BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Anestesi

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Anestesi merupakan bagian penting dari proses operasi pembedahan pada
hewan. Anestesi berfungsi untuk mematikan sementara syaraf dari hewan ketika
operasi atau pembedahan agar hewan tidak merasakan sakit sehingga prinsip
animal welfare terpenuhi (Seymour and Novakovski, 2007). Anestetika akan
berikatan dengan darah di dalam tubuh, dimana darah terdiri dari komponen
seluler dan komponen cairan. Komponen seluler terdiri darieritrosit (sel darah
merah), leukosit (sel darah putih), dan platelet atau trombosit(keping darah).
Komponen cairan dalam darahantara lain adalah plasma yang terdiri dari 91%92% air dan 8%-9%larutan protein, lipid dan elektrolit (Deldar et al, 1998).
Beberapa dampak dapat ditimbulkan ketika anestesi, baik anestesi
perenteral maupun anestesi inhalasi, salah satunya adalah dehidrasi dan shock.
Shock adalah keadaan gangguan metabolik yang ditandai dengan kegagalan
sistem sirkulasi untuk mempertahankan perfusi oksigen ke dalam sel. Dampak
lain yang timbul dari anestesi adalah dehidrasi, hewan yang dianestesi akan
mengalami dehidrasi cairan ekstraseluler dan intraseluler. Dehidrasi ini akan
menyebabkan naiknya kadar total protein plasma dalam darah (Welsh, 2009).
Total protein plasma (TPP) adalah jumlah total dari protein yang terdapat
dalam darah. Protein plasma terdiri dari albumin (60%), globulin (18%), dan
sisanya protein-protein lain. Protein plasma sangat penting karena fungsinya di
dalam tubuh, yaitu sebagai sumber asam amino untuk jaringan, mengatur tekanan
osmotik, sebagai buffer dalam kondisi asam-basa, transportasi molekul dan ion,
mengatur hemostasis, regulasi respon radang, dan sebagai resistensi terhadap
infeksi (Feldman et al, 2000; Guyton and Hall, 2008).
Penggunaan induksi dari ketamin dalam anestesi mengakibatkan terjadinya
hipertonisitas otot yang berdampak hilangnya air plasma dan menginisiasi
turunnya kadar natrium plasma sehingga terjadi dehidrasi. Dehidrasi merupakan
salah satu faktor yang dapat menaikkan kadar total protein plasma. Isofluran
dalam dosis tertentu dapat mempercepat filtrasi pada ginjal, yang berefek
memperburuk dehidrasi yang ditimbulkan oleh ketamin sehingga mempengaruhi
naiknya kadar total protein plasma (Cornick-Seahorn, 2001;Welsh, 2009).
Naiknya kadar total protein plasma yang menimbulkan kondisi
hiperalbuminemia dan hipergloobulinemia mengindikasikan adanya trauma,
infeksi, atau inflamasi. Turunnya kadar total protein plasma yang menimbulkan
kondisi hipoalbuminemia dan hipoglobulinemia mengindikasikan adanya
malnutrisi
dan
malabsorpsi
cairan
yang
apabila
berkepanjangan
akan
menimbulkan berpindahnya cairan ke dalam interstitial dan terjadi acites
(Latimer, 2011).
Fungsi yang kompleks tersebut membuat kadar total protein plasma perlu
diperiksa untuk mengetahui kondisi umum dari hewan sebelum, selama, dan
sesudah dianestesi menggunakan isofluran dengan induksi ketamin-xylasin
maupun tanpa induksi.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat ada atau tidaknya
perubahan dan perbedaan kadar total protein plasma dalam darah pada anjing
yang telah diberi anestetika gas isofluran dengan induksi ketamin-xylasin dan
tanpa induksi.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi parameter tingkat keamanan
anestesi gas isofluran yang diinduksi ketamin-xylasin dan tanpa induksi, serta
dapat menjadi sarana informasi tentang anestesi dan dampaknya terhadap protein
plasma.
Download