11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Sebagai Salah Satu Kegiatan Pemasaran William Al Big (Siahaan, 1990: 3), mendefinisikan komunikasi sebagai “the process of transmitting meaningfull symbols between individual”. Definisi ini mengimplikasikan bahwa komunikasi adalah suatu proses sosial yang terjadi antara sedikitnya dua orang, dimana salah seorang mengirimkan sejumlah simbol tertentu pada orang lain. Komunikasi terjadi jika kedua belah pihak sama-sama dapat mengolah dengan baik simbol yang disampaikan. Simbol itu bisa disebut pesan, dimana proses penyampaiannya dilakukan dengan media, dan terjadi perubahan atau respon terhadap pesan yang disampaikan. Premis dasar komunikasi mengikuti konsep stimulus-respon dalam disiplin ilmu psikologi. Semakin banyak stimulus yang mirip atau hampir sama dengan yang disampaikan, maka pesan yang disampaikan harus lebih kuat sehingga komunikasn dapat mengabaikan stimulus lain yang lebih lemah.7 American Marketing Association (AMA), mendefinisikan Marketing sebagai : “An Organizational function and a set of processes for creating, communicating, and delivering value to customers and for managing customer relationships in ways that benefit the organization and its stakeholders.”8 7 Marketing Communication;Taktik & Strategi. John E. Kennedy, R. Dermawan Soemanagara. PT Bhuana Ilmu Populer.2006 (hal 2) 8 Lisa M. Keefe, “What is the meaning of ‘Marketing’?” Marketing News,September 15, 2004, pp. 17-18 12 Dalam kaitannya dengan pemasaran, komunikasi juga sangat diperlukan sebagai media yang menjembatani dalam menyampaikan informasi dari suatu produk atau jasa kepada konsumen. Pemasaran itu sendiri adalah mempromosikan atau mengenalkan sebuah produk/jasa kepada khalayak luas melalui sebuah media. Pemasaran itu sendiri adalah sebuah konsep komunikasi dan komunikasi dapat dikatakan sebagai induk pemasaran. Tidak ada sebuah perusahaan yang berhasil menawarkan produk tanpa menetapkan strategi komunikasi produk yang terbaik kepada konsumen. Kita dapat pula mengatakan bahwa, hakekat dari pemasaran adalah komunikasi. Tanpa adanya komunikasi yang efektif, maka kegiatan bisnis tidak berjalan dengan baik.9 Marketing Communication juga dapat dinyatakan sebagai kegiatan komunikasi yang bertujuan untuk menyampaikan pesan pada konsumen dengan menggunakan berbagai media, dengan harapan agar komunikasi dapat menghasilkan tiga tahap perubahan, yaitu perubahan pengetahuan, perubahan sikap, dan perubahan tindakan yang dikehendaki.10 Dapat dikatakan bahwa proses yang membentuk hubungan antara produsen dengan individu, atau group dalam menyampaikan jenis-jenis produk, barang dan jasa, dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan (needs and wants), guna mencapai tingkat kepuasan yang lebih tinggi melalui penciptaan produk yang berkualitas. Konsep-konsep pemasaran berada di wilayah penentuan pasar sasaran, penentuan segmentasi pasar dan segmentasi potensial, keinginan 9 John E. Kennedy & S.Dermawan.R. Marcom: Taktik dan Strategi; PT.Bhuana Ilmu Populer, Jakarta. 2006. hal xvii 10 John E. Kennedy & S.Dermawan.R. Marcom: Taktik dan Strategi; PT.Bhuana Ilmu Populer, Jakarta. 2006. hal 5 13 dan kebutuhan, permintaan dan penawaran, nilai dan kepuasaan, pertukaran dan transaksi, hubungan dan jaringan, saluran pemasaran dan rantai penjualan, persaingan dan iklim pasar, serta penentuan marketing mix. Kotler juga menyebutkan bahwa marketing mix terdiri dari produk, harga, promosi dan distribusi (product, price, promotion, & place), atau yang biasa dikenal dengan istilah “Four of P’s”. Dalam konsep komunikasi, product dihubungkan dengan solusi pelanggan (customer solution), price dihubungkan dengan biaya pelanggan (customer cost), place dihubungkan dengan kenyamanan (convinience), sedangkan promotion dihubungkan dengan sebuah komunikasi (communication). Empat konsep ini sering juga disebut dengan istilah bauran komunikasi (communication mix) “Four C’s”. Hubungan antara pemasaran dengan komunikasi merupakan hubungan yang erat. Komunikasi merupakan proses pengoperasian lambang-lambang yang diartikan sama antara individu kepada individu, individu kepada kelompok, kelompok kepada kelompok dan kelompok kepada masa, komunikasi dalam kegiatan pemasaran bersifat kompleks, artinya tidak sesederhana seperti ketika kita berbincang-bincang dengan rekan sekantor, atau dengan keluarga di rumah. Bentuk komunikasi yang lebih rumit mendorong penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dilakukan melalui sejumlah strategi komunikasi yang canggih, setelah melewati proses perencanaan yang matang.11 11 John E. Kennedy & S.Dermawan.R. Marcom: Taktik dan Strategi; PT.Bhuana Ilmu Populer, Jakarta. 2006. hal 4 14 2.2 IMC (Integrated Marketing Communication) Istilah IMC (Integrated Marketing Communication) yang dikenal sebagai komunikasi pemasaran terpadu merupakan pengembangan dari istilah promosi yang berkonotasi arus komunikasi satu arah. Sedangkan komunikasi pemasaran lebih menekankan komunikasi dua arah.12 Konsekuensinya promosi dipersepsikan sebagai bentuk komunikasi yang bersifat masal, sedangkan komunikasi pemasaran lebih bersifat personal atau individual. Selain itu istilah ”terpadu” menunjukan keselarasan atau keterpaduan dalam hal tujuan, fokus, dan arah strategik antara elemen bauran promosi (periklanan, promosi penjualan, personal selling, public relation, dan direct & online marketing) dan antara unsur bauran pemasaran (produk, distribusi, harga, dan komunikasi pemasaran). Artinya, bahwa komunikasi pemasaran terpadu menekankan dialog terorganisir dengan audience internal dan eksternal yang sifatnya lebih personalized, customerorientate, dan technology-driven. Melalui definisi IMC yang dibangun tahun 1998 oleh Schultz dan istrinya Heidy Schultz berhasil mengukir sejarah penting dalam pembangunan konsep IMC, dengan mengajukan perubahan fokus pemikiran dari taktik dan operasi komunikasi pemasaran menuju IMC sebagai sebuah proses bisnis.13 Pandangan tersebut, dipercaya mampu menjawab tantangan lingkungan bisnis dewasa ini dan lingkup IMC di masa-masa mendatang. 12 Tjiptono Fandy, and Chandra Gregorius. Pemasaran Strategik. Penerbit Andi, Yogyakarta 2012. Hal: 143 13 Estaswara, Think IMC, Efektifitas komunikasi Untuk Menciptakan Loyalitas Merek dan Laba Perusahaan, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2008, Hal: 60 15 IMC generasi baru adalah sebuah konsep yang terkait dengan kebutuhan baru dalam organisasi yang berfokus pada pelanggan di pasar moderen, termasuk akuisisi, pertumbuhan serta migrasi kelompok pelanggan, pemeliharaan sampai pada arus pendapatan sepanjang waktu. Schultz dan Schultz mendefinisikan IMC generasi barunya sebagai berikut. Suatu proses strategis dalam bisnis yang digunakan untuk merencanakan, membangun, mengekskusi, dan mengevaluasi, pengkoordinasian, pengukuran, persuasi program komunikasi merek sepanjang waktu dengan konsumen, pelanggan, prospek, dan sasaran lain, khalayak internal dan eksternal yang relevan.14 Schultz dan Kitchen juga mengatakan bahwa, definisi ini merupakan definisi pertama yang berfokus pada strategi. Sebuah strategi komunikasi pemasaran yang secara jelas terkait dengan visi, misi dan kebutuhan perusahaan, namun juga berhubungan sejajar dengan visi, nilai dan kebutuhan merek. Schultz dan Kitchen mendefnisikan 4 tahapan dalam membangun IMC, yang antara lain adalah:15 1. Pada dasarnya dalam membanggun IMC harus dimulai dari internal perusahaan, atau yang lebih dikenal dengan ”inside-out marketing”, bisa dikatakan pada tahap ini perusahaan hanya fokus terhadap internal perusahaan untuk mensinergikan dengan visi misi perusahaan. 2. Pada tahap kedua diharapkan perusahaan untuk secara aktif mau memperhatikan apa yang ingin dilihat dan didengar oleh konsumen, kapan, dimana, dan melalui media apa. 14 Estaswara, Think IMC, Efektifitas komunikasi Untuk Menciptakan Loyalitas Merek dan Laba Perusahaan, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2008, Hal: 61 15 Estaswara, Think IMC, Efektifitas komunikasi Untuk Menciptakan Loyalitas Merek dan Laba Perusahaan, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2008, Hal: 63 16 3. Integrasi dapat dikatakan telah bergerak melalui kombinasi dari berbagai elemen proporsional secara efektif dan efisien dengan aplikasi strategis atas riset pasar. 4. Secara periodik dan konsisten melakukan evaluasi dengan tujuan awal, evaluasi akan mengontrol dari langkah sehingga tidak melenceng dari tujian awal. IMC merupakan sebuah konsep perencanaan komunikasi pemasaran yang menunjukkan nilai tambah dari suatu rencana yang komprehensif yang mengevaluasi peran strategis dari berbagai macam disiplin komunikasi, seperti general advertising, direct response, sales promotion, serta public relation dan mengkombinasikan berbagai disiplin ini guna menciptakan dampak komunikasi secara jelas, konsisten, dan maksimal.16 2.3 Segmentation, Targeting, dan Positioning Banyak pakar pemasaran menyepakati bahwa segmentation, targeting, positioning adalah salah satu elemen terpenting dalam proses pemasaran. Kotler & Amstrong bahkan menyebutnya sebagai langkah-langkah pokok dalam perancangan customer-driven marketing strategy.17 Saat ini tidak bisa dipungkiri bahwa sebuah perusahaan dapat melayani begitu banyak keinginan konsumen dengan beragam daya beli dan begitu banyak saingan sehingga hal ini membuat 16 Don Schultz, Integrated Marketing Communication : Maybe definition Is in the Point of View. 2003 17 Tjiptono Fandy., and Chandra Gregorius, Pemasaran Strategik. Penerbit Andi, Yogyakarta 2012. Hal: 149 17 sebuah perusahaan harus fokus terhadap segmen mana yang mau diposisikan menjadi target pasar. Salah satu fungsi dari mentukan segmentation, targeting dan positioning adalah untuk memberikan diferensiasi dengan pesaing. Berikut adalah penjabaran mengenai STP (Segmentation, Targeting, dan Positioning)18: 2.3.1 Segmentation Segmentation adalah proses pengelompokkan pasar keseluruhan yang heterogen ke dalam kelompok-kelompok yang sama dalam hal kebutuhan, keinginan, perilaku, dan atau respon terhadap program pemasaran spesifik. Variabel yang bisa digunakan bermacam-macam di antaranya, demografis, psikografis, perilaku, pengambilan keputusan, dan pola media. Segmentation pasar merupakan suatu usaha untuk melakukan pemetaan dan pengelompokkan terhadap konsumen perusahaan yang dapat diidentifikasikan dengan keinginan, daya beli, lokasi geografis, perilaku pembelian, dan kebiasaan pembeli yang serupa. Segmentation ditujukan agar perusahaan dapat melayani konsumen dengan lebih baik dan memperbaiki posisi kompetitif perusahaan. Keuntungan dari melakukan segmentation adalah:19 18 Kotler, Phillip dan Amstrong.Dasar-dasar Pemasaran; PT.Indeks, Jakarta. 2004. Hal 281 Kasali, Rhenald. Membidik Pasar Indonesia; PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1998. Hal: 119 19 18 a. Mendesain produk-produk yang lebih responsif terhadap kebutuhan pasar. b. Menganalisa pasar, segmentasi membantu mendeteksi siapa saja yang akan menggerogoti pasar produknya. Perusahaan tidak hanya harus berhati-hati terhadap produk yang sama, yang dihasilkan oleh perusahaan pesaing tetapi juga terhadap alternatif produk atau produk substitusi. c. Menemukan peluang pasar (niche). Ditinjau mengetahui peta pasar, perusahaan dapat mengetahui segmen pasar mana yang belum digarap dan dapat merencanakan produk serta strategi pemasaran yang sesuai dengan segmen tersebut. d. Menguasai posisi superior dan kompetitif. e. Menemukan strategi komunikasi yang efektif dan efisien. Segmentation pasar juga dapat dibagi menjadi beberapa cara antara lain adalah: a. Segmentation Geografis Pembagian pasar dibagi menurut daerah unit geografisnya, di mana unit geografis tersebut terdiri dari: wilayah, ukuran kota, kepadatan, dan iklim. b. Segmentation Demografis Pembagian pasar menurut variabel-variabel demografis seperti kelompok usia, ukuran keluarga, siklus hidup keluarga, jenis kelamin, 19 penghasilan, pekerjaan, pendidikan, agama, ras, generasi, kewarganegaraan, dan kelas sosial. c. Segmentation Psikografis Pembagian pasar menurut gaya hidup dan kepribadian manusia. Gaya hidup itu sendiri mencerminkan bagaimana seseorang menghabiskan waktu dan uangnya yang dinyatakan dalam aktivitas-aktivitas, minat, dan opini-opininya. d. Segmentation Perilaku Pembagian pasar menurut kejadian, manfaat, status pemakai, tingkat pemakaian, status kesetiaan, tahap kesiapan pembeli, sikap terhadap produk. 2.3.2 Targeting Targeting merupakan proses mengevaluasi dan memilih satu atau beberapa segmen pasar yang dinilai paling potensial untuk dilayani dan dijadikan konsumen loyal. Kriteria evaluasi yang digunakan meliputi ukuran dan potensi pertumbuhan segmen, karakteristik struktural segmen dan kesesuaian antara produk dan pasar. Alternatif pola seleksi pasar sasaran mencakup single-segment concentration, selective specialization, product specialization, market specialization, dan full-market coverage. Targeting disebut juga selecting, karena pemasar harus memiliki keberanian untuk memfokuskan kegiatannya pada beberapa bagian pasar saja dan meninggalkan bagian pasar lainnya yang mungkin kurang 20 potensial untuk digarap, tujuan utamanya adalah memfokuskan diri pada konsumen. Untuk menentukkan targeting, diperlukan beberapa kriteria yang harus dipenuhi yaitu:20 a. Terdapat sekelompok konsumen yang mempunyai kebutuhan dan keinginan yang sama. b. Segmen yang dituju harus dapat diukur daya belinya. c. Segmen harus terjangkau dan dilayani secara efektif dan optimal, baik melalui promosi maupun distribusinya. d. Segmen sasaran harus lebih responsif dan berbeda terhadap program pemasaran yang dijalankan dibandingkan segmen lainnya secara keseluruhan yang terdapat di pasar. e. Besarnya segmen sebaiknya benar-benar dapat memberikan keuntungan. 2.3.3 Positioning Positioning yaitu tindakan membangun dan mengkomunikasikan manfaat pokok yang istimewa dari produk di dalam pasar. Atau istilah posisi di sini mengandung makna tempat suatu produk, merek, atau sekelompok produk di dalam benak konsumen, relatif terhadap penawaran pesaingnya. Positioning menurut Rhenald Kasali adalah “Suatu proses atau upaya untuk menempatkan suatu produk, merek, perusahaan, 20 J.Darymple, Dougles dan Leonard J.Parsons.Basic Marketing Management; John Wiley and Sons Inc, New York.1995. Hal: 65 21 individu, atau apa saja dalam alam pikiran mereka yang dianggap sebagai sasaran atau konsumennya”.21 Semakin banyaknya produk yang dihasilkan dengan berbagai merek membuat konsumen memilah merek-merek yang mereka terima di dalam pikirannya. Semakin banyak pikiran mereka dibanjiri informasi tentang suatu merek tertentu maka merek tersebut akan semakin dikenal. Dalam strategi positioning ada beberapa cara yang digunakan: 1. Penonjolan karakteristik produk 2. Penonjolan harga dan mutu 3. Penonjolan penggunaannya 4. Positioning menurut kelas produk 5. Positioning menggunakan simbol 6. Positioning langsung terhadap pesaing Positioning dilakukan saat ini karena begitu banyak produk di pasar diharapkan dapat menempatkan produk di pikiran khalayaknya dengan tujuan akhir dilakukan pembelian terhadap produk oleh konsumennya. 2.4 Brand Kata “brand” dalam bahasa inggris berasal dari kata “brandr” dalam bahasa Old Norse yang berarti “to burn” mengacu pada pengidentifikasian 21 Kasali, Rhenald. Manajemen Periklanan Konsep dan Aplikasinya di Indonesia; Pustaka Utama Grafiti, Jakarta.1995. Hal: 157 22 ternak.22 Menurut catatan sejarah, praktik branding telah ada sejak berabat-abat yang lalu, pada waktu itu pemilik peternakan merasa perlu menandai hewan piaraannya dengan cara memberi label supaya tidak tertukar dengan hewan piaraan peternak lain. Peternak menggunakan semacam logam panas yang bertuliskan inisial nama pemiliknya yang dipanaskan lalu ditempelkannya logam itu pada tubuh binatang piaraannya. Seiring berjalanya waktu label yang menempel pada tubuh hewan tersebut akan menjadi identitas yang diingat bagi para peternak dan para penjual daging sapi. Tujuan lain dari pemberian label adalah untuk memberikan jaminan kepada penjual daging sapi bahwa hewan dengan label yang bertuliskan inisial tertentu memiliki jaminan kualitas tertentu. Tidak kalah kreatif di era berkembangnya seni rupa modern, para seniman juga memberikan label terhadap karya seninya. Pada masa itu para pelukis memberikan tandatangan atau inisial pada setiap pojok hasil karyanya. Hal ini dimaksudkan untuk menunjukan otentitas pada hasil karyanya tersebut. Di zaman romawi kuno juga disebutkan bahwa toko-toko di kota-kota besar memakai gambar sepatu, daging, kopi, untuk mendefinisikan produk daganganya untuk membantu konsumen dalam membedakan antara toko satu dengan yang lain. Semakin ke sini praktek branding tidak bisa dilepaskan dari dunia bisnis, karena ketatnya persaingan antara perusahaan sehingga dari masing-masing produk atau jasa yang dikeluarkan tersebut harus memiliki identitas merek yang kuat sehingga konsumen dapat membedakan antara produk atau jasa satu dengan 22 Niedrich, R.W and Swain, S.D. The influence of pioneer status and experience order on costumer brand preference. 2003. 23 yang lain dengan mudah. David E. Carter menyebutkan “In many cases, the brand is everything.” Ia mengemukakan banyak contoh dalam bukunya, salah satunya bahwa Nike sudah memperlihatkan bahwa tak perlu memiliki pabrik sendiri untuk menjadi sukses, karena dengan pengelolaan brand secara terintegrasi membuat Nike bisa menentukan arah bisnis dan bisa sukses.23 Brand adalah nama, istilah, tanda, simbol, rancangan, atau kombinasi semua unsur, yang digunakan untuk mengenali produk atau jasa dari seorang atau sebuah kelompok dari pesaingnya. (Kotler, 2000) brand sendiri dianggap sebagai janji penjual untuk menyampaikan kumpulan sifat dan manfaat produk dan jasa spesifik secara konsisten kepada pembeli. Menurut Walter Landor, pakar advertising terkemuka bahwa:“brand adalah sebuah janji. Dengan mengidentifikasi dan membuktikan suatu produk atau jasa dan menepati sebuah janji akan kepuasan dan kualitas”. Definisi dari Collin Battes mungkin dapat merangkum kedua pengertian diatas: “brand adalah sekumpulan persepsi dalam benak konsumen”. Pengelolaan brand adalah pengelolaan persepsi, yang bisa diartikan bahwa jika perusahaan bisa mengelola brand dengan baik maka persepsi konsumen mengenai produk atau jasa yang ditawarkan akan dipersepsikan secara positif. David Aaker dalam bukunya “Building Strong Brand” menyampaikan bahwa “Brand Image” adalah bagaimana brand/merek itu diterima/dipersepsikan”. Sedangkan identitas brand/merek (brand identity) adalah sebuah aspirasi 23 David E. Carter, Branding The Power of Market Identity, Free Press. New York, 1999 24 (keinginan pemilih merek) mengenai bagaimana brand/merek itu ingin diterima/persepsikan.24 Sedangkan Branding, menurut Schultz adalah merupakan Brand Building. Brand Building dalam Bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai sebuah proses pembangunan sebuah merek.25 Dengan definisi demikian maka perubahan Brand atau biasa disebut “rebranding” bisa beragam bentuknya. Bisa namanya berubah, dengan demikian maka desain dan simbolnya juga akan berubah. Bisa juga namanya tetap, tapi desain simbolnya berubah. Begitu pula cara pembangunan mereknya akan berubah. Ada strategi baru dengan adanya perubahan brand tersebut. The American Marketing Association (AMA) mendefinisikan brand sebagai “Nama, istilah, simbol, desain, atau kombinasi di antaranya yang mengidentifikasi antara penjual barang dan jasa satu dengan yang lainnya dan untuk membedakan mereka dari kompetitornya.” Menurut Keller Brand sendiri bisa diartikan sebagai nama, istilah, tanda, simbol, rancangan, atau kombinasi dari hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing.26 24 Aaker, David A. (1996), Building Strong Brands. Free Press. New York. Schultz, Don & Heidi Schultz, Brand Babble, Sense and Nonsense about Branding Sense and Nonsense about Branding, 2004 26 Philip Kotler. American Marketing Association.Edisi Milenium, 2000 25 25 Brand juga dapat memudahkan konsumen ketika ingin menentukan pilihan. Beberapa manfaat brand bagi konsumen adalah sebagai berikut:27 1. Sebagai alat Identifikasi, dengan adanya brand konsumen dengan secara mudah melihat dengan jelas, ditengah banyaknya produk-produk sejenis di pasaran. 2. Jaminan terhadap konsumen bahwa mereka bisa mendapatkan jaminan kualitas yang sama walau mereka membeli di tempat yang berbeda sekalipun. 3. Adanya karaktertistik produk yang tercantum dari brand yang dapat membantu konsumen dalam menangkap citra yang ditampilkan. 4. Kepuasan konsumen terhadap produk melalui daya tarik brand, logo, dan komunikasinya. 5. Adanya tanggungjawab brand terhadap konsumsi konsumen jika terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan Brand juga memiliki manfaat positif bagi produsen, antara lain adalah:28 1. Sarana identifikasi untuk memudahkan proses penanganan atau pelacakan produk bagi perusahaan, terutama dalam pengorganisasian, mengecek ketersediaan dan pencatatan akutansi. 2. Bentuk proteksi hukum terhadap fitur atau aspek produk yang unik. Namun brand bisa diproteksi melalui merek dagang terdaftar (registered trademark), proses manufaktur bisa dilindungi melalui hak paten, dan kemasan bisa dilindungi oleh hak cipta (copyrights) dan desain. Hak-hak property 27 28 Tjiptono Fandy, Managemen Strategi Merek, Andi, Yogyakarta 2011, hal 30 Tjiptono Fandy, Managemen Strategi Merek, Andi, Yogyakarta 2011, hal 35 26 intelektual ini memberikan jaminan bahwa perusahaan dapat berinfestasi dengan aman dalam merek yang dikembangkanya dan meraup manfaat dari aset bernilai tersebut. 3. Signal tingkat kualitas bagi para pelanggan yang puas, sehingga mereka dengan mudah memilih dan membelinya lagi diwaktu yang lain. Loyalitas merek seperti ini menghasilkan predictability dan security permintaan bagi perusahaan dan menciptakan hambatan masuk yang menyulitkan perusahaan lain memasuki pasar. 4. Sarana menciptakan asosiasi dan makna yang unik yang membedakan dengan produk pesaing. 5. Sumber keunggulan kompetitif, terutama melalui perlindungan hukum, loyalitas pelanggan, dan citra unik yang terbentuk dibenak konsumen. 6. Sumber financial returns, terutama menyangkut pendapatan di masa mendatang. 2.5 Rebranding Menurut Anhold, kegiatan rebranding adalah proses merancang, merencanakan dan mengkomunikasikan ulang nama atau identitas produk atau jasa, yang bertujuan untuk mengelola reputasi dalam masyarakat.29 Aaker juga menjelaskan konsep serupa. Rebranding adalah suatu usaha komunikasi pemasaran yang dilakukan untuk memberikan suatu kepribadian baru 29 Anhold, Simon (2007). Competitive Identity. The New Brand Management for Nations, Cities and Region.PalgraveMacmillan 27 kepada barang atau jasa melalui perubahan tampilan dalam atau luarnya.30 Yang dimaksud tampilan dalam merek adalah sebuah produk yang memberikan added value (nilai tambah) dari produk sebelumnya. Sedangkan tampilan luar dari merek adalah identitas dari merek itu sendiri, dapat berupa logo, warna, dan identitas merek (brand identity) yang lain. Terdapat dua penjelasan rebranding yang diberikan Muzellec & Lambkin (2004). Yang pertama mengacu pada estetika pemasaran dan pertanyaan yang muncul apakah seluruh elemen harus diubah atau hanya sebagian dari elemen itu, dan pantas diberi label rebranding. Hal ini merupakan satu kesatuan rebranding dari modifikasi logo dan slogan secara evolusi hingga kreasi secara revolusi, yaitu pembentukan nama baru (stuart & Muzellec, 2004). Yang kedua, definisi rebranding mengacu pada posisi dari brand dan apakah posisi tersebut akan berubah atau tetap di posisi yang sama saat rebranding. Dalam kondisi ini, terkadang faktor eksternal mempengaruhi posisi perusahaan. Menurut Knox dan Bickerto brand perusahaan bukan hanya sekadar nama, istilah, desain, dan simbol. Brand perusahaan adalah “ekspresi visual, verbal, dan perilaku sebuah organisasi sebagai model bisnis yang unik”. Yang jika ditambahkan dengan definisi Re- oleh Muzellec, maka gabungan definisi Rebranding menjadi “pembaruan ekspresivisual, verbal dan perilaku sebuah organisasi model bisnis yang unik.”31 Dalam sebuah perubahan Brand atau sering disebut rebranding bisa 30 Aaker, David (1991). Managing brand equity: Capitalizing on the Value of a brand name. New York: The Free Press 31 Knox & Bickerto, Musellec, 2003 Hal 808 28 beragam bentuknya. Bisa hanya namanya yang berubah, dengan demikian maka logonya juga akan ikut berubah. Bisa juga namanya tetap, tapi desain logonya berubah. Begitu pula cara pembangunan mereknya akan berubah. Ada strategi baru dengan adanya perubahan brand tersebut. Begitu juga ada perubahan cara branding (pembangunan merek tersebut). Mengapa perusahaan ingin mengubah brand-nya? Menurut Bill Merrilees & Dale Miller32, perubahan brand perusahaan mengacu pada pemisahan atau perubahan antara merek perusahaan yang telah diformulasikan dengan formulasi yang baru. Perubahan di visi brand dapat dijadikan acuan untuk pembuatan kembali visi baru brand tersebut. Sedangkan proses untuk mengeksekusi visi baru tadi kemungkinan besar akan memerlukan perubahan dalam proses manajemen. Aaker (1991) dan Kapferer (1998) menyatakan bahwa revitalisasi dan reposisi sebuah brand secara bertahap, incremental modification dari proposisi brand dan estetika pemasaran dapat dipertimbangkan sebagai bagian yang diperlukan dan secara alami merupakan bagian dari managerial brand dalam merespon perubahan kondisi pasar. Pada umumnya sebuah perusahaan melakukan rebranding karena beberapa alasan:33 1. Alasan finansial, perusahaan secara finansial melakukan reorganisasi dan sebuah identitas baru diperlukan untuk hal itu. 32 Merriless, Bill & Dale Miller.Principle of Corporate Rebranding.2007 European jurnal of Marketing Vol. 42.No. 5/6 2008. Emerland group publishing Limited 33 http://hmjmfeunsoed.wordpress.com/2010/07/25/pengertian-dasar-rebranding/ 29 2. Adanya kepemimpinan baru, untuk mengiringi awal kepemimpinannya, mereka ingin “tanda atau simbolnya” sendiri di perusahaan yang dipimpinnya. 3. Analisa prospektif pasar, setelah sekian tahun perusahaan perlu menegaskan kembali targetnya dan merencanakan mengubah positioning-nya pada area yang baru, sehingga perlu citra yang baru pula untuk merefleksikan hal tersebut. 4. Merger, beberapa perusahaan bergabung menjadi satu perusahaan yang baru dengan nama baru. 5. Identitas dari perusahaan tersebut tidak dapat mewakili pelayanan dari perusahaan tersebut. 6. Perusahaan tersebut sudah memiliki reputasi yang buruk di mata masyarakat. 7. Perusahaan tersebut ingin memberikan sesuatu yang baru, berupa pembenahan dalam perusahaan. 2.5.1 Tahapan Rebranding Menurut Mari Juntunen ada tujuh tahap yang dilalui perusahaan saat melakukan proses rebranding:34 1. Trigering Triggering (memicu) merupakan fase pertama dari awal proses 34 Juntunen Mari, Corporate re-branding as a process, Department of Marketing University of Oulu, Finland 30 rebranding. Dalam fase ini terdiri dari berbagai hal yang mengarahkan terjadinya re-branding, yaitu peristiwa keputusan atau proses yang menyebabkan perubahan, termasuk perubahan struktur kepemilikan, strategi perusahaan, keunggulan kompetitif, dan lingkungan eksternal. Literatur sebelumnya, Muzelec menyatakan bahwa struktur kepemilikan dapat berubah, tidak hanya dari pribadi ke publik, tetapi juga dari publik ke pribadi. 2. Analyzing &decision making Pada tahap ini dilakukan analisa dan pengambilan keputusan. Termasuk faktor antecedents yang terjadi pada saat itu, misalnya analisa pasar, analisa kompetisi, analisa kompetitor dan fakator lain yang memungkinkan. Sebagai tambahan analisa dapat dimasukkan aspek internal, termasuk brand perusahaan sebelumnya. 3. Planning Di sini dijabarkan sebagai tahap yang luas mencakup rencana kreasi brand perusahaan. Yang termasuk di dalamnya tahapan akhir formulasi visi dan tujuan dari brand perusahaan yang baru, berdasarkan nilai-nilai perusahaan. Dalam fase ini ada beberapa proses pengambilan keputusan yang terdiri dari beberapa sub-proses seperti re-posisi, pemberian nama baru, pembuatan struktur baru, dan pembuatan desain baru (muzellec, 2003) sebelum launching brand baru perusahaan. 4. Preparing Meliputi persiapan rencana dan pre-tes untuk launching. Sebagai 31 contoh, menyiapkan desain baru untuk brand baru perusahaan, termasuk “corporate visual identity system” (CVIS) yang akan diubah. Pada saat ini, sering digunakan agen periklanan. 5. Launching Launching adalah proses komunikasi brand baru perusahaan ke pihak internal terlebih dulu, baru kemudian ke pihak eksternal (Gotsi dan Andriopoulos, 2007). Ke pihak internal, brand baru dapat dikenalkan melalui brosur internal, koran, pertemuan rutin, workshop, intranet (Daly and Moloney, 2003), pertemuan tim atau pendidikan dan pelatihan. Sedangkan ke pihak eksternal, brand baru dapat dikomunikasikan melalui rilis berita, brosur iklan, ataupun komunikasi rutin, termasuk kartu nama, pengiriman email, dan kontak pribadi. 6. Evaluating Dalam proses ini termasuk melakukan pengurkuran kesuksesan atau kegagalan dari proses re-branding. Pengukuran adalah hal yang sulit, oleh karena itu disarankan rebranding perusahaan dievaluasi dengan tujuan dari rebranding itu sendiri (stuart and muzellec, 2004). 7. Continuing Tahap ini merupakan tahap terakhir dari keseluruhan proses. Dari hasil evaluasi dapat dilihat, apakah brand baru akan dipertahankan atau akan diganti lagi. Seluruh permasalahan yang ditemukan di fase sebelumnya, dilihat sebagai sebuah kasus. Untuk pelanggan, itu termasuk kualitas operasi perusahaan, dalam hal ini kualitas layanan dan memenuhi 32 brand promise. Untuk personil, orientasi dan pendidikan terus menerus perlu ditawarkan. Untuk manajemen dan personil, itu termasuk pertimbangan terus menerus dari strategi merek perusahaan dalam setiap tindakan. Dan akhirnya, itu termasuk pandangan terlihat dari lingkungan yang diberi pelayanan. 2.5.2 Logo dan Tagline Logo adalah alat komunikasi non verbal sebuah barang atau perusahaan kepada konsumen. Logo dapat memberikan sebuah ilustrasi, memberi highlight, dan juga merupakan vital display. Logo yang baik sangat mudah dikenali dan dihapalkan, berbagai makna yang sama dengan audience-nya dan dapat memberikan persepsi yang positif (Shimp, 2000). Kapferer (1992) menjelaskan bahwa sebuah brand menggabungkan pesan dan merepresentasikan tentang identitas (identity), asal (origin), kekhususan (specificity), dan perbedaan (difference) dari produk atau jasa tertentu dibandingkan dengan produk atau jasa lain. Brand memiliki beberapa fungsi namun nilai merek ditentukan dari keseimbangan yang unik antara kegunaan fungsional dan perbedaan keuntungan. Logo bisa digunakan sebagai perangasang untuk membentuk makna yang diinginkan. Logo tidak memiliki makna sendiri, namun orang lainlah yang memaknai logo tersebut dengan masing-masing persepsinya. Makna dari tanda bersifat kontekstual, makna merupakan sebuah respon 33 internal yang dipertahankan seseorang terhadap rangasangan eksternal. Maka dapat didefinisikan sebagai persepsi, pemikiran, dan reaksi afektif yang merangsang individu ketika dimunculkan tanda dalam konteks tertentu. Charles Morris menyatakan adanya tiga tahapan ketika memahami sebuah logo, yaitu : Persepsi, manipulasi, dan konsumsi. Logo tidak mungkin berdiri sendiri, dan tidak mungkin juga sebuah logo diluncurkan konsumen langsung mengetahui karakter dan makna secara jelas. Biasanya logo akan dibantu oleh bagian-bagian seperti komunikasi, super graphic, ilustrasi, foto sehingga konsumen akan lebih mudah untuk memahami apa yang disampaikan dari logo tersebut. Logo memiliki komponen antara lain, font type, logogram, warna, dan tagline. Hal ini yang membantu sebuah proses rebranding untuk lebih dipahami konsumen lebih dini. Logo bukan segala-galanya, tapi tanpa logo sebuah proses rebranding yang dilakukan akan sangat sia-sia. Seperti yang dikatakan (Britt, 1966 dalam sumantri, 1988) bahwa aspek visual memegang peran penting dalam menjadikan logo sebagai alat perhatian orang. Aspek warna terbukti memiliki kontribusi yang besar dalam membangkitkan awareness, pembentukan persepsi awal, dan sangat penting dalam proses pencitraan. Selain itu warna juga mempengaruhi ide dan asosiasi tertentu serta daya ingat bagi konsumen. Warna diyakini memiliki pengaruh psikologis terhadap manuasia. Sementara slogan atau tagline dalam sebuah logo sangat 34 membantu dalam memperkuat makna logo tersebut. Tagline bisa berarti deskriptor yang menjelaskan bisnis dari sebuah perusahaan atau sebagai deskriptor yang menjelaskan sebuah peroduk. Slogan juga bisa menjadi daya tarik bagi konsumen, jadi dalam pemilihan font dan penempatan dalam sebuah logo harus dipikirkan secara matang karena hal ini tidak bisa dilepaskan dari sebuah proses penciptaan logo. 2.6 Strategi Strategi merupakan kosa kata yang pada mulanya berasal dari Yunani yaitu “strategeia” atau sering disebut sebagai strategos. Kata strategos ini berasal dari “stratos” yang berarti militer dan “ag” berarti memimpin.35 Pada dasarnya strategi adalah sebuah perencanan yang akan dilakukan guna mencapai satu tujuan.36 Strategi sangat penting dalam hidup pribadi dan hidup perusahaan. Strategi adalah penetapan tujuan dasar jangka panjang dan sasaran perusahaan dan serangkaian tindakan serta alokasi sumber daya yang penting untuk melaksanakan saran perusahan (Chandler, 1962). Strategi adalah sekumpulan pilihan dasar atau kritis mengenai tujuan dan cara dari bisnis (Child, 1972). Strategi adalah arah dan cakupan organisasi yang idel untuk jangka yang lebih panjang yang menyesuaikan sumberdayanya dengan lingkungan yang berubah dan secara khusus dengan pasarnya dan pelanggaran serta klienya untuk 35 Saladin, H.D. Intisari Pemasran dan Unsur-Unsur Pemasaran: Ringkasan Praktis Teori dan Tanya jawab, hal 128. 20003. Bandung. Linda Karya 36 Anwar Arifin. Strategi Komunikasi, Sebuah pengantar ringkas, Jakarta. Indeks, 2005 Hal 268269. 35 memenuhi stageholder (Johnson dan Scholes, 1993)37. Perumusan Strategi merupakan proses penyusunan langkah-langkah kedepan yang dimaksudkan untuk membangun visi dan misi organisasi, menetapkan tujuan dan menetapkan langkah-langkah untuk menunjang hal itu semua. 37 Purnomo, Setiawan Hari, Zulkiflimansyah, Seri manajemen: Manajemen Strategi, hal. 8, 2005. Jakarta. Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia