oleh TUHAN, lalu
berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Sesungguhnya Aku akan
menurunkan dari langit hujan roti bagimu; maka bangsa itu akan
keluar dan memungut tiap-tiap hari sebanyak yang perlu untuk
sehari, supaya mereka Kucoba, apakah mereka hidup menurut
hukum-Ku atau tidak.”(ay.4). Inilah wujud KASIH dan Penyertaan
serta Pemeliharaan Allah akan umat-Nya yang sungguh-sungguh
dikasihi. Namun, Kasih yang Tulus ini memberikan tanggung
jawab kepada yang menerimanya, yaitu bagaimana mereka yang
menerima diuji akan hidupnya, apakah mereka hidup menurut
hukum TUHAN atau malah melanggarnya. Tanggung jawab yang
harus diemban oleh penerima Kasih/Anugerah kebebasan,
bahkan pemeliharaan akan jasmaninya – hal makanan yaitu roti
yang turun dari langit bagaikan hujan – yang pada pagi harinya
56
bangsa ini dapat memungutnya tiap-tiap hari sebanyak yang
diperlukan dalam sehari.
TUHAN ALLAH MENDENGAR SUNGUT-SUNGUT UMATNYA
Kata Musa kepada Harun: "Katakanlah kepada segenap
jemaah Israel: Marilah dekat ke hadapan TUHAN, sebab Ia telah
mendengar sungut-sungutmu." (ay.9). Seorang pemimpin yang
memiliki kharisma dan hati dekat dengan TUHAN, sebab dari
yang dikatakannya kepada Harun, adalah ajakan untuk
mendekat ke hadapan TUHAN, dan bukan hardikan kemarahan.
Oleh karena sungut-sungut bangsa ini didengar oleh TUHAN,
membawa tanggung jawab untuk datang ke hadapan TUHAN.
Datang untuk mendekat, kepada TUHAN yang telah
mendengarkan sungut-sungut bangsa ini dan menyediakan
berkat, serta memelihara kehidupan bangsa ini bukan hanya
dalam hal jasmani tetapi lebih daripada itu yaitu bagaimana
bangsa ini merasakan kebebasan yang sesungguhnya. Bukan
hanya keadaan nyaman dalam hal jasmani tetapi dalam keadaan
yang terbelenggu atau terpenjara, menjadi budak dari bangsa
lain. Ini adalah situasi atau keadaan yang benar-benar tidak
bebas. Maka, TUHAN memiliki kehendak untuk membawa
bangsa Israel menuju kebebasan dan berada kembali ke tanah
yang telah dijanjikan kepada nenek moyang bangsa ini.
Sehingga, TUHAN tidak menginginkan bangsa ini kembali
kepada perbudakan, tetapi kepada kemerdekaan yang
sesungguhnya di dalam negeri sendiri. Hal ini nampak ketika
TUHAN menampakkan kemuliaan-Nya dalam awan yang terus
menyertai langkah perjalanan bangsa Israel menuju Kanaan.
Bukti bahwa TUHAN sungguh-sungguh mendengar sungut
sungut dari bangsa Israel dan menyatakan kasih-Nya atas
pemeliharaan bangsa ini adalah sesuai dengan apa yang
dikatakan oleh TUHAN kepada Musa: "Aku telah mendengar
sungut-sungut orang Israel; katakanlah kepada mereka: Pada
waktu senja kamu akan makan daging dan pada waktu pagi
kamu akan kenyang makan roti; maka kamu akan mengetahui,
bahwa Akulah TUHAN, Allahmu."(ay. 12).
Jelas dikatakan,
bahwa TUHAN merawat umat-Nya ini dengan jeli dan pas, pagi
dikenyangkan dengan roti dan senja akan makan daging.
57
PEMELIHARAAN TUHAN ATAS HIDUP UMATNYA
Sungguh sempurna, apa yang dilakukan oleh TUHAN kepada
umat-Nya, ketika bersungut-sungut didengar-Nya, dan apa yang
menjadi keluhannya dinyatakan dalam sabda-Nya: “Pada waktu
petang datanglah berduyun-duyun burung puyuh yang menutupi
perkemahan itu; dan pada waktu pagi terletaklah embun
sekeliling perkemahan itu. Ketika embun itu telah menguap,
tampaklah pada permukaan padang gurun sesuatu yang halus,
sesuatu yang seperti sisik, halus seperti embun beku di bumi.”
(ay.13-14). Perhatian dan pemeliharaan akan jasmani/perut
bangsa Israel berupa burung puyuh pada waktu petang dan roti
– yang kemudian disebut sebagai manna – pada waktu pagi.
TUHAN mengenyangkan mereka yang lapar dengan roti dan
daging. Roti manna yang muncul setelah embun pagi lewat,
disusul burung puyuh yang berdatangan dengan berduyunduyun pada waktu petang. Tidak ada yang terlewatkan oleh
TUHAN kepada umat-Nya yang dikasihi. Walaupun tanggapan
atau respon dari bangsa Israel justru terlihat “tidak percaya”
atau tidak tahu apa itu, hingga mereka bertanya “Apakah
ini?”(ay.15). Inilah roti yang diberikan TUHAN kepada bangsa ini
sebagai makanannya. Inilah wujud cinta kasih TUHAN pada
umat-Nya. TUHAN memelihara umat-Nya. TUHAN mengasihi dan
menjaga umat-Nya.
Semua itu dilakukan-Nya dengan setia, dan penuh
pengharapan akan umat yang mau setia dan taat kepada-Nya.
TUHAN melakukan oleh karena belas kasihan-Nya atas umat
yang tertindas, terhimpit, terdesak, umat yang lapar, umat yang
haus. TUHAN yang demikian baik, dan ingin menunjukan
kebaikan-Nya, bahwa inilah Aku,TUHAN yang membawa engkau
keluar dari tanah Mesir.
KONTEKS MASA KINI
 25 tahun Sinode GKSBS, sungguh membawa warna dalam
kehidupan ini. Bahwa di dalam usia 25 tahun, bila
diibaratkan sebagai seseorang, maka seseorang yang telah
berusia 25 tahun ini sedang mengalami proses kehidupan
untuk memantapkan pilihan, banyak yang memang harus
dipikirkan. Tentang pasangan hidup, tentang pekerjaan, atau
58



pilihan menikah atau tidak. Maka 25 tahun Sinode GKSBS,
waktu atau masa bertumbuh menuju kedewasaan yang
matang. Usia yang matang untuk memantapkan pilihan mau
makin baik atau tidak.
HUT ke-67 NKRI. Sebagai warga negara yang bertanggung
jawab untuk tugas panggilan membawa damai sejahtera ke
tengah-tengah dunia, maka harus mewujud juga dalam
masyarakat lingkungan di tempat kita tinggal. Dengan
tingkah laku kita dan melalui sikap hidup kita sebagai orang
Kristen di tengah-tengah masyarakat, hingga masyarakat
merasakan damai bila ada orang Kristen. Dan bukan
sebaliknya, menimbulkan ketidaksejahteraan atau malah
kerusuhan bila kita ada
Situasi bulan-bulan dimana masa panen telah lewat atau
bahkan habis tetapi masih harus menanggung kebutuhan
yang banyak dan masih menanti hasil ladang/panen
tanaman berikutnya. Situasi di mana petani harus
menyisihkan atau memakai tabungan – jika ada – untuk
kebutuhan-kebutuhan keluarga, pendidikan dan modal
pemeliharaan/pemupukan tanaman olahan petani.
Hari besar Agama Islam, dimulai dengan ibadah Puasa dan
Idul Fitri tahun 2012. Keadaan dimana, memungkinkan
harga-harga bahan pokok meningkat, tetapi penghasilan atau
pendapatan yang tetap tidak ada kenaikan.
(Pengkhotbah dapat Menggali isu-isu yang kontekstual)
SARAN PENYUSUNAN KOTBAH
Pendahuluan
Pengkotbah dapat membuka dengan mengajukan sebuah
pertanyaan : “Apakah saudara pernah bersungut-sungut?” atau
bisa dengan “Apakah saudara tahu bersungut-sungut?”
Pengkotbah dapat menggali jawaban dari jemaat (berdialog
secara langsung), namun pengkotbah diharapkan telah memiliki
dan memahami apa arti dan contoh bersungut-sungut. Sungutsungut identik dengan menggerutu = protes kepada seseorang
atas situasi yang menurutnya seharusnya tidak demikian.
Contohnya bangsa Israel, dengan jelas mereka bersungut-sungut
dengan mengatakan lebih baik dahulu daripada sekarang.
59
Perasaan tidak mau menerima keadaan yang sedang dihadapi
saat ini dan memperbandingkan dengan situasi/keadaan pada
saat yang telah lalu. Apa yang menyebabkan? Persoalan yang
terjadi adalah persoalan perut atau makanan.
Bila ada jawaban dari anggota jemaat, berikan apresiasi dan
bila mungkin bertanya mengapa bersungut-sungut... hal ini
dapat dilakukan kepada beberapa anggota jemaat yang lain. Dan
jangan lupa memberikan apresiasi atau penghargaan baik ada
atau tidak ada jawaban dari anggota jemaat.
Isi
Pengkotbah memperhatikan pada penjelasan teks. Dengan
memperhatikan sub judul, isi terbagi menjadi:
 Memberikan penjelasan mengapa Bangsa Israel bersungutsungut.
 Bagaimana tanggapan TUHAN atas sungut-sungut bangsa
Israel yang adalah umat yang dikasihi-Nya, umat yang telah
dibawa keluar dari tanah perbudakan Mesir.
 Bahwa TUHAN begitu setia telah mendengarkan sungutsungut bangsa Israel, dan
 Jawaban TUHAN begitu indahnya karena perhatian dan
pemeliharaan TUHAN atas umat-Nya ini, begitu juga untuk
saat ini. Perhatikan konteks masa kini.
Penutup
Pengkotbah
dapat
mengakhiri
kotbahnya
dengan,
memperhatikan konteks masa kini, apakah perhatian,
pemeliharaan TUHAN sungguh dirasakan dalam kehidupan kita
sebagai manusia, sebagai orang Kristen. Dimana kita pun tidak
terlepas dari sungut-sungut atas apa yang telah diterimakan
dalam kehidupan ini. Tarik sebuah simpulan yang terbuka, yaitu
bahwa begitu setianya TUHAN kepada umat-Nya yang pernah
bersungut-sungut, dan tetap setia dengan kasih-Nya memberkati
dan memelihara. Begitu pula dengan saat ini, TUHAN adalah
Allah yang setia dan memelihara kehidupan kita, maka setialah
dan hiduplah dengan begitu dekat dengan TUHAN yang
empunya Kasih yang Sempurna. Amin.
60
Liturgi :
Nats Pembimbing
Berita Anugerah
Petunjuk Hidup Baru
Nats Persembahan
Lagu – lagu
1. KJ. 10
2. KJ. 144b
3. KJ. 40
4. KJ. 42
5. KJ. 364
6. KJ. 408
:
PKJ.
PKJ.
PKJ.
PKJ.
PKJ.
PKJ.
:
:
:
:
Yohanes 6:29,35
Yohanes 6:54-56
Efesus 5:15-20
Efesus 5:1-2
14
15
37
274
146
212
Contoh Kotbah Jadi
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Dalam kehidupan kita “Apakah saudara pernah bersungutsungut?” ... (tunggu jawaban dari jemaat) (bila tidak ada yang
menjawab ajukan pertanyaan) “Apakah saudara tahu bersungutsungut?” (kembali tunggu jawaban dari anggota jemaat)
(Bila ada jawaban dari anggota jemaat, berikan apresiasi dan bila
mungkin bertanya mengapa bersungut-sungut... hal ini dapat
dilakukan kepada beberapa anggota jemaat yang lain. Dan
jangan lupa memberikan apresiatif atau penghargaan atas
apapun jawaban dari anggota jemaat.)
Sungut-sungut itu identik/sama dengan menggerutu = protes
kepada seseorang atas situasi yang menurutnya seharusnya
tidak demikian. Contohnya : tanpa disadari ketika kita dalam
kondisi pulang dari bekerja baik di kantor atau di
ladang/sawah/pasar, letih, lesu, lapar mungkin juga haus, cape,
penat karena urusan kantor/ada persoalan dengan murid, dll.
Sampai di rumah, keadaan di rumah yang semula diharapkan
mungkin membawa ketenangan, kelegaan ada senyuman atau
gelak tawa, ternyata mungkin lebih parah/tidak ada apa-apa
61
untuk menjawab lelah, letih, lapar dan haus. Maka bisa saja
mengatakan: “Ah, lebih baik aku tadi mampir di warung sate,
atau masakan padang – atau Ah, lebih baik aku tadi di kantor
saja lembur, atau main di mall dll. daripada pulang ke rumah
tapi tidak ada yang menggembirakan. Mengapa? Karena ada
sesuatu yang tidak terjawab dalam keinginannya.
Begitu juga dengan bangsa Israel, dengan jelas mereka
bersungut-sungut dengan mengatakan lebih baik dahulu
daripada sekarang. Perasaan tidak mau menerima keadaan yang
sedang dihadapi saat ini dan memperbandingkan dengan
situasi/keadaan pada saat yang telah lalu. Apa yang
menyebabkan?
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Yang menyebabkan bangsa Israel bersungut-sungut adalah
kondisi dan keadaan yang dialami oleh bangsa ini semula
merasakan kenyamanan berada di tanah Mesir, walau dalam
posisi sebagai tahanan atau budak. Sungut-sungut bangsa ini
atas keadaannya sampai kepada pemimpinnya yaitu Musa dan
Harun, bahwa isi dari sungut-sungut itu adalah “Ah, kalau kami
mati tadinya di tanah Mesir oleh tangan TUHAN ketika kami
duduk menghadapi kuali berisi daging dan makan roti sampai
kenyang! Sebab kamu membawa kami keluar ke padang gurun ini
untuk membunuh seluruh jemaah ini dengan kelaparan."(ay.3).
Bahwa lebih baik mati dalam keadaan kenyang di tempat
perbudakan, daripada di padang gurun dengan kelaparan.
Sungguh, rasional/masuk akal manusia, lebih mementingkan
perut atau nafsu serta keadaan nyaman – walau di tengahtengah musuh – daripada kelaparan dalam kebebasan. Sungutsungut yang menyangsikan/meragukan akan kekuatan TUHAN
Allah yang telah memimpin bangsa ini keluar dan bebas dari
perbudakan tanah mesir. Walau dalam sungut-sungutnya masih
menempatkan TUHAN sebagai “Sang Pemilik Hidup” dan “Kuasa
atas Kematian” – kalau kami mati tadinya di tanah Mesir oleh
tangan TUHAN –. Dan jika memperhatikan pada perikop
sebelumnya, tidak hanya satu kali bangsa ini bersungut-sungut
kepada Tuhan akan keadaan yang ternyata – menurut pikiran
manusia – tidak lebih baik.
62
Sungut-sungut bangsa Israel didengar oleh TUHAN, lalu
berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Sesungguhnya Aku akan
menurunkan dari langit hujan roti bagimu; maka bangsa itu akan
keluar dan memungut tiap-tiap hari sebanyak yang perlu untuk
sehari, supaya mereka Kucoba, apakah mereka hidup menurut
hukum-Ku atau tidak.”(ay.4). Inilah wujud KASIH dan Penyertaan
serta Pemeliharaan Allah akan umat-Nya yang sungguh-sungguh
dikasihi. Namun, Kasih yang Tulus ini memberikan tanggung
jawab kepada yang menerimanya, yaitu bagaimana mereka yang
menerima diuji akan hidupnya, apakah mereka hidup menurut
hukum TUHAN atau malah melanggarnya. Tanggung jawab yang
harus diemban oleh penerima Kasih/Anugerah kebebasan,
bahkan pemeliharaan akan jasmaninya – hal makanan yaitu roti
yang turun dari langit bagaikan hujan – yang pada pagi harinya
bangsa ini dapat memungutnya tiap-tiap hari sebanyak yang
diperlukan dalam sehari.
Lalu apa yang dilakukan oleh TUHAN mendengarkan sungutsungut bangsa ini? Kata Musa kepada Harun: "Katakanlah
kepada segenap jemaah Israel: Marilah dekat ke hadapan
TUHAN, sebab Ia telah mendengar sungut-sungutmu." (ay.9).
Seorang pemimpin yang memiliki kharisma dan hati dekat
dengan TUHAN, sebab dari yang dikatakannya kepada Harun,
adalah ajakan untuk mendekat ke hadapan TUHAN, dan bukan
hardikan kemarahan. Oleh karena sungut-sungut bangsa ini
didengar oleh TUHAN, membawa tanggung jawab untuk datang
mendekat ke hadapan TUHAN.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Datang untuk mendekat, kepada TUHAN yang telah
mendengarkan sungut-sungut bangsa ini dan menyediakan
berkat, serta memelihara kehidupan bangsa ini bukan hanya
dalam hal jasmani tetapi lebih daripada itu yaitu bagaimana
bangsa ini merasakan kebebasan yang sesungguhnya. Bukan
hanya keadaan nyaman dalam hal jasmani tetapi dalam keadaan
yang terbelenggu atau terpenjara, menjadi budak dari bangsa
lain. Ini adalah situasi atau keadaan yang benar-benar tidak
bebas. Maka, TUHAN memiliki kehendak untuk membawa
bangsa Israel menuju kebebasan dan berada kembali ke tanah
63
yang telah dijanjikan kepada nenek moyang bangsa ini.
Sehingga, TUHAN tidak menginginkan bangsa ini kembali
kepada perbudakan, tetapi kepada kemerdekaan yang
sesungguhnya di dalam negeri sendiri. Hal ini nampak jelas
ketika TUHAN menampakkan kemuliaan-Nya dalam awan yang
terus menyertai langkah perjalanan bangsa Israel menuju
Kanaan.
Bukti bahwa TUHAN sungguh-sungguh mendengar sungutsungut dari bangsa Israel dan menyatakan kasih-Nya atas
pemeliharaan bangsa ini adalah sesuai dengan apa yang
dikatakan oleh TUHAN kepada Musa: "Aku telah mendengar
sungut-sungut orang Israel; katakanlah kepada mereka: Pada
waktu senja kamu akan makan daging dan pada waktu pagi
kamu akan kenyang makan roti; maka kamu akan mengetahui,
bahwa Akulah TUHAN, Allahmu."(ay. 12). Jelas dikatakan, bahwa
TUHAN merawat umat-Nya ini dengan jeli dan pas, pagi
dikenyangkan dengan roti dan senja akan makan daging.
Sungguh sempurna, apa yang dilakukan oleh TUHAN kepada
umat-Nya, ketika bersungut-sungut didengar-Nya, dan apa yang
menjadi keluhannya dinyatakan dalam sabda-Nya : “Pada waktu
petang datanglah berduyun-duyun burung puyuh yang menutupi
perkemahan itu; dan pada waktu pagi terletaklah embun
sekeliling perkemahan itu. Ketika embun itu telah menguap,
tampaklah pada permukaan padang gurun sesuatu yang halus,
sesuatu yang seperti sisik, halus seperti embun beku di bumi.”
(ay.13-14). Perhatian dan pemeliharaan akan jasmani/perut
bangsa Israel berupa burung puyuh pada waktu petang dan roti
– yang kemudian disebut sebagai manna – pada waktu pagi.
TUHAN mengenyangkan mereka yang lapar dengan roti dan
daging. Roti manna yang muncul setelah embun pagi lewat,
disusul burung puyuh yang berdatangan dengan berduyunduyun pada waktu petang. Tidak ada yang terlewatkan oleh
TUHAN kepada umat-Nya yang dikasihi. Walaupun tanggapan
atau respon dari bangsa Israel justru terlihat “tidak percaya”
atau tidak tahu apa itu, hingga mereka bertanya “Apakah
ini?”(ay.15). Inilah roti yang diberikan TUHAN kepada bangsa ini
sebagai makanannya. Inilah wujud cinta kasih TUHAN pada
64
umat-Nya. TUHAN memelihara umat-Nya. TUHAN mengasihi dan
menjaga umat-Nya.
Semua itu dilakukan-Nya dengan setia, dan penuh
pengharapan akan umat yang mau setia dan taat kepada-Nya.
TUHAN melakukan oleh karena belas kasihan-Nya atas umat
yang tertindas, terhimpit, terdesak, umat yang lapar, umat yang
haus. TUHAN yang demikian baik, dan ingin menunjukan
kebaikan-Nya, bahwa inilah Aku,TUHAN yang membawa engkau
keluar dari tanah Mesir.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Jika kita memperhatikan situasi dan kondisi kita saat ini,
berbagai peristiwa yang telah terjadi, sebagai persekutuan gereja
se-GKSBS yang baru saja merayakan 25 tahun Sinode GKSBS.
Bahwa di dalam usia 25 tahun, bila diibaratkan sebagai
seseorang, maka seseorang yang telah berusia 25 tahun ini
sedang mengalami proses kehidupan untuk memantapkan
pilihan, banyak yang memang harus dipikirkan. Tentang
pasangan hidup, tentang pekerjaan, atau pilihan menikah atau
tidak. Maka 25 tahun Sinode GKSBS, waktu atau masa
bertumbuh menuju kedewasaan yang matang. Usia yang matang
untuk memantapkan pilihan mau makin baik atau tidak.
apakah perhatian, pemeliharaan TUHAN sungguh dirasakan
dalam kehidupan kita? Ketika kita merayakan dan memperingati
HUT ke-67 NKRI, sebagai warga negara yang bertanggung jawab
untuk tugas panggilan membawa damai sejahtera ke tengahtengah dunia, maka harus mewujud juga dalam masyarakat
lingkungan
ditempat
kita
tinggal.
apakah
perhatian,
pemeliharaan TUHAN sungguh dirasakan dalam kehidupan kita?
Terlebih situasi bulan-bulan dimana masa panen telah lewat
atau bahkan habis tetapi masih harus menanggung kebutuhan
yang banyak dan masih menanti hasil ladang/panen tanaman
berikutnya. Situasi di mana petani harus menyisihkan atau
memakai tabungan – jika ada – untuk kebutuhan-kebutuhan
keluarga, pendidikan dan modal pemeliharaan/pemupukan
tanaman olahan petani. Dan keadaan dimana, memungkinkan
65
harga-harga bahan pokok meningkat, tetapi penghasilan atau
pendapatan yang tetap tidak ada kenaikan. Dimana kita pun
tidak terlepas dari sungut-sungut atas apa yang telah
diterimakan
dalam
kehidupan
ini.
apakah
perhatian,
pemeliharaan TUHAN sungguh dirasakan dalam kehidupan kita?
Begitu setianya TUHAN kepada umat-Nya yang pernah
bersungut-sungut, dan tetap setia dengan kasih-Nya memberkati
dan memelihara. Begitu pula dengan saat ini, TUHAN adalah
Allah yang setia dan memelihara kehidupan kita, maka setialah
dan hiduplah dengan begitu dekat dengan TUHAN yang
empunya Kasih yang Sempurna. Marilah, kita hidup untuk
makin dekat, semakin dekat dengan TUHAN dalam persekutuan,
kesaksian dan pelayanan. Dan hiduplah dengan gembira atau
happy menjadi orang Kristen, karena kita telah diselamatkan
oleh Kristus yang adalah Roti Hidup. Bahwa pemeliharaan
sempurna itu ada dalam Kristus Yesus yaitu dengan korban
darah dan daging-Nya, kita beroleh hidup kekal. Amin. (KDW)
***
66
RANCANGAN KOTBAH 2 September 2012
Minggu Trinitas 14; Warna Liturgi Hijau
Bacaan : Yakobus 1:19-27
Thema:
BACAAN LEKSIONARI :
Ulangan 4:1-2, 6-9, Mazmur 15,
Yakobus 1:19-27,
Markus 7:1-8, 14-15,21-23
PENYEMBAH ALLAH YANG TAAT
Tujuan:
Anggota jemaat berperan sebagai penyembah Allah yang taat.
Latar belakang teks
Surat Yakobus ditulis oleh Rasul Yakobus yang ditujukan
kepada dua belas suku atau umat Kristen keturunan Yahudi
yang ada di perantauan (terpencar-pencar), hal ini nampak dari
isi karangan yang bercirikan hikmat kebijaksanaan seperti yang
terdapat dalam Perjanjian Lama.
Ketika membaca surat Yakobus dengan teliti, maka kita
dapat mengetahui dengan jelas keadaan umat Kristen Yahudi
pada saat itu. Masalah ajaran dogmatis tidak begitu
dipersoalkan, yang menjadi persoalan serius adalah masalah
moral atau kelakukan umat yang memprihatinkan. Umat Kristen
hidup di tengah-tengah dunia komersil, sementara orang-orang
tobatan baru dihadapkan pada berbagai macam pencobaan
demi iman mereka. Bahkan di antara orang-orang Kristen pun
tidak ada kerukunan sejati, ada sikap pilih kasih yang dilakukan
oleh umat dengan mengutamakan orang kaya, di samping itu
terjadi penggolongan-penggolongan diantara mereka. Ada juga
anggota umat yang mengejar pangkat, dan ada yang berdagang
dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan kehendak Allah, ada
pula umat Kristen yang bertengkar dan bertikai yang
menimbulkan fitnah, iri hati, dusta, dan kebencian serta saling
menyalahkan. Selain itu juga disinggung ada tuan-tuan tanah
yang bersikap tidak adil. Secara jelas inti keberadaan umat
Kristen pada saat itu sudah kehilangan hidup kekristenan sejati
dan hanya condong ke formalitas belaka.
67
Tafsiran:
Ayat 19-21:
Nasihat Yakobus, hendaknya setiap orang lebih cepat
untuk mendengar orang lain daripada bicara terlalu banyak
atau berkata-kata dalam suasana marah. Karena
kemarahan seseorang dapat menghancurkan kebenaran
(kasih karunia) Allah. Kebenaran menuntut seseorang agar
menjauhkan diri dari segala kejahatan, atau lebih positif
mau mendengarkan dan mematuhi (menerima dengan
lemah lembut) firman Allah, yang menghasilkan karya
keselamatan dalam jiwa.
Ayat 22-25:
Karena dari beberapa pembacanya (umat) tidak berbuat
sesuai dengan firman, Yakobus menekankan perlunya
“melakukan”
Firman
dalam
rangka
melengkapi
“mendengarkan”. Jika seseorang mendengarkan firman
tetapi ia tidak melakukan firman maka ia adalah penipu.
Yakobus mengumpamakan orang yang mendengarkan
firman tetapi tidak melakukannya, ia seperti seseorang
yang mengamat-amati mukanya di depan cermin. Baru saja
memandang wajahnya ia sudah pergi dan segera lupa akan
wajahnya. Firman Tuhan yang seharusnya menjadi alat
untuk bercermin, untuk mengevaluasi diri, sehingga
mengetahui keberadaan diri yang sebenarnya (ada
kekurangan dan mengetahui apa yang harus dilakukan),
tetapi setelah didengarkan tetap tidak dilakukan,
menjadikan keberadaan dirinya tetap sama, tidak ada
perubahan. Ketika seseorang mau meneliti/mempelajari
hukum yang memerdekakan yaitu Firman Allah dan
berusaha tekun di dalamnya, bukan hanya mendengar
untuk melupakannya tetapi sungguh-sungguh mau
melakukannya, maka ia menjadi bahagia karena
perbuatannya.
Ayat 26-27:
Yakobus memberikan tiga contoh patokan umum dalam
melakukan ibadah yang direalisasikan (dipraktekan), yaitu
mengekang
lidah,
membantu
meringankan
beban
68
penderitaan para janda dan anak-anak yatim piatu demi
Allah, serta menjaga dan menghindari diri dari kecemaran
dunia.
Konteks Masa Kini:
 Situasi jaman yang mengarah kepada dunia materialistis
yang penuh dengan persaingan, persaingan kadang menjadi
tidak sehat dengan saling menjatuhkan satu dengan yang
lain.
 Tekanan Hidup yang dirasa semakin berat menjadikan
seseorang mempuyai gaya hidup individualistis, hal ini
nampak dari sikap hidup yang tidak mau tahu dengan
penderitaan orang lain, dan seseorang mudah marah bila
kepentingannya terganggu.
 Pemerintah memberikan kebebasan untuk beribadah kepada
warga negara, namun yang terjadi ibadah yang dilakukan
oleh sebagian anak bangsa ini hanya sekadar formalitas,
masih banyak yang mempunyai pemahaman bahwa ibadah
hanya berkaitan dengan acara-acara ritual keagamaan dan
terlepas dari kehidupan nyata, sehingga masih banyak
kejahatan dilakukan oleh anak bangsa ini meskipun mereka
adalah orang-orang yang “beribadah”.
 Tidak sedikit umat Tuhan yang senang beribadah mendengar
firman Tuhan, karena firman itu menguatkan dan menghibur
dirinya, tetapi ketika firman berkaitan dengan tindakan yang
mengandung resiko (misalnya: berkurban untuk orang lain
yang mungkin dirasa “merugikan” dirinya) ternyata tidak
banyak yang serius menindaklanjutinya dengan tindakan
nyata, bahkan ada yang langsung melupakan firman yang
baru saja didengarnya.
Saran penyusunan kotbah:
 Pendahuluan
Jelaskan kepada jemaat bahwa bangsa kita adalah bangsa
yang menyembah Allah, hal ini nampak ketika hari Minggu
banyak orang Kristen pergi ke gereja, orang Hindu ke Pure,
setiap hari jumat saudara kita Muslim ke Masjid, dan yang
Budha ke Vihara. Jelaskan pula bahwa semua ajaran agama
mengajarkan hal-hal yang baik (mengajar kebenaran yang
69


bisa diterima secara universal/umum). Meskipun mereka
rajin dating ke tempat-tempat ibadah, mengapa masih
banyak kejahatan di negri ini?,sehingga situasi jauh dari
damai sejahtera Allah (jauh dari keselamatan yang Tuhan
berikan, jauh dari kebahagiaan) padahal mereka ini adalah
penyembah Allah. Kunci jawabannya adalah mereka
menyembah Allah dengan, mendengarkan khotbah, ceramah,
tetapi tidak mau melakukannya, tidak taat kepada ajaran.
Ibadah dilakukan hanya sebagai rutinitas untuk memenuhi
syarat hidup beragama.
Isi
Jelaskan nasihat Yakobus tentang pentingnya mendengar
dan melakukan. Terangkan ibadah yang dipraktekan
menurut Yakobus (mengendalikan lidah, peduli kepada
janda-janda miskin dan anak yatim, selain itu juga hidup
dengan tidak dicemarkan oleh dunia ini). Lihat penjelasan
teks)
Penutup
Motivasi jemaat untuk tekun menyembah kepada Allah,
dengan senantiasa mau mendengar dan mau menerima
firman, selain itu tekankan juga firman yang harus
dilakukan. Sehingga jemaat menjadi penyembah Allah yang
Taat.
Liturgi :
Nats Pembimbing
Berita Anugerah
Persembahan
Nyanyian:
PKJ: 04
PKJ: 187
PKJ: 264
PKJ: 147
PKJ: 182
PKJ: 230
: Markus 7:6b-7a
: Ulangan 4:1
: Roma 12: 1-2
KJ: 21
KJ: 260
KJ:338
KJ:450
KJ:422
KJ:467
***
70
CONTOH KHOTBAH JADI
Jemaat yang dikasihi dan yang mengasihi Tuhan,
Mencermati kehidupan umat beragama di negri ini, kita bisa
melihat bahwa bangsa ini adalah bangsa yang menyembah
Tuhan. hal ini nampak jelas ketika pada hari Minggu umat yang
beragama Kristen pergi ke Gereja, pada hari Jumat saudarasaudara kita Muslim menuju ke Masjid, yang Hindu ke Pure, dan
yang Budha ke Vihara. Diakui atau tidak bahwa agama-agama
yang ada mengajarkan tentang kebaikan dan kebenaran yang
dapat diterima secara universal/umum.
Bila bangsa ini adalah bangsa yang menyembah kepada Allah
dan semua agama mengajarkan tentang kebaikan dan
kebenaran, mengapa di negri ini masih banyak kejahatan dan
penderitaan?
Misalnya
korupsi,
prostitusi,
penipuan,
perampokan, konflik sosial, kelaparan terjadi di mana-mana,
sehingga damai sejahtera dan kebahagiaan hidup semakin jauh
dirasakan oleh sebagian besar masyarakat di negri ini, Apakah
Agama gagal menjalankan fungsinya? Dan apakah sudah
menjamin umat akan melakukan yang baik ketika mereka sudah
pergi beribadah dengan mendengarkan khotbah? Tentu saja
tidak!
Salah satu jawabannya adalah banyak orang beribadah
menyembah Allah, tetapi tidak melakukan ajaran agamanya,
tidak nglakoni. Ibadah dan penyembahan kepada Allah hanya
sebuah formalitas dan rutinitas tanpa makna. Dan situasi
seperti ini tentu tidak sesuai dengan kehendak Allah.
Jemaat yang dikasihi Tuhan,
Melihat kenyataan di atas kita diingatkan kembali oleh sabda
Tuhan melalui surat Yakobus yang ditujukan kepada umat
Yahudi yang ada di perantauan, yang keberadaan umat Kristen
pada saat itu sudah kehilangan semangat hidup kekristenan
sejati dan condong ke formalitas belaka. Dalam perikop bacaan
kita saat ini (Yakobus 1:19-27) kita bisa memahami, bagaimana
Yakobus mengingatkan umat untuk cepat mendengar dan
lambat untuk marah, karena kemarahan seseorang dapat
merusak atau menghancurkan kebenaran. Kebenaran Allah
71
menuntut seseorang untuk menjauhkan diri dari segala
kejahatan, atau lebih positif mau mendengarkan dan mematuhi
firman Allah, yang memungkinkan menghasilkan karya
keselamatan dalam jiwa. Selain mengingatkan pentingnya
mendengarkan firman Tuhan, rasul Yakobus juga menekankan
sikap melakukan firman Tuhan. Umat yang hanya menjadi
pendengar tanpa melakukan firman Tuhan maka ia menipu diri
sendiri.Yakobus mengumpamakan orang yang mendengar firman
tetapi tidak melakukannya, ia seperti seseorang yang mengamat
amati mukanya di depan cermin. Baru saja memandang
wajahnya ia sudah pergi atau segera lupa. Firman Tuhan yang
seharusnya menjadi alat untuk bercermin, mengevaluasi diri,
mengetahui keberadaan diri yang sebenarnya, tetapi setelah
didengar tetap tidak dilakukan, menjadikan keberadaan dirinya
tetap sama, tidak ada perubahan. Seseorang yang sungguhsungguh mendengar dan melakukannya, maka ia menjadi
bahagia. Hal ini menampakan adanya saling keterkaitan antara
menyembah Allah yang diwujudkan dengan ketaatan melakukan
kehendakNya, dan inilah yang sebenarnya disebut ibadah yang
benar. Rasul Yakobus sendiri memberikan tiga contoh ibadah
yang direalisasikan (dipraktekan), yaitu:
1. Mengekang lidah. bila seseorang mengaku beribadah tetapi
tidak mengekang lidahnya (menfitnah, atau dengan lidahnya
menyakiti hati sesamanya, dst) maka ibadahnya menjadi siasia
2. Membantu meringankan beban penderitaan para janda dan
anak-anak yatim piatu demi Allah. Ada sikap mengasihi
sesama yang ditunjukan dengan kepedulian bagi mereka
yang menderita. Janda dan anak-anak yatim ketika dilihat
dari status social dan ekonomi adalah sesama yang wajib
untuk ditolong. Perlu dihibur, dikuatkan dilindungi, dibela
hak-haknya, serta perlu dibantu dalam hal kebutuhan hidup.
3. Menjaga dan menghindari diri dari kecemaran dunia (dosa).
Sebagai umat yang sudah ditebus dan disucikan oleh Kristus,
umat masih hidup di dalam dunia yang penuh dengan
kejahatan dan dosa. Untuk itu sebagai umat yang beribadah,
bagaimana umat harus menjaga dirinya supaya tetap kudus
dengan tidak melakukan kecemaran, berusaha untuk
menghindar dan menjauh kan diri dari dosa/kecemaran yang
72
ditawarkan oleh dunia, sehingga ibadahnya tidak menjadi
sia-sia.
Jemaat yang dikasihi Tuhan,
Semakin
meningkatnya
kebutuhan
hidup
membuat
seseorang berusaha memenuhinya dengan berbagai cara.
Pemahaman waktu adalah uang, menjadikan, seseorang super
sibuk sehingga waktu untuk mendengarkan firman menjadi
berkurang. Selain itu persaingan hidup yang semakin terasa,
tanpa disadari menggiring seseorang untuk hidup saling
menjatuhkan, ditambah lagi dengan situasi hidup yang semakin
sulit, tidak sedikit yang menjadi egois, , tidak mau tahu dengan
penderitaan orang lain, yang penting aku baik. Belum lagi roh
jaman hedonism (mengejar kenikmatan dunia tanpa memikirkan
dosa) membawa sebagian umat lupa akan dirinya, dan jatuh
dalam kecemaran dunia.
Untuk itu melalui firman Tuhan pada saat ini kita semua
sebagai umat Tuhan, diingatkan kembali untuk mengubah
situasi menjadi baik, mengubah sesuatu yang baik tidak bisa
langsung mengubah orang lain menjadi baik, tetapi minimal
harus dimulai dari diri kita sendiri. Dan hal itu bisa terjadi
ketika kita mau menerima firman dan hidup di dalamya, mau
mendengarkan firman terlebih mau melakukannya. Dengan
menjadi pelaku-pelaku firman Tuhan kita dimampukan Tuhan
untuk menjadi teladan bagi yang lainnya, sehingga kita menjadi
penyembah-penyembah Allah yang taat. Amin (JOKO)
***
73
RANCANGAN KOTBAH 9 September 2012
Minggu Trinitas 15; Warna Liturgi Hijau
Bacaan : Yesaya 35:4-7a
Thema:
BACAAN LEKSIONARI :
Yesaya 35 :4-7a ; Mazmur 146;
Yakobus 2:1-10(11-13)14-17;
Markus 7:24-37
TUHAN MENEGAKKAN KEADILAN
Tujuan:
Agar jemaat memahami dan menyadari bahwa Tuhan Allah tetap menegakkan
keadilanNya bagi orang-orang yang berharap kepadaNya.
PENAFSIRAN TEKS
Perikop bacaan ini merupakan bagian dari Proto Yesaya (Yesaya
bagian pertama) yang ditulis sebelum Bangsa Israel mengalami
pembuangan.
Secara garis besar bagian Proto Yesaya ini berisi:
1. Nubuat tentang Yehuda dan Yerusalem. (Pasal 1 – 12)
2. Ancaman hukuman terhadap bangsa-bangsa. (Pasal 13 – 23)
3. Nubuat tentang akhir zaman (Pasal 24 – 27)
4. Kesesakan yang akan dialami oleh Bangsa Israel dan
kelepasan sesudahnya. (Pasal 28 – 35)
5. Cerita mengenai Yesaya ketika berada dalam zaman Raja
Hizkia (Pasal 36 – 39)
Dan perikop yang kita baca termasuk di dalam bagian
mengenai Kesesakan yang akan dialami oleh Bangsa Israel dan
kelepasan sesudahnya. (Pasal 28 – 35). Di sini kita bisa meihat
gambaran bagaimana Tuhan Allah akan menyatakan/
menegakkan keadilan bagi bangsa Israel dengan cara membalas
dan memberi ganjaran kepada musuh bangsa Israel, membuat
orang buta melihat, orang tuli mendengar, orang lumpuh
melompat, orang bisu bersorak. Penegakkan keadilan Tuhan
Allah ini bagaikan mata air di padang gurun, sungai di padang
belantara, bahkan diibaratkan seperti ada perubahan dari tanah
pasir yang panas menjadi kolam yang menyejukkan.
Gambaran di atas, itu dinyatakan oleh Allah kepada Bangsa
Israel untuk memperlihatkan bahwa ketika Bangsa Israel akan
74
mendapatkan penghukuman Tuhan Allah tidak akan tinggal
diam. Hal ini menunjukkan bahwa setelah Bangsa Israel
menjalani masa pembuangan, mereka akan menyaksikan
bagaimana Tuhan Allah menegakkan keadilan-Nya bagi mereka.
Walaupun mereka harus menghadapi penderitaan, mereka akan
diselamatkan oleh Tuhan Allah.
KONTEKS MASA KINI
 Situasi keamanan yang tidak kondusif.
 Banyak gereja sulit mendapatkan izin mendirikan gedung
gereja.
 Di Indonesia sering kali orang-orang kristen mendapatkan
perlakuan diskriminatif dari penguasa.
 Harga hasil pertanian yang tidak berpihak kepada petani,
panen gagal, dan peristiwa-peristiwa lain ketidakadilan
lainnya yang dialami oleh jemaat.
 Ada orang-orang cacat (difabel) yang menunjukkan karyakarya hebat.
 Ada pendampingan bagi mereka yang tertindas (contoh kasus
Moro-moro).
SARAN PENYUSUNAN KHOTBAH
Pendahuluan
 Pengkhotbah mengulas secara singkat situasi terkini yang
menunjukkan ketidak adilan dan ketimpangan sosial.
Isi
 Pengkhotbah menggambarkan bagaimana situasi Bangsa
Israel dalam masa pembuangan.
 Pengkhotbah menyampaikan bagaimana Tuhan Allah tidak
tinggal diam ketika Bangsa Israel dalam masa pembuangan.
 Pengkhotbah menyampaikan apa saja yang dilakukan Allah
di dalam menegakkan keadilan.
 Pengkhotbah memberikan contoh-contoh bagaimana karya
Tuhan yang tetap nyata sampai sekarang contohnya: orangorang cacat yang bisa menghasilkan karya-karya yang hebat,
75
persekutuan yang semakin erat ketika gereja dihambat
perizinannya,
mereka
yang
mengalami
penindasan
mendapatkan pendampingan dalam bentuk moril, materi,
dan advokasi di bidang hukum. Pergumulan yang dihadapi
oleh setiap jemaat misalnya harga hasil pertanian yang
turun, panen gagal, dll, ternyata Tuhan Allah tidak tinggal
diam, Tuhan Allah menegakkan keadilanNya bagi kita.
Penutup
 Pengkhotbah menguatkan jemaat untuk tidak tawar hati.
 Pengkhotbah menguatkan jemaat untuk tetap setia dan
berpengharapan.
Nats Pembimbing
: Mazmur 146 : 6 – 7
Berita Anugerah
: Mazmur 103 : 2 – 8
Petunjuk Hidup Baru
: Yakobus 2: 1 – 10
Nats Persembahan
: Mikah 6: 8
Nyanyian :
1. K J
4
:1–2
2. P K J 14
:
3. P K J 202
:1–2
4. K J
50a
: 1, 6 / PKJ 255 :
5. P K J 279
:1–3
6. K J
291
:1–
7. P K J 185
:1–3
***
76
Contoh Khotbah Jadi.
Bapak/Ibu/Sdr/i yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Ketika kita berbicara tentang keadilan pada saat ini,
sepertinya
banyak
orang
yang
sudah
malas
untuk
membahasnya. Kenapa malas membahasanya? Karena pada saat
ini sangat susah kita melihat adanya keadilan. Bahkan kita
sendiri juga mungkin sudah malas untuk berbicara keadilan.
Suasana negara yang tidak kondusif, dimana-mana banyak
terjadi ketidakadilan. Orang miskin mencuri dihukum dengan
hukuman yang berat, sedangkan koruptor bisa mendapatkan
hukuman yang ringan, malahan ada yang dibebaskan. Di dalam
kehidupan kita sebagai orang kristen di tengah masyarkat
mungkin juga mendapat perlakuan yang berbeda, misalnya di
dalam mencari pekerjaan, atau di dalam mendirikan rumah
ibadah yang izinnya dipersulit. Hal ini membuat kita semakin
malas untuk berbicara tentang keadilan, kita merasa percuma
berbicara tentang ketidakadilan, dan yang lebih parahnya lagi,
tanpa kita sadari kita memiliki pemikiran bahwa Allah saja tidak
peduli dengan keadaan kita pada saat ini, Tuhan Allah saja
mengabaikan dan tidak menunjukkan keadilanNya bagi kita.
Kita merasa dilupakan oleh Tuhan Allah.
Bapak/Ibu/Sdr/i yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Apakah benar Allah meninggalkan umatNya? Apakah benar
Allah tidak peduli dengan anak-anakNya? Perikop yang kita baca
pada saat ini mengisahkan bagaimana Allah akan menunjukkan
kepeduliaanNya kepada Bangsa Israel, bisa dibilang perikop
yang kita baca ini adalah janji Allah kepada Bangsa Israel untuk
membebaskan dan menyelamatkan Bangsa Israel, ketika mereka
berada di dalam masa pembuangan. Sama seperti kebanyakkan
bangsa yang berada didalam masa penjajahan atau
pembuangan, yang tidak akan mengalami kehidupan yang adil,
demikian juga dengan Bangsa Israel. Mereka tidak merasakan
keadilan, mereka ditindas, penderitaan yang mereka alami. Allah
mengetahui apa yang terjadi dengan Bangsa Israel, oleh karena
itu Tuhan Allah berjanji bahwa Dia tidak akan tinggal diam.
Tuhan Allah akan membebaskan dan menyelamatkan Bangsa
Israel dari tangan musuh-musuh yang menindas mereka. Bukan
77
hanya membebaskan dan menyelamatkan saja, akan tetapi ada
karya lain yang dinyatakan oleh Allah pada saat pembebasan itu,
mereka yang buta akan bisa melihat, mereka yang tuli bisa
mendengar, mereka yang lumpuh bisa melompat-lompat seperti
rusa, dan mereka yang bisu bisa bersorak-sorai untuk
merayakan karya Allah yang nyata di dalam hidup mereka, dan
ketika itu terjadi mereka bagaikan mendapatkan mata air di
padang gurun, sungai akan mengalir di padang belantara,
bahkan di dalam bacaan kita juga dikatakan bahwa ketika
pembebasan dan penyelamatan itu terjadi, mereka merasa
seperti berada di tanah pasir yang panas yang berubah menjadi
kolam yang menyejukkan. Dari hal-hal ini bisa kita lihat
bagaimana Tuhan Allah tetap menegakan keadilanNya ketika
Bangsa Israel berada di dalam masa pembuangan.
Bapak/Ibu/Sdr/i yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Lalu bagaimana dengan situasi pada saat ini? Mungkin kita
berpikir Allah tidak pernah berpihak dan menunjukkan
keadilanNya kepada orang-orang yang terpinggirkan, kepada
orang-orang miskin, kepada orang-orang yang tertindas, atau
mungkin kita juga berpikir bahwa Allah tidak pernah berpihak
kepada kita, misalnya ketika mau bangun gedung gereja dan
dipersulit oleh penguasa, kita merasa bahwa Allah tidak
berpihak kepada kita. Apakah benar bahwa Tuhan Allah tidak
berpihak kepada kita, kepada orang-orang yang disebutkan tadi?
Bukankah itu hanya pemikiran kita saja, atau mungkin itu kita
yang lakukan, seperti dalam Yakobus 2:1–10, yang mana hal
tersebut sangat manusiawi dimana orang akan melihat
keberadaan orang berdasarkan penampilan orang yang kita
lihat. Bukankah yang disebutkan di dalam Yakobus 2:1–10
tersebut ialah tindakan yang kita lakukan, bukan yang Allah
lakukan, dan ketika kita berpikir bahwa Allah tidak berpihak
kepada kita karena ketika kita akan mengurus izin mendirikan
gedung gereja dipersulit, jadi tandanya Allah berpihak kepada
kita ialah hanya sebatas kalau izin itu keluar?
Bapak/Ibu/Sdr/i yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Mari kita kembali melihat keberadaan orang-orang
disekitar kita, yang kita anggap bahwa Allah tidak menunjukkan
78
keadilanNya. Mari kita lihat orang-orang cacat yang bisa
menghasilkan karya-karya yang hebat, mari kita lihat orangorang yang miskin secara materi akan tetapi kaya akan iman
kepada Tuhan Allah dan akhirnya bisa tetap merasakan
indahnya kehidupan walaupun dengan keberadaan ekonomi
keluarga yang kurang, mari kita lihat orang-orang yang ditindas,
misalnya saudara-saudara kita di Moro-moro yang pada
akhirnya Allah berkarya menunjukkan keadilanNya bagi mereka
ialah dengan mengutus orang-orang dan kita semua juga untuk
terlibat di dalam membantu baik secara moril, materi dan
pendampingan-pendampingan lainnya. Mari kita lihat gerejagereja yang bergumul untuk mendirikan rumah ibadah, di mana
mereka bisa semakin memperat rasa persekutuan di antara
jemaat, mari kita lihat orang-orang yang merindukan pekerjaan,
ketika mereka bisa menyadari bahwa Allah peduli kepada
mereka dan menunjukkan keadilanNya dengan memberikan
mereka keahlian-keahlian khusus yang membuat mereka bisa
berusaha, atau di dalam kehidupan keluarga kita, kehidupan
pribadi kita, misalnya ketika harga hasil panen kita tidak sesuai
dengan biaya produksi yang kita keluarkan, panen gagal, ternak
terkena penyakit, atau kita mengalami peristiwa penipuan (kita
mengalami ketidakadilan). Apabila Tuhan Allah tidak peduli
dengan kita dan tidak menunjukkan keadilanNya kepada kita,
apakah kita akan tetap bertahan, mungkin kita katakan kita
bertahan karena kekuatan kita, mari kita refleksikan lebih dalam
lagi, mari kita ingat lagi karya-karya Allah yang menunjukkan
keadilanNya kepada kita, ternyata Tuhan Allah tidak tinggal
diam untuk menegakkan keadilanNya bagi kita.
Bapak/Ibu/Sdr/i yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Tuhan Allah tetap menunjukkan keadilanNya kepada setiap
orang yang tetap berharap kepadaNya, dan juga kepada kita.
Kita tidak perlu ragu akan keadilan Tuhan Allah. Kita hanya
perlu tetap setia kepadaNya, dan tetap berharap kepadaNya.
Dengan itu semua kita akan bisa merasakan bahwa TUHAN
ALLAH
MEMANG
BERKARYA
DAN
MENEGAKKAN
KEADILANNYA. Tuhan Memberkati kita semua. Amin. (DYAT)
79
RANCANGAN KOTBAH 16 September 2012
Minggu Trinitas 16; Warna Liturgi Hijau
Bacaan : Markus 8:27-38
Thema:
BACAAN LEKSIONARI :
Yes. 50: 4-9a, Mzm. 146,
Yak. 2:1-10,(11-13),14-17,
Mark. 8:27-38
Melihat Secara Baru
Tujuan:


Jemaat dapat belajar dari peristiwa pengungkapan Petrus tentang siapa Yesus.
Jemaat dapat belajar melihat secara baru arti kedatangan Yesus dan menjadi pengikut
Kristus
PENJELASAN TEKS
Sebelum memasuki perikop ini, kita bisa dapat membaca
peristiwa-peristiwa penyembuhan-penyembuhan yang dilakukan
oleh Yesus dan penentangan-penentangan Yesus terhadap
orang-orang Yahudi. Kisah perjalanan Yesus tersebut sangat
menakjubkan dan luar biasa. Dan di teks bacaan kita pada Mrk
8:27, Yesus menanyakan kepada para murid tentang siapa
dirinya menurut orang-orang yang pernah mereka dengar.
Selanjutnya Yesus memberikan pertanyaannya kembali tentang
siapa dirinya menurut para murid sendiri. Akhirnya Petrus
menjawab bahwa Yesus adalah Mesias dan Yesuspun melarang
dengan keras para murid untuk memberitahukan kepada
siapapun tentang siapa diriNya, artinya bahwa Yesus ingin
menegaskan bahwa diriNya adalah Mesias.
Tuhan Yesus memulai kata-katanya langsung setelah
pengakuan Petrus dengan menceritakan penderitaan dan
penolakan tua-tua, imam-imam kepala dan ahli Taurat yang
harus Ia alami sebagai akibat dari pekerjaan pelayananNya (31).
Dari pengakuan Yesus ini ternyata ada perbedaan dengan apa
yang dimaksudkan oleh Petrus. Pengakuan ini sebenarnya
mempunyai konsekuensi yang sangat serius, karena setiap sikap
Petrus nampaknya selalu dicocokan dengan kehendak Sang
Mesias yang diakuinya yaitu pembebas dari keterpurukan akibat
dari penjajahan Romawi. Petrus nampaknya menilai bahwa
konsep misianis dalam konteks sosial-politik (32).
80
Pembelaan atau penolakan Petrus atas cerita Yesus,
memperlihatkan godaan dan sulitnya keteguhan sebagai umat
pengikut Yesus. Petrus cenderung mengabaikan bahkan
menolak pengertian dalam konteks iman. Karenanya, Yesus
menegur Petrus dengan keras, tentang pikiran dan kehendak
siapa yang ia ikuti. Kehendak dirinya sendiri atau kehendak
Allah (33).
Selanjutnya Yesus menegaskan kembali persoalan mengikuti
diriNya/ syarat-syarat diperjelas dengan kalimat: “setiap orang
yang mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul
salibnya dan mengikut Aku (34):
Mengapa Tuhan Yesus perlu menyampaikan persyaratanpersyaratan itu? Agaknya orang yang mau mengikut Yesus
hanya memiliki keinginan untuk mendapatkan sesuatu bagi
dirinya sendiri, entah itu berupa kenikmatan, kesenangan,
kesembuhan, kesejahteraan, dan bahkan untuk menyelamatkan
nyawanya. Menurut Tuhan Yesus ini tidak benar. Oleh karena
itu Tuhan Yesus menambahkan pada ayat 35-36: “ Karena
barang siapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan
kehilangan nyawanya”. Dan sebaliknya. Dalam menjalankan
misi pemberitaan Injil, seseorang murid akan menghadapi
banyak penolakan, fitnah, rencana jahat, prasangka dll.
Sehingga kehilangan nyawanya adalah suatu konsekuensi yang
berat bagi para murid Tuhan Yesus. Nyawa adalah sesuatu yang
paling berharga bagi manusia. Menjadi pengikut berarti bersedia
memberikan hal yang paling berharga bagi kehidupannya. Di
sini Tuhan Yesus menuntut pengorbanan yang paling berharga
dalam hidup manusia, seperti yang dilakukanNya sendiri di
Golgota. Orang yang mau mengorbankan hidupnya untuk
Yesus dan untuk Injil akan diselamatkan. Sebaliknya, usaha
untuk menghindarkan diri dari misi Allah justru membuat orang
kehilangan nyawanya, sebab ia hanya mementingkan hidupnya
sendiri di dunia ini dan tidak pernah memikirkan misi Allah. Ia
akan kehilangan kesempatan untuk menyelamatkan hidupnya
dalam penghakiman Illahi. Karena itu Tuhan Yesus menyataan
bahwa orang yang mempertahankan nyawanya, justru akan
kehilangan nyawanya. Pada ayat (38, 9:1)Tuhan Yesus
81
menguatkan pengajaranNya dengan mengatakan
kedatanyanNya dan tentang KerajaanNya.
tentang
KONTEKS
1. Lingkungan adalah tempat di mana kita bisa bertumbuh dan
berkembang. Disadari cara pandang dan pola berfikir kita
dipengaruhi oleh lingkungan tersebut.
2. Ketika seseorang dipercaya untuk memangku sebuah jabatan
tertentu. Sering kali orang tersebut memanfaatkan
kesempatan untuk melakukan tindakan yang kurang benar.
Selagi ada kesempatan menjabat, maka bisa melakukan
tindakan korupsi, meminta uang pesangon yang melebihi
ketentuan dll.
3. Adanya perpecahan Gereja dikarenakan sikap memaksakan
kehendak dari salah seorang atau suatu kelompok tertentu.
Keinginanku yang harus jadi!
4. Sesorang seringkali mengatakan! Aku sudah melakukan yang
terbaik untuk pelayanan gereja, namun mengapa Allah belum
menjawab doa-doa saya?
SARAN PENYUSUNAN KHOTBAH
1. Pendahuluan
 Pengkotbah dapat mengajak jemaat untuk menceritakan
pentingnya seseorang untuk mengubah cara pandang
kehidupannya secara baru.
 Ajakan untuk jemaat agar dapat berani melihat secara
baru dalam pergaulannya dengan Kristus terhadap segala
sesuatu yang ada dalam hidup mereka.
2. Isi
 Pada bagian ini pengkotbah dapat menceritakan kisah
Petrus yang masih memandang Yesus sebagai Mesias
dalam arti sosial politis.
 Pengkotbah dapat menegasakan bahwa melihat secara
baru adalah persoalan bagaimana kita melihat kehendak
Allah yang terkadang berbeda dengan kehendak manusia.
82

Pengkotbah memberikan
keberadaan kita.
informasi-informasi
tentang
3. Penutup
 Pengkotbah dapat menegaskan bahwa kebersamaan dengan
Yesus adalah untuk memahami maksud Tuhan bagi
kehidupan kita.
Nats Pembimbing
Berita Anugerah
Persembahan
Pujian:
1. KJ.
2
2. KJ.
32
3. KJ.
38
4. KJ.
220
5. KJ.
444
6. KJ.
457
: Fil 4:4-9
: Ef 4: 17-24
: Ef 5:20-21
***
83
CONTOH KHOTBAH JADI
Mengubah sudut pandang atau cara pandang bukan sesuatu
yang mudah untuk dilakukan. Kita sudah terbiasa dengan latar
belakang pola pikir yang telah membungkus kebiasaan
kehidupan. Kebiasaan ini terbentuk karena pendidikan, budaya
pergaulan, iklim dll. Oleh sebab itu perjumpaan dengan Tuhan
Yesus tentu selayaknya dan seharusnya terbuka untuk dapat
menggunakan sudut pandang yang berbeda dalam hidupnya.
Oleh sebab itu mari kita berlajar dari peristiwa Petrus agar kita
dapat belajar berani melihat secara baru perjumpaan iman
dengan Tuhan Yesus.
Dari kesaksian Injil Mark. 8:33: disampaikan: maka
berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-murid-Nya Ia
memarahi Petrus, kata-Nya: "Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan
memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang
dipikirkan manusia."
Perkataan Yesus yang sangat keras terhadap Petrus
nampaknya ingin mengajak kepada murid untuk menyadarkan
akan peran dan fungsinya. Dalam benak Petrus terbayang
pemulihan kerajaan Israel secara politis. Hal ini bisa dimaklumi
bahwa situasi saat itu mereka sedang di bawah penjajahan
tentara Romawi. Bagi mereka yang penting adalah pulihnya
martabat sebagai bangsa yang dulu pernah mengalami masa
jaya pada zaman Daud dan Salomo. Sedangkan penderitaan
yang dialami Yesus, oleh Petrus dimengerti sebagai perendahan
pada status kemesiasan Yesus. Sudah semestinya Mesias
muncul sebagai pemenang dengan segala kekuatannya.
Pengertian yang sebenarnya kelihatan wajar ini menjadi ironis
(bertentangan) karena disebut sebagai bukan yang datang dari
Allah. Bahkan disebut perbuatan yang berasal dari Iblis. Yesus
hendak menyampaikan bahwa kehendak Allah tidak terletak
pada kemenangan secara fisik dan kebanggaan status. Disini
sebenarnya kita diajak oleh Yesus, memaknai Mesias dengan
kaca mata iman tentang apa yang dikehendaki Allah bagi
pengikutnya. Keadaan seperti ini tentunya tidak menyenangkan.
Hal ini boleh dikatakan bahwa Petrus kurang peduli terhadap
84
apa yang dipikirkan dan diperjuangkan Yesus dalam rangka
pengutusanNya datang ke dunia ini.
Melihat secara baru berarti melihat bahwa Kehendak/
pikiran Allah bukan kehendak/ pikiran pribadi, artinya
perjumpaan dengan Tuhan Yesus melihat prioritas bukan lagi
bagi dirinya sendiri (egonya) yang utama tetapi sebenernya yang
selalu diperjuangkan dan dilihat adalah kepentingan untuk
sesama dan Tuhan. Kehidupannya akan menjauhkan diri dari
sikap pementingan kehendak pribadi. Disini kita melihat karya
pengorbanan, penolakan Yesus sebagai wujud penundukan diri
untuk memprioritaskan kepentingan/kehendak Allah yang
didalamnya terkandung diantaranya nilai keadilan, keutuhan
dan kebersamaan.
Pembelaan dan perjuangan Yesus dalam kehidupan umat
manusia inilah yang menghadirkan kehidupan yang baru di
tengah berbagai penderitaan dan kesulitan. Karena pada
dasarnya setiap manusia tidak hidup sendirian, melainkan
bersama dengan yang lain. Inilah perjuangan kehidupan
manusia yang lebih utuh dan berharga.
Apakah mudah melakukan seperti ini yaitu meniadakan hak
justru untuk kepentingan orang lain? Hal ini dibutuhkan
kerendahan hati dan pengorbanan. Memberikan hak dan
memperjuangkan apa yang semestinya bisa kita dapatkan
membutuhkan kerelaaan. Dalam pengorbanan itu kerap kita
merasakan kesusuahan dan penderitaan. Maka kalau motivasi
kita mengikuti Kristus supaya jauh dari penderitaan dan selalu
memperoleh kesusksesan, saudara pasti kecewa. Kenapa?
ternyata percaya dan menjadi pengikut Kristus tidak selamanya
kesuksesan duniawi itu terjadi. Kadangkala masalah,
keprihatinan dan kesusahan terjadi secara bertubi-tubi.
Disinilah letak bagaimana cara mengubah cara melihat kita
terhadap apa yang dilakukan Kristus terhadap kita. Kalau kita
memakai cara pandang Yesus artinya kita tidak akan mudah
kecewa dan putus asa. Menjadi pengikut Kristus tidak
dimengerti tanpa konsekuensi dan akibat. Banyak orang sudah
85
tahu bahwa mengikut Kristus bukan soal menjadi senang dan
mendapatkan kenyamanan hidup.
Sering terjadi, pelayanan yang banyak digeluti menjadi
bungkus dari berbagai keinginan dan kepentingan dan sering
sekali jauh dari apa yang diinginkan Tuhan. Maka tidak
mengherankan banyak yang kecewa dan undur bila maksud
dan tujuannya tidak tercapai. Bahkan kalau perlu memecahkan
diri untuk membangun kehendak yang sungguh sesuai dengan
keinginan dan kepentingan seseorang atau kelompok. Yang
penting adalah suasana maksud dan tujuan kepentinganku
tercapai. Apakah ini sebuah kehendak yang sudah di dialogkan
dengan Allah atau belum, nampaknya bukan sebuah masalah.
Meminjam Istilah istilah Jawa, “Aji Mumpung” (selagi ada
kesempatan dan waktu melakukan), mumpung saya menjabat,
mumpung saya ada kesempatan, mumpung saya punya
pengaruh dll. Kerapkali juga terjadi dalam kehidupan manusia,
banyak orang akan menggunakan sebuah kesempatan untuk
kepentingan dirinya sendiri. Ada salah seorang misalnya,
sebelum masa jabatan berakhir, mereka meributkan uang,
rumah atau yang menjadi pesangon bagi mereka. Belum lagi
ketika mereka menggunakan kedudukan mereka selagi duduk
menjabat atau bekerja, mereka berusaha untuk mencari
kepentingan diri sendiri.
Melihat secara baru tentunya memahami kebersamaan
dengan Tuhan untuk mengerti dan memahami maksud Tuhan
bagi kita. Disadari terkadang kita harus membuang kebiasaan
atau pemahaman yang pernah kita miliki. Kebersamaan dengan
Tuhan bukan peristiwa untuk mengungkapkan semua
keinginan-keinginan kita. Menjadi pengikut Tuhan Yesus ada
harga yang harus dibayar. Ada kesetiaan yang tinggi dan
pengabdian yang sungguh-sungguh terhadap komitmen serta
pilihan keputusan dalam hidupnya. Keputusan untuk memilih
Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat serta komitmen untuk
mengikut Dia bukanlah keputusan yang asal-asalan namun
membutuhkan ketetapan hati dan keyakinan bahwa melalui
Dialah kita dapat menjalani hidup dengan baik. (POR)
86
RANCANGAN KOTBAH 23 September 2012
Minggu Trinitas 17; Warna Liturgi Hijau
Bacaan : Mazmur 54
BACAAN LEKSIONARI :
Yer 11: 18-20, Mzm 54,
Yak 3:13-4:3,7-8a, Mark 9;30-37
Thema:
Memelihara Iman
di Tengah Kesesakan
Tujuan:
Anggota jemaat mampu menghayati penderitaan sebagai bagian dari rencana Allah
LATAR BELAKANG TEKS
Daud yang dikejar-kejar oleh Raja Saul untuk dibunuh,
berlari dan bersembunyi menjauh dari hadapan Saul. Setelah
Daud keluar dari kehila beserta dengan enam ratus orangnya,
maka Daud tinggal di padang gurun Zif, dan selama waktu itu
Saul mencarinya,tetapi Allah tidak menyerahkan dia ke dalam
tangannya. Ketika Daud bersembunyi, beberapa orang Zifi
datang kepada Saul untuk memberitahukan bahwa Daud telah
bersembunyi di dekat mereka. Saul kemudian menyuruh orangorang Zifi itu untuk pergi meneliti dan memeriksa kembali
persembunyian Daud supaya diketahui dengan pasti bahwa
Daud ada di sana. Setelah itu Saul menyusul mereka. Ketika
Daud mendengar bahwa Saul dan orang-orangnya mencari dia,
maka Daud dan orang-orangnya pergi ke gunung Batu dan
tinggal di padang gurun Maon. Ternyata Saul mendengar tentang
hal itu,lalu mengejar Daud di padang gurun Maon, Saul berjalan
dari sisi gunung sebelah sini, sedangkan Daud berjalan di sisi
sebelah sana, Daud cepat-cepat mengelak Saul, dan Saul
bersama dengan orang-orangnya sudah hampir mengepung
Daud untuk menangkap dia. Tetapi yang terjadi, ada berita yang
didengar oleh Saul bahwa orang-orang Filistin menyerbu
negrinya, maka berhentilah Saul mengejar Daud, dan pergi
menghadapi orang Filistin. Itulah sebabnya orang menyebut
tempat itu;gunung Batu Keluputan.(1 Samuel23:19-22),
Kemudian
untuk
yang
kedua
kalinya
orang
Zifi
memberitahukan persembunyian Daud kepada Saul, Bahwa
87
Daud telah bersembunyi dibukit Hakhila, dipadang Belantara.
(1Samuel 26:1)
Tafsiran
Ayat 1-2: Penjelasan bahwa penulis mazmur ini adalah Daud,
ketika orang Zifi memberitahukan kepada Saul bahwa
Daud bersembunyi kepada mereka.
Ayat 3-5: Doa permohonan Daud yang meminta keselamatan
dan keadilan kepada Allah, karena orang asing yang
angkuh dan tidak peduli kepada Allah menyerang,
serta ingin membunuh Daud.
Ayat 6-7: Keyakinan Iman Daud, bahwa Allah yang akan
menolong dan membelanya, bahkan Allah akan
menghukum dan membinasakan orang yang berbuat
jahat, karena Allah adalah setia kepadaNya.
Ayat 8-9: Ungkapan syukur Daud yang dinyatakan dengan
kerelaan hati untuk menghaturkan persembahan,
karena kebaikan Allah yang telah melepaskan Daud
dari segala kesukaran, hal ini terbukti ketika Daud
telah melihat bahwa musuhnya telah dikalahkan.
Konteks Masa Kini:
1. Di negri ini masih banyak anggota masyarakat yang
mengalami kesulitan hidup, baik karena masalah ekonomi,
masalah politik, masalah social, masalah lingkungan
(pencemran/bencana)
2. Dalam kehidupan, umat Kristenpun masih ada yang tertekan
karena dibatasi dan dihambat dalam menjalankan
ibadahnya.
3. Akibat adanya tekanan dan kesulitan hidup, tidak sedikit
yang mengalami stress dan depresi berat.
4. Kesulitan hidup membuat sebagian orang lupa akan
imannya, meninggalkan Tuhan/hidup tidak seturut dengan
imannya (Judi, miras, narkoba, mencuri, dst),
5. Masih banyak juga orang yang berpikir positif dan oprtimis
terhadap kesulitan-kesulitan hidup yang dihadapinya, masih
banyak pula orang yang berpegang pada iman serta
bersandar pada Tuhan.
88

RANCANGAN KOTBAH.
Pendahuluan
Tanyakan pada jemaat, apa yang dirasakan ketika
menghadapi pergumulan berat?
Jelaskan pada jemaat, dalam situasi pergumulan berat,
seseorang/jemaat akan menampakan kualitas imannya. Bisa
jadi orang menunjukkan kualitas iman yang kuat atau
sebaliknya.
Untuk masuk pada isi, hubungkan dengan pertanyaan:”
Bagaimana seharusnya bersikap sebagai orang beriman,
ketika menghadapi pencobaan dan kesesakan hidup?”.

Isi
Jelaskan kepada jemaat, bahwa Daud pada waktu itu juga
mengalami kesulitan dan pergumulan hidup. Nyawanya
terancam karena dikejar-kejar dan mau dibunuh oleh Raja
Saul. Apalagi Raja Saul mengetahui persembunyian Daud
dari orang-orang Zifi, dan pada waktu itu Daud Sudah
hampir terkepung. Dari pengalamannya itu, Daud
bermazmur dengan menceritakan kembali apa yang telah ia
lakukan dan apa yang telah Tuhan perbuat ketika
menghadapi pergumulan hidup, semua itu dituliskan dalam
Mazmur 54 ini.
1. Daud berdoa, memohon keselamatan dan keadilan kepada
Allah, karena orang asing yang angkuh dan tidak peduli
kepada Allah menyerang, serta ingin membunuhnya.
2. Di dalam pergumulannya yang hebat pada waktu itu,
karena nyawanya terancam, Daud tetap meyakini bahwa
Allah akan membelanya dan menolongnya, bahkan Allah
akan menghukum orang yang berbuat jahat kepadanya.
Karena Daud yakin bahwa Allah adalah setia kepadanya.
3. Ungkapan syukur Daud yang dinyatakan dengan kerelaan
hati untuk menghaturkan persembahan kepada Allah,
karena kebaikan Allah yang telah melepaskan Daud dari
segala kesesakannya.

Penutup
Terangkan kepada jemaat dan tekankan bahwa dalam
menghadapi pergumulan hidup, sebagai orang yang beriman,
89
haruslah senantiasa mengandalkan Tuhan dan selalu optimis
bahwa dalam keadaan yang memprihatinkan sekalipun,
Tuhan sanggup untuk memberikan kelepasan. Jemaat bisa
belajar dari kisah Daud, bahwa dengan pergumulannya Daud
digembleng untuk tetap semakin beriman kepada Tuhan,
bahkan Daud diberi kesempatan untuk melihat pertolongan
Tuhan dan dibentuk untuk menjadi seorang pemimpin yang
tangguh. Sehingga Ia dapat bersyukur atas campur tangan
Tuhan untuk setiap pergumulannya.
Nats Pembimbing
Berita Anugerah
Persembahan
PKJ:
PKJ:
PKJ:
PKJ:
PKJ:
PKJ:
13
19
231
285
149
131
: Yeremia 11:18-20
: Yakobus 1:12
: Mazmur 54:8
kj: 21
kj: 23
kj:438
kj:445
kj:439
kj:410
***
CONTOH KHOTBAH JADI
Jemaat yang dikasihi Tuhan,
Siapa diantara kita yang belum pernah mengalami
pergumulan hidup? Pasti tidak ada! Saya percaya bahwa semua
orang pasti pernah mengalami pergumulan, karena pergumulan
adalah bagian dari kehidupan. Pergumulan ekonomi misalnya,
dalam keadaan pas-pasan kita dikejar-kejar bank karena utang.
Atau pergumulan hidup karena dibenci dan diftnah orang,
karena ada perasaan iri hati dan merasa disaingi. Atau
pergumulan hidup karena masalah keluarga, misalnya anakanak sulit diatur dan sering membuat masalah sehingga masa
depannya menjadi tidak jelas. Atau pergumulan-pergumulan
yang lain, seperti masalah sakit penyakit, masalah pasangan
hidup di mana usia semakin bertambah tapi masih tetap sendiri,
90
Lalu apa yang kita rasakan ketika sedang mengalami
pergumulan hidup yang berat? Ada yang merasakan kepala
cenut-cenut rasanya mau pecah, pikiran kalut, tidur tidak
nyenyak, makan tidak enak, gelisah cemas, dan ada perasaan
tertekan dan juga deg-degan. Galau.
Dalam keadaan bimbang dan kalut, kadang–kadang
terbersit dalam pikiran kita jalan pintas yang akan kita tempuh,
tanpa mempertimbangkan apakah jalan pintas itu seturut
dengan iman kita, misalnya karena terlilit utang, lalu pergi ke
arena perjudian/atau pasang togel dengan harapan menang,
atau dalam keadaan kepepet lalu mencuri, supaya tenang lalu
minum obat-obatan penenang, mungkin bingung tidak sembuhsembuh lalu ke dukun. Atau bisa juga lari dari persoalan hidup
dengan pergi meninggalkan persoalan, minggat pergi ke mana.
atau yang paling tragis adalah dengan jalan gantung diri.
Diakui atau tidak, pergumulan hidup terkadang bisa
menggiring kita pada hal-hal yang tidak dikehendaki Tuhan. Dan
di sini akan nampak yang sesungguhnya keberadaan iman kita,
apakah iman kita murni, apakah kita benar-benar sebagai
seorang yang beriman, dengan pergumulan hidup inilah kita bisa
mengukur dan melihat iman kita yang sesungguhnya. Dalam
keadaan baik mungkin kita bisa memuji dan mempersembahkan
kepada Tuhan, tetapi apakah kita juga akan melakukan yang
sama ketika kita dalam keadaan tidak baik, sedang bergumul
berat? Lalu apa yang harus kita lakukan sebagai orang beriman,
ketika menghadapi pergumulan dan tekanan hidup?
Jemaat yang dikasihi Tuhan,
Kita akan belajar dari Daud sebagai orang beriman ketika
ia menghadapi pergumulan berat. Dalam Mazmur ini dijelaskan
bahwa Daud pada waktu itu sedang mengalami kesulitan dan
pergumulan hidup. Nyawanya terancam karena dikejar-kejar dan
mau dibunuh oleh Raja Saul. Apalagi Raja Saul mengetahui
persembunyian Daud dari orang-orang Zifi.Pada waktu itu Daud
Sudah hampir terkepung dan terjepit tetapi Tuhan menolong
dengan keperkasaanNya. Dari pengalaman imannya itu, Daud
bermazmur dengan menceritakan kembali apa yang telah ia
91
lakukan dan apa yang telah Tuhan perbuat ketika menghadapi
pergumulan berat, semua itu dituliskan dalam Mazmur 54 ini.
Pertama: Sebagai orang yang telah diurapi Tuhan, Daud dikejarkejar dan akan dibunuh oleh raja Saul, Daud berusaha
menghindari dari bahaya yang mengancam, dia tidak hanya
pasrah dengan keadaan, dalam keadaan sesak dan tertekan
yang dilakukan Daud adalah datang kepada Allah. Daud datang
dalam doa, memohon keselamatan dan keadilan kepada Allah,
karena Saul yang merasa kedudukkannya terancam ingin
membunuhnya. Dengan doa yang dilakukan oleh Daud ini paling
tidak ia menjadi agak tenang , dan dengan doa ini juga akan
menuntun dan membimbingnya untuk bertindak seturut dengan
kehendak Allah, tidak bertindak menurut keinginannya sendiri,
karena dalam situasi kalut, tertekan, bingung, pada umumnya
orang mengambil keputusan sering keliru.
Kedua: Di dalam pergumulannya yang hebat pada waktu itu,
karena nyawanya terancam, Daud tetap meyakini bahwa Allah
akan membelanya dan menolongnya, bahkan Allah akan
menghukum orang yang berbuat jahat kepadanya. Karena Daud
yakin bahwa Allah adalah setia kepadanya. Inilah sebuah iman
yang dimiliki Daud, dalam doanya di dasari dengan rasa percaya
yang sungguh-sungguh kepada Tuhan, ia tidak bimbang
ataupun ragu akan campur tangan Tuhan, Ia menyakini bahwa
Allah setia kepadanya. Doa menjadi kurang berarti bila tidak
diimbangi dengan iman, Doa menjadi sebuah perkataan yang
hampa bila dalam doa itu kita masih meragukan kuasa Tuhan.
Ketiga: Ungkapan syukur Daud yang dinyatakan dengan
kerelaan hati untuk menghaturkan persembahan kepada Allah,
karena kebaikan Allah yang telah melepaskan Daud dari segala
kesukaran, hal ini terbukti ketika Daud telah melihat bahwa
musuhnya telah dijauhkan dari padanya. Inilah wujud iman
Daud, bahwa kelepasannya dari beban berat, dari kesesakan
hidup, bukan hasil kekuatannya sendiri, tetapi disadari berkat
tindakan Tuhan, sehingga Daud juga mau dan mampu
mempersembahkan kepada Tuhan, sebagai rasa syukur dan
sebagai tanda kerendahan hatinya dihadapan Tuhan.
92
Dari pengalaman diatas kita bisa mengetahui, Bahwa
dengan pergumulan dan kesesakan hidup yang dialami Daud,
ternyata Daud lebih mendekatkan diri dan semakin beriman
kepada Tuhan. Disini kita bisa melihat, ternyata pergumulan
hidup juga mampu membawa sesorang semakin dekat kepada
Tuhan, dan dengan persoalan hidup ini ternyata iman seseorang
bisa tetap terjaga, karena kemampuan Daud melihat tindakan
kelepasan dari pihak Tuhan.
Jemaat yang dikasihi Tuhan.
Dari pengalaman Daud yang disampaikan melalui
mazmur ini, kita bisa belajar, dan bisa tahu apa yang harus kita
lakukan ketika sedang menghadapi pergumulan. Di manapun
dan kapanpun, pada saat kita menghadapi pergumulan yang
berat, sebagai orang yang beriman, seharusnyalah kita
senantiasa mengandalkan Tuhan. Melalui doa-doa yang kita
naikan kepadaNya paling tidak semakin mengarahkan kita
kepadaNya, sehingga hati kita menjadi lebih tenang dan lebih
mudah berpusat pada inti persoalan sehingga akan menemukan
jalan keluar yang baik. .
Sebagai umat beriman, kita harus belajar dari kisah Daud
ini, bahwa dengan pergumulannya Daud digembleng untuk tetap
semakin beriman kepada Tuhan, dan dibentuk untuk menjadi
seorang pemimpin yang tangguh. Sehingga Ia dapat bersyukur
karena campur tangan Tuhan untuk setiap pergumulannya
yang mendapatkan jalan keluar. Kitapun demikian, dalam setiap
pergumulan yang bisa kita pecahkan, karena campur tangan
Tuhan, kita juga harus mengucap Syukur. Tuhan memberkati.
Amin. (JOKO)
***
93
Mulai
Tanggal 30 September 2012
s.d.
tanggal 28 Oktober 2012
menggunakan
BUKU panduan
masa
perayaan hidup berkeluarga
sinode GKSBS 2012
94
RANCANGAN KOTBAH 4 November 2012
Minggu Trinitas 23; Warna Liturgi Hijau
Bacaan : Ulangan 6:1-9
Thema:
BACAAN LEKSIONARI :
Ulangan 6:1-9 Masmur 119:1-8,
Ibrani 9:11-14, Markus 12:28-34
Melakukan dan Mengajarkan
Kehidupan kasih
Tujuan:
1. Jemaat semakin dapat melakukan tindakan mengasihi Allah.
2. Jemaat dapat mengajarkan kehidupan kasih.
PENJELASAN PERIKOP
Kitab Ulangan adalah hasil tulisan khotbah-khotbah Musa di
lembah Moab pada hari-hari terakhir hidupnya. Pasal 5-11
adalah perikop pengajaran yang disampaikan Musa agar orangorang Israel tidak beribadah kepada Allah lain. Musa
menyampaikan pesan agar orang Israel tidak gegabah
menyimpulkan bahwa kesuburan tanah perjanjian tersebut
adalah hasil dari penyembahan dewa-dewa yang dilakukan oleh
penduduk asli. Orang Israel selayaknya harus mengikatkan
perjanjian mereka kepada Allah yang membebaskan mereka dari
bangsa Mesir. Musa mengingatkan bangsa Israel akan peristiwaperistiwa besar selama 40 tahun yang terakhir. Ia mohon kepada
bangsa Israel supaya mereka ingat bagaimana Allah memimpin
mereka melalui padang gurun dan karena itu mereka harus taat
dengan berpegang dengan segala ketetapan dan perintah-Nya.
Hal demikian bukan untuk kepentingan Allah, ataupun Allah
ingin agar dimuliakan oleh manusia namun untuk kepentingan
manusia sendiri (Ul 6:3).
Musa mengulangi kembali dan dengan tegas mengatakan
bahwa: Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN
itu esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan
dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Ini
menunjukan bahwa Allah mereka adalah Allah yang tidak dapat
tergantikan. Allah meraka adalah satu. Dikalangan orang Yahudi
95
perikop ini dikenal dan diucapkan sebagai pengakuan iman pada
tiap Ibadah hingga hari ini. Pengakuan ini dikenal dengan nama
Syema (artinya: dengarlah).
Himbauan mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa dan
kekuatan kiranya terus menerus menjadi perhatian dalam sikap
dan tingakah laku mereka sehari-hari. Agar hal ini terus
mengakar dalam kehidupan mereka dan tidak ada dewa-dewa
yang menggantikan, selayaknya mereka mengajarkan kepada
anak-anak terus menerus. Disebutkan, tatkala sementara duduk
di depan rumah, sedang dalam perjalanan, sedang berbaring
dan apalagi setelah bangun; artinya pengajaran mengasihi Allah
dapat dimulai dari rumah. Orang tua dapat mengajarkan nilai
kasih sejak dini kepada anak-anak.
Konteks Saat Ini
1. Saat ini nama Allah mudah untuk menjadi alat propaganda.
Orang dengan mudah mengatakan bahwa “kami adalah
lembaga/ kelompok doa/ lembaga swadaya masyarakat/
parpol/ politisi/ kelompok/ orang yang membela dan
mengasihi Tuhan, maka ikutlah/ dukunglah kami”. Rayuan
dan hasutan berlabel membela dan mengasihi Allah seolah
menjadi tawaran yang mujarab untuk kepentingankepentingan tertentu dan tidak jarang banyak orang mudah
terhasut.
2. Ada orang yang membawa nama Tuhan untuk menyumpahi
dan menakut-nakuti orang lain.
3. Ada anggota jemaat yang merasa kesulitan untuk
menceritakan dan mengungkapkan kasih Allah yang luar
biasa telah dialami keluarga kepada anak-anak mereka dan
keluarga terdekat lainya dengan alasan tidak memiliki atau
sulit mengatur waktu.
Saran Penyusunan Khotbah
1. Pendahuluan
 Pengkotbah dapat menceritakan bahwa setiap orang
Kristen memiliki tanggung jawab untuk terus dan tidak
96

ada
jemunya
memberlakukan
dan
mengajarkan
kehidupan kasih di tengah kehidupan dunia ini.
Tegaskan bahwa tindakan kasih kepada Tuhan secara
loyal dan sungguh-sungguh untuk kebutuhan dan
kepentingan mereka sendiri.
2. Isi
 Pada bagian ini pengkotbah dapat menceritakan pesanpesan Musa kepada bangsa Israel untuk mengasihi Allah
dan mengajarkan kasih Allah yang luar biasa itu kepada
keluarga mereka.
 Pengkotbah dapat menceritakan pergumulan konteks saat
ini.
3. Penutup
 Tegaskan dan ajaklah dengan kalimat-kalimat kesimpulan
bahwa inilah tugas kita untuk memberlakukan dan
mengajarkan kasih kepada Allah dengan sungguhsungguh.
Nats Pembimbing
Berita Anugerah
Persembahan
: Masmur 119:1-8
: Ibrani 9:11-14
: Ef 5:20-21
Pujian:
1. PKj.11
2. PKj.14
3. PKj.212
4. PKj.277
5. PKj.128
6. PKj.416
97
CONTOH KHOTBAH JADI
Bapak/ ibu/ saudara yang dikasihi oleh Tuhan Yesus.
Hampir setiap minggu kita dingatkan dalam tata ibadah
untuk memberlakukan kasih kepada Allah itu terus
berkumandang ditelinga kita. Kasih kepada Allah yang
dibacakan atau secara litani (berbalas-balasan) diucapkan, itu
menjadi bagian pengakuan dan komitmen yang menantang
untuk terus kita berlakukan dalam kehidupan iman percaya
dengan tidak jemunya.
Komitmen dan pengajaran kasih itu tidak akan pernah
selesai, selalu menjadi sebuah kebutuhan. Misalnya jika seorang
ayah atau ibu mengajarkan tentang kasih kepada anak-anaknya,
maka bukanlah ia mengharapkan anak itu untuk membalasnya,
akan tetapi yang diharapkan adalah sang anak dapat
mengalami, merasakan dan melakukan tidakan kasih sehingga
membuatnya menjadi tenang dan tentram dalam kehidupannya.
Selanjutnya sang anak dengan penuh bahagia menunjukan
prilaku kasih bagi semua orang. Jadi kasih adalah kebutuhan
bagi anak tersebut dan pengajaran kasih tentunya mengadung
keselamatan.
Bapak/ ibu/ Saudara yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus.
Keselamatan yang terjadi di tengah kehidupan bangsa
Israel adalah berkat dari Allah yang setia. Allah yang selalu
menyertai bangsa Israel walaupun terkadang bangsa tersebut
mengingkari dan sering mengabaikan kasih Allah. Allah yang
setia selalu mengikat perjanjian dengan umatnya. Allah Israel
adalah Allah yang selalu mengingatkan umatNya untuk taat dan
setia melakukan kehendakNya.
Kasih dan kesetiaan dilakukan manusia bukan untuk
kepentingan Allah, tetapi sebaliknya untuk kepentingan umat
sendiri. Yaitu supaya lanjut umurmu (ayat. 2) baik keadaanmu,
dan supaya kamu menjadi sangat banyak (ayat 3). Artinya
kelimpahan berkat akan terjadi dalam kehidupan manusia itu
sendiri.
98
Berkat yang melimpah ini selayaknya direspon dan
ditanggapi dengan syukur. Oleh sebab itu mereka dengan
sepenuhnya menerima Tuhan untuk disembah, dikasihi dengan
segenap hati, jiwa dan kekuatan dalam kehidupan iman (Ul 6:45). Dalam kehidupan orang Yahudi kalimat tersebut adalah
jenis pengkuan Iman yang disebut Syema. Kata-kata itu harus
dicamkan dalam hati orang Israel dan mereka mengajarkan
dengan tekun kepada anak-anak mereka. Pengajaran itu
dilakukan dengan terus menerus setiap hari dan setiap waktu.
Disebutkan tatkala sementara sedang duduk di dapan rumah,
sedang dalam perjalanan, sedang berbaring dan apalagi setelah
bangun. Kata-kata itu harus menjadi “tanda” pada tangan dan
“lambang” di dahi mereka. Kata-kata itu harus ditulis pada tiang
pintu rumah dan pada pintu gerbang. Perintah menjadi bagian
ibadat sehari-hari orang Yahudi sampai saat ini.
Bapak/ ibu/ saudara yang dikasihi oleh Tuhan Yesus.
Mari kita belajar mengasihi Allah yang tidak hanya
sebagai ucapan semu namun juga harus diwujudkan dalam
tindakan. Karena dalam kehidupan kita sering menjumpai
bahwa banyak orang meneriakan cara mengasihi Allah. Mereka
menawarkan nama Allah untuk menjadi alat propaganda. Orang
dengan mudah mengatakan bahwa “kami adalah lembaga/
politisi/kelompok doa/kelompok sosial kemasyarakat/orang
yang membela dan mengasihi Tuhan, maka ikutlah/pilihlah
kami”. Rayuan dan hasutan berlabel membela dan mengasihi
Allah seolah menjadi tawaran yang mujarab untuk kepentingankepentingan tertentu dan tidak jarang banyak orang mudah
terhasut.
Selanjutnya ada orang yang membawa nama Tuhan untuk
menyumpahi dan menakut-nakuti orang lain. Sehingga orang
lain mudah mengikuti karena takut jika tidak dilakukan akan
bertentangan dengan kehendak Allah. Ada anggota jemaat yang
merasa kesulitan untuk menceritakan dan mengungkapkan
kasih Allah yang luar biasa yang telah dialami dalam kehidupan
keluarga mereka kepada anak-anak mereka dan keluarga
terdekat lainya dengan alasan tidak memiliki atau sulit
mengatur waktu untuk menceritakan kasih Allah.
99
Bapak/ ibu/ saudara yang dikasihi oleh Tuhan Yesus.
Banyak orang meneriakan untuk membela dan mengasihi Allah,
namun tidak memberlakukan hal tersebut dalam kehidupan mereka.
Allah yang dibela dan Allah yang dikasihi hanya sebagai alat
propaganda. Nama Allah dipakai untuk kepentingan kehidupan
mereka. Nama Allah sebagai alat kepentingan manusia. Orang-orang
yang demikian terkesan suci dan mengasihi Allah. Kita mudah terkecoh
dan terpesona. Dan bisa saja prilaku ini jauh dari mengasihi Allah.
Mengasihi Allah yang demikian hanya untuk kepentingan diri kita
sendiri. Mengasihi Allah untuk tujuan sepihak. Menggunakan nama
Allah untuk mencari perhatian atau dukungan banyak orang. Padahal
takut, mengasihi dan taat untuk menjalankan printah Allah adalah hal
yang tidak terpisahkan. Mengasihi Allah bukan hanya slogan semu,
namun membutuhkan tindakan konkret dalam kehidupan.
Bapak/ ibu/ saudara yang dikasihi oleh Tuhan Yesus.
Mengajarkan kasih kepada Allah secara tulus itu selayaknya
menjadi kebutuhan kehidupan manusia. Bukan berati Allah sosok
yang ingin dihormati, dikasihi dan diagungkan. Sakali lagi, tidak
demikian! Kita mengasihi Allah dan mengajarkan kepada anak-anak
atau kerabat karena untuk kebutuhan hidup manusia itu sendiri.
Untuk masa depan terhadap orang yang mengasihi Allah.
Pengajaran tentang kasih bisa dimulai dari lingkungan rumah
(orang tua dan anak), kerabat, persekutuan jemaat dan kenalan. Peran
orang tua menjadi model bagi anak. Ketika orang tua melakukan
tindakan mengasihi Allah dengan bertekun beribadah, berdoa, aktif
mengikuti kegiatan bergereja, bersyukur kepada Tuhan dalam sukaduka, menghargai ciptaan Tuhan dan mengasihi sesama, inilah
wujudnyata yang akan dilihat dan dicontoh oleh anak.
Bapak/Ibu dan saduara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus
Mengasihi Allah tidak dapat dilepaskan dari tindakan ketaatan.
Sebab jika tidak! mengasihi Allah akan menjadi ucapan yang kosong,
yang mudah untuk diucapkan tetapi tidak mudah untuk dijalankan.
Akhirnya marilah kita sungguh-sungguh wujudkan prilaku dan
pengajaran kasih kepada Allah, bukan supaya mendapat perhatian dan
dukungan banyak orang, namun agar kita semakin mengalami
kekuatan dalam persekutan kasihNya. Tuhan memberkati. Amin (POR)
***
100
RANCANGAN KOTBAH 11 November 2012
Minggu Trinitas 24; Warna Liturgi Hijau
Bacaan : Ibrani 9:24-29
Thema:
BACAAN LEKSIONARI :
I Raj. 17: 8-16 ; Maz. 146 ;
Ibr. 9: 24-28 ; Mark. 12: 38-44
Mempersembahkan
Yang Terbaik
Tujuan:
Anggota Jemaat Bersedia Mempersembahkan Diri Secara Total Kepada Allah
PENAFSIRAN/LATAR BELAKANG TEKS
Surat Kepada Orang Ibrani ini ditujukan kepada sekelompok
orang Kristen, yang karena terus-menerus mengalami tekanan,
mungkin akan murtad dari kepercayaan mereka kepada Kristus.
Ada anggapan yang kuat bahwa surat ini ditulis sebelum tahun
70 M. Terlepas dari siapa penulis surat ini, dapat dipastikan:
penulis menulis dengan kepenuhan Roh dan wawasan,
penyataan dan wibawa yang rasuli. Penulis surat ini berusaha
mendorong mereka supaya tetap percaya. Untuk itu ia
menunjukkan bahwa Yesus Kristus adalah pernyataan Allah
yang sempurna. Tiga perkara dikemukakan oleh penulis surat
ini.
Pertama, Yesus adalah Anak Allah-Anak yang kekal. Anak
Allah itu menunjukkan ketaatan-Nya kepada Bapa melalui
ketabahan-Nya untuk menderita. Sebagai Anak Allah, Yesus
lebih tinggi dari nabi-nabi dalam Perjanjian Lama. Ia pun lebih
tinggi dari malaikat atau Musa sendiri.
Kedua, Allah telah menyatakan Yesus sebagai Imam Besar
yang lebih tinggi daripada imam-imam dalam Perjanjian Lama.
Ketiga, dengan perantaraan Yesus, orang yang percaya
kepada-Nya dibebaskan dari dosa, ketakutan, dan kematian.
Sebagai Imam Besar, Yesus memberikan kepada manusia
keselamatan sejati.
9:24 Dikatakan bahwa Kristus Ke sorga yang kudus, yang kudus
bukan buatan manusia, dan di sana Ia menghadap ke hadirat
Allah untuk kepentingan kita (manusia), yaitu untuk
memperoleh pengampunan dari Allah Bapa.
101
9:25-26 Hal itu dilakukanNya satu kali, tidak berulang-ulang
karena jika berulang-ulang maka Ia juga harus hidup dan
menderita serta mati berulang-ulang. Hal ini berbeda dengan apa
yang dilakukan oleh para imam, yang harus melakukannya
secara berulang-ulang demi mendapatkan pengampunan atau
penghapusan dosa. Hal ini juga berhubungan dengan pengantar
kitab yang menyatakan bahwa Yesus Kristus adalah Imam Besar
yang lebih tinggi dari imam-imam Perjanjian Lama. Dan Ia
mempersembahkan darahNya sendiri, bukan seperti para imam
yang mempersembahkan binatang sebagai korban bakaran.
9:27 Sebagai manusia maka Ia mengalami kematian yaitu satu
kali, hal ini menegaskan kepada kita bahwa Juruselamat kita
menjalani kehidupan yang sama seperti manusia.
9:28 Kematian Kristus yang hanya satu kali tersebut, bertujuan
untuk menanggung dosa banyak orang, dan Ia akan datang
kembali untuk memberi anugerah keselamatan bagi manusia
yang percaya dan menantikan Dia.
Pesan Penting Teks
Kematian Yesus Kristus adalah kurban persembahan untuk
penyelamatan manusia.
Konteks Masa Kini
- Jemaat masih dalam tahap belajar untuk berbagi dengan
jemaat lain, bahkan masih berhitung mana yang lebih
penting antara kebutuhan pribadi atau persembahan.
- Masih ada jemaat yang sulit untuk memberi, karena
selalu merasa kurang.
- Masih ada jemaat yang belum sepenuhnya memahami
nilai-nilai GKSBS terutama tentang nilai asketis untuk
berbagi.
102
SARAN PENYUSUNAN KHOTBAH
1. Pendahuluan
- Pengkotbah memulai khotbah dengan mengajukan
pertanyaan
kepada
jemaat
tentang
pengertian
“MEMPERSEMBAHKAN YANG TERBAIK”
2. Isi
- Pengkhotbah dapat mengemukakan pokok-pokok penting
dari surat Ibrani, yang akan membawa jemaat memahami
latar belakang surat ini. Hal ini bertujuan memadukan
antara tema dan teks yang ada
- Sampaikan dan uraikan pesan penting dari teks
- Masukan konteks masa kini, dengan menambahkan
situasi yang terbaru yang ada di jemaat masing-masing
yang masih berhubungan dengan konteks masa kini, dan
sesuai dengan tema
3. Penutup
Simpulkan, dan ajak jemaat untuk dapat mempersembahkan
yang terbaik
Nats Pembimbing
Berita Anugerah
Persembahan
: Roma 12: 1-2
: Mazmur 146 : 5-7
: Efesus 5: 1-2
Usulan Lagu
KJ. 17 : 1-2
PKJ. 219: 1-3
PKJ. 138: 1-3
KJ. 363: 1-2
PKJ. 147: 1…
KJ. 341: 1-2
***
103
CONTOH KHOTBAH JADI
Jemaat yang dikasihi Tuhan,
Apakah bapak/ibu dan saudara tahu yang dimaksud dengan
“MEMPERSEMBAHKAN YANG TERBAIK”? (tunggu jawaban dari
jemaat).
Menurut
bapak/ibu
dan
saudara
sudahkan
mempersembahkan yang terbaik? tunggu sejenak jawaban
jemaat). Mengenai mempersembahkan yang terbaik dihadapan
Tuhan, mari kita belajar dari surat Ibrani yang kita baca tadi.
Jemaat yang dikasihi Tuhan,
Surat ini ditujukan kepada sekelompok orang Kristen, yang
karena terus-menerus mengalami tekanan, mungkin akan
murtad dari kepercayaan mereka kepada Kristus. Terlepas dari
siapa penulis surat ini, dapat dipastikan: penulis menulis
dengan kepenuhan Roh dan wawasan. Tiga perkara
dikemukakan oleh penulis surat ini.
Pertama, Yesus adalah Anak Allah - Anak yang kekal. Anak
Allah itu menunjukkan ketaatan-Nya kepada Bapa melalui
ketabahan-Nya untuk menderita. Sebagai Anak Allah, Yesus
lebih tinggi dari nabi-nabi dalam Perjanjian Lama. Ia pun lebih
tinggi dari malaikat atau Musa sendiri.
Kedua, Allah telah menyatakan Yesus sebagai Imam Besar
yang lebih tinggi daripada imam-imam dalam Perjanjian Lama.
Ketiga, dengan perantaraan Yesus, orang yang percaya
kepada-Nya dibebaskan dari dosa, ketakutan dan kematian.
Sebagai Imam Besar, Yesus memberikan kepada manusia
keselamatan sejati.
Jemaat yang dikasihi Tuhan,
Dalam Ibrani 9: 24-28 menceritakan kepada kita tentang
pengorban Yesus Kristus demi keselamatan manusia. Yesus rela
berkorban, menderita dan terhina untuk keselamatan kita. Ia
melakukannya satu kali saja tapi dapat dinikmati oleh setiap
orang yang percaya kepadaNya untuk selamanya. Pengorbanan
yang dilakukan adalah persembahan yang begitu berharga bagi
manusia, karena Ia memberikan hal yang paling berharga yaitu
nyawaNya. Yesus Kristus memberikan apa yang terbaik yang Ia
miliki. HidupNya Ia serahkan sebagai penebusan dari dosa kita.
104
Jemaat yang dikasihi Tuhan,
Dari perenungan tersebut, kita dapat melihat kondisi kita
pada saat ini sudahkah kita “MEMPERSEMBAHKAN YANG
TERBAIK? Ternyata belum sepenuhnya kita melakukannya.
Mengapa? karena kita masih lebih mengutamakan kebutuhan
pribadi. Dengan demikian maka memang benar jika dikatakan
jemaat belum sepenuhnya memahami arti kata berbagi. Padahal
dalam salah satu nilai GKSBS mengatakan tentang asketis untuk
berbagi, dan dalam berbagi kesempatan GKSBS selalu
menyuarakan atau mensosialisasikan tentang hal tersebut. Akan
tetapi dalam peraktiknya, seperti disebutkan di atas dan harus
diakui bahwa jemaat belum sepenuhnya mampu melakukannya.
Kondisi di atas, dipicu atau disebabkan perasaan yang dimiliki
oleh jemaat, yang selalu merasa kurang, kalau sudah ada
perasaan yang selalu kurang, maka sulit untuk mengatakan
cukup. Jika sulit mengatakan cukup maka, bagaimana mungkin
untuk memberikan yang terbaik? Hal inilah yang sebetulnya
harus mulai untuk dikikis, walaupun sulit untuk dilakukannya,
akan tetapi kalau memang mau, maka tidak ada yang tak
mungkin dilakukan. Ternyata untuk dapat mempersembahkan
yang terbaik harus melalui proses belajar. Kita hanyalah
manusia biasa yang memiliki banyak kekurangan sehingga kita
belum mampu melakukannya, semuanya seolah selesai sampai
di situ. Akan tetapi jawaban yang pasti bagi orang percaya
adalah selama kita mau mencoba maka tidak ada yang tidak
mungkin kita lakukan, dengan dasar kita mengandalkan Tuhan
untuk memampukan kita melakukannya.
Jemaat yang dikasihi Tuhan,
Yesus Kristus telah memberikan teladan bagi kita untuk
dapat memberikan/mempersembahkan yang terbaik. Dia telah
memberikan yang paling berharga bagi kita yaitu nyawa-Nya.
Oleh sebab itu marilah kita berusaha untuk melakukan dalam
kehidupan kita hari lepas hari. Dengan demikian maka kita
mengikuti teladan Tuhan kita Yesus Kristus. Kuncinya jangan
pernah lelah untuk mencoba memberikan/mempersembahkan
yang terbaik kepada Tuhan, dengan keyakinan bahwa Tuhan
akan tetap menolong kita, terlebih Ia akan selalu memberkati
kita. Amin. (Bona)
105
RANCANGAN KOTBAH 18 November 2012
Minggu Trinitas 24; Warna Liturgi Hijau
Bacaan : Daniel 12:1-3
Thema:
BACAAN LEKSIONARI :
Daniel 12:1-3; Mazmur 16;
Ibrani 10:11-14; 19-25;
Markus 13:1-8
Masih Ada Harapan
Tujuan:
 Anggota jemaat semakin meyakini bahwa di dalam Tuhan selalu ada harapan.
 Anggota jemaat tidak menganggap ringan, tetapi juga tidak larut dalam keputusasaan
ketika menghadapi goncangan, kekacauan, penderitaan.
PENAFSIRAN TEKS
Dalam kerangka narasi/cerita Kitab Daniel, apa yang tertulis
dalam perikop ini agaknya merupakan klimaks/puncak dari
firman yang disampaikan kepada Daniel (oleh seorang “yang
berpakaian kain lenan dan berikat pinggang emas dari ufas
(10:3) dalam penglihatan di tepi Sungai Tigris (10:4) pada tahun
ketiga pemerintahan Koresh, raja orang Persia (10:1).
Sebelum mengatakan firman yang tertulis dalam perikop ini,
orang/makhluk berpakaian kain lenan itu menyampaikan
kepada Daniel bahwa silih berganti akan terus ada penguasa
yang
memiliki
kekuasaan
yang
besar
dan
berbuat
sekehendaknya. Bahkan, penguasa yang terakhir akan memiliki
kekuasaan yang lebih besar daripada penguasa-penguasa
sebelumnya.
Itulah sebabnya, seperti tertulis dalam perikop ini, orang
berpakaian kain lenan itu kemudian mengatakan kepada Daniel
bahwa “akan ada suatu waktu kesesakan yang besar, seperti
yang belum pernah terjadi sejak ada bangsa-bangsa sampai
pada waktu itu...” (ayat 1). Namun, orang berpakaian kain lenan
itu juga mengatakan bahwa pada waktu itu orang-orang yang
didapati namanya tertulis dalam “Kitab itu” (yang kemudian
dikenal dengan sebutan “Kitab Kehidupan”) akan terluput.
Bahkan, orang-orang bijaksana (maskilim) yang kelihatannya
106
telah binasa karena mati di tangan penguasa, akan bangkit
kembali dari antara orang mati dan akan “bercahaya”.
Bagi Daniel dan orang-orang sebangsanya yang tengah
mengalami kesesakan akibat pembuangan dan karena itu terus
berdoa kepada Allah memohon pembebasan, penyataan ilahi ini
menyingkapkan bahwa masih ada harapan.
KONTEKS MASA KINI
 Bangsa Indonesia pernah ditindas selama beratus-ratus tahun
baik oleh bangsa asing (terutama Belanda dan Jepang)
maupun oleh rezim-rezim dari bangsa sendiri (rezim Orde
Lama, rezim Orde Baru). Pengalaman ini sedikit banyak
memicu kecenderungan untuk bersikap fatalistis (pasrah pada
nasib).
 Pengalaman para anggota jemaat GKSBS sebagai transmigran
cukup membangkitkan semangat juang.
 GKSBS sudah memiliki Mars GKSBS yang antara lain
mengatakan: “... Pengharapan s’lalu ada pada kita...”
 Orang-orang jaman sekarang cenderung terjebak entah dalam
“optimisme yang naif” atau dalam “pesimisme yang sinis”.
Mereka yang terjebak dalam optimisme yang naif menganggap
bahwa pada dasarnya semuanya baik-baik saja, tidak ada
hambatan yang berarti, dan dunia terus mengalami
kemajuan. Mereka yang terjebak dalam pesimisme yang sinis
menganggap bahwa dunia sudah sedemikian kacau, kondisi
mereka sudah sedemikian parah dan karena itu sangat kecil,
bahkan tidak ada lagi harapan yang tersisa.
 Belakangan ini, semakin marak berita tentang orang bunuh
diri karena merasa tidak sanggup lagi menanggung beban
kehidupan.
 Kondisi alam belakangan ini cenderung rawan. Bencana alam
datang silih berganti di berbagai tempat dan hal ini sulit
diperkirakan sebelumnya.
107
SARAN PENYUSUNAN KHOTBAH
1. Pendahuluan
 Pengkhotbah menyapa jemaat, menanyakan apakah ada
sukacita dan mengapa bersukacita.
 Pengkhotbah menegaskan bahwa jemaat seharusnya
bersukacita karena memiliki pengharapan.
2. Isi
 Pengkhotbah menjelaskan bahwa saat ini semakin banyak
orang yang sulit untuk bersukacita dan melihat harapan.
 Pengkhotbah mengajak jemaat untuk mencoba menyelami
pergumulan orang-orang yang seperti itu dan kemudian
menantang jemaat dengan pertanyaan: “... masih adakah
harapan?”
 Pengkhotbah
menjelaskan
bahwa
memang
ada
goncangan, ada kekacauan, ada penderitaan yang tidak
bisa dianggap ringan dan dalam hal ini Alkitab mengajar
kita untuk bersikap realistis (lihat Daniel 12:1a <dan
penjelasannya di depan>; lihat juga Markus 13). Akan
tetapi, Alkitab juga menunjukkan bahwa di balik itu
masih ada harapan (lihat Daniel 12:1b-3 <dan
penjelasannya di depan>; lihat juga Mazmur 16, Ibrani
10:11-12).
3. Penutup
 Pengkhotbah menegaskan bahwa “masih ada harapan”.
 Pengkhotbah bisa menyanyikan penggalan dari Mars
GKSBS: “...Nyalakan apimu! Kobarkan s’mangatmu!
Pelayananmu tak akan sia-sia. Tebarkan kasih dan
sukacita! Pengharapan s’lalu ada pada kita...”.
Nats Pembimbing
: Ibrani 10:22-23
Berita Anugerah
: Ibrani 6:17b-20
Nats Persembahan : Ibrani 13:15-16
Nyanyian:
KJ.
60 : 1,5,6
KJ.
65 : 1,2
PKJ.
138: 1,3
KJ.
274: 1,2
PKJ.
264: 1KJ.
247: 1-3
108
CONTOH KHOTBAH JADI
Syalom!
Apa kabar? (Dahsyat! Luar biasa!!)
Ada sukacita? (Amin!)
Mengapa bapak/ibu/saudara/saudari bersukacita? (.......)
Ya, ada banyak sebab yang bisa disebutkan. Akan tetapi, satu hal
yang jangan sampai kita lupakan yaitu kita seharusnya bersukacita
karena kita memiliki pengharapan.
Ya, kita patut bersukacita karena kita memiliki
pengharapan. Namun, kita juga perlu menyadari bahwa di dunia
sekarang ini, banyak orang mengalami kesulitan untuk bersukacita
dan melihat harapan. Dari media massa kita bisa melihat dan/atau
mendengar bagaimana belakangan semakin banyak orang bunuh
diri karena merasa tidak sanggup lagi menanggung beban
kehidupan. Kita melihat dan/atau mendengar pula bagaimana para
korban bencana alam mengalami depresi, mengalami trauma,
mengalami ketakutan. Belum lagi rakyat kecil dan
golongan
minoritas yang putus asa karena seakan haknya, suaranya sampai
kapan pun tidak akan diperhatikan oleh pemerintah.
Dan kalau kita termasuk di dalamnya atau, kalau paling
tidak kita mencoba menyelami pergumulan mereka, tentunya kita
tidak bisa mengelak dari pertanyaan: “Masih adakah harapan?”
Jemaat yang terkasih.
Pertanyaan “masih adakah harapan...?” agaknya juga pernah
berkecamuk di dalam diri nenek moyang kita saat mengalami
penjajahan. Sekian lama mereka memperjuangkan kemerdekaan
tetapi kekuasaan penjajah sepertinya terlalu sulit untuk
ditumbangkan. Di tengah kondisi bingung harus berbuat apa lagi,
mereka bertanya-tanya: “Masih adakah harapan untuk merdeka?”
Dan dalam perjalanan waktu, sebagian dari mereka cenderung
putus asa dan berkata: “Ya sudah, memang beginilah nasib kita”;
sebuah perkataan yang menunjukkan sikap fatalistis (pasrah pada
nasib) yang sedikit banyak masih menjangkiti masyarakat Indonesia
sampai hari ini.
109
Pertanyaan “masih adakah harapan...?” sepertinya pernah
pula berkecamuk di dalam diri umat Israel saat berada dalam
pembuangan. Ketika baru mulai mengalami pembuangan, mungkin
mereka masih menganggap ringan dan berkata dalam hati: “Ah, ini
tidak akan lama. Sebentar juga akan kembali lagi ke tanah
perjanjian...” Akan tetapi, lama-kelamaan mereka tidak bisa
memungkiri kenyataan bahwa ‘sekarang’ mereka adalah orang
buangan yang bisa dengan mudah ditindas oleh penguasa dan
masyarakat di negeri Babilonia. Mereka tidak bisa lagi bertahan
dalam anggapan bahwa semuanya baik-baik saja, bahwa diri
mereka aman-aman saja. Tidak bisa tidak, mereka bergumul:
“Masih adakah harapan akan kelepasan?” “Masih adakah harapan
akan kembali ke tanah perjanjian?” Mungkin sebagian dari mereka
kemudian menjadi putus asa dan berkata: “tidak ada lagi harapan”.
Namun, kalau kita membaca Kitab Daniel, kita bisa melihat
bagaimana Daniel membawa pergumulan itu dalam doa sehingga
dia tidak jatuh dalam keputusasaan. Sebaliknya, Daniel dikuatkan
dengan firman dan penglihatan yang puncaknya tertulis dalam
perikop yang kita baca saat ini.
Akan tetapi, sebelum dikuatkan, Daniel terlebih dahulu
disadarkan bahwa ada goncangan, ada kekacauan, ada penderitaan
yang tidak bisa dianggap ringan. Kepada Daniel disingkapkan
bahwa silih berganti akan terus ada penguasa yang memiliki
kekuasaan yang besar dan berbuat sekehendaknya. Bahkan,
penguasa yang terakhir akan memiliki kekuasaan yang lebih besar
daripada penguasa-penguasa sebelumnya. Itulah sebabnya, seperti
tertulis dalam perikop ini, orang berpakaian kain lenan itu
kemudian mengatakan kepada Daniel bahwa “akan ada suatu
waktu kesesakan yang besar, seperti yang belum pernah terjadi
sejak ada bangsa-bangsa sampai pada waktu itu...” (ayat 1).
Agaknya Allah, melalui orang berpakaian kain lenan itu, hendak
mengajar Daniel untuk bersikap realistis (berpijak pada, melek
terhadap realitas/ kenyataan).
Dan bukan hanya Daniel yang diajar untuk bersikap realistis
bapak/ibu/saudara/saudari. Murid-murid Yesus pun pernah diajar
untuk bersikap realistis. Dalam Markus 13, kita bisa menyaksikan
bagaimana Yesus mengajar para murid supaya jangan terlena
karena akan terjadi keruntuhan Bait Suci, perang, kelaparan,
bencana alam. Dan jangan kita lupa, bahwa ajaran untuk bersikap
realistis ini berlaku pula bagi kita.
110
Ya, kita perlu menyikapi goncangan, kekacauan, penderitaan yang
ada di dunia ini secara realistis. Jangan kita seperti orang-orang
modern yang terjebak dalam optimisme yang naif sehingga kita
menganggap bahwa pada dasarnya semuanya baik-baik saja dan
bahwa dunia ini terus mengalami kemajuan tanpa ada hambatan
yang berarti. Akan tetapi, jangan pula kita mengikuti pesimisme
yang sinis dari orang-orang postmodern sehingga kita menganggap
bahwa dunia sudah sedemikian kacau, kondisi kita sudah
sedemikian parah dan karena itu sangat kecil, bahkan tidak ada
lagi harapan yang tersisa. Alkitab mengajarkan kepada kita bukan
optimisme yang naif dan bukan pula pesimisme yang sinis,
melainkan “realisme yang berpengharapan”.
Tadi melalui ayat 1a dari perikop yang kita baca, kita sudah
dibawa ke dalam realisme dan kalau kita melanjutkan penelusuran
ke ayat berikutnya, kita akan dibawa pada pengharapan. Kita bisa
melihat bagaimana sang pembawa berita meyampaikan pula kepada
Daniel bahwa pada waktu itu orang-orang yang didapati namanya
tertulis dalam “Kitab itu” (yang kemudian dikenal dengan sebutan
“Kitab Kehidupan”) akan terluput. Bahkan, orang-orang bijaksana
(maskilim) yang kelihatannya telah binasa karena mati di tangan
penguasa, akan bangkit kembali dari antara orang mati dan akan
‘bercahaya’. Hal kebangkitan orang mati ini diisyaratkan pula oleh
Pemazmur melalui pujiannya: “...Engkau tidak menyerahkan aku ke
dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu
mengalami kebinasaan...” (Mzm 16:10). Dan bagi kita orang Kristen,
kebenaran perkataan ini telah terbukti di dalam diri Tuhan kita
Yesus Kristus yang mati tetapi bangkit lagi. Sekarang Dia duduk di
sebelah kanan Allah Bapa dan tinggal menunggu saat di mana
musuh-musuh-Nya akan dijadikan tumpuan kaki-Nya (Ibr 10:1213).
Kalau begitu, janganlah kita larut dalam keputusasaan
walaupun kita harus tetap berpijak pada kenyataan. Yakinlah
bahwa “masih ada harapan”, bukan karena kita memiliki kehebatan
melainkan karena Allah berkuasa memulihkan. Selamat menjadi
orang-orang yang berpengharapan. “...Nyalakan apimu! Kobarkan
s’mangatmu! Pelayananmu tak akan sia-sia. Tebarkan kasih dan
sukacita! PENGHARAPAN S’LALU ADA PADA KITA!...” (YAP)
***
111
RANCANGAN KOTBAH 25 November 2012
Minggu Trinitas 26; Warna Liturgi Putih
Bacaan : Wahyu 1:4b-8.
Thema:
BACAAN LEKSIONARI :
Daniel 7 : 9-10, 13 – 14 ;
Mazmur 93 ; Wahyu 1 : 4b- 8 ;
Yohanes 18:33-37
Mengakui Kristus Sebagai Raja
Tujuan:
Anggota jemaat memahami makna jabatan Kristus sebagai Raja, dan mengakuiNya dalam kehidupan sehari-hari.
PENJELASAN TEKS
Dalam Perjanjian Baru Kitab Wahyu adalah kitab yang khas
jenisnya. Berbeda isinya dengan kitab lainya, sebab isinya secara
khusus menyampaikan tentang akhir zaman. Kitab wahyu
adalah termasuk kitab apokaliyptis yaitu kitab yang
memberitakan tentang kedatangan kerajaan Allah secara nyata.
Unsur-unsur dari pandangan apokaliptik adalah:
1. Semua berdasarkan kepercayaan bahwa ada rencana
penyelamatan oleh Allah
2. Rencana penyelamatan itu adalah rahasia.
3. Dunia sekarang ini dipandang sebagai kesatuan yang jahat,
kerajaan si jahat.
Penerima surat ini adalah tujuh jemaat yang ada di wilayah
Asia kecil (1:4) yaitu Efesus (2:1-7), Smirna (2:8-11), Pergamus
(2:12-17), Tiatira (2:18-29, Sardis (3:1-6), Filadelfia (3:7-13),
Leodikia. (3:14-22). Kitab ini tampil kedepan adalah sebagai
nubuat tentang akhir zaman. Sebagai penerima wahyu adalah
Yohanes (1:4;22:3). Yohanes menulis untuk jemaat-jemaat di
bawah asuhannya dalam menghadapi situasi praktis yakni
menjelang dipaksanya penyembahan terhadap Kaisar, pada
waktu itu ditujukan bagi seluruh orang Kristen. Ada dua pilihan
bagi umat Kristen mengakui dan menyembah Yesus adalah
Tuhan atau mengakui Kaisar adalah Tuhan. Keadaan ini sangat
mengancam eksistensi dari seluruh gereja Allah. Yohanes diberi
kemampuan melihat titik puncak yang logis dari kekuasaankekuasaan yang bekerja dalam masyarakat, di mana umat
manusia terbagi untuk mengakui Kristus atau antikristus.
112
PENAFSIRAN PERIKOP
Ayat 4 : Dia yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang
adalah keberadaan Allah yang menekankan sifat
kekekalanNya, serta hubungan yang sangat penting dengan
sejarah untuk menyamakan Allah dalam Perjanjian Lama
dengan Kristus dalam Perjanjian Baru.
“Ketujuh Roh yang ada di hadapan tahtaNya” kalimat ini
adalah penunjukan terhadap Roh Kudus. Hal ini
bersumber pada pikiran Yohanes dari (Yesaya 11: 2,3
pemberian rangkap tujuh dari Mesias) Zakaria 4: 10;
Wahyu 4:5; 5:6 yang menyebutkan ada tujuh mata Tuhan
yang menjelajahi seluruh bumi adalah Roh Allah.
Ayat 5 : Yesus adalah saksi yang setia, Yesus dipilih sebagai
saksi yang setia sampai mati dari seluruh kebenaran Allah.
Dia adalah yang pertama bangkit dari orang mati , Dalam
Mzm 89: 27, 28 yang sulung adalah Mesias. Dialah yang
sulung dari antara orang mati (1 Kor.15:20). Dialah yang
mengalahkan kerajaan maut dengan kebangkitan. Oleh
karena itu Dia mendapat kekuasaan tertinggi sebagai
penguasa atas raja-raja di dunia. Kasih setiaNya adalah
terus menerus, penebusanNya sekali untuk selamalamanya,
karena
cintaNya
kepada
manusia
Dia
membebaskan manusia dari dosa.
Ayat 6 : Dia telah membebaskan kita dari dosa, maka Dia
menjadikan umatNya suatu “kerajaan” yaitu imamat rajani
yaitu tujuan Allah seperti dalam Keluaran 19: 6
bandingkan 1Petrus 2: 9 “ Kamulah bangsa yang terpilih
imamat yang rajani, bangsa yang kudus”. Dan kasih
karunia Allah tidak hanya terbatas pada masa lalu dan
masa sekarang dan Ia tetap memberi berkat yang
berkelimpahan.
Ayat 7: Lihatlah, Ia datang dengan awan-awan dan setiap mata
akan melihat Dia Penulis mengungkapkan dengan rasa
gembira karena anak manusia datang di atas awan-awan
dilangit dengan segala kekuasaan dan kemuliaanNya.
Semua bangsa di bumi ini akan meratap mulai dari mereka
113
yang menyalibkan Dia dan para penganiaya GerejaNya. “Ya
Amin “ merupakan tanda persetujuan dan kepastian atau
keyakinan yang kuat bahwa itu semua akan terjadi.
Ayat 8 : Aku adalah Alfa dan Omega adalah huruf pertama dan
yang terakhir dari abjad Yunani. Huruf ini digunakan
untuk mengungkapkan keseluruhan dari sesuatu. Di sini
artinya ialah bahwa Allah adalah Tuhan dari sejarah
awalnya dan sampai akhirnya. Dalam bagian akhir ayat 8
dapat dibandingkan ayat 4 kembali menekankan
persamaan Allah dalam perjanjian Lama dengan Kristus
dalam Perjanjian Baru. Yang Mahakuasa adalah gelar yang
dipakai oleh Yohanes sebagai kepercayaan mengenai
KeAllahan Kristus.
PESAN PENTING
1. Tuhan adalah yang awal dan yang akhir.
2. Tuhan Yesus memiliki kekuasaan yang tertinggi sebagai raja
segala raja.
3. KerajaanNya adalah kerajaan sorgawi, Pemerintahannya
tidak akan lenyap.
4. Dia akan bersikap adil bagi para penganiaya GerejaNya
5. Semua nubuatan ini pasti akan terjadi.
KONTEKS MASA KINI
1. Jabatan sebagai Pemimpin dalam kehidupan bangsa kita
hingga saat ini menjadi ajang perebutan. Dari jabatan Lurah,
Bupati, Gubernur, Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
dan jabatan lainnya. Namun ketika jabatan itu di
sandangnya ada banyak pemimpin yang kurang mampu
menggunakan pekerjaan sesui dengan jabatannya.
2. Masyarakat kurang percaya dengan beberapa pejabat yang
bertingkah laku tidak sesuai dengan jabatannya.
3. Masyarakat sangat merindukan para pemimpin bangsa yang
bertindak sesuai dengan jabatannya.
4. Jabatan Penatua, Diaken dan Pendeta adalah sangat penting
untuk memimpin, melayani Jemaat Tuhan dan Gereja Tuhan
sesuai dengan tugasnya.
114
SARAN PENYUSUNAN KHOTBAH
1. Sebelum menyusun khotbah, lebih baik membaca secara
sungguh-sungguh dan penuh penghayatan dari bacaan
Leksionari (Daniel 7: 9-10, 13–14; Mazmur 93; Wahyu 1:4b-8;
Yohanes 18: 33-37) akan muncul beberapa ayat yang saling
mendukung dan melengkapi dan menjelaskan tentang
jabatan Kristus sebagai raja sorgawi, yang kerajaanNya itu
tidak akan lenyap (Daniael 7:14)
2. Pendahuluan. Pengkhotbah dapat memulai khotbahnya
dengan mengajukan pertanyaan kepada jemaat. Siapa
diantara kita yang tidak ingin menerima jabatan sebagai Raja
di suatu bangsa? Di antara jemaat pasti ada banyak yang
mau menerima jabatan itu. Kemudian pengkhotbah dapat
menjelaskan pengertian jabatan Raja. Dan hubungkan
dengan konteks masa kini. Yang membicarakan tentang
masalah pemimpin yang pada waktu sekarang menjadi
masalah yang actual. Kita sudah mengalami tiga periode
kepemimpinan yang kurang menyenangkan hati rakyat
dengan berbagai tindakan korupsi,kolusi dan nepotisme,
suap, dan pemimpin yang mementingkan diri sendiri.
3. Isi Khotbah. Setelah pendahuluan, Pengkotbah dapat
menjelaskan bacaan teks tentang jabatan Kristus sebagai raja
yang berbeda dengan raja atau pemimpin dunia. Jabatan raja
bukan dari dunia ini tetapi dari kerajaan Allah. Dia datang
dari segala kekuasaan dan kemuliaanNya. KerajaanNya tidak
akan musnah. Dia mendapat kekuasaan tertinggi sebagai
penguasa atas raja-raja di dunia. Jabatan Kristus sebagai
raja yang tidak dapat dipisahkan dari jabatan Imam dan
Nabi. Setiap orang percaya di dalam Yesus dianugrahi dan
memiliki posisi sebagai Raja dengan segala hak, tugas dan
kewajibannya.
4. Penutup Khotbah
a) Mengajak jemaat untuk mengakui bahwa Tuhan Yesus
adalah Raja kerajaan Allah dan Raja segala Raja.
b) Jemaat diajak dan didorong untuk menghayati serta
mengembangkan makna jabatannya sebagai Raja, bukan
115
secara politik, tetapi mengemban tugasnya harus berjalan
dalam rel Alkitab atau kepemimpinan yang bersandar
kepada Firman Allah.
Nat Pembimbing
: Daniel 7 : 14
Berita Anugerah
: Markus 10 : 45
Nats Persembahan : I Korintus 9 : 12
Pujian :
1. Pujian
2. Pujian
3. Pujian
4. Pujian
5. Pujian
6. Pujian
Panggilan
Peneguhan
Kesanggupan
Responsria
Persembahan
Pengutusan
PKJ
KJ
KJ
PKJ
PKJ
PKJ
19
344
426
184
146
177
:
:
:
:
:
:
1- 3
1,3,4
1-2
1-2
1
1-2.
***
CONTOH KOTBAH JADI
Saudara-saudaraku yang dikasihi Tuhan,
Siapa diantara kita yang tidak ingin menerima jabatan
sebagai pemimpin di masyarakat? Saya yakin banwa di antara
kita kebanyakan mau menerima jabatan sebagai pemimpin di
masyarakat, apalagi jabatan sebagai Raja. Setiap orang
menginginkannya karena berpandangan bahwa seorang raja
akan memiliki kekuasaan, kewenangan dan mendapatkan
imbalan yang besar dalam setiap tugasnya. Apakah Jabatan
Raja itu? Jabatan sebagai Raja secara politik adalah seseorang
yang mempunyai kedudukan dalam suatu pemerintahan suatu
bangsa atau Negara yang mempunyai tugas kekuasaan,
pengaruh dan sebagai pemimpin yang melindungi, melayani dan
memelihara masyarakatnya. Bagaimana dengan para pemimpin
bangsa kita saat ini? Beberapa pemimpin bangsa kita saat ini
menjadi
pembicaraan
masyarakat.
Karena
tindakantimdakannya yang tidak sesuai dengan jabatannya, seperti
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Mereka sudah tidak lagi menjadi
116
pemimpin yang dapat dipercaya karena tidak mampu melindungi,
melayani dan memelihara masyarakatnya. Kita sangat merindukan
para pemimpin bangsa yang mampu berbuat sesuai dengan
jabatannya. Oleh karena itu mari kita merenungkan kembali
tentang makna jabatan Kristus dengan tema “ MENGAKUI KRISTUS
SEBAGAI RAJA”.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Dalam bacaan kita mengungkapkan bahwa Kristus diberikan
kekuasaan yang tertinggi dan kemuliaanNya sebagai penguasa atas
raja-raja di bumi. (Ay 5) Jabatan Kristus sebagai Raja adalah
jabatan Sorgawi bukan dari dunia ini, Dia memiliki tahta kerajaan
sorga, kerajaanNya tidak akan lenyap, kerajaanNya kekal dan tidak
akan berakhir (Daniel 7: 14). Ketika Yesus akan dilahirkan melalui
malaekat Gabriel telah diberitakan kepada Maria bahwa anak yang
akan dilahirkan adalah Raja atas kaum keturunan Yakub sampai
selama-lamanya”… yang ada dan yang sudah ada dan yang akan
datang” ayat ini menunjukkan bahwa Kristus itu ada sejak dunia
belum diciptakan dan sampai yang akan datang sabagai Mesias.
Jabatan Tuhan Yesus Kristus sebagai Raja sebenarnya tidak dapat
dipisahkan dari jabatan-jabatan lainnya yaitu sebagai Imam, dan
Nabi. Karya penyelamatan Yesus telah diwujudkan melalui
jabatanNya sebagai Raja, karena Dia telah melakukan
kewajibanNya yaitu melindungi dan memelihara umatNya. Untuk
melindungi umatNya, Kristus telah berperang melawan kerajaan
kegelapan atau kerajaan maut. Yesus sebagai Raja telah
membebaskan umatNya dari segala belenggu dosa, dengan rela
mengurbankan diriNya, mati di kayu salib. Dan kebangitanNya
adalah kemenangan bagi umatNya. Oleh karena itu setiap orang
yang percaya kepadaNya adalah orang yang benar-benar bebas dari
segala dosa dan hukuman maut. Begitu besar makna dari jabatan
Kristus sebagai Raja dalam kehidupan kita. Kita sebagai umatNya
hendaknya bersyukur atas pengurbananNya. Dengan demikian kita
hendaknya sungguh percaya dan mengakui bahwa kristus sebagi
Raja dalam kehidupan kita.
Dengan memahami dan mengakui Kristus sebagai Raja, maka
kita disebut sebagai Imamat yang Rajani. Dalam 1Petrus 2:9
dikatakan “Kamulah bangsa yang terpilih imamat yang rajani,
bangsa yang kudus, agar memberitakan perbuatan – perbuatan yang
117
besar dari Dia.” Hal ini berarti bahwa setiap orang percaya, atau
GerejaNya, mempunyai fungsi dan otoritas sebagai Raja. Jabatan
raja tersebut bukanlah jabatan secara politik, tetapi melaksanakan
tugasnya dengan bersandar pada Firman Allah. Di dalam dunia ini,
GerejaNya (Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan) atau setiap
pribadi jemaat memiliki kewajiban, memimpin, memelihara, dan
melindungi setiap anak-anak Tuhan, dan segenap ciptaanNya agar
mereka berjalan di jalan Tuhan. Kita tahu bahwa kepemimpinan
dalam kehidupan bangsa kita saat ini mengalami keterpurukan
banyak yang terlibat dalam kasus kejahatan, ketidakjujuran,
ketidakadilan, pemimpin yang hanya mementingkan diri sendiri dan
golongan. Dalam menyelesaikan masalah-masalah bangsa tidak
secara tuntas diselesaikan
dan akibatnya masyarakat kurang
percaya kepada para pemimpin bangsa. Lalu akan jadi apa
kehidupan bangsa kita kedepan? Kita sebagai orang percaya dan
GerejaNya, apa yang bisa kita perbuat? Masyarakat sangat
merindukan para pemimpin bangsa yang bertindak sesuai dengan
jabatannya. Kerinduan itu akan terwujud jika kita sebagai Gereja
mau dan mampu melaksanakan kepemimpinan yang bersandar
pada Firman Tuhan yaitu mengembangkan nilai-nilai moral,
kejujuran, keadilan, kebenaran dan kasih dalam setiap bidang
kehidupan, baik dalam keluarga maupun masyarakat. Terkhusus
peduli dan berpihak pada orang-orang yang lemah, tertindas,
korban ketidakadilan dan kemiskinan.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,
Mari kita sungguh-sungguh percaya dan mengakui bahwa
Tuhan Yesus adalah Raja kerajaan Allah dan Raja segala Raja. Yang
telah mewujudkan kepemimpinanNya dengan rela menderita dan
mati di kayu salib. Dia telah berjuang mengalahkan kerajaan maut
agar kita dapat bebas dari hukuman maut. Sungguh
pengurbananNya tidak bisa dinilai oleh apapun. KemenanganNya
berarti kemenangan kita juga.
Mari kita terus menghayati makna jabatan yang diberikan
oleh Tuhan sebagai Raja, sebagai apapun kita, dimanapun kita
berada, tetap berpedoman kepada Firman Allah yaitu mewujudkan
nilai-nilai moral, kejujuran, keadilan, kebenaran dan kasih dalam
setiap bidang kehidupan. Amin (AW)
***
118
RANCANGAN KOTBAH 2 Desember 2012
Minggu Adven 1; Warna Liturgi Ungu
Bacaan : Yeremia 33:14-16
Thema:
BACAAN LEKSIONARI :
Yeremia 33:14-16; Maz.25:1-10;
I Tes.3:9-13; Luk.21:25-36
KEDATANGAN RAJA KEADILAN
DAN KEBENARAN
Tujuan:
1. Anggota Jemaat percaya akan janji Tuhan bahwa Kristus datang untuk menjadi raja
keadilan dan kebenaran
2. Anggota Jemaat dapat menghayati makna penantian akan kedatangan Kristus yang
akan menjadi raja keadilan dan kebenaran
Penjelasan Teks
Pasal 30-34: 22 kitab Yeremia menubuatkan tentang masa
depan yang penuh harapan. Allah yang penuh kasih setia dan
pengampun akan memulihkan umatNya dari penderitaannya.
Umat akan diselamatkan dan hidup dalam suka cita dan damai
sejahtera serta berkat- berkat jasmani dicurahkan kepada
mereka. Umat mengucap syukur atas semua itu. Allah
mengasihi umatNya, sehingga senantiasa merencanakan yang
baik buat umatNya, bukan rancangan yang mencelakakan
(band. Yer.29:11). Ketidak-taatanlah yang membuat bangsa
Israel menderita.
Ayat 14: Sesungguhnya….menunjukkan sesuatu yang pasti.
Melalui nabi Yeremia, Allah memastikan penggenapan janjiNya
kepada umatNya (kaum Israel dan kaum Yehuda), yaitu tentang
datangnya Mesias (Kristus) yang dinanti- nantikan sejak jaman
nenek moyang mereka.
Ayat 15: Pada waktu itu dan pada masa itu
(menunjukkan kurun waktu yang benar- benar akan dilewati)
Aku akan menumbuhkan tunas keadilan bagi Daud (dari
keturunan raja Daud akan datang Raja yang adil).
Ayat 16: Sesuai dengan nama panggilannya, “Tuhan keadilan
kita” demikian juga keadaan Yehuda akan dipulihkan. Tuhan
akan bertindak adil terhadap umatNya sehingga umat
mengalami kehidupan yang tenteram dan damai di negerinya
119
sendiri karena Tuhan memberi mereka pembebasan dari negeri
pembuangan dan memberikan kemakmuran serta perlindungan.
KONTEKS MASA KINI
1. Tanggal 1 Desember : Hari AIDS sedunia Orang yang terkena
penyakit AIDS biasanya tersisihkan dari masyarakat. Mereka
sering terus merasa bersalah dan merasa tidak berguna lagi.
Mereka perlu mendapatkan pengakuan, pengampunan dan
pengharapan.
2. Tanggal 1 Desember : Hari Altileri
3. Tanggal 2 Desember : Hari Konvensi Ikan Paus.
4. Tanggal 3 Desember : Hari Penderita Cacat.
5. Masih banyak terjadi ketidak-adilan dan ketidak-benaran
dalam kehidupan kita sehari- hari.
6. Banyak orang mau menegakkan kebenaran dan keadilan
dengan cara yang arogan.
SARAN PENYUSUNAN KHOTBAH
Pendahuluan
Sampaikan kepada hadirin tentang kehidupan yang tidak adil
dan benar di tengah bangsa dan masyarakatdengan contohcontoh. Juga bagaimana para pemimpin yang menjanjikan
akan mengadakan perubahan atas hal- hal tersebut, tapi
tidak dilaksanakan.
Isi Khotbah:
1. Karena kasih dan pengampunannya,Tuhan sungguhsungguh akan menepati janjinya kepada kaum Israel dan
Yehuda:
a. Menumbuhkan tunas keadilan bagi Daud.
b. Tunas itu akan melaksanakan keadilan dan kebenaran
di negeri
c. Umat akan dibebaskan dan hidup dengan tenteram
dan damai
(Yehuda dan Yerusalem akan disebut: Tuhan keadilan
kita!)
120
2. Penerapan:
a. Mesias telah benar- benar datang ke dunia menjadi
raja keadilan dan kebenaran yang kita rayakan
kedatangannya pada hari Natal.
b. Kita dipanggil untuk menyatakan keadilan dan
kebenaran di tengah masyarakat dan bangsa,contoh:
mau
peduli
dan
mendampingi
orang
yang
terpinggirkan ( orang cacat, penderita AIDS, penderita
kusta, korban penggusurandll), peduli lingkungan
hidup, namun dengan cara yang benar, bukan dengan
arogansi.
Penutup
Ajaklah Anggota Jemaat untuk mewujudkan keadilan dan
kebenaran dalam hidup sehari- hari dalam segala bidang
kehidupannya.
Usulan Ayat- ayat
Nas Pembimbing
Berita Anugerah
Nas Persembahan
:
: Mazmur 25:14
: Titus 2: 11-13
: Mazmur 22:26
Usulan Nyanyian:
1. KJ 9:1-3
2. PKJ 165:1-3
3. KJ 266:1-3
4. KJ 425:1-3
5. KJ 363:1 dst.
6. KJ 432:1-2
121
CONTOH KHOTBAH JADI
Saudara- sudara yang dikasihi Tuhan,
Berita tentang ketidak-adilan dan ketidak-benaran atau
tindak kejahatan hampir setiap hari muncul di media massa.
Mungkin kita menjadi bosan dan geram dibuatnya.
Ketidakadilan dan kejahatan bukannya makin berkurang, tapi
malah bertambah. Kapan keadilan dan kebenaran dapat
terwujud di negeri ini? Mungkin pertanyaan semacam itu sering
muncul di pikiran kita.
Dalam kampanye-kampanye para politikus di tingkat
daerah, propinsi maupun nasional, mereka selalu menjanjikan
mau mengadakan perubahan-perubahan seperti yang diinginkan
masyarakat, seperti: pemberantasan korupsi, pemerataan
pembangunan, penegakan hukum, dsb. Tetapi setelah mereka
menang dalam pemilu, janji tersebut tinggal janji saja. Apa yang
diharapkan tidak kunjung jadi kenyataan. Tiap terjadi
pergantian kepemimpinan pemerintahan, rakyat dengan harapharap cemas menantikan bukti dari janji- janji mereka, namun
tetap sama saja. Mengecewakan!
Berbeda dengan hal itu, pada zaman nabi Yeremia,
bangsa Israel yang ada di negeri pembuangan menerima berita
menggembirakan dari Tuhan. Berita itu tentang penggenapan
janji Allah akan tumbuhnya tunas keadilan bagi Daud, Raja
Mesias yang adil dan benar. Apakah janji itu hanya sekedar
janji? Tidak! Dengan kedatanganNya, umat akan menerima
keadilan dan kebenaran dari raja tersebut sehingga umat
mengalami pembebasan (penyelamatan) dan hidup tenteram dan
damai (hidup terjamin).
Saudara- saudara yang dikasii Tuhan Yesus,
Tumbuhnya tunas Daud nyata dalam kedatangan Tuhan
Yesus yang pertama ke dunia ini yang kedatanganNya kita
peringati pada hari Natal. Raja yang adil dan benar itu,
memanggil kita untuk mengambil bagian dalam rencanaNya.
Bila kita mau sungguh-sungguh menjadikan Dia raja atas kita
tentulah kita dapat mewarnai kehidupan dunia dengan hidup
122
adil dan benar di segala bidang kehidupan. Orang- orang yang
terpinggirkan, seperti penderita AIDS, penderita kusta, penderita
cacat,pengemis,dll perlu mendapatkan kepedulian kita .Kita
jangan ikut arus zaman, jika banyak yang korupsi ikut korupsi,
namun kita harus berani berbeda dengan yang lain. Pada saat
kita mengalami ketidak-adilan, hendaknya kita menghadapinya
dengan cara- cara yang baik, bukan secara arogansi, seperti
yang dilakukan oleh banyak orang, dengan kekerasan, tawuran,
merusak barang- barang atau fasilitas umum.
Saudara- saudara yang dikasihi Tuhan,
Marilah kita bersyukur karena Tuhan selalu menepati janjijanjiNya. Kita bersyukur karena Kristus telah datang ke dunia
ini sebagai pernyataan kasih dan anugerahNya kepada kita. Dan
marilah kita mewujudkan keadilan dan kebenaran dalam hidup
sehari- hari dengan lebih sungguh karena Tuhan akan
memimpin kita agar mampu melakukannya. Amin. (EWS)
***
123
RANCANGAN KOTBAH 9 Desember 2012
Minggu Adven 2; Warna Liturgi Ungu
Bacaan : Lukas 3:1-6
Thema:
BACAAN LEKSIONARI :
Mal. 3: 1-4; Luk. 1: 68-79;
Fil. 1: 3-11; Luk. 3: 1-6
Mempersiapkan Jalan
Untuk Kedatangan Tuhan
Tujuan :
Jemaat mempersiapkan hati untuk menyambut natal.
PENJELASAN TEKS.
Yohanes Pembaptis adalah tokoh yang istimewa. Pakaiannya
bulu unta, makanannya belalang dan madu hutan. Ia anak
tunggal Zakaria dan Elizabet. Ia masih termasuk sepupu Tuhan
Yesus. Umurnya pendek. Khotbahnya juga pendek; tetapi tajam,
lugas, jelas. Ditujukan dengan berani kepada siapa saja, tanpa
pandang bulu dan tanpa sungkan. Pekerjaannya berkhotbah dan
membaptis orang yang bertobat. Membuat gelisah siapa pun
yang mendengarnya. Khotbahnya bak geledek—membuat telinga
merah, hati panas, muka merah padam karena “ditelanjangi”
habis-habisan. Raja Herodes juga menjadi sasaran khotbahkhotbah kenabiannya (Lukas 3:19). Penjelasan perikop ini
adalah sebagai berikut:
Ay. 1: Pontius Pilatus adalah tokoh yang menjadi wali negeri di
Yudea (termasuk juga Idumea dan Samaria) tahun 26-36
Masehi. Herodes adalah Raja wilayah ini yaitu Herodes Antipas,
putra Herodes Agung dan Maltake. Ia menjadi raja wilayah
(tetrarkha) Galilea dan Perea dari tahun 4 seb.Mas sampai tahun
39 Masehi. Filipus adalah putera Herodes Agung dan Kleopatra.
Ia menjadi raja wilayah dari tahun 4 sebelum Masehi. Lisanias,
nama tokoh ini ditemukan dalam dua suratan. Daerah Abilene
terletak di pegunungan Anti-Libanon.
124
Ay. 2: Hanas dan Kayafas. Yang menjabat Imam Besar ialah
Yusuf yang bergelar Kayafas yang bertugas dari tahun 18 sampai
tahun 36. Ia berperan besar dalam persengkokolan melawan
Yesus, bdk Mat 26:3; Yoh 11:49; Yoh 18:14. Mertuanya Hanas,
yang menjabat Imam Besar dari tahun 6 sampai tahun 15
ditempatkan di sini di samping 15 ditempatkan di sini di
samping Kayafas dan bahkan paling dahulu, bdk Kis 4:6, dan
Yoh 18:13,24, oleh karena gengsinya begitu besar sehingga
dialah yang memegang kekuasaan sebagai Imam Besar.
Ay. 3: Daerah Yordan berada wilayah kota Yerikho.
Ay. 4-6: Lukas mengutip bagian Kitab Yesaya yang lebih besar
dari pada yang dikutip Matius dan Markus. Maksud Lukas ialah:
mengutip juga nubuat tentang keselamatan yang teruntukkan
bagi "segala yang hidup". Jalan hidup orang berdosa
diumpamakan Yohanes seperti ”lembah ... gunung ... bukit ...
berliku-liku ... berlekuk-lekuk”. Akan tetapi, Yohanes juga
mengatakan
bahwa
Tuhan
sanggup
”meratakan
dan
meluruskan” (ayat 5). Akan tetapi, dibutuhkan kerjasama dua
pihak di sini—antara manusia dan Tuhan. Dan, inilah pesan
Yohanes: Jika bertobat dan dibaptis, maka yang berdosa masih
beroleh kesempatan melihat keselamatan dari Tuhan (ayat 6).
Bertobat dulu, baru dibaptis. Baptis memeteraikan pertobatan.
Pertobatan menjadi intinya. Dengan ini Allah mengampuni dosa
manusia.
KONTEKS MASA KINI
1. Minggu Advent, dalam kalender gerejawi sebagai minggu
penantian terhadap perayaan hari kelahiran Tuhan Yesus
(Natal).
2. Kebiasaan banyak orang dari tahun ke tahun ketika hendak
merayakan Natal selalu sibuk mempersiapkan berbagai
kebutuhan (pakaian, makanan dll) yang tentunya membutuhkan
biaya yang tidak sedikit. Banyak waktu dan pikiran tersita
digunakan untuk empersiapkan segala kebutuhan.
3. Gereja ketika menyambut dan merayakan Natal anggaran yang
dibutuhkan cukup besar demi kemeriahan Natal.
4. Masih ada jemaat yang belum memahami masa Advent sebagai
minggu-minggu penantian (kalender gerejawi) atas perayaan
125
Natal dan menantikan masa kedatangan Kristus yang kedua
kali.
SARAN PENYUSUNAN KOTBAH
Pendahuluan
Pengkotbah memulai kotbahnya dengan memberikan penjelasan
tentang apa itu Minggu Advent.
Atau Pengkotbah bisa mengawali kotbah dengan kalimat pembuka
atau ilustrasi yang dipandang cocok dalam membawa umat pada
inti pesan teologis.
Isi kotbah
Pengkotbah menguraikan pokok-pokok yang ada dalam penjelasan
teks diatas atau melalui perenungan pribadi pengkotbah dapat
menemukan pesan teologis diluar penjelasan teks tersebut dan
dimasukkan dalam isi kotbah ini.
Selanjutnya dalam relevansi, Pengkotbah dapat menghubungkan
penjelasan teks dengan konteks masa kini. Konteks masa kini (lihat
diatas) atau mengangkat isu-isu relevan selain yang sehubungan
dengan minggu advent dan persiapan hati menyambut Natal.
Penutup
Akhiri kotbah dengan mengajak jemaat untuk mempersiapkan hati
dan meluruskan perilakunya agar Tuhan berkenan masuk dalam
diri kita. Persiapan material dan jasmani penting tetapi jauh lebih
penting adalah mempersiapkan hati dan pikiran baik itu dalam
menyambut Natal maupun KedatanganNya yang kedua kali.
Nas pembimbing
Berita Anugerah
Nas Persembahan
: Amsal 4:23
: 1 Tes 3:13
: Mal 3: 10
Nyanyian Pujian :
1 PKJ. 4
2. PKJ. 216
3. KJ. 76
4. KJ. 85
5. KJ. 450
6. KJ.410
126
CONTOH KOTBAH JADI
Jemaat yang dikasihi TUHAN,
Pada saat ini, berdasarkan kalender gereja, kita sedang
memasuki minggu Advent ke-2. Minggu Advent merupakan minggu
penantian menyongsong perayaan Natal (Hari lahir Tuhan Yesus
Kristus). Disebut masa penantian karena kala itu menjelang Yesus
akan lahir, sudah ada berita-berita yang mendahului kelahiran
Tuhan Yesus. Dengan berita itu maka ada persiapan-persiapan
yang dilakukan dalam rangka menyambut kelahiran Sang
Juruselamat dunia.
Disamping itu juga sekarang ini kita hidup dalam masa
penantian akan kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus. KedatanganNya yang kita nantikan berbeda dengan kedatangan-Nya 2000
tahun yang lalu. Kedatangan-Nya kembali bukan lagi sebagai bayi
mungil yang lahir di kandang hewan di Bethlehem, tetapi sebagai
Hakim dan Raja. Sebagai Hakim ia akan menghakimi seluruh umat
manusia, baik yang hidup maupun yang sudah mati. Itu berarti kita
akan
menghadap
pengadilan-Nya.
Pengadilan-Nya
adalah
pengadilan yang sesungguhnya. Pengadilan di mana kita semua
akan mempertanggungjawabkan hidup yang diberikan-Nya kepada
kita. Sedangkan sebagai Raja, Ia akan mmemerintah untuk selamalamanya sesudah Ia membaharui seluruh ciptaan-Nya.
Saudara-saudara yang dikasihi TUHAN,
Yang perlu kita renungan saat ini adalah: Sudah siapkah kita
menyambut kedatangan-Nya kembali? Sudah siapkah kita
menghadap penghakiman-Nya? Bacaan kita hari ini menceritakan
kepada kita tentang Yohanes Pembaptis. Ia diutus untuk
membaharui umat-Nya. Umat Tuhan perlu dibaharui karena telah
meninggalkan jalan Tuhan. Untuk membaharui umat Tuhan yang
sudah demikian rusak itu, diperlukan, pembaharuan menyeluruh,
umat Tuhan harus berbalik ke jalan Tuhan. Pembaharuan demikian
harus dimulai dari hati, karena hati adalah pusat kehidupan
manusia.
Saudara-saudara yang dikasihi TUHAN,
Yohanes Pembaptis tampil di pentas sejarah mendahului
kedatangan Yesus Kristus. Yohanes datang sesuai dengan misinya,
yakni berseru kepada umat Tuhan untuk bertobat. Kehadiran
127
Yohanes Pembaptis mengejutkan umat Tuhan, karena ia tampil
dengan cara dan berita yang radikal. Ia menuntut pertobatan umat
Tuhan. Yohanes Pembaptis yang diutus untuk mempersiapkan
jalan bagiNya. Yohanes tidak diragukan lagi oleh orang banyak
sebagai utusan Allah karena integritas pribadi dan pelayanannya,
kecuali para rohaniwan Yahudi yang menutup hati mereka bagi
pekerjaan Allah (Luk. 20:1-6). Yohanes memberitakan datangnya
Kerajaan Allah melalui kehadiran Dia yang lebih besar dari dirinya,
yaitu sang Mesias yang dijanjikan itu. Seruan pertobatan yang ia
khotbahkan
dengan
tanpa
kompromi
bertujuan
untuk
mempersiapkan hati orang-orang untuk menyambut kerajaan Allah
itu dalam hidup mereka.
Saudara-saudara yang dikasihi TUHAN,
Ketika menjelang Natal, tidak dapat dipungkiri bahwa hampir
semua umat Kristiani berusaha sedemikian mungkin untuk
mempersiapkan kebutuhan-kebutuhan berupa pakaian (baju,celana
baru), kue natal dan pernak-pernik untuk memeriahkan Natal. Hal
ini tentu tidak salah, namun yang jauh lebih penting adalah
bagaimana hati dan pikiran kita hendaknya juga dipersiapkan
dengan baik. Yohanes Pembaptis mengingatkan pada saat ini agar
kita mempersiapkan jalan masuk bagi Tuhan di dalam kehidupan
kita. Karena itu berikanlah waktu dan ruang bagi Tuhan untuk
berkenan lahir dalam hidup kita dan dari dalam diri kita tumbuh
pola hidup yang berkenan bagi Allah. Orientasi kita dalam
menyambut Natal janganlah hanya pada upaya pemenuhan
kebutuhan/ keperluan yang sifatnya sementara waktu itu.
Saudara-saudara yang dikasihi TUHAN,
Melalui kesempatan ini pula kita kembali diingatkan bahwa
kedatangan Yesus yang pertama kedunia ini memerlukan persiapan
dari pihak umat Tuhan, demikian pula kedatangan-Nya kembali.
Sebagai umat Tuhan, merubah sikap berarti merubah pusat hidup
yaitu hati. Dan merubah hati tidak mungkin dengan kekuatan kita
sendiri. Kita harus meminta pertolongan Tuhan. Kita buka hati kita
terhadap Roh-Nya yang kudus. Kita buka hati kita terhadap
Firman-Nya. Marilah kita persiapkan hidup kita untuk menanti
kedatangan Tuhan Yesus. Dia datang bukan lagi sebagai bayi tetapi
sebagai Hakim dan Raja. Tuhan memberkati. Amin (TERE)
128
RANCANGAN KOTBAH 16 Desember 2012
Minggu Adven 3; Warna Liturgi Ungu
Bacaan : ZEFANYA 3:14-20
Thema:
BACAAN LEKSIONARI :
YESAYA 12:2-6, FILIPI 4:4-7,
LUKAS 3:7-18., Zefanya 3:14-20
Pulihkan Kami Tuhan
Tujuan :
1. Jemaat menghayati masa Advent sebagai waktu berefleksi tentang pentingnya
pertobatan menyongsong peringatan kelahiran Tuhan Yesus
2. Jemaat diyakinkan bahwa Tuhan sanggup menolong untuk memulihkan setiap pribadi,
keluarga bahkan bangsa Indonesia.
PENJELASAN TEKS
Bangsa Israel dalam penjajahan Asyur. Asyur adalah negara
super power pada masa itu yang kekuasaannya mulai melemah.
Kerajaan Babel dan beberapa kerajaan lainnya berkoalisi
memberontak kepada Asyur sehingga membuat kerajaan Asyur
goyah. Dalam keadaan demikian itulah, Kerajaan Yehuda yang
dipimpin Raja Yosia dapat dengan leluasa melakukan reformasi
iman di tanah Israel terutama sesudah ditemukan kembali Kitab
Hukum di Bait Allah. Penyembahan berhala ditiadakan dan
ritual kurban kepada Allah dilakukan kembali. Di mana-mana
rakyat memperkatakan kitab Taurat dan mengajarkannya
kepada anak-anak mereka.
Tetapi setelah 30 tahun pemerintahan Yosia, Asyur
dikalahkan oleh Babel sehingga Kerajaan Israel dan Kerajaan
Yehuda berpindah penguasa penjajah dari Asyur kepada Babel.
Mereka dibawa ke tanah Babilon…. Tanah pembuangan….
Negeri asing yang jauh dari kampung halaman dan rumah
mereka. Mereka bekerja sebagai orang asing dan ditindas oleh
penguasa penjajah. Mereka rindu untuk pulang ke negeri
mereka sendiri. Kerinduan mereka begitu besar, terutama
mayoritas mereka yang tidak mendapatkan jabatan di Babel.
Maka datanglah firman Tuhan kepada Nabi Zefanya. “Tuhan
akan menyingkirkan hukuman yang jatuh atas mereka. Tuhan
129
akan menebas musuh Israel karena Tuhan berkenan menjadi
Raja Israel.” (ay 15).
Pertolongan Allah turun tatkala Israel memenuhi syarat yang
diajukan Tuhan yaitu pertobatan. Israel harus bertobat bukan
hanya dengan kata tetapi dengan segenap hati. Pertobatan
meliputi diperbaharuinya hubungan mereka dengan Tuhan dan
hubungan mereka dengan sesamanya. Apakah isi pertobatan
tersebut ?
Pertama, Umat Israel harus menjaga bibirnya dari perkataan
yang sembrono. Dalam hubungan mereka dengan Tuhan,
mereka harus belajar untuk memanggil nama Tuhan.
Menguduskan nama Tuhan. Beribadah hanya kepada Tuhan
saja. Dalam kehidupan pergaulan dengan sesama, mereka harus
belajar tidak bicara bohong, menjauhi ucapan bibir yang
menipu. (ay 9,13).
Kedua, Israel menerima dengan sukacita karya pengampunan
Tuhan atas kedurhakaan yang pernah mereka perbuat (ay 11).
Ketiga, kesediaan Israel untuk memperbaharui hati mereka.
Dalam hubungan dengan Tuhan, sikap bangga terhadap
kecongkakan, meninggikan diri/ sombong harus diubah menjadi
sikap yang rendah hati. Mereka harus belajar mencari
perlindungan kepada Tuhan. Dalam hubungan mereka dengan
sesamanya, bangsa Israel harus menunjukkan hati yang
diperbaharui dengan mempresentasikan sifat kejujuran ganti
kebohongan dan tidak lagi melakukan kelaliman. (ay 11,12,13).
KONTEKS MASA KINI
1. Pada masa kini, kehidupan tidak selalu dalam keadaan
nyaman tetapi tidak sedikit orang yang masih merasa
terbelenggu
oleh
persoalan,
kemiskinan,
keterikatan,
ketidakmerdekaan dalam hidup mereka. Meskipun bangsa
Indonesia sudah lama merdeka, tetapi perasaan tertindas masih
dialami oleh kaum minoritas dinegeri ini terutama dalam hal
melaksanakan peribadahan dengan bebas.
130
2. Demikian pula persoalan ketersediaan lapangan pekerjaan
bagi angkatan kerja masih belum juga ditemukan solusinya.
Persoalan kemiskinan masih saja menjadi masalah klasik dan
banyak orang terikat dalam budaya korupsi dari tingkat pejabat
tinggi sampai pejabat rendahan yang memperburuk nasib rakyat
kelas bawah.
3. Keluarga-keluarga juga tidak sepi tantangan. Rumah tangga
kristen banyak yang mengalami ketidakdamaian karena beragam
persoalan.
SARAN PENYUSUNAN KOTBAH
1. Awali kotbah semenarik mungkin.
Bisa dengan sebuah
ilustrasi atau mengutip syair lagu yang bertemakan tentang
rumah. Misalnya syair lagu “Rumah Kita” yang dinyanyikan
Ahmad Albar. Atau gambarkan perasaan perantau yang
merindukan pulang ke rumah,
2. Utarakan konteks teks (Penjelasan teks), tekankan bahwa
tidak enak hidup dalam penjajahan.
3. Kisahkan tentang indahnya janji Tuhan yang akan
memulihkan keadaan Israel. Syarat terjadinya pemulihan
adalah pertobatan. Tekankan dalam kotbah Saudara, bahwa
pertobatan meliputi pertobatan hubungan manusia dengan
Tuhan dan hubungan antar manusia.
4. Paparkan konteks masa kini. Tutup kotbah Saudara dengan
dorongan motivasional, bahwa kita harus bertobat untuk
mengalami pemulihan oleh Allah.
Nas Pembimbing
: Amos 5 : 14
Berita Anugerah
: Nahum 1 : 7-8a
Ayat Persembahan : Habakuk 3 : 17-19
Nyanyian:
1. PkJ 2
2. PKJ 37 :1-2
3. PKJ 46:1-3
4. PKJ 43:1-4 /PKJ 164:1-3
5. PKJ 4:1-2/PKJ 265:1-2
6. PKJ 183:1-2
131
CONTOH KOTBAH JADI
Saudara-saudariku di dalam Tuhan Yesus Kristus,……
Adakah diantara kita yang pernah mengalami home-sick ?
Home-sick adalah istilah kondisi psikologis para perantau yang
begitu merindukan kampung halamannya. Rindu untuk pulang
ke rumah. Lebih tepatnya, rindu pada suasana rumah. Memang,
suasana rumah selalu memiliki daya tarik. Kita pernah
menyaksikan ditelevisi, betapa gembiranya para karyawan/
karyawati sebuah perusahaan Jamu di Jakarta yang
menyediakan puluhan armada bus gratis untuk pulang
kampung sebelum lebaran tiba. Yang membahagiakan bukan
hanya karena mereka bisa pulang gratis tetapi karena mereka
akan merasakan kembali suasana rumah yang selalu
mempesona bagi para perantau.
Saudara-saudariku di dalam Tuhan Yesus Kristus,……
Bangsa Israel dalam penjajahan Asyur. Asyur adalah negara
super power pada masa itu yang kekuasaannya mulai melemah.
Kerajaan Babel dan beberapa kerajaan lainnya berkoalisi
memberontak kepada Asyur sehingga membuat kerajaan Asyur
melemah. Dalam keadaan demikian itulah, Kerajaan Yehuda
yang dipimpin Raja Yosia dapat dengan leluasa melakukan
reformasi iman di tanah Israel terutama sesudah ditemukan
kembali Kitab Hukum di Bait Allah. Penyembahan berhala
ditiadakan dan ritual kurban kepada Allah dilakukan kembali.
Di mana-mana rakyat memperkatakan kitab Taurat dan
mengajarkannya kepada anak-anak mereka.
Tetapi setelah 30 tahun pemerintahan Yosia, Asyur
dikalahkan oleh Babel sehingga Kerajaan Israel dan Kerajaan
Yehuda berpindah penguasa penjajah dari Asyur kepada Babel.
Mereka dibawa ke tanah Babilon…. Tanah pembuangan….
Negeri asing yang jauh dari kampung halaman dan rumah
mereka. Mereka bekerja sebagai orang asing dan ditindas oleh
penguasa penjajah. Mereka rindu untuk pulang ke negeri
mereka sendiri. Kerinduan mereka begitu besar, terutama
mayoritas mereka yang bekerja sebagai pekerja kasar yang tidak
mendapatkan hasil/upah yang menjanjikan. Memang ada
132
beberapa orang tapi jumlahnya sedikit yang menjadi pegawai di
Babel. Mereka lebih baik taraf hidupnya dibandingkan saudara
sebangsanya. Tapi mereka semua merindukan tanah tumpah
darah mereka.
Maka datanglah firman Tuhan kepada Nabi Zefanya. “Tuhan
akan menyingkirkan hukuman yang jatuh atas mereka. Tuhan
akan menebas musuh Israel karena Tuhan berkenan menjadi
Raja Israel.” Israel yang tidak memiliki raja seorang manusia
akan memiliki
Raja. Tuhan sendiri akan menjadi Raja atas
Israel (ay 15). “Bersorak-sorailah, hai puteri Sion. Bertempiksoraklah, hai Israel! Bersukacitalah dan beria-rialah dengan
segenap hati, hai puteri Yerusalem!” (ay 14). Tuhan akan
menjadi Pahlawan bagi Israel. Dia akan memberi kemenangan.
Malapetaka dan cela akan diangkat oleh Tuhan dan Israel akan
bersorak-sorai. Semua terjadi karena Tuhan akan bertindak.
Allah berpihak kepada Israel dan menyelamatkan mereka.
Semua orang yang terpencar di seluruh bumi akan disatukan
kembali. Rakyat Israel yang berada dalam pembuangan di negeri
asing akan dibawa pulang…. Tuhan akan mengumpulkan
mereka dan menjadikan bangsa Israel menjadi bangsa yang
kenamaan dan menjadi kepujian di antara segala bangsa.
Saudara-saudariku di dalam Tuhan Yesus Kristus,……
Tentu ada syarat-syarat yang harus dipenuhi dari pihak
Israel. Nota perjanjian antara Allah dengan Israel mengandung
prasyarat yang mengikat kedua belah pihak. Pertolongan Allah
turun tatkala Israel memenuhi syarat yang diajukan Tuhan yaitu
pertobatan. Israel harus bertobat bukan hanya dengan kata
tetapi dengan segenap hati. Pertobatan meliputi diperbaharuinya
hubungan mereka dengan Tuhan dan hubungan mereka dengan
sesamanya. Apakah isi pertobatan tersebut ?
Pertama, bibir yang bersih. Umat Israel harus menjaga
bibirnya dari perkataan yang sembrono. Dalam hubungan
mereka dengan Tuhan, mereka harus belajar untuk memanggil
nama Tuhan. Menguduskan nama Tuhan. Beribadah hanya
kepada Tuhan saja. Dalam kehidupan pergaulan dengan
133
sesama, mereka harus belajar tidak bicara bohong, menjauhi
ucapan bibir yang menipu. (ay 9,13).
Kedua,
Israel
menerima
dengan
sukacita
karya
pengampunan Tuhan atas kedurhakaan yang pernah mereka
perbuat (ay 11).
Ketiga, kesediaan Israel untuk memperbaharui hati mereka.
Dalam hubungan dengan Tuhan, sikap bangga terhadap
kecongkakan, meninggikan diri/ sombong harus diubah menjadi
sikap yang rendah hati. Mereka harus belajar mencari
perlindungan kepada Tuhan. Tidak mengandalkan kekuatan diri
sendiri atau berharap kepada manusia. Waktunya bagi mereka
untuk hanya berharap kepada Tuhan saja. Dalam hubungan
mereka dengan sesamanya, bangsa Israel harus menunjukkan
hati yang diperbaharui dengan mempresentasikan sifat
kejujuran ganti kebohongan dan tidak lagi melakukan kelaliman.
(ay 11,12,13).
Saudara-saudariku di dalam Tuhan Yesus Kristus,……
Pada masa kini, kehidupan tidak selalu dalam keadaan
nyaman tetapi tidak sedikit orang yang masih merasa
terbelenggu
oleh
persoalan,
kemiskinan,
keterikatan,
ketidakmerdekaan dalam hidup mereka. Meskipun bangsa
Indonesia sudah lama merdeka, tetapi perasaan tertindas masih
dialami oleh kaum minoritas di negeri ini terutama dalam hal
melaksanakan peribadahan dengan bebas. Demikian pula
persoalan ketersediaan lapangan pekerjaan bagi angkatan kerja
masih belum juga ditemukan solusinya. Persoalan kemiskinan
masih saja menjadi masalah klasik dan banyak orang terikat
dalam budaya korupsi dari tingkat pejabat tinggi sampai pejabat
rendahan yang memperburuk nasib rakyat kelas bawah.
Bagaimana caranya agar negeri kita dipulihkan? Bagaimana
solusinya agar kita merasakan kemerdekaan ditengah-tengah
berbagai persoalan yang kita hadapi? Bagaimana jalan keluarnya
sehingga sukacita dapat sungguh kita rasakan?
Jalan keluarnya adalah: meminta Tuhan bertindak. Bila
Tuhan menjadi Raja bagi Indonesia, maka akan ada
134
transformasi. Ketika rasa hormat dan takut akan Tuhan
meningkat, maka pemulihan dari pihak Tuhan akan turun atas
Indonesia. Demikian pula dalam lingkup yang lebih kecil yaitu
keluarga.
Bila keluarga kita memerlukan pemulihan dari
Tuhan….. waktunya berseru kepada Tuhan. Bila bisnis kita
hancur dan memerlukan campur tangan Tuhan,… waktunya
untuk memanggil namaNya yang kudus. Bila Tuhan menjadi
Raja…. Maka pemulihan akan terjadi.
Tentu perubahan hati harus dinyatakan menyongsong
Pertolongan Allah. Kita bertobat dengan kata dan dengan
segenap hati. Pertobatan meliputi diperbaharuinya hubungan
kita dengan Tuhan dan sesama.
Pertama, Dalam hubungan kita dengan Tuhan, kuduskanlah
nama Tuhan dalam hidup saudara. Beribadah dan belajarlah
setia kepada Tuhan. Dalam pergaulan dengan sesama, jadilah
sahabat yang baik bagi mereka.
Kedua, bersedialah memperbaharui hati Saudara. Dalam
hubungan dengan Tuhan, sikap bangga terhadap kecongkakan,
meninggikan diri/ sombong harus diubah menjadi sikap yang
rendah hati. Mari belajar untuk berlindung kepada Tuhan. Tidak
mengandalkan kekuatan diri sendiri atau berharap kepada
manusia. Waktunya untuk berharap kepada Tuhan saja. Dalam
hubungan dengan sesamanya, mari tunjukkan hati yang
diperbaharui dengan mempresentasikan sifat kejujuran ganti
kebohongan dan tidak lagi melakukan kelaliman.
Selamat menghayati Minggu Advent yang ketiga. Selamat
menyambut pemulihan Allah dalam hidup kita dengan
pertobatan. Yakinlah, bahwa selalu ada harapan di dalam
Tuhan! Amin. (BNH)
***
135
RANCANGAN KOTBAH 23 Desember 2012
Minggu Adven 4; Warna Liturgi Ungu
Bacaan : Mikha 5:1-5a
BACAAN LEKSIONARI :
Mikha 5:1-5a; Lukas 1:46b-55;
Ibrani 10:5-10; Lukas 1:39-45.
Thema:
Jiwa Yang Memuliakan Allah
Tujuan :
Anggota jemaat memuliakan Allah dengan mempersiapkan kelahiran Tuhan Yesus ke dunia
PENAFSIRAN TEKS/LATAR BELAKANG.
Kitab Mikha ditulis oleh Nabi Mikha yang hidup pada zaman
pemerintahan raja Yotam, Ahas dan Hizkia (Mikha 1:1). Nabi
Mikha hidup sekitar tahun 735-700 sM dan bernubuat di
Yerusalem
sezaman dengan nabi Yesaya. Bedanya dengan
Yesaya, Mikha adalah seorang petani kecil dari desa sedangkan
Yesaya adalah seorang bangsawan, orang kepercayaan Raja dan
negarawan. Latar belakang mereka berbeda tetapi keduanya
berpegang pada perjanjian Allah dan membela iman Israel
dengan penuh pengabdian. Walaupun Mikha bukanlah nabi
profesional, tetapi Roh Tuhanlah yang memberikannya
keberanian dan kekuatan untuk memberitakan FirmanNya
dengan jelas dan tegas (Mikha 3:8)
Kitab Mikha dapat digolongkan menjadi 3 bagian. Bagian
pertama (Mikha 1-2), Bagian Kedua (Mikha 3-5), dan Bagian
ketiga (Mikha 6-7). Setiap bagian terdiri dari kombinasi antara
hukuman dan harapan. Bahan Bacaan kita kali ini adalah
Mikha 5:1-5a. Bahan bacaan ini termasuk dalam bagian ke dua
dan sub bagian tentang harapan mesianik. Sebelumnya, nabi
Mikha mengecam para pemimpin yang jahat dan nabi palsu di
Israel dan Yerusalem (pasal 3) dan kemudian menubuatkan
tentang penghancuran Yerusalem (3:12). Namun kemudian, Nabi
Mikha juga menubuatkan bahwa Tuhan tetap mengasihi
umatNya dan bahkan berjanji akan kehadiran seorang Mesias
yang akan lahir di Betlehem (5:1). Ia yang akan menggembalakan
umat Tuhan dengan kekuatan Tuhan, Ia akan menjadi damai
sejahtera hingga ke ujung bumi (5:3) dan ia akan mengalahkan
136
musuh-musuh Yehuda yaitu Asyur (5:4,5). Asyur adalah musuh
utama umat Israel ketika Mikha bernubuat, dan Asyur ini
melambangkan bangsa manapun yang menentang umat Allah.
Jadi kejayaan Yehuda akan kembali bukan karena kekuatan
fisik, tetapi karena pertolongan dari Tuhan yang akan
memberikan raja Mesias ke tengah-tengah mereka sebagai
pemimpin dan gembala sejati.
KONTEKS MASA KINI
Makna natal sekarang ini sering bergeser pada eforia dan
perayaan meriah karena sang raja juru selamat telah lahir ke
dunia. Tetapi seringkali kita lupa apa makna natal itu sendiri
selain luapan kegembiraan. Mikha 5:1-5 ini menegaskan bahwa
Kedatangan Mesias ke dunia ini, adalah tindakan cinta Allah
kepada umatNya. Ia yang menjadi gembala sejati kita dan akan
mengalahkan musuh-musuh kita. Tentu saja pada konteks masa
kini, yang dimaksud dengan musuh bukanlah bangsa asing,
tetapi segala bentuk penindasan, kejahatan dan keadaan yang
tidak damai sejahtera. Jadi makna natal melalui perenungan
Mikha 5:1-5a ini adalah lahirnya Sang Juruselamat yang akan
menjadi gembala dalam hidup kita dan akan menuntun kita dari
musuh-musuh kita yang berupa kejahatan dan penindasan. Kita
sebagai umatNya diajak untuk berefleksi akan makna natal ini di
tengah kondisi bangsa kita yang belum sejahtera ini. Ungkapan
kebahagiaan akan natal adalah sesuatu yang wajar dan harus
kita miliki, tetapi bagaimana caranya kita mempersiapkan natal
itu sebagai cara kita untuk memuliakan Allah yang telah
berkenan menjadi juruselamat dan gembala hidup kita itulah
yang perlu kita renungkan dan lakukan.
SARAN PENYUSUNAN KHOTBAH
Pendahuluan
Bukalah khotbah anda dengan menanyakan bagaimana
perasaan jemaat sekarang ini karena hari raya natal akan segera
tiba. Lalu dilanjutkan dengan persiapan-persiapan yang
biasanya dipersiapkan orang untuk menyambut natal. Arahkan
jemaat untuk melihat fenomena yang terjadi di antara umat yang
terkadang melakukan persiapan perayaan yang meriah tapi
137
kurang
mempersiapkan
hatinya
untuk
benar-benar
digembalakan oleh Sang Mesias. Sehingga natal malah bisa
menjadi sumber malapetaka dan bukan damai sejahtera.
Isi
Sampaikan tafsiran teks dan juga pesan natal yang terkandung
dalam teks tersebut bagi masa kini.
Penutup
Teguhkan jemaat untuk selalu memuliakan Tuhan dalam segala
persiapan kita menyambut natal.
UsulanAyat-ayat :
Nats Pembimbing
Berita Anugerah
Nats Persembahan
Usulan Lagu-Lagu
1.
2.
3.
4.
5.
6.
: Amsal 6:6-11
: Mazmur 145:14-21
: Roma 12:6-8
:
KJ. 85:1&10
PKJ. 72:1
KJ. 40:1-2
KJ. 120:1-3
KJ. 178:1 dst
KJ. 350:1-3
***
138
CONTOH KHOTBAH JADI
Bapak, Ibu, Saudara/I yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, hari
raya Natal yang selalu kita rindukan akan segera tiba. Bagaimana
perasaan anda semua? Mungkin campur aduk ya.. ada yang
senang, tetapi mungkin ada juga yang sedih. Saya pernah
mendengar keluhan seseorang yang sangat sedih menghadapi hari
Natal. Dia mengatakan bahwa saat ini dia tidak mempunyai cukup
uang untuk menyambut hari Natal. Menurut ceritanya, banyak hal
yang harus dia persiapkan, mulai dari kue-kue, lauk pauk yang
layak untuk disuguhkan kepada tamu-tamu, dan juga
“sangu”/uang untuk diberikan kepada anak-anak yang datang.
Belum lagi untuk beli baju baru anak-anak, beli lampu natal, beli
kursi baru, beli tirai baru dan masih banyak lagi. Karena merasa
tidak bisa memenuhi semuanya orang ini merasa sangat sedih dan
khawatir ketika hari Natal akan segera tiba. Setelah bapak dan ibu
serta saudara/i mendengar cerita ini apa pendapat anda? Apakah
cerita seperti ini juga sering kita jumpai dalam kehidupan ini, atau
jangan-jangan ada juga yang saat ini mempunyai pikiran yang sama
dengan cerita tadi.
Ketika kita akan menyambut hari kelahiran Tuhan Yesus
Kristus, tentunya kita ingin memberikan yang terbaik, agar
tetangga-tetangga kita yang datang juga ikut merasakan suka-cita
natal yang kita rasakan. Tetapi kadangkala, natal menjadi acara
unjuk kehebatan kita untuk menunjukkan kesuksesan kita,
kekayaan kita, kepandaian kita dalam membuat acara-acara yang
meriah dan lain sebagainya. Semua suka cita yang kita rasakan
dalam memperingati hari natal tentunya adalah sebuah hal yang
patut kita punyai, bagaimana tidak, hari natal adalah hari kelahiran
Tuhan Yesus ke dunia ini, Ia yang adalah Allah sendiri berkenan
hadir ke dunia yang fana ini untuk menjadi juruselamat dan
gembala kita. Tentu hal ini adalah hari yang sangat
menggembirakan dalam hidup kita. Tetapi sayangnya, masih ada
orang yang merasa terbeban untuk merayakan Natal atau terlalu
berhura-hura unuk merayakan natal. Yang dipikirkan adalah
persiapan secara lahiriah, bagaimana kita bisa menjamu tamutamu di hari natal, bagaimana gereja kita bisa terlihat hebat,
bagaimana kita bisa tampil bagus dengan baju-baju baru dan
sebagainya. Hal-hal lahiriah ini bila menjadi prioritas akan
membuat kita menyimpang dari makna perayaan natal yang sejati.
139
Dalam Mikha 5:1-5a kita mendapat gambaran bahwa kelahiran
sang Juruselamat, yaitu Sang Mesias sudah dinubuatkan sejak
lama. Kedatangan Yesus Kristus sebagai Mesias adalah janji Tuhan
untuk menyelamatkan umatNya. Di ayat 1, kita dapat melihat
bahwa Sang Mesias akan dilahirkan di sebuah kota kecil yaitu
Bethlehem. Dalam cerita-cerita Injil, kita juga mendapat gambaran
bahwa Tuhan Yesus dilahirkan di kota ini dan Ia lahir dalam
suasana kesederhanaan tetapi penuh makna. Maknanya adalah
bahwa Sang Mesias yang telah dijanjikan itu bukan datang untuk
dilayani dan dipamerkan tetapi untuk menjadi gembala yang sejati
ditengah-tengah bangsaNya. Mikha 5:3-5 mengatakan bahwa Ia
akan menjadi gembala kita, Ia akan memimpin kita dan akan
mengalahkan musuh-musuh kita. Asyur yang menjadi musuh
bangsa Israel ketika itu menjadi simbol “musuh” yang menekan
hidup kita. Yang dimaksud dengan musuh dalam konteks masa kini
tentunya bukanlah Negara lain atau agama lain. Musuh dalam
konteks masa kini adalah kejahatan, penindasan, keadaan tidak
damai sejahtera, semua yang bertentangan dengan nilai-nilai kasih
dalam pemerintahan Allah.
Natal yang sejati adalah kelahiran Sang Gembala, yaitu Yesus
Kristus dalam kehidupan kita masing-masing. Dengan melahirkan
Sang Gembala yang sejati dalam hidup kita, kita menjadi orangorang/domba-domba yang mau digembalakan, mau belajar untuk
selalu mendengar suara dan pimpinanNya. Persiapan dalam
menyambut natal adalah mempersiapkan hidup dan hati kita untuk
diubahkan oleh Tuhan, maka Tuhan akan memampukan kita
melawan musuh-musuh kita, yaitu keinginan kita untuk dipuji,
keinginan kita untuk ditindas oleh harta dan pujian dari manusia.
Dan masih banyak lagi musuh-musuh yang harus kita kalahkan,
agar segala sesuatu yang kita kerjakan untuk mempersiapkan natal
adalah untuk kemuliaan Tuhan. Jadi seharusnya natal membawa
damai sejahtera dan bukan penindasan atau kesedihan ataupun
juga kejahatan. Dan biarlah dalam segala hiruk pikuk kita
mempersiapkan natal, kita selalu memuliakan Allah yang telah
berkenan menjadi juruselamat dan gembala kita yang sejati, Amin.
(Ningot)
***
140
RANCANGAN KOTBAH 25 Desember 2012
Minggu Natal ; Warna Liturgi Putih
Bacaan : Yesaya 62:6-12
BACAAN LEKSIONARI :
Yes. 62:6-12; Mzm. 97;
Titus 3:4-7; Lukas 2:1-7, 8-20
Thema:
SESUNGGUHNYA, KESELAMATANMU DATANG
PEMBEBASAN DIKERJAKAN OLEHNYA!
Tujuan:
1. Umat menghayati Natal sebagai Anugerah Indah dari Allah sendiri.
2. Umat memaknai kehidupannya masa kini dalam rangka mengusik dan membuat Allah
tidak tenang – melalui kehidupan yang berkenan - sehingga Damai Sejahtera yang
dijanjikan menjadi nyata dalam hidup bersama.
Teks Yesaya 62:6-12
Secara khusus pasal ini merupakan nubuat dari Nabi
Yesaya yang menyerukan kepada umat di pembuangan bahwa
keselamatan Sion akan datang dengan segera.
Pada ayat 6 diperlihatkan bagaimana Allah menempatkan
pengintai yang bekerja sepanjang hari siang dan malam. Para
pengintai ini cenderung mengarah kepada figur para nabi dan
juga para pendoa syafaat. Dimana mereka bertugas secara
khusus berjaga-jaga dan berdoa untuk mewujudkan janji Allah.
Kata berjaga-jaga mungkin dekat dengan peronda malam yang
selalu siap dengan datangnya pencuri, namun ini juga
menunjukkan bahwa mereka mendorong umat untuk siap sedia
dengan kehidupannya yang berkenan bagi kedatangan Allah!
Juga sangat menarik bila kita melihat ayat 7: “… dan
jangan biarkan Dia tinggal tenang sampai Ia menegakkan
Yerusalem..” Ayat ini seolah-olah menekankan betapa kuatnya
umat menagih janji kepada Allah. Ia ditagih sedemikian rupa
sehingga Allah harus terusik dan tidak tenang sebelum
mewujudkan janji tersebut. Ini menarik bahwa Allah dibuat
sedemikian bosan dan segera bertindak! Segala sesuatu yang
kita ketahui menjadi kehendak Allah, kita harus senantiasa
berseru kepada-Nya dan "jangan biarkan Dia tinggal tenang"
141
sehingga Dia melaksanakan segala sesuatu yang dijanjikan-Nya.
Yah…. Mungkin juga sebuah sikap perjuangan mewujudkan
kehidupan yang lebih baik (syalom), sehingga Allah tidak tenang
menjadi sesuatu yang positif.
Pada ayat 8 – 9 Seruan moral sekaligus motivasi yang
kuat dari nabi agar umat bangkit dan memasuki masa
pemulihan serta kejayaan didasarkan pada janji Allah dengan
sumpah dan kekuatanNya bahwa hasil kerja keras umat yang
menanam gandum dan anggur hasilnya akan dinikmati sendiri.
Tidak lagi dirampas dan dinikmati oleh pihak lawan/musuh.
(Agaknya kita dapat membandingkan kondisi dan pengharapan
umat sama dalam kontek Hagai yang berseru agar umat
membangun Kenisah). Seruan nabi yang menubuatkan
Yerusalem akan dipenuhi dengan kemuliaan dan kebenaran
Allah, sehingga umat merasakan hidup dalam damai
sejahteraNya berpuncak pada ayat 11 dimana keselamatan itu
akan datang dengan hadirnya Mesias sebagai Tokoh Pembebas.
Umat akan disebut sebagai bangsa kudus oleh karena tebusan
Tuhan (ayat 12).
Konteks Masa Kini
Bila kita menghayati kehidupan masa sekarang ini maka
akan kita lihat beberapa hal yang menonjol menjadi issu kuat
yang sedang dihadapi umat dan masyarakat pada umumnya:
1. Paceklik terasa di mana-mana, khususnya sangat dirasakan
oleh Kaum Tani dan buruh tani.
2. Kebijakan public yang dinilai tidak berpihak kepada rakyat,
yang berdampak kepada mahalnya biaya hidup.
3. Rakyat semakin kritis untuk memperjuangkan hak-haknya
membuat para pengambil kebijakan (sedikit) berhati-hati.
4. Gereja dengan caranya masing-masing telah menjalankan
misi Allah dalam rangka mempersiapkan kehadiranNya
untuk yang kedua kali. Ada yang kuat dalam ritual, ada
yang kuat dalam refleksi, tetapi juga ada yang kuat dalam
aksi. Tidak ada yang sempurna melakukan ketiganya, namun
itu bagian dari hidup menggereja kita.
142
Kerangka Kotbah
I. Pendahuluan
Tanyakan kepada umat, kalau hari ini ada orang yang
menawarkan hadiah dan kita boleh memilih apapun, hadiah
apa yang umat minta. Tekankan, hanya boleh memilih 1 dan
ungkapkan dalam hati sebagai doa.
Biarkan sejenak umat mengungkapkan pilihannya, coba
daftarkan dengan menebak beberapa hal yang menurut kita
menjadi permohonan sesuai konteks hidup masa kini.
Gunakan kalimat penghubung untuk masuk ke isi, (Hari ini,
saat kita merayakan Natal Tuhan, kita juga diberikan kado
yang istimewa, dan kado itu adalah seluruh permintaan
bapak ibu dalam doa tadi, bila bapak ibu menerima kado
Mesias yang datang).
II. Isi
1. Hubungkan pendahuluan dengan bacaan leksionari.
 Rasul Paulus memberi makna Natal adalah karya
penyelamatan berdasarkan pada kemurahan-Nya.
Seperti yang tertulis dalam Titus 3:5-6: “pada waktu
itu Dia menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan
baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmatNya
oleh permandian kembali dan oleh pembaharuan yang
dikerjakan
oleh
Roh
Kudus
yang
sudah
dilimpahkanNya kepada kita oleh Yesus Kristus
Juruselamat kita…”
 Allah yang berpihak kepada kerendahan. Melalui Injil
Lukas 2:1-20 kita dapat kita telusuri bahwa semua
berawal saat kaisar Agustus mengeluar-kan maklumat
sensus dan itu berlaku untuk semua penduduk yang
ada.
Dengan
kepatuhan,
Yusuf
dan
Maria
meninggalkan kota Nazaret di Galilea menuju ke
Yudea untuk dicatat status kewargaannya. Dapat
dibayangkan, Maria saat itu dalam keadaan
mengandung, dan harus menempuh perjalanan
panjang berjalan kaki berhari-hari.
 Sang Pemazmur menubuatkan suka cita besar yang di
alami para gembala sebagai pemenuhan janji Allah.
Hadirnya Sang Mesias yang datang dan memberi
terang bagi umat (Mazmur 97 : 11).
143

Dalam nubuatan Yesaya keselamatan itu diserukan
demikian: “…Sesungguhnya keselamatanmu datang,
sesungguhnya, mereka yang menjadi upah jerih
payahNya ada bersama-sama Dia, dan mereka yang
diperoleh-Nya berjalan dihadapan-Nya, orang akan
menyebut mereka bangsa kudus orang-orang tebusan
Tuhan…” (Yesaya 62 : 11 – 12a).
2. Hubungkan teks dengan konteks masa kini.
III. Penutup
Tantang umat dengan
pembebasan dari Allah.
pengutusan
mewujudkan
Bacaan Alkitab:
Nats Pembimbing Ibadah : Yohanes 3 : 16 - 17
Berita Anugerah
: Roma 12 : 1 - 2
Persembahan
: Matius 2 : 10 – 11
Tata Liturgi:
Nyanyian Pembukaan (Jemaat Menyembah): PKJ.66
Nats Pembimbing (dibaca secara Litani)
Nyanyian Pujian Jemaat : PKJ. 68
Berita Anugerah
Nyanyian
Kotbah
Nyanyian
Nyanyian
Nyanyian
Peneguhan : PKJ. 69
Responsoria PKJ. 72
Persembahan : PKJ. 149:1 DST.
Penutup : PKJ. 178
***
144
karya
CONTOH KOTBAH JADI
Ibu, bapak, saudara, serta anak-anak, para kekasih Allah,
Kalau hari ini ada orang yang menawarkan hadiah dan kita
boleh memilih apapun, hadiah apa yang saudara minta. Saudara
sekalian hanya boleh minta satu hal saja, dan ungkapkan dalam
hati sebagai doa. Mari bersama-sama kita mengungkapkan
permohonan dalam hati……. (Biarkan sejenak umat mengungkapkan
pilihannya, coba daftarkan dengan menebak beberapa hal yang
menurut kita menjadi permohonan sesuai konteks hidup masa kini).
Tentu apa yang kita mintakan pada Natal Tuhan sekarang
ini berbeda-beda….. bagi kita yang memiliki anak jauh di rantau
karena bekerja atau study dan mereka tidak dapat hadir dalam
sukacita Natal ini, tentu ada permohonan khusus agar mereka juga
bersukacita seperti kita di sini,
Saudara-saudaraku, hari ini kita menerima kado terindah
dari Tuhan dan ini diberikan dengan Cuma-Cuma. Hanya
membutuhkan kesiapan hati untuk menerimanya lebih sungguh.
Gambaran tentang kado sebagai pemberian secara Cuma-Cuma ini
mengingatkan pada kasih Allah. Oleh karena kasih-Nya semata.
Kado itu berupa Natal yang saat ini dirayakan oleh seluruh umat
percaya di manapun mereka berada. Rasul Paulus memberi makna
Natal adalah karya penyelamatan berdasarkan pada kemurahanNya. Seperti yang tertulis dalam Titus 3:5-6: “pada waktu itu Dia
menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita
lakukan, tetapi karena rahmatNya oleh permandian kembali dan oleh
pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus yang sudah
dilimpahkanNya kepada kita oleh Yesus Kristus Juruselamat kita…”
Lalu bagaimana cara Allah menyelamatkan manusia berdosa
itu? Melalui Injil Lukas 2:1-20 kita dapat menelusurinya. Semua
berawal saat kaisar Agustus yang mengeluar-kan maklumat sensus
dan itu berlaku untuk semua penduduk yang ada. Dengan
kepatuhan, Yusuf dan Maria meninggalkan kota Nazaret di Galilea
menuju ke Yudea untuk dicatat status kewargaannya. Dapat
dibayangkan, Maria saat itu dalam keadaan mengandung, dan
harus menempuh perjalanan panjang berjalan kaki berhari-hari.
Kalau dipikir apa yang dikehendaki Allah sering bertolak belakang
dengan keinginan manusia. Mengapa? Sebab yang terjadi dalam
rancangan-Nya, sering berbeda dengan yang di inginkan manusia.
145
Peristiwa besar terjadi dalam kelahiran Raja di atas segala raja,
diawali dengan berita kehamilan Maria oleh karena Roh Kudus.
Bukan karena hubungan suami istri. (Luk 1 : 35).
Kelahiran-Nya pun jauh dari kemeriahan. Mengalir begitu
saja. Rasa-rasanya tidak pantas Yesus sebagai Juruselamat lahir
dengan kondisi sedemikian menyedihkan. Semiskin-miskinnya
manusia, mereka akan berusaha mempersiapkan yang terbaik bila
mau melahirkan anaknya. Meskipun tidak harus di kamar VIP di
Rumah Sakit, toh mereka dapat mencari kamar yang layak untuk
kelahiran buah hati mereka. Itu yang selalu dipikirkan manusia.
Ukuran yang senantiasa dipakai dalam hidup biasanya martabat.
Semakin tinggi martabatnya, semakin tinggi tuntutan tunjangan
dan fasilitasnya.
Bukankah kita sering menyaksikan sendiri contoh konkrit
yang terjadi dalam diri petinggi-petinggi disekitar kita. Apa yang
mereka tuntut saat melaksanakan tugasnya? Mereka tidak segansegan menuntut mobil mewah sebagai kendaraan dinas supaya
terlihat berwibawa. Dalam hal kesehatan, mereka minta asuransi
dengan fasilitas kamar VIP bila dirawat dirumah sakit. Belum lagi
tunjangan lain yang harus dipenuhi dengan alasan mendukung
keperluan tugasnya. Tunjangan yang aduhai dan menyedot uang
puluhan juta rupiah. Kondisi itu sangat kontras bila dibanding
dengan bayi Yesus pada saat lahir. Injil Lukas 2: 6-7 mencatat
demikian “…Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria
untuk bersalin dan ia melahirkan seorang anak laki-laki dst…”.
Dapat kita bayangkan dalam sebuah kandang Yesus dilahirkan
disana. Tentu Maria masih dalam kondisi letih setelah berhari-hari
berjalan kaki menempuh perjalanan dari Nazaret menuju ke Yudea.
Kandang itu belum sempat ditata sedemikian rupa menjadi tempat
penginapan yang nyaman. Aroma tak sedap dari kotoran hewan
masih tersisa disekitarnya. Belum lagi ceceran dedak bercampur
rumput berserakan di tanah dikerumuni lalat menambah kotornya
kandang itu. Jauh dari kebersihan dan standar kesehatan. Inilah
yang terjadi dalam bayi Yesus yang dilahirkan.
Apakah kelahiran di kandang itu hanya untuk sekedar
sensasi, sehingga ada perasaan iba dari pihak lain? Rupanya tidak
demikian. Solidaritas Allah di dalam karya penyelamatan berpihak
pada mereka yang terpinggirkan. Di sini kita melihat bahwa tidak
146
selama-lamanya orang yang terpinggirkan luput dari perhatian
Allah. Dalam sisi lain Maria yang melahirkan bayi Yesus di
kandang, dikaitkan dengan mereka para gembala yang di padang,
sebagai pihak yang mewakili kaum marginal, kaum terpinggirkan
dalam kalangan masyarakat Yahudi, mendapat kehormatan
menjadi saksi kelahiran Yesus. Peristiwa itu terjadi melalui
perjumpaan para gembala dengan malaikat. Diiringi pujian bergema
tentang kemuliaan yang mahatinggi terjadi sebuah relasi
penyelamatan dan pemulihan dari Allah kepada manusia.
Sang Pemazmur menubuatkan suka cita besar yang di alami
para gembala sebagai pemenuhan janji Allah. Hadirnya Sang Mesias
yang datang dan memberi terang bagi umat (Mazmur 97 : 11).
Begitu malaikat sorga meninggalkannya, para gembala segera
mencari apa yang telah didengarnya. Tanda-tanda ajaib yang
diterima itu benar-benar ditemukan para gembala Bayi terbungkus
lampin dan terbaring dalam palungan yang nantinya akan menjadi
Juruselamat dunia. Semua bergembira, dan ketika para gembala
menceriterakan pengalaman luar biasanya, mereka bersukacita dan
penuh keheranan. Inilah cara Allah yang menyelamatkan manusia
oleh karena kasih-Nya. Jemaat yang dikasih oleh Tuhan Yesus, Hari
ini kita merayakan Natal yang kita imani sebagai kado istimewa dari
Allah. Sebagai orang yang telah ditebus kita dapat dan menikmati
karya penyelamatan-Nya.
Dalam nubuatan Yesaya keselamatan itu diserukan
demikian: “…Sesungguhnya keselamatanmu datang, sesungguhnya,
mereka yang menjadi upah jerih payahNya ada bersama-sama Dia,
dan mereka yang diperoleh-Nya berjalan dihadapan-Nya, orang akan
menyebut mereka bangsa kudus orang-orang tebusan Tuhan…”
(Yesaya 62 : 11 – 12a). Dengan datangnya Sang Mesias yang telah
menjadi manusia, sukacita itu dapat kita nikmati. Sukacita itu
akan berpuncak pada kedatangan-Nya yang kedua kali, yakni saat
Tuhan Yesus mengadili orang yang hidup dan yang mati. Umat
tebusannya akan merasakan kedamaian dan sejahtera di dalam
tembok-tembok anugerah-Nya.
Pada ayat 6 diperlihatkan bagaimana Allah menempatkan
pengintai yang bekerja sepanjang hari siang dan malam. Para
pengintai ini cenderung mengarah kepada figur para nabi dan juga
para pendoa syafaat. Dimana mereka bertugas secara khusus
147
berjaga-jaga dan berdoa untuk mewujudkan janji Allah. Kata
berjaga-jaga mungkin dekat dengan peronda malam yang selalu
siap dengan datangnya pencuri, namun ini juga menunjukkan
bahwa mereka mendorong umat untuk siap sedia dengan
kehidupannya yang berkenan bagi kedatangan Allah!
Juga sangat menarik bila kita melihat ayat 7: “… dan jangan
biarkan Dia tinggal tenang sampai Ia menegakkan Yerusalem..” Ayat
ini seolah-olah menekankan betapa kuatnya umat menagih janji
kepada Allah. Ia ditagih sedemikian rupa sehingga Allah harus
terusik dan tidak tenang sebelum mewujudkan janji tersebut.Ini
menarik bahwa Allah dibuat sedemikian bosan dan segera
bertindak! Segala sesuatu yang kita ketahui menjadi kehendak
Allah, kita harus senantiasa berseru kepada-Nya dan “jangan
biarkan Dia tinggal tenang” sehingga Dia melaksanakan segala
sesuatu yang dijanjikan-Nya. Yah…. Mungkin juga sebuah sikap
perjuangan mewujudkan kehidupan yang lebih baik (syalom),
sehingga ungkapan Allah “tidak tenang” menjadi sesuatu yang
positif.
Ibu, bapak dan saudara, para kekasih Allah,
Natal tahun ini kita diliputi suasana politik yang tidak menentu.
Para wakil rakyat berusaha keras untuk mewujudkan kesejahteraan
rakyat dengan memperjuangkan kebijakan publik yang berpihak
kepada rakyat. Namun hal itu menjadi dilematis ketika rakyat dan
infra struktur pendukung kebijakan itu belum siap. Kebijakan
public yang dinilai tidak berpihak kepada rakyat, berdampak
kepada mahalnya biaya hidup seperti sekarang ini, misalnya dalam
rangka menerapkan subsidi hanya untuk orang miskin, Pemerintah
mencoba mengambil solusi dengan menaikkan harga BBM.
Dampaknya ternyata justru kaum miskin yang paling berat
menanggungnya. Lalu apa makna Natal bagi kita dalam konteks
atau situasi ini…..
Saudara-saudaraku, belajar dari sukacita Natal itu,
mengajar kita untuk mewujudkan diri dalam pembaharuan setelah
ditebus oleh Allah.
Pertama: Menjadi kado Natal yang istimewa, kado bagi Allah,
yang telah menyerahkan anak tunggal-Nya agar kita memper-oleh
keselamatan. Hal itu dapat kita wujudkan dengan memberikan diri
sebagai persembahan yang hidup yang kudus dan berkenan kepada
148
Allah. Menjadi kado natal bagi sesama berarti melakukan karya
pembebasan sebagaimana yang dilakukan oleh Allah. Menjadi kado
natal yang indah berarti siap menjalani pengutusan untuk
melakukan karya pembebasan dalam kehidupan bersama. Ada
banyak kondisi kehidupan yang menunjukkan bahwa belenggu
penindasan masih nyata dengan penguasaan ekonomi, pengambilan
kebijakan yang didominasi oleh kepentingan segelintir orang, dst.
Kedua: Untuk sesama kita, mari dengan jujur kita bertanya
pada diri kita masing-masing: Sudahkah kita menjadi kado yang
terbaik bagi anak-anak kita, suami/istri kita dan sahabat/relasi
kita? Sehingga mereka merasakan suka-cita dan gembira dengan
kehadiran kita ditengah-tengah mereka? Di manapun dan dalam
kondisi apapun. Itulah cara kita setelah menerima kado istimewa
dari Allah. Mau berbagi melalui kerelaan diri menjadi kado bagi
Allah dan sesama kita. Selamat Natal.
Ketiga, dengan sikap hidup yang memperjuangkan
pembebasan untuk mewujudkan hidup berkeadilan, mari kita buat
Allah tidak tenang dan segera mewujudkan damai sejahtera dalam
hidup nyata di tengah bangsa yang sedang mencari dan mencari
kehidupan yang diberkati. Kiranya sukacita Natal memampukan
kita melakukannya, Tuhan memberkati. Amin.
Keempat, bila kita mencoba melihat peran Gereja, maka kita
temukan bahwa Gereja
dengan caranya masing-masing telah
menjalankan
misi
Allah
dalam
rangka
mempersiapkan
kehadiranNya untuk yang kedua kali. Ada yang kuat dalam ritual,
ada yang kuat dalam refleksi, tetapi juga ada yang kuat dalam aksi.
Tidak ada yang sempurna melakukan ketiganya, namun itu bagian
dari hidup menggereja kita.
***
149
RANCANGAN KOTBAH 30 Desember 2012
Minggu Pertama Setelah Natal
Warna Liturgi Putih
Bacaan : Lukas 2: 41-52
BACAAN LEKSIONARI :
I Sam. 2:18-20,26; Mzm.248
Kol.3:12-17; Lukas 2:41-52
Thema:
BERTUMBUH
DALAM KASIH KARUNIA TUHAN
Tujuan:
1. Jemaat memperhatikan kebutuhan rohani sang anak.
2. Jemaat memiliki minat yang besar pada pertumbuhan rohaninya dan pada
pengenalan akan Tuhan.
PENGANTAR
Pertumbuhan Yesus hingga remaja tidak lepas dari peran Yusuf
dan Maria selaku “orang tua”Nya. Pada Luk. 2:21 dijelaskan
bahwa ketika berusia 8 hari Yesus dibawa Yusuf dan Maria ke
Yesrusalem untuk disunatkan dan diserahkan kepada Tuhan.
Dalam Lukas 2:41-42 kembali diinformasikan bahwa ketika
Yesus berusia 12 tahun, Yusuf dan Maria membawa Yesus ke
Yerusalem untuk merayakan Paskah. Dalam usia 13 tahun,
seorang remaja Israel dianggap sudah dwasa dalam ketentuanketentuan agama. Mereka mempunyai tanggung jawab penuh
untuk mentaati seluruh hukum Taurat dan disebut sebagai
“Anak Taurat”. Perjalanan dari Galilea ke Yerusalem memakan
waktu 4-5 hari, sedangkan perayaan Paskah itu sendiri
dilaksanakan selama 7 hari. Biasanya perjalanan panjang itu
dilaksanakan secara berombongan dan arak-arakan, Dengan
demikian perjalanan dan perayaan Paskah itu merupakan
sarana bersosialisasi. Dalam robongan itu kepeduliaan dan
keakraban
dibangun
secara
alamiah.
Di
Yerusalem,
kemungkinan besar Yesus dan orang tuanya menginap di
penginapan.
150
PENJELASAN TEKS
Ayat 41-42: Mulai umur 12 tahun semua anak Yahudi wajib
mengikuti upacara agama. Pada usia itu mereka diresmikan masuk
dunia orang dewasa dalam sebuah upacara inisiasi. Dapat
diperkirakan bahwa Yesus menerima upacara ini di Bait Allah di
Yerusalem sebelum perayaan Paskah. Baru setelah ikut upacara
itu, seorang anak dapat ikut serta penuh dalam perayaan Paskah.
Ia juga boleh diterima dalam sekolah Taurat. Orang Yahudi
beranggapan bahwa tiap anak mempunyai tiga guru utama. Yang
pertama ialah ibunya sendiri. Dialah yang membesarkannya dari
lahir hingga disapih. Setelah itu peran pendidik diambil alih
ayahnya hingga ana itu memasuki masa pubertas pada usia 12-13
tahun. Pada usia itu seorang anak mulai masuk dunia orang
dewasa dan wajib belajar
hidup mengikuti ajaran Taurat. Kini
gurunya ialah Taurat sendiri. Maka itu, pada umur-umur itu
seorang anak diinisiasi dengan upacara sebagai “Bar Mitwah”.
Ungkapan Aram ini artinya “anak ajaran Taurat”, maksudnya hidup
yang diarahkan untuk menghayati Taurat. Hingga hari ini di
kalangan orang Yahudi, “Bar Mitwah” adalah pesta terbesar bagi
anak-anak dan orang tua mereka.
Ayat 43: Setelah dinyatakan sebagai “Bar Mitwah”, Yesus dapat
ikut mendalami Taurat dan karena itu ia tinggal di Bait Allah
bertanya jawab dengan para ahli agama. Di Bait Allah ada
kelompok-kelompok sekolah Taurat. Ada kemungkinan Yesus
berpindah-pindah mengikuti pelajaran dari kelompok satu ke
kelompok berikutnya sehingga terpisah dari orang tuanya. Yusuf
dan Maria sendiri kiranya juga sibuk berbicara dengan para orang
tua lain dan kenalan disitu.
Ayat 44-46: Yusuf dan Maria menyangka Yesus ada diantara orangorang seperjalanan mereka. Orang tua Yesus sudah jauh
meninggalkan Yerusalem pulang menuju Nazaret yang letaknya
150-an km di utara. Ketika menyadari Yesus tidak ada dalam
rombongan, mereka terpaksa kembali ke Yerusalem. Perjalanan
berangkat dari Yerusalem dan kembali
kesana katakan saja
memakan waktu 2 siang hari. Hari berikutnya yakni hari ketiga,
mereka menemukannya di bait Allah. Ia menikmati duduk-duduk
dengan alim ulama, bercakap-cakap dengan mereka dan
mengajukan berbagai pertanyaan.
151
Ayat 47: Semua orang yang disitu tercengang dan kagum akan
kecerdasan Yesus.
Ayat 48: Ketika menemukan Yesus, hal itu sangat mengejutkan
hati orang tuaNya, sebab kebiasaan itu tidak mungkin dilakukan
oleh seorang remaja. Maria beranggapan bahwa apa yang dilakukan
Tuhan Yesus itu tidak sepantasnya.
Ayat 49: Disitu juga pertama kalinya dalam Injil Lukas ditampilkan
Yesus berbicara. PerkataanNya menjadi titik tolak untuk mulai
mengenal siapa Dia itu. Ia merasa wajib menyibukkan diri dengan
perkara-perkara BapaNya. Dan mulai saat itu kehidupanNya
memang terpusat kesana. Yesus ditampilkan sebagai orang yang
mulai dewasa dengan menyadari bahwa hidupNya itu demi urusanurusan BapaNya. Dan komitmen ini dijalaniNya terus sampai akhir,
sampai di kayu salib nanti. Dia sebenarnya mau mengatakan
kepada orang tuaNya bahwa sesungguhnya tidak perlu cemas dan
mencari Da kemana sampai berhari-hari. Sesungguhnya sebagai
orang tua, Yusuf dan Maria seharusnya tahu kemana Yesus akan
pergi bila terpisah dari orang tuaNya, yaitu Bait Allah. Bukan saja
karena tempat itu adalah tempat dimana Kristus berada dalam
“rumah BapaKu”, tapi sebenarnya juga menunjukkan apa yang
menjadi kesukaan Yesus yang muda itu.
Ayat 50-51: Semuanya tidak terduga dan tidak dapat dipahami
begitu saja akan ucapan Yesus. Sementara bagi Maria, ia hanya
menyimpan perkara tersebut dalam hatinya. “Menyimpan dalam
hati” artinya mempergumulkan dan merenungkan. Namun sebagai
anak, Yesus menuruti perintah orang tuaNya untuk kembali ke
Nazaret.
Ayat 52: Ini cara menggambarkan orang yang hidup bagi
kepentingan Tuhan dan manusia. Mirip dengan yang dikatakan
mengenai Samuel dalam 1 Samuel 2:26. Akan tetapi, Lukas
menambah satu unsure lain yakni “hikmat”. Gagasan ini
menunjukkan pada pengalaman hidup yang mengajar orang makin
peka memahami kebutuhan orang. Yang membuat orang solider
dengan sesama. Dia yang sudah jadi “anaknya ajaran Taurat” dapat
menghayatinya dengan hikmat. Ajaran agama menjadi hidup, tak
mandek sebatas kewajiban dan larangan melulu. Dia itu Taurat
hidup yang dikirim Bapa kepada umat manusia.
152
KONTEKS MASA KINI
1. Masih banyak orang tua Kristen yang mengabaikan
pentingnya kerohanian anak.
2. Semakin sedikit orang muda menaruh minat terhadap
kebanaran-kebenaran Firman Tuhan.
3. Masih banyak orang Kristen kurang memiliki minat bahkan
kerinduan yang besar untuk membicarakan, mendiskusikan
dan mempelajari kebenaran Firman Tuhan.
SARAN PENYUSUNAN KOTBAH
Pendahuluan
Kotbah diawali dengan menjelaskan tentang manusia adalah
makhluk multidimensional. Multidimensional artinya manusia tidak
hanya terdiri dari tubuh saja namun juga jiwa dan roh. Manusia
yang berkembang sempurna adalah dikala semua segi
kehidupannya mendapat perhatian.
Isi Kotbah
Pengkotbah masuk pada bagian isi dengan menyampaikan secara
singkat peristiwa tertinggalnya Yesus di Bait Allah dan upaya
pencarian Yesus oleh Yusuf dan Maria. (Pengkotbah pada saat
melakukan persiapan dapat menambahkan pesan teologis yang
ditemuinya untuk semakin memperkaya pemahaman tentang
bagian Firman Tuhan ini).
Aplikasinya: Pengkotbah dapat mengungkapkan bahwa sekarang
minat anak mudah untyk belajar tentang kehidupan beiman sudah
semakin berkurang. Contohnya: Katekisasi hanya sekedar
memenuhi syarat, dan contoh lain dapat ditemukan sendiri oleh
Pengkotbah.
Penutup :
Kotbah diakhiri dengan ajakan dan himbauan agar jemaat memiliki
kerinduan untuk mengenal kehendak Tuhan melalui berbagai
kesempatan belajar.
***
153
CONTOH KOTBAH JADI
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Sudah lama disadari bahwa manusia adalah makhluk
multidimensional. Ia tidak hanya terdiri dari tubuh saja, namun
juga memiliki tubuh atau roh. Manusia yang berkembang
sempurna adalah manusia yang berkembang dalam semua segi
kehidupannya, baik segi yang jasmani maupun yang rohani.
Secara naluriah, orang tua akan memberikan perhatian pada
petumbuhan jasmani anaknya. Mereka memberikan anaknya
makan dan menjaga kesehatannya. Kebutuhan makanan sangat
diutamakan, karena tanpa makanan si ana tidak akan bertahan
hidup.
Kebutuhan yang sifatnya rohani, orang tua memberi kasih
sayang, perhatian, juga termasuk di dalamnya pendidikan.
Pendidikan diberikan agar si anak memiliki ilmu dan kepandaian
untuk bertahan hidup dan berkembang di kemudian hari. Para
penyelenggara pendidikan juga sangat sadar, bahwa pendidikan
manusia harus menyangkut semua aspek diri manusia, sehingga
semua aspek tadi harus dikembangkan, yakni aspek kognitif,
afektif, dan aspek psikomotorik.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,
Seringkali tanpa benar-benar dihayati, pendidikan yang kita
(keluarga, sekolah) berikan hanya bertujuan mengembangkan
kecerdasan intelektual anak. Orang tua dan pihak sekolah
bangga dan puas apabila anak memilikipengetahuan yang
banyak dan berotak cerdas. Apalagi kalau sekolahnya lulus
100% (entah murni atau tidak). Anak akan dihargai dan
menerima pujian karena ia pandai. Kita lupa bahwa bukan
hanya itu yang dibutuhkan anak untuk berhasil dalam hidupnya
di kemudian hari.
Beberapa watu belakangan ini muncul pula pengetahuan
baru tentang adanya bermacam-macam kecerdasan yang lain,
yang tidak kalah pentingnya bagi manusia. Ita mengenal adanya
Kecerdasan Emosional (EQ), dan juga Kecerdasan Spritual (SQ)
atau gabungan dari keduanya. Kecerdasan Emosional meliputi
kemampuan seseorang untuk mengelola perasaan-perasaannya,
yang sangat penting dalam menjalin relasi dengan orang
154
lain.Sedangkan Kecerdasan Spiritual membuat orang mampu
menyadari makna hidupnya.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,
Masa remaja Yesus amatlah sederhana. Ia dididik Yusuf dan
Maria untuk melakukan hal-hal biasa. Yusuf dan isterinya selalu
mengikuti perayaan Paskah di Yerusalem. Yesus pun diikutkan
bersama. Dalam perjalanan kembali ke kota Nazaret ketika
Paskah usai, Yusuf dan Maria kehilangan Yesus. Mereka
mencarinya, ternyata Ia ditemukan sedang bercakap-cakap
dengan pemuka agama Yahudi. Hal itu sangat mengejutkan hati
orang tuaNya, sebab kebiasaan itu tidak mungkin dilakukan
oleh seorang remaja. Dalam perjumpaan dengan orangtuaNya
itu, Yesus berkata : “Aku harus berada dalam rumah BapaKu.:
(ayat 49)
Sepintas mungkinkita akan berpikir bahwa Yesus tidak
mengerti kegelisahan orang tuaNya yang sudah tiga hari
mencari-cari anaknya yang hilang. Dan tidak menghargai
kekuatiran mereka. Yesus sebenarnya mau mengatakan kepada
orang tuaNya bahwa sesungguhnya tidak perlu cemas dan
mencari Dia kemana-mana sampai berhari-hari. Sesungguhnya
sebagai orang tua, Yusuf dan Maria seharusnya tahu kemana
Yesus akan pergi apabila terpisah dari orang tuaNya, yaitu Bait
Allah. Bukan saja karena tempat itu adalah tempat dimana
Kristus berada dalam “rumah BapaKu” , tapi sebenarnya juga
menunjukkan apa yang menjadi kesukaan Yesus yang masih
belia itu.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,
Sekalipin Yusuf dan Maria terkejut mendengar jawaban
anaknya, Yusuf dan Maria tidak memahami maksud ucapan
Yesus itu. Sementara bagi Maria, ia hanya menyimpan perkara
tersebut dalam hatinya, “Menyimpan dalam hati” artinya
menggumulkan dan merenungkan. Namun sebagai anak, Yesus
menuruti perintah orang-tuaNya untuk kembali ke Nazaret
bersama mereka.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,
Bagi anak berusia 12 tahun, meninggalkan rumah bisa berarti
keluar dari zona nyaman. Ia dituntut untuk beradaptasi dan
menempatkan diri secara tepat di tngah lingkungan yang baru.
Dinamika pergaulan dan kehidupan sosial seperti itu
155
berpengaruh pada cara Yesus memperlakukan dan menghargai
sesamanya. Yesus makin dikasihi manusia (ayat 52). Pernyataan
ini menunjukkan kualitas pertumbuhan aspek sosial Yesus.
Akhirnya buah dari pembinaan diri ini secara bertahap,
menyeluruh, dan berkesinambungan dalam diri Yesus
diformulasikan penulis Injil Lukas dalam kalimat : “Dan Yesus
makin bertambah besar dan bertambah hikmatNya dan
besarNya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia. (Luk. 2:
52). Bertambah besarNya, bertambah hikmatNya, dan makin
dikasihi Allah dan manusia adalah bahasa lain dari bertumbuh
secara utuh dan menjadi berkat. Yesus bertumbuh secara fisik,
pikiran, perasaan, dan kerohanianNya hingga menjadi pribadi
yang utuh dan dewasa. Itulah buah dari sebuah proses
pembentukan diri yang dilakukan sejak dini, bertahap dan
berkelanjutan. Yesus menjelma menjadi pribadi yang penuh
charisma, penuh integritas, dan menjadi berkat bagi Tuhan dan
manusia.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,
Kecintaan Yesus terhadap kegiatan di Bait Allah sudah terlihat
sejak kecil. Bukan hanya disebabkan Yesus itu anak Allah tetapi
juga orang tua yang mendukung dalam mengikutsertakan Yesus
dalam kegiatan agama sangat membantu. Pembinaan dan
pendidikan yang dilakukan oleh Yusuf dan Maria menunjang
terlaksananya rencana Allah yang harus dikerjakan anakNya itu.
Belajar dari pengalaman Yusuf dan Maria, tiap orang tua
Kristen turut mendorong dan mendukung kegiatan anak/remaja
dalam hal iman, seperti mengikuti ibadah anak/remaja,
PA
keluarga,dan Ibadah Minggu. Hal ini akan membantu anak
menumbuhkan rasa cinta kasih kepada Allah serta menangkal
pengaruh-pengaruh negatif dari perkembangan masyarakat
dalam kehidupan anak/remaja. Marilah tiap orang tua mengisi
sambil membangun masa depan anaknya berdasarkan teladan
yang diberikan Yusuf dan Maria.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,
Saat ini, semakin sedikit orang muda menaruh minat terhadap
kebenaran-kebenaran firman Tuhan. Mengapa demikian? Karena
memang ketertarikan orang muda di jaman ini lebih kepada
dirinya sendiri. Jaman ini telah menuntun orang muda untuk
mengeksploitasi
dirinya
sendiri.
Orang
muda
senang
156
mempertontonkan dirinya sendiri, baik pikiran, perasaan, dan
penampilannya. Minat yang besar terhadap diri sendiri membuat
orang muda hidup dalam hedonism dan narsisme. Akhirnya
sudah menjadi masalah klasik bahwa kelas-kelas atekisasi,
Pemahaman Alkitab semakin sepi, kelompok-kelompok kecil
tidak lagi bersemangat, acara-acara pembinaan di gereja tidak
lagi diminati, padahal ciri khas seorang yang memiliki
pertumbuhan rohani adalah minat yang besar juga dalam belajar
akan kebenaran firman Tuhan, senag mendiskusikannya, dan
nyaman membicarakannya berlama-lama. Kristus di Bait Allah
menunjukkan kasih yang besar terhadap Allah, ada kesukaan
tersendiri buat Yesus untuk berdiskusi tentang BapaNya dengan
para alim ulama itu.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,
Bagaimana dengan kita? Apakah kita juga memiliki keinginan
bahkan
kerinduan
yang
besar
untuk
membicarakan,
mendiskusikan, dan mempelajari kebenaran firman Tuhan?
Orang yang memiliki semangat yang besar kepada Allah adalah
orang yang memiliki kerinduan. Rindu itu suatu rasa yang ajaib.
Ada hal-hal yang besar yang bisa dilakukan oleh seseorang kalau
dia merindukan sesuatu. Jadi rindu itu membuat terjadinya
suatu dorongan yang besar di dalam diri kita untuk melakukan
sesuatu. Orang Kristen seharusnya memiliki rasa rindu kepada
Tuhan, sehingga dia menaruh keinginan yang besar pada
pertumbuhan rohaninya dan pada pengenalan akan Tuhan. Pola
inilah yang ditunjukkan oleh Yesus dari cerita yang sederhana
tentang diriNya yang hilang di Yerusalem. Tuhan memberkati.
AMIN.
Nats Pembimbing : Kolose 3 : 16-17
Berita Anugerah
: 1 Korintus 1 : 30-31
Nats Persembahan : 1 Tawarikh 29 : 14
Lagu-lagu :
1. KJ. 14
2. KJ. 240a
3. KJ. 178
4. KJ. 356
5. KJ. 288
6. KJ. 408
157
RANCANGAN KOTBAH 31 Desember 2012
Minggu Tutup Tahun ; Warna Liturgi Putih
Bacaan : Yohanes 8:12-19
BACAAN LEKSIONARI :
1 Raja-Raja 3:5-14;
Yohanes 8:12-19
Thema:
Hidup Dalam Terang
Tujuan :
Agar jemaat sungguh-sungguh meyakini bahwa Yesus adalah Terang Kehidupan dan
jemaat berani menjadi saksi dari Terang itu.
Pengantar
Dalam pasal ini tidak ditulis tentang tanda-tanda yang
dibuat Yesus,tetapi Ia meneruskan pengajaran mengenai diriNya sebagai Terang Dunia.
Menurut Hukum Taurat, kesaksian yang didasarkan pada
dua orang dianggap sah. Kesaksian Tuhan Yesus tentang diriNya sebagai Terang Dunia dan Klaim-Nya bahwa Allah Bapa
yang mengutus diri-Nya inilah yang menyebabkan kebencian
orang Farisi kepada-Nya semakin menjadi-jadi.
TAFSIRAN SINGKAT
Perkataan Yesus tentang Terang Dunia diucapkan pada hari
pertama sesudah hari raya Pondok Daun di dalam ruangan
untuk wanita di Bait Allah. Disitu terdapat peti-peti emas untuk
uang persembahan. Selama hari raya Pondok Daun diletakkan
beberapa kaki pelita dekat peti-peti itu yang mengingatkan orang
Yahudi kepada tiang awan dan tiang api di atas Kemah ketika
mereka dipadang gurun. Ketika Yesus berkata-kata, lilinnya
tidak dipasang. Pada waktu itu Yesus berkata,”Akulah Terang
Dunia” ,yakni Terang Dunia untuk orang Yahudi maupun
bangsa asing(Yes 49:6). Perkataan itu mengejutkan orang-orang
Farisi dan mereka menantang Yesus.
Perkataan Yesus, ”Akulah Terang Dunia”, meneguhkan
perkataan Yohanes, “Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah
terang manusia”(Yoh 1:4). Mungkin Tuhan Yesus mengingatkan
mereka akan tiang awan dan tiang api di atas Kemah ketika Ia
berkata demikian. Orang yang mengikut Terang Dunia itu tidak
158
akan berjalan didalam gelap,melainkan mendapat terang hidup
yang memimpinnya ke surga seperti tiang awan dan tiang api
telah memimpin bangsa Israel ke tanah perjanjian.
Orang Farisi berkata kepada Yesus,”Engkau bersaksi tentang
diri-Mu, kesaksian-Mu tidak benar”(Yoh 8:13). Dalam Yoh 5:31
Yesus mengaku bahwa perlu saksi-saksi lain tentang diri-Nya.
Lalu Ia memberikan kesaksian Yohanes Pembabtis, Bapa-Nya,
Perbuatan-Nya, Alkitab dan Khususnya kesaksian Musa. Tetapi
jikalau Yesus menyaksikan tentang diri-Nya, maka benarlah juga
kesaksian itu, sebab Ia mengetahui hal-hal yang tidak diketahui
oleh mereka. Ia bersaksi tentang diri-Nya dengan kebenaran.
Mereka menghakimi hanya menurut apa yang nampak. Terang
Dunia itu tidak memerlukan saksi, sebab terang menyatakan
dirinya. Yesus menyebutkan pula dari Taurat mereka, bahwa
kesaksian dua oranglah yang benar. Yesus mengaku bahwa
jikalau Ia dan Bapa-Nya membuat kesaksian, maka benarlah
perkataan-Nya. Kelak Yesus akan menghakimi manusia, tetapi
pada waktu ini Ia adalah Terang manusia agar tidak seorangpun
berjalan didalam kegelapan.
Mereka tidak menerima kesaksian Yesus, lalu meminta
Yesus menunjukkan Bapa itu kepada mereka. Pada lain
peristiwa, Filipus, murid Yesus, meminta hal yang serupa.
Jawaban Yesus sama,”Jikalau sekiranya kamu mengenal Aku,
kamu mengenal juga Bapa-Ku (Yoh 8:19) dan kepada
Filipus,”Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat
Bapa”(Yoh 14:9). Karena mereka tidak mengenal Allah Bapa,
mereka tidak mengenal Kristus. Yesus mengetahui bahwa Ia
datang dari surga dan akan kembali ke surga.
PENJELASAN TEKS
Perayaan Pondok Daun mengingatkan Umat Israel saat
mereka melewati padang gurun dan dipimpin Tuhan melalui
tiang awan pada siang hari. Kegelapan malam tenggelam oleh
kehadiran-Nya dalam tiang api. Kini Tuhan Yesus mengklaim
diri bukan hanya terang bagi umat Israel, tetapi bagi seisi dunia
yang adalah milik-Nya (12). Siapa percaya dan mengikut Dia,
akan memiliki hidup sejati
159
Klaim ini segera dibantah oleh orang-orang Farisi dengan
menuduh-Nya bersaksi palsu (13). Mereka menyerang balik
Tuhan Yesus dengan perkataan-Nya sendiri, bahwa kesaksian
diri sendiri tidak sah (lih.5:31). Namun, kesaksian Tuhan Yesus
benar adanya karena hubungan-Nya dengan Allah Bapa: Ia
berasal dari Allah Bapa dan akan pergi kembali kepada-Nya
(8:14a), bahkan Allah Bapa juga bersama dengan Tuhan Yesus
(16). Dengan demikian tuduhan mereka salah karena mereka
tidak mengenal Dia(14b) dan mencoba menilai Dia secara
manusia (15). Tuhan Yesus mengklaim kesaksian diri-Nya sah
menurut Hukum Taurat yang mengharuskan dua saksi (17; lih.
Ul. 17:6) karena Dia adalah saksi yang benar, demikian juga
Allah Bapa (Yoh 8:18). Klaim Tuhan Yesus sebagai Terang Dunia
dan Klaim-Nya akan hubungan yang khusus dengan Allah Bapa
saling berkaitan . Dia bersama-sama dengan Allah Bapa dan Dia
adalah Allah; Dalam Dia ada hidup dan hidup itu terang
manusia (ps.1:1-4). Klaim ini tidak mungkin dimengerti oleh
manusia berdosa, kecuali ia menerima dan percaya kepada
Tuhan Yesus (8:19b).
Karena orang-orang Farisi ini menolak percaya kepada
Tuhan Yesus, maka mereka tetap tinggal dalam kegelapan dosadosa mereka. Mereka buta terhadap kebenaran Allah. Demikian
juga banyak orang yang menolak pemberitaan Injil Yesus Kristus
akan tetap tinggal dalam dosa-dosa mereka karena mereka
menolak kebenaran Ilahi.
Terang memang tidak disukai oleh orang-orang gelap, karena
terang membongkar kejahatan mereka dan menaruh mereka di
bawah penghakiman Allah.
KONTEKS MASA KINI
1. Perilaku manusia masa kini yang mengarah pada pergaulan
bebas, egoisme, individualisme,materialisme, narkoba dan
banyaknya tindak kriminalitas
2. Banyak orang menolak Yesus sebagai Juruselamat dan
Terang Dunia
3. Tidak semua orang kristen menyadari dirinya sebagai
pembawa terang ditengah.-tengah dunia.
160
SARAN PENYUSUNAN KHOTBAH
Pembukaan
Gunakan ilustrasi yang sesuai dengan isi khotbah yang akan
disampaikan, misalnya ilustrasi yang menggambarkan
bagaimana perasaan kita ketika berada dalam suatu ruangan
gelap kemudian muncul seberkas cahaya.
Isi Khotbah
 Wartakan bahwa Kristus adalah Terang Dunia.
 Jelaskan pengertian dan manfaat Terang dan seperti apa
kehidupan dalam Terang itu.
 Ajak jemaat untuk menyadari bahwa mereka adalah
anak-anak Terang serta berani mewujudnyatakan Terang
itu dalam kehidupan sehari-hari
Penutup
Ajak jemaat untuk mengevaluasi diri, apakah sikap dan
perbuatan mereka sehari-hari sudah memberi teladan yang
baik bagi orang lain sebagai pancaran Terang Kristus.
Usulan ayat-ayat dan lagu-lagu
Nats Pembimbing
: Matius 5: 16
Berita Anugerah : 2 Tesalonika 2:16-17
Nats Persembahan
: 2 Korintus 8:12
PKJ No. 4:1-2
PKJ 2 (2x)
PKJ 15
PKJ 146:1-2
PKJ 185
Contoh Khotbah jadi
Saudara-saudara yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus,
Saya mengajak kita semua untuk membayangkan bagaimana
perasaan kita ketika kita berada pada suatu ruangan di malam
hari tanpa ada cahaya lampu/lilin yang menerangi? Tentu
semuanya gelap bukan? Tidak ada sesuatu yang nampak oleh
161
mata kita atau semuanya hanya sebatas remang-remang, tidak
jelas. Mungkin kita tidak tahu dari arah mana kita harus masuk
ataupun keluar dari tempat itu. Kita tidak tahu ditempat itu ada
apa atau siapa, karena semuanya serba gelap. Yang pasti kita
merasa tidak nyaman dan kitapun tidak dapat berbuat apa-apa
atau sebatas meraba-raba oleh karena kegelapan itu. Tetapi
ketika ada seberkas cahaya lilin yang dibawa masuk untuk
menerangi tempat itu, maka semuanya jadi nampak jelas.
Kitapun bisa melihat situasi dan kondisi tempat tersebut, yang
pada akhirnya dapat membuat kita merasa nyaman dan juga
membuat kita dapat melakukan sesuatu.
Jemaat yang dikasihi Tuhan,
Dalam bacaan kita hari ini, diceritakan tentang bagaimana
Tuhan Yesus menyatakan diri dihadapan orang banyak bahwa
Diri-Nya adalah Terang Dunia, Maka Yesus berkata pula kepada
orang banyak,kata-Nya”Akulah terang dunia; barangsiapa
mengikut Aku,ia tidak akan berjalan dalam kegelapan,melainkan
ia akan mempunyai terang hidup.(ay 12). Kesaksian Yesus ini
sangat mengejutkan orang-orang Farisi dan menyatakan bahwa
kesaksian Yesus itu tidak benar, sebab begitu beraninya Yesus
mengatakan tentang diri-Nya sendiri, sementara menurut
hukum Taurat, bahwa kesaksian dua orang barulah dianggap
sah. Hal ini menyebabkan perdebatan antara Yesus dan orangorang Farisi,(13-19).
Bapak,Ibu saudara yang dikasihi Tuhan,
Memang tidak mudah untuk meyakinkan orang lain tentang
suatu kebenaran. Namun kita adalah orang-orang yang sudah
ditebus dan dibahaharui oleh Yesus, kita harus selalu meyakini
bahwa setiap ucapan Yesus itu adalah ucapan kebenaran. Ketika
Yesus mengatakan bahwa Ia adalah terang dunia, maka kita
harus benar-benar mengimani hal tersebut. Sebab kita ini bukan
lagi hidup dalam kegelapan, tetapi sudah hidup dalam terang.
Jadi semuanya sudah nampak jelas,
Ketika kita hidup dalam
dalam terang, maka tidak ada lagi hal yang rahasia dan
tersembunyi,semuanya tersingkap. Kita jadi mengetahui jalan
mana yang harus kita tempuh, langkah apa yang harus diambil,
demi sesuatu yang terbaik bagi kehidupan kita semua. Ketika
kita hidup dalam terang, maka tentunya kita dapat melihat
162
kebenaran yang telah dinyatakan Allah melalui anank-Nya Yesus
Kristus. Jadi segala pikiran, perkataan dan perbuatan baik
buruknya seseorang tidak ada yang tersembunyai dihadapan
Allah. Tentu kita juga harus selalu menyambut dan meresponi
terang itu. Dengan selalu berusaha untuk hidup sesuai dengan
firman Tuhan yang menjadi pedoman hidup kita. Kita
mempunyai misi untuk meneruskan dan memancarkan terang
Kristus itu kepada semua orang dan kita harus yakin serta
berani bahwa kita mampu melakukannya.
Sebagai contoh, dalam dunia pekerjaan kita sehari-hari,
ketika kita bekerja sebagai pedagang, jadilah pedagang yang baik
dan jujur, jadilah petani yang tekun bekerja, jadiah karyawan
yang rajin dan disiplin, jadilan pemimpin yang bisa menjadi
teladan bagi anak buahnya dan masih banyak lagi contoh yang
lainnya. Intinya kita harus dapat menjadi teladan yang baik bagi
orang-orang yang kita jumpai dimanapun dan pada saat
kapanpun. Lakukanlah kehendak Tuhan dalam seluruh segi
kehidupan kita, Bukan tidak mungkin bahwa ketika kita
melakukan hal-hal yang baik seturut kehendak Tuhan, orang
lain yang melihat akan memuliakan Bapa disurga. Dengan
demikian saudaraku semua, kita perlu menyadari bahwa betapa
pentingnya kita harus selalu hidup dalam terang Kristus, supaya
kita bisa berbuat sesuatu demi kemuliaan nama Tuhan.
Akhirnya, kepada jemaat yang terkasih dalam Tuhan,
Marilah kita mengoreksi dan bertanya pada diri kita masingmasing. Sudahkah saya hidup seturut firman Tuhan? Sudahkah
saya menampakkan terang itu kepada orang lain? sudahkan
saya menjadi teladan hidup bagi orang lain? Seperti Lilin yang
memancar di tengah kegelapan, demikian juga Yesus yang sudah
menyatakan diri-Nya adalah Terang Dunia bagi semua orang,
demikian jugalah kita setiap orang yang percaya kepada-Nya
harus memancarkan dan meneruskan terang itu kepada semua
orang. Terpujilah nama Tuhan, Amin. (Yus)
163
SAPTA PRASETYA PENDETA GKSBS
Hasil Konven Pendeta GKSBS tahun 2007
Kami Pendeta Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan dalam Konferensi
Pendeta GKSBS Tahun 2007 di Metro, mengakui bahwa Allah melihat segala
yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Oleh karena itu, adalah penting
memandang dunia dengan cara Allah memandang dan berupaya bersikap baik,
mengalahkan kejahatan dengan kebaikan, dan menumbuhkan pengharapan
dalam keputusasaan.
Kami Pendeta Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan menyadari perlunya
membangun persahabatan dengan semua pihak. Menempatkan jemaat setempat
dan konteks masyarakatnya sebagai praksis belajar sungguh-sungguh
untuk mengembangkan spiritualitas, kepemimpinan yang melayani
dan managerial dalam diri setiap orang.
Kami Pendeta Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan bertekad membangun
jemaat selaras dengan identitas gereja yang mencitrakan diri sebagai Hamba Allah
yang setia, bersama para pihak menghargai kearifan lokal serta berpihak
pada mereka yang miskin dan tertindas.
Kami Pendeta Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan memandang diri sebagai
SAHABAT bagi semua pihak, yang membangkitkan pengharapan dan senantiasa
berupaya membangun relasi yang sinergis dengan semua komponen masyarakat
serta membangun iklim dimana setiap orang dihargai dan menjadi subjek
atas pembangunan kehidupan bersama yang lebih baik.
Kami Pendeta Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan bertekad mewujudkan nilai
akuntabilitas dan transparansi dalam menjalankan organisasi jemaat, klasis dan
sinode Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan, sehingga Gereja dipercaya dan
partisipasi semua pihak semakin meluas dalam menjalankan misi Allah.
Kami Pendeta Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan bertekad menghargai dan
melaksanakan setiap keputusan yang telah ditetapkan bersama,
demi mempertahankan keutuhan dan kebersamaan
Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan.
Kami Pendeta Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan
sepakat dalam solidaritas dan kebersamaan untuk mewujudkan kehidupan
yang layak bagi 164esame pendeta agar dapat melaksanakan
tugas pelayanan dengan sepenuh hati.
164
Download