I. 1.1. PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu sektor yang berperan penting terhadap perekonomian nasional adalah sektor pertanian. Sektor ini menyerap sekitar 44,47% dari keseluruhan tenaga kerja Indonesia. Pada tahun 2006, sektor ini menyumbang 13% PDB nasional (Daryanto 2007), dan mencapai peningkatan pertumbuhan tertinggi dari Triwulan II 2009 ke Triwulan III 2009, yaitu sebesar 7,3% (Badan Pusat Statistik 2009). Dari tahun 2004 hingga 2008, sektor pertanian berhasil meningkatkan produksi padi dari 54,1 juta ton GKG pada tahun 2004 menjadi 60,3 juta ton GKG pada 2008 atau meningkat rata-rata 2,8% per tahun, bahkan laju peningkatan produksi padi tahun 2006-2008 mencapai 5,2% per tahun. Kenaikan produksi ini menjadikan Indonesia kembali berswasembada beras pada tahun 2008. Selain padi, produksi jagung dan kedelai juga mengalami peningkatan masing-masing sebesar 9,5% dan 3,14% per tahun (Ditjen Tanaman Pangan 2009; Apryantono et al. 2009). Namun demikian, sektor pertanian terutama tanaman pangan pada umumnya paling rentan terhadap keragaman dan perubahan iklim (Stern et al. 2006) sehingga upaya adaptasi sangat diperlukan. Kerentanan sektor pertanian terhadap perubahan iklim dapat didefinisikan sebagai tingkat kekurangberdayaan sistem usaha tani dalam mempertahankan dan menyelamatkan tingkat produktivitasnya secara optimal dalam menghadapi cekaman iklim (Tim Roadmap Sektor Pertanian 2010). Pada dasarnya kerentanan bersifat dinamis sejalan dengan kehandalan teknologi, kondisi sosial-ekonomi, sumberdaya alam dan lingkungan. Kerentanan dipengaruhi oleh tingkat keterpaparan (exposure) terhadap bahaya dan tingkat sensitivitas adaptif. Hal lain yang berkaitan dengan kerentanan adalah dampak yang ditimbulkan yang mungkin terjadi. Dampak adalah tingkat kondisi kerugian, baik secara fisik, produk, maupun secara sosial dan ekonomi yang disebabkan oleh cekaman perubahan iklim (Tim Roadmap Sektor Pertanian 2010). Di Indonesia, kejadian akibat cekaman perubahan iklim yang mengakibatkan kondisi iklim ekstrim umumnya dipengaruhi oleh kejadian ENSO (El-Nino Southern Oscillation). Kejadian El-Nino (periode hangat ENSO) secara signifikan dapat mengurangi curah hujan pada musim kemarau. Selama periode La-Nina, curah hujan meningkat secara signifikan. Akibatnya, selama periode El- 2 Nino musim kemarau akan terjadi lebih panjang dibandingkan pada tahun-tahun normal, dan sebaliknya selama La-Nina, musim kemarau akan berakhir lebih cepat. Keeratan hubungan antara ENSO dan variabilitas iklim di Indonesia terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia, kecuali pada sebagian wilayah Sumatera (Boer et al. 2011). Pengaruh yang kuat terjadi di sebagian besar wilayah Kalimantan, Sulawesi dan sebagian Jawa, Nusa Tenggara dan Papua (Gambar 1.1). Gambar 1.1. Rata-rata luas areal tanam musim kemarau yang dipengaruhi oleh kekeringan pada tahun-tahun El-Nino (Boer et al. 2011). Fenomena ENSO memungkinkan terjadinya fluktuasi Produksi padi di Indonesia (Naylor 2007, Boer et al. 2011). Kejadian El-Nino dapat menjadi pemicu penurunan produksi padi, akibat penambahan luas areal tanam yang mengalami kekeringan dan puso. Mundurnya awal musim hujan dapat menyebabkan mundurnya pertanaman kedua. Pertanaman kedua inilah yang rentan mengalami kekeringan. Pada periode 1989-2010 untuk tingkat nasional, akumulasi luas tanaman padi yang dilanda kekeringan berkisar antara 117 ribu sampai dengan 1,1 juta ha dan puso 8 ribu sampai dengan 263 ribu ha (Direktorat Perlindungan Tanaman 2011), terutama pada tahun-tahun El Nino. Tingkat kerentanan pertanaman padi di suatu wilayah, tergantung pada tingkat kesiapan wilayah tersebut dalam menghadapi bencana. Dengan melakukan antisipasi yang baik dari semua sektor terkait, akan membantu petani dalam mengeliminir kerugian yang mungkin terjadi, karena sosialisasi yang baik terhadap petani dalam menyesuaikan kegiatan pertanamannya akan memberikan dampak yang signifikan, sejauh aplikasi yang dilakukan petani dalam merespon 3 informasi yang disampaikan. Oleh karena itu, penjadwalan tanam dengan memperhitungkan kemungkinan kejadian iklim ekstrim yang tertuang dalam suatu kalender tanam merupakan salah satu solusi. Manfaat dari kalender tanam adalah untuk memandu petani dalam menyesuaikan waktu dan pola tanam, mengingat pentingnya jadwal penanaman, mulai dari masa persiapan tanah, penanaman hingga panen. Dalam mengintegrasikan dan menganalisis berbagai faktor atau informasi penting dalam pelaksanaan strategi budidaya tanaman padi dalam kaitannya dengan perubahan dan keragaman iklim, diperlukan suatu kemasan pemodelan. Model tersebut merupakan gambaran pada kondisi bagaimana suatu informasi iklim dan budidaya yang diaplikasikan dapat dikatakan memiliki risiko gangguan iklim terendah secara sosial ekonomi. Pemodelan yang dimaksud merupakan suatu pemodelan risiko iklim dengan mengukur fungsi utilitas yang dikaitkan dengan strategi teknologi budidaya dalam hubungannya dengan produktivitas padi, yang dikuantifikasi berdasarkan komponen-komponen sistem informasi dan kalender tanam serta analisis sosial ekonomi dalam hubungannya dengan produktivitas tanaman. Dalam penyusunan model utilitas tersebut digunakan sistem inferensi fuzzy. Informasi iklim yang dikeluarkan lembaga-lembaga penelitian dalam kaitannya untuk peningkatan produktivitas tanaman padi sudah banyak dilakukan. Salah satu informasi penting dalam kaitan dengan penjadwalan penanaman petani adalah kalender tanam. Informasi kalender tanam tanaman pangan secara nasional sudah mulai disusun oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian sejak tahun 2007. Produk kalender tanam yang sudah dihasilkan adalah Peta Kalender Tanam Tanaman Pangan 1:1.000.000 dan Atlas Kalender Tanam Tanaman Pangan 1:250.000 untuk Pulau Jawa (Las et al. 2007), Pulau Sumatera (Las et al. 2008), Pulau Kalimantan (Las et al. 2009a), Pulau Sulawesi (Las et al. 2009b), dan wilayah Indonesia timur yang meliputi tujuh provinsi (Bali, Maluku Utara, Maluku, NTB, NTT, Papua dan Papua Barat), (Las et al. 2010). Adapun manfaat dari kalender tanam adalah untuk memandu petani dalam menyesuaikan waktu dan pola tanam, mengingat pentingnya jadwal penanaman, mulai dari masa persiapan tanah, penanaman, dan panen. Informasi kalender tanam yang dibuat oleh Kementerian Pertanian tersebut mengembangkan kalender tanam untuk tahun kering, normal dan basah (Las et al. 4 2007). Kalender tanam yang sudah dikembangkan saat ini membagi tiga bentuk pola tanam rekomendasi pada tahun ENSO dan tahun normal, namun belum memperhatikan sifat (intensitas dan lama siklus) dari fenomena tersebut. Output yang dihasilkan berupa Atlas waktu tanam yang terbagi ke dalam empat skenario, yaitu existing petani, waktu tanam tahun Normal, waktu tanam tahun La-Nina dan tahun El-Nino. Data yang digunakan merupakan data rata-rata historis jangka panjang. Kalender tanam ini mulai tahun 2011, diupdate setahun tiga kali, dan pada perkembangannya menyertakan juga hasil prakiraan musim BMKG. Sejalan dengan itu, tahun 2007 Boer et al. juga melakukan riset terkait kalender tanam yang disebut sebagai kalender pertanian. Kalender tanam yang dihasilkan sudah lebih bersifat dinamik, karena sudah memasukkan hasil prakiraan musim, sebagai alat bantu pengambilan keputusan. Kalender tanam yang dihasilkan menggunakan Bayesian network dan decision network. Dalam Decision Network (DN), keputusan pemilihan pola ditetapkan berdasarkan informasi iklim dan informasi lainnya yang diperoleh sebelum keputusan dibuat (Buono et al. 2010). Informasi dimaksud diantaranya adalah indeks ENSO yang dapat digunakan sebagai indikator tentang kemungkinan perubahan awal masuk musim hujan, prakiraan panjang musim hujan atau sifat hujan pada musim tanam. Hal itu sejalan dengan pendapat Lo et al. (2007) dan Robertson et a.l (2009) yang menyatakan bahwa awal musim serta kekuatan dan durasi dari musim hujan merupakan karakteristik kunci dari keragaman hujan dan berkaitan dengan kuat pada keragaman pola ENSO. Decision yang dihasilkan oleh Boer et al. (2007) baru mencakup waktu tanam. Oleh karena itu, untuk mengembangkan kalender tanam yang sudah dihasilkan, dilakukan penelitian dengan menambah decision yang dikeluarkan. Decision network yang dihasilkan menggunakan suatu pemodelan risiko iklim dengan mengukur fungsi utility sebagai pendekatannya. Pemodelan tersebut dikaitkan dengan strategi teknologi budidaya dalam hubungannya dengan produktivitas padi, yang dikuantifikasi berdasarkan komponen-komponen sistem informasi dan kalender tanam dalam hubungannya dengan produktivitas tanaman. Sehingga decision yang dihasilkan, tidak saja menyangkut waktu tanam, tetapi juga sudah memasukkan pilihan pupuk, irigasi dan varietas. Mengingat pemilihan pupuk, varietas maupun penggunaan irigasi akan memberikan produksi yang berbeda pada tanaman. Disamping itu, juga dilakukan analisis keuntungan dan 5 kerugian yang dijabarkan melalui penggunaan Sistem Inferensi Fuzzy yang digabung dengan hasil simulasi DSSAT (Decision Support System for Agrotechnology Transfer) (Jones et al. 2003), sehingga berdasarkan pilihan kombinasi pada decision, dapat diketahui keuntungan atau kerugian akibat pemilihan salah jenis teknologi tersebut. Adapun tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengembangkan kalender tanam dinamik sebagai alat bantu pengambil keputusan dalam menyusun strategi pertanaman yang dapat meminimalkan risiko iklim tetapi di sisi lain akan meningkatkan keuntungan ekonomi. Penelitian ini dimaksudkan untuk mencari pola alternatif tanam ideal yang menguntungkan secara ekonomi ditinjau dari kombinasi teknologi budidaya padi (pupuk, irigasi, varietas) pada suatu usaha tani pada suatu musim tertentu yang memberi produksi maksimal dengan tingkat kerugian yang minimal dengan menggunakan fungsi utilitas. 1.2. Perumusan Masalah / Kerangka Pemikiran Keragaman hasil tanaman semusim di Indonesia sangat berkaitan erat dengan keragaman curah hujan. Bahkan pada kondisi iklim ekstrim, produksi pertanian terutama tanaman pangan sangat terpengaruh. Sektor pertanian, terutama subsektor tanaman pangan, paling rentan terhadap perubahan iklim terkait tiga faktor utama, yaitu biofisik, genetik, dan manajemen. Hal ini disebabkan karena tanaman pangan umumnya merupakan tanaman semusim yang relatif sensitif terhadap cekaman, teutama cekaman (kelebihan dan kekurangan) air. Secara teknis, kerentanan sangat berhubungan dengan sistem penggunaan lahan dan sifat tanah, pola tanam, teknologi pengelolaan tanah, air, dan tanaman, serta varietas tanaman (Las et al. 2008). Tiga faktor utama yang terkait dengan perubahan iklim global, yang berdampak terhadap sektor pertanian adalah: (1) perubahan pola hujan dan iklim ekstrim (banjir dan kekeringan), (2) peningkatan suhu udara, dan (3) peningkatan muka laut. Awal masuk, lama dan sifat musim yang merupakan kunci dalam menentukan keragaman hasil tanaman, sangat dipengaruhi oleh fenomena global seperti ENSO, IOD dan lainnya (Lo et al. 2007; Robertson et al. 2009). Mundurnya awal musim hujan akan menggeser pola dan rotasi tanaman yang menyebabkan risiko tanaman kedua terkena kekeringan meningkat. Sementara 6 peningkatan hujan yang signifikan sampai jauh di atas normal pada musim hujan juga berpotensi menimbulkan banjir. Untuk mengantisipasi kondisi tersebut, perlu diupayakan teknologi budidaya adaptif, sehingga dapat mengurangi dampak dari kejadian iklim ekstrim. Teknologi budidaya adaptif terhadap iklim ekstrim juga sudah dilakukan oleh petani. Dalam kaitan ini, teknologi budidaya adaptif tersebut juga dipilah berdasarkan hasil simulasi DSSAT yang digunakan untuk evaluasi dampak keragaman iklim dan keragaman hasil tanaman pada berbagai teknologi budidaya. Selanjutnya teknologi budidaya adaptif tersebut dievaluasi kelayakannya secara ekonomi, baik teknologi adaptif yang sudah maupun yang belum digunakan petani. Dalam menghubungkan keragaman iklim dan teknologi budidaya tanaman, dilakukan penyusunan model utilitas (fungsi risiko) dengan menggunakan system inferensi fuzzy (fuzzy inference system). 1.3. Tujuan Penelitian 1. Melakukan evaluasi dampak keragaman iklim terhadap keragaman produksi tanaman yang dapat meminimumkan dampak negatif keragaman iklim. 2. Melakukan evaluasi dampak keragaman iklim terhadap kelayakan ekonomi teknologi budidaya untuk penanggulangan risiko iklim. 3. Menyusun state of the art pengembangan kalender tanam dinamik di Indonesia untuk pengelolaan risiko iklim. 4. Menyusun Decision Network yang dioptimasi dengan sistem inferensi fuzzy (Fuzzy Inference System) untuk penyusunan kalender tanam dinamik. 5. Melakukan evaluasi pemanfaatan model kalender tanam dinamik untuk pengelolaan risiko iklim. 1.4. Keluaran Penelitian 1. Informasi dampak keragaman iklim terhadap keragaman hasil tanaman serta teknologi-teknologi budidaya terpilih untuk meminimumkan dampak negatif keragaman iklim. 2. Informasi teknologi-teknologi budidaya terpilih yang layak secara ekonomi untuk meminimumkan dampak negatif keragaman iklim. 7 3. State of the art pengembangan kalender tanam dinamik di Indonesia untuk pengelolaan risiko iklim. 4. Informasi Decision Network yang dioptimasi dengan sistem inferensi fuzzy (Fuzzy Inference System) untuk penyusunan kalender tanam dinamik. 5. Informasi hasil evaluasi pemanfaatan model kalender tanam dinamik untuk pengelolaan risiko iklim. 1.5. Manfaat Penelitian Kalender tanam dinamik merupakan pengembangan alat bantu pengambilan keputusan yang diharapkan dapat membantu otoritas lokal untuk mengevaluasi dan menilai tingkat risiko pengambilan keputusan tertentu pada musim tanam tertentu berdasarkan prakiraan iklim yang diberikan. Dengan demikian dapat membantu dalam mempersiapkan manajemen potensi risiko iklim ke depan dan membantu petani untuk memperkirakan waktu tanam yang sesuai dengan kondisi iklim, dan diharapkan dapat memperkecil potensi risiko iklim pada musim tertentu. 1.6. Kebaruan (Novelty) Model fungsi utilitas dengan menggunakan sistem inferensi fuzzy yang menghubungkan keragaman iklim dengan alternatif teknologi budidaya tanaman dengan menggunakan DSSAT sebagai tool, untuk diperoleh pilihan teknologi dengan tingkat risiko iklim minimum, atau memiliki nilai ekonomis yang terbaik. Mengintegrasikan data dan interpretasi SST Nino4, varietas, pemupukan, Irigasi, dan penggunaan bahan organik, yang digunakan sebagai input untuk menghasilkan opsi-opsi teknologi dan kelayakan ekonomi teknologi dalam penyusunan kalender tanam. 1.7. Sistematika Penulisan Penulisan disertasi ini direncanakan terdiri atas 9 Bab. Secara khusus Bab 1 membahas tentang latar belakang penyusunan kalender tanam yang didasarkan kepada sektoral roadmap tentang kebijakan pemerintah, perumusan masalah yang mendasari penelitian, tujuan, keluaran, manfaat, kebaruan penelitian dan sistematika penulisan. Bab 2 berupa tinjauan pustaka yang memaparkan sintesis dari penelitian yang berkaitan dengan lokasi penelitian, keragaman iklim, 8 Roadmap Sektor Pertanian, ENSO dan kaitannya dengan musim hujan dan kekeringan, fungsi utilitas, sistem inferensi fuzzy, kalender tanam, Bayesian dan Decision Network dan mengenai model simulasi yang digunakan. Bab 3 membahas mengenai dampak keragaman iklim terhadap produksi padi, dikaitkan dengan sistem budidaya dan teknologi adaptasi serta penggunaan simulasi DSSAT, sebagai tool untuk menilai teknologi terpilih. Bab 4 membahas mengenai tinjauan kelayakan ekonomi pada teknologi budidaya. Bab 5 menguraikan state of the art pengembangan kalender tanam dinamik di Indonesia. Bab 6 menjelaskan mengenai model fungsi risiko atau fungsi utilitas dalam bencana kekeringan dengan menggunakan sistem inferensi fuzzy (Fuzzy Inference System) untuk optimasi decision network dalam pengembangan kalender tanam dinamik. Bab 7 membahas mengenai pemanfaatan kalender tanam dinamik. Bab 8 menjelaskan mengenai potensi dan kendala penerapan kalender tanam serta kebijakan terkait. Bab 8 tersebut merupakan pembahasan menyeluruh dari bab 3 hingga bab 7. Simpulan dan saran disajikan pada Bab 9. Keterkaitan antar Bab secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 1.2 dan 1.3. 9 Data Seri Iklim Data Sifat Genetis Data Tanah Teknologi Budidaya Data ENSO Data Sifat Musim Bab III DSSAT (Evaluasi dampak keragaman iklim dan keragaman hasil tanaman) Bab IV Bab V Bab VI Bab VII Data biayabiaya, harga, hasil tanaman Evaluasi Kelayakan Ekonomi State of the art Kalender Tanam Dinamik Sistem Inferensi Fuzzy untuk Decision Network dalam pengembangan Kalender Tanam Dinamik Pemanfaatan Kalender Tanam Dinamik Gambar 1.2. Kerangka penelitian Data Riil Observasi 10 Bab I. PENDAHULUAN Bab II. Sintesis Permasalahan Pengelolaan Risiko Iklim untuk Sistem Usaha Tani Berbasis Padi melalui Pemanfaatan Kalender Tanam Dinamik Bab III. Keragaman Iklim dan Teknologi Budidaya yang dapat Meminimumkan Dampak Negatif Keragaman Iklim Bab IV. Evaluasi Kelayakan Ekonomi Teknologi Budidaya yang dapat Meminimumkan Dampak Negatif Keragaman Iklim Bab V. State of the art pengembangan kalender tanam dinamik di Indonesia untuk pengelolaan risiko iklim Bab VI. Penyusunan Decision network yang dioptimasi dengan Sistem Inferensi Fuzzy untuk penyusunan kalender tanam dinamik Bab VII. Evaluasi pemanfaatan model kalender tanam dinamik untuk pengelolaan risiko iklim Bab VIII. Potensi dan Kendala Penerapan Kalender Tanam dalam Mengantisipasi Kejadian Iklim Ekstrim Bab IX. SIMPULAN dan SARAN Gambar 1.3. Keterkaitan antar bab penelitian