13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Setiap manusia pada hakikatnya sangat membutuhkan komunikasi. Hal ini dikarenakan, manusia memiliki sifat untuk saling berhubungan antara satu dengan yang lain. Jika tidak menggunakan komunikasi antar sesamanya, maka manusia itu akan terisolasi dari dunia yang semakin canggih dan modern ini. Pakar komunikasi juga menyebutkan, bahwa kebutuhan manusia untuk berkomunikasi didasari atas dua kebutuhan, yakni kebutuhan untuk melangsungkan hidup dan kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Komunikasi menurut Bernard Barelson dan Gary A. Steiner dalam Deddy Mulyana adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan sebagainya, dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, figur, grafik dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi. 1 Komunikasi menurut Carl I. Hovland dalam Onong Uchjana Efendy adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegar asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap.2 1 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2007, hal. 68 2 Onong Uchjana Effendy, Komunikasi Teori dan Praktek, Remaja Rosdakarya, Januari, 2005, hal. 10 14 Definisi-definisi sebagaimana dikemukakan di atas, tentu belum mewakili semua definisi yang telah dibuat oleh para ahli. Namun paling tidak kita telah memperoleh gambaran tentang apa yang dimaksud komunikasi, bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja dan tidak terbatas dan cara penyampaiannya melalui transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan, simbol-simbol, kata-kata, gambar, figur, grafik dan sebagainya dengan upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegar asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap. 2.1.1. Proses Komunikasi Proses Komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang komunikator kepada komunikan. Pikiran itu bisa bisa merupakan gagasan, informasi, opini dan lain-lain sedangkan perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian dan sebagainya. Adakalanya seseorang menyampaikan buah pikirannya kepada orang lain tanpa menampakkan perasaan tertentu. Tidak jarang pula seseorang menyampaikan pikirannya disertai perasaan tertentu, disadari atau tidak disadari. Komunikasi akan berhasil apabila pikiran disampaikan dengan menggunakan perasaan yang disadari dan sebaliknya komunikasi akan gagal jika ketika menyampaikan pikiran, perasaan 15 tidak terkontrol. Mengenai persoalan tersebut dapat dijelaskan dengan penelaahan terhadap prosesnya. Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni secara premier dan secara sekunder:3 1. Proses komunikasi secara premier Proses komunikasi secara premier adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna dan lain sebagainya yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan. Berdasarkan uraian tersebut, pikiran dan perasaan seseorang baru akan diketahui oleh orang lain dan juga akan ada dampaknya apabila ditransmisikan dengan menggunakan media primer tersebut, yakni lambang-lambang. Dengan perkataan lain, pesan (message) yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan terdiri atas isi (the content) dan lambang (symbol). 2. Proses komunikasi secara sekunder 3 Onong Uchjana Effendy, Komunikasi Teori dan Praktek, Remaja Rosdakarya, Januari, 2005, hal.11 16 Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi adalah seperti surat, telepon, surat kabar, majalah radio, televisi, film, dan banyak lagi. 2.1.2. Konteks-Konteks Komunikasi Komunikasi tidak berlangsung dalam ruang hampa-sosial, melainkan dalam konteks atau situasi tertentu. Secara luas konteks berarti semua faktor di luar orangorang yang berkomunikasi. Banyak pakar komunikasi mengklasifikasikan komunikasi berdasarkan konteksnya. Menurut Verdeber, konteks komunikasi terdiri dari:konteks fisik, konteks sosial, konteks historis, konteks psikologis, dan konteks kultural. 4 Indikator paling umum untuk mengklasifikasikan komunikasi berdasarkan konteksnya atau tingkatannya adalah jumlah peserta yang terlibat dalam komunikasi. Kategorisasi berdasarkan tingkat (level) paling lazim digunakan untuk melihat konteks komunikasi, dimulai dari komunikasi yang melibatkan jumlah peserta komunikasi paling sedikit hingga komunikasi yang melibatkan jumlah peserta paling 4 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Remaja Rosdakarya, Bandung 2007, hal. 78 17 banyak. Terdapat empat tingkat komunikasi yang disepakati banyak pakar, yaitu: komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, komunikasi massa. Beberapa pakar lain menambahkan komunikasi intrapribadi, komunikasi diadik (dua-orang) dan komunikasi publik (pidato di depan khalayak). 5 2.2. Komunikasi Massa Komunikasi Massa merupakan suatu tipe komunikasi manusia, dan terlahirnya komunikasi massa seiring dengan penggunaan alat-alat mekanik yang mampu melipat gandakan pesan-pesan komunikasi. Dengan pentingnya penggunaan peralatan tersebut, sehingga komunikasi massa dapat diartikan sebagai jenis yang menggunakan media massa untuk pesan-pesan yang disampaikan. Komunikasi Massa (mass communication) adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi), berbiaya relatif mahal, yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonim, dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum, disampaikan secara cepat, serentak dan selintas (khususnya media elektronik. Meskipun khalayak ada kalanya menyampaikan pesan kepada lembaga (dalam bentuk saran-saran yang sering 5 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Remaja Rosdakarya, Bandung 2007, hal. 83 18 tertunda), proses komunikasinya didominasi oleh lembaga, karena lembagalah yang menentukan agendanya.6 Komunikasi Massa menurut Werner I. Severin dan James W. Tankard dalam Onong Uchjana Efendy adalah sebagian keterampilan, sebagian seni, dan sebagian ilmu. Ia adalah keterampilan dalam pemgertian bahwa ia meliputi teknik-teknik fundamental tertentu yang dapat dipelajari seperti memfokuskan kamera televisi, mengoperasikan tape recorder, atau mencatat ketika berwawancara. Ia adalah seni dalam pengertian bahwa ia meliputi tantangan-tantangan kreatif seperti menulis skrip untuk program televisi, mengembangkan tata letak yang estetis untuk iklan majalah, atau menampilkan teras berita yang memikat bagi sebuah kisah cerita. Ia adalah ilmu dalam pengertian bahwa ia meliputi prinsip-prinsip tertentu tentang bagaimana berlangsungnya komunikasi yang dapat dikukuhkan dan dipergunakan untuk membuat berbagai hal menjadi lebih baik. 7 Komunikasi massa melibatkan banyak komunikator, berlangsung melalui sistem bermedia dengan jarak yang jauh, memungkinkan penggunaan satu atau dua saluran indrawi (penglihatan, pendengaran), dan biasanya tidak memungkinkan umpan balik segera. 2.2.1 6 7 Ciri-Ciri Komunikasi Massa Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Remaja Rosdakarya, Bandung 2007, hal. 84 Onong Uchjana Effendy, Komunikasi Teori dan Praktek, Remaja Rosdakarya, Januari 2005, hal.21 19 Seperti dijelaskan dengan pengertian komunikasi massa diatas, maka komunikasi massa mempunyai ciri-ciri khusus yang disebabkan oleh sifat-sifat komponennya. Ciri-ciri komunikasi massa adalah sebagai berikut: 8 1. Komunikator dalam Komunikasi Massa Melembaga Komunikator dalam komunikasi massa bukan satu orang, tetapi kumpulan orang. Artinya, gabungan antar berbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga. Lembaga yang dimaksud di sini menyerupai sebuah sistem. Sebagaimana kita ketahui, sistem itu adalah “Sekelompok orang, pedoman, dan media yang melakukan suatu kegiatan mengolah, menyimpan, menuangkan ide, gagasan, simbol, lambang menjadi pesan dalam membuat keputusan untuk mencapai satu kesepakatan dan saling pengertian satu sama lain dengan mengolah pesan itu menjadi sumber informasi.” Di dalam sebuah sistem ada interdependensi, artinya komponen-komponen itu saling berkaitan, berinteraksi, dan berinterdependensi secara keseluruhan. Tidak bekerjannya satu unsur akan memengaruhi kinerja unsur-unsur yang lain. Eksistensi kesatuan (totalitas) dipengaruhi oleh komponen-komponennya, sebaliknya eksistensi masing-masing komponen dipengaruhi oleh kesatuanya. 2. Komunikan dalam Komunikasi Massa Bersifat Heterogen 8 Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa, PT. Raja Grafindo, Jakarta, 2007, hal. 19 20 Komunikan dalam komunikasi massa sifatnya heterogen atau beragam. Artinya, penonton televisi beragam pendidikan, umur, jenis kelamin, status sosial ekonomi, memiliki jabatan yang beragam, memiliki agama atau kepercayaan yang tidak sama pula. Namun mereka adalah komunikan televisi. Jadi, heterogenitas ini banyak macamnya, meskipun tidak semua heterogenitas itu harus melekat pada diri komunikan. 3. Pesannya Bersifat Umum Pesan-pesan dalam komunikasi massa tidak ditujukan kepada satu orang atau satu kelompok masyarakat tertentu. Dengan kata lain, pesan-pesanya ditujukan pada khalayak yang plural. Oleh karena itu, pesan-pesan yang dikemukakannya pun tidak boleh bersifat khusus. Khusus disini, artinya pesan memang tidak disengaja untuk golongan tertentu. 4. Komunikasinya Berlangsung Satu Arah Jika dalam komunikasi massa ada komunikasi dua arah, sebisa mungkin komunikan tersebut harus terlibat dalam proses komunikasi dua arah itu. Padahal sangat sulit. Oleh karena itu, ciri komunikasi dalam komunikasi massa tetap harus dikatakan berjalan satu arah saja 21 5. Komunikasi Massa Menimbulkan Keserempakan Dalam komunikasi massa ada keserempakan dalam penyebaran pesanpesannya. Serempak berarti khalayak bisa menikmati media massa tersebut hampir bersamaan. 6. Komunikasi Massa Mengandalkan Peralatan Teknis Media massa sebagai alat utama dalam menyampaikan pesan kepada khalayaknya sangat membutuhkan bantuan peralatan teknis. Peralatan teknis yang dimaksud misalnya pemancar untuk media elektronik (mekanik atau elektronik). Televisi disebut media massa yng kita bayangkan saat ini tidak akan lepas dari pemancar. Apalagi dewasa ini sudah terjadi revolusi komunikasi massa dengan perantaraan satelit. Peran satelit akan memudahkan proses pemancaran pesan yang dilakukan media elektronik seperti televisi. Bahkan, saat ini sudah sering televisi melakukan siaran langsung (live), dan bukan siaran yang direkam (recorded). 7. Komunikasi Massa Dikontrol oleh Gatekeeper Gatekeeper atau yang sering disebut penapis informasi atau palang pintu atau penjaga gawang, adalah orang yang sangat berperan dalam penyebaran informasi melalui media massa. Gatekeeper ini berfungsi sebagai orang yang ikut menambah atau mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semua informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami. 22 2.2.2 Fungsi Komunikasi Massa Fungsi komunikasi massa berguna dalam hal untuk menghibur dan akan berpengaruh terhadap transmisi budaya dan menjauhkan kerapuhan masyarakat. Media massa memiliki nilai edukasisebagai salah satu fungsinya. Fungsi lain dari media massa juga ditinjau dari sudut pandang kepuasan individual. Hal ini menyangkut kepuasan individu terhadap tayangan yang disajikan oleh media massa. Menurut Joseph R. Dominick fungsi-fungsi komunikasi massa yaitu sebagai berikut: 9 Pengawasan (surveillance) 1. Fungsi pengawasan ini mengacu kepada yang kita kenal sebagai peranan berita dan informasi dari media massa. Media mengambil tempat para pengawal yang pekerjaannya mengadakan pengawasan. Orang-orang media itu, yakni para wartawan surat kabar dan majalah, reporter radio dan televisi, koresponden kantor berita, dan lain-lain berada di mana-mana di seluruh dunia, mengumpulkan informasi buat kita yang tidak bisa kita peroleh. Infomasi itu disampaikan kepada organisasi-organisasi media massa yang dengan jaringan luas dan alat-alat yang canggih disebarkannya keseluruh dunia. Interpretasi (interpretation) 2. 9 Onong,Ibid, Hal. 29 23 Yang erat sekali kaitannya dengan fungsi pengawasan adalah fungsi interpretasi. Media massa tidak hanya menyajikan fakta dan data, tetapi juga informasi beserta interpretasi mengenai suatu peristiwa tertentu. 3. Hubungan (linkage) Media massa mampu menghubungkan unsur-unsur yang terdapat di dalam masyarakat yang tidak bisa dilakukan secara langsung oleh saluran perseorangan. Fungsi hubungan yang dimiliki media sedemikian berpengaruhnya kepada masyarakat sehingga dijuluki “publik making” ability of the mass media atau kemampuan membuat sesuatu menjadi umum dari media massa. Hal ini, erat kaitannya dengan perilaku seseorang, baik yang positif konstruktif maupun yang negatif destruktif, yang apabila diberitakan oleh media massa, maka segera seluruh masyarakat mengetahuinya. 4. Sosialisasi Sosialisasi sebagai fungsi komunikasi massa, karena sosialisasi merupakan transmisi nilai-nilai (transmission of values) yang mengacu kepada cara-cara di mana seseorang mengadopsi perilaku dan nilai-nilai dari suatu kelompok. Media massa menyajikan penggambaran masyarakat, dan dengan membaca, mendengarkan, dan menonton maka seseorang mempelajari bagaimana khalayak berperilaku dan nilainilai apa yang penting. 5. Hiburan (entertainment) 24 Hiburan merupakan fungsi media massa, mengenai hal ini memang tampak pada televisi, film, dan rekaman suara. Media massa lainnya seperti surat kabar dan majalah. Meskipun fungsi utamanya adalah informasi dalam bentuk pemberitaan, rubrik-rubrik hiburan selalu ada. Demikianlah fungsi-fungsi komunikasi massa, jelas bahwa pernyataan mengenai fungsi komunikasi massa di masyarakat akan sejajar dengan pernyataan mengenai bagaimana fungsi media pada taraf individual. 2.3. Televisi Sebagai Saluran Media Massa Tidak diragukan lagi bahwa informasi sangat dibutuhkan untuk berbagai kepentingan yang sifatnya sangat mendasar, karena itu peranannya sangat luar biasa. Media adalah saluran komunikasi massa yang memiliki ciri-ciri khusus, yaitu mempunyai kemampuan untuk menarik perhatian khalayak secara serempak (simultaneous) dan serentak (instanteneous).10 Para ahli sependapat bahwa yang termasuk media massa adalah pers (media cetak), radio dan televisi. Televisi, merupakan perkembangan medium setelah radio yang diketemukan dengan karakternya yang spesifik yaitu audio visual. Televisi merupakan media yang dapat mendominasi komunikasi massa karena sifatnya yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan khalayak. 10 Riswandi, Dasar-Dasar Penyiaran, Graha Ilmu, 2009, Hal. 2 25 Teknologi dalam pertelevisian memiliki banyak perbedaan, namun tujuannya yaitu untuk memberikan informasi, menghibur, mendidik bahkan mempengaruhi khalayaknya. Televisi memilki karakteristik yaitu sebagai berikut: 11 1. Audiovisual: Televisi memiliki kelebihan dapat didengar (audio) dan dilihat (visual). Karena sifat audiovisual ini, selain kata-kata televisi juga menampilkan informasi-informasi yang disertai gambar, baik gambar diam seperti foto, gambar peta, maupun film berita, yakni rekaman peristiwa. 2. Berpikir dalam gambar: Ada dua tahap yang dilakukan dalam proses ini, Pertama; visualisasi, yaitu menterjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan yang menjadi gambar-gambar. Kedua; penggambaran (picturization), yakni kegiatan merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa sehingga kontinuitasnya mengandung makna tertentu. 3. Pengoperasian/ cara kerja yang kompleks: Dibandingkan dengan media radio, pengoperasian televisi lebih kompleks karena lebih banyak melibatkan orang. Program siaran televisi di Indonesia pada umummya diproduksi oleh stasiun televisi yang bersangkutan dan sangat bergantung dari kepentingan masing-masing 11 Ibid, Hal. 5 26 stasiun penyiaran televisi yang bersangkutan. Disuatu negara yang demokratis maka fungsi pers dan media massa dapat digolongkan ke dalam enam hal yaitu: 12 1. Menayampaikan fakta (the facts) 2. Menyajikan opini dan anlisis (opinions and analyses) 3. Melakukan investigasi (investigations) 4. Hiburan (entertainment) 5. Kontrol 6. Analisis kebijakan (policy analysis). 2.4. Pengertian Berita Menurut Mitchel V. Charnlay dalam bukunya Reporting edisi III (HoltReinhart & Winston, New York, 1975 halaman 44) menyatakan bahwa: “ Berita adalah laporan yang tepat waktu mengenai fakta atau opini yang meiliki daya tarik atau hal penting atau kedua-duanya bagi masyarakat luas.” 13 Berita adalah laporan terkini tentang fakta atau pendapat yang penting atau menarik bagi khalayak dan disebar luaskan melalui media massa atau “ News is a 12 Ibid, hal. 4 Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional, Remaja Rosda Karya, Bandung 2005, hal.22 13 27 newly report of fact or opinion which is important or interisting for the audien and published through mass media”. 14 2.4.1. Nilai Berita Nilai Berita merupakan unsur dan kriteria yang dijadikan sebagai ukuran terhadap fakta atau pendapat yang layak dijadikan berita untuk disebar luaskan kepada khalayak melalui media massa, baik media massa cetak maupun media massa elektronik. Sebagian ahli komunikasi berpendapat “ Nilai Berita” juga disebut dengan “ Nilai Jurnalistik”. Paling tidak ada 3 (tiga) ukuran utama dalam menentukan apakah suatu fakta atau pendapat layak dijadikan berita atau tidak. Atau dengan kata lain paling tidak ada 3 (tiga) nilai utama dalam menentukan apakah suatu fakta atau pendapat pantas diangkat menjadi berita, yaitu: 15 1. Penting (Important) Kata penting disini mengandung dua pengertian, yaitu fakta dan pendapat yang penting atau Orang penting atau orang ternama. Keduanya dapat dipertimbangkan untuk dijadikan berita. a. Orang Penting (Important People) 14 Jani Yosef, To Be A Journalist menjadi Jurnalis TV, Radio dan Surat Kabar yang Profesional, Graha Ilmu, Yogyakarta 2009, hal 22 15 Jani Yosef, To Be A Journalist menjadi Jurnalis TV, Radio dan Surat Kabar yang Profesional, Graha Ilmu, Yogyakarta 2009 hal.26 28 Kegiatan dan pernyataan Oranng Penting ( Important People) dan Orang ternama atau Prominence (Wellknown People) selalu menarik perhatian banyak orang. Oleh karena itu media massa seringkali megangkatnya menjadi berita. Mungkin kegiatan orang penting tidak begitu penting, tetapi karena dasar orang penting, kegiatan yang tidak penting pun dapat menjadi berita. b. Peristiwa Penting (Important Events) Dasar pertimbangan media massa tentang penting atau tidaknya suatu peristiwa, secara umum sama, yaitu penting tidaknya bagi khalayak. Peristiwaperistiwa yang dinilai penting misalnya, pelantikan pejabat, penangkapan koruptor, pengejaran penjahat oleh polisi, bencana alam, kecelakaan lalu lintas, pengumuman pemerintah tentang kenaikan harga Bahan Bakar Minnyak ( BBM) dan lain-lain. 2. Menarik (Interesting) Secara manusiawi (As human being) apa saja atau siapa saja yang memiliki nilai menarik dapat menimbulkan “rasa ingin tahu” (curiousity) seseorang. Ketertarikan manusia terhadap sesuatu bukan saja karena peristiwa itu baru terjadi (actual) dan penting (important) tetapi juga karena : a. Sesuatu yang tidak biasanya (Unusual) Peristiwa atau sesuatu yang tidak biasanya atau sesuatu yang tergolong aneh akan dapat menarik perhatian khalayak (penonton, pendengar, dan pembaca) 29 b. Berkaitan dengan unsur Seks (sex) Peristiwa yang berkaitan dengan kebutuhan biologis manusia, seperti kasus pemerkosaan, perselingkuhan, perceraian, pernikahan, pernikahan kedua, ketiga dan seterusnya dapat menjadi sesuatu yang menarik perhatian khalayak penonton, pendengar atau pembaca. c. Pertentangan (conflict) Pertentangan atau konflik antar Negra, antar suku, atau antar ras dan antar agama dapat menimbulkan rasa ketertarikan khalayak tentang apa yang terjadi, mengapa hal itu bisa terjadi, bagaimana upaya penanganan konflik atau pertentangan itu. d. Semua yang lucu (Humor) Secara umum, sesuatu yang lucu dapat membuat orang tertawa atau senang, seperti lawak atau pernyataan atau perbuatan yang terkesan lucu, menarik perhatian orang sehingga layak untuk diangkat menjadi bahan siaran atau dapat disebar luaskan melalui media massa. e. Human Interest Segala sesuatu yang memiliki nilai human interest (yang menyentuh rasa insani manusia) dapat menggugah perasaan orang dan membangkiktkan rasa simpati penonton, pendengar atau pembaca. 30 f. Kedekatan (Proximity) Suatu peristiwa atau suatu pernyataan atau pendapat yang terjadi di dekat dengan khalayak, baik dekat secara geografis maupun dekat secara empsional dapat menarik perhatian penonton, pendengar dan pembaca. g. Ketegangan (Density) Suatu ketegangan dapat menarik perhatian orang h. Kemajuan (Development) Kemajuan, seperti kemajuan dalam pembangunan, kemajuan dalam hasil penelitian, kemajuan dalam usaha negosiasi, dan kemajuan lainnya memiliki unsur menarik yang berarti sehingga layak dijadikan berita. 3. Aktual (Actual) Salah satu unsur penting dalam kegiatan Jurnalistik, khususnya dalam proses produksi berita adalah “Aktualitas”. Sesuai perkembangan teknologi informasi saat ini, aktualitas media massa ada beberapa tingkatan, yaitu: a. Paling Aktual (The Most Actual) Yang dimaksud dengan paling aktual, yaitu informasi yang dipublikasikan atau disiarkan kepada khalayak atau audiens pada saat bersamaan dengan terjadinya peristiwa atau penyampaian pendapat. Hal ini dapat dilaksanakan oleh media massa 31 televisi dan radio dalam “siaran langsung” atau “Live Broadcasting” atau informasi yang disampaikan dengan Running Text, yaitu tulisan bergerak pada layar televisi pada saat acara lain sedang disiarkan. Selain melalui media massa radio dan televisi, penyebarluasan informasi yang paling aktual juga melalui media massa internet. b. Cukup Aktual (Actual) Informasi yang aktual adalah informasi yang dipublikasikan atau disiarkan kepada khalayak pada hari yang sama dengan terjadinya peristwa atau penyampaian pendapat. Penyebar luasan informasi seperti ini dapat dilakukan melalui media massa televisi, radio, surat kabar atau melalui internet. Pada media massa surat kabar, penyebar luasan informasi dikatakan aktual apabila informasi itu disebar luaskan pada hari yang sama atau sehari setelah terjadinya peristiwa atau penyampaian pendapat. c. Kurang Aktual (Not So Actual) Untuk media massa televisa dan radio, informasi yang tergolong kurang aktual adalah informasi yang disiarkan dari peristiwa yang terjadi sehari sebelumnya, sementara untuk Media cetak (Surat Kabar) informasi yang terjadi sehari sebelumnya masih tergolong aktual, tetapi akan disebut kurang aktual apabila 32 terjadi dua hari atau lebih sebelumnya. Peristiwa atau pendapat yang penting namun tidak terlalu terikat dengan waktu penyiaran atau penyebar luasannya tergolong berita “Time Less”. Berita seperti ini dapat diolah secara lebih mendalam dari berita biasa, misalnya diolah dalam format “Features”, yaitu sebuah laporan tentang suatu masalah atau hal yang tergolong khas dan diuraikan secara mendalam. 2.4.2. Jenis-Jenis Berita Berita pada umumnya dapat dikategorikan menjadi tiga bagian yaitu: hard news (berita berat), soft news (berita ringan), dan investigative reports (laporan peyeldikan). Pembedaan terhadap tiga kategori tersebut didasarkan pada jenis peristiwa dan cara-cara penggalian data, yaitu akan diuraikan sebagai berikut: 16 1. Hard News Hard News (berita berat) adalah berita tentang peristiwa yang diangap penting bagi masyarakat baik sebagai individu, kelompok, maupun organisasi. Berita tersebut misalnya tentang mulai diberlakukannya suatu kebijakan baru pemerintah. Ini tentu saja akan menyangkut hajat orang banyak sehingga orang ingin mengetahuinya. Karena itu harus segera diberitakan. 16 Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional, Remaja Rosdakarya, Januari 2005, hal.40 33 Secara umum pada hard news. Data masih mudah untuk diperoleh, karena semuanya masih transparan walaupun dalam beberapa kasus juga dialami oleh para reporter untuk menggali data yang sebenarnya. Hal semacam itu terjadi biasanya pada saat adanya bencana kebocoran gas beracun yang menimbulkan kematian banyak orang. Dalam peristiwa semacam ini para pemimpin perusahaan agak sulit ditemui dan tidak mau berbbicara apa adanya bahkan ada kecendrungan untuk menghindari pers. 2. Soft News Soft News (berita ringan) seringkali juga disebut dengan feature, yaitu berita yang tidak terikat dengan aktualitas namun memiliki daya tarik bagi pemirsanya. Berita-berita semacam ini seringkali lebih menitikberatkan pada hal-hal yang dapat menakjubkan atau mengherankan pemirsa. Ia juga dapat menimbulkan kekhawatiran bahkan ketakutan atau ungkin juga menimbulkan simpati. Objeknya bisa manusia, hewan, benda, tempat atau apa saja yang dapat menarik perhatian pemirsa. Bagi televisi, berita ringan ini sangat diperlukan dalam setiap penyajian bulein berita. Hal ini karena berita ringan juga dapat berfungsi sebagai selingan di antara berita-berita berat yang disiarkan pada awal sajian. Secara psikologis, pemirsa yang mendapatkan sajian berita berat dari awal hingga akhir akan merasa tegang terus, karena itu perlu interval. Iklan di dalam berita juga sesungguhnya juga punya fungsi yang sama selain fungsi promosi produk. 34 3. Investigative Reports Investigative Reports atau disebut juga laporan penyelidikan (investigasi) adalah jenis berita yang eksklusif. Datanya tidak bisa diperoleh di permukaan, tetapi harus dilakukan berdasarkan penyelidikan. Sehingga penyajian berita seperti ini membutuhkan waktu yang lama dan tentu akan menghabiskan energi reporternya. Berita penyelidikan ini sangat menarik karena cara mengungkapkannya pun tidak mudah. Seorang repoter untuk dapat melakukan tugas ini harus memiliki banyak sumber orang-orang dalam yang mendapat jaminan untuk tidak terekspos karena keselamatan diri mereka. Berita penyelidikan untuk media televisi akan lebih sulit dilakukan dibandingkan dengan berita yang sama untuk media cetak. Televisi membutuhkan gambar bahkan wajah orang yang diwawancarai. Namun teknologi elektronika kini memungkinkan untuk dapat mengaburkan wajah orang yang diwawancarai agar dapat terhindar dari kemungkinan bahaya atas apa yang ia sampaikan dalam wawancara televisi. Di televisi Indonesia berita-berita penyelidikan masih relative kecil jika tidak di bilang langka, karena memang tidak mudah seperti yang dikatakan orang untuk menyajikannya. Belum lagi kulur yang belum mendukung terhadap keterbukaan informasi di kalangan pejabat atau masyarakat sendiri. Masih banyak yang takut akan keselamatan diri mereka. 35 2.5. Infotainment Infotainment adalah salah satu bentuk berita keras, karena memuat informasi yang harus segera ditayangkan. Program berita regular terkadang menampilkan berita mengenai kehidupan selebritis yang biasanya disajikan pada segmen akhir suatu program berita. Namun dewasa ini, infotainment disajikan dalam program berita sendiri yang terpisah dan khusus menampilkan berita-berita mengenai kehidupan selebritis.17 Infotainment sebenarnya adalah tayangan program televisi dalam menyajikan sebuah informasi yang disajikan dalam bentuk hiburan. Di Indonesia, berubah dari tayangan informasi tentang dunia hiburan menjadi tayangan informasi mengenai kehidupan pribadi para artis di dunia hiburan. 18 Jadi, program acara ini berisi seputar kehidupan selebritis atau orang terkenal yang nantinya dapat menjadi suatu hiburan tersendiri bagi khalayak yang melihatnya. 17 Morissan, Manajemen Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio dan Televisi, Ramdina Prakarsa, November 2007, hal. 213 18 http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?submit.x=11&submit.y=17&page=2&qual=high&submitval=p rev&fname=%2Fjiunkpe%2Fs1%2Fikom%2F2009%2Fjiunkpe-ns-s1-2009-51402032-11456inset_siang-chapter1.pdf 36 Dari definisi-definisi di atas, jadi infotainment dapat diartikan adalah Informasi yang disajikan sebagai hiburan Dan salah satu bentuk berita keras karena memuat informasi yang harus segera ditayangkan. Hampir semua stasiun televisi memiliki program infotainment ini. Karena tayangannya banyak ditonton oleh semua kalangan masyarakat dan memiliki nilai rating dan share tertinggi. Penyajian infotainment hampir setiap hari disajikan dan waktunya pun tidak tanggung-tangung, pagi, siang, sore selalu ada berita infotainment. Hal ini menjadikan infotainment bukanlah sekedar infomasi selebriti dan berita yang sedang terjadi saat ini, melainkan menjadi fungsi hiburan buat masyarakat. Saat menjadi pembicara dalam diskusi tentang "Pekerja Infotainment dan Privasi Selabritis" di Jakarta, Direktur Institute for Media and Social Studies Veven Wardana berpendapat, bahwa pekerjaan infotainment juga merupakan pekerjaan seorang wartawan, kalangan infotainment ini juga melakukan peliputan, pembuatan berita untuk kemudian ditayangkan di media-media televisi. Selain itu sejak bergabung resmi dengan PWI, katanya lagi, mereka sebenarnya telah sah menjadi wartawan yang sederajat dengan wartawan-wartawan lainnya.19 19 http://www.kapanlagi.com/showbiz/televisi/jurnalistik-infotainment-tak-perlu-diperdebatkanwk4hdmc.html 37 2.6. Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran adalah suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan menjadi acuan bagi lembaga dan Komisi Penyiaran Indonesia untuk menyelenggarakan dan mengawasi sistem penyiaran Nasional di Indonesia.20 Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran dibuat oleh Komisi Penyiaran Indonesia. Pedoman Perilaku Penyiaran merupakan panduan mengenai batasan-batasan apa yang diperbolehkan atau tidak diperbolehkan berlangsung dalam proses proses pembuatan program siaran televisi, sedangkan Standar Program Siaran merupakan panduan tentang batasan apa yang diperbolehkan dan atau apa yang tidak diperbolehkan ditayangkan dalam program siaran Pasal-pasal yang terkait dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:21 PERATURAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA 20 Morissan, Manajemen Media Penyiaran, Strategi Mengelola Radio dan Televisi, Ramdina Prakarsa, November 2007, hal. 313 21 Pedoman Perilaku Penyiaran Dan Standar Program Siaran, Komisi Penyiaran Indonesia 38 Nomor 02/P/KPI/12/2009 tentang PEDOMAN PERILAKU PENYIARAN BAB XV PRINSIP-PRINSIP JURNALISTIK Pasal 18 (1) Lembaga penyiaran wajib menjunjung tinggi prinsip-prinsip jurnalistik, antara lain: akurat, berimbang, adil, tidak beritikad buruk, tidak menghasut dan menyesatkan, tidak mencampuradukkan fakta dan opini pribadi, tidak menonjolkan unsur sadistis, tidak mempertentangkan suku, agama, ras dan antargolongan, tidak membuat berita bohong, fitnah, dan cabul. (2) Lembaga penyiaran dalam melaksanakan kegiatan jurnalistik wajib tunduk kepada peraturan perundang-undangan dan berpedoman pada Kode Etik Jurnalistik yang ditetapkan oleh Dewan Pers. BAB XXIV PELIPUTAN BENCANA ALAM 39 Pasal 34 Dalam meliput dan/atau menyiarkan program yang melibatkan pihak-pihak yang terkena musibah, lembaga penyiaran wajib mengikuti ketentuan sebagai berikut: a. melakukan peliputan subyek yang tertimpa musibah harus mempertimbangkan proses pemulihan korban dan keluarganya; b. tidak menambah penderitaan ataupun trauma orang dan/atau keluarga yang berada pada kondisi gawat darurat, korban kecelakaan atau korban kejahatan, atau orang yang sedang berduka dengan cara memaksa, menekan, mengintimidasi korban dan/atau keluarganya untuk diwawancarai dan/atau diambil gambarnya; dan/atau c. menyiarkan gambar korban dan/atau orang yang sedang dalam kondisi menderita hanya dalam konteks yang dapat mendukung tayangan. BAB XXVIII PEMBAWA ACARA Pasal 44 40 Pembawa acara suatu program acara faktual atau non-faktual wajib mematuhi ketentuan sebagai berikut: a. wajib bersikap netral; b. tidak menuangkan opini pribadi; c. tidak menyudutkan narasumber dalam wawancara dan memberikan waktu yang cukup untuk menjawab; d. tidak memprovokasi atau menghasut; dan/atau e. tidak merangkap sebagai narasumber. PERATURAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA Nomor 03/P/KPI/12/2009 tentang 41 STANDAR PROGRAM SIARAN Pasal 35 Program siaran dilarang menampilkan mistik dan supranatural dengan manipulasi gambar, suara, ataupun audiovisual tambahan untuk tujuan mendramatisasi isi siaran yang menimbulkan interpretasi yang salah. BAB XV PRINSIP-PRINSIP JURNALISTIK Pasal 42 (1) Program siaran pemberitaan wajib memperhatikan prinsip-prinsip jurnalistik sebagai berikut: a. tunduk pada peraturan perundang-undangan dan berpedoman pada Kode Etik Jurnalistik yang ditetapkan oleh Dewan Pers; b. akurat, adil, berimbang, tidak berpihak, tidak beritikad buruk, tidak menghasut dan menyesatkan, tidak mencampuradukkan fakta dan opini pribadi, tidak menonjolkan unsur kekerasan, tidak mempertentangkan suku, agama, ras dan antargolongan, serta tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis dan cabul; dan c. melakukan ralat atas informasi yang tidak akurat. 42 (2) Program siaran pemberitaan dan yang bersifat informatif tentang rekonstruksi suatu peristiwa wajib mengikuti ketentuan sebagai berikut: a. menyertakan penjelasan yang eksplisit bahwa apa yang disajikan tersebut adalah hasil rekonstruksi dengan menampilkan kata ”rekonstruksi”, “ilustrasi” atau “rekayasa” di pojok gambar dan pernyataan verbal di awal siaran; dan b. dilarang melakukan perubahan atau penyimpangan terhadap fakta atau informasi yang dapat merugikan pihak yang terlibat. BAB XXIII PELIPUTAN BENCANA ALAM DAN MUSIBAH Pasal 55 Program siaran peliputan bencana alam atau musibah wajib mempertimbangkan proses pemulihan korban, keluarga dan/atau masyarakat yang terkena bencana alam. Pasal 56 Program siaran peliputan bencana alam atau musibah dilarang: 43 a. menambah penderitaan atau trauma korban, keluarga dan masyarakat yang terkena bencana alam dengan cara memaksa, menekan, mengintimidasi untuk diwawancarai dan/atau diambil gambarnya b. menampilkan saat-saat menjelang kematian c. mewawancara anak dibawah umur sebagai narasumber dalam kejadian bencana alam d. menampilkan gambar korban atau mayat sacara detil (big close up, medium close up, extreme close up) dan/atau e. menampilkan gambar luka tingkat berat, darah, dan/atau potongan organ tubuh.