SUMBER AIR HIDUP RANCANGAN KHOTBAH Edisi: Juli - Desember 2012 Diterbitkan oleh : Program Identitas dalam Pluralitas Sinode GKSBS Jln. Yos Sudarso 15 Polos - Kota Metro 34111 Telp. (0725) 42598 - E.mail : [email protected] Website: www.gksbs.org 1 DAFAR ISI 1. Pengantar 2. RK 01 Juli 2012 3. RK 08 Juli 2012 4. RK 15 Juli 2012 5. RK 22 Juli 2012 6. RK 29 Juli 2012 7. RK 19 Agustus 2012 8. RK 26 Agustusi 2012 9. RK 02 September 2012 10. RK 09 September 2012 11. RK 16 September 2012 12. RK. 23 September 2012 13. RK. 04 Nopember 2012 14. RK. 11 Nopember 2012 15. RK. 18 Nopember 2012 16. RK. 25 Nopember 2012 17. RK. 02 Desember 2012 18. RK. 09 Desember 2012 19. RK. 16 Desember 2012 20. RK. 23 Desember 2012 21. RK. 25 Desember 2012 22. RK. 30 Desember 2012 23. RK 31 Desember 2012 3 5 12 22 28 32 40 56 68 75 81 88 96 102 107 113 120 125 130 137 142 151 159 *** 2 PENGANTAR Teman-teman pelayan Firman se-sinode GKSBS yang dikasihi Kristus, Salam syalom, bagaimana khabarnya? Kami berharap teman-teman senantiasa ada dalam keadaan sungguh amat baik, sebagaimana Allah menciptakan manusia sungguh amat baik. Kita bersyukur kepada Tuhan yang talah memampukan kita melakukan tugas panggilan ditengahtengah jemaatNya melalui pelayanan Firman. Dengan keyakinan bahwa setiap Firman yang telah keluar dari mulut Allah tidak akan kembali dengan sia-sia, benih Firman Tuhan yang telah temanteman tabor akan menjadi berkat bagi seluruh anggota jemaat. Sungguh sesuatu yang amat baik, kami kembali diberi kesempatan untuk menyapa Bapak/Ibu/Sdr/I sekalian melalui buku Sumber Air Hidup. Sama seperti tahun sebelumnya, seluruh khotbah dalam SAH semester genap 2012 ini dijiwai oleh tema besar sinode GKSBS 2010-2015; “Berapa Banyak Roti yang Ada Padamu, Cobalah Periksa” Dan sub tema: “Panggilan Persaudaraan untuk Hidup Berbagi dan Bermartabat dalam Rumah Bersama” Tema hasil sidang IX Sinode GKSBS inilah yang hendaknya menjadi jiwa dah roh bagi seluruh gerak langkah jemaat se sinode GKSBS. Buku “Sumber Air Hidup” semester genap 2012 ini, disajikan dalam bentuk “Rancangan Khotbah” dan dilengkapi dengan contoh khotbah jadi. Contoh khotbah jadi disajikan dengan maksud sebagai pembanding khotbah jadi yang akan teman-teman buat, bukan untuk digunakan secara langsung. Karena situasi dan konteks khotbah jadi tersebut tentu berbeda dengan situasi dan konteks teman-teman. Dalam rangka peningkatan kapasitas, sangat diharap-kan para pengkhotbah mempelajari lebih dahulu Rancangan Kotbah ini, sebelum menyusun khotbahnya sendiri dan membandingkan dengan contoh khotbah jadi. Karena jikalau khotbah jadi ini langsung dipergunakan akan mematikan kreativitas dan semangat belajar para pengkhotbah. Kami mengucapkan terimakasih kepada GKSBS klasis Tulang Bawang, Seputih Raman dan Bandarjaya yang telah memfasilitasi proses penulisan SAH semester ganjil dan genap 2012 ini. Terimakasih kepada para penulis yang telah berkenan mempersembahkan karya tulisnya. Pdt. Kurniawan Dewanto Wijaya, Pdt. Darmawan Ginting, Pdt. Purnomo Sidi, Pdt. Bonason R. Manulang, Pdt. Endar W. Subekti, Pdt. Ardyo Wiyoso, Sdri. Tressia T. Tahulending, Pdt. Prasetyanto Aji, Pdt. Parningotan Siagian, Pdt. Riyadi Basuki, Pdt. Alfred RG. Ta’ek, Pdt. Bambang Nugroho Hadi, Sdr. Adriyus Pramono, Pdt. Joko Nawanto, Sdr. Yosafat Agung Prabowo dan Pdt. A.T. Hariyanto. Kiranya Tuhan Yesus memberkati jerih lelah dan pelayanan saudara. Harapan kami buku SAH ini dapat menolong Bapak/Ibu/Sdr/i sekalian dalam mempersiapkan khotbah dan menjadi berkat bagi seluruh jemaat se-sinode GKSBS. Selamat melayani demi kemuliaan Allah Tri tunggal. Metro, Mei 2012 Majelis Pekerja Sinode GKSBS 3 RANCANGAN KOTBAH 1 JULI 2012 Minggu Trinitas 5; Warna Liturgi Hijau Bacaan : Matius 14:22-33 Thema : BACAAN LEKSIONARI : AYUB 38: 1-11, MAZMUR 107:1-3, 23-32, II KORINTUS 6 :1-13, MATIUS 14:22-33 TENANGLAH, AKU INI,… JANGAN TAKUT ! Tujuan : 1. Jemaat dikuatkan keyakinannya bahwa Tuhan peduli terhadap persoalan dan penderitaan hidup yang dialami umatNya. 2. Jemaat meneladani Yesus yang peduli terhadap situasi penderitaan sesamanya. PENJELASAN TEKS Perikop ini dilatarbelakangi Kisah penolakan masyarakat Nazaret terhadap Yesus. Yesus diusir dari desanya sendiri karena Dia mengaku bahwa diriNya Mesias yang dijanjikan Allah. Beberapa hari kemudian, Tuhan Yesus menerima kabar dari para murid Yohanes Pembaptis bahwa di Kota Yerusalem, Yohanes Pembaptis dipenggal kepalanya oleh raja Herodes. Dua peristiwa di atas tentu melelahkan mental Tuhan Yesus Kristus. Maka Dia berencana mengasingkan diri, menyingkir dan menjauh dari wilayah kekuasaan politik Herodes (Mat 14:13). Maka Yesus dan murid-muridNya naik ke sebuah perahu menuju ke suatu tempat yang sunyi. Tetapi orang banyak mendengarnya dan mengikuti Dia dengan mengambil jalan darat dari kota-kota mereka. Sesampai di seberang danau, mereka melihat ribuan orang yang haus dan lapar akan pengajaran Yesus. Mereka juga membawa orang-orang sakit kepada Yesus. Yesus tergerak hatiNya oleh belas kasihan dan menyembuhkan mereka. Juga terjadi di tempat itu mukjizat pemberian makan 5000 orang yang sangat terkenal itu. Meskipun Yesus memiliki pergumulan pribadi yang berat, tetapi kasihNya yang besar membuatNya tetap mengutamakan kebutuhan orang lain. Para murid yang disuruh mendahuluiNya ke seberang adalah para nelayan handal. Mereka terbiasa naik perahu dan menaklukkan danau, tetapi kali ini, ketrampilan mereka tidak berarti apa-apa menghadapi amukan angin sakal. Mereka telah 4 berusaha. Tenaga mereka kian lama kian melemah melawan dahsyatnya amukan gelombang. Mereka putus asa dan kehilangan harapan. Kepada siapa mereka berharap? Kemampuan diri sendiri tak bisa diandalkan. Mengharapkan pertolongan sahabat atau orang lain juga tidak ada gunanya. Yesus datang menolong. Pada saat tiada lagi harapan, Tuhan Yesus datang menjadi Sumber pengharapan. Pada saat keselamatan mereka terancam, Yesus datang menjadi Juruselamat bagi mereka. KONTEKS MASA KINI 1. Banyak orang kehilangan harapan. Putus asa karena persoalan yang menerpa mereka. Bisa berupa sakit penyakit yang menahun, hutang piutang, persoalan rumah tangga, gagal panen, kebangkrutan usaha, belum juga mendapat pekerjaan, dsb. 2. Orang yang berputus asa mudah menjadi sasaran penipuan atau mudah dipengaruhi secara negatif yang menawarkan jalan keluar instan atas permasalahan mereka. Apalagi orang yang demikian biasanya merasa tidak punya teman, dengan demikian mudah percaya kepada orang yang dianggap telah bersikap baik kepadanya. Sikap kritis mereka terhadap alternatif jalan keluar (solusi) menjadi begitu rendah. 3. Bencana alam yang terjadi di beberapa tempat juga menyumbangkan rasa kepedihan dan keputusasaan yang mendalam bagi para korban. Meskipun banyak relawan dan bantuan datang, tetapi tetap tidak dapat menggantikan orang-orang yang mereka kasihi yang menjadi korban bencana alam. Tidak dapat menggantikan “suasana rumah” yang telah hilang. 4. Pada pihak lain, tidak sedikit orang yang mampu untuk bangkit dalam keadaan penderitaan, bahkan mampu untuk mengubah tantangan menjadi peluang untuk sukses. Mereka menjadi lebih tangguh dan lebih jeli menangkap peluang-peluang untuk menyiasati kehidupan. 5 SARAN PENYUSUNAN KOTBAH 1. Awali kotbah semenarik mungkin. Bisa dengan sebuah ilustrasi atau mengutip syair lagu yang bertemakan tentang penderitaan. Misalnya syair lagu “Pelangi Kasih”. 2. Utarakan konteks teks (Penjelasan teks), tekankan bahwa Tuhan Yesus juga pernah mengalami hari-hari yang melelahkan secara mental. 3. Ceritakan sejelas-jelasnya bahwa meskipun Yesus menanggung persoalan, Dia tetap memiliki belas kasihan dan aktif melayani orang-orang yang memerlukanNya. 4. Kisahkan tentang Yesus yang ketika menghadapi persoalan, Dia mengutamakan doa pribadi dengan BapaNya. 5. Tekankan dalam kotbah Saudara, bahwa pertolongan Tuhan kepada para muridNya menjadi jaminan pertolonganNya kepada kita di masa kesukaran. 6. Tutup kotbah dengan dorongan (motivasi), bahwa kita diutus untuk meneladani Yesus, datang kepada mereka yang menghadapi permasalahan yang tak sanggup mereka pikul dan menjadi bagian dari solusi untuk mereka. Nas Pembimbing : Mazmur 26:4-6 Berita Anugerah : Efesus 2:8-10 Ayat Persembahan : II Korintus 8: 12-15 Nyanyian : 1. PKJ 13:1-3 2. PKJ 129 :1-3 / PKJ 251:1-2 3. PKJ 126:1-3 4. PKJ 123 /PKJ 230:1-4 5. PKJ 146:1-3 6. PKJ 6 CONTOH KOTBAH JADI Saudara-saudara di dalam Tuhan Yesus Kristus, Tuhan Yesus Kristus pernah mengalami hari-hari yang melelahkan secara mental. Salah satunya adalah saat kehadiran dan pengajaranNya di Nazaret mengundang penolakan masyarakat Nazaret. Padahal orang tua, diriNya serta seluruh adik-adikNya tinggal di sana (Mat 13:53-58). Penulis injil Lukas menceritakan kemarahan masyarakat Nazaret begitu hebat sehingga mereka menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Yesus ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu (Luk 4:29). Yesus akan dibunuh di kotanya sendiri. Tetapi kuasa Allah menyelamatkan Yesus dari rencana jahat masyarakat Nazaret. Beberapa hari kemudian, Tuhan Yesus menerima kabar dari para murid Yohanes Pembaptis bahwa di Kota Yerusalem, Yohanes Pembaptis dipenggal kepalanya oleh raja Herodes. Pada pesta ulang tahun raja Herodes, anak perempuannya menari dengan indahnya. Kegembiraan Herodes membuatnya menjanjikan hadiah apapun kepada anak perempuannya ini. Dan akhirnya, Herodes mengabulkan permintaan anak perempuannya yang meminta hadiah berupa sepenggal kepala Yohanes Pembaptis. Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,… Dua peristiwa di atas tentu melelahkan mental Tuhan Yesus Kristus. Maka Dia berencana mengasingkan diri, menyingkir dan menjauh dari wilayah kekuasaan politik Herodes (Mat 14:13). Maka Yesus dan murid-muridNya naik kesebuah perahu menuju ke suatu tempat yang sunyi. Tetapi orang banyak mendengarnya dan mengikuti Dia dengan mengambil jalan darat dari kota-kota mereka. Sesampai di seberang danau, mereka melihat ribuan orang yang haus dan lapar akan pengajaran Yesus. Mereka juga membawa orang-orang sakit kepada Yesus. Yesus tergerak hatiNya oleh belas kasihan dan menyembuhkan mereka. Juga terjadi di tempat itu mukjizat pemberian makan 5000 orang yang sangat terkenal itu. Meskipun Yesus memiliki 7 pergumulan pribadi yang berat, tetapi kasihNya yang besar membuatNya tetap mengutamakan kebutuhan orang lain. Sesudah peristiwa tersebut, Tuhan Yesus memerintahkan murid-muridNya naik perahu dan mendahuluiNya ke seberang. Sementara itu, Tuhan Yesus menyuruh orang banyak untuk pulang. Lalu, naiklah Yesus ke bukit untuk berdoa seorang diri. Sampai jauh malam Dia berdoa, bersekutu dengan BapaNya. Saudara-saudariku di dalam Tuhan Yesus Kristus, Ternyata pelayaran para murid Yesus tidak berjalan lancar. Mereka dalam bahaya. Perahu yang mereka naiki dipermainkan oleh angin sakal. Dalam suasana gelap gulita, angin ribut mengamuk dan menyebabkan gelombang yang dahsyat. Ombak ganas menerjang perahu mereka. Baju mereka basah kuyup dan para murid menjadi panik. Waktu itu sudah jam 3 pagi. Segala ketrampilan mereka sebagai nelayan tidak dapat menolong mereka dari kekuatan alam yang menerpa mereka. Tenaga mereka melemah melawan dahsyatnya amukan gelombang. Mereka putus asa dan kehilangan harapan. Tiba-tiba,….. datanglah Tuhan Yesus berjalan di atas air. Dia datang akan menolong mereka. Tetapi apa yang terjadi? Para muridNya semakin ketakutan….!!! Mereka berteriak-teriak… “ Itu hantu..!!!!” Mereka terus berteriak karena sangat ketakutan. Tetapi segera Tuhan Yesus berkata kepada mereka: “Tenanglah! Aku ini, jangan takut!” Tetapi mereka tidak juga menjadi tenang. Mereka berpikir tidak ada manusia yang bisa berjalan di atas air. Sehingga Petrus berseru dan menjawab: ”Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepadaMu berjalan di atas air.” Dan kemudian Petruspun turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus. Tetapi ketika dirasakan tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam lalu berteriak: “Tuhan… tolonglah aku…!” Dan Yesus pun menolong Petrus. Mereka berdua naik ke perahu dan anginpun redalah. Saudara dan Saudara didalam Tuhan Yesus Kristus, Bila kita menjumpai hari-hari yang melelahkan secara mental,… kita capek dengan permasalahan atau beban yang menghimpit 8 diri kita…..Mungkinkah ada di antara kita yang merasakan persoalan dalam rumah tangga, komunikasi dengan pasangan hidup tidak lagi semanis dahulu, atau beban hutang yang membuat kita susah untuk berharap banyak terhadap masa depan kita,…. waktunya untuk secara serius datang kepada Allah dalam doa. Adakah di antara kita yang merasa kesal terhadap sakit penyakit yang menahun dan tak kunjung sembuh….. atau mengalami kegagalan dalam usaha….. sekarang waktunya untuk secara serius datang kepada Allah dalam doa. Atau mungkin ada di antara kita yang memiliki permasalahan yang lebih berat dari hal-hal di atas? Kita memerlukan doa pribadi dengan Allah. Tuhan Yesus telah menjadi teladan bagi kita. Dia pernah mengalami saat-saat yang melelahkan secara mental… dan Dia mendapatkan kembali kekuatanNya di dalam persekutuan dengan Sang Bapa. Yesus mengalokasikan waktu untuk berdoa secara pribadi. Sendirian Yesus berdoa dan mengalami komunikasi yang intim dengan BapaNya. Mungkin kita bertanya, “mengapa tidak berdoa bersama-sama dengan para muridNya? Mengapa doa pribadi?” Jawabannya adalah: karena hal-hal khusus hanya pas bila kita utarakan hanya kepada Allah. Semakin kita sibuk dengan pekerjaan, rutinitas, pelayanan dan kegiatan kita, semakin kita memerlukan waktu khusus untuk berdoa secara pribadi. Saudara-saudara, Sesudah mengalami perjumpaan dengan Allah,… Setelah merasakan kembali kekuatan baru yang Allah anugerahkan, bisa jadi Saudara bertemu dengan orang lain yang ada dalam keadaan payah…. Mereka memerlukan pertolongan Saudara. Mereka ketakutan dan nyaris putus asa. Datanglah dalam nama Tuhan dan tolonglah pergumulan mereka. Teladanilah Tuhan Yesus Kristus yang hadir bagi murid-muridNya. Jadilah solusi dan bukan menambah masalah mereka! Ulurkan tangan Saudara seperti Tuhan Yesus mengulurkan tanganNya kepada Petrus. Hadirlah ditengah-tengah mereka dan mintalah pertolongan Allah agar mereka memiliki keyakinan dan iman bahwa Allah memberikan jalan keluar pada saatnya. 9 Proklamasikan bahwa Tuhan Yesus yang Saudara sembah menyediakan damai sejahtera kepada mereka. Atau mungkin Saudara sedang menjadi korban dan perlu pertolongan? Gelombang permasalahan mengancam dan mempermainkan hidup Saudara? Rumah tangga Saudara diambang kehancuran? Saudara merasa putus harapan karena beban ekonomi? Atau persoalan-persoalan yang hanya Saudara ketahui sendiri? Jangankan menolong orang lain, menolong diri sendiri saja sudah berat dan tidak berdaya. Saatnya untuk menyambut kehadiran Tuhan Yesus dalam rumah tangga dan pribadi Saudara. Sambutlah juga para utusan Tuhan Yesus yaitu hamba-hambaNya yang datang kepada Saudara. Sambutlah dengan ramah karena melalui mereka, Tuhan ingin memberi jalan keluar kepada Saudara. Jadilah tenang…… Tuhan sedang datang. Amin. (BNH) *** 10 RANCANGAN KOTBAH 8 JULI 2012 Minggu Trinitas 6; Warna Liturgi Hijau Bacaan : 2 Korintus 12:2-10 Thema : BACAAN LEKSIONARI : Yehezkiel 2:1-5; Mazmur 123; II Korintus 12:2-10; Markus 6:1-13 KUASA ALLAH DALAM KELEMAHAN ORANG PERCAYA Tujuan: 1. Anggota jemaat memahami bahwa justru dalam kelemahanlah kuasa Allah akan menjadi sempurna 2. Anggota jemaat mampu memaknai kelemahan yang mereka miliki sebagai sarana untuk merasakan berkat Tuhan. PENAFSIRAN TEKS Jika kita membaca Surat II Korintus dari pasal pertama sampai terakhir, maka kita akan mengalami kesulitan dalam memahaminya sebagai sebuah surat yang utuh. Jika kita membacanya dengan seksama, kita akan menemui bagianbagian yang kurang nyambung antar bagian yang satu dengan yang lain. Hal inilah yang membuat para ahli biblika berkesimpulan bahwa Surat II Korintus ini bukanlah sebuah surat yang utuh, melainkan gabungan dari beberapa surat yang sudah melalui proses editan untuk coba digabungkan menjadi sebuah surat yang utuh. Pada dasarnya, ada tiga bagian besar yang merupakan bagian-bagian tersendiri, yaitu Bagian A/surat yang berisi Apologia (pasal 2:14-7:4) yang merinci argumentasi rasul Paulus sebagai rasul dan motivasinya melayani umat Allah dalam menghadapi lawan-lawannya yang beraliran gnostik, selanjutnya adalah Bagian B/surat Air Mata (pasal 10-13), dimana Paulus secara tegas dan keras mengecam jemaat yang telah terpengaruh oleh lawan-lawannya dan senang bersekutu dengan lawan-lawannya itu. Bagian selanjutnya adalah Bagian C/ surat rujukan (pasal 1:3-2:13 dan 7:2-16) yang berisi ungkapan kelegaan yang membahagiakan. Disamping ketiga bagian besar itu, ada 2 bagian lain, yaitu 2 pasal mengenai pengumpulan dana (pasal 8-9) dan suatu bagian yang diduga ditambahkan oleh para editor (pasal 6:14-7:1). 11 Bacaan yang kita baca pada kesempatan ini adalah II Karintus 12:2-10, dimana bagian ini berada pada bagian surat air mata, yang merupakan kecaman keras Paulus kepada jemaat yang telah terpengaruh oleh lawan-lawannya. Pada saat itu, pelayanan Paulus untuk mendidik iman jemaat di Korintus mengalami tekanan dari “lawan-lawannya,” yang menyombongkan dirinya sebagai rasul yang hebat, berpenampilan mengesankan, bisa melakukan banyak hal hebat dan yang mengaku mendapat banyak wahyu dari Allah (bdk pasal 12). Lawan-lawannya itu selalu memegahkan diri mereka sendiri dan merendahkan Paulus dengan mengatakan bahwa Paulus mempunyai banyak kelemahan dan tidaklah pandai bicara (10:1). Ada indikasi bahwa sebagaian jemaat mulai terhasut oleh “kegiatan lawan-lawannya yang mengaku dirinya dengan sombong bahwa mereka adalah rasul-rasul yang utama.” Paulus menyadari bahwa kegiatan mereka tidak berdampak pada pembangunan jemaat, melainkan mengajarkan jemaat untuk bermegah karena kehebatan diri sendiri. Dalam surat air mata ini juga, Paulus tidak mau menerima tuduhan para lawannya yang mengatakan bahwa ia bukan apaapa. Paulus menyadari bahwa ia memang bukan apa-apa dan memiliki banyak kelemahan, tetapi hal itu tidak menjadikannya sebagai orang yang lebih rendah dari lawan-lawannya yang sombong itu. Ia menguraikan bagaimana pengalamannya melayani sebagai rasul yang seringkali mengalami penderitaan, ia juga mengatakan bahwa ia melayani di Korintus dengan tidak menerima apa-apa (walaupun di beberapa jemaat yang lain ia menerima tunjangan(pasal 10-11). Di pasal 12:1-10 ini, ia – mungkin karena emosinya- ikut juga menunjukkan bahwa sebenarnya ia pun mempunyai pengalaman yang dekat dengan Allah. Ia juga menerima wahyu dan penglihatan dari Allah (pasal 12:2-4). Hal ini ia katakan untuk membukakan pengertian jemaat di korintus bahwa ia tidak bisa dipandang rendah begitu saja, dan bahwa ia pun adalah hamba Allah yang pernah menerima wahyu dari Allah. Pada ayat 5-6, Paulus kembali mengingatkan jemaat Korintus bahwa sebenarnya bisa saja ia bermegah dengan pengalaman-pengalaman rohaninya itu, tetapi ia menekankan bahwa hal itu tidak pantas dilakukan oleh 12 seorang hamba Kristus. Jika seorang hamba bermegah atas pekerjaannya yang baik maka bukan kuasa Allah yang menjadi pusat pemberitaannya, melainkan dirinya sendiri. Pada ayat 710, Paulus menyinggung beberapa kelemahan yang ia miliki, yang ia sebut sebagai “duri di dalam dagingku.” Dalam ayat ini ia tidak menjelaskan secara terinci apa yang dia maksud sebagai duri di dalam daging, namun kita dapat berasumsi bahwa hal ini berkaitan dengan cemoohan para lawannya tentang kelemahan yang ia miliki. Menurutnya, kelemahan yang ia lukiskan sebagai utusan iblis ini membuatnya tidak meninggikan diri karena berbagai pengalaman rohaninya. Ia mengatakan bahwa sudah tiga kali ia berseru kepada Tuhan agar mengangkat kelemahan itu, tetapi Tuhan sendiri mengatakan: “Cukuplah kasih karuniaKu bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Melalui kata-kata yang ia tuliskan sebagai perkataan Tuhan secara langsung ini, ia memaknai bahwa Tuhan mengijinkannya mempunyai kelemahan, karena justru dalam kelemahan itulah kuasa Tuhan akan menjadi sempurna. Di ayat yang ke 9-10, Paulus menegaskan bahwa ia justru sangat bersyukur dan bermegah karena kelemahannya yang membawanya kepada kuasa Kristus yang sempurna. Pemahaman inilah yang membuat Paulus rela melayani walupun di dalam kelemahan, siksaan dan kesukaran, penganiayaan dan kesesakan. Ia dengan tegas mengatakan, “Jika aku lemah, maka aku kuat.” KONTEKS MASA KINI 1. Kehidupan masyarakat kita sekarang ini semakin diwarnai dengan tindak kekerasan. Tingkat kriminalitas semakin tinggi, ketidakadilan sosial merebak dimana-mana. Hal ini bisa diakibatkan oleh rasa iri/ketidakpuasan dalam masyarakat yang miskin/merasa masih miskin. Orang berani membunuh orang lain hanya demi mendapatkan milik orang lain. Orang selalu tidak puas dengan apa yang ia miliki dan merasa orang lain memiliki hidup yang lebih baik, istilahnya rumput tetangga lebih hijau dari rumput sendiri. 2. Kehidupan di sekitar kita semakin menyuguhkan kehidupan yang tidak realistis. Kebahagiaan hidup sering diidentikkan dengan kehidupan yang kaya raya, kecantikan/ketampanan 13 selalu diukur dengan kulit yang putih bersih, badan yang tinggi langsing/atletis. Orientasi orang selalu ingin menjadi yang ada di iklan-iklan televisi. Padahal belum tentu para aktor dan aktris bintang televisi itu mempunyai kehidupan yang bahagia. Dalam kehidupan bergereja, seringkali kita juga mengalami sindrom rumput tetangga lebih hijau dari rumput sendiri. Kadangkala orang merasa gereja yang itu lebih baik dari yang disini, pendeta yang dijemaat itu lebih baik dari pendeta jemaat kita. 3. Orang sering selalu merendahkan orang maupun diri sendiri ketika menemui sebuah kelemahan dan kurang bisa bersyukur akan kelemahan yang dimiliki. SARAN PENYUSUNAN KHOTBAH Pendahuluan Khotbah diawali dengan istilah rumput tetangga lebih hijau dari rumput sendiri. Jelaskan maknanya dan kemudian menjurus pada konteks masa kini. Sampaikan bahwa sindrom “rumput tetangga lebih hijau dari rumput sendiri,” rupanya kita bisa temukan dalam berbagai konteks termasuk juga dalam teks pembacaan kita hari ini. Isi Menyampaikan latar belakang Surat Korintus, dimana Paulus juga menghadapi cemoohan dari orang-orang yang menyombongkan diri dengan kehebatan-kehebatan lahiriah mereka. Arahkan jemaat untuk memahami bahwa Paulus adalah manusia biasa yang mempunyai kelebihan dan kelemahan. Namun kelebihannya itu bukanlah sebuah komoditas untuk menjadi ajang kesombongan diri begitu juga dengan kelemahannya bukanlah untuk menjadi bahan cemoohan orang lain. Paulus mau mengajak jemaat untuk melihat seseorang termasuk dirinya dengan lebih utuh, memiliki kelebihan sekaligus kelemahan. Ia juga menegaskan bahwa justru dalam kelemahanlah, seseorang dapat semakin merasakan kasih Tuhan. 14 Penutup Di bagian ini, pengkhotbah meneguhkan jemaat untuk meneladani kesadaran paulus untuk lebih melihat diri sendiri dan orang lain secara lebih utuh, baik itu kelebihan sekaligus juga kelemahannya. Dan menegaskan bahwa kelebihan itu bukan untuk kesombongan dan kelemahan bukan untuk bahan cemoohan tetapi keduanya seharusnya membawa kita untuk lebih dekat, dan semakin dapat merasakan kasih Tuhan. UsulanAyat-ayat : Nats Pembimbing : Yehezkiel 2:1-5 Berita Anugerah : Matius 5 : 11-12 Nats Persembahan : II Korintus 9 : 7-8 Usulan Lagu-Lagu : 1. PKJ. 04 2. PKJ. 129 3. PKJ. 128 4. PKJ. 164 5. PKJ. 148: 1 dst 6. PKJ. 183 CONTOH KHOTBAH JADI Bapak dan Ibu, saudara/I yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Pernahkah anda mendengar istilah “Rumput tetangga lebih hijau dari rumput sendiri.” Istilah ini mau mengatakan bahwa kepunyaan orang lain, lebih baik dari milik kita. “rumahnya lebih baik dari rumah kita, istri atau suaminya lebih baik dari istri/suami kita, kehidupannya lebih baik dari kehidupannya kita, talentanya lebih baik dari talenta kita dan masih banyak hal lain yang menurut kita apa yang kita miliki masih kurang baik dari yang dimiliki oleh orang lain.” Menurut bapak ibu apakah istilah ini benar? Ternyata tidak juga, dalam beberapa kasus, kita melihat kehidupan seseorang dari luar begitu bahagia, tetapi ternyata setelah kita lihat lebih teliti bahkan sampai kita menyebrang di luar pagar dan masuk ke kehidupan orang itu, baru kita sadar bahwa rumput yang kelihatannya hijau itu ternyata tidak seperti yang kita bayangkan ketika melihat dari jauh, ternyata ada juga rumput yang kuning dan hampir mati, seperti halnya rumput di halaman kita.” Orang 15 yang kelihatannya bahagia pun juga mempunyai kesusahannya sendiri, orang yang kelihatannya sempurna pun ternyata masih punya kelemahan. Pernahkah bapak dan ibu saudara/i mengalami kejadian yang serupa? Jika kita mau jujur, dalam kehidupan orang percaya, terkadang susah sekali kita menghilangkan perasaan “rumput tetangga lebih hijau dari rumput sendiri” ini. Pertanyaannya adalah mengapa orang terkadang merasa apa yang dimiliki orang lain lebih baik dibandingkan milik kita sendiri? Perasaan tidak puas dan iri hati adalah salah satu penyebabnya. Manusia cenderung merasa kurang puas dengan apa yang sudah ia miliki. Perasaan seperti ini tentu saja ada dampak positif dan negatifnya. Dampak positifnya adalah membuat orang mau berusaha memperbaiki apa yang ia punya, bahkan hal-hal buruk yang sebelumnya ia miliki bisa ia perbaiki agar kehidupannya bisa lebih baik lagi. Energi positif ini mendorong orang untuk tidak mau tinggal dalam kemapanan tetapi berusaha bergerak terus secara dinamis menuju pada kehidupan yang labih baik. Yang menjadi dampak negatif adalah apabila rasa iri dan kurang puas itu membuat orang ingin memiliki apa yang orang lain punya, padahal hal itu tidak baik baginya. Sebagai contoh seseorang mempunyai istri yang menurutnya kurang sempurna bila dibandingkan dengan istri tetangganya. Ia ingin sekali memiliki istri yang seperti istri tentangganya itu. Ia kemudian menceraikan istrinya dan menikahi istri tentangganya yang menurutnya sempurna itu. Ada lagi orang-orang yang bertindak kriminal agar menjadi orang yang lebih baik dengan cara korupsi, merampok, menipu dll. Mereka ingin kehidupan yang lebih baik, namun dengan cara yang salah. Kehidupan di sekitar kita semakin menyuguhkan kehidupan yang tidak realistis. Kebahagiaan hidup sering diidentikkan dengan kehidupan yang kaya raya, kecantikan/ketampanan selalu diukur dengan kulit yang putih bersih, badan yang tinggi langsing/atletis. Orientasi orang selalu ingin menjadi yang ada di iklan-iklan televisi. Padahal belum tentu para aktor dan aktris bintang televisi itu mempunyai kehidupan yang bahagia. Dalam kehidupan bergereja, seringkali kita juga mengalami sindrom 16 rumput tetangga lebih hijau dari rumput sendiri. Kadangkala orang merasa gereja yang itu lebih baik dari yang disini, pendeta yang dijemaat itu lebih baik dari pendeta jemaat kita. Hal seperti ini juga terjadi dalam kehidupan jemaat Korintus ketika paulus menuliskan surat yang kita baca hari ini. Kalau kita membaca peristiwa-peristiwa yang dialamai oleh Paulus, rasanya Paulus adalah orang yang sangat sempurna dalam pelayananya, beberapa kali ia menerima penyataan dan pengalaman rohani dari Tuhan, lihat saja peristiwa pertobatannya dan juga penyataan lain yang diceritakan oleh Lukas dalam Kisah Para Rasul. Namun kali ini kita melihat Paulus mengakui bahwa ia juga mempunyai kelemahan. Namun yang ia kecam, beberapa orang menghasut jemaat untuk merendahkan Paulus karena kelemahannya itu. Dalam menanggapi hal ini, Paulus berbicara dengan sangat emosional, ketika tindakan kasih yang coba ia lakukan di tengah-tengah jemaat dihina, dilecehkan bahkan tidak dianggap. Beberapa orang yang mengaku sebagai rasul yang hebat mulai memamerkan pengalaman-pengalaman rohani mereka yang luar biasa, dan bahkan mempengaruhi jemaat untuk ikut merendahkan Paulus dengan segala kelemahannya. II Karintus 12:2-10, ini berada pada bagian surat air mata, yang merupakan kecaman keras Paulus kepada jemaat yang telah terpengaruh oleh lawan-lawannya. Pada saat itu, pelayanan Paulus untuk mendidik iman jemaat di Korintus mengalami tekanan dari “lawan-lawannya,” yang menyombongkan dirinya sebagai rasul yang hebat, berpenampilan mengesankan, bisa melakukan banyak hal hebat dan yang mengaku mendapat banyak wahyu dari Allah (bdk pasal 12). Lawan-lawannya itu selalu memegahkan diri mereka sendiri dan merendahkan Paulus dengan mengatakan bahwa Paulus mempunyai banyak kelemahan dan tidaklah pandai bicara (10:1). Ada indikasi bahwa sebagaian jemaat mulai terhasut oleh “kegiatan lawan-lawannya yang mengaku dirinya dengan sombong bahwa mereka adalah rasul-rasul yang utama.” Paulus menyadari bahwa kegiatan mereka tidak berdampak pada pembangunan jemaat, melainkan mengajarkan jemaat untuk 17 bermegah karena kehebatan diri sendiri. Sebagai manusia biasa, Paulus tidak tahan dengan keadaan yang mulai merendahkan dirinya. Ia berusaha mengajar jemaat bahwa semua pengalaman-pengalam rohani termasuk yang pernah ia terima yang ditulis dalam ayat ke 2-4 itu bukanlah sesuatu yang harus diumbar untuk disombongkan. Namun alasan mengapa ia juga terpancing untuk menceritakan pengalaman rohaninya itu bukan supaya orang menghormati dia karena kehebatannya tetapi agar lawan-lawannya tidak begitu saja menganggap ia rendah. Jika kita membacanya sampai ayat ke 11 kita akan melihat penegasan itu, ia mengatakan bahwa sebenarnya ia juga tidak kalah dengan rasul-rasul yang luar biasa yang sombong itu. Namun, walaupun Paulus berusaha menegakkan harga dirinya, hal itu tidak membuatnya jatuh untuk ikut menyombongkan dirinya. Ia dalam ayat 5-6 menyatakan bahwa ia tidak akan bermegah karena pengalaman itu. Di ayat 7-10, Paulus mengatakan bahwa ia memang mempunyai kelemahan, tetapi ia yakin bahwa Allah mengijinkan ia menanggung kelemahan itu, agar ia tidak menjadi orang yang sombong dan tidak lagi memerlukan Tuhan. Menurutnya, Tuhan berbicara bahwa justru dalam kelemahanlah kuasa Allah menjadi sempurna. Paulus sadar betul bahwa kelemahannya seringkali dijadikan bahan cemoohan oleh orang-orang yang hendak menjatuhkannya, namun dengan kesadaran pula ia bersyukur akan setiap kelemahan itu, karena justru melalui kelemahan itulah ia bisa semakin dekat kepada Tuhan. Ada beberapa hal yang bisa dipelajari dalam perikop ini. Yang pertama yang dapat dipelajari adalah bahwa Paulus adalah manusia biasa yang juga ternyata memiliki kelemahan, dimana di dalam teks ia menyebutnya sebagai duri di dalam daging, yang tidak ia sebutkan secara spesifik. Apakah ini merujuk kepada masa lalu nya ketika masih menjadi Saulus yang membunuh orang-orang Kristen atau kekurangannya secara fisik. Hal selanjutnya yang dapat kita lihat adalah betapa naifnya jemaat di korintus di mana paulus melakukan pelayanan dengan tulus namun bagi sebagian orang, hal itu tidak ada artinya apaapa dan mereka sibuk mencari-cari kelemahan Paulus untuk 18 menjatuhkannya. Dalam menghadapi hal ini, Paulus memberikan teguran yang keras kepada jemaat Korintus bahwa setiap manusia termasuk dirinya juga mempunyai kelemahan. Namun walaupun demikian bukan berarti harga diri Paulus bisa diinjak-injak begitu saja. Secara agak emosi karena marahnya, namun masih tetap terkontrol dengan baik, Paulus menjelaskan ia juga mempunyai kelebihan yang dalam hal ini ia ceritakan melalui pengalaman rohaninya mendapat penglihatan orang yang diangkat ke Surga. Sekali lagi ia menegaskan hal-hal luar biasa yang ia alami itu sebenarnya bukan hal yang bisa dijadikan untuk memegahkan diri, karena jika ia (dalam hal ini Paulus) sudah hebat, apakah masih ada tempat Kristus untuk dimuliakan. Paulus menegaskan justru dalam kelemahannya lah ia akan bermegah, sebab ketika ia merasa lemah dan memohon pertolongan Tuhan, saat ia merasa Tuhan menolong itulah ia semakin bisa merasakan kuasa Tuhan nyata dalam hidupnya. Dari hal ini kita mendapatkan pelajaran bahwa ada sisi yang baik sebenarnya dan pasti dimiliki oleh seseorang yang harus dihargai dan ditemukan oleh diri sendiri ataupun juga orang lain. Namun hal itu bukanlah alat yang bisa digunakan untuk menyombongkan diri. Adanya kenyataan bahwa masing-masing orang memiliki kelebihan dan kelemahan itu hendaknya membantu kita untuk menyadari bahwa sudah sepantasnya kita untuk menghargai orang lain dan diri sendiri bukan berdasarkan kehebatan secara lahiriah, tetapi secara utuh sebagai pribadi yang sama-sama memerlukan kasih Tuhan dalam kehidupan ini. Kesadaran penuh akan kelebihan dan kelemahan dalam diri Paulus hendaknya menyadarkan kita juga agar kita tidak mudah menyesali apa yang sudah Tuhan anugrahkan dalam hidup kita dan menginginkan hal-hal diluar batas kemampuan kita hingga kita melupakan maksud Tuhan yang sebenarnya harus kita temukan dalam setiap kelemahan kita. Jika saat ini kita sedang iri bisa memiliki kehidupan seperti yang dimiliki orang lain, atau jika kita sedang terjebak pada penghakiman terhadap kelemahan yang dimiliki orang lain dan diri sendiri, marilah kita kembali mengingat pengalaman rasul Paulus yang berusaha memaknai setiap kelebihan maupun juga kelemahan yang ia miliki sebagai sarana untuk semakin dekat kepada Tuhan. Amin. (Ngt.) 19 RANCANGAN KOTBAH 15 JULI 2012 Minggu Trinitas 7; Warna Liturgi Hijau Bacaan : Amos 7: 7-15 BACAAN LEKSIONARI : Amos 7: 7-15; Maz. 85: 8-13 Efesus 1: 3-14; Markus 6: 14-29 Thema: SETIA MEMPERJUANGKAN KEBENARAN DAN KEJUJURAN Tujuan: Jemaat memiliki prinsip dan berlaku benar ditengah dunia. PENGANTAR Amos adalah seorang peternak domba/penggembala dari Tekoa yang kemudian menjadi nabi. Amos menggembalakan kawanan dombanya di padang gurun Yehuda. Sementara menjalankan tugasnya sebagai penggembala domba, ia mendengar panggilan Tuhan untuk menjadi nabi bagi kerajaan sebelah utara (yakni kerajaan Israel). Pasal 7: 14,15 Amos berkata: ”Aku ini bukan nabi dan aku ini tidak termasuk golongan nabi, melainkan aku ini seorang peternak dan pemungut buah ara hutan. Tetapi Tuhan mengambil aku dari pekerjaan menggiring kambing domba, dan Tuhan berfirman kepadaku : Pergilah, bernubuatlah terhadap umatKu Israel.” Amos dipanggil pergi ke Betel. Betel menjadi pusat penyembahan berhala anak lembu orang Israel (7:13), ia hadir menyampaikan suara kenabiannya dengan menyalahkan tindakan jahat para Raja, imam-imam dan penyembah berhala. Amos menjadi nabi pada zaman Uzia, raja Yehuda, dan pada zaman Yerobeam anak Yoas, raja Israel. (Psl 1:1). PENJELASAN TEKS Sebelum penjelasan Amos 7:7-15, maka penting untuk mengetahui apa saja yang terjadi sebelumnya. Pasal 7 berbicara tentang isi penglihatan Amos kepada Israel. Pasal 7: 1-3, penglihatan belalang yang memakan habis segala hasil bumi. Tapi Amos berdoa memohon “ampun”, lalu wabah belalang itupun dihindarkan Tuhan kepada mereka. Pasal 7:4-6, penglihatan api yang memakan “habis samudera raya” dan akan 20 memakan habis “tanah lading”. Api adalah lambing penghukuman. Tapi Amos memohon supaya api itu “dihentikan”, maka tidak jadilah api itu. Penghukuman tidak jadi dikirimkan kepada mereka. Dapat disimpulkan bahwa ayat 1-6 terdapat 2 penglihatan Amos tentang penghukuman yang hendak diberlakukan kepada Israel tetapi bagian pertama dihindarkan dan bagian kedua tidak jadi. Amos 7 :7-15 1. Ayat 7-9 berisi penglihatan tentang tali sipat. Tali sipat merupakan suatu lambing penghukuman yang tepat, menurut norma-norma ukuran keadilan Tuhan. Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menaruh tali sipat di tengah-tengah umatKu Israel; Aku tidak akan memaafkannya lagi. Penglihatan ketiga Amos menyatakan Allah sedang mengukur Israel dengan tali sipat. Tali sipat adalah tali yang berbandul timah pada ujungnya yang dipakai oleh tukang batu untuk memastikan ketegaklurusan tembok. Israel didapati dalam keadaan tidak lurus lagi dan mungkin akan roboh karena mereka telah menolak firman Tuhan, maka dipastikan bahwa hukuman Allah akan dating kepada mereka. Amos tidak melakukan doa permohonan ampun kepada Tuhan atas Israel karena penghukuman sudah ditentukan. 2. Ayat 10-15 berisi imam Amazia yang menghardik Amos. Bagian ini memperlihatkan akan sikap bahwa bangsa Israelatau setidak-tidaknya segala pembesarnya telah bersikap menolak permintaan atau kehendak Tuhan. Ayat 12: “Pelihat, pergilah…” merupakan alasan kuat Tuhan untuk tidak akan mengampuni umat itu lagi. Imam Amazia yang mewakili umat itu dan khususnya para pemimpinnnya, secara terang-terangan menolak nabi Allah dan berita yang disampaikan. 3. Bila melihat penglihatan pertama dan kedua seharusnya umat Israel berubah untuk menyembah hanyakepada Tuhan, meskipun Tuhan tetap bermurah hati untuk umat kembali setia kepadaNya. 21 KONTEKS MASA KINI 1. Pemuka agama seringkali tunduk bahkan ikut-ikutan pada kebijakan yang diambil Pemerintah bangsa ini sementara Pemuka Agama mengetahui dengan pasti bahwa kebijakan Pemerintah tidak menghadirkan damai sejahtera bagi masyarakat. 2. Pemuka Agama lebih hormat bahkan memberikan upeti pada pemimpin bangsa dibanding kepada Tuhan Sumber Hidup. 3. Jemaat dalam melaksanakan tugas di tempat kerja, terkadang lebih tunduk pada atasan demi kepentingan pribadi, demi rasa nyaman dibanding taat dan hormat kepada Tuhan. SARAN PENYUSUNAN KOTBAH PENDAHULUAN Pengkotbah mengawali kotbah ini dengan menjelaskan bahwa Nabi adalah penyambung lidah Allah. Nabi dipanggil langsung oleh Allah untuk menyampaikan kehendak Allah kepada umat (Nubuat). ISI Dalam bagian ini Pengkotbah menyampaikan beberapa pesan teologis antara lain : 1. Penglihatan ketiga Amos memperlihatkan kepada umat Israel dan para pembesarnya bahwa Allah sebenarnya sungguh mengasihi mereka, pada penglihatan pertama dan kedua merupakan toleransi waktu yang hendak diberikan agar mereka berbenah dan berubah hidupnya. Namun diceritakan bahwa ada penglihatan ketiga “tali sipat” bahwa Allah harus menjalankan hukuman. Umat dipandang sudah bengkok hidupnya dan Allah kini mengambil sikap bahwa yang bengkok harus diluruskan. Tidak lagi kata maaf kepada umat. 2. Sebagai seorang imam (Amazia), kehadiran Amos menjadi ancaman bagi kenyamanan yang sedang dinikmatinya di Betel. Pengaduan yang disampaikan Amos kepada Yerobeam raja Israel sebagai bentuk kerjasama yang 22 sedang dibangun untuk melakukan pemberontakan terhadap suara Tuhan melalui nabi Amos. Kata-kata keras yang diungkapkan nabi Amos mendesak Amazia untuk mengusir Amos pergi ke kampung halamannya Yehuda untuk bernubuat saja disana. Amos merasa terzolimi karena penglihatan yang disampaikan bahwa Tuhan akan menaruh tali sipat di tengah-tengah umat Israel dan tidak akan memaafkan mereka lagi. 3. Amos merupakan pribadi yang tangguh. Amos meyakinkan Amazia bahwa ia bukan berasal dari keturunan nabi, dia datang dari kaum awam sebagai penggiring kambing domba tetapi Allahlah yang memanggil dan menyuruh pergi ke Israel umat kekasihNya untuk menyampaikan nubuat. 4. Setelah menyampaikan inti pesan kotbah diatas, pengkotbah masuk pada konteks masa kini diawali dengan pernyataan/kalimat “ketika seseorang sedang dalam zona aman, maka sulit bagi orang tersebut untuk menerima kritik dan saran. Seringkali kritik dan saran justru mendatangkan reaksi negatif”. Atau Pengkotbah langsung masuk pada konteks masa kini (lihat konteks masa kini). Pengkotbah dapat menggali dan mengungkapkan konteks masa kininya kotbah ini akan disampaikan. PENUTUP Pengkotbah menghimbau supaya gereja hendaknya memberikan pengaruh/dampak positif kepada pemerintah dan juga lembaga-lembaga yang ada disekitarnya. Dengan demikian gereja menjadi gereja yang bermartabat karena ikut membentuk karakter diri pemerintah dan penguasa. Pengkotbah memberikan apresiasi kepada pemimpinpemimpin gereja yang lebih takut kepada Tuhan daripada takut pada pemerintah dunia yang secara terang-terangan tidak mensejahterakan rakyatnya. Pengkotbah memberikan penguatan bahwa setiap orang yang memperjuangkan kebenaran dan kejujuranpasti selalu dibenci. Dan bersiaplah untuk selalu menghadapinya. 23 CONTOH KOTBAH JADI Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Seorang nabi berada dalam hubungan yang begitu dekat dengan Tuhan, sehingga ia diperkenankan membuka rahasia masa depan. Rahasia ini di dinubuatkan sang nabi. Nubuat bukan ramalan, sebab nubuat berbasis Firman Tuhan; ramalan berbasis pada kalkulasi rasio manusia. Nabi Amos dalam kesehariannya sebagai seorang peternak dan pemungut buah ara hutan, namun Allah memanggil dia dan berfirman kepadanya. Nabi Amos sering mengucapkan kata-kata pedas pada umat maupun rajanya. Tetapi perlu disadari bahwa Amos ingin mengatakan kebenaran. Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Dalam perikop kita saat ini berbicara tentang penglihatan ketiga Amos yang mana memperlihatkan kepada umat Israel dan para pembesarnya bahwa Allah sebenarnya sungguh mengasihi mereka. Kalau kita membaca ayat sebelumnya, disitu diceritakan tentang penglihatan pertama dan kedua yang merupakan toleransi waktu yang hendak diberikan agar mereka berbenah dan berubah hidupnya. Namun pada penglihatan ketiga “tali sipat” dinyatakan bahwa Allah harus menjatuhkan hukuman. Sebab umat dipandang sudah bengkok hidup dan Allah kini mengambil sikap bahwa yang bengkok harus diluruskan. Sesungguhnya, Allah menginginkan umatNya untuk bertobat dan tidak lagi berbuat jahat di hadapanNya. Jika masih terus melakukan hal-hal yang jahat maka Allah akan menjatuhkan hukuman bagi mereka yang tidak mengindahkan apa yang telah disampaikan melalui utusanNya. Tidak akan ada lagi pengampunan yang diberikan melainkan hukuman. Adapun Amazia yang adalah Imam di Betel mengambil posisi yang bertentangan dengan Amos, mungkin karena dia tergolong imam yang tidak lurus hati. Mungkin karena tidak setuju Amos mengucapkan kata-kata yang tidak enak tentang rajanya. Atau mungkin juga ia tidak setuju kata-kata Amos tentang Israel, maka ia mengadu kepada raja, padahal kebenaran yang dikatakan Amos justru merupakan panggilan pertobatan agar hukuman tidak dijatuhkan. Bagi Amazia, tidak 24 peduli benar atau salah, nubuat Amos. Kebenaran adalah pengganggu atau ancamankhususnya di wilayah Bait Suci Kerajaan. Amazia, Betel, Bait Suci Kerajaan menjadi sebuah kepalsuan besar di hadapan Tuhan. Kebenaran itu sarat/penuh tantangan. Kita keliru kalau kita berpikir bahwa mengatakan dan memberlakukan kebenaran itu gampang. Kebenaran itu lebih tinggi statusnya dari loyalitas manusiawi apapun, juga lebih tinggi dari patriotism. Ironisnya kadang-kadang, kebenaran dibungkam atas nama loyalitas pada atasan, patriotism, dan lain-lain. Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Sebagai gereja Tuhan, saudara dan saya terpanggil memberikan pengaruh dan dampak positif layaknya Nabi Amos kepada pemerintah dan juga lembaga-lembaga yang ada disekitarnya. Gereja sedang berada di tengah dunia, berdampingan dengan lembaga pemerintahan dan lembaga-lembaga masyarakat lainnya yang perlu mendapat sentuhan positif dari lembaga keagamaan seperti gereja. Gereja menjadi lembaga keagamaan yang bermartabat apabila ikut membentuk karakter diri pemerintah dan penguasa dunia. Gereja hendaknya terus dan tetap menjalin kerjasama dengan pemerintah dalam ranka mensejahterakan masyarakat bangsa ini. Tetapi gereja dalam hal ini pemimpin-pemimpinnya juga harus mewakili prinsip iman bahwa bila visidan misi pemerintah tidak lagi mensejahterakan masyarakat bangsa ini, maka pemmpin-pemimpin gereja harusberani menyuarakan kebenaran, kejujuran, dan keadilan. ‘Di samping itu, apresiasi atau penghargaan diberikan kepada pemimpin-pemimpin gereja yang lebih takut akan Tuhan daripada tunduk atau hormat kepada pemerintah/penguasa dunia yang secara terang-terangan tidak mensejahterakan rakyatnya. Dan akhirnya, marilah terus memberikan dukungan dan penguatan kepada setiap orang yang secara tulus ikhlas dan dengan kemurnian hati memperjuangkan kebenaran dan kejujuran. Dapat dipastikan bahwa orang yang berjuang untu kebenaran dan kejujuran pasti berhadapan dengan kelompok yang tidak sejaln dan sepaham. Tetaplah kerjakan tugas panggilan menyampaikan kebenaran dan kejujuran. Belajarlah 25 dari Amos yang tetap setia melaksanakan tugas kenabiannya, meski berhadapan dengan pihak-pihak yang mengganggap dirinya penguasa. Saudara dan saya terpanggil menyuarakan tugas kenabian di sekitar ita meski kita tahu bahwa ada pihak-pihak yang pasti menentang kita. Ketika seseorang sedang dalam zana aman, maka sulit bagi orang tersebut untuk menrima kritik dan saran. Seringkali kritik dan saran justru mendatangkan reaksi negative. Oleh karena itu, undanglah Tuhan Sumber Kejujuran dan Kebenaran untuk menolong dan memberkati kita agar kita tidak goyah menghadapi mereka yang senang akan penindasan, kebohongan, dan lainnya. Tuhan memberkati. AMIN. (Alfred) Nats Pembimbing : Mazmur 100 : 1-5 Berita Anugerah : Roma 4 : 7-8 Nats Persembahan : Matius 22 : 20-21 Lagu-lagu : 1. KJ 17 2. KJ 454 3. KJ 392 4. KJ 446 5. KJ 269 6. KJ 410 *** 26 RANCANGAN KOTBAH 22 JULI 2012 Minggu Trinitas 8; Warna Liturgi Hijau Bacaan: Markus 6:30-34,53-56 Thema: BACAAN LEKSIONARI: Yeremia 23:1-6; Mazmur 23; Efesus 2:11-22; Markus 6:30-34,53-56 KEPEDULIAN DITENGAH KELETIHAN Tujuan: Jemaat peduli terhadap orang lain yang membutuhkan campur tangan mereka dalam segala situasi dan kondisi. LATAR BELAKANG TEKS Peristiwa ini terjadi setelah Yesus ditolak di Nazaret, begitu juga karena peristiwa pembunuhan yang dilakukan oleh Raja Herodes terhadap Yohanes Pembabtis, sehingga Tuhan Yesus bermaksud menyingkir dan mengasingkan diri. KONTEKS MASA KINI Sifat egois dan individual yang semakin membudaya dalam masyarakat. Sebagian orang hanya mementingkan diri sendiri atau golongan tetapi mengabaikan kepentingan orang banyak. SARAN PENYUSUNAN KHOTBAH Pendahuluan Khotbah dapat diawali dengan memberi ilustrasi yang sesuai dan juga menjelaskan pengertian tentang sifat egois dan individual beserta contoh-contohnya. Isi khotbah 1. Jelaskan apa alasan Yesus ingin menyingkir dan beristirahat sejenak 2. Jelaskan apa alasan orang banyak mengikuti Yesus kemanapun Yesus Pergi 3. Jelaskan bagaimana reaksi dan sikap Yesus dengan kedatangan orang banyak tersebut 27 Penutup Ajak jemaat untuk mengevaluasi diri, apakah kehidupan mereka sehari-hari sudah menampakkan kepedulian terhadap orang lain, seperti yang telah dilakukan Yesus terhadap orang banyak. Usulan lagu dan ayat-ayat: Nats pembimbing : 1 Korintus 15:1-2 Berita Anugerah : Roma 10: 4 Persembahan : 1 Tesalonika 5: 18 Daftar Lagu: 1. PKJ. 14 (2x) 2. PKJ. 27 3. KJ. 50a 4. PKJ. 145 (1-3) 5. PKJ.203 (1-3) 6. PKJ. 241(1-2) Contoh Khotbah Jadi Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus, Masa sekarang ini, sifat egois dan individual sudah membudaya dalam kehidupan masyarakat. Kepedulian dengan orang lain mulai memudar. Orang lebih mengutamakan kepentingan pribadi atau golongan dibanding kepentingan orang banyak. Sering orang hanya berdiam diri melihat sesamanya yang sedang memerlukan bantuan, padahal ia mampu melakukan sesuatu untuk menolong orang tersebut. Itulah pemandangan dan realita yang tidak jarang kita jumpai. Jemaat yang dikasihi Tuhan, Berbeda dengan sikap Yesus terhadap orang lain yang kita ketahui dari ayat-ayat yang telah kita baca ini. Ketika itu, Yesus sudah memulai pekerjaan-Nya beserta para murid yang baru saja kembali dari melaksanakan tugas yang diberikan Yesus kepada mereka, sampai-sampai mereka begitu lelah dan letih, 28 sehingga mereka bertolak dengan perahu hendak mengasingkan diri untuk beristirahat sejenak, setelah berjalan berpuluh-puluh bahkan beratus-ratus kilometer menyusuri desa-desa dan segala tempat untuk memberitakan tentang pertobatan dan mengajarkan banyak hal. Yesus bermaksud menyingkir setelah Ia ditolak di Nazaret, juga untuk menghindari peristiwa seperti yang dialami Yohanes Pembabtis yang telah dibunuh oleh Herodes. Tentu begitu lelahnya Yesus. Namun pada saat yang bersamaan, orang –orang justru mengikuti Yesus. Mereka melakukan hal itu karena mereka ingin mendengar pengajaran Yesus dan terlebih ingin melihat tanda ajaib yang mampu Yesus lakukan kepada mereka, sebab sebelumnya, Yesus telah melakukan berbagai mujizat, juga menyembuhkan berbagai macam penyakit. Melihat hal itu, tergeraklah hati Yesus dan menaruh belas kasihan kepada orang banyak itu. Seakan-akan mereka seperti domba yang tidak bergembala. Itulah suasana hati yesus terhadap orang banyak yang mengikuti-Nya. Pada peristiwa selanjutnya, ketika Yesus dan para murid tiba di Genesaret, banyak orang berbondong-bondong datang kepada Yesus dengan membawa orang-orang yang sakit. Mereka berharap untuk mendapat kesembuhan dari Yesus, bahkan hanya dengan berkesempatan menjamah jumbai jubah Yesus, mereka dapat sembuh dari penyakitnya. Saudara sekalian yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, Pada kesempatan ini, saya mengajak kepada kita semua, marilah kita mengingat dan merenungkan apa saja yang telah Yesus lakukan kepada banyak orang yang mengikuti Dia. Apa yang telah Yesus kerjakan buat mereka, tak lain adalah sematamata karena kasihNya yang besar kepada manusia. Yesus memiliki rasa kepedulian yang cukup tinggi kepada orang lain. Yesus tidak mementingkan dirinya sendiri, malahan Dia begitu peduli dan turut merasakan apa yang orang lain rasakan. Yesus mampu memberikan sesuatu yang berguna bagi orang lain ditengah-tengah keletihan badan-Nya. Diberbagai situasi dan kondisi, Ia mampu memberi ketika orang lain membutuhkan. Dan apa yang Yesus berikan adalah sesuatu yang sangat mendasar bagi kehidupan manusia. Pemberian dan pelayanan 29 Yesus itu adalah secara holistik, artinya mencakup segala segi kehidupan manusia, baik secara jasmani maupun rohani. Demikian juga kita sebagai orang percaya, hendaknya bisa bersikap seperti yang telah Yesus teladankan kepada kita. Memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap orang lain, sekalipun dalam situasi dan kondisi yang kurang mendukung. Yesus telah memberi teladan kehidupan yang begitu berharga bagi kita. Ditengah-tengah keletihannya secara jasmani, Ia masih peduli dengan orang lain. Ia sanggup memberi kesembuhan segala macam penyakit, ketika dengan iman, seseorang mau berseru kepadaNya. Yesus adalah Pribadi yang luar biasa, sebab Ia melakukan segala sesuatu atas dasar kasihNya yang tulus kepada beribu-ribu orang. Sekali lagi kepada saudara-saudaraku seiman, Marilah kita saling mempedulikan keadaan disekitar kita. Jangan kita menutup mata terhadap keadaan tidak baik yang terjadi. Milikilah hidup seperti yang telah diteladankan Yesus. Kita semua, setiap orang yang percaya kepada Yesus memiliki tugas dan kewajiban yang sama seperti Yesus memberikan tugas kepada murid-murid-Nya. Jadikanlah kehidupan dan kehadiran kita ditengah-tengah orang banyak, memberi pengaruh yang baik bagi sesama, Amin. (Yus) *** 30 RANCANGAN KOTBAH 29 JULI 2012 Minggu Trinitas 9; Warna Liturgi Hijau Bacaan: Mazmur 145 Thema: BACAAN LEKSIONARI : 2 Raja-Raja 4:42-44 Mazmur 145; Efesus 3:14-21; Yohanes 6:1-21 MARI MEMUJI TUHAN TUJUAN 1. Jemaat mengerti alasan pemazmur memuji Tuhan. 2. Jemaat menemukan alasan pribadi memuji Tuhan. 3. Jemaat termotivasi memuji Tuhan seperti pemazmur, setiap hari seumur hidupnya. 4. Jemaat mendorong anak-anaknya untuk memuji Tuhan turun temurun. PENJELASAN TEKS Mazmur 145 tersusun sebagai berikut: Ayat 1-2 : pernyataan maksud untuk memuji TUhan Ayat 3 : Tuhan itu Agung Ayat 4-7 : undangan untuk memuji Tuhan Ayat 8-9 : Tuhan itu Pengasih dan penyayang Ayat 10-13b : undangan untuk memuji Tuhan Ayat 13c-20 : Tuhan itu setia dan adil Ayat 21 : undangan untuk memuji Tuhan Keterkaitan antar bagian atau bait terbagi melalui bentuk perulangan. Yaitu gagasan dalam bait yang satu diambil dan diteruskan dalam bait yang berikutnya; “besarlah Tuhan” ayat 3 diulang pada ayat 6 “kebesaranMu”. “kebaikanMu” ayat 7 diulang pada ayat 9 “Tuhan itu baik”. “kasih setia” ayat 8, diulang pada ayat 10 “orang-orang yang Kau kasihi” Dalam bahasa Ibrani Mazmur 145 ini berbentuk akrostik, artinya kata pertama larik-lariknya dibuka dengan huruf menurut abjad Ibrani. Mazmur 145 termasuk jenis madah perseorangan. Tetapi pemazmur tidak mau bernyanyi sendiri. Dia mau melibatkan jemaat. Hanya bersama jemaat pujiannya menjadi penuh. Ayat 1-2; Pernyataan maksud untuk memuji Tuhan. Mazmur ini dibuka dengan suatu maksud atau lebih tepatnya keputusan 31 yang teguh untuk memuji dan memuliakan Tuhan setiap hari dan seumur hidupnya. Ayat 3; Tuhan itu agung. Alasan pertama pemazmur memuji kemuliaan Tuhan ialah karena Tuhan itu besar dan patut dipuji setinggi-tingginya. kebesaranNya itu tak terselami, karena tak seorangpun dapat memahami rahasia Allah. Ketakterpahaminya Allah inilah yang membangkitkan pujian. Ayat 4-7; Undangan untuk memuji Tuhan. Sadar akankebesaran Tuhan yang tak terduga itu, pemazmur dengan semangat yang meluap-luap menyanyi dan memuji Tuhan serta menyatakan harapannya agar Tuhan dipuji oleh setiap generasi. Biarlah pujian itu disampaikan angkatan demi angkatan, yang satu menyampaikan kepada yang berikutnya (ay.4). memuji Tuhan berarti memberitakan, membicarakan, menyanyikan, memaklumkan, menceritakan dan memasyurkan pekerjaanpekerjaan Tuhan yang mulia, semarak, agung, ajaib, kuat, dasyat, baik dan adil (ay. 4-7). Suatu deretan kata-kata besar yang memang harus demikian. Karya-karya Tuhan itu sangat besar sehingga harus dijadikan peringata. TUhanlah yang membangkitkan peringatan itu (Mzm 111:4) dan hal itu terjadi terutama dalam ibadah-ibadah dimana karya-karyaNya yang agung dikenang kembali melalui pewartaan dan perayaan. Ayat 8-9; Tuhan itu pengasih dan penyayang. Alasan kedua pemazmur memuji Tuhan adalah karena TUhan itu pengasih dan penyayang, panajang sabar dan besar kasih setiaNya (ay.8). dan arena itu Ia baik dan penuh kerahiman kepada semua orang (ay.9). pengakuan iaman dalam ayat 8 merupakan salah satu pernyataan kesayangan orang Yahudi sesudah pembuangan (bnd Mzm 86:5) dan secara mendalam dinyanyikan oleh Mzm 103. Irael sering manegakui bahwa Tuhan itu baik. Akan tetapi yang menonjol dari ayat 9 adalah pengakuan bahwa kebaikan dan kerahiman Tuhan itu tak mengenal batas agama, bangsa, warna kulit dan kedudukan social. Ayat 10-13b; Undangan untuk memuji Tuhan. Sadar akan semuanya itu, pemazmur sekali lagi menyapa dan memuji Tuhan 32 serta menyatakan harapannya agar seluruh ciptaan ikutserta dalam puji-pujian ini, khususnya orang yang dikasihi Tuhan, yakni orang-orang beriman yang telah menerima kasih dan kesetiaan Tuhan (ay. 10). Kiranya mereka memuji Tuhan dengan memaklumkan, membicarakan dan memberitahukan kerajaan dan keperkasaannya yang mulia serta semarak kepada setiap orang (ay. 11-12). Mengapa? Karena keraan Tuhan adalah kerajaan meliputi segala waktu dan generasi (ay. 13). Ayat 13c-20; Tuhan itu setia dan adil. Alasan ketiga pemazmur memuji Tuhan adalah karena Tuhan itu setia dan adil. Dan dalam ayat-ayat ini pemazmur berbicara tentang Tuhan tidak lagi secara umum, tatapi secara lebih kokret. Tuhan itu setia dalam segala perkataanNya (ay. 13c) yang selalu berpegang pada janji-janjiNya. Dia penuh kasih setia dalam segala perbuatanNya. Oleh sebab itu berulang-ulang dalam deritanya pemazmur berharap apda kasih setiaNya (bnd. Mzm 5:8; 6:5; 13:6; 44:27). Bukti kasih setia itu tampak dalam tindakanNya menopang orang yang jatuh dan menegakkan orang yang tertunduk (ay. 14). Orang-orang yang berharap kepadaNya tidak pernah dikecewakan, karena Dia member mereka makanan pada waktunya dan memenuhi keinginan segala yang hidup (ay.15-16). Tuhan itu adil dan penuh kasih setia dalam segala perbuatanNya (ay.17). keadilan Tuhan itu tampak pada kasih setianya kepada orang-orang yang menderita. Dia dekat pada setiap orang yang berteriak minta tolong kepadaNya (ay. 20a). Tetapi orang fasik dibinasakanNya (ay. 20b) Ayat 21; Undangan untuk memuji Tuhan. Pujian kepada Tuhan, Raja yang besar dan yang tidak terselami tidak berakhir dengan berakhirnya doa dan ibadat. Karena itu pemzmur menutup madahnya dengan harapan dan niat yang teguh agar puji-pujian ini dapat diteruskan seumur hidupnya (ay. 21a). juga termasuk dambaannya yang terdalam ialah agar segala makluk memuji nama Tuhan yang kudus (ay. 21b). 33 KONTEKS MASA KINI Setiap orang pada masa kini tidak kekurangan alasan untuk memuji Tuhan. Karena setiap orang pasti pernah merasakan keagungan Tuhan, kasih saying Tuhan, serta kesetiaan dan keadilan Tuhan. Meskipun demikian masih ada juga orang yang kesulitan memuji Tuhan. Ada kalanya kesulitan dan penderitaan hidup, ketidak adilan dan kesewenang-wenangan, membuat orang sulit untuk dapat memuji Tuhan. Masih ada diantara orang percaya yang ketika menghadapi kesulitan hidup tidak berseru kepada Tuhan, tidak minta tolong kepada Tuhan, melainkan berseru dan minta tolong kepada “allah-allah lain” SARAN PENYUSUNAN KHOTBAH Khotbah dapat disusun dengan kerangka sebagai berikut: PENDAHULUAN Tanyakan kepada jemaat, pernahkan mereka memuji orang lain? Apa alasannya? Dan simpulkan bahwa setiap orang pasti memiliki alasan mengapa memuji orang lain. Demikian juga setiap orang hendaknya punya alasan mengapa memuji Tuhan. ALASAN MEMUJI TUHAN 1. Pertama karena Tuhan itu agung. Jelaskan konsep Tuhan itu Agung dan bukti-bukti keagungannya, sesuai dengan konteks jemaat masing-masing. 2. Kedua karena Tuhan itu pengasih dan penyayang. Jelaskan konsep Tuhan itu pengasih dan penyayang serta bwujud kasih sayang Tuhan kepada umatnya sesuai dengan konteks jemaat masing-masing. 3. Ketiga Tuhan itu setia dan adil. Jelaskan konsep Tuhan itu setia dan adil serta wujud kesetiaan dan keadilan Tuhan kepada umatNya sesuai dengan konteks jemaat masingmasing. 34 PENUTUP Buatlah kalimat motivasi atau provokatif yang mendorong jemaat bersedia memuji dan memuliakan TUhan setiap hari bahkan seumur hidupnya. Nats pembimbing : Mzm 117 Berita anugerah : Mzm 103:8-11 Nats persembahan : Mzm 95:1-3 Lagu-lagu pujian 1. KJ 293 2. KJ 242 3. KJ 178 4. KJ 364 5. KJ 403 6. KJ 439 Contoh Khotbah Jadi Jemaat yang dikasihi Tuhan, Pernahkah kita memuji seseorang? Kalau kita pernah memuji seseorang, tentu kita punya alasan mengapa memuji orang tersebut. Bila kita tidak punya alasan berarti pujian kita itu tidak tulus alias gombal. Misalnya ketia seorang suami berkata kepada istrinya; “sayang, engkau baik sekali” tentu suami tersebut pernah merasakan kebaikan istrinya. Bila ia belum pernah merasakan kebaikan itu, berarti pujiannya tidak tulus alias gombal. Jemaat yang dikasihi Tuhan, Pemazmur juga punya alasan memuji Tuhan. Alasan pertama pemazmur memuji kemuliaan Tuhan ialah karena Tuhan itu besar dan patut dipuji setinggitingginya (ay. 3). kebesaranNya itu tak terselami, karena tak seorangpun dapat memahami rahasia Allah. Ketakterpahaminya Allah inilah yang membangkitkan pujian. Keagungan Allah bisa kita lihat salah satunya melalui alam semesta ini. Ia menciptakan matahari, bulan, bintang dan benda-benda ruang angkasa lainnya secara luar biasa dan mengaturnya sedemikian rupa sehingga benda-benda tersebut ada dan berfungsi secara 35 tepat. Ia menciptakan manusia dengan berbagai organnya sedemikian rupa dan lain sebagainya. Jemaat yang dikasihi Tuhan, mari, lihatlah alam semesta ini, lihatlah diri kita sendiri dan sadari betapa agungnya Tuhan yang telah menciptakannya. Selayaknyalah kita memuji dan memuliakan Dia, untuk seterusnya dan selama-lamanya. Jemaat yang dikasihi Tuhan, Alasan kedua pemazmur memuji Tuhan adalah karena Tuhan itu pengasih dan penyayang, panajang sabar dan besar kasih setiaNya (ay.8). dan karena itu Ia baik dan penuh kerahiman kepada semua orang (ay.9). pengakuan iman dalam ayat 8 merupakan salah satu pernyataan kesayangan orang Yahudi sesudah pembuangan (bnd Mzm 86:5) dan secara mendalam dinyanyikan oleh Mzm 103. Israel sering mangakui bahwa Tuhan itu baik. Akan tetapi yang menonjol dari ayat 9 adalah pengakuan bahwa kebaikan dan kerahiman Tuhan itu tak mengenal batas agama, bangsa, warna kulit dan kedudukan sosial. Tuhan yang sama juga pengasih dan penyayang kepada kita. Ia panjang sabar dan berlimpah kasih setia kepada semua orang. Kebaikan dan kerahimannya nyata dalam hidup kita. Cobalah ingat dan hitung satu persatu kebaikan dan kerahiman Tuhan kepada kita, pastilah kita akan kagum oleh kasihNya. Sebagaimana dituliskan dalam KJ.439 “Berkat Tuhan, mari hitunglah, kau niscaya kagum oleh kasihNya” mari bersama-sama kita memuji Tuhan dengan nyanyan ini. Jemaat yang dikasihi Tuhan, Alasan ketiga pemazmur memuji Tuhan adalah karena Tuhan itu setia dan adil (ay. 1320). Dan dalam ayat-ayat ini pemazmur berbicara tentang Tuhan tidak lagi secara umum, tatapi secara lebih konkret. Tuhan itu setia dalam segala perkataanNya yang selalu berpegang pada janji-janjiNya, dan penuh kasih setia dalam segala perbuatanNya (ay. 13c). Oleh sebab itu berulang-ulang dalam deritanya pemazmur berharap apda kasih setiaNya (bnd. Mzm 5:8; 6:5; 13:6; 44:27). Bukti kasih setia itu tampak dalam tindakanNya menopang orang yang jatuh dan menegakkan orang yang tertunduk (ay. 14). Orang-orang yang berharap kepadaNya tidak pernah dikecewakan, karena Dia member mereka makanan 36 pada waktunya dan memenuhi keinginan segala yang hidup (ay. 15-16). Tuhan itu adil dan penuh kasih setia dalam segala perbuatanNya (ay.17). keadilan Tuhan itu tampak pada kasih setianya kepada orang-orang yang menderita. Dia dekat pada setiap orang yang berteriak minta tolong kepadaNya (ay. 20a). Tetapi orang fasik dibinasakanNya (ay. 20b). Jemaat yang terkasih, Tuhan itu setia dan adil kepada kita, bahkan ketika kita tidak setia kepadaNya pun, Ia tetap setia kepada kita. Mari kita memuji dan memuliakan Dia bukan hanya dengan nyanyian atau perkataan, tetapi dengan seluruh keberadaan kita, dengan pikiran, perasaan dan tindakan kita. Jemaat yang dikasihi Tuhan, Ingat bunyi salah satu iklan produk sampo di TV; “masih cari satu alasan untuk beralih ke sampo lain? Saya punya lima alasan ……” iklan tersebut menginspirasi saya supaya sebelum melakukan sesuatu, saya harus punya alasan yang kuat mengapa melakukan sesuatu tersebut. Bila dikaitkan dengan khotbah hari ini, maka iklan sampo tersebut bisa diubah demikian: “masih cari satu alasan untuk memuji Tuhan? Saya punya tiga alasan mengapa saya memuji Tuhan. Pertama karena Tuhan itu agung. Kedua karena Tuhan itu pengasih dan penyayang, dan Ketiga Tuhan itu setia dan adil. Mari memuji Tuhan bersama saya. Mari kita memuji Tuhan hari ini, esok dan seterusnya. (Ath) *** 37 Rancangan Khotbah Tanggal 5 Agustus 2012 Dan Tanggal 12 Agustus 2012 Menggunakan Panduan Pekan Pendidikan Kristen Sinode GKSBS 2012 38 RANCANGAN KOTBAH 19 Agustus 2012 Minggu Trinitas 12; Warna Liturgi Hijau Bacaan: Efesus 6: 10-20 Thema: BACAAN LEKSIONARI : Yosua 24: 1-2a; 14-18; Mazmur 34: 15-22; Efesus 6: 10-20; Yohanes 6: 56-69. MEMILIKI KEKUATAN DAN KOMITMEN UNTUK MELAKSANAKAN TUGAS PANGGILAN TUHAN Tujuan: 1. Jemaat dapat memelihara jati dirinya sebagai anak Tuhan dan hamba Tuhan serta berkomitment untuk menjalankan tugas dan panggilan yang diterimanya dari Tuhan. 2. Jemaat memiliki kekuatan dan semangat dengan tidak gentar menghadapi tantangan dari berbagai hal dalam pelayanannya. PENJELASAN TEKS Secara keseluruhan dari perikop ini (Efesus 6:10-20), dapat digambarkan bahwa kehidupan Kristen adalah kehidupan yang mengalami “Peperangan”. Yang dimaksud adalah umat Kristen terlibat melawan kuasa Iblis dan bala tentaranya. Ini dilatarbelakangi oleh situasi kehidupan Jemaat Efesus pada saat itu yang hidup bersama dengan para penyembah Diana atau Arthemis yang merupakan mayoritas. Kehidupan keagamaan mereka menekankan tentang ritual-ritual penyembahan terhadap roh-roh gaib. Kekristenan yang hidup pada saat itu sangat menentang apa yang terjadi dengan kehidupan keagamaan di Efesus. Ketidaksetujuan jemaat Kristen terhadap praktek keagamaan orang-orang Efesus yang memuja Diana atau Artemis ini, tentu tidak disenangi oleh mereka yang melakukannya. Ini disikapi Paulus dengan mengirimkan surat kepada jemaat Efesus dalam rangka mengingatkan bahwa mereka harus kuat dan siap berperang–bukan secara fisik frontal seperti perang antar tentara – tetapi perang iman dan roh melawan kuasa iblis bersama dengan pengikutnya. Ini tidak mudah karena tidak kelihatan. Ini peperangan yang tidak kasat mata. Namun demikian, Paulus mencoba untuk menjelaskan peperangan roh ini dengan gambaran peperangan fisik beserta 39 dengan “perlengkapan senjata” yang harus jemaat miliki dalam kekuatan Tuhan. Penjabaran teks ayat demi ayat: Ayat 10; Akhirnya… ini merupakan nasihat penutup secara umum dari perikop ini. Hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan. ..sebagai kata kerja berbentuk perintah, hendaklah kuat atau hendaklah mampu, kemudian kata untuk kuat dan akhirnya kata untuk kekuatan - di dalam kekuatan kuasaNya. Ayat 11; Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah…. Sekalipun Allah telah menyediakan semua ini, adalah tugas orang Kristen untuk mengenakannya; yaitu, dia harus secara sadar menghayati kuasa yang Tuhan Yesus Kristus yang telah disediakan untuknya yang digambarkan sebagai seluruh perlengkapan senjata Allah. Tanpa perlengkapan senjata dari Allah ini, orang Kristen tidak akan mampu bertahan melawan tipu muslihat - yakni berbagi cara atau strategi yang dipakai - Iblis. Ayat 12; Karena perjuangan kita bukanlah…. Merupakan alasan mengapa umat beriman memerlukan seluruh perlengkapan senjata Allah. Melawan darah dan daging… Menilik sejarah, bangsa Israel di bawah pimpinan Yosua harus berperang melawan darah dan daging agar dapat menguasai Kanaan. Namun peperangan dalam PB lebih bersifat rohani daripada jasmani. Tetapi melawan pemerintah-pemerintah. Bukan perbedaan komparatif, tetapi perbedaan mutlak. Tampak ada berbagai tingkatan di kalangan bala tentara Iblis. Tidak mungkin kita membuat pembedaan yang jelas di antara berbagai golongan musuh yang disebutkan di sini. Melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini. Harfiahnya, penguasa-penguasa dunia dari kegelapan ini. Melawan roh-roh jahat. Harfiahnya, melawan kekuatan-kekuatan roh jahat di udara. Di udara. Kata yang di bagian lain surat ini diterjemahkan dengan surga. Inilah yang terakhir dari lima penggunaan istilah en tois epouraniois, "di sorga." 40 Ayat 13, Sebab itu… Ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah. Kembali yang ditekankan adalah tanggung jawab manusia. Kalau ayat 11 menggambarkan tindakan pasif (bertahan) dan ayat 13 menggambarkan tindakan yang aktif (Mengadakan perlawanan). Yang menarik dari kedua ayat itu, baik bertahan maupun mengadakan perlawanan, ternyata Paulus tetap memberi pesan untuk mengenakan seluruh perlengkapan senjata Allah. Apa artinya? Dalam peperanganpeperangan, maupun dalam pertandingan olahraga seperti sepakbola, aspek menyerang dan bertahan harus dijalankan bersama jika ingin menang. Ayat 14, Jadi berdirilah teguh… maksudnya adalah harus siap secara fisik dan seluruh keberadaannya untuk Berikatpinggangkan kebenaran… Orang yang sudah berikat pinggang berarti sudah siap untuk bertindak (bnd I Petrus 1:13). Apa maksudnya? Menjaga agar pakaian tetap pada posisinya. Dari sini bisa diambil kesimpulan, kebenaran membuat sesuatu tetap pada posisi yang seharusnya. Ikat pinggang yang tidak terpasang dengan benar, bisa mengacaukan “Baju Zirah”. Dan tentu saja akan menghambat kita dalam peperangan rohani. Berpengaruh pada kerapian/penampilan. Ketika kita mempertahankan kebenaran, itu akan terlihat di mata orang. Dan itu mempengaruhi cara orang memandang diri kita dan memandang Kristus. Memberi rasa nyaman pada pemakai. Seharusnya ketika kita melakukan kebenaran, justru kita merasa nyaman. Karena kita melakukan kehendak yang seharusnya. Ayat 14 Berbajuzirahkan keadilan, Apa manfaat Baju Zirah? Yang terutama adalah melindungi diri dari senjata lawan. Apa kaitannya dengan keadilan? Adil tidak selalu berarti sama untuk semua orang, tapi lebih tepat masing-masing orang memperoleh sesuai dengan kapasitas dan kebutuhannya. Apa bahayanya jika kita tidak melakukan keadilan? Apa dengan tidak melakukan keadilan kita jadi lebih mudah diserang oleh iblis? Mungkin secara tidak langsung. Kita sebagai orang Kristen ngomong 41 mengenai keadilan tapi tidak berlaku demikian, bukankah tidak menjadi kesaksian? Tapi itu dampak tidak langsung. Mungkin juga dalam arti lain. Ketika kita tidak berlaku adil, memancing permusuhan diantara orang-orang yang seharusnya kita perlakukan adil. Ketidakadilan sangat berpotensi merusak persekutuan Kristen. Itu bisa menjadi titik lemah bagi serangan iblis untuk mengacaukan semuanya. Ayat 15, Kakimu berkasutkan… Banyak istilah dalam bagian ini diambil dari Perjanjian Lama Yesaya 52:7. Injil damai sejahtera… Kabar baik yang bercirikan damai sejahtera atau yang menghasilkan damai sejahtera. mungkin ini yang paling jelas. Kenapa bagian memberitakan injil diumpamakan sebagai kasut/ alas kaki? Tiap langkah hidup kita selalu ada jejak-jejak pemberitaan injil itu? Kaki untuk berjalan. Memberitakan injil membutuhkan keberanian untuk berjalan. pergi. Kemanapun orang Kristen melangkah, seharusnya ada jejak-jejak pemberitaan injil. Ayat 16, Pergunakanlah perisai iman… Bentuk genitif dari keterangan tambahan: maksudnya, perisai yang terdiri dari iman atau yang adalah iman. Semua panah api dari si jahat… Kata si jahat adalah dalam bentuk tunggal dan tidak diragukan lagi maskulin dan bukan netral - karena itu si jahat adalah Iblis itu sendiri. Seragam lengkap seorang prajurit Romawi ditunjukkan dalam bagian ini, dan aneka macam bagian itu diterapkan secara rohani. Perisai, sesuai dengan fungsinya untuk melindungi dari serangan musuh. Iman di sini ditempatkan sebagai perisai yang mampu melindungi dari serangan iblis. Kita bisa melihat teladan Kristus. Kunci kemenangan Kristus ada pada iman-Nya, sehingga menjadi kuat untuk bertahan atas serangan iblis. Ayat 17; Terimalah ketopong keselamatan. Kembali, ketopong yang adalah alat keselamatan. Apa fungsi ketopong? Melindungi bagian yang mengontrol segala sesuatu dari tubuh. Kepala. Apa artinya? Ketika kita belum mengenakan ketopong itu, kita tidak bisa mengontrol dengan baik perilaku tubuh. Pedang Roh. Bukan jenis genitif yang sama dengan sebelumnya: mungkin 42 suatu kasus ablatif dari sumber atau asalnya. Yaitu, pedang yang disediakan oleh Roh. Yaitu Firman Allah. Firman Allah merupakan pedang yang bermata dua. Pedang Roh merupakan satu-satunya senjata yang dapat dipakai untuk menyerang maupun untuk bertahan. Di sini yang menjadi pedang Roh adalah firman Allah, doa dan permohonan. Firman Tuhan menjadi kekuatan yang sangat berharga untuk bertahan dan menyerang seperti pedang. Ayat 18; Berdoalah setiap waktu… Perlengkapan senjata Allah harus senantiasa dipakai di dalam hubungan dengan doa orang percaya. Doa dan permohonan… Kata yang pertama dipakai untuk doa secara umum, yang kedua untuk menaikkan permohonan. Dalam Roh… Roh Kudus yang menyediakan pedang berupa Firman juga harus ikut aktif di dalam doa-doa kita. Untuk segala orang kudus. Paulus tidak ingin mereka membatasi doa hanya untuk dia sendiri, sekalipun dia memang menyebut dirinya pada ayat yang berikut. Bukan hanya firman saja. Tapi juga doa dan permohonan. Di sini dikatakan doa dan permohonan yang tidak putus-putus. Jadi senjata untuk menyerang balik iblis adalah firman TUHAN dan doa. “Berdoalah setiap waktu didalam Roh”. Iblis selalu menunggu waktu yang tepat untuk menyerang. Kalau kita tidak selalu siap, pasti mudah untuk diserang. “berjaga-jagalah di dalam doamu dengan permohonan yang tak putus-putus untuk segala orang kudus.”. Ayat 19-20. Juga untuk aku (yakni Paulus dan tentunya hamba Tuhan yang lain)…. Supaya kepadaku ... dikaruniakan perkataan yang benar. Ketika di dalam penjara, Paulus tidak memikirkan terutama kesejahteraan dirinya, tetapi memikirkan kesaksiannya mengenai Tuhan Yesus Kristus. Di dalam Kisah 28: 30-31 kita membaca bahwa Paulus berbicara kepada semua orang yang mengunjunginya ketika dia menjadi tahanan di rumah yang disewanya sendiri ketika berada di Roma. Agar dengan keberanian aku memberitakan rahasia Injil. Pentingnya doa Jemaat untuk HambaNya yakni Paulus, agar dia bisa berbicara dengan benar. Pentingnya kekuatan doa, itu sangat 43 diyakini oleh Paulus dan ada harapan dari Paulus agar jemaat di Efesus juga mengamininya. Jika disimpulkan, ada 4 pesan penting dalam perikop ini: 1. Kita diingatkan bahwa kehidupan kerohanian orang percaya akan selalu berhadapan dengan kuasa-kuasa iblis yang berbentuk roh-roh kegelapan dan pengaruh-pengaruhnya yang terwujud dalam ketidakadilan, kekacauan, kejahatan, kebobrokan moral dan banyak hal lain di dunia ini. 2. Sebagai orang beriman, kita harus siap berhadapan dengan realitas diatas. Dalam menghadapinya, setiap orang beriman tidak mengandalkan kekuatan fisik, namun kekuatan rohani yang datangnya dari Tuhan, yang digambarkan seperti kelengkapan-kelengkapan persenjataan para prajurit tempo dulu dalam peperangan. 3. Jangan takut atau goyah, tetapi harus memiliki komitmen dan memakai kekuatan Tuhan, dimana harus mengandalkan Firman dan doa dengan tidak putus-putus. Bukan hanya diam tetapi juga bertindak mewujudkan kebenaran, keadilan dan kasih dengan tidak melakukan kekerasan, tetapi dengan tindakan kasih yang asalnya dari Tuhan. 4. Bukan hanya komitment pribadi dan untuk kekuatan pribadi yang kita pinta dari Tuhan, tetapi perlunya dukungan doa kita untuk para hamba-hamba Tuhan agar bisa melaksanakan dan menyuarakan “suara kenabian” di dunia ini dengan benar. KONTEKS MASA KINI 1. Dalam kehidupan sehari-hari dan bahkan disiarkan di stasiun TV, tampak menjamurnya praktek-praktek perdukunan dan perguruan-perguruan “gaib” serta penghargaan terhadap “kekuatan-kekuatan roh-roh penunggu”. 2. Munculnya kembali kesenian-kesenian yang memanggil rohroh gaib atau “roh leluhur penunggu” dan dianggap sebagai “sebuah kesenian yang adiluhung” walaupun itu membuat pelaku seni mengalami sengsara karena dijadikan “alat atau tubuh” dari roh itu untuk berbuat banyak hal yang tidak wajar. Ini menjadi sesuatu yang “aneh” karena dikala ada orang kerasukan roh (kesurupan), banyak orang yang sibuk 44 3. 4. 5. 6. 7. 8. mendoakan atau memanggil rohaniwan dan parnormal agar yang kesurupan sembuh. Praktek-praktek iblis terlihat pada tingkat kepemimpinan atas sampai bawah dengan cara-caranya yang curang, tidak memperhatikan kepentingan dan keselamatan orang lain dan berpolitik kotor. Ada sebagian dari para pemimpin dan bangsa ini yang mulai susah menerima masukan-masukan/lebih senang menuruti keinginannya sendiri, walaupun tindakan yang telah dilakukan itu salah dan menyengsarakan bangsa ini. Kebobrokan moral antar generasi dalam seks bebas, narkoba, tawuran, kerusuhan dan kriminalitas yang lain. Ada sebagian dari para rohaniwan bahkan pemimpin Kristen yang mulai hidup untuk memuaskan keinginannya sendiri, memanfaatkan jemaat untuk mengeruk keuntungan demi memakmurkan dirinya dan melupakan jati dirinya sebagai hamba Tuhan yang harus memperjuangkan keadilan, kesejahteraan dan kebenaran serta dengan berani menyuarakan suara kenabian. Masih ada pemimpin, rakyat, termasuk anggota jemaat yang tidak terpengaruh dengan kehidupan yang tidak bermoral dan masih berpegang dengan imannya. Masih ada diantara kaum rohaniwan yang masih mengingat tugas dan panggilannya dan tidak “keblinger” dengan bujukan dunia dan si iblis. SARAN PENYUSUNAN KOTBAH 1. Pembukaan: Pengkotbah bisa menjelaskan tentang konteks yang terjadi pada masa kini dalam kehidupan sehari-hari. Apa yang disampaikan dalam rancangan kotbah ini bisa dirubah atau ditambahi, karena mungkin pada saat si pengkotbah mengkotbahkan perikop ini, ada hal-hal terkini/factual dan up to date yang telah sedang terjadi. 2. Isi: a. Penjelasan teks: pengkotbah bisa menjelaskan isi perikop dengan penjabarannya mengenai perlengkapan senjata 45 Allah/apa yang dimaksud dengan tetap tegap, pedang roh, ketopong, perisai dan istilah yang lainnya. (dalam menjelaskan tentang perlengkapan senjata ini, pengkotbah bisa menggunakan alat peraga-sebuah gambar tentara yang memakai perlengkapan perang seperti itu.) b. Aplikasi untuk jemaat: ketika kita sedang dihadapkan dengan keadaan zaman yang rusak dan jika tahu bahwa Tuhan menawarkan kekuatan yang dahsyat dengan perlengkapan senjata Allah yang siap diberikan pada jemaatNya, apa yang dapat jemaat lakukan sebagai hambaNya dan anakNya yang melihat praktik-praktik tipu daya iblis di lingkungan sekitar bahkan di negeri Indonesia ini? Pengkotbah bisa menegaskan bahwa jemaat jangan hanya diam namun harus melakukan yang terbaik dan berdasarkan kasihNya. 3. Penutup: a. Pengkotbah menyampaikan 4 pesan penting dalam perikop ini. b. Pengkotbah memberi semangat/motivasi agar jemaat jangan terlena dan turut dengan perilaku atas pengaruh si iblis, walaupun sebagian besar orang menganggap itu sebagai “kewajaran”. Jemaat tetap diingatkan tentang jati dirinya dan siap berjuang selalu di jalan Tuhan dengan kekuatanNya. Nats Pembimbing : Yosua 24: 14-18 Berita Anugerah : Yohanes 10: 11-15 Nats Persembahan : 1 Tawarikh 16: 29 Lagu-lagu: KJ no. 3 KJ no. 289 KJ no. 370 KJ no. 466a KJ no. 393 KJ no. 260 PKJ PKJ PKJ PKJ PKJ PKJ no. no. no. no. no. no. 13 233 258 165 147 131 46 Contoh Kotbah Jadi Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, Sering kita lihat atau dengar dipelbagai media massa mengenai orang-orang yang kesurupan, misalnya kesurupan massal di sekolah-sekolah. Ini menyebabkan para guru kebingungan mengatasinya sehingga mengundang paranormal dan rohaniwan untuk mengusir “roh-roh” itu. Namun uniknya, sekarang ini di sekitar kita juga mulai tumbuh kembali kesenian-kesenian tradisional yang malah mengundang “roh-roh tertentu” sehingga membuat pelaku seni kesurupan. Bahkan banyak juga orang-orang Kristen yang senang melihat dan malah ada juga yang mengundangnya untuk pentas. Kita tidak anti kesenian, namun kiranya seni itu bisa yang bermoral dan tidak bertentangan dengan iman kita. Bulan September 2011 lalu, terdapat aksi doa bersama yang dilakukan oleh sebagian orang dari lintas agama di depan istana Presiden Republik Indonesia. Aksi doa bersama lintas agama ini didorong oleh keprihatinan yang mendalam oleh karena kondisi bangsa Indonesia yang bobrok dalam pelbagai hal. Menurut berita yang ditayangkan, dapat disimpulkan bahwa parah dan bobroknya bangsa ini dikarenakan para pemimpin bangsa yang memberikan contoh yang buruk pada yang dipimpinnya. Termasuk didalamnya aparata birokrat, TNI, Polri, bahkan para wakil rakyat yang duduk di DPR dan MPR, dianggap buta dan tuli dalam melihat kondisi yang ada di Indonesia ini. Ada memang diantara mereka ini yang masih berani menyuarakan kebenaran, namun suaranya ditenggelamkan oleh yang mayoritas. Buruknya, diikuti pula oleh sebagian rakyat yang dipimpinnya. Kebobrokan moral, kejahatan, keculasan dan bentuk-bentuk ketidakadilan dianggap “wajar” oleh sebagian orang yang melakukannya. Hampir semua lapisan masyarakat dan pemimpin – walaupun masih ada orang-orang yang takut akan Tuhan – lebih senang mendengar rayuan si iblis untuk melakukan hal yang jahat. Mereka menganggap bahwa itu “wajar” karena toh dilakukan secara “berjamaah”. Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus, 47 Dari apa yang kita dengar, kita lihat dan kita rasakan ini kemudian muncul pertanyaan bagi kita semua. Pertanyaannya adalah, dimanakah posisi kita? Apakah sebagai pejuang dan pelaku kebenaran ataukah malah pelaku kebobrokan yang telah menjadi sebuah “kewajaran” di Indonesia ini? Atau karena seringnya kebobrokan ini dilakukan oleh kebanyakan orang, kita menjadi tidak terasa telah menjadi pelaku tindakan negative tersebut? Mungkin sulit kiranya kita untuk menjawabnya. Semoga kita bukanlah orang yang seperti itu, namun tetap menjadi hamba Tuhan yang baik dihadapan Tuhan. Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus, Dalam perikop yang kita baca ini, rasul Paulus mengingatkan pada jemaat Efesus tentang jati diri dan peran mereka yang sesungguhnya dalam kehidupan. Saat itu jemaat Efesus menghadapi kebobrokan moral dan kejahatan dalam kehidupan di sekitar mereka. Di Efesus, orang masih hidup dalam penyembahan roh dan pemujaan dewi Diana atau Artemis atau dewi yang diyakini selalu memberikan kenikmatan hidup duniawi. Kekuatan iblis begitu merasuki pikiran dan perbuatan masyarakat di Efesus. Ini berbahaya bagi umat milik Tuhan di Efesus. Rasul Paulus mengingatkan mereka dalam perikop ini. Jemaat Efesus sedang mengalami peperangan, yakni peperangan rohani. Pada ayat 10 “hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan…” memberikan gambaran pada kita betapa mereka harus kuat menghadapi pengaruh praktek kehidupan kebanyakan orang disekitar mereka. Bagaimana mereka harus menyikapi ini semua dan tetap kuat? Apakah mereka harus melawan dengan kekuatan fisik, mengadakan kudeta militer atau revolusi fisik? Tidak ada perlawanan perang fisik, sebab mereka sedang menghadapi “kuasa-kuasa dan pengaruh-pengaruh” iblis yang tidak kelihatan mata secara fisik. Pertama kali, mereka harus meminta pada Tuhan agar memberi kekuatan pada mereka. Kekuatan itu yang harus mereka andalkan. Dan kekuatan itu pula yang harus diolah, buka didiamkan begitu saja. Pengolahan kekuatan itu digambarkan pada Ayat 11 yang menggambarkan tindakan pasif (bertahan) dan ayat 13 yang menggambarkan tindakan yang aktif (mengadakan perlawanan). Artinya dalam 48 perjuangan manusia melawan tipu muslihat dan kuasa Iblis, aspek bertahan dan menyerang merupakan satu kesatuan. Manusia tidak akan bisa menang hanya dengan bertahan saja. Tapi manusia tidak mungkin menang juga hanya dengan menyerang tanpa berpikir dengan strategi untuk bertahan. Sebagai contoh adalah dalam peperangan-peperangan, maupun dalam pertandingan olah raga seperti sepakbola, aspek menyerang dan bertahan harus dijalankan bersama jika ingin menang. Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus, Rasul Paulus mengingatkan dalam Efesus 6: 14, Jadi berdirilah tegap… ini menandakan seseorang dalam kondisi siap dan kuat. Kalau orang itu loyo, jelas tidak akan sanggup berdiri tegap. Berikatpinggangkan kebenaran… Orang yang sudah berikat pinggang berarti sudah siap untuk bertindak. Mengapa perlu ikat pinggang? Menjaga agar pakaian tetap pada posisinya. Bayangkan kalau celana longgar dan tiba2 jatuh? Bukan hanya mempermalukan, tapi itu akan sangat mengganggu seorang prajurit dalam pertempuran. Dari sini bisa diambil kesimpulan, kebenaran membuat sesuatu tetap pada posisi yang seharusnya. Ikat pinggang yang tidak terpasang dengan benar, bisa mengacaukan “Baju Zirah”. Dan tentu saja akan menghambat kita dalam peperangan rohani. Berpengaruh pada kerapian/penampilan. Ketika kita mempertahankan kebenaran, itu akan terlihat di mata orang. Pasti orang akan melihat perbedaannya. Dan itu mempengaruhi cara orang memandang diri kita dan memandang Kristus. Memberi rasa nyaman pada pemakai. Seharusnya ketika kita melakukan kebenaran, justru kita merasa nyaman. Dunia saat ini seolah-olah telah terbalik. Ketika kita melakukan yang benar, justru kita dianggap aneh. Bukankah kita sering mendengar istilah “semua orang juga melakukannya”?. Akhirnya ketidakbenaran menjadi sesuatu yang lumrah. Misalkan seks bebas menjadi sesuatu yang lumrah. Akibatnya, orang-orang yang berusaha menjaga kekudusan seksualnya seringkali justru merasa “tidak nyaman”, karena 49 kata-kata “semua orang juga melakukannya”. Itu juga berlaku dengan penyuapan, korupsi, dan yang lain. Ini tentunya aneh bukan? Berbajuzirahkan keadilan, Apa manfaat Baju Zirah? Yang terutama adalah melindungi diri kita dari senjata lawan. Apa kaitannya dengan keadilan? Adil tidak selalu berarti sama untuk semua orang, tapi lebih tepat masing-masing orang memperoleh sesuai dengan kapasitas dan kebutuhannya. Contohnya perlakuan yang berbeda Abraham terhadap Ismail dan Ishak, perlakuan berbeda Ishak terhadap Esau dan Yakub, perlakuan berbeda Yakub terhadap Yusuf dan saudara-saudaranya, ternyata berpengaruh, bahkan sampai zaman sekarang. Dimulai dari ketidakadilan, mengakibatkan permusuhan, bahkan peperangan turun temurun. Jadi hati-hati terhadap tindakan kita. Karena kita tidak tahu betapa besar dampak yang bisa dihasilkan dari ketidakadilan. Ketidakadilan sangat berpotensi merusak persekutuan Kristen. Itu bisa menjadi titik lemah bagi serangan iblis untuk mengacaukan semuanya. Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus, Mengapa bagian memberitakan injil diumpamakan sebagai kasut/alas kaki? Memberitakan injil membutuhkan keberanian untuk berjalan. pergi. Kemanapun orang Kristen melangkah, seharusnya ada jejak-jejak pemberitaan injil. Meninggalkan jejak tidak selalu berarti kita harus berkata-kata tentang Kristus kepada siapapun yang kita temui. Tapi apakah lewat kehadiran kita orang lain bisa melihat “jejak Kristus” itu? Apakah ada perbedaan yang akhirnya membuat orang-orang bertanya-tanya, apa yang menyebabkan kita “berbeda”? Dan tentu saja akan jadi kesaksian kalau mereka tahu bahwa kita adalah Kristen. Pergunakanlah perisai iman… maksudnya, perisai yang terdiri dari iman atau yang adalah iman itu sendiri. Semua panah api dari si jahat… Kata si jahat adalah Iblis itu sendiri. Seragam lengkap seorang prajurit Romawi ditunjukkan dalam bagian ini, dan aneka macam bagian itu diterapkan secara rohani. Perisai, sesuai dengan fungsinya untuk melindungi dari serangan musuh. Iman di sini ditempatkan sebagai perisai yang 50 mampu melindungi dari serangan iblis. Bagaimana caranya iman bisa melindungi? Misalnya ketika kita jatuh dalam dosa, seringkali kita merasa tidak layak untuk datang kepada TUHAN. Pada kondisi seperti itu iblis bisa saja mengintimidasi kita untuk tidak datang, dan akhirnya makin jauh dari TUHAN. Tapi ternyata lebih baik kalau kita tetap datang dan mengakui di hadapan TUHAN, serta memiliki iman bahwa Dia akan mengampuni kita, disertai komitmen untuk kembali berjalan pada kehendak-Nya. Tapi apa hanya itu? Itu kondisi ketika kita sudah jatuh. Coba lihat teladan Kristus. Kenapa Yesus mampu mengalahkan serangan Iblis? Apa sekedar karena pengetahuan akan firman TUHAN? Tidak. Pengetahuan akan firman TUHAN memang membantu. Tapi itu bukan satu-satunya kunci kemenangan Kristus. Kunci kemenangan Kristus ada pada imanNya, sehingga menjadi kuat untuk bertahan atas serangan iblis. Yesus bertahan dalam iman Terimalah ketopong keselamatan (Efesus 6: 17). Kembali, ketopong yang adalah keselamatan. Apa fungsi ketopong? Melindungi bagian yang mengontrol segala sesuatu dari tubuh yaitu kepala. Apa artinya? Ketika kita belum mengenakan ketopong itu, jangan berharap kita bisa mengontrol dengan baik perilaku tubuh. Pedang Roh. Yaitu, pedang yang disediakan oleh Roh. Yaitu Firman Allah. Firman Allah merupakan pedang yang bermata dua. Pedang Roh merupakan satu-satunya senjata yang dapat dipakai untuk menyerang maupun untuk bertahan. Bagaimana dengan pedang Roh? Yang menjadi pedang Roh adalah firman Allah, doa dan permohonan. Firman Tuhan menjadi kekuatan yang sangat berharga untuk bertahan dan menyerang seperti pedang. Ingat, Yesus dalam pencobaan di padang gurun selalu menjawab tipu daya iblis dengan firman Tuhan. Berdoalah setiap waktu… (Efesus 6:18). Perlengkapan senjata Allah harus senantiasa dipakai di dalam hubungan dengan doa orang percaya. Doa dan permohonan… Kata yang pertama dipakai untuk doa secara umum, yang kedua untuk menaikkan permohonan. Dalam Roh… Roh Kudus yang menyediakan pedang berupa Firman juga harus ikut aktif di 51 dalam doa-doa kita. Untuk segala orang kudus. Paulus tidak ingin mereka membatasi doa hanya untuk dia sendiri, sekalipun dia memang menyebut dirinya pada ayat yang berikut. Bukan hanya firman saja. Tapi juga doa dan permohonan. Di sini dikatakan doa dan permohonan yang tidak putus-putus. Jadi senjata untuk menyerang balik iblis adalah firman TUHAN dan doa. “Berdoalah setiap waktu didalam Roh”. Setiap waktu? Apa artinya selalu? ya. Tentu saja. Iblis selalu menunggu waktu yang tepat untuk menyerang. Kalau kita tidak selalu siap, pasti mudah untuk diserang. “berjaga-jagalah di dalam doamu dengan permohonan yang tak putus-putus untuk segala orang kudus.”. Ini pentingnya mendoakan orang-orang dalam komunitas rohani. Karena semuanya sedang berperang dengan perangnya masingmasing. Alkitab sudah menyediakan senjata yang komplit untuk menghadapi peperangan rohani. Walaupun sudah kita kenakan, tapi, tidak akan efektif tanpa latihan. Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus, Dalam (Efesus 6: 19-20), Juga untuk aku…. Maksudnya, untuk aku secara khusus; mengingat keadaan Paulus ketika itu. Supaya kepadaku ... dikaruniakan perkataan yang benar. Bahkan ketika di dalam penjara. Paulus tidak memikirkan terutama kesejahteraan dirinya, tetapi memikirkan kesaksiannya mengenai Tuhan Yesus Kristus. Di dalam Kisah 28: 30-31 kita membaca bahwa Paulus berbicara kepada semua orang yang mengunjunginya ketika dia menjadi tahanan di rumah yang disewanya sendiri ketika berada di Roma. Agar dengan keberanian aku memberitakan rahasia Injil. Pentingnya doa Jemaat untuk Paulus, agar dia bisa berbicara dengan benar. hal itu sangat diyakini oleh Paulus dan ada harapan dari Paulus agar jemaat di Efesus juga mengamininya. Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus, Apa yang kita ketahui di awal kotbah tadi, bahwa kondisi di sekitar kita yakni bangsa ini sedang berada di jurang kebobrokan dalam segalanya, baik system, infrasruktur, kebijakan-kebijakan public, bahkan sampai pada akar rumput. Kita juga meyakini bahwa ini semua dikarenakan baik pemimpin maupun rakyatnya, tidak lagi takut akan Tuhan. Banyak orang 52 menerima pengaruh kuasa kegelapan atau si iblis dan menuruti hawa nafsu kedagingan manusia. Akibat yang ditimbulkan adalah adanya ketidakadilan dan kerusakan. Kejahatan muncul dimana-mana. Semua yang harusnya tidak baik, curang, jahat, dianggap wajar. orang tidak malu-malu lagi berbuat dosa. Melihat itu, bagaimana sikap gereja? Adakah kita tegak berdiri dan berani menyuarakan dan memperjuangan kebenaran dan keadilan di sekitar kita? Suara kenabian kita dimana? - (semoga kita adalah termasuk bagian dari bangsa ini yang masih takut akan Tuhan dan tidak mau ikut bujukan si iblis) Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, Perikop ini mengingatkan kita supaya menjaga jati diri kita sebagai hamba Tuhan dan anak Tuhan serta berlaku sebagaimana prajurit Tuhan yang siap tempur. Perikop ini juga mengingatkan bahwa kita tidak sendirian. Kita bersama Tuhan. Kita diberi kekuatan Tuhan. Perlengkapan senjata Allah memperlengkapi kita untuk melaksanakan tugas panggilanNya. Kita tidak perlu takut, walaupun kita minoritas diantara masyarakat yang melakukan “dosa berjamaah”. Kita jangan ikut arus yang menganggap semuanya itu sebagai kewajaran karena dosa berjamaah tadi. Lalu apa strategi pelaksanaan tugas kita? Doa dan firman Tuhan adalah nomer satu untuk menjadi pedoman dan kita lakukan dalam keseharian kita. Berjuang tanpa kekerasan tapi mewujudkan Injil dalam perkataan dan perbuatan kita. Kita bergerak dan meninggalkan setiap yang kita lalui dengan jejak-jejak Injil. Kita mengandalkan Tuhan yang memberi kekuatan namun kita juga melaksanakan dengan mewujudkan keadilan dan kebenaran dalam tindakan dan perkataan. Kita harus berani menyampaikan suara kenabian kita pada para pemimpin dan penguasa diantara bangsa ini. Tidak hanya bicara, kita juga memperjuangkan hak-hak bagi orang yang tertindas. Kita juga mewujudkan kepedulian social. Kesemuanya ini memang beresiko besar, tapi bukankah kita juga ingat bahwa “kita diperlengkapi dengan senjata lengkap oleh Tuhan Allah?”. Tidak hanya itu, Tuhan inginkan seluruh jemaat untuk mendukung para Hamba Tuhan dalam apapun, terutama dalam doa agar para hamba Tuhan memiliki 53 keberanian dan kebenaran dalam mewujudkan Injil di tengahtengah bangsa ini. Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus, Dari apa yang kita renungkan pada hari ini kita simpulkan demikian: 1. Kita diingatkan bahwa kehidupan kerohanian orang percaya akan selalu berhadapan dengan kuasa-kuasa iblis yang berbentuk roh-roh kegelapan dan pengaruh-pengaruhnya yang terwujud dalam ketidakadilan, kekacauan, kejahatan, kebobrokan moral dan banyak hal lain di dunia ini. 2. Sebagai orang beriman, kita harus siap berhadapan dengan realitas diatas. Dalam menghadapinya, setiap orang beriman tidak mengandalkan kekuatan fisik, namun kekuatan rohani yang datangnya dari Tuhan, yang digambarkan seperti kelengkapan-kelengkapan persenjataan para prajurit tempo dulu dalam peperangan. 3. Jangan takut atau goyah, tetapi harus memiliki komitmen dan memakai kekuatan Tuhan, dimana harus mengandalkan Firman dan doa dengan tidak putus-putus. Bukan hanya diam tetapi juga bertindak mewujudkan kebenaran, keadilan dan kasih dengan tidak melakukan kekerasan, tetapi dengan tindakan kasih yang asalnya dari Tuhan. 4. Bukan hanya komitment pribadi dan untuk kekuatan pribadi yang kita pinta dari Tuhan, tetapi perlunya dukungan doa kita untuk para hamba-hamba Tuhan agar bisa melaksanakan dan menyuarakan “suara kenabian” di dunia ini dengan benar.. “Vini, Vidi, Vici”: datang, bertanding dan menang. “Ora et labora” berdoa dan bekerja. Selamat berjuang. Tuhan melengkapi kita semua dengan kekuatanNya. (AJI) *** 54 RANCANGAN KOTBAH 26 Agustus 2012 Minggu Trinitas 13; Warna Liturgi Hijau Bacaan : Keluaran 16:2-4; 9-15 Thema: BACAAN LEKSIONARI : Keluaran 16:2-4; 9-15; Mazmur 78:23-29; Efesus 5:15-20; Yohanes 6:24-35 TUHAN MEMELIHARA UMATNYA Tujuan: Anggota jemaat mempermuliakan Kristus sebagai roti Hidup yang mengenyangkan jiwa mereka. PENJELASAN TEKS Nama Keluaran diambil dari peristiwa pokok yang diceritakan dalam Kitab ini, yaitu keluarnya bangsa Israel dari Mesir, tempat mereka diperbudak. Dalam Kitab ini ada tiga bagian yang penting: Pembebasan orang Ibrani dari perbudakan dan perjalanan mereka ke Gunung Sinai. Perjanjian Allah dengan umat-Nya di Sinai. Kepada bangsa Israel diberikan hukum-hukum moral, sipil dan keagamaan untuk pedoman hidup. Pembuatan tempat beribadat dengan segala peralatannya untuk bangsa Israel; peraturan-peraturan untuk para imam dan cara beribadat kepada Allah. Kitab ini terutama mengisahkan apa yang dilakukan Allah pada waktu Ia membebaskan umat-Nya yang diperbudak, lalu membina mereka menjadi suatu bangsa yang mempunyai harapan bagi masa depan. Tokoh utama dalam kitab ini adalah Musa, orang yang dipilih Allah untuk memimpin umat-Nya keluar dari Mesir. Bagian yang paling terkenal dari kitab ini ialah daftar Sepuluh Perintah dalam Pasal 20. BANGSA ISRAEL YANG BERSUNGUT-SUNGUT Di padang gurun itu bersungut-sungutlah segenap jemaah Israel kepada Musa dan Harun (ay.2). kondisi dan keadaan yang 55 dialami oleh bangsa ini membawa bangsa ini bersungut-sungut. Semula yang dirasakan adalah kenyamanan berada di tanah Mesir, walau dalam posisi sebagai tahanan atau budak. Sungutsungut bangsa ini atas keadaannya sampai kepada pemimpinnya yaitu Musa dan Harun, bahwa isi dari sungutsungut itu adalah “Ah, kalau kami mati tadinya di tanah Mesir oleh tangan TUHAN ketika kami duduk menghadapi kuali berisi daging dan makan roti sampai kenyang! Sebab kamu membawa kami keluar ke padang gurun ini untuk membunuh seluruh jemaah ini dengan kelaparan."(ay.3). Bahwa lebih baik mati dalam keadaan kenyang di tempat perbudakan, daripada di padang gurun dengan kelaparan. Sungguh, rasional/masuk akal manusia, lebih mementingkan perut atau nafsu serta keadaan nyaman – walau di tengah-tengah musuh – daripada kelaparan dalam kebebasan. Sungut-sungut yang menyangsikan/ meragukan akan kekuatan TUHAN Allah yang telah memimpin bangsa ini keluar dan bebas dari perbudakan tanah mesir. Walau dalam sungut-sungutnya masih menempatkan TUHAN sebagai “Sang Pemilik Hidup” dan “Kuasa atas Kematian” – kalau kami mati tadinya di tanah Mesir oleh tangan TUHAN –. Dan jika memperhatikan pada perikop sebelumnya, tidak hanya satu kali bangsa ini bersungut-sungut kepada Tuhan akan keadaan yang ternyata – menurut pikiran manusia – tidak lebih baik. Sungut-sungut bangsa Israel didengar oleh TUHAN, lalu berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Sesungguhnya Aku akan menurunkan dari langit hujan roti bagimu; maka bangsa itu akan keluar dan memungut tiap-tiap hari sebanyak yang perlu untuk sehari, supaya mereka Kucoba, apakah mereka hidup menurut hukum-Ku atau tidak.”(ay.4). Inilah wujud KASIH dan Penyertaan serta Pemeliharaan Allah akan umat-Nya yang sungguh-sungguh dikasihi. Namun, Kasih yang Tulus ini memberikan tanggung jawab kepada yang menerimanya, yaitu bagaimana mereka yang menerima diuji akan hidupnya, apakah mereka hidup menurut hukum TUHAN atau malah melanggarnya. Tanggung jawab yang harus diemban oleh penerima Kasih/Anugerah kebebasan, bahkan pemeliharaan akan jasmaninya – hal makanan yaitu roti yang turun dari langit bagaikan hujan – yang pada pagi harinya 56 bangsa ini dapat memungutnya tiap-tiap hari sebanyak yang diperlukan dalam sehari. TUHAN ALLAH MENDENGAR SUNGUT-SUNGUT UMATNYA Kata Musa kepada Harun: "Katakanlah kepada segenap jemaah Israel: Marilah dekat ke hadapan TUHAN, sebab Ia telah mendengar sungut-sungutmu." (ay.9). Seorang pemimpin yang memiliki kharisma dan hati dekat dengan TUHAN, sebab dari yang dikatakannya kepada Harun, adalah ajakan untuk mendekat ke hadapan TUHAN, dan bukan hardikan kemarahan. Oleh karena sungut-sungut bangsa ini didengar oleh TUHAN, membawa tanggung jawab untuk datang ke hadapan TUHAN. Datang untuk mendekat, kepada TUHAN yang telah mendengarkan sungut-sungut bangsa ini dan menyediakan berkat, serta memelihara kehidupan bangsa ini bukan hanya dalam hal jasmani tetapi lebih daripada itu yaitu bagaimana bangsa ini merasakan kebebasan yang sesungguhnya. Bukan hanya keadaan nyaman dalam hal jasmani tetapi dalam keadaan yang terbelenggu atau terpenjara, menjadi budak dari bangsa lain. Ini adalah situasi atau keadaan yang benar-benar tidak bebas. Maka, TUHAN memiliki kehendak untuk membawa bangsa Israel menuju kebebasan dan berada kembali ke tanah yang telah dijanjikan kepada nenek moyang bangsa ini. Sehingga, TUHAN tidak menginginkan bangsa ini kembali kepada perbudakan, tetapi kepada kemerdekaan yang sesungguhnya di dalam negeri sendiri. Hal ini nampak ketika TUHAN menampakkan kemuliaan-Nya dalam awan yang terus menyertai langkah perjalanan bangsa Israel menuju Kanaan. Bukti bahwa TUHAN sungguh-sungguh mendengar sungut sungut dari bangsa Israel dan menyatakan kasih-Nya atas pemeliharaan bangsa ini adalah sesuai dengan apa yang dikatakan oleh TUHAN kepada Musa: "Aku telah mendengar sungut-sungut orang Israel; katakanlah kepada mereka: Pada waktu senja kamu akan makan daging dan pada waktu pagi kamu akan kenyang makan roti; maka kamu akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN, Allahmu."(ay. 12). Jelas dikatakan, bahwa TUHAN merawat umat-Nya ini dengan jeli dan pas, pagi dikenyangkan dengan roti dan senja akan makan daging. 57 PEMELIHARAAN TUHAN ATAS HIDUP UMATNYA Sungguh sempurna, apa yang dilakukan oleh TUHAN kepada umat-Nya, ketika bersungut-sungut didengar-Nya, dan apa yang menjadi keluhannya dinyatakan dalam sabda-Nya: “Pada waktu petang datanglah berduyun-duyun burung puyuh yang menutupi perkemahan itu; dan pada waktu pagi terletaklah embun sekeliling perkemahan itu. Ketika embun itu telah menguap, tampaklah pada permukaan padang gurun sesuatu yang halus, sesuatu yang seperti sisik, halus seperti embun beku di bumi.” (ay.13-14). Perhatian dan pemeliharaan akan jasmani/perut bangsa Israel berupa burung puyuh pada waktu petang dan roti – yang kemudian disebut sebagai manna – pada waktu pagi. TUHAN mengenyangkan mereka yang lapar dengan roti dan daging. Roti manna yang muncul setelah embun pagi lewat, disusul burung puyuh yang berdatangan dengan berduyunduyun pada waktu petang. Tidak ada yang terlewatkan oleh TUHAN kepada umat-Nya yang dikasihi. Walaupun tanggapan atau respon dari bangsa Israel justru terlihat “tidak percaya” atau tidak tahu apa itu, hingga mereka bertanya “Apakah ini?”(ay.15). Inilah roti yang diberikan TUHAN kepada bangsa ini sebagai makanannya. Inilah wujud cinta kasih TUHAN pada umat-Nya. TUHAN memelihara umat-Nya. TUHAN mengasihi dan menjaga umat-Nya. Semua itu dilakukan-Nya dengan setia, dan penuh pengharapan akan umat yang mau setia dan taat kepada-Nya. TUHAN melakukan oleh karena belas kasihan-Nya atas umat yang tertindas, terhimpit, terdesak, umat yang lapar, umat yang haus. TUHAN yang demikian baik, dan ingin menunjukan kebaikan-Nya, bahwa inilah Aku,TUHAN yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir. KONTEKS MASA KINI 25 tahun Sinode GKSBS, sungguh membawa warna dalam kehidupan ini. Bahwa di dalam usia 25 tahun, bila diibaratkan sebagai seseorang, maka seseorang yang telah berusia 25 tahun ini sedang mengalami proses kehidupan untuk memantapkan pilihan, banyak yang memang harus dipikirkan. Tentang pasangan hidup, tentang pekerjaan, atau 58 pilihan menikah atau tidak. Maka 25 tahun Sinode GKSBS, waktu atau masa bertumbuh menuju kedewasaan yang matang. Usia yang matang untuk memantapkan pilihan mau makin baik atau tidak. HUT ke-67 NKRI. Sebagai warga negara yang bertanggung jawab untuk tugas panggilan membawa damai sejahtera ke tengah-tengah dunia, maka harus mewujud juga dalam masyarakat lingkungan di tempat kita tinggal. Dengan tingkah laku kita dan melalui sikap hidup kita sebagai orang Kristen di tengah-tengah masyarakat, hingga masyarakat merasakan damai bila ada orang Kristen. Dan bukan sebaliknya, menimbulkan ketidaksejahteraan atau malah kerusuhan bila kita ada Situasi bulan-bulan dimana masa panen telah lewat atau bahkan habis tetapi masih harus menanggung kebutuhan yang banyak dan masih menanti hasil ladang/panen tanaman berikutnya. Situasi di mana petani harus menyisihkan atau memakai tabungan – jika ada – untuk kebutuhan-kebutuhan keluarga, pendidikan dan modal pemeliharaan/pemupukan tanaman olahan petani. Hari besar Agama Islam, dimulai dengan ibadah Puasa dan Idul Fitri tahun 2012. Keadaan dimana, memungkinkan harga-harga bahan pokok meningkat, tetapi penghasilan atau pendapatan yang tetap tidak ada kenaikan. (Pengkhotbah dapat Menggali isu-isu yang kontekstual) SARAN PENYUSUNAN KOTBAH Pendahuluan Pengkotbah dapat membuka dengan mengajukan sebuah pertanyaan : “Apakah saudara pernah bersungut-sungut?” atau bisa dengan “Apakah saudara tahu bersungut-sungut?” Pengkotbah dapat menggali jawaban dari jemaat (berdialog secara langsung), namun pengkotbah diharapkan telah memiliki dan memahami apa arti dan contoh bersungut-sungut. Sungutsungut identik dengan menggerutu = protes kepada seseorang atas situasi yang menurutnya seharusnya tidak demikian. Contohnya bangsa Israel, dengan jelas mereka bersungut-sungut dengan mengatakan lebih baik dahulu daripada sekarang. 59 Perasaan tidak mau menerima keadaan yang sedang dihadapi saat ini dan memperbandingkan dengan situasi/keadaan pada saat yang telah lalu. Apa yang menyebabkan? Persoalan yang terjadi adalah persoalan perut atau makanan. Bila ada jawaban dari anggota jemaat, berikan apresiasi dan bila mungkin bertanya mengapa bersungut-sungut... hal ini dapat dilakukan kepada beberapa anggota jemaat yang lain. Dan jangan lupa memberikan apresiasi atau penghargaan baik ada atau tidak ada jawaban dari anggota jemaat. Isi Pengkotbah memperhatikan pada penjelasan teks. Dengan memperhatikan sub judul, isi terbagi menjadi: Memberikan penjelasan mengapa Bangsa Israel bersungutsungut. Bagaimana tanggapan TUHAN atas sungut-sungut bangsa Israel yang adalah umat yang dikasihi-Nya, umat yang telah dibawa keluar dari tanah perbudakan Mesir. Bahwa TUHAN begitu setia telah mendengarkan sungutsungut bangsa Israel, dan Jawaban TUHAN begitu indahnya karena perhatian dan pemeliharaan TUHAN atas umat-Nya ini, begitu juga untuk saat ini. Perhatikan konteks masa kini. Penutup Pengkotbah dapat mengakhiri kotbahnya dengan, memperhatikan konteks masa kini, apakah perhatian, pemeliharaan TUHAN sungguh dirasakan dalam kehidupan kita sebagai manusia, sebagai orang Kristen. Dimana kita pun tidak terlepas dari sungut-sungut atas apa yang telah diterimakan dalam kehidupan ini. Tarik sebuah simpulan yang terbuka, yaitu bahwa begitu setianya TUHAN kepada umat-Nya yang pernah bersungut-sungut, dan tetap setia dengan kasih-Nya memberkati dan memelihara. Begitu pula dengan saat ini, TUHAN adalah Allah yang setia dan memelihara kehidupan kita, maka setialah dan hiduplah dengan begitu dekat dengan TUHAN yang empunya Kasih yang Sempurna. Amin. 60 Liturgi : Nats Pembimbing Berita Anugerah Petunjuk Hidup Baru Nats Persembahan Lagu – lagu 1. KJ. 10 2. KJ. 144b 3. KJ. 40 4. KJ. 42 5. KJ. 364 6. KJ. 408 : PKJ. PKJ. PKJ. PKJ. PKJ. PKJ. : : : : Yohanes 6:29,35 Yohanes 6:54-56 Efesus 5:15-20 Efesus 5:1-2 14 15 37 274 146 212 Contoh Kotbah Jadi Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Dalam kehidupan kita “Apakah saudara pernah bersungutsungut?” ... (tunggu jawaban dari jemaat) (bila tidak ada yang menjawab ajukan pertanyaan) “Apakah saudara tahu bersungutsungut?” (kembali tunggu jawaban dari anggota jemaat) (Bila ada jawaban dari anggota jemaat, berikan apresiasi dan bila mungkin bertanya mengapa bersungut-sungut... hal ini dapat dilakukan kepada beberapa anggota jemaat yang lain. Dan jangan lupa memberikan apresiatif atau penghargaan atas apapun jawaban dari anggota jemaat.) Sungut-sungut itu identik/sama dengan menggerutu = protes kepada seseorang atas situasi yang menurutnya seharusnya tidak demikian. Contohnya : tanpa disadari ketika kita dalam kondisi pulang dari bekerja baik di kantor atau di ladang/sawah/pasar, letih, lesu, lapar mungkin juga haus, cape, penat karena urusan kantor/ada persoalan dengan murid, dll. Sampai di rumah, keadaan di rumah yang semula diharapkan mungkin membawa ketenangan, kelegaan ada senyuman atau gelak tawa, ternyata mungkin lebih parah/tidak ada apa-apa 61 untuk menjawab lelah, letih, lapar dan haus. Maka bisa saja mengatakan: “Ah, lebih baik aku tadi mampir di warung sate, atau masakan padang – atau Ah, lebih baik aku tadi di kantor saja lembur, atau main di mall dll. daripada pulang ke rumah tapi tidak ada yang menggembirakan. Mengapa? Karena ada sesuatu yang tidak terjawab dalam keinginannya. Begitu juga dengan bangsa Israel, dengan jelas mereka bersungut-sungut dengan mengatakan lebih baik dahulu daripada sekarang. Perasaan tidak mau menerima keadaan yang sedang dihadapi saat ini dan memperbandingkan dengan situasi/keadaan pada saat yang telah lalu. Apa yang menyebabkan? Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Yang menyebabkan bangsa Israel bersungut-sungut adalah kondisi dan keadaan yang dialami oleh bangsa ini semula merasakan kenyamanan berada di tanah Mesir, walau dalam posisi sebagai tahanan atau budak. Sungut-sungut bangsa ini atas keadaannya sampai kepada pemimpinnya yaitu Musa dan Harun, bahwa isi dari sungut-sungut itu adalah “Ah, kalau kami mati tadinya di tanah Mesir oleh tangan TUHAN ketika kami duduk menghadapi kuali berisi daging dan makan roti sampai kenyang! Sebab kamu membawa kami keluar ke padang gurun ini untuk membunuh seluruh jemaah ini dengan kelaparan."(ay.3). Bahwa lebih baik mati dalam keadaan kenyang di tempat perbudakan, daripada di padang gurun dengan kelaparan. Sungguh, rasional/masuk akal manusia, lebih mementingkan perut atau nafsu serta keadaan nyaman – walau di tengahtengah musuh – daripada kelaparan dalam kebebasan. Sungutsungut yang menyangsikan/meragukan akan kekuatan TUHAN Allah yang telah memimpin bangsa ini keluar dan bebas dari perbudakan tanah mesir. Walau dalam sungut-sungutnya masih menempatkan TUHAN sebagai “Sang Pemilik Hidup” dan “Kuasa atas Kematian” – kalau kami mati tadinya di tanah Mesir oleh tangan TUHAN –. Dan jika memperhatikan pada perikop sebelumnya, tidak hanya satu kali bangsa ini bersungut-sungut kepada Tuhan akan keadaan yang ternyata – menurut pikiran manusia – tidak lebih baik. 62 Sungut-sungut bangsa Israel didengar oleh TUHAN, lalu berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Sesungguhnya Aku akan menurunkan dari langit hujan roti bagimu; maka bangsa itu akan keluar dan memungut tiap-tiap hari sebanyak yang perlu untuk sehari, supaya mereka Kucoba, apakah mereka hidup menurut hukum-Ku atau tidak.”(ay.4). Inilah wujud KASIH dan Penyertaan serta Pemeliharaan Allah akan umat-Nya yang sungguh-sungguh dikasihi. Namun, Kasih yang Tulus ini memberikan tanggung jawab kepada yang menerimanya, yaitu bagaimana mereka yang menerima diuji akan hidupnya, apakah mereka hidup menurut hukum TUHAN atau malah melanggarnya. Tanggung jawab yang harus diemban oleh penerima Kasih/Anugerah kebebasan, bahkan pemeliharaan akan jasmaninya – hal makanan yaitu roti yang turun dari langit bagaikan hujan – yang pada pagi harinya bangsa ini dapat memungutnya tiap-tiap hari sebanyak yang diperlukan dalam sehari. Lalu apa yang dilakukan oleh TUHAN mendengarkan sungutsungut bangsa ini? Kata Musa kepada Harun: "Katakanlah kepada segenap jemaah Israel: Marilah dekat ke hadapan TUHAN, sebab Ia telah mendengar sungut-sungutmu." (ay.9). Seorang pemimpin yang memiliki kharisma dan hati dekat dengan TUHAN, sebab dari yang dikatakannya kepada Harun, adalah ajakan untuk mendekat ke hadapan TUHAN, dan bukan hardikan kemarahan. Oleh karena sungut-sungut bangsa ini didengar oleh TUHAN, membawa tanggung jawab untuk datang mendekat ke hadapan TUHAN. Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Datang untuk mendekat, kepada TUHAN yang telah mendengarkan sungut-sungut bangsa ini dan menyediakan berkat, serta memelihara kehidupan bangsa ini bukan hanya dalam hal jasmani tetapi lebih daripada itu yaitu bagaimana bangsa ini merasakan kebebasan yang sesungguhnya. Bukan hanya keadaan nyaman dalam hal jasmani tetapi dalam keadaan yang terbelenggu atau terpenjara, menjadi budak dari bangsa lain. Ini adalah situasi atau keadaan yang benar-benar tidak bebas. Maka, TUHAN memiliki kehendak untuk membawa bangsa Israel menuju kebebasan dan berada kembali ke tanah 63 yang telah dijanjikan kepada nenek moyang bangsa ini. Sehingga, TUHAN tidak menginginkan bangsa ini kembali kepada perbudakan, tetapi kepada kemerdekaan yang sesungguhnya di dalam negeri sendiri. Hal ini nampak jelas ketika TUHAN menampakkan kemuliaan-Nya dalam awan yang terus menyertai langkah perjalanan bangsa Israel menuju Kanaan. Bukti bahwa TUHAN sungguh-sungguh mendengar sungutsungut dari bangsa Israel dan menyatakan kasih-Nya atas pemeliharaan bangsa ini adalah sesuai dengan apa yang dikatakan oleh TUHAN kepada Musa: "Aku telah mendengar sungut-sungut orang Israel; katakanlah kepada mereka: Pada waktu senja kamu akan makan daging dan pada waktu pagi kamu akan kenyang makan roti; maka kamu akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN, Allahmu."(ay. 12). Jelas dikatakan, bahwa TUHAN merawat umat-Nya ini dengan jeli dan pas, pagi dikenyangkan dengan roti dan senja akan makan daging. Sungguh sempurna, apa yang dilakukan oleh TUHAN kepada umat-Nya, ketika bersungut-sungut didengar-Nya, dan apa yang menjadi keluhannya dinyatakan dalam sabda-Nya : “Pada waktu petang datanglah berduyun-duyun burung puyuh yang menutupi perkemahan itu; dan pada waktu pagi terletaklah embun sekeliling perkemahan itu. Ketika embun itu telah menguap, tampaklah pada permukaan padang gurun sesuatu yang halus, sesuatu yang seperti sisik, halus seperti embun beku di bumi.” (ay.13-14). Perhatian dan pemeliharaan akan jasmani/perut bangsa Israel berupa burung puyuh pada waktu petang dan roti – yang kemudian disebut sebagai manna – pada waktu pagi. TUHAN mengenyangkan mereka yang lapar dengan roti dan daging. Roti manna yang muncul setelah embun pagi lewat, disusul burung puyuh yang berdatangan dengan berduyunduyun pada waktu petang. Tidak ada yang terlewatkan oleh TUHAN kepada umat-Nya yang dikasihi. Walaupun tanggapan atau respon dari bangsa Israel justru terlihat “tidak percaya” atau tidak tahu apa itu, hingga mereka bertanya “Apakah ini?”(ay.15). Inilah roti yang diberikan TUHAN kepada bangsa ini sebagai makanannya. Inilah wujud cinta kasih TUHAN pada 64 umat-Nya. TUHAN memelihara umat-Nya. TUHAN mengasihi dan menjaga umat-Nya. Semua itu dilakukan-Nya dengan setia, dan penuh pengharapan akan umat yang mau setia dan taat kepada-Nya. TUHAN melakukan oleh karena belas kasihan-Nya atas umat yang tertindas, terhimpit, terdesak, umat yang lapar, umat yang haus. TUHAN yang demikian baik, dan ingin menunjukan kebaikan-Nya, bahwa inilah Aku,TUHAN yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir. Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Jika kita memperhatikan situasi dan kondisi kita saat ini, berbagai peristiwa yang telah terjadi, sebagai persekutuan gereja se-GKSBS yang baru saja merayakan 25 tahun Sinode GKSBS. Bahwa di dalam usia 25 tahun, bila diibaratkan sebagai seseorang, maka seseorang yang telah berusia 25 tahun ini sedang mengalami proses kehidupan untuk memantapkan pilihan, banyak yang memang harus dipikirkan. Tentang pasangan hidup, tentang pekerjaan, atau pilihan menikah atau tidak. Maka 25 tahun Sinode GKSBS, waktu atau masa bertumbuh menuju kedewasaan yang matang. Usia yang matang untuk memantapkan pilihan mau makin baik atau tidak. apakah perhatian, pemeliharaan TUHAN sungguh dirasakan dalam kehidupan kita? Ketika kita merayakan dan memperingati HUT ke-67 NKRI, sebagai warga negara yang bertanggung jawab untuk tugas panggilan membawa damai sejahtera ke tengahtengah dunia, maka harus mewujud juga dalam masyarakat lingkungan ditempat kita tinggal. apakah perhatian, pemeliharaan TUHAN sungguh dirasakan dalam kehidupan kita? Terlebih situasi bulan-bulan dimana masa panen telah lewat atau bahkan habis tetapi masih harus menanggung kebutuhan yang banyak dan masih menanti hasil ladang/panen tanaman berikutnya. Situasi di mana petani harus menyisihkan atau memakai tabungan – jika ada – untuk kebutuhan-kebutuhan keluarga, pendidikan dan modal pemeliharaan/pemupukan tanaman olahan petani. Dan keadaan dimana, memungkinkan 65 harga-harga bahan pokok meningkat, tetapi penghasilan atau pendapatan yang tetap tidak ada kenaikan. Dimana kita pun tidak terlepas dari sungut-sungut atas apa yang telah diterimakan dalam kehidupan ini. apakah perhatian, pemeliharaan TUHAN sungguh dirasakan dalam kehidupan kita? Begitu setianya TUHAN kepada umat-Nya yang pernah bersungut-sungut, dan tetap setia dengan kasih-Nya memberkati dan memelihara. Begitu pula dengan saat ini, TUHAN adalah Allah yang setia dan memelihara kehidupan kita, maka setialah dan hiduplah dengan begitu dekat dengan TUHAN yang empunya Kasih yang Sempurna. Marilah, kita hidup untuk makin dekat, semakin dekat dengan TUHAN dalam persekutuan, kesaksian dan pelayanan. Dan hiduplah dengan gembira atau happy menjadi orang Kristen, karena kita telah diselamatkan oleh Kristus yang adalah Roti Hidup. Bahwa pemeliharaan sempurna itu ada dalam Kristus Yesus yaitu dengan korban darah dan daging-Nya, kita beroleh hidup kekal. Amin. (KDW) *** 66 RANCANGAN KOTBAH 2 September 2012 Minggu Trinitas 14; Warna Liturgi Hijau Bacaan : Yakobus 1:19-27 Thema: BACAAN LEKSIONARI : Ulangan 4:1-2, 6-9, Mazmur 15, Yakobus 1:19-27, Markus 7:1-8, 14-15,21-23 PENYEMBAH ALLAH YANG TAAT Tujuan: Anggota jemaat berperan sebagai penyembah Allah yang taat. Latar belakang teks Surat Yakobus ditulis oleh Rasul Yakobus yang ditujukan kepada dua belas suku atau umat Kristen keturunan Yahudi yang ada di perantauan (terpencar-pencar), hal ini nampak dari isi karangan yang bercirikan hikmat kebijaksanaan seperti yang terdapat dalam Perjanjian Lama. Ketika membaca surat Yakobus dengan teliti, maka kita dapat mengetahui dengan jelas keadaan umat Kristen Yahudi pada saat itu. Masalah ajaran dogmatis tidak begitu dipersoalkan, yang menjadi persoalan serius adalah masalah moral atau kelakukan umat yang memprihatinkan. Umat Kristen hidup di tengah-tengah dunia komersil, sementara orang-orang tobatan baru dihadapkan pada berbagai macam pencobaan demi iman mereka. Bahkan di antara orang-orang Kristen pun tidak ada kerukunan sejati, ada sikap pilih kasih yang dilakukan oleh umat dengan mengutamakan orang kaya, di samping itu terjadi penggolongan-penggolongan diantara mereka. Ada juga anggota umat yang mengejar pangkat, dan ada yang berdagang dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan kehendak Allah, ada pula umat Kristen yang bertengkar dan bertikai yang menimbulkan fitnah, iri hati, dusta, dan kebencian serta saling menyalahkan. Selain itu juga disinggung ada tuan-tuan tanah yang bersikap tidak adil. Secara jelas inti keberadaan umat Kristen pada saat itu sudah kehilangan hidup kekristenan sejati dan hanya condong ke formalitas belaka. 67 Tafsiran: Ayat 19-21: Nasihat Yakobus, hendaknya setiap orang lebih cepat untuk mendengar orang lain daripada bicara terlalu banyak atau berkata-kata dalam suasana marah. Karena kemarahan seseorang dapat menghancurkan kebenaran (kasih karunia) Allah. Kebenaran menuntut seseorang agar menjauhkan diri dari segala kejahatan, atau lebih positif mau mendengarkan dan mematuhi (menerima dengan lemah lembut) firman Allah, yang menghasilkan karya keselamatan dalam jiwa. Ayat 22-25: Karena dari beberapa pembacanya (umat) tidak berbuat sesuai dengan firman, Yakobus menekankan perlunya “melakukan” Firman dalam rangka melengkapi “mendengarkan”. Jika seseorang mendengarkan firman tetapi ia tidak melakukan firman maka ia adalah penipu. Yakobus mengumpamakan orang yang mendengarkan firman tetapi tidak melakukannya, ia seperti seseorang yang mengamat-amati mukanya di depan cermin. Baru saja memandang wajahnya ia sudah pergi dan segera lupa akan wajahnya. Firman Tuhan yang seharusnya menjadi alat untuk bercermin, untuk mengevaluasi diri, sehingga mengetahui keberadaan diri yang sebenarnya (ada kekurangan dan mengetahui apa yang harus dilakukan), tetapi setelah didengarkan tetap tidak dilakukan, menjadikan keberadaan dirinya tetap sama, tidak ada perubahan. Ketika seseorang mau meneliti/mempelajari hukum yang memerdekakan yaitu Firman Allah dan berusaha tekun di dalamnya, bukan hanya mendengar untuk melupakannya tetapi sungguh-sungguh mau melakukannya, maka ia menjadi bahagia karena perbuatannya. Ayat 26-27: Yakobus memberikan tiga contoh patokan umum dalam melakukan ibadah yang direalisasikan (dipraktekan), yaitu mengekang lidah, membantu meringankan beban 68 penderitaan para janda dan anak-anak yatim piatu demi Allah, serta menjaga dan menghindari diri dari kecemaran dunia. Konteks Masa Kini: Situasi jaman yang mengarah kepada dunia materialistis yang penuh dengan persaingan, persaingan kadang menjadi tidak sehat dengan saling menjatuhkan satu dengan yang lain. Tekanan Hidup yang dirasa semakin berat menjadikan seseorang mempuyai gaya hidup individualistis, hal ini nampak dari sikap hidup yang tidak mau tahu dengan penderitaan orang lain, dan seseorang mudah marah bila kepentingannya terganggu. Pemerintah memberikan kebebasan untuk beribadah kepada warga negara, namun yang terjadi ibadah yang dilakukan oleh sebagian anak bangsa ini hanya sekadar formalitas, masih banyak yang mempunyai pemahaman bahwa ibadah hanya berkaitan dengan acara-acara ritual keagamaan dan terlepas dari kehidupan nyata, sehingga masih banyak kejahatan dilakukan oleh anak bangsa ini meskipun mereka adalah orang-orang yang “beribadah”. Tidak sedikit umat Tuhan yang senang beribadah mendengar firman Tuhan, karena firman itu menguatkan dan menghibur dirinya, tetapi ketika firman berkaitan dengan tindakan yang mengandung resiko (misalnya: berkurban untuk orang lain yang mungkin dirasa “merugikan” dirinya) ternyata tidak banyak yang serius menindaklanjutinya dengan tindakan nyata, bahkan ada yang langsung melupakan firman yang baru saja didengarnya. Saran penyusunan kotbah: Pendahuluan Jelaskan kepada jemaat bahwa bangsa kita adalah bangsa yang menyembah Allah, hal ini nampak ketika hari Minggu banyak orang Kristen pergi ke gereja, orang Hindu ke Pure, setiap hari jumat saudara kita Muslim ke Masjid, dan yang Budha ke Vihara. Jelaskan pula bahwa semua ajaran agama mengajarkan hal-hal yang baik (mengajar kebenaran yang 69 bisa diterima secara universal/umum). Meskipun mereka rajin dating ke tempat-tempat ibadah, mengapa masih banyak kejahatan di negri ini?,sehingga situasi jauh dari damai sejahtera Allah (jauh dari keselamatan yang Tuhan berikan, jauh dari kebahagiaan) padahal mereka ini adalah penyembah Allah. Kunci jawabannya adalah mereka menyembah Allah dengan, mendengarkan khotbah, ceramah, tetapi tidak mau melakukannya, tidak taat kepada ajaran. Ibadah dilakukan hanya sebagai rutinitas untuk memenuhi syarat hidup beragama. Isi Jelaskan nasihat Yakobus tentang pentingnya mendengar dan melakukan. Terangkan ibadah yang dipraktekan menurut Yakobus (mengendalikan lidah, peduli kepada janda-janda miskin dan anak yatim, selain itu juga hidup dengan tidak dicemarkan oleh dunia ini). Lihat penjelasan teks) Penutup Motivasi jemaat untuk tekun menyembah kepada Allah, dengan senantiasa mau mendengar dan mau menerima firman, selain itu tekankan juga firman yang harus dilakukan. Sehingga jemaat menjadi penyembah Allah yang Taat. Liturgi : Nats Pembimbing Berita Anugerah Persembahan Nyanyian: PKJ: 04 PKJ: 187 PKJ: 264 PKJ: 147 PKJ: 182 PKJ: 230 : Markus 7:6b-7a : Ulangan 4:1 : Roma 12: 1-2 KJ: 21 KJ: 260 KJ:338 KJ:450 KJ:422 KJ:467 *** 70 CONTOH KHOTBAH JADI Jemaat yang dikasihi dan yang mengasihi Tuhan, Mencermati kehidupan umat beragama di negri ini, kita bisa melihat bahwa bangsa ini adalah bangsa yang menyembah Tuhan. hal ini nampak jelas ketika pada hari Minggu umat yang beragama Kristen pergi ke Gereja, pada hari Jumat saudarasaudara kita Muslim menuju ke Masjid, yang Hindu ke Pure, dan yang Budha ke Vihara. Diakui atau tidak bahwa agama-agama yang ada mengajarkan tentang kebaikan dan kebenaran yang dapat diterima secara universal/umum. Bila bangsa ini adalah bangsa yang menyembah kepada Allah dan semua agama mengajarkan tentang kebaikan dan kebenaran, mengapa di negri ini masih banyak kejahatan dan penderitaan? Misalnya korupsi, prostitusi, penipuan, perampokan, konflik sosial, kelaparan terjadi di mana-mana, sehingga damai sejahtera dan kebahagiaan hidup semakin jauh dirasakan oleh sebagian besar masyarakat di negri ini, Apakah Agama gagal menjalankan fungsinya? Dan apakah sudah menjamin umat akan melakukan yang baik ketika mereka sudah pergi beribadah dengan mendengarkan khotbah? Tentu saja tidak! Salah satu jawabannya adalah banyak orang beribadah menyembah Allah, tetapi tidak melakukan ajaran agamanya, tidak nglakoni. Ibadah dan penyembahan kepada Allah hanya sebuah formalitas dan rutinitas tanpa makna. Dan situasi seperti ini tentu tidak sesuai dengan kehendak Allah. Jemaat yang dikasihi Tuhan, Melihat kenyataan di atas kita diingatkan kembali oleh sabda Tuhan melalui surat Yakobus yang ditujukan kepada umat Yahudi yang ada di perantauan, yang keberadaan umat Kristen pada saat itu sudah kehilangan semangat hidup kekristenan sejati dan condong ke formalitas belaka. Dalam perikop bacaan kita saat ini (Yakobus 1:19-27) kita bisa memahami, bagaimana Yakobus mengingatkan umat untuk cepat mendengar dan lambat untuk marah, karena kemarahan seseorang dapat merusak atau menghancurkan kebenaran. Kebenaran Allah 71 menuntut seseorang untuk menjauhkan diri dari segala kejahatan, atau lebih positif mau mendengarkan dan mematuhi firman Allah, yang memungkinkan menghasilkan karya keselamatan dalam jiwa. Selain mengingatkan pentingnya mendengarkan firman Tuhan, rasul Yakobus juga menekankan sikap melakukan firman Tuhan. Umat yang hanya menjadi pendengar tanpa melakukan firman Tuhan maka ia menipu diri sendiri.Yakobus mengumpamakan orang yang mendengar firman tetapi tidak melakukannya, ia seperti seseorang yang mengamat amati mukanya di depan cermin. Baru saja memandang wajahnya ia sudah pergi atau segera lupa. Firman Tuhan yang seharusnya menjadi alat untuk bercermin, mengevaluasi diri, mengetahui keberadaan diri yang sebenarnya, tetapi setelah didengar tetap tidak dilakukan, menjadikan keberadaan dirinya tetap sama, tidak ada perubahan. Seseorang yang sungguhsungguh mendengar dan melakukannya, maka ia menjadi bahagia. Hal ini menampakan adanya saling keterkaitan antara menyembah Allah yang diwujudkan dengan ketaatan melakukan kehendakNya, dan inilah yang sebenarnya disebut ibadah yang benar. Rasul Yakobus sendiri memberikan tiga contoh ibadah yang direalisasikan (dipraktekan), yaitu: 1. Mengekang lidah. bila seseorang mengaku beribadah tetapi tidak mengekang lidahnya (menfitnah, atau dengan lidahnya menyakiti hati sesamanya, dst) maka ibadahnya menjadi siasia 2. Membantu meringankan beban penderitaan para janda dan anak-anak yatim piatu demi Allah. Ada sikap mengasihi sesama yang ditunjukan dengan kepedulian bagi mereka yang menderita. Janda dan anak-anak yatim ketika dilihat dari status social dan ekonomi adalah sesama yang wajib untuk ditolong. Perlu dihibur, dikuatkan dilindungi, dibela hak-haknya, serta perlu dibantu dalam hal kebutuhan hidup. 3. Menjaga dan menghindari diri dari kecemaran dunia (dosa). Sebagai umat yang sudah ditebus dan disucikan oleh Kristus, umat masih hidup di dalam dunia yang penuh dengan kejahatan dan dosa. Untuk itu sebagai umat yang beribadah, bagaimana umat harus menjaga dirinya supaya tetap kudus dengan tidak melakukan kecemaran, berusaha untuk menghindar dan menjauh kan diri dari dosa/kecemaran yang 72 ditawarkan oleh dunia, sehingga ibadahnya tidak menjadi sia-sia. Jemaat yang dikasihi Tuhan, Semakin meningkatnya kebutuhan hidup membuat seseorang berusaha memenuhinya dengan berbagai cara. Pemahaman waktu adalah uang, menjadikan, seseorang super sibuk sehingga waktu untuk mendengarkan firman menjadi berkurang. Selain itu persaingan hidup yang semakin terasa, tanpa disadari menggiring seseorang untuk hidup saling menjatuhkan, ditambah lagi dengan situasi hidup yang semakin sulit, tidak sedikit yang menjadi egois, , tidak mau tahu dengan penderitaan orang lain, yang penting aku baik. Belum lagi roh jaman hedonism (mengejar kenikmatan dunia tanpa memikirkan dosa) membawa sebagian umat lupa akan dirinya, dan jatuh dalam kecemaran dunia. Untuk itu melalui firman Tuhan pada saat ini kita semua sebagai umat Tuhan, diingatkan kembali untuk mengubah situasi menjadi baik, mengubah sesuatu yang baik tidak bisa langsung mengubah orang lain menjadi baik, tetapi minimal harus dimulai dari diri kita sendiri. Dan hal itu bisa terjadi ketika kita mau menerima firman dan hidup di dalamya, mau mendengarkan firman terlebih mau melakukannya. Dengan menjadi pelaku-pelaku firman Tuhan kita dimampukan Tuhan untuk menjadi teladan bagi yang lainnya, sehingga kita menjadi penyembah-penyembah Allah yang taat. Amin (JOKO) *** 73 RANCANGAN KOTBAH 9 September 2012 Minggu Trinitas 15; Warna Liturgi Hijau Bacaan : Yesaya 35:4-7a Thema: BACAAN LEKSIONARI : Yesaya 35 :4-7a ; Mazmur 146; Yakobus 2:1-10(11-13)14-17; Markus 7:24-37 TUHAN MENEGAKKAN KEADILAN Tujuan: Agar jemaat memahami dan menyadari bahwa Tuhan Allah tetap menegakkan keadilanNya bagi orang-orang yang berharap kepadaNya. PENAFSIRAN TEKS Perikop bacaan ini merupakan bagian dari Proto Yesaya (Yesaya bagian pertama) yang ditulis sebelum Bangsa Israel mengalami pembuangan. Secara garis besar bagian Proto Yesaya ini berisi: 1. Nubuat tentang Yehuda dan Yerusalem. (Pasal 1 – 12) 2. Ancaman hukuman terhadap bangsa-bangsa. (Pasal 13 – 23) 3. Nubuat tentang akhir zaman (Pasal 24 – 27) 4. Kesesakan yang akan dialami oleh Bangsa Israel dan kelepasan sesudahnya. (Pasal 28 – 35) 5. Cerita mengenai Yesaya ketika berada dalam zaman Raja Hizkia (Pasal 36 – 39) Dan perikop yang kita baca termasuk di dalam bagian mengenai Kesesakan yang akan dialami oleh Bangsa Israel dan kelepasan sesudahnya. (Pasal 28 – 35). Di sini kita bisa meihat gambaran bagaimana Tuhan Allah akan menyatakan/ menegakkan keadilan bagi bangsa Israel dengan cara membalas dan memberi ganjaran kepada musuh bangsa Israel, membuat orang buta melihat, orang tuli mendengar, orang lumpuh melompat, orang bisu bersorak. Penegakkan keadilan Tuhan Allah ini bagaikan mata air di padang gurun, sungai di padang belantara, bahkan diibaratkan seperti ada perubahan dari tanah pasir yang panas menjadi kolam yang menyejukkan. Gambaran di atas, itu dinyatakan oleh Allah kepada Bangsa Israel untuk memperlihatkan bahwa ketika Bangsa Israel akan 74 mendapatkan penghukuman Tuhan Allah tidak akan tinggal diam. Hal ini menunjukkan bahwa setelah Bangsa Israel menjalani masa pembuangan, mereka akan menyaksikan bagaimana Tuhan Allah menegakkan keadilan-Nya bagi mereka. Walaupun mereka harus menghadapi penderitaan, mereka akan diselamatkan oleh Tuhan Allah. KONTEKS MASA KINI Situasi keamanan yang tidak kondusif. Banyak gereja sulit mendapatkan izin mendirikan gedung gereja. Di Indonesia sering kali orang-orang kristen mendapatkan perlakuan diskriminatif dari penguasa. Harga hasil pertanian yang tidak berpihak kepada petani, panen gagal, dan peristiwa-peristiwa lain ketidakadilan lainnya yang dialami oleh jemaat. Ada orang-orang cacat (difabel) yang menunjukkan karyakarya hebat. Ada pendampingan bagi mereka yang tertindas (contoh kasus Moro-moro). SARAN PENYUSUNAN KHOTBAH Pendahuluan Pengkhotbah mengulas secara singkat situasi terkini yang menunjukkan ketidak adilan dan ketimpangan sosial. Isi Pengkhotbah menggambarkan bagaimana situasi Bangsa Israel dalam masa pembuangan. Pengkhotbah menyampaikan bagaimana Tuhan Allah tidak tinggal diam ketika Bangsa Israel dalam masa pembuangan. Pengkhotbah menyampaikan apa saja yang dilakukan Allah di dalam menegakkan keadilan. Pengkhotbah memberikan contoh-contoh bagaimana karya Tuhan yang tetap nyata sampai sekarang contohnya: orangorang cacat yang bisa menghasilkan karya-karya yang hebat, 75 persekutuan yang semakin erat ketika gereja dihambat perizinannya, mereka yang mengalami penindasan mendapatkan pendampingan dalam bentuk moril, materi, dan advokasi di bidang hukum. Pergumulan yang dihadapi oleh setiap jemaat misalnya harga hasil pertanian yang turun, panen gagal, dll, ternyata Tuhan Allah tidak tinggal diam, Tuhan Allah menegakkan keadilanNya bagi kita. Penutup Pengkhotbah menguatkan jemaat untuk tidak tawar hati. Pengkhotbah menguatkan jemaat untuk tetap setia dan berpengharapan. Nats Pembimbing : Mazmur 146 : 6 – 7 Berita Anugerah : Mazmur 103 : 2 – 8 Petunjuk Hidup Baru : Yakobus 2: 1 – 10 Nats Persembahan : Mikah 6: 8 Nyanyian : 1. K J 4 :1–2 2. P K J 14 : 3. P K J 202 :1–2 4. K J 50a : 1, 6 / PKJ 255 : 5. P K J 279 :1–3 6. K J 291 :1– 7. P K J 185 :1–3 *** 76 Contoh Khotbah Jadi. Bapak/Ibu/Sdr/i yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Ketika kita berbicara tentang keadilan pada saat ini, sepertinya banyak orang yang sudah malas untuk membahasnya. Kenapa malas membahasanya? Karena pada saat ini sangat susah kita melihat adanya keadilan. Bahkan kita sendiri juga mungkin sudah malas untuk berbicara keadilan. Suasana negara yang tidak kondusif, dimana-mana banyak terjadi ketidakadilan. Orang miskin mencuri dihukum dengan hukuman yang berat, sedangkan koruptor bisa mendapatkan hukuman yang ringan, malahan ada yang dibebaskan. Di dalam kehidupan kita sebagai orang kristen di tengah masyarkat mungkin juga mendapat perlakuan yang berbeda, misalnya di dalam mencari pekerjaan, atau di dalam mendirikan rumah ibadah yang izinnya dipersulit. Hal ini membuat kita semakin malas untuk berbicara tentang keadilan, kita merasa percuma berbicara tentang ketidakadilan, dan yang lebih parahnya lagi, tanpa kita sadari kita memiliki pemikiran bahwa Allah saja tidak peduli dengan keadaan kita pada saat ini, Tuhan Allah saja mengabaikan dan tidak menunjukkan keadilanNya bagi kita. Kita merasa dilupakan oleh Tuhan Allah. Bapak/Ibu/Sdr/i yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Apakah benar Allah meninggalkan umatNya? Apakah benar Allah tidak peduli dengan anak-anakNya? Perikop yang kita baca pada saat ini mengisahkan bagaimana Allah akan menunjukkan kepeduliaanNya kepada Bangsa Israel, bisa dibilang perikop yang kita baca ini adalah janji Allah kepada Bangsa Israel untuk membebaskan dan menyelamatkan Bangsa Israel, ketika mereka berada di dalam masa pembuangan. Sama seperti kebanyakkan bangsa yang berada didalam masa penjajahan atau pembuangan, yang tidak akan mengalami kehidupan yang adil, demikian juga dengan Bangsa Israel. Mereka tidak merasakan keadilan, mereka ditindas, penderitaan yang mereka alami. Allah mengetahui apa yang terjadi dengan Bangsa Israel, oleh karena itu Tuhan Allah berjanji bahwa Dia tidak akan tinggal diam. Tuhan Allah akan membebaskan dan menyelamatkan Bangsa Israel dari tangan musuh-musuh yang menindas mereka. Bukan 77 hanya membebaskan dan menyelamatkan saja, akan tetapi ada karya lain yang dinyatakan oleh Allah pada saat pembebasan itu, mereka yang buta akan bisa melihat, mereka yang tuli bisa mendengar, mereka yang lumpuh bisa melompat-lompat seperti rusa, dan mereka yang bisu bisa bersorak-sorai untuk merayakan karya Allah yang nyata di dalam hidup mereka, dan ketika itu terjadi mereka bagaikan mendapatkan mata air di padang gurun, sungai akan mengalir di padang belantara, bahkan di dalam bacaan kita juga dikatakan bahwa ketika pembebasan dan penyelamatan itu terjadi, mereka merasa seperti berada di tanah pasir yang panas yang berubah menjadi kolam yang menyejukkan. Dari hal-hal ini bisa kita lihat bagaimana Tuhan Allah tetap menegakan keadilanNya ketika Bangsa Israel berada di dalam masa pembuangan. Bapak/Ibu/Sdr/i yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Lalu bagaimana dengan situasi pada saat ini? Mungkin kita berpikir Allah tidak pernah berpihak dan menunjukkan keadilanNya kepada orang-orang yang terpinggirkan, kepada orang-orang miskin, kepada orang-orang yang tertindas, atau mungkin kita juga berpikir bahwa Allah tidak pernah berpihak kepada kita, misalnya ketika mau bangun gedung gereja dan dipersulit oleh penguasa, kita merasa bahwa Allah tidak berpihak kepada kita. Apakah benar bahwa Tuhan Allah tidak berpihak kepada kita, kepada orang-orang yang disebutkan tadi? Bukankah itu hanya pemikiran kita saja, atau mungkin itu kita yang lakukan, seperti dalam Yakobus 2:1–10, yang mana hal tersebut sangat manusiawi dimana orang akan melihat keberadaan orang berdasarkan penampilan orang yang kita lihat. Bukankah yang disebutkan di dalam Yakobus 2:1–10 tersebut ialah tindakan yang kita lakukan, bukan yang Allah lakukan, dan ketika kita berpikir bahwa Allah tidak berpihak kepada kita karena ketika kita akan mengurus izin mendirikan gedung gereja dipersulit, jadi tandanya Allah berpihak kepada kita ialah hanya sebatas kalau izin itu keluar? Bapak/Ibu/Sdr/i yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Mari kita kembali melihat keberadaan orang-orang disekitar kita, yang kita anggap bahwa Allah tidak menunjukkan 78 keadilanNya. Mari kita lihat orang-orang cacat yang bisa menghasilkan karya-karya yang hebat, mari kita lihat orangorang yang miskin secara materi akan tetapi kaya akan iman kepada Tuhan Allah dan akhirnya bisa tetap merasakan indahnya kehidupan walaupun dengan keberadaan ekonomi keluarga yang kurang, mari kita lihat orang-orang yang ditindas, misalnya saudara-saudara kita di Moro-moro yang pada akhirnya Allah berkarya menunjukkan keadilanNya bagi mereka ialah dengan mengutus orang-orang dan kita semua juga untuk terlibat di dalam membantu baik secara moril, materi dan pendampingan-pendampingan lainnya. Mari kita lihat gerejagereja yang bergumul untuk mendirikan rumah ibadah, di mana mereka bisa semakin memperat rasa persekutuan di antara jemaat, mari kita lihat orang-orang yang merindukan pekerjaan, ketika mereka bisa menyadari bahwa Allah peduli kepada mereka dan menunjukkan keadilanNya dengan memberikan mereka keahlian-keahlian khusus yang membuat mereka bisa berusaha, atau di dalam kehidupan keluarga kita, kehidupan pribadi kita, misalnya ketika harga hasil panen kita tidak sesuai dengan biaya produksi yang kita keluarkan, panen gagal, ternak terkena penyakit, atau kita mengalami peristiwa penipuan (kita mengalami ketidakadilan). Apabila Tuhan Allah tidak peduli dengan kita dan tidak menunjukkan keadilanNya kepada kita, apakah kita akan tetap bertahan, mungkin kita katakan kita bertahan karena kekuatan kita, mari kita refleksikan lebih dalam lagi, mari kita ingat lagi karya-karya Allah yang menunjukkan keadilanNya kepada kita, ternyata Tuhan Allah tidak tinggal diam untuk menegakkan keadilanNya bagi kita. Bapak/Ibu/Sdr/i yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Tuhan Allah tetap menunjukkan keadilanNya kepada setiap orang yang tetap berharap kepadaNya, dan juga kepada kita. Kita tidak perlu ragu akan keadilan Tuhan Allah. Kita hanya perlu tetap setia kepadaNya, dan tetap berharap kepadaNya. Dengan itu semua kita akan bisa merasakan bahwa TUHAN ALLAH MEMANG BERKARYA DAN MENEGAKKAN KEADILANNYA. Tuhan Memberkati kita semua. Amin. (DYAT) 79 RANCANGAN KOTBAH 16 September 2012 Minggu Trinitas 16; Warna Liturgi Hijau Bacaan : Markus 8:27-38 Thema: BACAAN LEKSIONARI : Yes. 50: 4-9a, Mzm. 146, Yak. 2:1-10,(11-13),14-17, Mark. 8:27-38 Melihat Secara Baru Tujuan: Jemaat dapat belajar dari peristiwa pengungkapan Petrus tentang siapa Yesus. Jemaat dapat belajar melihat secara baru arti kedatangan Yesus dan menjadi pengikut Kristus PENJELASAN TEKS Sebelum memasuki perikop ini, kita bisa dapat membaca peristiwa-peristiwa penyembuhan-penyembuhan yang dilakukan oleh Yesus dan penentangan-penentangan Yesus terhadap orang-orang Yahudi. Kisah perjalanan Yesus tersebut sangat menakjubkan dan luar biasa. Dan di teks bacaan kita pada Mrk 8:27, Yesus menanyakan kepada para murid tentang siapa dirinya menurut orang-orang yang pernah mereka dengar. Selanjutnya Yesus memberikan pertanyaannya kembali tentang siapa dirinya menurut para murid sendiri. Akhirnya Petrus menjawab bahwa Yesus adalah Mesias dan Yesuspun melarang dengan keras para murid untuk memberitahukan kepada siapapun tentang siapa diriNya, artinya bahwa Yesus ingin menegaskan bahwa diriNya adalah Mesias. Tuhan Yesus memulai kata-katanya langsung setelah pengakuan Petrus dengan menceritakan penderitaan dan penolakan tua-tua, imam-imam kepala dan ahli Taurat yang harus Ia alami sebagai akibat dari pekerjaan pelayananNya (31). Dari pengakuan Yesus ini ternyata ada perbedaan dengan apa yang dimaksudkan oleh Petrus. Pengakuan ini sebenarnya mempunyai konsekuensi yang sangat serius, karena setiap sikap Petrus nampaknya selalu dicocokan dengan kehendak Sang Mesias yang diakuinya yaitu pembebas dari keterpurukan akibat dari penjajahan Romawi. Petrus nampaknya menilai bahwa konsep misianis dalam konteks sosial-politik (32). 80 Pembelaan atau penolakan Petrus atas cerita Yesus, memperlihatkan godaan dan sulitnya keteguhan sebagai umat pengikut Yesus. Petrus cenderung mengabaikan bahkan menolak pengertian dalam konteks iman. Karenanya, Yesus menegur Petrus dengan keras, tentang pikiran dan kehendak siapa yang ia ikuti. Kehendak dirinya sendiri atau kehendak Allah (33). Selanjutnya Yesus menegaskan kembali persoalan mengikuti diriNya/ syarat-syarat diperjelas dengan kalimat: “setiap orang yang mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku (34): Mengapa Tuhan Yesus perlu menyampaikan persyaratanpersyaratan itu? Agaknya orang yang mau mengikut Yesus hanya memiliki keinginan untuk mendapatkan sesuatu bagi dirinya sendiri, entah itu berupa kenikmatan, kesenangan, kesembuhan, kesejahteraan, dan bahkan untuk menyelamatkan nyawanya. Menurut Tuhan Yesus ini tidak benar. Oleh karena itu Tuhan Yesus menambahkan pada ayat 35-36: “ Karena barang siapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya”. Dan sebaliknya. Dalam menjalankan misi pemberitaan Injil, seseorang murid akan menghadapi banyak penolakan, fitnah, rencana jahat, prasangka dll. Sehingga kehilangan nyawanya adalah suatu konsekuensi yang berat bagi para murid Tuhan Yesus. Nyawa adalah sesuatu yang paling berharga bagi manusia. Menjadi pengikut berarti bersedia memberikan hal yang paling berharga bagi kehidupannya. Di sini Tuhan Yesus menuntut pengorbanan yang paling berharga dalam hidup manusia, seperti yang dilakukanNya sendiri di Golgota. Orang yang mau mengorbankan hidupnya untuk Yesus dan untuk Injil akan diselamatkan. Sebaliknya, usaha untuk menghindarkan diri dari misi Allah justru membuat orang kehilangan nyawanya, sebab ia hanya mementingkan hidupnya sendiri di dunia ini dan tidak pernah memikirkan misi Allah. Ia akan kehilangan kesempatan untuk menyelamatkan hidupnya dalam penghakiman Illahi. Karena itu Tuhan Yesus menyataan bahwa orang yang mempertahankan nyawanya, justru akan kehilangan nyawanya. Pada ayat (38, 9:1)Tuhan Yesus 81 menguatkan pengajaranNya dengan mengatakan kedatanyanNya dan tentang KerajaanNya. tentang KONTEKS 1. Lingkungan adalah tempat di mana kita bisa bertumbuh dan berkembang. Disadari cara pandang dan pola berfikir kita dipengaruhi oleh lingkungan tersebut. 2. Ketika seseorang dipercaya untuk memangku sebuah jabatan tertentu. Sering kali orang tersebut memanfaatkan kesempatan untuk melakukan tindakan yang kurang benar. Selagi ada kesempatan menjabat, maka bisa melakukan tindakan korupsi, meminta uang pesangon yang melebihi ketentuan dll. 3. Adanya perpecahan Gereja dikarenakan sikap memaksakan kehendak dari salah seorang atau suatu kelompok tertentu. Keinginanku yang harus jadi! 4. Sesorang seringkali mengatakan! Aku sudah melakukan yang terbaik untuk pelayanan gereja, namun mengapa Allah belum menjawab doa-doa saya? SARAN PENYUSUNAN KHOTBAH 1. Pendahuluan Pengkotbah dapat mengajak jemaat untuk menceritakan pentingnya seseorang untuk mengubah cara pandang kehidupannya secara baru. Ajakan untuk jemaat agar dapat berani melihat secara baru dalam pergaulannya dengan Kristus terhadap segala sesuatu yang ada dalam hidup mereka. 2. Isi Pada bagian ini pengkotbah dapat menceritakan kisah Petrus yang masih memandang Yesus sebagai Mesias dalam arti sosial politis. Pengkotbah dapat menegasakan bahwa melihat secara baru adalah persoalan bagaimana kita melihat kehendak Allah yang terkadang berbeda dengan kehendak manusia. 82 Pengkotbah memberikan keberadaan kita. informasi-informasi tentang 3. Penutup Pengkotbah dapat menegaskan bahwa kebersamaan dengan Yesus adalah untuk memahami maksud Tuhan bagi kehidupan kita. Nats Pembimbing Berita Anugerah Persembahan Pujian: 1. KJ. 2 2. KJ. 32 3. KJ. 38 4. KJ. 220 5. KJ. 444 6. KJ. 457 : Fil 4:4-9 : Ef 4: 17-24 : Ef 5:20-21 *** 83 CONTOH KHOTBAH JADI Mengubah sudut pandang atau cara pandang bukan sesuatu yang mudah untuk dilakukan. Kita sudah terbiasa dengan latar belakang pola pikir yang telah membungkus kebiasaan kehidupan. Kebiasaan ini terbentuk karena pendidikan, budaya pergaulan, iklim dll. Oleh sebab itu perjumpaan dengan Tuhan Yesus tentu selayaknya dan seharusnya terbuka untuk dapat menggunakan sudut pandang yang berbeda dalam hidupnya. Oleh sebab itu mari kita berlajar dari peristiwa Petrus agar kita dapat belajar berani melihat secara baru perjumpaan iman dengan Tuhan Yesus. Dari kesaksian Injil Mark. 8:33: disampaikan: maka berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus, kata-Nya: "Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia." Perkataan Yesus yang sangat keras terhadap Petrus nampaknya ingin mengajak kepada murid untuk menyadarkan akan peran dan fungsinya. Dalam benak Petrus terbayang pemulihan kerajaan Israel secara politis. Hal ini bisa dimaklumi bahwa situasi saat itu mereka sedang di bawah penjajahan tentara Romawi. Bagi mereka yang penting adalah pulihnya martabat sebagai bangsa yang dulu pernah mengalami masa jaya pada zaman Daud dan Salomo. Sedangkan penderitaan yang dialami Yesus, oleh Petrus dimengerti sebagai perendahan pada status kemesiasan Yesus. Sudah semestinya Mesias muncul sebagai pemenang dengan segala kekuatannya. Pengertian yang sebenarnya kelihatan wajar ini menjadi ironis (bertentangan) karena disebut sebagai bukan yang datang dari Allah. Bahkan disebut perbuatan yang berasal dari Iblis. Yesus hendak menyampaikan bahwa kehendak Allah tidak terletak pada kemenangan secara fisik dan kebanggaan status. Disini sebenarnya kita diajak oleh Yesus, memaknai Mesias dengan kaca mata iman tentang apa yang dikehendaki Allah bagi pengikutnya. Keadaan seperti ini tentunya tidak menyenangkan. Hal ini boleh dikatakan bahwa Petrus kurang peduli terhadap 84 apa yang dipikirkan dan diperjuangkan Yesus dalam rangka pengutusanNya datang ke dunia ini. Melihat secara baru berarti melihat bahwa Kehendak/ pikiran Allah bukan kehendak/ pikiran pribadi, artinya perjumpaan dengan Tuhan Yesus melihat prioritas bukan lagi bagi dirinya sendiri (egonya) yang utama tetapi sebenernya yang selalu diperjuangkan dan dilihat adalah kepentingan untuk sesama dan Tuhan. Kehidupannya akan menjauhkan diri dari sikap pementingan kehendak pribadi. Disini kita melihat karya pengorbanan, penolakan Yesus sebagai wujud penundukan diri untuk memprioritaskan kepentingan/kehendak Allah yang didalamnya terkandung diantaranya nilai keadilan, keutuhan dan kebersamaan. Pembelaan dan perjuangan Yesus dalam kehidupan umat manusia inilah yang menghadirkan kehidupan yang baru di tengah berbagai penderitaan dan kesulitan. Karena pada dasarnya setiap manusia tidak hidup sendirian, melainkan bersama dengan yang lain. Inilah perjuangan kehidupan manusia yang lebih utuh dan berharga. Apakah mudah melakukan seperti ini yaitu meniadakan hak justru untuk kepentingan orang lain? Hal ini dibutuhkan kerendahan hati dan pengorbanan. Memberikan hak dan memperjuangkan apa yang semestinya bisa kita dapatkan membutuhkan kerelaaan. Dalam pengorbanan itu kerap kita merasakan kesusuahan dan penderitaan. Maka kalau motivasi kita mengikuti Kristus supaya jauh dari penderitaan dan selalu memperoleh kesusksesan, saudara pasti kecewa. Kenapa? ternyata percaya dan menjadi pengikut Kristus tidak selamanya kesuksesan duniawi itu terjadi. Kadangkala masalah, keprihatinan dan kesusahan terjadi secara bertubi-tubi. Disinilah letak bagaimana cara mengubah cara melihat kita terhadap apa yang dilakukan Kristus terhadap kita. Kalau kita memakai cara pandang Yesus artinya kita tidak akan mudah kecewa dan putus asa. Menjadi pengikut Kristus tidak dimengerti tanpa konsekuensi dan akibat. Banyak orang sudah 85 tahu bahwa mengikut Kristus bukan soal menjadi senang dan mendapatkan kenyamanan hidup. Sering terjadi, pelayanan yang banyak digeluti menjadi bungkus dari berbagai keinginan dan kepentingan dan sering sekali jauh dari apa yang diinginkan Tuhan. Maka tidak mengherankan banyak yang kecewa dan undur bila maksud dan tujuannya tidak tercapai. Bahkan kalau perlu memecahkan diri untuk membangun kehendak yang sungguh sesuai dengan keinginan dan kepentingan seseorang atau kelompok. Yang penting adalah suasana maksud dan tujuan kepentinganku tercapai. Apakah ini sebuah kehendak yang sudah di dialogkan dengan Allah atau belum, nampaknya bukan sebuah masalah. Meminjam Istilah istilah Jawa, “Aji Mumpung” (selagi ada kesempatan dan waktu melakukan), mumpung saya menjabat, mumpung saya ada kesempatan, mumpung saya punya pengaruh dll. Kerapkali juga terjadi dalam kehidupan manusia, banyak orang akan menggunakan sebuah kesempatan untuk kepentingan dirinya sendiri. Ada salah seorang misalnya, sebelum masa jabatan berakhir, mereka meributkan uang, rumah atau yang menjadi pesangon bagi mereka. Belum lagi ketika mereka menggunakan kedudukan mereka selagi duduk menjabat atau bekerja, mereka berusaha untuk mencari kepentingan diri sendiri. Melihat secara baru tentunya memahami kebersamaan dengan Tuhan untuk mengerti dan memahami maksud Tuhan bagi kita. Disadari terkadang kita harus membuang kebiasaan atau pemahaman yang pernah kita miliki. Kebersamaan dengan Tuhan bukan peristiwa untuk mengungkapkan semua keinginan-keinginan kita. Menjadi pengikut Tuhan Yesus ada harga yang harus dibayar. Ada kesetiaan yang tinggi dan pengabdian yang sungguh-sungguh terhadap komitmen serta pilihan keputusan dalam hidupnya. Keputusan untuk memilih Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat serta komitmen untuk mengikut Dia bukanlah keputusan yang asal-asalan namun membutuhkan ketetapan hati dan keyakinan bahwa melalui Dialah kita dapat menjalani hidup dengan baik. (POR) 86 RANCANGAN KOTBAH 23 September 2012 Minggu Trinitas 17; Warna Liturgi Hijau Bacaan : Mazmur 54 BACAAN LEKSIONARI : Yer 11: 18-20, Mzm 54, Yak 3:13-4:3,7-8a, Mark 9;30-37 Thema: Memelihara Iman di Tengah Kesesakan Tujuan: Anggota jemaat mampu menghayati penderitaan sebagai bagian dari rencana Allah LATAR BELAKANG TEKS Daud yang dikejar-kejar oleh Raja Saul untuk dibunuh, berlari dan bersembunyi menjauh dari hadapan Saul. Setelah Daud keluar dari kehila beserta dengan enam ratus orangnya, maka Daud tinggal di padang gurun Zif, dan selama waktu itu Saul mencarinya,tetapi Allah tidak menyerahkan dia ke dalam tangannya. Ketika Daud bersembunyi, beberapa orang Zifi datang kepada Saul untuk memberitahukan bahwa Daud telah bersembunyi di dekat mereka. Saul kemudian menyuruh orangorang Zifi itu untuk pergi meneliti dan memeriksa kembali persembunyian Daud supaya diketahui dengan pasti bahwa Daud ada di sana. Setelah itu Saul menyusul mereka. Ketika Daud mendengar bahwa Saul dan orang-orangnya mencari dia, maka Daud dan orang-orangnya pergi ke gunung Batu dan tinggal di padang gurun Maon. Ternyata Saul mendengar tentang hal itu,lalu mengejar Daud di padang gurun Maon, Saul berjalan dari sisi gunung sebelah sini, sedangkan Daud berjalan di sisi sebelah sana, Daud cepat-cepat mengelak Saul, dan Saul bersama dengan orang-orangnya sudah hampir mengepung Daud untuk menangkap dia. Tetapi yang terjadi, ada berita yang didengar oleh Saul bahwa orang-orang Filistin menyerbu negrinya, maka berhentilah Saul mengejar Daud, dan pergi menghadapi orang Filistin. Itulah sebabnya orang menyebut tempat itu;gunung Batu Keluputan.(1 Samuel23:19-22), Kemudian untuk yang kedua kalinya orang Zifi memberitahukan persembunyian Daud kepada Saul, Bahwa 87 Daud telah bersembunyi dibukit Hakhila, dipadang Belantara. (1Samuel 26:1) Tafsiran Ayat 1-2: Penjelasan bahwa penulis mazmur ini adalah Daud, ketika orang Zifi memberitahukan kepada Saul bahwa Daud bersembunyi kepada mereka. Ayat 3-5: Doa permohonan Daud yang meminta keselamatan dan keadilan kepada Allah, karena orang asing yang angkuh dan tidak peduli kepada Allah menyerang, serta ingin membunuh Daud. Ayat 6-7: Keyakinan Iman Daud, bahwa Allah yang akan menolong dan membelanya, bahkan Allah akan menghukum dan membinasakan orang yang berbuat jahat, karena Allah adalah setia kepadaNya. Ayat 8-9: Ungkapan syukur Daud yang dinyatakan dengan kerelaan hati untuk menghaturkan persembahan, karena kebaikan Allah yang telah melepaskan Daud dari segala kesukaran, hal ini terbukti ketika Daud telah melihat bahwa musuhnya telah dikalahkan. Konteks Masa Kini: 1. Di negri ini masih banyak anggota masyarakat yang mengalami kesulitan hidup, baik karena masalah ekonomi, masalah politik, masalah social, masalah lingkungan (pencemran/bencana) 2. Dalam kehidupan, umat Kristenpun masih ada yang tertekan karena dibatasi dan dihambat dalam menjalankan ibadahnya. 3. Akibat adanya tekanan dan kesulitan hidup, tidak sedikit yang mengalami stress dan depresi berat. 4. Kesulitan hidup membuat sebagian orang lupa akan imannya, meninggalkan Tuhan/hidup tidak seturut dengan imannya (Judi, miras, narkoba, mencuri, dst), 5. Masih banyak juga orang yang berpikir positif dan oprtimis terhadap kesulitan-kesulitan hidup yang dihadapinya, masih banyak pula orang yang berpegang pada iman serta bersandar pada Tuhan. 88 RANCANGAN KOTBAH. Pendahuluan Tanyakan pada jemaat, apa yang dirasakan ketika menghadapi pergumulan berat? Jelaskan pada jemaat, dalam situasi pergumulan berat, seseorang/jemaat akan menampakan kualitas imannya. Bisa jadi orang menunjukkan kualitas iman yang kuat atau sebaliknya. Untuk masuk pada isi, hubungkan dengan pertanyaan:” Bagaimana seharusnya bersikap sebagai orang beriman, ketika menghadapi pencobaan dan kesesakan hidup?”. Isi Jelaskan kepada jemaat, bahwa Daud pada waktu itu juga mengalami kesulitan dan pergumulan hidup. Nyawanya terancam karena dikejar-kejar dan mau dibunuh oleh Raja Saul. Apalagi Raja Saul mengetahui persembunyian Daud dari orang-orang Zifi, dan pada waktu itu Daud Sudah hampir terkepung. Dari pengalamannya itu, Daud bermazmur dengan menceritakan kembali apa yang telah ia lakukan dan apa yang telah Tuhan perbuat ketika menghadapi pergumulan hidup, semua itu dituliskan dalam Mazmur 54 ini. 1. Daud berdoa, memohon keselamatan dan keadilan kepada Allah, karena orang asing yang angkuh dan tidak peduli kepada Allah menyerang, serta ingin membunuhnya. 2. Di dalam pergumulannya yang hebat pada waktu itu, karena nyawanya terancam, Daud tetap meyakini bahwa Allah akan membelanya dan menolongnya, bahkan Allah akan menghukum orang yang berbuat jahat kepadanya. Karena Daud yakin bahwa Allah adalah setia kepadanya. 3. Ungkapan syukur Daud yang dinyatakan dengan kerelaan hati untuk menghaturkan persembahan kepada Allah, karena kebaikan Allah yang telah melepaskan Daud dari segala kesesakannya. Penutup Terangkan kepada jemaat dan tekankan bahwa dalam menghadapi pergumulan hidup, sebagai orang yang beriman, 89 haruslah senantiasa mengandalkan Tuhan dan selalu optimis bahwa dalam keadaan yang memprihatinkan sekalipun, Tuhan sanggup untuk memberikan kelepasan. Jemaat bisa belajar dari kisah Daud, bahwa dengan pergumulannya Daud digembleng untuk tetap semakin beriman kepada Tuhan, bahkan Daud diberi kesempatan untuk melihat pertolongan Tuhan dan dibentuk untuk menjadi seorang pemimpin yang tangguh. Sehingga Ia dapat bersyukur atas campur tangan Tuhan untuk setiap pergumulannya. Nats Pembimbing Berita Anugerah Persembahan PKJ: PKJ: PKJ: PKJ: PKJ: PKJ: 13 19 231 285 149 131 : Yeremia 11:18-20 : Yakobus 1:12 : Mazmur 54:8 kj: 21 kj: 23 kj:438 kj:445 kj:439 kj:410 *** CONTOH KHOTBAH JADI Jemaat yang dikasihi Tuhan, Siapa diantara kita yang belum pernah mengalami pergumulan hidup? Pasti tidak ada! Saya percaya bahwa semua orang pasti pernah mengalami pergumulan, karena pergumulan adalah bagian dari kehidupan. Pergumulan ekonomi misalnya, dalam keadaan pas-pasan kita dikejar-kejar bank karena utang. Atau pergumulan hidup karena dibenci dan diftnah orang, karena ada perasaan iri hati dan merasa disaingi. Atau pergumulan hidup karena masalah keluarga, misalnya anakanak sulit diatur dan sering membuat masalah sehingga masa depannya menjadi tidak jelas. Atau pergumulan-pergumulan yang lain, seperti masalah sakit penyakit, masalah pasangan hidup di mana usia semakin bertambah tapi masih tetap sendiri, 90 Lalu apa yang kita rasakan ketika sedang mengalami pergumulan hidup yang berat? Ada yang merasakan kepala cenut-cenut rasanya mau pecah, pikiran kalut, tidur tidak nyenyak, makan tidak enak, gelisah cemas, dan ada perasaan tertekan dan juga deg-degan. Galau. Dalam keadaan bimbang dan kalut, kadang–kadang terbersit dalam pikiran kita jalan pintas yang akan kita tempuh, tanpa mempertimbangkan apakah jalan pintas itu seturut dengan iman kita, misalnya karena terlilit utang, lalu pergi ke arena perjudian/atau pasang togel dengan harapan menang, atau dalam keadaan kepepet lalu mencuri, supaya tenang lalu minum obat-obatan penenang, mungkin bingung tidak sembuhsembuh lalu ke dukun. Atau bisa juga lari dari persoalan hidup dengan pergi meninggalkan persoalan, minggat pergi ke mana. atau yang paling tragis adalah dengan jalan gantung diri. Diakui atau tidak, pergumulan hidup terkadang bisa menggiring kita pada hal-hal yang tidak dikehendaki Tuhan. Dan di sini akan nampak yang sesungguhnya keberadaan iman kita, apakah iman kita murni, apakah kita benar-benar sebagai seorang yang beriman, dengan pergumulan hidup inilah kita bisa mengukur dan melihat iman kita yang sesungguhnya. Dalam keadaan baik mungkin kita bisa memuji dan mempersembahkan kepada Tuhan, tetapi apakah kita juga akan melakukan yang sama ketika kita dalam keadaan tidak baik, sedang bergumul berat? Lalu apa yang harus kita lakukan sebagai orang beriman, ketika menghadapi pergumulan dan tekanan hidup? Jemaat yang dikasihi Tuhan, Kita akan belajar dari Daud sebagai orang beriman ketika ia menghadapi pergumulan berat. Dalam Mazmur ini dijelaskan bahwa Daud pada waktu itu sedang mengalami kesulitan dan pergumulan hidup. Nyawanya terancam karena dikejar-kejar dan mau dibunuh oleh Raja Saul. Apalagi Raja Saul mengetahui persembunyian Daud dari orang-orang Zifi.Pada waktu itu Daud Sudah hampir terkepung dan terjepit tetapi Tuhan menolong dengan keperkasaanNya. Dari pengalaman imannya itu, Daud bermazmur dengan menceritakan kembali apa yang telah ia 91 lakukan dan apa yang telah Tuhan perbuat ketika menghadapi pergumulan berat, semua itu dituliskan dalam Mazmur 54 ini. Pertama: Sebagai orang yang telah diurapi Tuhan, Daud dikejarkejar dan akan dibunuh oleh raja Saul, Daud berusaha menghindari dari bahaya yang mengancam, dia tidak hanya pasrah dengan keadaan, dalam keadaan sesak dan tertekan yang dilakukan Daud adalah datang kepada Allah. Daud datang dalam doa, memohon keselamatan dan keadilan kepada Allah, karena Saul yang merasa kedudukkannya terancam ingin membunuhnya. Dengan doa yang dilakukan oleh Daud ini paling tidak ia menjadi agak tenang , dan dengan doa ini juga akan menuntun dan membimbingnya untuk bertindak seturut dengan kehendak Allah, tidak bertindak menurut keinginannya sendiri, karena dalam situasi kalut, tertekan, bingung, pada umumnya orang mengambil keputusan sering keliru. Kedua: Di dalam pergumulannya yang hebat pada waktu itu, karena nyawanya terancam, Daud tetap meyakini bahwa Allah akan membelanya dan menolongnya, bahkan Allah akan menghukum orang yang berbuat jahat kepadanya. Karena Daud yakin bahwa Allah adalah setia kepadanya. Inilah sebuah iman yang dimiliki Daud, dalam doanya di dasari dengan rasa percaya yang sungguh-sungguh kepada Tuhan, ia tidak bimbang ataupun ragu akan campur tangan Tuhan, Ia menyakini bahwa Allah setia kepadanya. Doa menjadi kurang berarti bila tidak diimbangi dengan iman, Doa menjadi sebuah perkataan yang hampa bila dalam doa itu kita masih meragukan kuasa Tuhan. Ketiga: Ungkapan syukur Daud yang dinyatakan dengan kerelaan hati untuk menghaturkan persembahan kepada Allah, karena kebaikan Allah yang telah melepaskan Daud dari segala kesukaran, hal ini terbukti ketika Daud telah melihat bahwa musuhnya telah dijauhkan dari padanya. Inilah wujud iman Daud, bahwa kelepasannya dari beban berat, dari kesesakan hidup, bukan hasil kekuatannya sendiri, tetapi disadari berkat tindakan Tuhan, sehingga Daud juga mau dan mampu mempersembahkan kepada Tuhan, sebagai rasa syukur dan sebagai tanda kerendahan hatinya dihadapan Tuhan. 92 Dari pengalaman diatas kita bisa mengetahui, Bahwa dengan pergumulan dan kesesakan hidup yang dialami Daud, ternyata Daud lebih mendekatkan diri dan semakin beriman kepada Tuhan. Disini kita bisa melihat, ternyata pergumulan hidup juga mampu membawa sesorang semakin dekat kepada Tuhan, dan dengan persoalan hidup ini ternyata iman seseorang bisa tetap terjaga, karena kemampuan Daud melihat tindakan kelepasan dari pihak Tuhan. Jemaat yang dikasihi Tuhan. Dari pengalaman Daud yang disampaikan melalui mazmur ini, kita bisa belajar, dan bisa tahu apa yang harus kita lakukan ketika sedang menghadapi pergumulan. Di manapun dan kapanpun, pada saat kita menghadapi pergumulan yang berat, sebagai orang yang beriman, seharusnyalah kita senantiasa mengandalkan Tuhan. Melalui doa-doa yang kita naikan kepadaNya paling tidak semakin mengarahkan kita kepadaNya, sehingga hati kita menjadi lebih tenang dan lebih mudah berpusat pada inti persoalan sehingga akan menemukan jalan keluar yang baik. . Sebagai umat beriman, kita harus belajar dari kisah Daud ini, bahwa dengan pergumulannya Daud digembleng untuk tetap semakin beriman kepada Tuhan, dan dibentuk untuk menjadi seorang pemimpin yang tangguh. Sehingga Ia dapat bersyukur karena campur tangan Tuhan untuk setiap pergumulannya yang mendapatkan jalan keluar. Kitapun demikian, dalam setiap pergumulan yang bisa kita pecahkan, karena campur tangan Tuhan, kita juga harus mengucap Syukur. Tuhan memberkati. Amin. (JOKO) *** 93 Mulai Tanggal 30 September 2012 s.d. tanggal 28 Oktober 2012 menggunakan BUKU panduan masa perayaan hidup berkeluarga sinode GKSBS 2012 94 RANCANGAN KOTBAH 4 November 2012 Minggu Trinitas 23; Warna Liturgi Hijau Bacaan : Ulangan 6:1-9 Thema: BACAAN LEKSIONARI : Ulangan 6:1-9 Masmur 119:1-8, Ibrani 9:11-14, Markus 12:28-34 Melakukan dan Mengajarkan Kehidupan kasih Tujuan: 1. Jemaat semakin dapat melakukan tindakan mengasihi Allah. 2. Jemaat dapat mengajarkan kehidupan kasih. PENJELASAN PERIKOP Kitab Ulangan adalah hasil tulisan khotbah-khotbah Musa di lembah Moab pada hari-hari terakhir hidupnya. Pasal 5-11 adalah perikop pengajaran yang disampaikan Musa agar orangorang Israel tidak beribadah kepada Allah lain. Musa menyampaikan pesan agar orang Israel tidak gegabah menyimpulkan bahwa kesuburan tanah perjanjian tersebut adalah hasil dari penyembahan dewa-dewa yang dilakukan oleh penduduk asli. Orang Israel selayaknya harus mengikatkan perjanjian mereka kepada Allah yang membebaskan mereka dari bangsa Mesir. Musa mengingatkan bangsa Israel akan peristiwaperistiwa besar selama 40 tahun yang terakhir. Ia mohon kepada bangsa Israel supaya mereka ingat bagaimana Allah memimpin mereka melalui padang gurun dan karena itu mereka harus taat dengan berpegang dengan segala ketetapan dan perintah-Nya. Hal demikian bukan untuk kepentingan Allah, ataupun Allah ingin agar dimuliakan oleh manusia namun untuk kepentingan manusia sendiri (Ul 6:3). Musa mengulangi kembali dan dengan tegas mengatakan bahwa: Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Ini menunjukan bahwa Allah mereka adalah Allah yang tidak dapat tergantikan. Allah meraka adalah satu. Dikalangan orang Yahudi 95 perikop ini dikenal dan diucapkan sebagai pengakuan iman pada tiap Ibadah hingga hari ini. Pengakuan ini dikenal dengan nama Syema (artinya: dengarlah). Himbauan mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa dan kekuatan kiranya terus menerus menjadi perhatian dalam sikap dan tingakah laku mereka sehari-hari. Agar hal ini terus mengakar dalam kehidupan mereka dan tidak ada dewa-dewa yang menggantikan, selayaknya mereka mengajarkan kepada anak-anak terus menerus. Disebutkan, tatkala sementara duduk di depan rumah, sedang dalam perjalanan, sedang berbaring dan apalagi setelah bangun; artinya pengajaran mengasihi Allah dapat dimulai dari rumah. Orang tua dapat mengajarkan nilai kasih sejak dini kepada anak-anak. Konteks Saat Ini 1. Saat ini nama Allah mudah untuk menjadi alat propaganda. Orang dengan mudah mengatakan bahwa “kami adalah lembaga/ kelompok doa/ lembaga swadaya masyarakat/ parpol/ politisi/ kelompok/ orang yang membela dan mengasihi Tuhan, maka ikutlah/ dukunglah kami”. Rayuan dan hasutan berlabel membela dan mengasihi Allah seolah menjadi tawaran yang mujarab untuk kepentingankepentingan tertentu dan tidak jarang banyak orang mudah terhasut. 2. Ada orang yang membawa nama Tuhan untuk menyumpahi dan menakut-nakuti orang lain. 3. Ada anggota jemaat yang merasa kesulitan untuk menceritakan dan mengungkapkan kasih Allah yang luar biasa telah dialami keluarga kepada anak-anak mereka dan keluarga terdekat lainya dengan alasan tidak memiliki atau sulit mengatur waktu. Saran Penyusunan Khotbah 1. Pendahuluan Pengkotbah dapat menceritakan bahwa setiap orang Kristen memiliki tanggung jawab untuk terus dan tidak 96 ada jemunya memberlakukan dan mengajarkan kehidupan kasih di tengah kehidupan dunia ini. Tegaskan bahwa tindakan kasih kepada Tuhan secara loyal dan sungguh-sungguh untuk kebutuhan dan kepentingan mereka sendiri. 2. Isi Pada bagian ini pengkotbah dapat menceritakan pesanpesan Musa kepada bangsa Israel untuk mengasihi Allah dan mengajarkan kasih Allah yang luar biasa itu kepada keluarga mereka. Pengkotbah dapat menceritakan pergumulan konteks saat ini. 3. Penutup Tegaskan dan ajaklah dengan kalimat-kalimat kesimpulan bahwa inilah tugas kita untuk memberlakukan dan mengajarkan kasih kepada Allah dengan sungguhsungguh. Nats Pembimbing Berita Anugerah Persembahan : Masmur 119:1-8 : Ibrani 9:11-14 : Ef 5:20-21 Pujian: 1. PKj.11 2. PKj.14 3. PKj.212 4. PKj.277 5. PKj.128 6. PKj.416 97 CONTOH KHOTBAH JADI Bapak/ ibu/ saudara yang dikasihi oleh Tuhan Yesus. Hampir setiap minggu kita dingatkan dalam tata ibadah untuk memberlakukan kasih kepada Allah itu terus berkumandang ditelinga kita. Kasih kepada Allah yang dibacakan atau secara litani (berbalas-balasan) diucapkan, itu menjadi bagian pengakuan dan komitmen yang menantang untuk terus kita berlakukan dalam kehidupan iman percaya dengan tidak jemunya. Komitmen dan pengajaran kasih itu tidak akan pernah selesai, selalu menjadi sebuah kebutuhan. Misalnya jika seorang ayah atau ibu mengajarkan tentang kasih kepada anak-anaknya, maka bukanlah ia mengharapkan anak itu untuk membalasnya, akan tetapi yang diharapkan adalah sang anak dapat mengalami, merasakan dan melakukan tidakan kasih sehingga membuatnya menjadi tenang dan tentram dalam kehidupannya. Selanjutnya sang anak dengan penuh bahagia menunjukan prilaku kasih bagi semua orang. Jadi kasih adalah kebutuhan bagi anak tersebut dan pengajaran kasih tentunya mengadung keselamatan. Bapak/ ibu/ Saudara yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus. Keselamatan yang terjadi di tengah kehidupan bangsa Israel adalah berkat dari Allah yang setia. Allah yang selalu menyertai bangsa Israel walaupun terkadang bangsa tersebut mengingkari dan sering mengabaikan kasih Allah. Allah yang setia selalu mengikat perjanjian dengan umatnya. Allah Israel adalah Allah yang selalu mengingatkan umatNya untuk taat dan setia melakukan kehendakNya. Kasih dan kesetiaan dilakukan manusia bukan untuk kepentingan Allah, tetapi sebaliknya untuk kepentingan umat sendiri. Yaitu supaya lanjut umurmu (ayat. 2) baik keadaanmu, dan supaya kamu menjadi sangat banyak (ayat 3). Artinya kelimpahan berkat akan terjadi dalam kehidupan manusia itu sendiri. 98 Berkat yang melimpah ini selayaknya direspon dan ditanggapi dengan syukur. Oleh sebab itu mereka dengan sepenuhnya menerima Tuhan untuk disembah, dikasihi dengan segenap hati, jiwa dan kekuatan dalam kehidupan iman (Ul 6:45). Dalam kehidupan orang Yahudi kalimat tersebut adalah jenis pengkuan Iman yang disebut Syema. Kata-kata itu harus dicamkan dalam hati orang Israel dan mereka mengajarkan dengan tekun kepada anak-anak mereka. Pengajaran itu dilakukan dengan terus menerus setiap hari dan setiap waktu. Disebutkan tatkala sementara sedang duduk di dapan rumah, sedang dalam perjalanan, sedang berbaring dan apalagi setelah bangun. Kata-kata itu harus menjadi “tanda” pada tangan dan “lambang” di dahi mereka. Kata-kata itu harus ditulis pada tiang pintu rumah dan pada pintu gerbang. Perintah menjadi bagian ibadat sehari-hari orang Yahudi sampai saat ini. Bapak/ ibu/ saudara yang dikasihi oleh Tuhan Yesus. Mari kita belajar mengasihi Allah yang tidak hanya sebagai ucapan semu namun juga harus diwujudkan dalam tindakan. Karena dalam kehidupan kita sering menjumpai bahwa banyak orang meneriakan cara mengasihi Allah. Mereka menawarkan nama Allah untuk menjadi alat propaganda. Orang dengan mudah mengatakan bahwa “kami adalah lembaga/ politisi/kelompok doa/kelompok sosial kemasyarakat/orang yang membela dan mengasihi Tuhan, maka ikutlah/pilihlah kami”. Rayuan dan hasutan berlabel membela dan mengasihi Allah seolah menjadi tawaran yang mujarab untuk kepentingankepentingan tertentu dan tidak jarang banyak orang mudah terhasut. Selanjutnya ada orang yang membawa nama Tuhan untuk menyumpahi dan menakut-nakuti orang lain. Sehingga orang lain mudah mengikuti karena takut jika tidak dilakukan akan bertentangan dengan kehendak Allah. Ada anggota jemaat yang merasa kesulitan untuk menceritakan dan mengungkapkan kasih Allah yang luar biasa yang telah dialami dalam kehidupan keluarga mereka kepada anak-anak mereka dan keluarga terdekat lainya dengan alasan tidak memiliki atau sulit mengatur waktu untuk menceritakan kasih Allah. 99 Bapak/ ibu/ saudara yang dikasihi oleh Tuhan Yesus. Banyak orang meneriakan untuk membela dan mengasihi Allah, namun tidak memberlakukan hal tersebut dalam kehidupan mereka. Allah yang dibela dan Allah yang dikasihi hanya sebagai alat propaganda. Nama Allah dipakai untuk kepentingan kehidupan mereka. Nama Allah sebagai alat kepentingan manusia. Orang-orang yang demikian terkesan suci dan mengasihi Allah. Kita mudah terkecoh dan terpesona. Dan bisa saja prilaku ini jauh dari mengasihi Allah. Mengasihi Allah yang demikian hanya untuk kepentingan diri kita sendiri. Mengasihi Allah untuk tujuan sepihak. Menggunakan nama Allah untuk mencari perhatian atau dukungan banyak orang. Padahal takut, mengasihi dan taat untuk menjalankan printah Allah adalah hal yang tidak terpisahkan. Mengasihi Allah bukan hanya slogan semu, namun membutuhkan tindakan konkret dalam kehidupan. Bapak/ ibu/ saudara yang dikasihi oleh Tuhan Yesus. Mengajarkan kasih kepada Allah secara tulus itu selayaknya menjadi kebutuhan kehidupan manusia. Bukan berati Allah sosok yang ingin dihormati, dikasihi dan diagungkan. Sakali lagi, tidak demikian! Kita mengasihi Allah dan mengajarkan kepada anak-anak atau kerabat karena untuk kebutuhan hidup manusia itu sendiri. Untuk masa depan terhadap orang yang mengasihi Allah. Pengajaran tentang kasih bisa dimulai dari lingkungan rumah (orang tua dan anak), kerabat, persekutuan jemaat dan kenalan. Peran orang tua menjadi model bagi anak. Ketika orang tua melakukan tindakan mengasihi Allah dengan bertekun beribadah, berdoa, aktif mengikuti kegiatan bergereja, bersyukur kepada Tuhan dalam sukaduka, menghargai ciptaan Tuhan dan mengasihi sesama, inilah wujudnyata yang akan dilihat dan dicontoh oleh anak. Bapak/Ibu dan saduara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Mengasihi Allah tidak dapat dilepaskan dari tindakan ketaatan. Sebab jika tidak! mengasihi Allah akan menjadi ucapan yang kosong, yang mudah untuk diucapkan tetapi tidak mudah untuk dijalankan. Akhirnya marilah kita sungguh-sungguh wujudkan prilaku dan pengajaran kasih kepada Allah, bukan supaya mendapat perhatian dan dukungan banyak orang, namun agar kita semakin mengalami kekuatan dalam persekutan kasihNya. Tuhan memberkati. Amin (POR) *** 100 RANCANGAN KOTBAH 11 November 2012 Minggu Trinitas 24; Warna Liturgi Hijau Bacaan : Ibrani 9:24-29 Thema: BACAAN LEKSIONARI : I Raj. 17: 8-16 ; Maz. 146 ; Ibr. 9: 24-28 ; Mark. 12: 38-44 Mempersembahkan Yang Terbaik Tujuan: Anggota Jemaat Bersedia Mempersembahkan Diri Secara Total Kepada Allah PENAFSIRAN/LATAR BELAKANG TEKS Surat Kepada Orang Ibrani ini ditujukan kepada sekelompok orang Kristen, yang karena terus-menerus mengalami tekanan, mungkin akan murtad dari kepercayaan mereka kepada Kristus. Ada anggapan yang kuat bahwa surat ini ditulis sebelum tahun 70 M. Terlepas dari siapa penulis surat ini, dapat dipastikan: penulis menulis dengan kepenuhan Roh dan wawasan, penyataan dan wibawa yang rasuli. Penulis surat ini berusaha mendorong mereka supaya tetap percaya. Untuk itu ia menunjukkan bahwa Yesus Kristus adalah pernyataan Allah yang sempurna. Tiga perkara dikemukakan oleh penulis surat ini. Pertama, Yesus adalah Anak Allah-Anak yang kekal. Anak Allah itu menunjukkan ketaatan-Nya kepada Bapa melalui ketabahan-Nya untuk menderita. Sebagai Anak Allah, Yesus lebih tinggi dari nabi-nabi dalam Perjanjian Lama. Ia pun lebih tinggi dari malaikat atau Musa sendiri. Kedua, Allah telah menyatakan Yesus sebagai Imam Besar yang lebih tinggi daripada imam-imam dalam Perjanjian Lama. Ketiga, dengan perantaraan Yesus, orang yang percaya kepada-Nya dibebaskan dari dosa, ketakutan, dan kematian. Sebagai Imam Besar, Yesus memberikan kepada manusia keselamatan sejati. 9:24 Dikatakan bahwa Kristus Ke sorga yang kudus, yang kudus bukan buatan manusia, dan di sana Ia menghadap ke hadirat Allah untuk kepentingan kita (manusia), yaitu untuk memperoleh pengampunan dari Allah Bapa. 101 9:25-26 Hal itu dilakukanNya satu kali, tidak berulang-ulang karena jika berulang-ulang maka Ia juga harus hidup dan menderita serta mati berulang-ulang. Hal ini berbeda dengan apa yang dilakukan oleh para imam, yang harus melakukannya secara berulang-ulang demi mendapatkan pengampunan atau penghapusan dosa. Hal ini juga berhubungan dengan pengantar kitab yang menyatakan bahwa Yesus Kristus adalah Imam Besar yang lebih tinggi dari imam-imam Perjanjian Lama. Dan Ia mempersembahkan darahNya sendiri, bukan seperti para imam yang mempersembahkan binatang sebagai korban bakaran. 9:27 Sebagai manusia maka Ia mengalami kematian yaitu satu kali, hal ini menegaskan kepada kita bahwa Juruselamat kita menjalani kehidupan yang sama seperti manusia. 9:28 Kematian Kristus yang hanya satu kali tersebut, bertujuan untuk menanggung dosa banyak orang, dan Ia akan datang kembali untuk memberi anugerah keselamatan bagi manusia yang percaya dan menantikan Dia. Pesan Penting Teks Kematian Yesus Kristus adalah kurban persembahan untuk penyelamatan manusia. Konteks Masa Kini - Jemaat masih dalam tahap belajar untuk berbagi dengan jemaat lain, bahkan masih berhitung mana yang lebih penting antara kebutuhan pribadi atau persembahan. - Masih ada jemaat yang sulit untuk memberi, karena selalu merasa kurang. - Masih ada jemaat yang belum sepenuhnya memahami nilai-nilai GKSBS terutama tentang nilai asketis untuk berbagi. 102 SARAN PENYUSUNAN KHOTBAH 1. Pendahuluan - Pengkotbah memulai khotbah dengan mengajukan pertanyaan kepada jemaat tentang pengertian “MEMPERSEMBAHKAN YANG TERBAIK” 2. Isi - Pengkhotbah dapat mengemukakan pokok-pokok penting dari surat Ibrani, yang akan membawa jemaat memahami latar belakang surat ini. Hal ini bertujuan memadukan antara tema dan teks yang ada - Sampaikan dan uraikan pesan penting dari teks - Masukan konteks masa kini, dengan menambahkan situasi yang terbaru yang ada di jemaat masing-masing yang masih berhubungan dengan konteks masa kini, dan sesuai dengan tema 3. Penutup Simpulkan, dan ajak jemaat untuk dapat mempersembahkan yang terbaik Nats Pembimbing Berita Anugerah Persembahan : Roma 12: 1-2 : Mazmur 146 : 5-7 : Efesus 5: 1-2 Usulan Lagu KJ. 17 : 1-2 PKJ. 219: 1-3 PKJ. 138: 1-3 KJ. 363: 1-2 PKJ. 147: 1… KJ. 341: 1-2 *** 103 CONTOH KHOTBAH JADI Jemaat yang dikasihi Tuhan, Apakah bapak/ibu dan saudara tahu yang dimaksud dengan “MEMPERSEMBAHKAN YANG TERBAIK”? (tunggu jawaban dari jemaat). Menurut bapak/ibu dan saudara sudahkan mempersembahkan yang terbaik? tunggu sejenak jawaban jemaat). Mengenai mempersembahkan yang terbaik dihadapan Tuhan, mari kita belajar dari surat Ibrani yang kita baca tadi. Jemaat yang dikasihi Tuhan, Surat ini ditujukan kepada sekelompok orang Kristen, yang karena terus-menerus mengalami tekanan, mungkin akan murtad dari kepercayaan mereka kepada Kristus. Terlepas dari siapa penulis surat ini, dapat dipastikan: penulis menulis dengan kepenuhan Roh dan wawasan. Tiga perkara dikemukakan oleh penulis surat ini. Pertama, Yesus adalah Anak Allah - Anak yang kekal. Anak Allah itu menunjukkan ketaatan-Nya kepada Bapa melalui ketabahan-Nya untuk menderita. Sebagai Anak Allah, Yesus lebih tinggi dari nabi-nabi dalam Perjanjian Lama. Ia pun lebih tinggi dari malaikat atau Musa sendiri. Kedua, Allah telah menyatakan Yesus sebagai Imam Besar yang lebih tinggi daripada imam-imam dalam Perjanjian Lama. Ketiga, dengan perantaraan Yesus, orang yang percaya kepada-Nya dibebaskan dari dosa, ketakutan dan kematian. Sebagai Imam Besar, Yesus memberikan kepada manusia keselamatan sejati. Jemaat yang dikasihi Tuhan, Dalam Ibrani 9: 24-28 menceritakan kepada kita tentang pengorban Yesus Kristus demi keselamatan manusia. Yesus rela berkorban, menderita dan terhina untuk keselamatan kita. Ia melakukannya satu kali saja tapi dapat dinikmati oleh setiap orang yang percaya kepadaNya untuk selamanya. Pengorbanan yang dilakukan adalah persembahan yang begitu berharga bagi manusia, karena Ia memberikan hal yang paling berharga yaitu nyawaNya. Yesus Kristus memberikan apa yang terbaik yang Ia miliki. HidupNya Ia serahkan sebagai penebusan dari dosa kita. 104 Jemaat yang dikasihi Tuhan, Dari perenungan tersebut, kita dapat melihat kondisi kita pada saat ini sudahkah kita “MEMPERSEMBAHKAN YANG TERBAIK? Ternyata belum sepenuhnya kita melakukannya. Mengapa? karena kita masih lebih mengutamakan kebutuhan pribadi. Dengan demikian maka memang benar jika dikatakan jemaat belum sepenuhnya memahami arti kata berbagi. Padahal dalam salah satu nilai GKSBS mengatakan tentang asketis untuk berbagi, dan dalam berbagi kesempatan GKSBS selalu menyuarakan atau mensosialisasikan tentang hal tersebut. Akan tetapi dalam peraktiknya, seperti disebutkan di atas dan harus diakui bahwa jemaat belum sepenuhnya mampu melakukannya. Kondisi di atas, dipicu atau disebabkan perasaan yang dimiliki oleh jemaat, yang selalu merasa kurang, kalau sudah ada perasaan yang selalu kurang, maka sulit untuk mengatakan cukup. Jika sulit mengatakan cukup maka, bagaimana mungkin untuk memberikan yang terbaik? Hal inilah yang sebetulnya harus mulai untuk dikikis, walaupun sulit untuk dilakukannya, akan tetapi kalau memang mau, maka tidak ada yang tak mungkin dilakukan. Ternyata untuk dapat mempersembahkan yang terbaik harus melalui proses belajar. Kita hanyalah manusia biasa yang memiliki banyak kekurangan sehingga kita belum mampu melakukannya, semuanya seolah selesai sampai di situ. Akan tetapi jawaban yang pasti bagi orang percaya adalah selama kita mau mencoba maka tidak ada yang tidak mungkin kita lakukan, dengan dasar kita mengandalkan Tuhan untuk memampukan kita melakukannya. Jemaat yang dikasihi Tuhan, Yesus Kristus telah memberikan teladan bagi kita untuk dapat memberikan/mempersembahkan yang terbaik. Dia telah memberikan yang paling berharga bagi kita yaitu nyawa-Nya. Oleh sebab itu marilah kita berusaha untuk melakukan dalam kehidupan kita hari lepas hari. Dengan demikian maka kita mengikuti teladan Tuhan kita Yesus Kristus. Kuncinya jangan pernah lelah untuk mencoba memberikan/mempersembahkan yang terbaik kepada Tuhan, dengan keyakinan bahwa Tuhan akan tetap menolong kita, terlebih Ia akan selalu memberkati kita. Amin. (Bona) 105 RANCANGAN KOTBAH 18 November 2012 Minggu Trinitas 24; Warna Liturgi Hijau Bacaan : Daniel 12:1-3 Thema: BACAAN LEKSIONARI : Daniel 12:1-3; Mazmur 16; Ibrani 10:11-14; 19-25; Markus 13:1-8 Masih Ada Harapan Tujuan: Anggota jemaat semakin meyakini bahwa di dalam Tuhan selalu ada harapan. Anggota jemaat tidak menganggap ringan, tetapi juga tidak larut dalam keputusasaan ketika menghadapi goncangan, kekacauan, penderitaan. PENAFSIRAN TEKS Dalam kerangka narasi/cerita Kitab Daniel, apa yang tertulis dalam perikop ini agaknya merupakan klimaks/puncak dari firman yang disampaikan kepada Daniel (oleh seorang “yang berpakaian kain lenan dan berikat pinggang emas dari ufas (10:3) dalam penglihatan di tepi Sungai Tigris (10:4) pada tahun ketiga pemerintahan Koresh, raja orang Persia (10:1). Sebelum mengatakan firman yang tertulis dalam perikop ini, orang/makhluk berpakaian kain lenan itu menyampaikan kepada Daniel bahwa silih berganti akan terus ada penguasa yang memiliki kekuasaan yang besar dan berbuat sekehendaknya. Bahkan, penguasa yang terakhir akan memiliki kekuasaan yang lebih besar daripada penguasa-penguasa sebelumnya. Itulah sebabnya, seperti tertulis dalam perikop ini, orang berpakaian kain lenan itu kemudian mengatakan kepada Daniel bahwa “akan ada suatu waktu kesesakan yang besar, seperti yang belum pernah terjadi sejak ada bangsa-bangsa sampai pada waktu itu...” (ayat 1). Namun, orang berpakaian kain lenan itu juga mengatakan bahwa pada waktu itu orang-orang yang didapati namanya tertulis dalam “Kitab itu” (yang kemudian dikenal dengan sebutan “Kitab Kehidupan”) akan terluput. Bahkan, orang-orang bijaksana (maskilim) yang kelihatannya 106 telah binasa karena mati di tangan penguasa, akan bangkit kembali dari antara orang mati dan akan “bercahaya”. Bagi Daniel dan orang-orang sebangsanya yang tengah mengalami kesesakan akibat pembuangan dan karena itu terus berdoa kepada Allah memohon pembebasan, penyataan ilahi ini menyingkapkan bahwa masih ada harapan. KONTEKS MASA KINI Bangsa Indonesia pernah ditindas selama beratus-ratus tahun baik oleh bangsa asing (terutama Belanda dan Jepang) maupun oleh rezim-rezim dari bangsa sendiri (rezim Orde Lama, rezim Orde Baru). Pengalaman ini sedikit banyak memicu kecenderungan untuk bersikap fatalistis (pasrah pada nasib). Pengalaman para anggota jemaat GKSBS sebagai transmigran cukup membangkitkan semangat juang. GKSBS sudah memiliki Mars GKSBS yang antara lain mengatakan: “... Pengharapan s’lalu ada pada kita...” Orang-orang jaman sekarang cenderung terjebak entah dalam “optimisme yang naif” atau dalam “pesimisme yang sinis”. Mereka yang terjebak dalam optimisme yang naif menganggap bahwa pada dasarnya semuanya baik-baik saja, tidak ada hambatan yang berarti, dan dunia terus mengalami kemajuan. Mereka yang terjebak dalam pesimisme yang sinis menganggap bahwa dunia sudah sedemikian kacau, kondisi mereka sudah sedemikian parah dan karena itu sangat kecil, bahkan tidak ada lagi harapan yang tersisa. Belakangan ini, semakin marak berita tentang orang bunuh diri karena merasa tidak sanggup lagi menanggung beban kehidupan. Kondisi alam belakangan ini cenderung rawan. Bencana alam datang silih berganti di berbagai tempat dan hal ini sulit diperkirakan sebelumnya. 107 SARAN PENYUSUNAN KHOTBAH 1. Pendahuluan Pengkhotbah menyapa jemaat, menanyakan apakah ada sukacita dan mengapa bersukacita. Pengkhotbah menegaskan bahwa jemaat seharusnya bersukacita karena memiliki pengharapan. 2. Isi Pengkhotbah menjelaskan bahwa saat ini semakin banyak orang yang sulit untuk bersukacita dan melihat harapan. Pengkhotbah mengajak jemaat untuk mencoba menyelami pergumulan orang-orang yang seperti itu dan kemudian menantang jemaat dengan pertanyaan: “... masih adakah harapan?” Pengkhotbah menjelaskan bahwa memang ada goncangan, ada kekacauan, ada penderitaan yang tidak bisa dianggap ringan dan dalam hal ini Alkitab mengajar kita untuk bersikap realistis (lihat Daniel 12:1a <dan penjelasannya di depan>; lihat juga Markus 13). Akan tetapi, Alkitab juga menunjukkan bahwa di balik itu masih ada harapan (lihat Daniel 12:1b-3 <dan penjelasannya di depan>; lihat juga Mazmur 16, Ibrani 10:11-12). 3. Penutup Pengkhotbah menegaskan bahwa “masih ada harapan”. Pengkhotbah bisa menyanyikan penggalan dari Mars GKSBS: “...Nyalakan apimu! Kobarkan s’mangatmu! Pelayananmu tak akan sia-sia. Tebarkan kasih dan sukacita! Pengharapan s’lalu ada pada kita...”. Nats Pembimbing : Ibrani 10:22-23 Berita Anugerah : Ibrani 6:17b-20 Nats Persembahan : Ibrani 13:15-16 Nyanyian: KJ. 60 : 1,5,6 KJ. 65 : 1,2 PKJ. 138: 1,3 KJ. 274: 1,2 PKJ. 264: 1KJ. 247: 1-3 108 CONTOH KHOTBAH JADI Syalom! Apa kabar? (Dahsyat! Luar biasa!!) Ada sukacita? (Amin!) Mengapa bapak/ibu/saudara/saudari bersukacita? (.......) Ya, ada banyak sebab yang bisa disebutkan. Akan tetapi, satu hal yang jangan sampai kita lupakan yaitu kita seharusnya bersukacita karena kita memiliki pengharapan. Ya, kita patut bersukacita karena kita memiliki pengharapan. Namun, kita juga perlu menyadari bahwa di dunia sekarang ini, banyak orang mengalami kesulitan untuk bersukacita dan melihat harapan. Dari media massa kita bisa melihat dan/atau mendengar bagaimana belakangan semakin banyak orang bunuh diri karena merasa tidak sanggup lagi menanggung beban kehidupan. Kita melihat dan/atau mendengar pula bagaimana para korban bencana alam mengalami depresi, mengalami trauma, mengalami ketakutan. Belum lagi rakyat kecil dan golongan minoritas yang putus asa karena seakan haknya, suaranya sampai kapan pun tidak akan diperhatikan oleh pemerintah. Dan kalau kita termasuk di dalamnya atau, kalau paling tidak kita mencoba menyelami pergumulan mereka, tentunya kita tidak bisa mengelak dari pertanyaan: “Masih adakah harapan?” Jemaat yang terkasih. Pertanyaan “masih adakah harapan...?” agaknya juga pernah berkecamuk di dalam diri nenek moyang kita saat mengalami penjajahan. Sekian lama mereka memperjuangkan kemerdekaan tetapi kekuasaan penjajah sepertinya terlalu sulit untuk ditumbangkan. Di tengah kondisi bingung harus berbuat apa lagi, mereka bertanya-tanya: “Masih adakah harapan untuk merdeka?” Dan dalam perjalanan waktu, sebagian dari mereka cenderung putus asa dan berkata: “Ya sudah, memang beginilah nasib kita”; sebuah perkataan yang menunjukkan sikap fatalistis (pasrah pada nasib) yang sedikit banyak masih menjangkiti masyarakat Indonesia sampai hari ini. 109 Pertanyaan “masih adakah harapan...?” sepertinya pernah pula berkecamuk di dalam diri umat Israel saat berada dalam pembuangan. Ketika baru mulai mengalami pembuangan, mungkin mereka masih menganggap ringan dan berkata dalam hati: “Ah, ini tidak akan lama. Sebentar juga akan kembali lagi ke tanah perjanjian...” Akan tetapi, lama-kelamaan mereka tidak bisa memungkiri kenyataan bahwa ‘sekarang’ mereka adalah orang buangan yang bisa dengan mudah ditindas oleh penguasa dan masyarakat di negeri Babilonia. Mereka tidak bisa lagi bertahan dalam anggapan bahwa semuanya baik-baik saja, bahwa diri mereka aman-aman saja. Tidak bisa tidak, mereka bergumul: “Masih adakah harapan akan kelepasan?” “Masih adakah harapan akan kembali ke tanah perjanjian?” Mungkin sebagian dari mereka kemudian menjadi putus asa dan berkata: “tidak ada lagi harapan”. Namun, kalau kita membaca Kitab Daniel, kita bisa melihat bagaimana Daniel membawa pergumulan itu dalam doa sehingga dia tidak jatuh dalam keputusasaan. Sebaliknya, Daniel dikuatkan dengan firman dan penglihatan yang puncaknya tertulis dalam perikop yang kita baca saat ini. Akan tetapi, sebelum dikuatkan, Daniel terlebih dahulu disadarkan bahwa ada goncangan, ada kekacauan, ada penderitaan yang tidak bisa dianggap ringan. Kepada Daniel disingkapkan bahwa silih berganti akan terus ada penguasa yang memiliki kekuasaan yang besar dan berbuat sekehendaknya. Bahkan, penguasa yang terakhir akan memiliki kekuasaan yang lebih besar daripada penguasa-penguasa sebelumnya. Itulah sebabnya, seperti tertulis dalam perikop ini, orang berpakaian kain lenan itu kemudian mengatakan kepada Daniel bahwa “akan ada suatu waktu kesesakan yang besar, seperti yang belum pernah terjadi sejak ada bangsa-bangsa sampai pada waktu itu...” (ayat 1). Agaknya Allah, melalui orang berpakaian kain lenan itu, hendak mengajar Daniel untuk bersikap realistis (berpijak pada, melek terhadap realitas/ kenyataan). Dan bukan hanya Daniel yang diajar untuk bersikap realistis bapak/ibu/saudara/saudari. Murid-murid Yesus pun pernah diajar untuk bersikap realistis. Dalam Markus 13, kita bisa menyaksikan bagaimana Yesus mengajar para murid supaya jangan terlena karena akan terjadi keruntuhan Bait Suci, perang, kelaparan, bencana alam. Dan jangan kita lupa, bahwa ajaran untuk bersikap realistis ini berlaku pula bagi kita. 110 Ya, kita perlu menyikapi goncangan, kekacauan, penderitaan yang ada di dunia ini secara realistis. Jangan kita seperti orang-orang modern yang terjebak dalam optimisme yang naif sehingga kita menganggap bahwa pada dasarnya semuanya baik-baik saja dan bahwa dunia ini terus mengalami kemajuan tanpa ada hambatan yang berarti. Akan tetapi, jangan pula kita mengikuti pesimisme yang sinis dari orang-orang postmodern sehingga kita menganggap bahwa dunia sudah sedemikian kacau, kondisi kita sudah sedemikian parah dan karena itu sangat kecil, bahkan tidak ada lagi harapan yang tersisa. Alkitab mengajarkan kepada kita bukan optimisme yang naif dan bukan pula pesimisme yang sinis, melainkan “realisme yang berpengharapan”. Tadi melalui ayat 1a dari perikop yang kita baca, kita sudah dibawa ke dalam realisme dan kalau kita melanjutkan penelusuran ke ayat berikutnya, kita akan dibawa pada pengharapan. Kita bisa melihat bagaimana sang pembawa berita meyampaikan pula kepada Daniel bahwa pada waktu itu orang-orang yang didapati namanya tertulis dalam “Kitab itu” (yang kemudian dikenal dengan sebutan “Kitab Kehidupan”) akan terluput. Bahkan, orang-orang bijaksana (maskilim) yang kelihatannya telah binasa karena mati di tangan penguasa, akan bangkit kembali dari antara orang mati dan akan ‘bercahaya’. Hal kebangkitan orang mati ini diisyaratkan pula oleh Pemazmur melalui pujiannya: “...Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu mengalami kebinasaan...” (Mzm 16:10). Dan bagi kita orang Kristen, kebenaran perkataan ini telah terbukti di dalam diri Tuhan kita Yesus Kristus yang mati tetapi bangkit lagi. Sekarang Dia duduk di sebelah kanan Allah Bapa dan tinggal menunggu saat di mana musuh-musuh-Nya akan dijadikan tumpuan kaki-Nya (Ibr 10:1213). Kalau begitu, janganlah kita larut dalam keputusasaan walaupun kita harus tetap berpijak pada kenyataan. Yakinlah bahwa “masih ada harapan”, bukan karena kita memiliki kehebatan melainkan karena Allah berkuasa memulihkan. Selamat menjadi orang-orang yang berpengharapan. “...Nyalakan apimu! Kobarkan s’mangatmu! Pelayananmu tak akan sia-sia. Tebarkan kasih dan sukacita! PENGHARAPAN S’LALU ADA PADA KITA!...” (YAP) *** 111 RANCANGAN KOTBAH 25 November 2012 Minggu Trinitas 26; Warna Liturgi Putih Bacaan : Wahyu 1:4b-8. Thema: BACAAN LEKSIONARI : Daniel 7 : 9-10, 13 – 14 ; Mazmur 93 ; Wahyu 1 : 4b- 8 ; Yohanes 18:33-37 Mengakui Kristus Sebagai Raja Tujuan: Anggota jemaat memahami makna jabatan Kristus sebagai Raja, dan mengakuiNya dalam kehidupan sehari-hari. PENJELASAN TEKS Dalam Perjanjian Baru Kitab Wahyu adalah kitab yang khas jenisnya. Berbeda isinya dengan kitab lainya, sebab isinya secara khusus menyampaikan tentang akhir zaman. Kitab wahyu adalah termasuk kitab apokaliyptis yaitu kitab yang memberitakan tentang kedatangan kerajaan Allah secara nyata. Unsur-unsur dari pandangan apokaliptik adalah: 1. Semua berdasarkan kepercayaan bahwa ada rencana penyelamatan oleh Allah 2. Rencana penyelamatan itu adalah rahasia. 3. Dunia sekarang ini dipandang sebagai kesatuan yang jahat, kerajaan si jahat. Penerima surat ini adalah tujuh jemaat yang ada di wilayah Asia kecil (1:4) yaitu Efesus (2:1-7), Smirna (2:8-11), Pergamus (2:12-17), Tiatira (2:18-29, Sardis (3:1-6), Filadelfia (3:7-13), Leodikia. (3:14-22). Kitab ini tampil kedepan adalah sebagai nubuat tentang akhir zaman. Sebagai penerima wahyu adalah Yohanes (1:4;22:3). Yohanes menulis untuk jemaat-jemaat di bawah asuhannya dalam menghadapi situasi praktis yakni menjelang dipaksanya penyembahan terhadap Kaisar, pada waktu itu ditujukan bagi seluruh orang Kristen. Ada dua pilihan bagi umat Kristen mengakui dan menyembah Yesus adalah Tuhan atau mengakui Kaisar adalah Tuhan. Keadaan ini sangat mengancam eksistensi dari seluruh gereja Allah. Yohanes diberi kemampuan melihat titik puncak yang logis dari kekuasaankekuasaan yang bekerja dalam masyarakat, di mana umat manusia terbagi untuk mengakui Kristus atau antikristus. 112 PENAFSIRAN PERIKOP Ayat 4 : Dia yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang adalah keberadaan Allah yang menekankan sifat kekekalanNya, serta hubungan yang sangat penting dengan sejarah untuk menyamakan Allah dalam Perjanjian Lama dengan Kristus dalam Perjanjian Baru. “Ketujuh Roh yang ada di hadapan tahtaNya” kalimat ini adalah penunjukan terhadap Roh Kudus. Hal ini bersumber pada pikiran Yohanes dari (Yesaya 11: 2,3 pemberian rangkap tujuh dari Mesias) Zakaria 4: 10; Wahyu 4:5; 5:6 yang menyebutkan ada tujuh mata Tuhan yang menjelajahi seluruh bumi adalah Roh Allah. Ayat 5 : Yesus adalah saksi yang setia, Yesus dipilih sebagai saksi yang setia sampai mati dari seluruh kebenaran Allah. Dia adalah yang pertama bangkit dari orang mati , Dalam Mzm 89: 27, 28 yang sulung adalah Mesias. Dialah yang sulung dari antara orang mati (1 Kor.15:20). Dialah yang mengalahkan kerajaan maut dengan kebangkitan. Oleh karena itu Dia mendapat kekuasaan tertinggi sebagai penguasa atas raja-raja di dunia. Kasih setiaNya adalah terus menerus, penebusanNya sekali untuk selamalamanya, karena cintaNya kepada manusia Dia membebaskan manusia dari dosa. Ayat 6 : Dia telah membebaskan kita dari dosa, maka Dia menjadikan umatNya suatu “kerajaan” yaitu imamat rajani yaitu tujuan Allah seperti dalam Keluaran 19: 6 bandingkan 1Petrus 2: 9 “ Kamulah bangsa yang terpilih imamat yang rajani, bangsa yang kudus”. Dan kasih karunia Allah tidak hanya terbatas pada masa lalu dan masa sekarang dan Ia tetap memberi berkat yang berkelimpahan. Ayat 7: Lihatlah, Ia datang dengan awan-awan dan setiap mata akan melihat Dia Penulis mengungkapkan dengan rasa gembira karena anak manusia datang di atas awan-awan dilangit dengan segala kekuasaan dan kemuliaanNya. Semua bangsa di bumi ini akan meratap mulai dari mereka 113 yang menyalibkan Dia dan para penganiaya GerejaNya. “Ya Amin “ merupakan tanda persetujuan dan kepastian atau keyakinan yang kuat bahwa itu semua akan terjadi. Ayat 8 : Aku adalah Alfa dan Omega adalah huruf pertama dan yang terakhir dari abjad Yunani. Huruf ini digunakan untuk mengungkapkan keseluruhan dari sesuatu. Di sini artinya ialah bahwa Allah adalah Tuhan dari sejarah awalnya dan sampai akhirnya. Dalam bagian akhir ayat 8 dapat dibandingkan ayat 4 kembali menekankan persamaan Allah dalam perjanjian Lama dengan Kristus dalam Perjanjian Baru. Yang Mahakuasa adalah gelar yang dipakai oleh Yohanes sebagai kepercayaan mengenai KeAllahan Kristus. PESAN PENTING 1. Tuhan adalah yang awal dan yang akhir. 2. Tuhan Yesus memiliki kekuasaan yang tertinggi sebagai raja segala raja. 3. KerajaanNya adalah kerajaan sorgawi, Pemerintahannya tidak akan lenyap. 4. Dia akan bersikap adil bagi para penganiaya GerejaNya 5. Semua nubuatan ini pasti akan terjadi. KONTEKS MASA KINI 1. Jabatan sebagai Pemimpin dalam kehidupan bangsa kita hingga saat ini menjadi ajang perebutan. Dari jabatan Lurah, Bupati, Gubernur, Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan jabatan lainnya. Namun ketika jabatan itu di sandangnya ada banyak pemimpin yang kurang mampu menggunakan pekerjaan sesui dengan jabatannya. 2. Masyarakat kurang percaya dengan beberapa pejabat yang bertingkah laku tidak sesuai dengan jabatannya. 3. Masyarakat sangat merindukan para pemimpin bangsa yang bertindak sesuai dengan jabatannya. 4. Jabatan Penatua, Diaken dan Pendeta adalah sangat penting untuk memimpin, melayani Jemaat Tuhan dan Gereja Tuhan sesuai dengan tugasnya. 114 SARAN PENYUSUNAN KHOTBAH 1. Sebelum menyusun khotbah, lebih baik membaca secara sungguh-sungguh dan penuh penghayatan dari bacaan Leksionari (Daniel 7: 9-10, 13–14; Mazmur 93; Wahyu 1:4b-8; Yohanes 18: 33-37) akan muncul beberapa ayat yang saling mendukung dan melengkapi dan menjelaskan tentang jabatan Kristus sebagai raja sorgawi, yang kerajaanNya itu tidak akan lenyap (Daniael 7:14) 2. Pendahuluan. Pengkhotbah dapat memulai khotbahnya dengan mengajukan pertanyaan kepada jemaat. Siapa diantara kita yang tidak ingin menerima jabatan sebagai Raja di suatu bangsa? Di antara jemaat pasti ada banyak yang mau menerima jabatan itu. Kemudian pengkhotbah dapat menjelaskan pengertian jabatan Raja. Dan hubungkan dengan konteks masa kini. Yang membicarakan tentang masalah pemimpin yang pada waktu sekarang menjadi masalah yang actual. Kita sudah mengalami tiga periode kepemimpinan yang kurang menyenangkan hati rakyat dengan berbagai tindakan korupsi,kolusi dan nepotisme, suap, dan pemimpin yang mementingkan diri sendiri. 3. Isi Khotbah. Setelah pendahuluan, Pengkotbah dapat menjelaskan bacaan teks tentang jabatan Kristus sebagai raja yang berbeda dengan raja atau pemimpin dunia. Jabatan raja bukan dari dunia ini tetapi dari kerajaan Allah. Dia datang dari segala kekuasaan dan kemuliaanNya. KerajaanNya tidak akan musnah. Dia mendapat kekuasaan tertinggi sebagai penguasa atas raja-raja di dunia. Jabatan Kristus sebagai raja yang tidak dapat dipisahkan dari jabatan Imam dan Nabi. Setiap orang percaya di dalam Yesus dianugrahi dan memiliki posisi sebagai Raja dengan segala hak, tugas dan kewajibannya. 4. Penutup Khotbah a) Mengajak jemaat untuk mengakui bahwa Tuhan Yesus adalah Raja kerajaan Allah dan Raja segala Raja. b) Jemaat diajak dan didorong untuk menghayati serta mengembangkan makna jabatannya sebagai Raja, bukan 115 secara politik, tetapi mengemban tugasnya harus berjalan dalam rel Alkitab atau kepemimpinan yang bersandar kepada Firman Allah. Nat Pembimbing : Daniel 7 : 14 Berita Anugerah : Markus 10 : 45 Nats Persembahan : I Korintus 9 : 12 Pujian : 1. Pujian 2. Pujian 3. Pujian 4. Pujian 5. Pujian 6. Pujian Panggilan Peneguhan Kesanggupan Responsria Persembahan Pengutusan PKJ KJ KJ PKJ PKJ PKJ 19 344 426 184 146 177 : : : : : : 1- 3 1,3,4 1-2 1-2 1 1-2. *** CONTOH KOTBAH JADI Saudara-saudaraku yang dikasihi Tuhan, Siapa diantara kita yang tidak ingin menerima jabatan sebagai pemimpin di masyarakat? Saya yakin banwa di antara kita kebanyakan mau menerima jabatan sebagai pemimpin di masyarakat, apalagi jabatan sebagai Raja. Setiap orang menginginkannya karena berpandangan bahwa seorang raja akan memiliki kekuasaan, kewenangan dan mendapatkan imbalan yang besar dalam setiap tugasnya. Apakah Jabatan Raja itu? Jabatan sebagai Raja secara politik adalah seseorang yang mempunyai kedudukan dalam suatu pemerintahan suatu bangsa atau Negara yang mempunyai tugas kekuasaan, pengaruh dan sebagai pemimpin yang melindungi, melayani dan memelihara masyarakatnya. Bagaimana dengan para pemimpin bangsa kita saat ini? Beberapa pemimpin bangsa kita saat ini menjadi pembicaraan masyarakat. Karena tindakantimdakannya yang tidak sesuai dengan jabatannya, seperti Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Mereka sudah tidak lagi menjadi 116 pemimpin yang dapat dipercaya karena tidak mampu melindungi, melayani dan memelihara masyarakatnya. Kita sangat merindukan para pemimpin bangsa yang mampu berbuat sesuai dengan jabatannya. Oleh karena itu mari kita merenungkan kembali tentang makna jabatan Kristus dengan tema “ MENGAKUI KRISTUS SEBAGAI RAJA”. Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Dalam bacaan kita mengungkapkan bahwa Kristus diberikan kekuasaan yang tertinggi dan kemuliaanNya sebagai penguasa atas raja-raja di bumi. (Ay 5) Jabatan Kristus sebagai Raja adalah jabatan Sorgawi bukan dari dunia ini, Dia memiliki tahta kerajaan sorga, kerajaanNya tidak akan lenyap, kerajaanNya kekal dan tidak akan berakhir (Daniel 7: 14). Ketika Yesus akan dilahirkan melalui malaekat Gabriel telah diberitakan kepada Maria bahwa anak yang akan dilahirkan adalah Raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya”… yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang” ayat ini menunjukkan bahwa Kristus itu ada sejak dunia belum diciptakan dan sampai yang akan datang sabagai Mesias. Jabatan Tuhan Yesus Kristus sebagai Raja sebenarnya tidak dapat dipisahkan dari jabatan-jabatan lainnya yaitu sebagai Imam, dan Nabi. Karya penyelamatan Yesus telah diwujudkan melalui jabatanNya sebagai Raja, karena Dia telah melakukan kewajibanNya yaitu melindungi dan memelihara umatNya. Untuk melindungi umatNya, Kristus telah berperang melawan kerajaan kegelapan atau kerajaan maut. Yesus sebagai Raja telah membebaskan umatNya dari segala belenggu dosa, dengan rela mengurbankan diriNya, mati di kayu salib. Dan kebangitanNya adalah kemenangan bagi umatNya. Oleh karena itu setiap orang yang percaya kepadaNya adalah orang yang benar-benar bebas dari segala dosa dan hukuman maut. Begitu besar makna dari jabatan Kristus sebagai Raja dalam kehidupan kita. Kita sebagai umatNya hendaknya bersyukur atas pengurbananNya. Dengan demikian kita hendaknya sungguh percaya dan mengakui bahwa kristus sebagi Raja dalam kehidupan kita. Dengan memahami dan mengakui Kristus sebagai Raja, maka kita disebut sebagai Imamat yang Rajani. Dalam 1Petrus 2:9 dikatakan “Kamulah bangsa yang terpilih imamat yang rajani, bangsa yang kudus, agar memberitakan perbuatan – perbuatan yang 117 besar dari Dia.” Hal ini berarti bahwa setiap orang percaya, atau GerejaNya, mempunyai fungsi dan otoritas sebagai Raja. Jabatan raja tersebut bukanlah jabatan secara politik, tetapi melaksanakan tugasnya dengan bersandar pada Firman Allah. Di dalam dunia ini, GerejaNya (Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan) atau setiap pribadi jemaat memiliki kewajiban, memimpin, memelihara, dan melindungi setiap anak-anak Tuhan, dan segenap ciptaanNya agar mereka berjalan di jalan Tuhan. Kita tahu bahwa kepemimpinan dalam kehidupan bangsa kita saat ini mengalami keterpurukan banyak yang terlibat dalam kasus kejahatan, ketidakjujuran, ketidakadilan, pemimpin yang hanya mementingkan diri sendiri dan golongan. Dalam menyelesaikan masalah-masalah bangsa tidak secara tuntas diselesaikan dan akibatnya masyarakat kurang percaya kepada para pemimpin bangsa. Lalu akan jadi apa kehidupan bangsa kita kedepan? Kita sebagai orang percaya dan GerejaNya, apa yang bisa kita perbuat? Masyarakat sangat merindukan para pemimpin bangsa yang bertindak sesuai dengan jabatannya. Kerinduan itu akan terwujud jika kita sebagai Gereja mau dan mampu melaksanakan kepemimpinan yang bersandar pada Firman Tuhan yaitu mengembangkan nilai-nilai moral, kejujuran, keadilan, kebenaran dan kasih dalam setiap bidang kehidupan, baik dalam keluarga maupun masyarakat. Terkhusus peduli dan berpihak pada orang-orang yang lemah, tertindas, korban ketidakadilan dan kemiskinan. Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, Mari kita sungguh-sungguh percaya dan mengakui bahwa Tuhan Yesus adalah Raja kerajaan Allah dan Raja segala Raja. Yang telah mewujudkan kepemimpinanNya dengan rela menderita dan mati di kayu salib. Dia telah berjuang mengalahkan kerajaan maut agar kita dapat bebas dari hukuman maut. Sungguh pengurbananNya tidak bisa dinilai oleh apapun. KemenanganNya berarti kemenangan kita juga. Mari kita terus menghayati makna jabatan yang diberikan oleh Tuhan sebagai Raja, sebagai apapun kita, dimanapun kita berada, tetap berpedoman kepada Firman Allah yaitu mewujudkan nilai-nilai moral, kejujuran, keadilan, kebenaran dan kasih dalam setiap bidang kehidupan. Amin (AW) *** 118 RANCANGAN KOTBAH 2 Desember 2012 Minggu Adven 1; Warna Liturgi Ungu Bacaan : Yeremia 33:14-16 Thema: BACAAN LEKSIONARI : Yeremia 33:14-16; Maz.25:1-10; I Tes.3:9-13; Luk.21:25-36 KEDATANGAN RAJA KEADILAN DAN KEBENARAN Tujuan: 1. Anggota Jemaat percaya akan janji Tuhan bahwa Kristus datang untuk menjadi raja keadilan dan kebenaran 2. Anggota Jemaat dapat menghayati makna penantian akan kedatangan Kristus yang akan menjadi raja keadilan dan kebenaran Penjelasan Teks Pasal 30-34: 22 kitab Yeremia menubuatkan tentang masa depan yang penuh harapan. Allah yang penuh kasih setia dan pengampun akan memulihkan umatNya dari penderitaannya. Umat akan diselamatkan dan hidup dalam suka cita dan damai sejahtera serta berkat- berkat jasmani dicurahkan kepada mereka. Umat mengucap syukur atas semua itu. Allah mengasihi umatNya, sehingga senantiasa merencanakan yang baik buat umatNya, bukan rancangan yang mencelakakan (band. Yer.29:11). Ketidak-taatanlah yang membuat bangsa Israel menderita. Ayat 14: Sesungguhnya….menunjukkan sesuatu yang pasti. Melalui nabi Yeremia, Allah memastikan penggenapan janjiNya kepada umatNya (kaum Israel dan kaum Yehuda), yaitu tentang datangnya Mesias (Kristus) yang dinanti- nantikan sejak jaman nenek moyang mereka. Ayat 15: Pada waktu itu dan pada masa itu (menunjukkan kurun waktu yang benar- benar akan dilewati) Aku akan menumbuhkan tunas keadilan bagi Daud (dari keturunan raja Daud akan datang Raja yang adil). Ayat 16: Sesuai dengan nama panggilannya, “Tuhan keadilan kita” demikian juga keadaan Yehuda akan dipulihkan. Tuhan akan bertindak adil terhadap umatNya sehingga umat mengalami kehidupan yang tenteram dan damai di negerinya 119 sendiri karena Tuhan memberi mereka pembebasan dari negeri pembuangan dan memberikan kemakmuran serta perlindungan. KONTEKS MASA KINI 1. Tanggal 1 Desember : Hari AIDS sedunia Orang yang terkena penyakit AIDS biasanya tersisihkan dari masyarakat. Mereka sering terus merasa bersalah dan merasa tidak berguna lagi. Mereka perlu mendapatkan pengakuan, pengampunan dan pengharapan. 2. Tanggal 1 Desember : Hari Altileri 3. Tanggal 2 Desember : Hari Konvensi Ikan Paus. 4. Tanggal 3 Desember : Hari Penderita Cacat. 5. Masih banyak terjadi ketidak-adilan dan ketidak-benaran dalam kehidupan kita sehari- hari. 6. Banyak orang mau menegakkan kebenaran dan keadilan dengan cara yang arogan. SARAN PENYUSUNAN KHOTBAH Pendahuluan Sampaikan kepada hadirin tentang kehidupan yang tidak adil dan benar di tengah bangsa dan masyarakatdengan contohcontoh. Juga bagaimana para pemimpin yang menjanjikan akan mengadakan perubahan atas hal- hal tersebut, tapi tidak dilaksanakan. Isi Khotbah: 1. Karena kasih dan pengampunannya,Tuhan sungguhsungguh akan menepati janjinya kepada kaum Israel dan Yehuda: a. Menumbuhkan tunas keadilan bagi Daud. b. Tunas itu akan melaksanakan keadilan dan kebenaran di negeri c. Umat akan dibebaskan dan hidup dengan tenteram dan damai (Yehuda dan Yerusalem akan disebut: Tuhan keadilan kita!) 120 2. Penerapan: a. Mesias telah benar- benar datang ke dunia menjadi raja keadilan dan kebenaran yang kita rayakan kedatangannya pada hari Natal. b. Kita dipanggil untuk menyatakan keadilan dan kebenaran di tengah masyarakat dan bangsa,contoh: mau peduli dan mendampingi orang yang terpinggirkan ( orang cacat, penderita AIDS, penderita kusta, korban penggusurandll), peduli lingkungan hidup, namun dengan cara yang benar, bukan dengan arogansi. Penutup Ajaklah Anggota Jemaat untuk mewujudkan keadilan dan kebenaran dalam hidup sehari- hari dalam segala bidang kehidupannya. Usulan Ayat- ayat Nas Pembimbing Berita Anugerah Nas Persembahan : : Mazmur 25:14 : Titus 2: 11-13 : Mazmur 22:26 Usulan Nyanyian: 1. KJ 9:1-3 2. PKJ 165:1-3 3. KJ 266:1-3 4. KJ 425:1-3 5. KJ 363:1 dst. 6. KJ 432:1-2 121 CONTOH KHOTBAH JADI Saudara- sudara yang dikasihi Tuhan, Berita tentang ketidak-adilan dan ketidak-benaran atau tindak kejahatan hampir setiap hari muncul di media massa. Mungkin kita menjadi bosan dan geram dibuatnya. Ketidakadilan dan kejahatan bukannya makin berkurang, tapi malah bertambah. Kapan keadilan dan kebenaran dapat terwujud di negeri ini? Mungkin pertanyaan semacam itu sering muncul di pikiran kita. Dalam kampanye-kampanye para politikus di tingkat daerah, propinsi maupun nasional, mereka selalu menjanjikan mau mengadakan perubahan-perubahan seperti yang diinginkan masyarakat, seperti: pemberantasan korupsi, pemerataan pembangunan, penegakan hukum, dsb. Tetapi setelah mereka menang dalam pemilu, janji tersebut tinggal janji saja. Apa yang diharapkan tidak kunjung jadi kenyataan. Tiap terjadi pergantian kepemimpinan pemerintahan, rakyat dengan harapharap cemas menantikan bukti dari janji- janji mereka, namun tetap sama saja. Mengecewakan! Berbeda dengan hal itu, pada zaman nabi Yeremia, bangsa Israel yang ada di negeri pembuangan menerima berita menggembirakan dari Tuhan. Berita itu tentang penggenapan janji Allah akan tumbuhnya tunas keadilan bagi Daud, Raja Mesias yang adil dan benar. Apakah janji itu hanya sekedar janji? Tidak! Dengan kedatanganNya, umat akan menerima keadilan dan kebenaran dari raja tersebut sehingga umat mengalami pembebasan (penyelamatan) dan hidup tenteram dan damai (hidup terjamin). Saudara- saudara yang dikasii Tuhan Yesus, Tumbuhnya tunas Daud nyata dalam kedatangan Tuhan Yesus yang pertama ke dunia ini yang kedatanganNya kita peringati pada hari Natal. Raja yang adil dan benar itu, memanggil kita untuk mengambil bagian dalam rencanaNya. Bila kita mau sungguh-sungguh menjadikan Dia raja atas kita tentulah kita dapat mewarnai kehidupan dunia dengan hidup 122 adil dan benar di segala bidang kehidupan. Orang- orang yang terpinggirkan, seperti penderita AIDS, penderita kusta, penderita cacat,pengemis,dll perlu mendapatkan kepedulian kita .Kita jangan ikut arus zaman, jika banyak yang korupsi ikut korupsi, namun kita harus berani berbeda dengan yang lain. Pada saat kita mengalami ketidak-adilan, hendaknya kita menghadapinya dengan cara- cara yang baik, bukan secara arogansi, seperti yang dilakukan oleh banyak orang, dengan kekerasan, tawuran, merusak barang- barang atau fasilitas umum. Saudara- saudara yang dikasihi Tuhan, Marilah kita bersyukur karena Tuhan selalu menepati janjijanjiNya. Kita bersyukur karena Kristus telah datang ke dunia ini sebagai pernyataan kasih dan anugerahNya kepada kita. Dan marilah kita mewujudkan keadilan dan kebenaran dalam hidup sehari- hari dengan lebih sungguh karena Tuhan akan memimpin kita agar mampu melakukannya. Amin. (EWS) *** 123 RANCANGAN KOTBAH 9 Desember 2012 Minggu Adven 2; Warna Liturgi Ungu Bacaan : Lukas 3:1-6 Thema: BACAAN LEKSIONARI : Mal. 3: 1-4; Luk. 1: 68-79; Fil. 1: 3-11; Luk. 3: 1-6 Mempersiapkan Jalan Untuk Kedatangan Tuhan Tujuan : Jemaat mempersiapkan hati untuk menyambut natal. PENJELASAN TEKS. Yohanes Pembaptis adalah tokoh yang istimewa. Pakaiannya bulu unta, makanannya belalang dan madu hutan. Ia anak tunggal Zakaria dan Elizabet. Ia masih termasuk sepupu Tuhan Yesus. Umurnya pendek. Khotbahnya juga pendek; tetapi tajam, lugas, jelas. Ditujukan dengan berani kepada siapa saja, tanpa pandang bulu dan tanpa sungkan. Pekerjaannya berkhotbah dan membaptis orang yang bertobat. Membuat gelisah siapa pun yang mendengarnya. Khotbahnya bak geledek—membuat telinga merah, hati panas, muka merah padam karena “ditelanjangi” habis-habisan. Raja Herodes juga menjadi sasaran khotbahkhotbah kenabiannya (Lukas 3:19). Penjelasan perikop ini adalah sebagai berikut: Ay. 1: Pontius Pilatus adalah tokoh yang menjadi wali negeri di Yudea (termasuk juga Idumea dan Samaria) tahun 26-36 Masehi. Herodes adalah Raja wilayah ini yaitu Herodes Antipas, putra Herodes Agung dan Maltake. Ia menjadi raja wilayah (tetrarkha) Galilea dan Perea dari tahun 4 seb.Mas sampai tahun 39 Masehi. Filipus adalah putera Herodes Agung dan Kleopatra. Ia menjadi raja wilayah dari tahun 4 sebelum Masehi. Lisanias, nama tokoh ini ditemukan dalam dua suratan. Daerah Abilene terletak di pegunungan Anti-Libanon. 124 Ay. 2: Hanas dan Kayafas. Yang menjabat Imam Besar ialah Yusuf yang bergelar Kayafas yang bertugas dari tahun 18 sampai tahun 36. Ia berperan besar dalam persengkokolan melawan Yesus, bdk Mat 26:3; Yoh 11:49; Yoh 18:14. Mertuanya Hanas, yang menjabat Imam Besar dari tahun 6 sampai tahun 15 ditempatkan di sini di samping 15 ditempatkan di sini di samping Kayafas dan bahkan paling dahulu, bdk Kis 4:6, dan Yoh 18:13,24, oleh karena gengsinya begitu besar sehingga dialah yang memegang kekuasaan sebagai Imam Besar. Ay. 3: Daerah Yordan berada wilayah kota Yerikho. Ay. 4-6: Lukas mengutip bagian Kitab Yesaya yang lebih besar dari pada yang dikutip Matius dan Markus. Maksud Lukas ialah: mengutip juga nubuat tentang keselamatan yang teruntukkan bagi "segala yang hidup". Jalan hidup orang berdosa diumpamakan Yohanes seperti ”lembah ... gunung ... bukit ... berliku-liku ... berlekuk-lekuk”. Akan tetapi, Yohanes juga mengatakan bahwa Tuhan sanggup ”meratakan dan meluruskan” (ayat 5). Akan tetapi, dibutuhkan kerjasama dua pihak di sini—antara manusia dan Tuhan. Dan, inilah pesan Yohanes: Jika bertobat dan dibaptis, maka yang berdosa masih beroleh kesempatan melihat keselamatan dari Tuhan (ayat 6). Bertobat dulu, baru dibaptis. Baptis memeteraikan pertobatan. Pertobatan menjadi intinya. Dengan ini Allah mengampuni dosa manusia. KONTEKS MASA KINI 1. Minggu Advent, dalam kalender gerejawi sebagai minggu penantian terhadap perayaan hari kelahiran Tuhan Yesus (Natal). 2. Kebiasaan banyak orang dari tahun ke tahun ketika hendak merayakan Natal selalu sibuk mempersiapkan berbagai kebutuhan (pakaian, makanan dll) yang tentunya membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Banyak waktu dan pikiran tersita digunakan untuk empersiapkan segala kebutuhan. 3. Gereja ketika menyambut dan merayakan Natal anggaran yang dibutuhkan cukup besar demi kemeriahan Natal. 4. Masih ada jemaat yang belum memahami masa Advent sebagai minggu-minggu penantian (kalender gerejawi) atas perayaan 125 Natal dan menantikan masa kedatangan Kristus yang kedua kali. SARAN PENYUSUNAN KOTBAH Pendahuluan Pengkotbah memulai kotbahnya dengan memberikan penjelasan tentang apa itu Minggu Advent. Atau Pengkotbah bisa mengawali kotbah dengan kalimat pembuka atau ilustrasi yang dipandang cocok dalam membawa umat pada inti pesan teologis. Isi kotbah Pengkotbah menguraikan pokok-pokok yang ada dalam penjelasan teks diatas atau melalui perenungan pribadi pengkotbah dapat menemukan pesan teologis diluar penjelasan teks tersebut dan dimasukkan dalam isi kotbah ini. Selanjutnya dalam relevansi, Pengkotbah dapat menghubungkan penjelasan teks dengan konteks masa kini. Konteks masa kini (lihat diatas) atau mengangkat isu-isu relevan selain yang sehubungan dengan minggu advent dan persiapan hati menyambut Natal. Penutup Akhiri kotbah dengan mengajak jemaat untuk mempersiapkan hati dan meluruskan perilakunya agar Tuhan berkenan masuk dalam diri kita. Persiapan material dan jasmani penting tetapi jauh lebih penting adalah mempersiapkan hati dan pikiran baik itu dalam menyambut Natal maupun KedatanganNya yang kedua kali. Nas pembimbing Berita Anugerah Nas Persembahan : Amsal 4:23 : 1 Tes 3:13 : Mal 3: 10 Nyanyian Pujian : 1 PKJ. 4 2. PKJ. 216 3. KJ. 76 4. KJ. 85 5. KJ. 450 6. KJ.410 126 CONTOH KOTBAH JADI Jemaat yang dikasihi TUHAN, Pada saat ini, berdasarkan kalender gereja, kita sedang memasuki minggu Advent ke-2. Minggu Advent merupakan minggu penantian menyongsong perayaan Natal (Hari lahir Tuhan Yesus Kristus). Disebut masa penantian karena kala itu menjelang Yesus akan lahir, sudah ada berita-berita yang mendahului kelahiran Tuhan Yesus. Dengan berita itu maka ada persiapan-persiapan yang dilakukan dalam rangka menyambut kelahiran Sang Juruselamat dunia. Disamping itu juga sekarang ini kita hidup dalam masa penantian akan kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus. KedatanganNya yang kita nantikan berbeda dengan kedatangan-Nya 2000 tahun yang lalu. Kedatangan-Nya kembali bukan lagi sebagai bayi mungil yang lahir di kandang hewan di Bethlehem, tetapi sebagai Hakim dan Raja. Sebagai Hakim ia akan menghakimi seluruh umat manusia, baik yang hidup maupun yang sudah mati. Itu berarti kita akan menghadap pengadilan-Nya. Pengadilan-Nya adalah pengadilan yang sesungguhnya. Pengadilan di mana kita semua akan mempertanggungjawabkan hidup yang diberikan-Nya kepada kita. Sedangkan sebagai Raja, Ia akan mmemerintah untuk selamalamanya sesudah Ia membaharui seluruh ciptaan-Nya. Saudara-saudara yang dikasihi TUHAN, Yang perlu kita renungan saat ini adalah: Sudah siapkah kita menyambut kedatangan-Nya kembali? Sudah siapkah kita menghadap penghakiman-Nya? Bacaan kita hari ini menceritakan kepada kita tentang Yohanes Pembaptis. Ia diutus untuk membaharui umat-Nya. Umat Tuhan perlu dibaharui karena telah meninggalkan jalan Tuhan. Untuk membaharui umat Tuhan yang sudah demikian rusak itu, diperlukan, pembaharuan menyeluruh, umat Tuhan harus berbalik ke jalan Tuhan. Pembaharuan demikian harus dimulai dari hati, karena hati adalah pusat kehidupan manusia. Saudara-saudara yang dikasihi TUHAN, Yohanes Pembaptis tampil di pentas sejarah mendahului kedatangan Yesus Kristus. Yohanes datang sesuai dengan misinya, yakni berseru kepada umat Tuhan untuk bertobat. Kehadiran 127 Yohanes Pembaptis mengejutkan umat Tuhan, karena ia tampil dengan cara dan berita yang radikal. Ia menuntut pertobatan umat Tuhan. Yohanes Pembaptis yang diutus untuk mempersiapkan jalan bagiNya. Yohanes tidak diragukan lagi oleh orang banyak sebagai utusan Allah karena integritas pribadi dan pelayanannya, kecuali para rohaniwan Yahudi yang menutup hati mereka bagi pekerjaan Allah (Luk. 20:1-6). Yohanes memberitakan datangnya Kerajaan Allah melalui kehadiran Dia yang lebih besar dari dirinya, yaitu sang Mesias yang dijanjikan itu. Seruan pertobatan yang ia khotbahkan dengan tanpa kompromi bertujuan untuk mempersiapkan hati orang-orang untuk menyambut kerajaan Allah itu dalam hidup mereka. Saudara-saudara yang dikasihi TUHAN, Ketika menjelang Natal, tidak dapat dipungkiri bahwa hampir semua umat Kristiani berusaha sedemikian mungkin untuk mempersiapkan kebutuhan-kebutuhan berupa pakaian (baju,celana baru), kue natal dan pernak-pernik untuk memeriahkan Natal. Hal ini tentu tidak salah, namun yang jauh lebih penting adalah bagaimana hati dan pikiran kita hendaknya juga dipersiapkan dengan baik. Yohanes Pembaptis mengingatkan pada saat ini agar kita mempersiapkan jalan masuk bagi Tuhan di dalam kehidupan kita. Karena itu berikanlah waktu dan ruang bagi Tuhan untuk berkenan lahir dalam hidup kita dan dari dalam diri kita tumbuh pola hidup yang berkenan bagi Allah. Orientasi kita dalam menyambut Natal janganlah hanya pada upaya pemenuhan kebutuhan/ keperluan yang sifatnya sementara waktu itu. Saudara-saudara yang dikasihi TUHAN, Melalui kesempatan ini pula kita kembali diingatkan bahwa kedatangan Yesus yang pertama kedunia ini memerlukan persiapan dari pihak umat Tuhan, demikian pula kedatangan-Nya kembali. Sebagai umat Tuhan, merubah sikap berarti merubah pusat hidup yaitu hati. Dan merubah hati tidak mungkin dengan kekuatan kita sendiri. Kita harus meminta pertolongan Tuhan. Kita buka hati kita terhadap Roh-Nya yang kudus. Kita buka hati kita terhadap Firman-Nya. Marilah kita persiapkan hidup kita untuk menanti kedatangan Tuhan Yesus. Dia datang bukan lagi sebagai bayi tetapi sebagai Hakim dan Raja. Tuhan memberkati. Amin (TERE) 128 RANCANGAN KOTBAH 16 Desember 2012 Minggu Adven 3; Warna Liturgi Ungu Bacaan : ZEFANYA 3:14-20 Thema: BACAAN LEKSIONARI : YESAYA 12:2-6, FILIPI 4:4-7, LUKAS 3:7-18., Zefanya 3:14-20 Pulihkan Kami Tuhan Tujuan : 1. Jemaat menghayati masa Advent sebagai waktu berefleksi tentang pentingnya pertobatan menyongsong peringatan kelahiran Tuhan Yesus 2. Jemaat diyakinkan bahwa Tuhan sanggup menolong untuk memulihkan setiap pribadi, keluarga bahkan bangsa Indonesia. PENJELASAN TEKS Bangsa Israel dalam penjajahan Asyur. Asyur adalah negara super power pada masa itu yang kekuasaannya mulai melemah. Kerajaan Babel dan beberapa kerajaan lainnya berkoalisi memberontak kepada Asyur sehingga membuat kerajaan Asyur goyah. Dalam keadaan demikian itulah, Kerajaan Yehuda yang dipimpin Raja Yosia dapat dengan leluasa melakukan reformasi iman di tanah Israel terutama sesudah ditemukan kembali Kitab Hukum di Bait Allah. Penyembahan berhala ditiadakan dan ritual kurban kepada Allah dilakukan kembali. Di mana-mana rakyat memperkatakan kitab Taurat dan mengajarkannya kepada anak-anak mereka. Tetapi setelah 30 tahun pemerintahan Yosia, Asyur dikalahkan oleh Babel sehingga Kerajaan Israel dan Kerajaan Yehuda berpindah penguasa penjajah dari Asyur kepada Babel. Mereka dibawa ke tanah Babilon…. Tanah pembuangan…. Negeri asing yang jauh dari kampung halaman dan rumah mereka. Mereka bekerja sebagai orang asing dan ditindas oleh penguasa penjajah. Mereka rindu untuk pulang ke negeri mereka sendiri. Kerinduan mereka begitu besar, terutama mayoritas mereka yang tidak mendapatkan jabatan di Babel. Maka datanglah firman Tuhan kepada Nabi Zefanya. “Tuhan akan menyingkirkan hukuman yang jatuh atas mereka. Tuhan 129 akan menebas musuh Israel karena Tuhan berkenan menjadi Raja Israel.” (ay 15). Pertolongan Allah turun tatkala Israel memenuhi syarat yang diajukan Tuhan yaitu pertobatan. Israel harus bertobat bukan hanya dengan kata tetapi dengan segenap hati. Pertobatan meliputi diperbaharuinya hubungan mereka dengan Tuhan dan hubungan mereka dengan sesamanya. Apakah isi pertobatan tersebut ? Pertama, Umat Israel harus menjaga bibirnya dari perkataan yang sembrono. Dalam hubungan mereka dengan Tuhan, mereka harus belajar untuk memanggil nama Tuhan. Menguduskan nama Tuhan. Beribadah hanya kepada Tuhan saja. Dalam kehidupan pergaulan dengan sesama, mereka harus belajar tidak bicara bohong, menjauhi ucapan bibir yang menipu. (ay 9,13). Kedua, Israel menerima dengan sukacita karya pengampunan Tuhan atas kedurhakaan yang pernah mereka perbuat (ay 11). Ketiga, kesediaan Israel untuk memperbaharui hati mereka. Dalam hubungan dengan Tuhan, sikap bangga terhadap kecongkakan, meninggikan diri/ sombong harus diubah menjadi sikap yang rendah hati. Mereka harus belajar mencari perlindungan kepada Tuhan. Dalam hubungan mereka dengan sesamanya, bangsa Israel harus menunjukkan hati yang diperbaharui dengan mempresentasikan sifat kejujuran ganti kebohongan dan tidak lagi melakukan kelaliman. (ay 11,12,13). KONTEKS MASA KINI 1. Pada masa kini, kehidupan tidak selalu dalam keadaan nyaman tetapi tidak sedikit orang yang masih merasa terbelenggu oleh persoalan, kemiskinan, keterikatan, ketidakmerdekaan dalam hidup mereka. Meskipun bangsa Indonesia sudah lama merdeka, tetapi perasaan tertindas masih dialami oleh kaum minoritas dinegeri ini terutama dalam hal melaksanakan peribadahan dengan bebas. 130 2. Demikian pula persoalan ketersediaan lapangan pekerjaan bagi angkatan kerja masih belum juga ditemukan solusinya. Persoalan kemiskinan masih saja menjadi masalah klasik dan banyak orang terikat dalam budaya korupsi dari tingkat pejabat tinggi sampai pejabat rendahan yang memperburuk nasib rakyat kelas bawah. 3. Keluarga-keluarga juga tidak sepi tantangan. Rumah tangga kristen banyak yang mengalami ketidakdamaian karena beragam persoalan. SARAN PENYUSUNAN KOTBAH 1. Awali kotbah semenarik mungkin. Bisa dengan sebuah ilustrasi atau mengutip syair lagu yang bertemakan tentang rumah. Misalnya syair lagu “Rumah Kita” yang dinyanyikan Ahmad Albar. Atau gambarkan perasaan perantau yang merindukan pulang ke rumah, 2. Utarakan konteks teks (Penjelasan teks), tekankan bahwa tidak enak hidup dalam penjajahan. 3. Kisahkan tentang indahnya janji Tuhan yang akan memulihkan keadaan Israel. Syarat terjadinya pemulihan adalah pertobatan. Tekankan dalam kotbah Saudara, bahwa pertobatan meliputi pertobatan hubungan manusia dengan Tuhan dan hubungan antar manusia. 4. Paparkan konteks masa kini. Tutup kotbah Saudara dengan dorongan motivasional, bahwa kita harus bertobat untuk mengalami pemulihan oleh Allah. Nas Pembimbing : Amos 5 : 14 Berita Anugerah : Nahum 1 : 7-8a Ayat Persembahan : Habakuk 3 : 17-19 Nyanyian: 1. PkJ 2 2. PKJ 37 :1-2 3. PKJ 46:1-3 4. PKJ 43:1-4 /PKJ 164:1-3 5. PKJ 4:1-2/PKJ 265:1-2 6. PKJ 183:1-2 131 CONTOH KOTBAH JADI Saudara-saudariku di dalam Tuhan Yesus Kristus,…… Adakah diantara kita yang pernah mengalami home-sick ? Home-sick adalah istilah kondisi psikologis para perantau yang begitu merindukan kampung halamannya. Rindu untuk pulang ke rumah. Lebih tepatnya, rindu pada suasana rumah. Memang, suasana rumah selalu memiliki daya tarik. Kita pernah menyaksikan ditelevisi, betapa gembiranya para karyawan/ karyawati sebuah perusahaan Jamu di Jakarta yang menyediakan puluhan armada bus gratis untuk pulang kampung sebelum lebaran tiba. Yang membahagiakan bukan hanya karena mereka bisa pulang gratis tetapi karena mereka akan merasakan kembali suasana rumah yang selalu mempesona bagi para perantau. Saudara-saudariku di dalam Tuhan Yesus Kristus,…… Bangsa Israel dalam penjajahan Asyur. Asyur adalah negara super power pada masa itu yang kekuasaannya mulai melemah. Kerajaan Babel dan beberapa kerajaan lainnya berkoalisi memberontak kepada Asyur sehingga membuat kerajaan Asyur melemah. Dalam keadaan demikian itulah, Kerajaan Yehuda yang dipimpin Raja Yosia dapat dengan leluasa melakukan reformasi iman di tanah Israel terutama sesudah ditemukan kembali Kitab Hukum di Bait Allah. Penyembahan berhala ditiadakan dan ritual kurban kepada Allah dilakukan kembali. Di mana-mana rakyat memperkatakan kitab Taurat dan mengajarkannya kepada anak-anak mereka. Tetapi setelah 30 tahun pemerintahan Yosia, Asyur dikalahkan oleh Babel sehingga Kerajaan Israel dan Kerajaan Yehuda berpindah penguasa penjajah dari Asyur kepada Babel. Mereka dibawa ke tanah Babilon…. Tanah pembuangan…. Negeri asing yang jauh dari kampung halaman dan rumah mereka. Mereka bekerja sebagai orang asing dan ditindas oleh penguasa penjajah. Mereka rindu untuk pulang ke negeri mereka sendiri. Kerinduan mereka begitu besar, terutama mayoritas mereka yang bekerja sebagai pekerja kasar yang tidak mendapatkan hasil/upah yang menjanjikan. Memang ada 132 beberapa orang tapi jumlahnya sedikit yang menjadi pegawai di Babel. Mereka lebih baik taraf hidupnya dibandingkan saudara sebangsanya. Tapi mereka semua merindukan tanah tumpah darah mereka. Maka datanglah firman Tuhan kepada Nabi Zefanya. “Tuhan akan menyingkirkan hukuman yang jatuh atas mereka. Tuhan akan menebas musuh Israel karena Tuhan berkenan menjadi Raja Israel.” Israel yang tidak memiliki raja seorang manusia akan memiliki Raja. Tuhan sendiri akan menjadi Raja atas Israel (ay 15). “Bersorak-sorailah, hai puteri Sion. Bertempiksoraklah, hai Israel! Bersukacitalah dan beria-rialah dengan segenap hati, hai puteri Yerusalem!” (ay 14). Tuhan akan menjadi Pahlawan bagi Israel. Dia akan memberi kemenangan. Malapetaka dan cela akan diangkat oleh Tuhan dan Israel akan bersorak-sorai. Semua terjadi karena Tuhan akan bertindak. Allah berpihak kepada Israel dan menyelamatkan mereka. Semua orang yang terpencar di seluruh bumi akan disatukan kembali. Rakyat Israel yang berada dalam pembuangan di negeri asing akan dibawa pulang…. Tuhan akan mengumpulkan mereka dan menjadikan bangsa Israel menjadi bangsa yang kenamaan dan menjadi kepujian di antara segala bangsa. Saudara-saudariku di dalam Tuhan Yesus Kristus,…… Tentu ada syarat-syarat yang harus dipenuhi dari pihak Israel. Nota perjanjian antara Allah dengan Israel mengandung prasyarat yang mengikat kedua belah pihak. Pertolongan Allah turun tatkala Israel memenuhi syarat yang diajukan Tuhan yaitu pertobatan. Israel harus bertobat bukan hanya dengan kata tetapi dengan segenap hati. Pertobatan meliputi diperbaharuinya hubungan mereka dengan Tuhan dan hubungan mereka dengan sesamanya. Apakah isi pertobatan tersebut ? Pertama, bibir yang bersih. Umat Israel harus menjaga bibirnya dari perkataan yang sembrono. Dalam hubungan mereka dengan Tuhan, mereka harus belajar untuk memanggil nama Tuhan. Menguduskan nama Tuhan. Beribadah hanya kepada Tuhan saja. Dalam kehidupan pergaulan dengan 133 sesama, mereka harus belajar tidak bicara bohong, menjauhi ucapan bibir yang menipu. (ay 9,13). Kedua, Israel menerima dengan sukacita karya pengampunan Tuhan atas kedurhakaan yang pernah mereka perbuat (ay 11). Ketiga, kesediaan Israel untuk memperbaharui hati mereka. Dalam hubungan dengan Tuhan, sikap bangga terhadap kecongkakan, meninggikan diri/ sombong harus diubah menjadi sikap yang rendah hati. Mereka harus belajar mencari perlindungan kepada Tuhan. Tidak mengandalkan kekuatan diri sendiri atau berharap kepada manusia. Waktunya bagi mereka untuk hanya berharap kepada Tuhan saja. Dalam hubungan mereka dengan sesamanya, bangsa Israel harus menunjukkan hati yang diperbaharui dengan mempresentasikan sifat kejujuran ganti kebohongan dan tidak lagi melakukan kelaliman. (ay 11,12,13). Saudara-saudariku di dalam Tuhan Yesus Kristus,…… Pada masa kini, kehidupan tidak selalu dalam keadaan nyaman tetapi tidak sedikit orang yang masih merasa terbelenggu oleh persoalan, kemiskinan, keterikatan, ketidakmerdekaan dalam hidup mereka. Meskipun bangsa Indonesia sudah lama merdeka, tetapi perasaan tertindas masih dialami oleh kaum minoritas di negeri ini terutama dalam hal melaksanakan peribadahan dengan bebas. Demikian pula persoalan ketersediaan lapangan pekerjaan bagi angkatan kerja masih belum juga ditemukan solusinya. Persoalan kemiskinan masih saja menjadi masalah klasik dan banyak orang terikat dalam budaya korupsi dari tingkat pejabat tinggi sampai pejabat rendahan yang memperburuk nasib rakyat kelas bawah. Bagaimana caranya agar negeri kita dipulihkan? Bagaimana solusinya agar kita merasakan kemerdekaan ditengah-tengah berbagai persoalan yang kita hadapi? Bagaimana jalan keluarnya sehingga sukacita dapat sungguh kita rasakan? Jalan keluarnya adalah: meminta Tuhan bertindak. Bila Tuhan menjadi Raja bagi Indonesia, maka akan ada 134 transformasi. Ketika rasa hormat dan takut akan Tuhan meningkat, maka pemulihan dari pihak Tuhan akan turun atas Indonesia. Demikian pula dalam lingkup yang lebih kecil yaitu keluarga. Bila keluarga kita memerlukan pemulihan dari Tuhan….. waktunya berseru kepada Tuhan. Bila bisnis kita hancur dan memerlukan campur tangan Tuhan,… waktunya untuk memanggil namaNya yang kudus. Bila Tuhan menjadi Raja…. Maka pemulihan akan terjadi. Tentu perubahan hati harus dinyatakan menyongsong Pertolongan Allah. Kita bertobat dengan kata dan dengan segenap hati. Pertobatan meliputi diperbaharuinya hubungan kita dengan Tuhan dan sesama. Pertama, Dalam hubungan kita dengan Tuhan, kuduskanlah nama Tuhan dalam hidup saudara. Beribadah dan belajarlah setia kepada Tuhan. Dalam pergaulan dengan sesama, jadilah sahabat yang baik bagi mereka. Kedua, bersedialah memperbaharui hati Saudara. Dalam hubungan dengan Tuhan, sikap bangga terhadap kecongkakan, meninggikan diri/ sombong harus diubah menjadi sikap yang rendah hati. Mari belajar untuk berlindung kepada Tuhan. Tidak mengandalkan kekuatan diri sendiri atau berharap kepada manusia. Waktunya untuk berharap kepada Tuhan saja. Dalam hubungan dengan sesamanya, mari tunjukkan hati yang diperbaharui dengan mempresentasikan sifat kejujuran ganti kebohongan dan tidak lagi melakukan kelaliman. Selamat menghayati Minggu Advent yang ketiga. Selamat menyambut pemulihan Allah dalam hidup kita dengan pertobatan. Yakinlah, bahwa selalu ada harapan di dalam Tuhan! Amin. (BNH) *** 135 RANCANGAN KOTBAH 23 Desember 2012 Minggu Adven 4; Warna Liturgi Ungu Bacaan : Mikha 5:1-5a BACAAN LEKSIONARI : Mikha 5:1-5a; Lukas 1:46b-55; Ibrani 10:5-10; Lukas 1:39-45. Thema: Jiwa Yang Memuliakan Allah Tujuan : Anggota jemaat memuliakan Allah dengan mempersiapkan kelahiran Tuhan Yesus ke dunia PENAFSIRAN TEKS/LATAR BELAKANG. Kitab Mikha ditulis oleh Nabi Mikha yang hidup pada zaman pemerintahan raja Yotam, Ahas dan Hizkia (Mikha 1:1). Nabi Mikha hidup sekitar tahun 735-700 sM dan bernubuat di Yerusalem sezaman dengan nabi Yesaya. Bedanya dengan Yesaya, Mikha adalah seorang petani kecil dari desa sedangkan Yesaya adalah seorang bangsawan, orang kepercayaan Raja dan negarawan. Latar belakang mereka berbeda tetapi keduanya berpegang pada perjanjian Allah dan membela iman Israel dengan penuh pengabdian. Walaupun Mikha bukanlah nabi profesional, tetapi Roh Tuhanlah yang memberikannya keberanian dan kekuatan untuk memberitakan FirmanNya dengan jelas dan tegas (Mikha 3:8) Kitab Mikha dapat digolongkan menjadi 3 bagian. Bagian pertama (Mikha 1-2), Bagian Kedua (Mikha 3-5), dan Bagian ketiga (Mikha 6-7). Setiap bagian terdiri dari kombinasi antara hukuman dan harapan. Bahan Bacaan kita kali ini adalah Mikha 5:1-5a. Bahan bacaan ini termasuk dalam bagian ke dua dan sub bagian tentang harapan mesianik. Sebelumnya, nabi Mikha mengecam para pemimpin yang jahat dan nabi palsu di Israel dan Yerusalem (pasal 3) dan kemudian menubuatkan tentang penghancuran Yerusalem (3:12). Namun kemudian, Nabi Mikha juga menubuatkan bahwa Tuhan tetap mengasihi umatNya dan bahkan berjanji akan kehadiran seorang Mesias yang akan lahir di Betlehem (5:1). Ia yang akan menggembalakan umat Tuhan dengan kekuatan Tuhan, Ia akan menjadi damai sejahtera hingga ke ujung bumi (5:3) dan ia akan mengalahkan 136 musuh-musuh Yehuda yaitu Asyur (5:4,5). Asyur adalah musuh utama umat Israel ketika Mikha bernubuat, dan Asyur ini melambangkan bangsa manapun yang menentang umat Allah. Jadi kejayaan Yehuda akan kembali bukan karena kekuatan fisik, tetapi karena pertolongan dari Tuhan yang akan memberikan raja Mesias ke tengah-tengah mereka sebagai pemimpin dan gembala sejati. KONTEKS MASA KINI Makna natal sekarang ini sering bergeser pada eforia dan perayaan meriah karena sang raja juru selamat telah lahir ke dunia. Tetapi seringkali kita lupa apa makna natal itu sendiri selain luapan kegembiraan. Mikha 5:1-5 ini menegaskan bahwa Kedatangan Mesias ke dunia ini, adalah tindakan cinta Allah kepada umatNya. Ia yang menjadi gembala sejati kita dan akan mengalahkan musuh-musuh kita. Tentu saja pada konteks masa kini, yang dimaksud dengan musuh bukanlah bangsa asing, tetapi segala bentuk penindasan, kejahatan dan keadaan yang tidak damai sejahtera. Jadi makna natal melalui perenungan Mikha 5:1-5a ini adalah lahirnya Sang Juruselamat yang akan menjadi gembala dalam hidup kita dan akan menuntun kita dari musuh-musuh kita yang berupa kejahatan dan penindasan. Kita sebagai umatNya diajak untuk berefleksi akan makna natal ini di tengah kondisi bangsa kita yang belum sejahtera ini. Ungkapan kebahagiaan akan natal adalah sesuatu yang wajar dan harus kita miliki, tetapi bagaimana caranya kita mempersiapkan natal itu sebagai cara kita untuk memuliakan Allah yang telah berkenan menjadi juruselamat dan gembala hidup kita itulah yang perlu kita renungkan dan lakukan. SARAN PENYUSUNAN KHOTBAH Pendahuluan Bukalah khotbah anda dengan menanyakan bagaimana perasaan jemaat sekarang ini karena hari raya natal akan segera tiba. Lalu dilanjutkan dengan persiapan-persiapan yang biasanya dipersiapkan orang untuk menyambut natal. Arahkan jemaat untuk melihat fenomena yang terjadi di antara umat yang terkadang melakukan persiapan perayaan yang meriah tapi 137 kurang mempersiapkan hatinya untuk benar-benar digembalakan oleh Sang Mesias. Sehingga natal malah bisa menjadi sumber malapetaka dan bukan damai sejahtera. Isi Sampaikan tafsiran teks dan juga pesan natal yang terkandung dalam teks tersebut bagi masa kini. Penutup Teguhkan jemaat untuk selalu memuliakan Tuhan dalam segala persiapan kita menyambut natal. UsulanAyat-ayat : Nats Pembimbing Berita Anugerah Nats Persembahan Usulan Lagu-Lagu 1. 2. 3. 4. 5. 6. : Amsal 6:6-11 : Mazmur 145:14-21 : Roma 12:6-8 : KJ. 85:1&10 PKJ. 72:1 KJ. 40:1-2 KJ. 120:1-3 KJ. 178:1 dst KJ. 350:1-3 *** 138 CONTOH KHOTBAH JADI Bapak, Ibu, Saudara/I yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, hari raya Natal yang selalu kita rindukan akan segera tiba. Bagaimana perasaan anda semua? Mungkin campur aduk ya.. ada yang senang, tetapi mungkin ada juga yang sedih. Saya pernah mendengar keluhan seseorang yang sangat sedih menghadapi hari Natal. Dia mengatakan bahwa saat ini dia tidak mempunyai cukup uang untuk menyambut hari Natal. Menurut ceritanya, banyak hal yang harus dia persiapkan, mulai dari kue-kue, lauk pauk yang layak untuk disuguhkan kepada tamu-tamu, dan juga “sangu”/uang untuk diberikan kepada anak-anak yang datang. Belum lagi untuk beli baju baru anak-anak, beli lampu natal, beli kursi baru, beli tirai baru dan masih banyak lagi. Karena merasa tidak bisa memenuhi semuanya orang ini merasa sangat sedih dan khawatir ketika hari Natal akan segera tiba. Setelah bapak dan ibu serta saudara/i mendengar cerita ini apa pendapat anda? Apakah cerita seperti ini juga sering kita jumpai dalam kehidupan ini, atau jangan-jangan ada juga yang saat ini mempunyai pikiran yang sama dengan cerita tadi. Ketika kita akan menyambut hari kelahiran Tuhan Yesus Kristus, tentunya kita ingin memberikan yang terbaik, agar tetangga-tetangga kita yang datang juga ikut merasakan suka-cita natal yang kita rasakan. Tetapi kadangkala, natal menjadi acara unjuk kehebatan kita untuk menunjukkan kesuksesan kita, kekayaan kita, kepandaian kita dalam membuat acara-acara yang meriah dan lain sebagainya. Semua suka cita yang kita rasakan dalam memperingati hari natal tentunya adalah sebuah hal yang patut kita punyai, bagaimana tidak, hari natal adalah hari kelahiran Tuhan Yesus ke dunia ini, Ia yang adalah Allah sendiri berkenan hadir ke dunia yang fana ini untuk menjadi juruselamat dan gembala kita. Tentu hal ini adalah hari yang sangat menggembirakan dalam hidup kita. Tetapi sayangnya, masih ada orang yang merasa terbeban untuk merayakan Natal atau terlalu berhura-hura unuk merayakan natal. Yang dipikirkan adalah persiapan secara lahiriah, bagaimana kita bisa menjamu tamutamu di hari natal, bagaimana gereja kita bisa terlihat hebat, bagaimana kita bisa tampil bagus dengan baju-baju baru dan sebagainya. Hal-hal lahiriah ini bila menjadi prioritas akan membuat kita menyimpang dari makna perayaan natal yang sejati. 139 Dalam Mikha 5:1-5a kita mendapat gambaran bahwa kelahiran sang Juruselamat, yaitu Sang Mesias sudah dinubuatkan sejak lama. Kedatangan Yesus Kristus sebagai Mesias adalah janji Tuhan untuk menyelamatkan umatNya. Di ayat 1, kita dapat melihat bahwa Sang Mesias akan dilahirkan di sebuah kota kecil yaitu Bethlehem. Dalam cerita-cerita Injil, kita juga mendapat gambaran bahwa Tuhan Yesus dilahirkan di kota ini dan Ia lahir dalam suasana kesederhanaan tetapi penuh makna. Maknanya adalah bahwa Sang Mesias yang telah dijanjikan itu bukan datang untuk dilayani dan dipamerkan tetapi untuk menjadi gembala yang sejati ditengah-tengah bangsaNya. Mikha 5:3-5 mengatakan bahwa Ia akan menjadi gembala kita, Ia akan memimpin kita dan akan mengalahkan musuh-musuh kita. Asyur yang menjadi musuh bangsa Israel ketika itu menjadi simbol “musuh” yang menekan hidup kita. Yang dimaksud dengan musuh dalam konteks masa kini tentunya bukanlah Negara lain atau agama lain. Musuh dalam konteks masa kini adalah kejahatan, penindasan, keadaan tidak damai sejahtera, semua yang bertentangan dengan nilai-nilai kasih dalam pemerintahan Allah. Natal yang sejati adalah kelahiran Sang Gembala, yaitu Yesus Kristus dalam kehidupan kita masing-masing. Dengan melahirkan Sang Gembala yang sejati dalam hidup kita, kita menjadi orangorang/domba-domba yang mau digembalakan, mau belajar untuk selalu mendengar suara dan pimpinanNya. Persiapan dalam menyambut natal adalah mempersiapkan hidup dan hati kita untuk diubahkan oleh Tuhan, maka Tuhan akan memampukan kita melawan musuh-musuh kita, yaitu keinginan kita untuk dipuji, keinginan kita untuk ditindas oleh harta dan pujian dari manusia. Dan masih banyak lagi musuh-musuh yang harus kita kalahkan, agar segala sesuatu yang kita kerjakan untuk mempersiapkan natal adalah untuk kemuliaan Tuhan. Jadi seharusnya natal membawa damai sejahtera dan bukan penindasan atau kesedihan ataupun juga kejahatan. Dan biarlah dalam segala hiruk pikuk kita mempersiapkan natal, kita selalu memuliakan Allah yang telah berkenan menjadi juruselamat dan gembala kita yang sejati, Amin. (Ningot) *** 140 RANCANGAN KOTBAH 25 Desember 2012 Minggu Natal ; Warna Liturgi Putih Bacaan : Yesaya 62:6-12 BACAAN LEKSIONARI : Yes. 62:6-12; Mzm. 97; Titus 3:4-7; Lukas 2:1-7, 8-20 Thema: SESUNGGUHNYA, KESELAMATANMU DATANG PEMBEBASAN DIKERJAKAN OLEHNYA! Tujuan: 1. Umat menghayati Natal sebagai Anugerah Indah dari Allah sendiri. 2. Umat memaknai kehidupannya masa kini dalam rangka mengusik dan membuat Allah tidak tenang – melalui kehidupan yang berkenan - sehingga Damai Sejahtera yang dijanjikan menjadi nyata dalam hidup bersama. Teks Yesaya 62:6-12 Secara khusus pasal ini merupakan nubuat dari Nabi Yesaya yang menyerukan kepada umat di pembuangan bahwa keselamatan Sion akan datang dengan segera. Pada ayat 6 diperlihatkan bagaimana Allah menempatkan pengintai yang bekerja sepanjang hari siang dan malam. Para pengintai ini cenderung mengarah kepada figur para nabi dan juga para pendoa syafaat. Dimana mereka bertugas secara khusus berjaga-jaga dan berdoa untuk mewujudkan janji Allah. Kata berjaga-jaga mungkin dekat dengan peronda malam yang selalu siap dengan datangnya pencuri, namun ini juga menunjukkan bahwa mereka mendorong umat untuk siap sedia dengan kehidupannya yang berkenan bagi kedatangan Allah! Juga sangat menarik bila kita melihat ayat 7: “… dan jangan biarkan Dia tinggal tenang sampai Ia menegakkan Yerusalem..” Ayat ini seolah-olah menekankan betapa kuatnya umat menagih janji kepada Allah. Ia ditagih sedemikian rupa sehingga Allah harus terusik dan tidak tenang sebelum mewujudkan janji tersebut. Ini menarik bahwa Allah dibuat sedemikian bosan dan segera bertindak! Segala sesuatu yang kita ketahui menjadi kehendak Allah, kita harus senantiasa berseru kepada-Nya dan "jangan biarkan Dia tinggal tenang" 141 sehingga Dia melaksanakan segala sesuatu yang dijanjikan-Nya. Yah…. Mungkin juga sebuah sikap perjuangan mewujudkan kehidupan yang lebih baik (syalom), sehingga Allah tidak tenang menjadi sesuatu yang positif. Pada ayat 8 – 9 Seruan moral sekaligus motivasi yang kuat dari nabi agar umat bangkit dan memasuki masa pemulihan serta kejayaan didasarkan pada janji Allah dengan sumpah dan kekuatanNya bahwa hasil kerja keras umat yang menanam gandum dan anggur hasilnya akan dinikmati sendiri. Tidak lagi dirampas dan dinikmati oleh pihak lawan/musuh. (Agaknya kita dapat membandingkan kondisi dan pengharapan umat sama dalam kontek Hagai yang berseru agar umat membangun Kenisah). Seruan nabi yang menubuatkan Yerusalem akan dipenuhi dengan kemuliaan dan kebenaran Allah, sehingga umat merasakan hidup dalam damai sejahteraNya berpuncak pada ayat 11 dimana keselamatan itu akan datang dengan hadirnya Mesias sebagai Tokoh Pembebas. Umat akan disebut sebagai bangsa kudus oleh karena tebusan Tuhan (ayat 12). Konteks Masa Kini Bila kita menghayati kehidupan masa sekarang ini maka akan kita lihat beberapa hal yang menonjol menjadi issu kuat yang sedang dihadapi umat dan masyarakat pada umumnya: 1. Paceklik terasa di mana-mana, khususnya sangat dirasakan oleh Kaum Tani dan buruh tani. 2. Kebijakan public yang dinilai tidak berpihak kepada rakyat, yang berdampak kepada mahalnya biaya hidup. 3. Rakyat semakin kritis untuk memperjuangkan hak-haknya membuat para pengambil kebijakan (sedikit) berhati-hati. 4. Gereja dengan caranya masing-masing telah menjalankan misi Allah dalam rangka mempersiapkan kehadiranNya untuk yang kedua kali. Ada yang kuat dalam ritual, ada yang kuat dalam refleksi, tetapi juga ada yang kuat dalam aksi. Tidak ada yang sempurna melakukan ketiganya, namun itu bagian dari hidup menggereja kita. 142 Kerangka Kotbah I. Pendahuluan Tanyakan kepada umat, kalau hari ini ada orang yang menawarkan hadiah dan kita boleh memilih apapun, hadiah apa yang umat minta. Tekankan, hanya boleh memilih 1 dan ungkapkan dalam hati sebagai doa. Biarkan sejenak umat mengungkapkan pilihannya, coba daftarkan dengan menebak beberapa hal yang menurut kita menjadi permohonan sesuai konteks hidup masa kini. Gunakan kalimat penghubung untuk masuk ke isi, (Hari ini, saat kita merayakan Natal Tuhan, kita juga diberikan kado yang istimewa, dan kado itu adalah seluruh permintaan bapak ibu dalam doa tadi, bila bapak ibu menerima kado Mesias yang datang). II. Isi 1. Hubungkan pendahuluan dengan bacaan leksionari. Rasul Paulus memberi makna Natal adalah karya penyelamatan berdasarkan pada kemurahan-Nya. Seperti yang tertulis dalam Titus 3:5-6: “pada waktu itu Dia menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmatNya oleh permandian kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus yang sudah dilimpahkanNya kepada kita oleh Yesus Kristus Juruselamat kita…” Allah yang berpihak kepada kerendahan. Melalui Injil Lukas 2:1-20 kita dapat kita telusuri bahwa semua berawal saat kaisar Agustus mengeluar-kan maklumat sensus dan itu berlaku untuk semua penduduk yang ada. Dengan kepatuhan, Yusuf dan Maria meninggalkan kota Nazaret di Galilea menuju ke Yudea untuk dicatat status kewargaannya. Dapat dibayangkan, Maria saat itu dalam keadaan mengandung, dan harus menempuh perjalanan panjang berjalan kaki berhari-hari. Sang Pemazmur menubuatkan suka cita besar yang di alami para gembala sebagai pemenuhan janji Allah. Hadirnya Sang Mesias yang datang dan memberi terang bagi umat (Mazmur 97 : 11). 143 Dalam nubuatan Yesaya keselamatan itu diserukan demikian: “…Sesungguhnya keselamatanmu datang, sesungguhnya, mereka yang menjadi upah jerih payahNya ada bersama-sama Dia, dan mereka yang diperoleh-Nya berjalan dihadapan-Nya, orang akan menyebut mereka bangsa kudus orang-orang tebusan Tuhan…” (Yesaya 62 : 11 – 12a). 2. Hubungkan teks dengan konteks masa kini. III. Penutup Tantang umat dengan pembebasan dari Allah. pengutusan mewujudkan Bacaan Alkitab: Nats Pembimbing Ibadah : Yohanes 3 : 16 - 17 Berita Anugerah : Roma 12 : 1 - 2 Persembahan : Matius 2 : 10 – 11 Tata Liturgi: Nyanyian Pembukaan (Jemaat Menyembah): PKJ.66 Nats Pembimbing (dibaca secara Litani) Nyanyian Pujian Jemaat : PKJ. 68 Berita Anugerah Nyanyian Kotbah Nyanyian Nyanyian Nyanyian Peneguhan : PKJ. 69 Responsoria PKJ. 72 Persembahan : PKJ. 149:1 DST. Penutup : PKJ. 178 *** 144 karya CONTOH KOTBAH JADI Ibu, bapak, saudara, serta anak-anak, para kekasih Allah, Kalau hari ini ada orang yang menawarkan hadiah dan kita boleh memilih apapun, hadiah apa yang saudara minta. Saudara sekalian hanya boleh minta satu hal saja, dan ungkapkan dalam hati sebagai doa. Mari bersama-sama kita mengungkapkan permohonan dalam hati……. (Biarkan sejenak umat mengungkapkan pilihannya, coba daftarkan dengan menebak beberapa hal yang menurut kita menjadi permohonan sesuai konteks hidup masa kini). Tentu apa yang kita mintakan pada Natal Tuhan sekarang ini berbeda-beda….. bagi kita yang memiliki anak jauh di rantau karena bekerja atau study dan mereka tidak dapat hadir dalam sukacita Natal ini, tentu ada permohonan khusus agar mereka juga bersukacita seperti kita di sini, Saudara-saudaraku, hari ini kita menerima kado terindah dari Tuhan dan ini diberikan dengan Cuma-Cuma. Hanya membutuhkan kesiapan hati untuk menerimanya lebih sungguh. Gambaran tentang kado sebagai pemberian secara Cuma-Cuma ini mengingatkan pada kasih Allah. Oleh karena kasih-Nya semata. Kado itu berupa Natal yang saat ini dirayakan oleh seluruh umat percaya di manapun mereka berada. Rasul Paulus memberi makna Natal adalah karya penyelamatan berdasarkan pada kemurahanNya. Seperti yang tertulis dalam Titus 3:5-6: “pada waktu itu Dia menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmatNya oleh permandian kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus yang sudah dilimpahkanNya kepada kita oleh Yesus Kristus Juruselamat kita…” Lalu bagaimana cara Allah menyelamatkan manusia berdosa itu? Melalui Injil Lukas 2:1-20 kita dapat menelusurinya. Semua berawal saat kaisar Agustus yang mengeluar-kan maklumat sensus dan itu berlaku untuk semua penduduk yang ada. Dengan kepatuhan, Yusuf dan Maria meninggalkan kota Nazaret di Galilea menuju ke Yudea untuk dicatat status kewargaannya. Dapat dibayangkan, Maria saat itu dalam keadaan mengandung, dan harus menempuh perjalanan panjang berjalan kaki berhari-hari. Kalau dipikir apa yang dikehendaki Allah sering bertolak belakang dengan keinginan manusia. Mengapa? Sebab yang terjadi dalam rancangan-Nya, sering berbeda dengan yang di inginkan manusia. 145 Peristiwa besar terjadi dalam kelahiran Raja di atas segala raja, diawali dengan berita kehamilan Maria oleh karena Roh Kudus. Bukan karena hubungan suami istri. (Luk 1 : 35). Kelahiran-Nya pun jauh dari kemeriahan. Mengalir begitu saja. Rasa-rasanya tidak pantas Yesus sebagai Juruselamat lahir dengan kondisi sedemikian menyedihkan. Semiskin-miskinnya manusia, mereka akan berusaha mempersiapkan yang terbaik bila mau melahirkan anaknya. Meskipun tidak harus di kamar VIP di Rumah Sakit, toh mereka dapat mencari kamar yang layak untuk kelahiran buah hati mereka. Itu yang selalu dipikirkan manusia. Ukuran yang senantiasa dipakai dalam hidup biasanya martabat. Semakin tinggi martabatnya, semakin tinggi tuntutan tunjangan dan fasilitasnya. Bukankah kita sering menyaksikan sendiri contoh konkrit yang terjadi dalam diri petinggi-petinggi disekitar kita. Apa yang mereka tuntut saat melaksanakan tugasnya? Mereka tidak segansegan menuntut mobil mewah sebagai kendaraan dinas supaya terlihat berwibawa. Dalam hal kesehatan, mereka minta asuransi dengan fasilitas kamar VIP bila dirawat dirumah sakit. Belum lagi tunjangan lain yang harus dipenuhi dengan alasan mendukung keperluan tugasnya. Tunjangan yang aduhai dan menyedot uang puluhan juta rupiah. Kondisi itu sangat kontras bila dibanding dengan bayi Yesus pada saat lahir. Injil Lukas 2: 6-7 mencatat demikian “…Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin dan ia melahirkan seorang anak laki-laki dst…”. Dapat kita bayangkan dalam sebuah kandang Yesus dilahirkan disana. Tentu Maria masih dalam kondisi letih setelah berhari-hari berjalan kaki menempuh perjalanan dari Nazaret menuju ke Yudea. Kandang itu belum sempat ditata sedemikian rupa menjadi tempat penginapan yang nyaman. Aroma tak sedap dari kotoran hewan masih tersisa disekitarnya. Belum lagi ceceran dedak bercampur rumput berserakan di tanah dikerumuni lalat menambah kotornya kandang itu. Jauh dari kebersihan dan standar kesehatan. Inilah yang terjadi dalam bayi Yesus yang dilahirkan. Apakah kelahiran di kandang itu hanya untuk sekedar sensasi, sehingga ada perasaan iba dari pihak lain? Rupanya tidak demikian. Solidaritas Allah di dalam karya penyelamatan berpihak pada mereka yang terpinggirkan. Di sini kita melihat bahwa tidak 146 selama-lamanya orang yang terpinggirkan luput dari perhatian Allah. Dalam sisi lain Maria yang melahirkan bayi Yesus di kandang, dikaitkan dengan mereka para gembala yang di padang, sebagai pihak yang mewakili kaum marginal, kaum terpinggirkan dalam kalangan masyarakat Yahudi, mendapat kehormatan menjadi saksi kelahiran Yesus. Peristiwa itu terjadi melalui perjumpaan para gembala dengan malaikat. Diiringi pujian bergema tentang kemuliaan yang mahatinggi terjadi sebuah relasi penyelamatan dan pemulihan dari Allah kepada manusia. Sang Pemazmur menubuatkan suka cita besar yang di alami para gembala sebagai pemenuhan janji Allah. Hadirnya Sang Mesias yang datang dan memberi terang bagi umat (Mazmur 97 : 11). Begitu malaikat sorga meninggalkannya, para gembala segera mencari apa yang telah didengarnya. Tanda-tanda ajaib yang diterima itu benar-benar ditemukan para gembala Bayi terbungkus lampin dan terbaring dalam palungan yang nantinya akan menjadi Juruselamat dunia. Semua bergembira, dan ketika para gembala menceriterakan pengalaman luar biasanya, mereka bersukacita dan penuh keheranan. Inilah cara Allah yang menyelamatkan manusia oleh karena kasih-Nya. Jemaat yang dikasih oleh Tuhan Yesus, Hari ini kita merayakan Natal yang kita imani sebagai kado istimewa dari Allah. Sebagai orang yang telah ditebus kita dapat dan menikmati karya penyelamatan-Nya. Dalam nubuatan Yesaya keselamatan itu diserukan demikian: “…Sesungguhnya keselamatanmu datang, sesungguhnya, mereka yang menjadi upah jerih payahNya ada bersama-sama Dia, dan mereka yang diperoleh-Nya berjalan dihadapan-Nya, orang akan menyebut mereka bangsa kudus orang-orang tebusan Tuhan…” (Yesaya 62 : 11 – 12a). Dengan datangnya Sang Mesias yang telah menjadi manusia, sukacita itu dapat kita nikmati. Sukacita itu akan berpuncak pada kedatangan-Nya yang kedua kali, yakni saat Tuhan Yesus mengadili orang yang hidup dan yang mati. Umat tebusannya akan merasakan kedamaian dan sejahtera di dalam tembok-tembok anugerah-Nya. Pada ayat 6 diperlihatkan bagaimana Allah menempatkan pengintai yang bekerja sepanjang hari siang dan malam. Para pengintai ini cenderung mengarah kepada figur para nabi dan juga para pendoa syafaat. Dimana mereka bertugas secara khusus 147 berjaga-jaga dan berdoa untuk mewujudkan janji Allah. Kata berjaga-jaga mungkin dekat dengan peronda malam yang selalu siap dengan datangnya pencuri, namun ini juga menunjukkan bahwa mereka mendorong umat untuk siap sedia dengan kehidupannya yang berkenan bagi kedatangan Allah! Juga sangat menarik bila kita melihat ayat 7: “… dan jangan biarkan Dia tinggal tenang sampai Ia menegakkan Yerusalem..” Ayat ini seolah-olah menekankan betapa kuatnya umat menagih janji kepada Allah. Ia ditagih sedemikian rupa sehingga Allah harus terusik dan tidak tenang sebelum mewujudkan janji tersebut.Ini menarik bahwa Allah dibuat sedemikian bosan dan segera bertindak! Segala sesuatu yang kita ketahui menjadi kehendak Allah, kita harus senantiasa berseru kepada-Nya dan “jangan biarkan Dia tinggal tenang” sehingga Dia melaksanakan segala sesuatu yang dijanjikan-Nya. Yah…. Mungkin juga sebuah sikap perjuangan mewujudkan kehidupan yang lebih baik (syalom), sehingga ungkapan Allah “tidak tenang” menjadi sesuatu yang positif. Ibu, bapak dan saudara, para kekasih Allah, Natal tahun ini kita diliputi suasana politik yang tidak menentu. Para wakil rakyat berusaha keras untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat dengan memperjuangkan kebijakan publik yang berpihak kepada rakyat. Namun hal itu menjadi dilematis ketika rakyat dan infra struktur pendukung kebijakan itu belum siap. Kebijakan public yang dinilai tidak berpihak kepada rakyat, berdampak kepada mahalnya biaya hidup seperti sekarang ini, misalnya dalam rangka menerapkan subsidi hanya untuk orang miskin, Pemerintah mencoba mengambil solusi dengan menaikkan harga BBM. Dampaknya ternyata justru kaum miskin yang paling berat menanggungnya. Lalu apa makna Natal bagi kita dalam konteks atau situasi ini….. Saudara-saudaraku, belajar dari sukacita Natal itu, mengajar kita untuk mewujudkan diri dalam pembaharuan setelah ditebus oleh Allah. Pertama: Menjadi kado Natal yang istimewa, kado bagi Allah, yang telah menyerahkan anak tunggal-Nya agar kita memper-oleh keselamatan. Hal itu dapat kita wujudkan dengan memberikan diri sebagai persembahan yang hidup yang kudus dan berkenan kepada 148 Allah. Menjadi kado natal bagi sesama berarti melakukan karya pembebasan sebagaimana yang dilakukan oleh Allah. Menjadi kado natal yang indah berarti siap menjalani pengutusan untuk melakukan karya pembebasan dalam kehidupan bersama. Ada banyak kondisi kehidupan yang menunjukkan bahwa belenggu penindasan masih nyata dengan penguasaan ekonomi, pengambilan kebijakan yang didominasi oleh kepentingan segelintir orang, dst. Kedua: Untuk sesama kita, mari dengan jujur kita bertanya pada diri kita masing-masing: Sudahkah kita menjadi kado yang terbaik bagi anak-anak kita, suami/istri kita dan sahabat/relasi kita? Sehingga mereka merasakan suka-cita dan gembira dengan kehadiran kita ditengah-tengah mereka? Di manapun dan dalam kondisi apapun. Itulah cara kita setelah menerima kado istimewa dari Allah. Mau berbagi melalui kerelaan diri menjadi kado bagi Allah dan sesama kita. Selamat Natal. Ketiga, dengan sikap hidup yang memperjuangkan pembebasan untuk mewujudkan hidup berkeadilan, mari kita buat Allah tidak tenang dan segera mewujudkan damai sejahtera dalam hidup nyata di tengah bangsa yang sedang mencari dan mencari kehidupan yang diberkati. Kiranya sukacita Natal memampukan kita melakukannya, Tuhan memberkati. Amin. Keempat, bila kita mencoba melihat peran Gereja, maka kita temukan bahwa Gereja dengan caranya masing-masing telah menjalankan misi Allah dalam rangka mempersiapkan kehadiranNya untuk yang kedua kali. Ada yang kuat dalam ritual, ada yang kuat dalam refleksi, tetapi juga ada yang kuat dalam aksi. Tidak ada yang sempurna melakukan ketiganya, namun itu bagian dari hidup menggereja kita. *** 149 RANCANGAN KOTBAH 30 Desember 2012 Minggu Pertama Setelah Natal Warna Liturgi Putih Bacaan : Lukas 2: 41-52 BACAAN LEKSIONARI : I Sam. 2:18-20,26; Mzm.248 Kol.3:12-17; Lukas 2:41-52 Thema: BERTUMBUH DALAM KASIH KARUNIA TUHAN Tujuan: 1. Jemaat memperhatikan kebutuhan rohani sang anak. 2. Jemaat memiliki minat yang besar pada pertumbuhan rohaninya dan pada pengenalan akan Tuhan. PENGANTAR Pertumbuhan Yesus hingga remaja tidak lepas dari peran Yusuf dan Maria selaku “orang tua”Nya. Pada Luk. 2:21 dijelaskan bahwa ketika berusia 8 hari Yesus dibawa Yusuf dan Maria ke Yesrusalem untuk disunatkan dan diserahkan kepada Tuhan. Dalam Lukas 2:41-42 kembali diinformasikan bahwa ketika Yesus berusia 12 tahun, Yusuf dan Maria membawa Yesus ke Yerusalem untuk merayakan Paskah. Dalam usia 13 tahun, seorang remaja Israel dianggap sudah dwasa dalam ketentuanketentuan agama. Mereka mempunyai tanggung jawab penuh untuk mentaati seluruh hukum Taurat dan disebut sebagai “Anak Taurat”. Perjalanan dari Galilea ke Yerusalem memakan waktu 4-5 hari, sedangkan perayaan Paskah itu sendiri dilaksanakan selama 7 hari. Biasanya perjalanan panjang itu dilaksanakan secara berombongan dan arak-arakan, Dengan demikian perjalanan dan perayaan Paskah itu merupakan sarana bersosialisasi. Dalam robongan itu kepeduliaan dan keakraban dibangun secara alamiah. Di Yerusalem, kemungkinan besar Yesus dan orang tuanya menginap di penginapan. 150 PENJELASAN TEKS Ayat 41-42: Mulai umur 12 tahun semua anak Yahudi wajib mengikuti upacara agama. Pada usia itu mereka diresmikan masuk dunia orang dewasa dalam sebuah upacara inisiasi. Dapat diperkirakan bahwa Yesus menerima upacara ini di Bait Allah di Yerusalem sebelum perayaan Paskah. Baru setelah ikut upacara itu, seorang anak dapat ikut serta penuh dalam perayaan Paskah. Ia juga boleh diterima dalam sekolah Taurat. Orang Yahudi beranggapan bahwa tiap anak mempunyai tiga guru utama. Yang pertama ialah ibunya sendiri. Dialah yang membesarkannya dari lahir hingga disapih. Setelah itu peran pendidik diambil alih ayahnya hingga ana itu memasuki masa pubertas pada usia 12-13 tahun. Pada usia itu seorang anak mulai masuk dunia orang dewasa dan wajib belajar hidup mengikuti ajaran Taurat. Kini gurunya ialah Taurat sendiri. Maka itu, pada umur-umur itu seorang anak diinisiasi dengan upacara sebagai “Bar Mitwah”. Ungkapan Aram ini artinya “anak ajaran Taurat”, maksudnya hidup yang diarahkan untuk menghayati Taurat. Hingga hari ini di kalangan orang Yahudi, “Bar Mitwah” adalah pesta terbesar bagi anak-anak dan orang tua mereka. Ayat 43: Setelah dinyatakan sebagai “Bar Mitwah”, Yesus dapat ikut mendalami Taurat dan karena itu ia tinggal di Bait Allah bertanya jawab dengan para ahli agama. Di Bait Allah ada kelompok-kelompok sekolah Taurat. Ada kemungkinan Yesus berpindah-pindah mengikuti pelajaran dari kelompok satu ke kelompok berikutnya sehingga terpisah dari orang tuanya. Yusuf dan Maria sendiri kiranya juga sibuk berbicara dengan para orang tua lain dan kenalan disitu. Ayat 44-46: Yusuf dan Maria menyangka Yesus ada diantara orangorang seperjalanan mereka. Orang tua Yesus sudah jauh meninggalkan Yerusalem pulang menuju Nazaret yang letaknya 150-an km di utara. Ketika menyadari Yesus tidak ada dalam rombongan, mereka terpaksa kembali ke Yerusalem. Perjalanan berangkat dari Yerusalem dan kembali kesana katakan saja memakan waktu 2 siang hari. Hari berikutnya yakni hari ketiga, mereka menemukannya di bait Allah. Ia menikmati duduk-duduk dengan alim ulama, bercakap-cakap dengan mereka dan mengajukan berbagai pertanyaan. 151 Ayat 47: Semua orang yang disitu tercengang dan kagum akan kecerdasan Yesus. Ayat 48: Ketika menemukan Yesus, hal itu sangat mengejutkan hati orang tuaNya, sebab kebiasaan itu tidak mungkin dilakukan oleh seorang remaja. Maria beranggapan bahwa apa yang dilakukan Tuhan Yesus itu tidak sepantasnya. Ayat 49: Disitu juga pertama kalinya dalam Injil Lukas ditampilkan Yesus berbicara. PerkataanNya menjadi titik tolak untuk mulai mengenal siapa Dia itu. Ia merasa wajib menyibukkan diri dengan perkara-perkara BapaNya. Dan mulai saat itu kehidupanNya memang terpusat kesana. Yesus ditampilkan sebagai orang yang mulai dewasa dengan menyadari bahwa hidupNya itu demi urusanurusan BapaNya. Dan komitmen ini dijalaniNya terus sampai akhir, sampai di kayu salib nanti. Dia sebenarnya mau mengatakan kepada orang tuaNya bahwa sesungguhnya tidak perlu cemas dan mencari Da kemana sampai berhari-hari. Sesungguhnya sebagai orang tua, Yusuf dan Maria seharusnya tahu kemana Yesus akan pergi bila terpisah dari orang tuaNya, yaitu Bait Allah. Bukan saja karena tempat itu adalah tempat dimana Kristus berada dalam “rumah BapaKu”, tapi sebenarnya juga menunjukkan apa yang menjadi kesukaan Yesus yang muda itu. Ayat 50-51: Semuanya tidak terduga dan tidak dapat dipahami begitu saja akan ucapan Yesus. Sementara bagi Maria, ia hanya menyimpan perkara tersebut dalam hatinya. “Menyimpan dalam hati” artinya mempergumulkan dan merenungkan. Namun sebagai anak, Yesus menuruti perintah orang tuaNya untuk kembali ke Nazaret. Ayat 52: Ini cara menggambarkan orang yang hidup bagi kepentingan Tuhan dan manusia. Mirip dengan yang dikatakan mengenai Samuel dalam 1 Samuel 2:26. Akan tetapi, Lukas menambah satu unsure lain yakni “hikmat”. Gagasan ini menunjukkan pada pengalaman hidup yang mengajar orang makin peka memahami kebutuhan orang. Yang membuat orang solider dengan sesama. Dia yang sudah jadi “anaknya ajaran Taurat” dapat menghayatinya dengan hikmat. Ajaran agama menjadi hidup, tak mandek sebatas kewajiban dan larangan melulu. Dia itu Taurat hidup yang dikirim Bapa kepada umat manusia. 152 KONTEKS MASA KINI 1. Masih banyak orang tua Kristen yang mengabaikan pentingnya kerohanian anak. 2. Semakin sedikit orang muda menaruh minat terhadap kebanaran-kebenaran Firman Tuhan. 3. Masih banyak orang Kristen kurang memiliki minat bahkan kerinduan yang besar untuk membicarakan, mendiskusikan dan mempelajari kebenaran Firman Tuhan. SARAN PENYUSUNAN KOTBAH Pendahuluan Kotbah diawali dengan menjelaskan tentang manusia adalah makhluk multidimensional. Multidimensional artinya manusia tidak hanya terdiri dari tubuh saja namun juga jiwa dan roh. Manusia yang berkembang sempurna adalah dikala semua segi kehidupannya mendapat perhatian. Isi Kotbah Pengkotbah masuk pada bagian isi dengan menyampaikan secara singkat peristiwa tertinggalnya Yesus di Bait Allah dan upaya pencarian Yesus oleh Yusuf dan Maria. (Pengkotbah pada saat melakukan persiapan dapat menambahkan pesan teologis yang ditemuinya untuk semakin memperkaya pemahaman tentang bagian Firman Tuhan ini). Aplikasinya: Pengkotbah dapat mengungkapkan bahwa sekarang minat anak mudah untyk belajar tentang kehidupan beiman sudah semakin berkurang. Contohnya: Katekisasi hanya sekedar memenuhi syarat, dan contoh lain dapat ditemukan sendiri oleh Pengkotbah. Penutup : Kotbah diakhiri dengan ajakan dan himbauan agar jemaat memiliki kerinduan untuk mengenal kehendak Tuhan melalui berbagai kesempatan belajar. *** 153 CONTOH KOTBAH JADI Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Sudah lama disadari bahwa manusia adalah makhluk multidimensional. Ia tidak hanya terdiri dari tubuh saja, namun juga memiliki tubuh atau roh. Manusia yang berkembang sempurna adalah manusia yang berkembang dalam semua segi kehidupannya, baik segi yang jasmani maupun yang rohani. Secara naluriah, orang tua akan memberikan perhatian pada petumbuhan jasmani anaknya. Mereka memberikan anaknya makan dan menjaga kesehatannya. Kebutuhan makanan sangat diutamakan, karena tanpa makanan si ana tidak akan bertahan hidup. Kebutuhan yang sifatnya rohani, orang tua memberi kasih sayang, perhatian, juga termasuk di dalamnya pendidikan. Pendidikan diberikan agar si anak memiliki ilmu dan kepandaian untuk bertahan hidup dan berkembang di kemudian hari. Para penyelenggara pendidikan juga sangat sadar, bahwa pendidikan manusia harus menyangkut semua aspek diri manusia, sehingga semua aspek tadi harus dikembangkan, yakni aspek kognitif, afektif, dan aspek psikomotorik. Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, Seringkali tanpa benar-benar dihayati, pendidikan yang kita (keluarga, sekolah) berikan hanya bertujuan mengembangkan kecerdasan intelektual anak. Orang tua dan pihak sekolah bangga dan puas apabila anak memilikipengetahuan yang banyak dan berotak cerdas. Apalagi kalau sekolahnya lulus 100% (entah murni atau tidak). Anak akan dihargai dan menerima pujian karena ia pandai. Kita lupa bahwa bukan hanya itu yang dibutuhkan anak untuk berhasil dalam hidupnya di kemudian hari. Beberapa watu belakangan ini muncul pula pengetahuan baru tentang adanya bermacam-macam kecerdasan yang lain, yang tidak kalah pentingnya bagi manusia. Ita mengenal adanya Kecerdasan Emosional (EQ), dan juga Kecerdasan Spritual (SQ) atau gabungan dari keduanya. Kecerdasan Emosional meliputi kemampuan seseorang untuk mengelola perasaan-perasaannya, yang sangat penting dalam menjalin relasi dengan orang 154 lain.Sedangkan Kecerdasan Spiritual membuat orang mampu menyadari makna hidupnya. Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, Masa remaja Yesus amatlah sederhana. Ia dididik Yusuf dan Maria untuk melakukan hal-hal biasa. Yusuf dan isterinya selalu mengikuti perayaan Paskah di Yerusalem. Yesus pun diikutkan bersama. Dalam perjalanan kembali ke kota Nazaret ketika Paskah usai, Yusuf dan Maria kehilangan Yesus. Mereka mencarinya, ternyata Ia ditemukan sedang bercakap-cakap dengan pemuka agama Yahudi. Hal itu sangat mengejutkan hati orang tuaNya, sebab kebiasaan itu tidak mungkin dilakukan oleh seorang remaja. Dalam perjumpaan dengan orangtuaNya itu, Yesus berkata : “Aku harus berada dalam rumah BapaKu.: (ayat 49) Sepintas mungkinkita akan berpikir bahwa Yesus tidak mengerti kegelisahan orang tuaNya yang sudah tiga hari mencari-cari anaknya yang hilang. Dan tidak menghargai kekuatiran mereka. Yesus sebenarnya mau mengatakan kepada orang tuaNya bahwa sesungguhnya tidak perlu cemas dan mencari Dia kemana-mana sampai berhari-hari. Sesungguhnya sebagai orang tua, Yusuf dan Maria seharusnya tahu kemana Yesus akan pergi apabila terpisah dari orang tuaNya, yaitu Bait Allah. Bukan saja karena tempat itu adalah tempat dimana Kristus berada dalam “rumah BapaKu” , tapi sebenarnya juga menunjukkan apa yang menjadi kesukaan Yesus yang masih belia itu. Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, Sekalipin Yusuf dan Maria terkejut mendengar jawaban anaknya, Yusuf dan Maria tidak memahami maksud ucapan Yesus itu. Sementara bagi Maria, ia hanya menyimpan perkara tersebut dalam hatinya, “Menyimpan dalam hati” artinya menggumulkan dan merenungkan. Namun sebagai anak, Yesus menuruti perintah orang-tuaNya untuk kembali ke Nazaret bersama mereka. Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, Bagi anak berusia 12 tahun, meninggalkan rumah bisa berarti keluar dari zona nyaman. Ia dituntut untuk beradaptasi dan menempatkan diri secara tepat di tngah lingkungan yang baru. Dinamika pergaulan dan kehidupan sosial seperti itu 155 berpengaruh pada cara Yesus memperlakukan dan menghargai sesamanya. Yesus makin dikasihi manusia (ayat 52). Pernyataan ini menunjukkan kualitas pertumbuhan aspek sosial Yesus. Akhirnya buah dari pembinaan diri ini secara bertahap, menyeluruh, dan berkesinambungan dalam diri Yesus diformulasikan penulis Injil Lukas dalam kalimat : “Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmatNya dan besarNya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia. (Luk. 2: 52). Bertambah besarNya, bertambah hikmatNya, dan makin dikasihi Allah dan manusia adalah bahasa lain dari bertumbuh secara utuh dan menjadi berkat. Yesus bertumbuh secara fisik, pikiran, perasaan, dan kerohanianNya hingga menjadi pribadi yang utuh dan dewasa. Itulah buah dari sebuah proses pembentukan diri yang dilakukan sejak dini, bertahap dan berkelanjutan. Yesus menjelma menjadi pribadi yang penuh charisma, penuh integritas, dan menjadi berkat bagi Tuhan dan manusia. Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, Kecintaan Yesus terhadap kegiatan di Bait Allah sudah terlihat sejak kecil. Bukan hanya disebabkan Yesus itu anak Allah tetapi juga orang tua yang mendukung dalam mengikutsertakan Yesus dalam kegiatan agama sangat membantu. Pembinaan dan pendidikan yang dilakukan oleh Yusuf dan Maria menunjang terlaksananya rencana Allah yang harus dikerjakan anakNya itu. Belajar dari pengalaman Yusuf dan Maria, tiap orang tua Kristen turut mendorong dan mendukung kegiatan anak/remaja dalam hal iman, seperti mengikuti ibadah anak/remaja, PA keluarga,dan Ibadah Minggu. Hal ini akan membantu anak menumbuhkan rasa cinta kasih kepada Allah serta menangkal pengaruh-pengaruh negatif dari perkembangan masyarakat dalam kehidupan anak/remaja. Marilah tiap orang tua mengisi sambil membangun masa depan anaknya berdasarkan teladan yang diberikan Yusuf dan Maria. Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, Saat ini, semakin sedikit orang muda menaruh minat terhadap kebenaran-kebenaran firman Tuhan. Mengapa demikian? Karena memang ketertarikan orang muda di jaman ini lebih kepada dirinya sendiri. Jaman ini telah menuntun orang muda untuk mengeksploitasi dirinya sendiri. Orang muda senang 156 mempertontonkan dirinya sendiri, baik pikiran, perasaan, dan penampilannya. Minat yang besar terhadap diri sendiri membuat orang muda hidup dalam hedonism dan narsisme. Akhirnya sudah menjadi masalah klasik bahwa kelas-kelas atekisasi, Pemahaman Alkitab semakin sepi, kelompok-kelompok kecil tidak lagi bersemangat, acara-acara pembinaan di gereja tidak lagi diminati, padahal ciri khas seorang yang memiliki pertumbuhan rohani adalah minat yang besar juga dalam belajar akan kebenaran firman Tuhan, senag mendiskusikannya, dan nyaman membicarakannya berlama-lama. Kristus di Bait Allah menunjukkan kasih yang besar terhadap Allah, ada kesukaan tersendiri buat Yesus untuk berdiskusi tentang BapaNya dengan para alim ulama itu. Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, Bagaimana dengan kita? Apakah kita juga memiliki keinginan bahkan kerinduan yang besar untuk membicarakan, mendiskusikan, dan mempelajari kebenaran firman Tuhan? Orang yang memiliki semangat yang besar kepada Allah adalah orang yang memiliki kerinduan. Rindu itu suatu rasa yang ajaib. Ada hal-hal yang besar yang bisa dilakukan oleh seseorang kalau dia merindukan sesuatu. Jadi rindu itu membuat terjadinya suatu dorongan yang besar di dalam diri kita untuk melakukan sesuatu. Orang Kristen seharusnya memiliki rasa rindu kepada Tuhan, sehingga dia menaruh keinginan yang besar pada pertumbuhan rohaninya dan pada pengenalan akan Tuhan. Pola inilah yang ditunjukkan oleh Yesus dari cerita yang sederhana tentang diriNya yang hilang di Yerusalem. Tuhan memberkati. AMIN. Nats Pembimbing : Kolose 3 : 16-17 Berita Anugerah : 1 Korintus 1 : 30-31 Nats Persembahan : 1 Tawarikh 29 : 14 Lagu-lagu : 1. KJ. 14 2. KJ. 240a 3. KJ. 178 4. KJ. 356 5. KJ. 288 6. KJ. 408 157 RANCANGAN KOTBAH 31 Desember 2012 Minggu Tutup Tahun ; Warna Liturgi Putih Bacaan : Yohanes 8:12-19 BACAAN LEKSIONARI : 1 Raja-Raja 3:5-14; Yohanes 8:12-19 Thema: Hidup Dalam Terang Tujuan : Agar jemaat sungguh-sungguh meyakini bahwa Yesus adalah Terang Kehidupan dan jemaat berani menjadi saksi dari Terang itu. Pengantar Dalam pasal ini tidak ditulis tentang tanda-tanda yang dibuat Yesus,tetapi Ia meneruskan pengajaran mengenai diriNya sebagai Terang Dunia. Menurut Hukum Taurat, kesaksian yang didasarkan pada dua orang dianggap sah. Kesaksian Tuhan Yesus tentang diriNya sebagai Terang Dunia dan Klaim-Nya bahwa Allah Bapa yang mengutus diri-Nya inilah yang menyebabkan kebencian orang Farisi kepada-Nya semakin menjadi-jadi. TAFSIRAN SINGKAT Perkataan Yesus tentang Terang Dunia diucapkan pada hari pertama sesudah hari raya Pondok Daun di dalam ruangan untuk wanita di Bait Allah. Disitu terdapat peti-peti emas untuk uang persembahan. Selama hari raya Pondok Daun diletakkan beberapa kaki pelita dekat peti-peti itu yang mengingatkan orang Yahudi kepada tiang awan dan tiang api di atas Kemah ketika mereka dipadang gurun. Ketika Yesus berkata-kata, lilinnya tidak dipasang. Pada waktu itu Yesus berkata,”Akulah Terang Dunia” ,yakni Terang Dunia untuk orang Yahudi maupun bangsa asing(Yes 49:6). Perkataan itu mengejutkan orang-orang Farisi dan mereka menantang Yesus. Perkataan Yesus, ”Akulah Terang Dunia”, meneguhkan perkataan Yohanes, “Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia”(Yoh 1:4). Mungkin Tuhan Yesus mengingatkan mereka akan tiang awan dan tiang api di atas Kemah ketika Ia berkata demikian. Orang yang mengikut Terang Dunia itu tidak 158 akan berjalan didalam gelap,melainkan mendapat terang hidup yang memimpinnya ke surga seperti tiang awan dan tiang api telah memimpin bangsa Israel ke tanah perjanjian. Orang Farisi berkata kepada Yesus,”Engkau bersaksi tentang diri-Mu, kesaksian-Mu tidak benar”(Yoh 8:13). Dalam Yoh 5:31 Yesus mengaku bahwa perlu saksi-saksi lain tentang diri-Nya. Lalu Ia memberikan kesaksian Yohanes Pembabtis, Bapa-Nya, Perbuatan-Nya, Alkitab dan Khususnya kesaksian Musa. Tetapi jikalau Yesus menyaksikan tentang diri-Nya, maka benarlah juga kesaksian itu, sebab Ia mengetahui hal-hal yang tidak diketahui oleh mereka. Ia bersaksi tentang diri-Nya dengan kebenaran. Mereka menghakimi hanya menurut apa yang nampak. Terang Dunia itu tidak memerlukan saksi, sebab terang menyatakan dirinya. Yesus menyebutkan pula dari Taurat mereka, bahwa kesaksian dua oranglah yang benar. Yesus mengaku bahwa jikalau Ia dan Bapa-Nya membuat kesaksian, maka benarlah perkataan-Nya. Kelak Yesus akan menghakimi manusia, tetapi pada waktu ini Ia adalah Terang manusia agar tidak seorangpun berjalan didalam kegelapan. Mereka tidak menerima kesaksian Yesus, lalu meminta Yesus menunjukkan Bapa itu kepada mereka. Pada lain peristiwa, Filipus, murid Yesus, meminta hal yang serupa. Jawaban Yesus sama,”Jikalau sekiranya kamu mengenal Aku, kamu mengenal juga Bapa-Ku (Yoh 8:19) dan kepada Filipus,”Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa”(Yoh 14:9). Karena mereka tidak mengenal Allah Bapa, mereka tidak mengenal Kristus. Yesus mengetahui bahwa Ia datang dari surga dan akan kembali ke surga. PENJELASAN TEKS Perayaan Pondok Daun mengingatkan Umat Israel saat mereka melewati padang gurun dan dipimpin Tuhan melalui tiang awan pada siang hari. Kegelapan malam tenggelam oleh kehadiran-Nya dalam tiang api. Kini Tuhan Yesus mengklaim diri bukan hanya terang bagi umat Israel, tetapi bagi seisi dunia yang adalah milik-Nya (12). Siapa percaya dan mengikut Dia, akan memiliki hidup sejati 159 Klaim ini segera dibantah oleh orang-orang Farisi dengan menuduh-Nya bersaksi palsu (13). Mereka menyerang balik Tuhan Yesus dengan perkataan-Nya sendiri, bahwa kesaksian diri sendiri tidak sah (lih.5:31). Namun, kesaksian Tuhan Yesus benar adanya karena hubungan-Nya dengan Allah Bapa: Ia berasal dari Allah Bapa dan akan pergi kembali kepada-Nya (8:14a), bahkan Allah Bapa juga bersama dengan Tuhan Yesus (16). Dengan demikian tuduhan mereka salah karena mereka tidak mengenal Dia(14b) dan mencoba menilai Dia secara manusia (15). Tuhan Yesus mengklaim kesaksian diri-Nya sah menurut Hukum Taurat yang mengharuskan dua saksi (17; lih. Ul. 17:6) karena Dia adalah saksi yang benar, demikian juga Allah Bapa (Yoh 8:18). Klaim Tuhan Yesus sebagai Terang Dunia dan Klaim-Nya akan hubungan yang khusus dengan Allah Bapa saling berkaitan . Dia bersama-sama dengan Allah Bapa dan Dia adalah Allah; Dalam Dia ada hidup dan hidup itu terang manusia (ps.1:1-4). Klaim ini tidak mungkin dimengerti oleh manusia berdosa, kecuali ia menerima dan percaya kepada Tuhan Yesus (8:19b). Karena orang-orang Farisi ini menolak percaya kepada Tuhan Yesus, maka mereka tetap tinggal dalam kegelapan dosadosa mereka. Mereka buta terhadap kebenaran Allah. Demikian juga banyak orang yang menolak pemberitaan Injil Yesus Kristus akan tetap tinggal dalam dosa-dosa mereka karena mereka menolak kebenaran Ilahi. Terang memang tidak disukai oleh orang-orang gelap, karena terang membongkar kejahatan mereka dan menaruh mereka di bawah penghakiman Allah. KONTEKS MASA KINI 1. Perilaku manusia masa kini yang mengarah pada pergaulan bebas, egoisme, individualisme,materialisme, narkoba dan banyaknya tindak kriminalitas 2. Banyak orang menolak Yesus sebagai Juruselamat dan Terang Dunia 3. Tidak semua orang kristen menyadari dirinya sebagai pembawa terang ditengah.-tengah dunia. 160 SARAN PENYUSUNAN KHOTBAH Pembukaan Gunakan ilustrasi yang sesuai dengan isi khotbah yang akan disampaikan, misalnya ilustrasi yang menggambarkan bagaimana perasaan kita ketika berada dalam suatu ruangan gelap kemudian muncul seberkas cahaya. Isi Khotbah Wartakan bahwa Kristus adalah Terang Dunia. Jelaskan pengertian dan manfaat Terang dan seperti apa kehidupan dalam Terang itu. Ajak jemaat untuk menyadari bahwa mereka adalah anak-anak Terang serta berani mewujudnyatakan Terang itu dalam kehidupan sehari-hari Penutup Ajak jemaat untuk mengevaluasi diri, apakah sikap dan perbuatan mereka sehari-hari sudah memberi teladan yang baik bagi orang lain sebagai pancaran Terang Kristus. Usulan ayat-ayat dan lagu-lagu Nats Pembimbing : Matius 5: 16 Berita Anugerah : 2 Tesalonika 2:16-17 Nats Persembahan : 2 Korintus 8:12 PKJ No. 4:1-2 PKJ 2 (2x) PKJ 15 PKJ 146:1-2 PKJ 185 Contoh Khotbah jadi Saudara-saudara yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, Saya mengajak kita semua untuk membayangkan bagaimana perasaan kita ketika kita berada pada suatu ruangan di malam hari tanpa ada cahaya lampu/lilin yang menerangi? Tentu semuanya gelap bukan? Tidak ada sesuatu yang nampak oleh 161 mata kita atau semuanya hanya sebatas remang-remang, tidak jelas. Mungkin kita tidak tahu dari arah mana kita harus masuk ataupun keluar dari tempat itu. Kita tidak tahu ditempat itu ada apa atau siapa, karena semuanya serba gelap. Yang pasti kita merasa tidak nyaman dan kitapun tidak dapat berbuat apa-apa atau sebatas meraba-raba oleh karena kegelapan itu. Tetapi ketika ada seberkas cahaya lilin yang dibawa masuk untuk menerangi tempat itu, maka semuanya jadi nampak jelas. Kitapun bisa melihat situasi dan kondisi tempat tersebut, yang pada akhirnya dapat membuat kita merasa nyaman dan juga membuat kita dapat melakukan sesuatu. Jemaat yang dikasihi Tuhan, Dalam bacaan kita hari ini, diceritakan tentang bagaimana Tuhan Yesus menyatakan diri dihadapan orang banyak bahwa Diri-Nya adalah Terang Dunia, Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak,kata-Nya”Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku,ia tidak akan berjalan dalam kegelapan,melainkan ia akan mempunyai terang hidup.(ay 12). Kesaksian Yesus ini sangat mengejutkan orang-orang Farisi dan menyatakan bahwa kesaksian Yesus itu tidak benar, sebab begitu beraninya Yesus mengatakan tentang diri-Nya sendiri, sementara menurut hukum Taurat, bahwa kesaksian dua orang barulah dianggap sah. Hal ini menyebabkan perdebatan antara Yesus dan orangorang Farisi,(13-19). Bapak,Ibu saudara yang dikasihi Tuhan, Memang tidak mudah untuk meyakinkan orang lain tentang suatu kebenaran. Namun kita adalah orang-orang yang sudah ditebus dan dibahaharui oleh Yesus, kita harus selalu meyakini bahwa setiap ucapan Yesus itu adalah ucapan kebenaran. Ketika Yesus mengatakan bahwa Ia adalah terang dunia, maka kita harus benar-benar mengimani hal tersebut. Sebab kita ini bukan lagi hidup dalam kegelapan, tetapi sudah hidup dalam terang. Jadi semuanya sudah nampak jelas, Ketika kita hidup dalam dalam terang, maka tidak ada lagi hal yang rahasia dan tersembunyi,semuanya tersingkap. Kita jadi mengetahui jalan mana yang harus kita tempuh, langkah apa yang harus diambil, demi sesuatu yang terbaik bagi kehidupan kita semua. Ketika kita hidup dalam terang, maka tentunya kita dapat melihat 162 kebenaran yang telah dinyatakan Allah melalui anank-Nya Yesus Kristus. Jadi segala pikiran, perkataan dan perbuatan baik buruknya seseorang tidak ada yang tersembunyai dihadapan Allah. Tentu kita juga harus selalu menyambut dan meresponi terang itu. Dengan selalu berusaha untuk hidup sesuai dengan firman Tuhan yang menjadi pedoman hidup kita. Kita mempunyai misi untuk meneruskan dan memancarkan terang Kristus itu kepada semua orang dan kita harus yakin serta berani bahwa kita mampu melakukannya. Sebagai contoh, dalam dunia pekerjaan kita sehari-hari, ketika kita bekerja sebagai pedagang, jadilah pedagang yang baik dan jujur, jadilah petani yang tekun bekerja, jadiah karyawan yang rajin dan disiplin, jadilan pemimpin yang bisa menjadi teladan bagi anak buahnya dan masih banyak lagi contoh yang lainnya. Intinya kita harus dapat menjadi teladan yang baik bagi orang-orang yang kita jumpai dimanapun dan pada saat kapanpun. Lakukanlah kehendak Tuhan dalam seluruh segi kehidupan kita, Bukan tidak mungkin bahwa ketika kita melakukan hal-hal yang baik seturut kehendak Tuhan, orang lain yang melihat akan memuliakan Bapa disurga. Dengan demikian saudaraku semua, kita perlu menyadari bahwa betapa pentingnya kita harus selalu hidup dalam terang Kristus, supaya kita bisa berbuat sesuatu demi kemuliaan nama Tuhan. Akhirnya, kepada jemaat yang terkasih dalam Tuhan, Marilah kita mengoreksi dan bertanya pada diri kita masingmasing. Sudahkah saya hidup seturut firman Tuhan? Sudahkah saya menampakkan terang itu kepada orang lain? sudahkan saya menjadi teladan hidup bagi orang lain? Seperti Lilin yang memancar di tengah kegelapan, demikian juga Yesus yang sudah menyatakan diri-Nya adalah Terang Dunia bagi semua orang, demikian jugalah kita setiap orang yang percaya kepada-Nya harus memancarkan dan meneruskan terang itu kepada semua orang. Terpujilah nama Tuhan, Amin. (Yus) 163 SAPTA PRASETYA PENDETA GKSBS Hasil Konven Pendeta GKSBS tahun 2007 Kami Pendeta Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan dalam Konferensi Pendeta GKSBS Tahun 2007 di Metro, mengakui bahwa Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Oleh karena itu, adalah penting memandang dunia dengan cara Allah memandang dan berupaya bersikap baik, mengalahkan kejahatan dengan kebaikan, dan menumbuhkan pengharapan dalam keputusasaan. Kami Pendeta Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan menyadari perlunya membangun persahabatan dengan semua pihak. Menempatkan jemaat setempat dan konteks masyarakatnya sebagai praksis belajar sungguh-sungguh untuk mengembangkan spiritualitas, kepemimpinan yang melayani dan managerial dalam diri setiap orang. Kami Pendeta Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan bertekad membangun jemaat selaras dengan identitas gereja yang mencitrakan diri sebagai Hamba Allah yang setia, bersama para pihak menghargai kearifan lokal serta berpihak pada mereka yang miskin dan tertindas. Kami Pendeta Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan memandang diri sebagai SAHABAT bagi semua pihak, yang membangkitkan pengharapan dan senantiasa berupaya membangun relasi yang sinergis dengan semua komponen masyarakat serta membangun iklim dimana setiap orang dihargai dan menjadi subjek atas pembangunan kehidupan bersama yang lebih baik. Kami Pendeta Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan bertekad mewujudkan nilai akuntabilitas dan transparansi dalam menjalankan organisasi jemaat, klasis dan sinode Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan, sehingga Gereja dipercaya dan partisipasi semua pihak semakin meluas dalam menjalankan misi Allah. Kami Pendeta Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan bertekad menghargai dan melaksanakan setiap keputusan yang telah ditetapkan bersama, demi mempertahankan keutuhan dan kebersamaan Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan. Kami Pendeta Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan sepakat dalam solidaritas dan kebersamaan untuk mewujudkan kehidupan yang layak bagi 164esame pendeta agar dapat melaksanakan tugas pelayanan dengan sepenuh hati. 164